ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN BAKSO BAKAR
(Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan)SKRIPSI
OLEH :
RIZKI HARDIANSYAH
100304116
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN BAKSO BAKAR
(Studi Kasus : Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan)SKRIPSI
RIZKI HARDIANSYAH
100304116
AGRIBISNIS
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Diketahui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Iskandarini,MM,Ph.D) (Dr.Ir. Tavi Supriana,MS) NIP. 196405051994032002 NIP. 196411021989032001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
RIZKI HARDIANSYAH (100304116/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN BAKSO BAKAR (Studi Kasus: Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014 dengan bimbingan oleh Ir.Iskandarini,MM,Ph.D dan Dr.Ir.Tavi Supriana,MS.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis karakteristik konsumen bakso bakar, untuk menganalisis hubungan faktor umur, pendapatan, dan tingkat pendidikan dengan keputusan konsumen membeli bakso bakar dari sisi frekuensi pembelian dan jumlah pembelian, serta untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut bakso bakar di Kecamatan Medan Tembung. Penentuan daerah dilakukan secara purposive atau secara sengaja. Pertimbangan ini didasarkan karena konsumen bakso bakar di Kecamatan Medan Tembung dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.Metode pengambilan sampel adalah metode proportional accidental sampling, yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap konsumen yang membeli bakso bakar berdasarkan tempat membelinya dengan penentuan sampel yang proportional dan merata. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif yang didukung dengan uji korelasi Rank Spearman, dan uji koefisien konkordansi Kendalls.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa karakteristik konsumen bakso bakar di Kecamatan Medan Tembung secara garis besar adalah perempuan, berusia diantara 13-15 tahun. Mayoritas konsumen beragama Islam, dengan status pelajar, berpendapatan diantara Rp.150.000 – Rp.299.999, dan berstatus dalam keluarga sebagai anak. Pendidikan mayoritas konsumen adalah SMP. Waktu pembelian bakso bakar paling banyak pada siang hari dengan motivasi membeli karena suka. Hubungan antara karakteristik konsumen berupa umur, pendapatan dan tingkat pendidikan dengan keputusan konsumen dari sisi frekuensi pembelian dan jumlah pembelian dengan uji korelasi Rank Spearman pada signifikansi 95%, hasilnya menunjukkan bahwa umur dan tingkat pendidikan konsumen berhubungan secara signifikan dengan frekuensi pembelian, sedangkan pendapatan konsumen tidak ada hubungan yang signifikan dengan frekuensi pembelian, dan dari sisi jumlah pembelian bakso bakar, karakteristik umur, pendapatan dan tingkat pendidikan secara keseluruhan berhubungan signifikan.
Preferensi konsumen terhadap atribut produk bakso bakar yang paling disukai adalah bakso bakar yang berasa pedas manis, berjenis bakso bakar lapis kulit tahu, berbentuk kotak, memiliki jumlah buah per tusuk yang lebih banyak yaitu 5 buah, ukuran yang besar, bertekstur kenyal, dengan suhu panas dan beraroma wangi. Terdapat kesesuaian konsumen dalam membuat urutan atribut bakso bakar yang diperhatikan. Urutan perhatian konsumen terhadap atribut menunjukkan atribut rasa merupakan atribut yang paling diperhatikan, selanjutnya diikuti atribut jenis, aroma, bentuk, ukuran, jumlah per tusuk, tekstur dan suhu.
Kata kunci: bakso bakar, konsumen, preferensi
DAFTAR
ISI
ABSTRAK ... ...i
RIWAYAT HIDUP ... ...ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.1.1 Bakso Bakar ... 6
2.1.2 Ayam Pedaging (broiler) ... 8
2.2 Landasan Teori ... 9
2.2.1 Karakteristik Konsumen ... 9
2.2.2 Faktor Karakteristik Konsumen yang Berhubungan Dengan Keputusan Membeli ... 10
2.2.3 Preferensi Konsumen ... 12
2.3 Penelitian Terdahulu ... 15
2.4 Kerangka Pemikiran ... 16
BAB III METODELOGI PENELITIAN... 20
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 20
3.3 Metode Pengambilan Data ... 22
3.4 Metode Analisis Data ... 23
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 26
3.5.1 Defenisi ... 26
3.5.2 Batasan Operasional ... 28
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 29
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 29
4.1.1 Kota Medan ... 30
4.1.2 Medan Tembung ... 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
5.1. Karakteristik Konsumen Bakso Bakar di Kecamatan Medan Tembung ... 32
5.1.1 Jenis Kelamin ... 32
5.1.2 Umur ... 33
5.1.3 Agama ... 34
5.1.4 Pekerjaan ... 35
5.1.5 Pendapatan ... 36
5.1.6 Status dalam Keluarga ... 37
5.1.7 Tingkat Pendidikan ... 38
5.2 Waktu Pembelian Bakso Bakar dan Motivasi Membeli Bakso Bakar ... 39
5.3 Hubungan Umur, Pendapatan, Tingkat Pendidikan dengan Frekuensi Pembelian dan Jumlah Pembelian Bakso Bakar ... 40
5.3.1 Hubungan Umur dengan Frekuensi Pembelian Bakso Bakar ... 41
5.3.2 Hubungan Umur dengan Jumlah Pembelian Bakso Bakar ... 41
5.3.4 Hubungan Pendapatan dengan Jumlah Pembelian Bakso Bakar ... 42
5.3.5 Hubungan Pendidikan dengan Frekuensi Pembelian Bakso Bakar ... 42
5.3.6 Hubungan Pendidikan dengan Jumlah Pembelian Bakso Bakar ... 42
5.4 Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Bakso Bakar ... 43
5.4.1 Rasa ... 43
5.4.2 Jenis ... 44
5.4.3 Bentuk ... 44
5.4.4 Jumlah per Tusuk ... 45
5.4.5 Ukuran ... 46
5.4.6 Tekstur ... 46
5.4.7 Suhu ... 47
5.4.8 Aroma ... 47
5.5 Tingkat Perhatian Responden Terhadap Atribut Bakso Bakar ... 48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
6.1 Kesimpulan ... 49
6.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
No. Judul Hal
1. Kandungan Gizi dalam 100 gram Daging Ayam ... 8
2. Distribusi Pedagang dan Rata-rata Konsumen Bakso Bakar di Kecamatan Medan Tembung ... 21
3. Jumlah Sampel Terpilih dari Konsumen Setiap Pedagang ... 22
4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur & Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Tembung tahun 2012 ... 31
5. Jumlah Sekolah Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Tembung ... 31
6. Karakteristik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Jenis Kelamin ... 32
7. Karakteristik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Umur ... 33
8. Karakteristik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Agama ... 35
9. Karakteristik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Pekerjaan ... 36
10. Karakteristik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Pendapatan ... 36
11. Karakteristik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Status dalam Keluarga ... 37
12. Karakteristik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38
13. Waktu Pembelian Bakso Bakar ... 39
14. Motivasi Membeli Bakso Bakar ... 40
15. Nilai Signifikansi Korelasi Rank Spearman Hasil SPSS ... 40
16. Preferensi Konsumen terhadap Rasa ... 43
17. Preferensi Konsumen terhadap Jenis ... 44
18. Preferensi Konsumen terhadap Bentuk ... 45
19. Preferensi Konsumen terhadap Jumlah per Tusuk ... 46
20. Preferensi Konsumen terhadap Aroma ... 47
DAFTAR
GAMBAR
No. Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran ... 18
DAFTAR
LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Karakteristik Konsumen ... 54
2. Parameter Keputusan Konsumen Membeli Bakso Bakar ... 57
3. Korelasi Rank Spearman Umur Konsumen dengan Frekuensi
Pembelian ... 58
4. Korelasi Rank Spearman Umur Konsumen dengan Jumlah
Pembelian ... 58
5. Korelasi Rank Spearman Pendapatan Konsumen dengan Frekuensi
Pembelian ... 59
6. Korelasi Rank Spearman Pendapatan Konsumen dengan Jumlah
Pembelian ... 59
7. Korelasi Rank Spearman Tingkat Pendidikan Konsumen dengan
Frekuensi Pembelian ... 60
8. Korelasi Rank Spearman Tingkat Pendidikan dengan Jumlah
Pembelian ... 60
9. Uji Kendalls Manual ... 61
10. Uji Kendalls SPSS ... 64
ABSTRAK
RIZKI HARDIANSYAH (100304116/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN BAKSO BAKAR (Studi Kasus: Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014 dengan bimbingan oleh Ir.Iskandarini,MM,Ph.D dan Dr.Ir.Tavi Supriana,MS.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis karakteristik konsumen bakso bakar, untuk menganalisis hubungan faktor umur, pendapatan, dan tingkat pendidikan dengan keputusan konsumen membeli bakso bakar dari sisi frekuensi pembelian dan jumlah pembelian, serta untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut bakso bakar di Kecamatan Medan Tembung. Penentuan daerah dilakukan secara purposive atau secara sengaja. Pertimbangan ini didasarkan karena konsumen bakso bakar di Kecamatan Medan Tembung dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.Metode pengambilan sampel adalah metode proportional accidental sampling, yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap konsumen yang membeli bakso bakar berdasarkan tempat membelinya dengan penentuan sampel yang proportional dan merata. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif yang didukung dengan uji korelasi Rank Spearman, dan uji koefisien konkordansi Kendalls.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa karakteristik konsumen bakso bakar di Kecamatan Medan Tembung secara garis besar adalah perempuan, berusia diantara 13-15 tahun. Mayoritas konsumen beragama Islam, dengan status pelajar, berpendapatan diantara Rp.150.000 – Rp.299.999, dan berstatus dalam keluarga sebagai anak. Pendidikan mayoritas konsumen adalah SMP. Waktu pembelian bakso bakar paling banyak pada siang hari dengan motivasi membeli karena suka. Hubungan antara karakteristik konsumen berupa umur, pendapatan dan tingkat pendidikan dengan keputusan konsumen dari sisi frekuensi pembelian dan jumlah pembelian dengan uji korelasi Rank Spearman pada signifikansi 95%, hasilnya menunjukkan bahwa umur dan tingkat pendidikan konsumen berhubungan secara signifikan dengan frekuensi pembelian, sedangkan pendapatan konsumen tidak ada hubungan yang signifikan dengan frekuensi pembelian, dan dari sisi jumlah pembelian bakso bakar, karakteristik umur, pendapatan dan tingkat pendidikan secara keseluruhan berhubungan signifikan.
Preferensi konsumen terhadap atribut produk bakso bakar yang paling disukai adalah bakso bakar yang berasa pedas manis, berjenis bakso bakar lapis kulit tahu, berbentuk kotak, memiliki jumlah buah per tusuk yang lebih banyak yaitu 5 buah, ukuran yang besar, bertekstur kenyal, dengan suhu panas dan beraroma wangi. Terdapat kesesuaian konsumen dalam membuat urutan atribut bakso bakar yang diperhatikan. Urutan perhatian konsumen terhadap atribut menunjukkan atribut rasa merupakan atribut yang paling diperhatikan, selanjutnya diikuti atribut jenis, aroma, bentuk, ukuran, jumlah per tusuk, tekstur dan suhu.
Kata kunci: bakso bakar, konsumen, preferensi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk 237.641.326 jiwa pada
Sensus Penduduk 2010 dan merupakan negara dengan jumlah penduduk
terbanyak ke empat di dunia. Bagi negara sebesar Indonesia, tentunya masalah
kebutuhan pangan merupakan hal mendasar yang sangat perlu diperhatikan untuk
menjaga ketahanan pangan masyarakatnya (Badan Pusat Statistika,2014).
Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan
pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala
kemampuannya selalu berusaha mencukupi kebutuhannya dengan berbagai cara.
Dalam perkembangan peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup yang
maju, mandiri, dalam suasana tenteram, serta sejahtera lahir dan batin, semakin
dituntut penyediaan pangan yang cukup, berkualitas, dan merata (BKP,2009).
Pemenuhan kebutuhan pangan pada saat ini jauh lebih dinamis, tidak terbatas
hanya pada makanan pokok saja seperti beras, jagung dan umbi-umbian.
Perkembangan zaman dan gaya hidup masyarakat modern membuat masyarakat
menginginkan pemenuhan kebutuhan makanan yang praktis dan mudah
didapatkan. Untuk itu, dibutuhkan inovasi dalam pengolahan bahan pangan yang
Usaha olahan agroindustri makanan di Sumatera Utara sendiri semakin pesat
berkembang, data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara pada Sensus
Ekonomi 2006 menunjukkan usaha olahan makanan dan minuman dalam bagian
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Sumatera Utara berkonstribusi 16,11% dari
1.056.553 pelaku usaha UKM. Usaha Kecil dan Menengah sendiri merupakan
penopang ekonomi regional dimana 98,92 % pelaku usaha di Sumatera Utara
bergerak di bidang UKM, sisanya 1,08% oleh usaha besar. Sedangkan kondisi
saat ini, Sumatera Utara memiliki sekitar 2,5 juta usaha kecil dan menengah yang
tersebar berbagai daerah. Dari jumlah tersebut 40% diantaranya bergerak di
bidang kuliner (Munthe,2013).
Bakso bakar adalah salah satu UKM kuliner yang ada di pasaran masyarakat
Medan yang sangat mudah didapatkan. Bakso bakar diproduksi menggunakan
bahan utama daging ayam broiler yang merupakan salah satu sumber protein
hewani. Produk diversifikasi ayam broiler ini dipasaran kota Medan memiliki
beberapa varian rasa seperti pedas,pedas manis, pedas kacang, dan kari.
Dengan besarnya peluang pasar terhadap usaha kuliner, peneliti dan teman-teman
lainnya mencoba memproduksi dan memasarkan usaha bakso bakar di Kecamatan
Medan Tembung dengan pertimbangan lingkungan dan lokasi produksi yang
strategis serta didukung biaya lokasi usaha yang tidak tinggi. Usaha bakso bakar
ini diberi nama Bakso Bakar Nusantara. Sebagai pelaku usaha tentu ingin
menguasai pasar dan melakukan pemasaran dengan strategi pemasaran yang tepat.
Salah satu kunci keberhasilan pelaku usaha adalah memahami dengan jelas
usaha dapat menetapkan, menjalankan, serta mengendalikan strategi pemasaran
dengan tepat (Nitisusastro,2012).
Untuk mengetahui dan memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan
konsumen, maka pelaku usaha harus senantiasa melakukan monitoring terhadap
perkembangan lingkungan pasar yang senantiasa berubah setiap saat sejalan
dengan perubahan tuntutan kebutuhan dan keinginan konsumen
(Nitisusastro,2012).
Konsumen memperhatikan preferensi atau tingkat kesukaan terhadap berbagai
atribut yang melekat pada bakso bakar yang akan dijadikan sebagai pertimbangan
dalam pengambilan keputusan membeli. Menurut Suwarman (2004) perilaku
konsumen akan sangat terkait dengan atribut produk. Atribut produk adalah
karakteristik dari suatu produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
membeli suatu produk.
Produk tidak hanya terdiri dari komponen-komponen fisik penyusunnya, tetapi
juga terdapat kumpulan dari berbagai atribut yang sering menjadi faktor penentu
bagi konsumen dalam memilih produk tersebut. Preferensi konsumen
menunjukkan minat dan keinginan konsumen terhadap kombinasi atau komposisi
atribut-atribut suatu produk atau jasa baik baru maupun lama yang paling disukai
konsumen. Tiap konsumen mempunyai minat dan keinginan yang berbeda
terhadap produk barang atau jasa yang paling mereka sukai. Perbedaan itulah
yang menimbulkan heterogenitas dalam preferensi konsumen terhadap suatu
Bakso bakar dengan berbagai atribut akan menjadi petimbangan konsumen dalam
membelinya. Oleh karena itu, produsen atau pemasar bakso bakar di Kecamatan
Medan Tembung dituntut untuk mengetahui apa yang menjadi preferensi atau
kesukaan konsumen dan memberikan yang terbaik sesuai dengan preferensi
konsumen terhadap bakso bakar.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap preferensi konsumen terhadap bakso bakar di Kecamatan Medan
Tembung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
penelitian dalam pertanyaan berikut :
1. Bagaimana karakteristik konsumen bakso bakar di daerah penelitian?
2. Bagaimana hubungan faktor umur, pendapatan dan tingkat pendidikan dengan
keputusan konsumen membeli bakso bakar dari sisi frekuensi pembelian dan
jumlah pembelian di daerah penelitian?
3. Bagaimana preferensi konsumen terhadap atribut bakso bakar di daerah
penelitian?
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut:
2. Untuk menganalisis hubungan faktor umur, pendapatan dan tingkat pendidikan
dengan keputusan konsumen membeli bakso bakar dari sisi frekuensi
pembelian dan jumlah pembelian di daerah penelitian.
3. Untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut bakso bakar di
daerah penelitian.
1.4 Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi usaha Bakso Bakar Nusantara secara khususnya dan para pengusaha
bakso bakar secara umumnya sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan
dalam membuat strategi pemasaran.
2. Sebagai bahan penelitian lanjutan baik akademis maupun non akademis.
3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Bakso Bakar
Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan
penambahan bumbu-bumbu dan bahan kimia lain sehingga dihasilkan produk
yang strukturnya kompak atau berbentuk bulat, padat, kenyal, dan berisi.
(Winarno,1984).
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia, hal ini ditunjukkan
dari istilah 'bakso' berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien yang secara
harfiah berarti bakso bulat. Penduduk Indonesia kebanyakan adalah muslim, maka
bakso lebih umum terbuat dari daging halal seperti daging sapi, ikan, atau ayam.
Seiring berkembangnya waktu, istilah bakso menjadi lebih dikenal dengan 'daging
giling' saja. Kebanyakan penjual bakso adalah orang Jawa dari Wonogiri dan
Malang. Solo dan Malang merupakan tempat yang terkenal sebagai pusat Bakso
(Gunawan dkk,2012).
Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka,
akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Bakso
Bakar adalah bakso yang diolesi bumbu khusus dan dibakar langsung (tanpa
arang) dan biasanya bumbu oles sebelum dibakar merupakan salah satu yang
Dalam pembuatan bakso disamping daging diperlukan bahan-bahan yang lain
seperti:
a. Daging, daging dicuci bersih kemudian digiling sebagai campuran pada saat
pengulenan dengan tepung terigu.
b. Tepung, yang digunakan umumnya tepung tapioka, gandum, atau tepung
aren, dapat digunakan secara sendiri-sendiri maupun campuran, dalam jumlah
10-100% atau lebih dari berat daging.
c. Pati, semakin tinggi kandungan patinya semakin rendah mutu serta murah
harganya. Pada umumnya bakso yang bermutu kadar patinya rendah, sekitar
15%.
d. Garam dapur dan bumbu (bawang, seledri, serta MSG), digunakan sebagai
adonan penyedap untuk mendapatkan rasa yang enak.
e. Es, digunakan untuk mempertahankan suhu rendah untuk menghasilkan
emulsi yang baik (Winarno,1984).
Secara umum pembuatan bakso melalui 5 tahap yaitu :
1. Pencucian, daging yang telah ditimbang dicuci bersih, kemudian dimasukkan
dalam wadah.
2. Penggilingan, daging yang mentah dicuci bersih, kemudian dimasukkan ke
dalam mesin giling. Pada waktu penggilingan ditaburi tepung terigu supaya
daging tidak lengket.
3. Pengulenan, setelah daging digiling berbentuk gumpalan daging kemudian
diuleni ditambahkan dengan bumbu-bumbu dan ditambah dengan bleng yang
pengenyal kemudian diuleni sampai homogen biar kempal dan mudah
dicetak.
4. Pencetakan bakso, biasanya bakso dicetak menggunakan tangan, dibentuk
bulat-bulat dengan ukuran sedang dan ada pula yang dicetak dengan ukuran
besar.
5. Perebusan, sebelum penyajian dalam bentuk bakso kuah, bakso tersebut
direbus lagi kurang lebih 5 menit untuk melunakkan dan mengenyalkan bakso
agar enak bila dimakan dalam penyajian biasanya ditambah dengan mie,
bumbu-bumbu dan kuah (Anonimous,2014).
2.1.2 Ayam pedaging (broiler)
Ayam broiler di Indonesia adalah ayam ras pedaging jantan atau betina yang
dipotong pada umur 5-6 minggu. Ayam – ayam tersebut masih muda sehingga
dagingnya masih lunak. Sebenarnya istilah broiler juga dapat digunakan untuk
jenis unggas lain karena broil artinya dipanggang (Hadjosworo,2000).
Tabel 1. Kandungan gizi dalam 100 gram daging ayam Kandungan Besarnya
Air 74%
Protein 22%
Kalsium (Ca) 13 mg
Fosfor (P) 190 mg
Zat besi(Fe) 1,5 mg
Vitamin A,C, dan E
Lemak
Sumber: Kementerian Pertanian & Kesehatan RI, 2010
Keistimewaan daging ayam adalah bahwa kadar lemaknya rendah dan asam
adalah asam lemak jenuh yang dapat menyebabkan penyakit darah tinggi dan
penyakit jantung.
Konsumsi daging ayam meningkat paling pesat dibandingkan dengan daging sapi,
kambing, ataupun babi. Beberapa alasan yang menyebabkan kebutuhan daging
ayam mengalami peningkatan yang cukup pesat adalah sebagai berikut:
1. Daging ayam relatif murah dibandingkan daging lainnya.
2. Daging ayam lebih baik dari segi kesehatan karena mengandung sedikit
lemak dan kaya protein bila dibandingkan daging sapi, kambing dan babi.
3. Tidak ada agama apapun yang melarang umatnya untuk mengkonsumsi
daging ayam.
4. Daging ayam mempunyai rasa yang dapat diterima semua golongan
masyarakat dan semua umur.
5. Daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang bernilai
tinggi,mudah disimpan, dan mudah dikonsumsi (Priyatno,2000).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Karakteristik Konsumen
Konsumen adalah setiap pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun
makhluk hidup dan tidak untuk diperdagangkan. Defenisi konsumen tersebut
dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Konsumen diartikan sebagai konsumen individu dan konsumen
organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri,
sosial, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi dan rumah sakit)
(Simanjuntak,2012).
Menurut Engel et. al dalam Simanjuntak (2012) terdapat tiga variabel yang
berguna dalam menggambarkan karakteristik konsumen dalam pangsa pasar
target, yaitu kepribadian, psikografi, dan demografi. Kepribadian didefenisikan
sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Profil psikografi
digunakan sebagai ukuran operasional dalam gaya hidup, yaitu pengukuran
kegiatan, minat, dan opini pembeli. Variabel yang termasuk dalam profil
demografi meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status penikahan,
tempat tinggal, ukuran keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan.
Perbedaan kondisi demografi konsumen akan mempengaruhi konsumsi produk
dan jasa, yaitu mengakibatkan perbedaan kebutuhan, selera, kesukaan terhadap
merek. Pemasar perlu mengetahui dengan pasti variabel demografi yang dijadikan
dasar untuk segmentasi pasar produknya.
2.2.2 Faktor Karakteristik Konsumen yang Berhubungan Terhadap Keputusan Membeli
Pembelian konsumen berhubungan dengan karakteristik konsumen. Sebagian
besar, pemasar tidak dapat mengendalikan faktor-faktor seperti itu, tetapi mereka
harus memperhitungkan semuanya.
1. Umur
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidupnya. Umur
Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup keluarga, tahap-tahap yang
mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan kedewasaannya.
2. Pendapatan
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau
rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada
uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan
lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar
barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan
berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal. Pendapatan seseorang akan
mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan
mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat
minat.
3. Tingkat Pendidikan
Kalau orang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menggambarkan perubahan
dalam tingkah laku individual yang muncul dari proses pendidikan yang dijalani
(pengalaman). Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pilihannya. Apabila
pendidikan konsumen tinggi maka akan lebih memilih barang yang berkualitas
baik, tingkat pendidikan dapat dilihat dari pendidikan terakhir konsumen
(Setiadi,2003).
Menurut Sumarwan dalam Sunyoto (2013), untuk mengetahui konsumsi produk
atau penggunaan produk yang lebih mendalam maka pemasar harus menegtahui
1. Frekuensi konsumsi
Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk dipakai atau
dikonsumsi. Misalnya kulkas adalah salah satu produk peralatan dapur, termasuk
dalam barang tahan lama dimana mempunyai usia pakai yang panjang, dapat
bertahun-tahun. Kulkas digunakan dengan frekuensi yang sangat tinggi, karena
dipakai terus menerus selama 24 jam sehari. Sementara itu, pemasar tentu
menginginkan bahwa produk yang dijualnya dikonsumsi sesering mungkin oleh
konsumen.
2. Jumlah konsumsi
Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan oleh
konsumen. Produsen bukan hanya ingin mengetahui frekuensi konsumsi, tetapi
juga jumlah yang dikonsumsi. Jumlah konsumsi akan menjadi indikator besarnya
permintaan pasar bagi produknya.
3. Tujuan konsumsi
Konsumen mengkonsumsi suatu produk dengan beragam tujuan. Karena itu
produsen seringkali membuat suatu produk yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan konsumen. Tujuan konsumsi sering menggambarkan situasi pemakaian
oleh konsumen.
2.2.3 Preferensi konsumen
Preferensi makanan dapat didefenisikan sebagai tingkat kesukaan atau
beragam pada setiap individu sehingga akan berpengaruh terhadap konsumsi
pangan (Suharjo,1989).
Flavor, suatu faktor penting dalam pemilihan pangan, antara lain meliputi bau,
tekstur, dan suhu. Penampilan yang meliputi warna dan bentuk juga
mempengaruhi sikap terhadap pangan. Bentuk dan tekstur makanan untuk
anak-anak muda perlu mendapat perhatian khusus. Makanan yang disiapkan untuk
orang dewasa perlu dirubah sebelum disajikan terhadap anak-anak yang sangat
muda, agar mereka memperoleh kesan yang menyenangkan pada waktu
mengunyah dan memakannya (Suharjo,1986).
Analisis preferensi konsumen adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui
apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen, juga untuk menentukan urutan
kepentingan dari suatu atribut produk maupun produk itu sendiri. Dengan
menggunakan analisis preferensi ini akan diperoleh urutan kepentingan
karakteristik produk seperti apa yang paling penting atau yang paling disukai
(Wijaya, 2008).
Ada beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk
preferensi:
Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan
atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang
atribut apa yang relevan.
Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan masing-masing. Konsumen memiliki penekanan yang
Ketiga, konsumen mengembangkan sejumlah kepercayaan tentang letak
produk pada setiap atribut.
Keempat, tingkat kepuasan konsumen terhadap produk akan beragam sesuai
dengan perbedaan atribut.
Kelima, konsumen akan sampai pada sikap terhadap merek yang berbeda
melalui prosedur evaluasi (Simamora,2003).
Terdapat banyak aksioma untuk menerangkan tingkah laku individu dalam
masalah penetapan pilihan terhadap suatu produk. Hubungan preferensi biasanya
diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, yaitu:
a. Kelengkapan
Kelengkapan mengandung pengertian jika A dan B merupakan dua kondisi atau
situasi, maka setiap orang tahu mana yang baik dan mana yang buruk, dengan
demikian, selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif.
b. Transitivitas
Transitivitas yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, dan
lebih menyukai B dari pada C, maka oran tersebut harus lebih menyukai A
daripada C. Dengan demikian, seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensi
yang saling bertentangan.
c. Kontinuitas
Kontunuitas yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B ini
berarti segala kondisi dibawah pilihan A tersebut disukai daripada kondisi
Atribut produk merupakan unsur-unsur yang ada pada produk tersebut dan
dipandang penting oleh konsumen serta dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan (Tjiptono,1995).
Atribut menggambarkan karakteristik spesifik dari produk yang menimbulkan
manfaat. Artinya, pembeli biasanya dapat menyimpan manfaat yang akan mereka
terima dalam produk dengan meneliti atribut produk tersebut. Seringkali beberapa
produk sama dalam sejumlah besar atributnya. Dalam hal seperti ini, adalah
penting untuk membedakan satu atau lebih atribut penentu, yaitu atribut yang
paling menentukan pilihan pembeli. Suatu atribut akan dianggap penting jika
memberikan manfaat yang sangat diinginkan, tetapi jika semua alternatif yang
bersaing mempunyai karakteristik yang sama, maka atribut yang lain akan
menentukan pilihan merek (Guiltinan dan Gordon,1992).
2.3 Penelitian Terdahulu
Ani (2001) tentang “Preferensi Konsumen Terhadap Produk Olahan Perikanan
(Pempek)” dengan metode penelitian studi kasus di Kelurahan Sialang,
Kecamatan Sako Kenten, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Metode
penentuan sampel multiple sampling dan di analisis koefisien Konkordansi
Kendall. Adapun hasil penelitian antara lain karakteristik konsumen 78,6%
adalah perempuan, berusia antara 20 tahun sampai 39 tahun (52,4%) sebesar
97,6% beragama Islam dengan status sudah menikah 71,4%. Sebagian besar
responden adalah ibu rumah tangga (38,1%) dan tingkat pendidikan responden
47,6% adalah SLTA. Pendapatan sebagian besar responden (31,0%) adalah lebih
pempek dengan analisis koefisien Konkordansi Kendall uji signifikansi 99,5%
menunjukkan adanya kesesuaian perhatian responden terhadap atribut produk
pada pempek goreng, pempek panggang dan pempek rebus. Atribut produk
pempek yang menjadi perhatian pertama adalah rasa pada jenis pempek goreng
rebus, kedua harga, ketiga jenis, keempat ukuran, kelima tekstur. Atribut pempek
panggang dan pempek rebus yang menjadi perhatian pertama responden adalah
jenis, kedua harga, ketiga rasa, keempat ukuran, dan kelima tekstur.
Samosir (2008) tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Terhadap Permintaan Telur Ayam Kampung” dengan metode penelitian studi
kasus di Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Metode penentuan sampel
accidental dan dianalisis dengan metode analisis regresi linear berganda dan
korelasi rank spearman. Hasil penelitian antara lain: terdapat hubungan yang
signifikan antara umur dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam
kampung, terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku
konsumen dalam membeli telur ayam kampung, tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pendapatan dengan perilaku konsumen dalam membeli telur
ayam kampung, dan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
dengan perilaku konsumen dalam membeli telur ayam kampung.
2.4 Kerangka pemikiran
Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan berprotein dari daging ayam, maka
konsumen memenuhinya dengan berbagai cara diantaranya dengan membeli
daging ayam segar, olahan daging ayam setengah jadi seperti nugget atau olahan
Di zaman serba praktis saat ini, konsumen mulai beralih untuk memenuhi
kebutuhan makanannya dengan membeli makanan yang siap konsumsi langsung
termasuk juga untuk mengonsumsi jajanan olahan daging ayam, salah satunya
bakso bakar.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bakso bakar diperlukan usaha atau
kegiatan pemasaran memindahkan produk bakso bakar dari produsen ke
konsumen. Bakso bakar di Medan Tembung mudah di dapati pada pedagang di
sekitar sekolah, di pinggir jalan atau melalui pedagang keliling.
Dalam keputusan membeli bakso bakar, konsumen bakso bakar berhubungan
dengan beberapa faktor karakteristik konsumen, diantaranya umur, pendapatan
dan tingkat pendidikan. Keputusan konsumen tersebut dapat diukur dari frekuensi
pembelian dan jumlah pembelian bakso bakar.
Bakso bakar memiliki ciri atribut sendiri, dari atribut ini dapat dilihat preferensi
konsumen terhadap bakso bakar sehingga dilanjutkan dengan proses pembelian.
Preferensi konsumen bakso bakar adalah tingkat kesukaan konsumen terhadap
bakso bakar. Atribut yang diteliti diantaranya rasa, jenis, bentuk, jumlah per tusuk
ukuran, tekstur, suhu dan aroma.
Dari penelitian preferensi konsumen ini dapat diketahui keadaan sebenarnya dari
konsumen yang dapat dijadikan masukan bagi produsen dan pemasar bakso bakar
di Medan Tembung. Secara sistematis kerangka pemikiran pada skema dibawah
Kebutuhan akan jajanan berprotein dan praktis
Keinginan konsumen mengkonsumsi Bakso Bakar
(Olahan Ayam Broiler)
Keputusan Konsumen membeli produk Bakso Bakar
Atribut- atribut Bakso Bakar 1. Rasa
2. Jenis 3. Bentuk
4. Jumlah per tusuk 5. Ukuran
6. Tekstur 7. Suhu 8. Aroma
Preferensi Konsumen
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :
= ruang lingkup penelitian
= menyatakan hubungan
= menyatakan proses
Faktor karakteristik konsumen :
1. Umur 2. Pendapatan
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada karakteristik konsumen bakso bakar.
2. a. Ada hubungan umur konsumen dengan frekuensi pembelian bakso bakar.
b. Ada hubungan umur konsumen dengan jumlah pembelian bakso bakar.
c. Ada hubungan pendapatan konsumen dengan frekuensi pembelian bakso
bakar.
d. Ada hubungan pendapatan konsumen dengan jumlah pembelian bakso
bakar.
e. Ada hubungan pendidikan konsumen dengan frekuensi pembelian bakso
bakar.
f. Ada hubungan pendidikan konsumen dengan jumlah pembelian bakso
bakar.
3. Ada preferensi konsumen terhadap atribut produk dalam membeli bakso bakar.
BAB III
METODELOGI
PENELITIAN
3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan. Daerah
penelitian ini ditentukan secara purposive atau secara sengaja. Pertimbangan ini
didasarkan karena Kecamatan Medan Tembung merupakan lokasi yang dipilih
usaha Bakso Bakar Nusantara, dimana hasil penelitian dari informasi konsumen di
lokasi tersebut dapat bermanfaat untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat
bagi usaha Bakso Bakar Nusantara.
3.2Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode proportional
accidental sampling, yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap konsumen
yang membeli bakso bakar berdasarkan tempat membelinya dengan penentuan
sampel yang proportional dan merata. Metode penarikan sampel terlebih dahulu
menentukan jenis pedagang yang menjadi objek penelusuran.
Berdasarkan hasil pra survey, maka distribusi pedagang bakso bakar dan rata-rata
Tabel 2. Distribusi Pedagang dan Rata-rata Konsumen Bakso Bakar di Kecamatan Medan Tembung
Kelurahan Lokasi Pedagang Rata-rata konsumen
Indra Kasih SD Swasta Pelangi, Jln. Bhayangkara 30
Sidorejo Hilir Perguruan Al-Ulum, Jln. Tuasan 40
Sidorejo Simpang Jln. Durung 100
Bantan Timur MTS Teladan, Jln. Negara 30
Bandar Selamat SMP Neg. 17 & SDN 064976, Jln. Kapt. Jamil 40
SMA,SMP,SD Budi Satrya, Jln. Letda Sujono 60
Bantan SMA Neg. 11 Medan, Jln. Pertiwi 60
SMA Swasta Teladan, Jln. Bersama 40
Perguruan Swasta Jambi, Jln Pertiwi 30
Simpang Jln, Bersama gg. Jawa 20
Tembung SMP,SMA, SMK Swasta Prayatna, Jln. Letda Sujono 60
Pasar Jln. Baru 20
TOTAL 530
Berdasarkan data diatas jumlah pedagang bakso bakar di Kecamatan Medan
Tembung didominasi pedagang di sekitar sekolah, dengan jumlah 9 pedagang dari
total 12 pedagang, dan 7 pedagang diantaranya berada di sekitar sekolah setingkat
SMP.
Konsumen diambil dari kelompok populasi pembeli bakso bakar di Kecamatan
Medan Tembung, yang menjadi anggota sampel sebagian dari anggota sub
populasi dan tiap anggota kelompok populasi memiliki probability yang sama
Menurut Gay dan Diehl dalam Kuncoro (2003), jumlah sampel minimal yang
dapat diterima tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Untuk studi deskriptif,
sampel 10% dari populasi dianggap merupakan jumlah minimal dan untuk studi
korelasional dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada tidaknya
hubungan.
[image:32.595.116.512.294.478.2]Maka, penentuan sampel proportional berdasarkan data diatas sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah Sampel Terpilih dari Konsumen Setiap Pedagang
Lokasi Pedagang Rata-rata Konsumen Jumlah Sampel(10%)
SD Swasta Pelangi 30 3
Perguruan Al-Ulum 40 4
Simpang Jln. Durung 100 10
MTS Teladan, 30 3
SMP Neg. 17 & SDN 064976 40 4
SMA,SMP,SD Budi Satrya 60 6
SMA Neg. 11 Medan 60 6
SMA Swasta Teladan, 40 4
Perguruan Swasta Jambi 30 3 Simpang Jln.Bersama,gg Jawa 20 2 SMP,SMA, SMK Swasta Prayatna 60 6
Pasar Jln. Baru 20 2
TOTAL 530 53
3.3 Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer yaitu berupa penelusuran jumlah pedagang bakso bakar di
daerah penelitian dan kuesioner dari hasil wawancara kepada konsumen bakso
bakar di daerah penelitian dengan membuat daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Data sekunder yang meliputi data kependudukan dan
keadaan lokasi daerah penelitian diperoleh dari instansi terkait yaitu Badan Pusat
3.4Metode Analisis Data
Untuk Hipotesis 1 Digunakan analisis deskriptif, dimana yang dianalisis adalah karakteristik konsumen yang membeli bakso bakar di Kecamatan Medan
Tembung.
Untuk Hipotesis 2 Digunakan analisis korelasi Rank Spearman dengan menganalisis faktor umur, pendapatan dan tingkat pendidikan terhadap frekuensi
pembelian dan jumlah pembelian bakso bakar.
rs = 1 –
∑t
hitung= rs
tα= α/2 ; db (n-2)
Keterangan:
rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman
di = selisih antara peringkat
n = jumlah sampel.
α = derajat nyata
db= derajat bebas
Kriteria uji hipotesa:
Jika thitung ≤ t α/2 berarti terima Ho dan tidak terima H1
Ho = tidak ada hubungan
H1 = ada hubungan
Dengan menggunakan SPSS, korelasi rank spearman dapat ditentukan dengan
nilai signifikansi pada hasil SPSS. Keriteria pengambilan keputusan adalah:
Ho diterima jika nilai signifikansi > α
H1 diterima jika nilai signifikansi < α
Tingkat koefisien korelasi menurut Sarwono dalam Ramadhina (2011) sebagai
berikut:
0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
0-0,25 : Korelasi sangat lemah
>0,25-0,5 : Korelasi cukup
>0,5-0,75: Korelasi kuat
>0,75-0,99: Korelasi sangat kuat
1 : Korelasi sempurna
Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua
variabel. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah
hubungan dua variabel acak.
Untuk Hipotesis 3 Digunakan analisis deskriptif, dimana yang dianalisis adalah preferensi konsumen terhadap atribut produk, yaitu: rasa, jenis, bentuk, jumlah per
tusuk, ukuran, tekstur, suhu dan aroma. Dan dianalisis perhatian konsumen
Secara manual, nilai Kendall’s dapat dihitung dengan rumus:
S
∑
Ri = ∑ ,
Dimana: W= Nilai Kendall’s
S = Jumlah kuadrat dari deviasi rangking
R = Rata-rata rangking
Ri= Total ranking
m = Jumlah orang yang memberikan nilai (peringkat)
n = Jumlah objek yang dinilai
Untuk mengetahui keselarasan pendapat responden dilakukan uji Chi-square
terhadap koefisien Kendall’s (W). Nilai Chi-square dihitung menggunakan rumus:
Hipotesis yang diajukan adalah
Ho : RKendall = 0 (tidak ada kecocokan)
H1 : RKendall ≠ 0 (ada kecocokan)
Ho diterima jika ;
H1 diterima jika ;
(Supriana,2010)
3.5Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka dibuat
definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
3.5.1 Definisi
a. Bakso bakar adalah makanan jajanan yang terbuat dari campuran daging
ayam dengan tepung sehingga bertekstur kenyal, berbentuk,dan diolesi
bumbu sebelum di bakar. Di pasaran kota Medan bakso bakar memiliki
varian rasa pedas, manis, pedas manis, pedas kacang, dan kari.
b. Karakteristik konsumen adalah karakter pribadi responden konsumen bakso
bakar, yaitu: usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan, status dalam
keluarga dan tingkat pendidikan.
c. Preferensi konsumen terhadap bakso bakar adalah kecenderungan kesukaan
konsumen terhadap bakso bakar dinilai dari sisi atribut produk yang diukur
dengan skala ordinal terhadap 8 atribut produk dengan angka 1,2,3,4,5,6,7,8.
Angka 1 menunjukkan prioritas kesukaan paling tinggi, angka 2
menunjukkan prioritas kesukaan kedua, hingga angka 8 yang menunjukkan
d. Atribut bakso bakar adalah karakter/ciri-ciri yang melekat pada produk bakso
bakar, diantaranya: rasa, jenis,bentuk, jumlah per tusuk, ukuran, tekstur,suhu
dan aroma.
e. Rasa adalah sesuatu yang dapat dirasakan oleh indera perasa(lidah). Rasa
dalam bakso bakar sesuai rasa bumbu, yaitu: pedas, pedas manis, pedas
kacang dan kari.
f. Jenis bakso bakar adalah macam-macam bakso bakar yang dapat di konsumsi
di Medan Tembung. Jenis bakso bakar yang ada hanya dua yaitu bakso bakar
original, dan bakso yang ditambah kulit tahu sebagai pelapis dan dibakar.
g. Bentuk adalah bentuk bakso bakar yang dapat dinilai responden yaitu bulat
dan kotak.
h. Jumlah per tusuk adalah jumlah bakso dalam satu tusuk bakso bakar.
Biasanya jumlahnya 3 – 5 buah bakso.
i. Ukuran adalah besar kecilnya buah bakso yang dinilai responden.
j. Tekstur adalah kumpulan sifat permukaan bakso yaitu kenyal dan tidak
kenyal.
k. Suhu adalah keadaan temperatur fisik produk, biasanya dibedakan antara
panas dan dingin.
l. Aroma adalah sesuatu yang dapat dirasakan indera penghirup(hidung) aroma
diantaranya wangi, dan tidak beraroma.
m. Pendapatan adalah pendapatan pribadi yang dihitung dalam satuan bulan.
n. Pendapatan konsumen pelajar/mahasiswa adalah pendapatan yang berasal
dari uang jajan (bukan dari segi upah) dalam satuan bulan
3.5.2 Batasan Operasional
a. Populasi adalah konsumen bakso bakar yang membeli bakso bakar dari
pedagang di Kecamatan Medan Tembung.
b. Daerah penelitian adalah Kecamatan Medan Tembung, Kota Medan.
c. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2014.
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Kota Medan
Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara yang
memiliki luas daerah sekitar 265,10 km2 atau 3,6 % dari keseluruhan wilayah
Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya,
Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang
relatif lebih besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 30 30’-30 43’ Lintang Utara dan 980 35’-980 44’ Bujur Timur dan terletak pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Menurut batas administratifnya, Kota Medan
berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan,
barat dan timur.
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Kota Medan berjumlah
2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659
perempuan. Di siang hari jumlah ini meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa
dengan dihitungnya jumlah penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan
berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan
37,8% dari total penduduk). Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni
lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat
dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5
4.1.2 Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan di Kota Medan yang
memepunyai luas wilayah sekitar 7,78 km2 terletak pada ketinggian 30 meter
diatas permukaan laut, dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Medan Perjuangan
- Sebelah Timur bebatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Medan Denai
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Medan Tembung dihuni oleh 133.841 orang penduduk (2012).
Dimana penduduk terbanyak berada di Kelurahan Bantan, yaitu sebanyak 29.704
orang dan jumlah penduduk terkecil di Kelurahan Tembung dengan jumlah 9.825
orang. Dari jumlah 133.841 penduduk terdiri dari 65.417 berjenis kelamin
laki-laki dan 68.424 perempuan. Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kecamatan
Medan Tembung lebih didominasi oleh penduduk usia produktif. Usia produktif
adalah umur dimana seseorang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat
mengahasilkan barang dan jasa dengan efektif. Usia produktif pada jenjang usia
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur & Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Tembung tahun 2012
Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)
Laki-laki(jiwa) Perempuan (jiwa)
0-4 5.850 5.608 11.458
5-14 11.344 10.774 22.118
15-44 35.839 38.539 74.378
45-64 10.549 11.012 21.561
> 65 1.835 2.491 4.326
Medan Tembung 65.417 68.424 133.841
Sumber:BPS, Medan Tembung dalam Angka 2013
Sarana pendidikan di Kecamatan Medan Tembung sudah lengkap dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah sekolah
dirinci berdasarkan kelurahan di Kecamatan Medan Tembung sebagai berikut:
Tabel 5. Jumlah Sekolah Berdasarkan Kelurahan di Kecamatan Medan Tembung
Kelurahan SD SMP SMA SMK TOTAL
Indra Kasih 5 1 0 0 6
Sidorejo Hilir 3 2 2 0 7
Sidorejo 9 7 2 1 19
Bantan Timur 5 ` 2 0 1 8
Bandar Selamat 8 5 2 1 16
Bantan 6 5 5 5 21
Tembung 3 3 1 2 9
Medan Tembung 39 25 12 10 86
Sumber:BPS, Medan Tembung dalam Angka 2013
[image:41.595.112.511.482.689.2]BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1 Karakteristik Konsumen Bakso Bakar di Kecamatan Medan Tembung
Dari 53 kuesioner yang diolah dapat dilihat karakteristik konsumen bakso bakar di
Medan Tembung. Karakteristik konsumen yang dianalisis meliputi jenis kelamin,
umur, agama, pekerjaan, pendapatan, status dalam keluarga, dan tingkat
pendidikan. 3 karakterisitik responden utama yaitu: umur, pendapatan dan tingkat
pendidikan yang nantinya akan dihubungkan terhadap keputusan membeli bakso
bakar melalui tingkat intensitas dan jumlah pembelian bakso bakar.
5.1.1 Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian dengan wawancara melalui kuesioner kepada 53 responden
berdasarkan penelusuran pada lokasi yang telah ditentukan pada metode
penelitian, maka jumlah konsumen berjenis kelamin laki-laki 23 konsumen atau
43,4% dari jumlah sampel dan perempuan berjumlah 30 konsumen atau 56,6%
[image:42.595.111.509.588.680.2]dari jumlah sampel.
Tabel 6. Karakterisitik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah(orang) Persentase(%)
Laki-laki 23 43,4%
Perempuan 30 56,6%
Total 53 100%
Konsumen bakso bakar lebih banyak berjenis kelamin perempuan karena
perempuan lebih banyak jika dibandingkan konsumen laki-laki. Maka penyebaran
kuesioner disesuaikan dengan kondisi tersebut. Bakso bakar merupakan produk
makanan siap makan dan relatif terjangkau yang tidak identik dengan salah satu
jenis kelamin saja, sehingga dapat dikonsumsi oleh perempuan maupun laki-laki.
5.1.2 Umur
Berdasarkan kelompok umur, responden yang didominasi oleh pelajar dengan
umur diantara 7-18 tahun dibagi atas 5 kelompok umur berdasarkan jenjang usia
[image:43.595.118.510.354.519.2]responden, sebagai berikut:
Tabel 7. Karakterisitik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Umur
Umur (Tahun) Jumlah(orang) Persentase(%)
7-9 2 3,77%
10-12 11 20,75%
13-15 21 39,62%
16-18 17 32,07%
>18 2 3,77%
Total 53 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen bakso bakar yang paling banyak
berumur diantara 13-15 tahun dengan jumlah konsumen 21 orang atau 39,62%
dari total sampel konsumen. Konsumen dengan kelompok umur ini merupakan
konsumen yang masih sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Jika diruntut dari distribusi pedagang yang berjualan bakso bakar di Medan
Tembung maka 7 dari 12 lokasi pedagang merupakan kawasan perguruan
setingkat SMP, Maka jumlah responden dalam penelitian ini lebih banyak yang
Konsumen bakso bakar yang paling sedikit berumur pada jenjang 7-9 tahun dan
diatas 18 tahun yang masing-masing berjumlah 2 orang atau 3,77% dari total
sampel penelitian. Umur 7-9 tahun adalah konsumen setingkat pendidikan
Sekolah Dasar kelas 1 hingga kelas 3. Konsumen dengan umur tersebut cenderung
lebih sedikit mengkonsumsi bakso bakar, hal dapat saja dipengaruhi berapa hal,
seperti motivasi pembelian yang kurang suka atauharga bakso bakar itu
sendiriyang relatiflebih mahal bagi anak-anak seumuran tersebut jika
dibandingkan uang jajannya. Butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
hal-hal yang mempengaruhinya yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Begitu pula
pada kelompok umur diatas 18 tahun.
Selain 3 kelompok umur terbesar dan terkecil, ada 2 kelompok umur lainnya yaitu
10-12 tahun yang berjumlah 11 orang atau 20,75%, 16-18 tahun yang berjumlah
16 orang atau 30,18%. Seluruh kelompok umur tersebut merupakan hasil
penelitian dari penelusuran konsumen berdasarkan proporsi lokasi pedagang yang
ada di Medan Tembung.
5.1.3 Agama
Dari segi agama, konsumen bakso bakar di daerah penelitian terbagi atas 3
kelompok agama responden yaitu Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik
dengan masing-masing jumlah konsumen 41 orang, 11 orang, dan 1 orang.
Sebanyak 77,35% konsumen beragama Islam, yang merupakan kelompok agama
yang paling banyak di daerah penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakso bakar dapat dikonsumsi dari berbagai
menyatakankonsumen individual mungkin dipengaruhi sedikit atau secara luas
oleh kelompok etnis salah satunya agama, tetapi bakso bakar nyatanya dapat
[image:45.595.114.510.197.316.2]dikonsumsi oleh bermacam agama.
Tabel 8. Karakterisitik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Agama
Agama Jumlah(orang) Persentase(%)
Islam 41 77,35%
Kristen Protestan 11 20,75%
Kristen Katolik 1 1,90%
Total 53 100%
5.1.4 Pekerjaan
Berdasarkan kelompok pekerjaan, konsumen bakso bakar sangat didominasi oleh
kelompok pelajar dengan jumlah 51 orang dan persentasenya 96,2%, selainnya
karyawan swasta dan wiraswasta yang masing-masing 1 orang dengan persentase
1,9%. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas konsumen adalah pelajar, karena
pedagang bakso bakar di Medan Tembung memang lebih mengutamakan lokasi
penjualan di sekitar sekolah-sekolah dengan target pasar para pelajar. Pedagang
bakso bakar akan muncul di sekitar sekolah pada jam istirahat maupun jam pulang
sekolah para pelajar.
Konsumen yang memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta dan wiraswasta
adalah konsumen bakso bakar yang membeli dari pedagang yang berjualan malam
hari. Pedagang tersebut berada di simpang Jln. Bersama gang Jawa Kecamatan
Medan Tembung. Pedagang tersebut merupakan satu-satunya pedagang yang
yang bukan pelajar merupakan konsumen yang tinggal dekat lokasi penjual bakso
bakar tersebut dan mengetahui penjual bakso bakar menjual bakso bakar pada
[image:46.595.113.509.197.315.2]malam hari di lokasi tersebut.
Tabel 9. Karakterisitik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah(orang) Persentase(%)
Pelajar 51 96,2%
Karyawan Swasta 1 1,9%
Wiraswasta 1` 1,9%
Total 53 100%
5.1.5 Pendapatan
Dari 53 konsumen bakso bakar yang diwawancarai di lokasi penelitian dihasilkan
data karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan sebagai berikut:
Tabel 10. Karakterisitik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Pendapatan
Pendapatan per bulan Jumlah(orang) Persentase(%)
< Rp.150.000 5 9,43%
Rp.150.000 – Rp. 299.999 23 43,39%
Rp.300.000 – Rp. 449.999 17 32,07%
Rp.450.000 – Rp. 599.999 4 7,55%
> Rp.600.000 4 7,55%
Total 53 100%
Sebanyak 23 konsumen memiliki pendapatan sebesar Rp.150.000 – Rp.299.999
atau sebesar 43,39%. Kelompok konsumen ini merupakan para pelajar yang
[image:46.595.112.512.466.632.2]bulanan. Hal ini juga sama pada kelompok pendapatan < Rp.150.000 yang
berjumlah 5 orang dengan persentase 9,43%, kelompok pendapatan Rp.300.000 –
Rp.449.999 yang berjumlah 17 orang dengan persentase 32,07% dan kelompok
pendapatan Rp.450.000 – Rp.599.999 yang berjumlah 4 orang dengan persentase
7,55%. Pada kelompok pendapatan Rp.600.000 dan diatas Rp.600.000 berjumlah
4 orang dengan persentase 7,55% . Kelompok pendapatan ini merupakan pelajar
dengan uang jajan yang lumayan besar dan dua konsumen lainnya yang
mempunyai pendapatan sendiri diatas Rp.600.000.
5.1.6 Status dalam Keluarga
Dari hasil penelitian pada 53 responden terhadap karakteristik konsumen dari segi
status dalam kelurga dihasilkan 52 konsumen berstatus sebagai anak dan belum
menikah yang berpersentase 98,1%, dan hanya 1 orang konsumen yang berstatus
[image:47.595.114.510.516.610.2]sebagai ibu dan telah menikah dengan persentase 1,9%.
Tabel 11. Karakterisitik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Status dalam Keluarga
Status dalam Keluarga Jumlah(orang) Persentase(%)
Ibu 1 1,9%
Anak 52` 98,1%
5.1.7 Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian terhadap 53 konsumen bakso bakar pada lokasi yang ditentukan
sesuai distribusi pedagang bakso bakar di Medan Tembung. Maka kelompok
[image:48.595.121.511.258.374.2]tingkat pendidikan konsumen sebagai berikut:
Tabel 12. Karakterisitik Konsumen Bakso Bakar berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah(orang) Persentase(%)
SD 13 24,53%
SMP 21 39,62%
SMA 19` 35,85%
Total 53 100%
Berdasarkan tabel diatas, jumlah konsumen yang paling banyak berpendidikan
setingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) sebanyak 21 orang dengan
persentase 39,62%, selanjutnya berbeda sedikit dengan konsumen berpendidikan
setingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) sebanyak 19 orang dengan persentase
35,85%, dan yang terakhir adalah tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan
jumlah 13 orang atau 24,53 % dari total konsumen penelitian.
Pendidikan konsumen yang paling banyak adalah setingkat SMP dan tidak jauh
berbeda dengan tingkat SMA. Hal ini karena distribusi pedagang yang berjualan
bakso bakar di Medan Tembung, sebanyak 7 dari 12 lokasi pedagang merupakan
kawasan perguruan setingkat SMP, dan 5 diantaranya berlokasi di perguruan
setingkat SMA. Penentuan sampel juga mengikuti distribusi pedagang dan
5.2 Waktu Pembelian Bakso Bakar dan Motivasi Membeli Bakso Bakar
Ada 4 waktu pembelian bakso bakar berdasarkan kesediaan bakso bakar di Medan
Tembung yaitu pagi, siang, sore dan malam. Sebanyak 42 konsumen atau 79,24%
membeli pada siang hari. 4 konsumen membeli masing-masing pada pagi dan sore
hari dengan persentase 7,55% dan 3 konsumen membeli pada malam hari dengan
persentase 5,66%.
Pembelian terbanyak pada siang hari karena sebagian besar pelajar membeli bakso
bakar pada saat istirahat sekolah maupun pulang sekolah di siang hari. Pembelian
bakso bakar pada pagi dan siang hari oleh konsumen dilakukan kepada pedagang
yang berada di sekitar sekolah. Pembelian pada sore hari oleh konsumen kepada
pedagang keliling disekitar lingkungannya, dan pembelian pada malam hari
dilakukan kepada pedagang yang berjualan di simpang Jln. Bersama gang Jawa,
[image:49.595.113.512.492.635.2]dan pedagang keliling lainnya.
Tabel 13. Waktu Pembelian Bakso Bakar
Waktu Pembelian Jumlah(orang) Persentase(%)
Pagi hari 4 7,55%
Siang hari 42 79,24%
Sore hari 4 7,55%
Malam hari 3` 5,66%
Total 53 100%
Motivasi pembelian dari hasil penelitian terhadap 53 konsumen yang memberikan
Tabel 14. Motivasi Membeli Bakso Bakar
Motivasi Membeli Jumlah(orang) Persentase(%)
Suka 35 66,03%
Hobby 2 3,76%
Lapar 14 26,41%
Mencoba 1 1,90%
Lainnya 1` 1,90%
Total 53 100%
Berdasarkan tabel diatas bahwa sebanyak 35 konsumen atau sebesar 66,03%
membeli bakso bakar karena suka, 14 konsumen atau 26,41% membeli bakso
bakar karena lapar, 2 konsumen karena motivasi hobby, 1 konsumen atau 1,90%
karena motivasi mencoba dan 1 konsumen menjawab dengan motivasi lainnya,
yaitu untuk cemilan saat malam.
5.3 Hubungan Umur, Pendapatan, dan Tingkat PendidikanDengan Frekuensi Pembelian dan Jumlah Pembelian Bakso Bakar
Hubungan umur, pendapatan, dan tingkat pendidikan dengan keputusan konsumen
dalam membeli bakso bakar yang dianalisis dari sisi frekuensi pembelian dan
jumlah pembelian diujidengan menggunakan SPSS dengan metode analisis
korelasi rank spearman, dengan hasil nilai signifikansi sebagai berikut:
Tabel 15. Nilai Signifikansi Korelasi Rank Spearman Hasil SPSS Karakteristik Konsumen Keputusan Konsumen dalam Membeli
Frekuensi Pembelian Jumlah Pembelian
Umur 0,04 0,00
Pendapatan 0,112 0,001
[image:50.595.110.512.643.746.2]5.3.1 Hubungan Umur dengan Frekuensi Pembelian Bakso Bakar
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi rank spearman menggunakan SPSS
pada lampiran 3maka diperoleh nilai koefisien korelasi -0,238 dengan nilai
signifikansi 0,04. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05, maka H1
diterima dan Ho ditolak. Artinya ada hubungan umur konsumen dengan frekuensi
pembelian bakso bakar dengan korelasi yang sangat lemah dengan koefisien
-0,238 dan berhubungan terbalik dengan nilainya yang negatif, yang artinya
semakin tinggi umur, maka nilai frekuensi pembelian bakso bakar akan semakin
kecil.
5.3.2 Hubungan Umur dengan Jumlah Pembelian Bakso Bakar
Hasil pengujian analisis korelasi rank spearman menggunakan SPSS pada
lampiran 4maka diperoleh nilai koefisien korelasi 0,535 dengan nilai signifikansi
0,00. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05, maka H1 diterima dan
Ho ditolak. Artinya ada hubungan umur konsumen dengan jumlah pembelian
bakso bakar dengan korelasi yang kuat dengan koefisien 0,535 dan berhubungan
searah dengan nilainya yang positif, yang artinya semakin tinggi umur, maka nilai
jumlah pembelian bakso bakar akan semakin banyak pula.
5.3.3 Hubungan Pendapatan dengan Frekuensi Pembelian BaksoBakar
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi rank spearman menggunakan SPSS
pada lampiran 5maka diperoleh nilai koefisien korelasi -0,215 dengan nilai
signifikansi 0,122. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi > 0,05, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak ada hubungan pendapatan konsumen
5.3.4 Hubungan Pendapatan dengan Jumlah Pembelian Bakso Bakar
Hasil pengujian analisis korelasi rank spearman menggunakan SPSS pada
lampiran 6maka diperoleh nilai koefisien korelasi 0,437 dengan nilai signifikansi
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05, maka H1 diterima dan
Ho ditolak. Artinya ada hubungan pendapatan konsumen dengan jumlah
pembelian bakso bakar dengan korelasi yang cukup dengan koefisien 0,437 dan
berhubungan searah dengan nilainya yang positif, yang artinya semakin tinggi
pendapatan, maka nilai jumlah pembelian bakso bakar akan semakin besar pula.
5.3.5 Hubungan Pendidikan dengan Frekuensi Pembelian Bakso Bakar
Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi rank spearman menggunakan SPSS
pada lampiran 7maka diperoleh nilai koefisien korelasi -0,301 dengan nilai
signifikansi 0,029. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05, maka H1
diterima dan Ho ditolak. Artinya ada hubungan pendidikan konsumen dengan
frekuensi pembelian bakso bakar dengan korelasi cukup dengan koefisien -0,301
dan berhubungan terbalik dengan nilainya yang negatif, yang artinya semakin
tinggi pendidikan, maka nilai frekuensi pembelian bakso bakar akan semakin
kecil.
5.3.6 Hubungan Pendidikan dengan Jumlah Pembelian Bakso Bakar
Hasil pengujian analisis korelasi rank spearman menggunakan SPSS pada
lampiran 8maka diperoleh nilai koefisien korelasi 0,431 dengan nilai signifikansi
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi < 0,05, maka H1 diterima dan
Ho ditolak. Artinya ada hubungan pendidikan konsumen dengan jumlah
berhubungan searah dengan nilainya yang positif, yang artinya semakin tinggi
pendidikan, maka nilai jumlah pembelian bakso bakar akan semakin banyak.
5.4 Preferensi Konsumen Terhadap Atribut Bakso Bakar
Preferensi responden terhadap bakso bakar adalah pilihan suka atau tidak suka
oleh seseorang terhadap produk bakso bakar yang dikonsumsinya. Menurut
Asseal dalam Ani (2001) Preferensi terbentuk dari persepsi terhadap produk.
Persepsi yang sudah mengendap dan melekat dalam pikiranakan menjadi
preferensi. Preferensi tersebut dapat dinilai terhadap karakteristik produk makanan
atau atribut makanan. Atribut bakso bakar yang dinilai antara lain: rasa, jenis,
bentuk, jumlah per tusuk, ukuran, tekstur, suhu, dan aroma.
Preferensi konsumen dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis
deskriptif yang dilandasi oleh hasil wawancara kepada 53 responden yang
mengkonsumsi bakso bakar berdasarkan penelusuran di lokasi yang telah
ditentukan.
5.4.1 Rasa
Hasil penelitian terhadap preferensi konsumen bakso bakar dari segi rasa bakso
[image:53.595.113.509.634.750.2]bakar sebagai berikut:
Tabel 16. Preferensi Konsumen terhadap Rasa
Rasa Jumlah(orang) Persentase(%)
Pedas 21 39,6%
Manis 5 9,4%
Pedas Manis 27` 51%
Dari tabel diatas, sebanyak 27 konsumen atau 51% lebih menyukai rasa pedas
manis, dengan alasan rasa pedas manis merupakan rasa utama bakso bakar dan
konsumen lebih menyukai dan terbiasa dengan rasa tersebut. Sebanyak 21
konsumen dengan persentase 39,6% lebih menyukai rasa pedas dan 5 konsumen
atau 9,4% lainnya lebih menyukai rasa manis. Konsumen yang menyukai rasa
manis beralasan tidak suka makanan pedas. Konsumen ini didominasi konsumen
pemula pada tingkat pendidikan SD.
5.4.2 Jenis
Bakso bakar yang ada di Medan Tembung terdiri dari 2 jenis yaitu bakso bakar
original dan bakso bakar lapis kulit tahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35
responden lebih menyukai bakso bakar lapis kulit tahu jika dibandingkan bakso
bakar original, dengan persentase 66,04%. Sisanya 18 konsumen lebih menyukai
[image:54.595.112.510.494.587.2]bakso bakar original dengan persentase 33,96%.
Tabel 17. Preferensi Konsumen terhadap Jenis
Jenis Jumlah(orang) Persentase(%)
Bakso Bakar Original 18 33,96%
Bakso Bakar Lapis Kulit Tahu 35` 66,04%
Total 53 100%
5.4.3 Bentuk
Hasil Penelitian terhadap 53 konsumen bakso bakar menunjukkan preferensi
Tabel 18. Preferensi Konsumen terhadap Bentuk
Bentuk Jumlah(orang) Persentase(%)
Bulat 20 37,74%
Kotak 33` 62,26%
Total 53 100%
Bentuk bakso bakar biasanya identik dengan jenis bakso bakarnya. Bentuk bulat
identik dengan bakso bakar original, dan bentuk kotak identik dengan bakso bakar
lapis tahu. Tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua konsumen
yang lebih menyukai bakso bakar lapis tahu juga menyukai bentuk kotak.
Sebanyak 33 konsumen atau 62,26% lebih menyukai bentuk kotak, dan 20
responden atau 37,74% lebih menyukai bentuk bulat. Ada 2 konsumen yang
menyukai bakso lapis tahu, tetapi lebih menyukai bentuk bulat. Keadaan ini dapat
menjadi peluang bagi pedagang bakso bakar untuk membuat inovasi dalam hal
bentuk bakso bakar.
5.4.4 Jumlah per Tusuk
Dari segi jumlah per tus