• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY BOGOR. Oleh DEVI FITRIYANA H"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANCINGAN ”

FISHING VALLEY

” BOGOR

Oleh

DEVI FITRIYANA

H24066045

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor.Di bawah bimbingan Mimin Aminah.

Fishing Valley merupakan salah satu alternatif tempat wisata rekreasi keluarga di Bogor dengan menawarkan konsep wisata pemancingan yang unik dan kreatif yaitu tidak hanya menyediakan kolam pemancingan saja namun disediakan juga fasilitas lainnya seperti restoran, bom-bom boat, horse ridding, dan flying fox. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengetahuan perusahaan terhadap konsumen sangat diperlukan dikarenakan konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap jasa yang ditawarkan. Penelitian ini menganalisis tentang perilaku konsumen terutama mengenai proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor yang dilakukan di Fishing Valley, berlokasi di Jl. Pemda Raya No. 107 Bogor dan dilakukan pada bulan Januari sampai Mei 2009. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi objek wisata pemancingan Fishing Valley, (2) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley, (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 100 responden. Analisis data dalam penelitian ini adalah Uji Validitas, Reliabilitas, Analisis Deskriptif dan Analisis Faktor. Pengolahan data dibantu dengan Microsoft Excel 2007 dan program SPSS versi 15for windows.

Hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar konsumen yang berkunjung adalah laki-laki (72%) dengan usia berkisar antara 31-40 tahun (37 %). Dimana status yang sudah menikah sebesar (64%). Daerah asal kedatangan konsumen mayoritas datang dari Bogor (58%). Tingkat pendidikan terakhir dari konsumen sebagian besar adalah lulusan S1 (36%). Konsumen sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta (31%) dan pendapatan terbanyak konsumen berkisar diatas Rp 2.700.000 per bulan (60%).

Berdasarkan analisis diketahui bahwa proses pengambilan keputusan konsumen terhadap jasa Fishing Valley dimulai dengan tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian. Pada tahap pengenalan kebutuhan, tujuan utama konsumen berkunjung ke Fishing Valley adalah untuk memancing (56%). Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi konsumen paling besar didapatkan melalui keluarga atau teman (63%) dan fokus perhatian tentang Fishing Valley paling besar adalah fasilitas (41%). Pada tahap evaluasi, pertimbangan utama konsumen dalam memilih objek wisata yang akan dikunjungi adalah lokasi yang mudah dijangkau (56%). Tahap pengambilan keputusan, hal yang membuat konsumen pertama kali memutuskan berkunjung ke Fishing Valley adalah lokasi yang mudah dijangkau (62%). Pada tahap pasca pembelian, sebagian besar konsumen menyatakan suka setelah berkunjung keFishing Valley (52%) dan puas (59%).

(3)

(reliability) sebesar (0,514), keyakinan atau jaminan (assurance) sebesar (0,414) dan perhatian (empathy) sebesar (0,125). Sementara itu berdasarkan identifikasi terhadap masing-masing faktor diperoleh faktor yang paling dipentingkan pada faktor keandalan (reliability) adalah konsep wisata yang sesuai dengan visi dan misi (0,727). Faktor kesigapan (responsiveness) adalah kecepatan karyawan melayani konsumen dan kemampuan karyawan dalam mengatasi keluhan atau permasalahan yang dialami konsumen memiliki nilai kepentingan yang sama (0,738). Faktor keyakinan atau jaminan (assurance) adalah keramahan dan kesopanan karyawan dalam melayani konsumen (0,734). Faktor berwujud (tangible) adalah kebersihan dan kerapihan lingkungan (0,660) dan faktor perhatian (empathy) adalah keberadaan dan manfaat kotak saran (0,771).

(4)

PEMANCINGAN ”

FISHING VALLEY

” BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

DEVI FITRIYANA

H24066045

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS ANALISIS PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PREFERENSI

KONSUMEN TERHADAP OBJEK WISATA PEMANCINGAN FISHING VALLEY” BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Oleh

DEVI FITRIYANA H24066045

Menyetujui, Mei 2009

Ir. Mimin Aminah, MM Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen

(6)

iii

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 13 Juni 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Drs. Syaeful Anwar dan Ani Kristiawati.

Penulis memulai pendidikannya dari TK Pertiwi Citeureup pada tahun 1990, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Pajeleran Cibinong. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Cibinong dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Cibinong dan masuk dalam program IPA pada Tahun 2000. Pada Tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Program Studi Teknik Pendayagunaan Lahan dan Air, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun 2006 Penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswi di IPB penulis aktif dalam kegiatan organisasi kampus, diantaranya menjadi Ketua Divisi Akademik Himpunan Profesi Ekstensi Manajemen (HIMPRO-EXOM) IPB periode 2007-2008. Selain itu penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu sebagai panitia kegiatan seminar ”Positioning Pembiayaan Syariah dalam Pengembangan Sektor Riil“ Tahun 2008 dan koordinator ekstrakulikuler Ekstensi Program Bahasa Inggris dan Mandarin.

(7)

iv

Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahNya yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Proses Pengambilan Keputusan Dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan ”Fishing Valley” Bogor dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Bantuan dari berbagai pihak berperan besar dalam pembuatan skripsi ini. Oleh Karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Ir. Mimin Aminah, MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.

2. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji. 3. Hardiana Widiastuti, S.Hut, MM selaku dosen penguji.

4. Dr.Ir. Jono M Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

5. Bapak Ramly selaku ManajerFishing Valley yang telah membimbing penulis selama melakukan penelitian.

6. Seluruh karyawan di Fishing Valley yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

7. Seluruh dosen dan staf di Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

8. Mamah, Papah, Teh Dini, Putri, Mas Anjar atas kasih sayang, doa dan dukungannya.

9. Eggy atas semangat dan kasih sayangnya.

10. Sahabatku (Putri, Nita, Rara, Gita, Ocha, Chandra dan Erky ) atas dukungan dan perhatiannya serta teman-teman Ekstensi Manajemen angkatan I dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

(8)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Bogor, Mei 2009

(9)

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 3 1.4. Manfaat Penelitian... 3

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1. Pemasaran ... 5

2.2. Jasa ... 5

2.3. Klasifikasi Jasa... 6

2.4. Perilaku Konsumen ... 7

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian ... 8

2.6. Pengambilan Keputusan Konsumen... 10

2.7. Preferensi Konsumen ... 12

2.8. Pariwisata... 15

2.9. Perikanan dan Memancing ... 15

2.10. Klasifikasi Sistem Pemancingan ... 16

2.11. Analisis Faktor ... 17

2.12. Penelitian Terdahulu... 18

III. METODE PENELITIAN... 20

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian... 20

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 22

3.4. Metode Pengambilan Sampel ... 23

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data... 23

3.5.1. Uji Validitas ... 23

3.5.2. Uji Reliabilitas... 24

3.5.3. Analisis Deskriptif... 25

3.5.4. Analisis Faktor ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 31

4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan... 32

(10)

vii

4.1.6. Sarana dan Prasarana ... 37

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 37

4.3. Karakteristik Konsumen Wisata PemancinganFishing Valley Bogor... 38

4.4. Analisis Proses Pengambilan Keputusan... 43

4.4.1. Pengenalan Kebutuhan ... 43

4.4.2. Pencarian Informasi... 46

4.4.3. Evaluasi Alternatif... 48

4.4.4. Pembelian... 50

4.4.5. Pasca Pembelian ... 54

4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Untuk Berkunjung KeFishing Valley... 58

4.6. Implikasi Manajerial... 68

KESIMPULAN DAN SARAN... 70

DAFTAR PUSTAKA... 73

(11)

viii

1. Tingkat Kesesuaian Penggunaan Analisis Faktor Dengan Harga KMO ... 28

2. Karakteristik KonsumenFishing Valley Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

3. Karakteristik KonsumenFishing Valley Berdasarkan Usia ... 40

4. Karakteristik KonsumenFishing Valley Berdasarkan Status Pernikahan ... 40

5. Karakteristik KonsumenFishing Valley Berdasarkan Asal Kedatangan... 41

6. Karakteristik KonsumenFishing Valley Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir ... 41

7. Karakteristik KonsumenFishing Valley Berdasarkan Pekerjaan... 42

8. Karakteristik KonsumenFishing Valley Berdasarkan Pendapatan ... 43

9. Hasil Rekapitulasi Karakteristik Konsumen ... 43

10. Tujuan Utama Berkunjung keFishing Valley... 45

11. Manfaat Berkunjung keFishing Valley... 46

12. Sumber Informasi Konsumen MengenaiFishing Valley... 47

13. Fokus Perhatian Konsumen Dalam PromosiFishing Valley... 48

14. Pertimbangan Utama Konsumen Berkunjung keFishing Valley... 49

15. Prioritas Utama KonsumenFishing Valley Sebagai Pilihan Untuk Berwisata ... 50

16. Alasan Berkunjung keFishing Valley... 50

17. Cara Memutuskan Berkunjung keFishing Valley... 51

18. Sumber yang Mempengaruhi Konsumen Berkunjung KeFishing Valley.... 51

19. Teman Berkunjung KeFishing Valley... 52

20. Frekuensi Berkunjung KeFishing Valley... 52

21. Biaya Selama Berkunjung KeFishing Valley... 53

22. Objek yang Dikunjungi diFishing Valley... 53

23. Kegiatan Wisata yang Dilakukan Konsumen DiFishing Valley... 54

24. Tingkat Kesukaan Konsumen TerhadapFishing Valley... 54

25. Tingkat Kepuasan Konsumen TerhadapFishing Valley... 55

26. Kesediaan Konsumen Untuk Menyarankan Berkunjung dan MempromosikanFishing Valley Kepada Orang Lain ... 55

27. KeunggulanFishing Valley... 56

28. Pengaruh Kunjungan Terhadap Kenaikkan Harga diFishing Valley... 56

29. Hasil Rekapitulasi Analisis Proses Pengambilan Keputusan ... Error! Bookmark not defined. 30. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen ... 59

31. Nilai Ekstraksi Faktor Keandalan (Reliability) ... 61

32. Nilai Ekstraksi Faktor Kesigapan (Responsiveness) ... 62

33. Nilai Ekstraksi Faktor Keyakinan atau Jaminan (Assurance) ... 63

34. Nilai Ekstraksi Faktor Berwujud (Tangible) ... 65

35. Nilai Ekstraksi Faktor Perhatian (Empathy)... 67

36. Nilai Ekstraksi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen . 67 37. Hasil Rekapitulasi Analisis Faktor... 68

(12)

ix

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian ... 8

2. Proses Pengambilan Keputusan ... 10

3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 21

4. Logo Wisata PemancinganFishing Valley Bogor ... 33

(13)

x

1. Kuesioner Penelitian ... 76

2. Hasil Perhitungan Uji Validitas ... 81

3. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas ... 82

4. Hasil Uji Analisis Faktor... 83

5. Hasil Uji Analisis Faktor Keandalan (Reliability)... 85

6. Hasil Uji Analisis Faktor Kesigapan (Responsiveness)... 87

7. Hasil Uji Analisis Faktor Keyakinan atau Jaminan (Assurance)... 88

8. Hasil Uji Analisis Faktor Berwujud (Tangible)... 90

(14)

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai suatu negara kepulauan terletak di khatulistiwa dengan iklim tropis memiliki kekayaan lingkungan alam berupa sumber daya alam hayati dan non-hayati yang harus dilindungi, dipelihara dan dilestarikan secara optimal bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Semua potensi tersebut merupakan modal bagi pembangunan nasional Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang ditunjang dengan pembangunan pada semua sektor.

Pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dimana keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nasional untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Objek wisata sebagai dasar kepariwisataan merupakan suatu bentuk atau aktivitas yang dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Tanpa adanya daya tarik suatu daerah akan sulit mengembangkan kepariwisataan.

Preferensi dan motivasi wisatawan yang berkembang secara dinamis serta kecenderungan wisatawan untuk kembali ke alam menyebabkan pengembangan daya tarik wisata yang berbatasan dengan alam menjadi potensial (Koswara, 2005). Kecenderungan tersebut dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati objek-objek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik. Hal ini sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik. Kecenderungan lain yang terjadi adalah pergeseran orientasi pasar wisatawan pada jenis-jenis produk wisata baru yang menekankan pada aspek kelestarian alam, lingkungan, budaya (Supriadi, 2005).

(15)

Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan potensi sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai objek wisata. Salah satu objek wisata di bidang perikanan yang menarik adalah ojek wisata pemancingan.

Bogor merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Jawa Barat. Wisata pemancingan menjadi alternatif pilihan konsumen untuk menghabiskan waktu luang dan melepaskan kejenuhan rutinitas. Salah satu bentuk objek wisata yang terdapat di Bogor adalah wisata pemancingan Fishing Valley. Wisata ini merupakan salah satu wisata rekreasi keluarga di Bogor. Fishing Valley memiliki lahan seluas 3,5 hektar dan menawarkan konsep wisata unik karena selain memancing konsumen juga dapat menikmati keindahan alam dan memilih kegiatan wisata lain yang disediakan. Fasilitas tambahan yang disediakan Fishing Valley diantaranya restoran, bom-bom boat, horse ridding, ATV dan flying fox(outbond). Wisata pemancingan saat ini mulai digemari karena respon masyarakat akan hobi memancing dan seiring perkembangan kebutuhan masyarakat.

Peningkatan pengambilan keputusan untuk berwisata merupakan gejala yang menggembirakan. Akan tetapi perkembangan objek wisata lain baik yang sejenis maupun bukan, akan menyebabkan persaingan konsumen semakin tinggi. Konsumen selaku pelaku pembelian, memiliki faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan sehingga mendorong mereka untuk membeli jasa khususnya di tempat wisata. Inovasi dan pengembangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan agar tetap mampu bersaing dengan objek wisata lain sangat diperlukan olehFishing Valley.

1.2. Perumusan Masalah

Wisata pemancinganFishing Valley Bogor yang beroperasi mulai dari tahun 2002 sampai tahun 2009 seiring perkembangan usahanya tidak hanya menawarkan fasilitas utama berupa kolam pemancingannya saja tetapi juga menawarkan berbagai fasilitas tambahan lain seperti restoran, wahana alam, sarana bermain dan horse ridding. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengetahuan perusahaan terhadap kebutuhan konsumen sangat diperlukan

(16)

dikarenakan konsumen yang berkunjung ke Fishing Valley memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap jasa yang ditawarkan. Semakin beragamnya keinginan konsumen yang berkunjung keFishing Valley ini akan memungkinkan pemasar dapat mengambil isyarat-isyarat penting bagaimana memenuhi kebutuhan pembeli. Selain itu dengan mengerti berbagai partisipan dalam proses pembelian dan pengaruh-pengaruh utama dalam pembelian mereka, para pemasar dapat merancang program pemasaran yang lebih efektif. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka perumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah karakteristik konsumen yang mengunjungi objek wisata

pemancinganFishing Valley ?

2. Bagaimanakah proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley ?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancinganFishing Valley ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi objek wisata pemancinganFishing Valley.

2. Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen yang berkunjung ke objek wisata pemancinganFishing Valley.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancinganFishing Valley.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis sebagai salah satu sarana pengembangan wawasan dan pengalaman dalam menganalisis proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancinganFishing Valley. 2. Bagi perusahaan Fishing Valley dapat mempermudah pengelola dalam

menentukan atau menetapkan langkah-langkah operasional yang harus dilakukan untuk menghadapi persaingan di pasar.

(17)

3. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan informasi bagi pihak-pihak terkait yang berkepentingan untuk melakukan penelitian pada bidang yang sejenis.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian dilakukan di objek wisata pemancinganFishing Valley.

2. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup manajemen pemasaran dan mengenai perilaku konsumen.

3. Responden adalah konsumen yang datang ke objek wisata pemancingan Fishing Valley minimal berusia 17 tahun ke atas.

4. Hasil penelitian adalah untuk mengetahui proses pengambilan keputusan dan preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing ValleyBogor.

(18)

2.1. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas menukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2002). Menurut Boyd, et al (2000) pemasaran sebagai suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran.

2.2. Jasa

Jasa adalah tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun, produksinya dapat dan tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik. Jasa merupakan tindakan atau kinerja yang menghasilkan manfaat bagi pelanggan melalui perubahan yang diinginkan (Kotler, 2000). Menurut Supranto (2001) jasa adalah suatu kerja keterampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki dan pelanggan lebih dapat aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

Jasa memiliki empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran yaitu terdiri dari intangible (tidak berwujud), inseparability (tidak terpisahkan), variability (bervariasi), perishability (mudah lenyap). Keempat karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Kotler, 2002).

1. Tidak berwujud (Intangible)

Merupakan jasa yang tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, para pembeli akan mencari tanda atau bukti dari mutu jasa. Mereka menarik

(19)

kesimpulan mengenai mutu jasa dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol dan harga yang mereka lihat.

2. Tidak terpisahkan (Inseperability)

Umumnya jasa dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana penyedia jasa merupakan bagian dari jasa tersebut. Baik penyedia jasa maupun pelanggan akan mempengaruhi outcome dari jasa tersebut.

3. Bervariasi (Variability)

Jasa tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu diberikan. Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandarized output yang berarti bahwa terdiri dari banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.

4. Mudah lenyap (Perishability)

Jika permintaan terhadap jasa bersifat konstan, maka jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, sehingga bila tidak digunakan maka jasa tersebut akan berlalu begitu saja. pada umumnya permintaan jasa bervariasi dan dipengaruhi faktor musiman. Guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan terhadap jasa pada kondisi yang bersifat tidak menentu maka perusahaan harus mengevaluasi kapasitasnya dengan cara substitusi dari persediaan jasanya.

2.3. Klasifikasi Jasa

Perusahaan atau instansi menawarkan berbagai jenis jasa kepada pasar, namun jasa dapat menjadi bagian kecil ataupun bagian utama dari tawaran yang diberikan perusahaan. Menurut Kotler (2000) tawaran tersebut diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Produk berwujud murni

Penawaran yang diberikan hanya terdiri dari produk fisik, misalnya sabun mandi, pasta gigi atau shampo tanpa adanya jasa atau pelayanan lainnya yang menyertai produk tersebut.

(20)

2. Produk berwujud yang disertai layanan

Penawaran yang terdiri dari suatu produk fisik yang disertai dengan satu atau beberapa layanan untuk meningkatkan daya tarik konsumennya dimana penjualannya tergantung kepada kualitas produk tersebut dan tersedianya pelayanan pelanggan, seperti tersedianya ruang pameran, perbaikan dan pemeliharaan, operator dan lainnya.

3. Campuran

Bukan hanya jasa saja yang ditawarkan melainkan barang juga dengan proporsi yang sama. Misalnya seperti pada restoran, kita dapat menikmati makanan dan pelayanannya.

4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan

Penawaran yang terdiri dari jasa utama yang disertai jasa tambahan dan barang pendukung lainnya. Seperti, berekreasi di wisata pemancingan. Dalam hal ini berarti kita telah membeli jasa wisata yang dikunjungi dan selama berwisata, kita ditawarkan fasilitas rekreasi dan jasa tambahan yang terdapat di wisata tersebut. Untuk menikmati produk dan jasa yang ditawarkan selama berkunjung, maka kita harus datang ke tempat wisata terlebih dahulu.

5. Jasa murni

Produk yang ditawarkan hanya berupa jasa saja, seperti pendidikan, psikoterapi, memijat dan sebagainya.

2.4. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang menganut konsep pemasaran dengan tujuan memberikan kepuasan kepada konsumen. Mempelajari perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh produk dan jasa yang mereka inginkan. Di dalamnya mencakup pembahasan mengenai jenis, alasan, waktu, tempat, dan frekuensi pembelian yang dilakukan serta frekuensi pemakaian suatu produk atau jasa.

Engel, et al (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan

(21)

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian

Proses keputusan konsumen untuk membeli suatu produk tidak terbentuk begitu saja, tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor. Perilaku konsumen berusaha memahami bagaimana konsumen mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian

Menurut Kotler (2002) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Penjelasan dari faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Budaya

Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Kelas sosial adalah pembagian

Budaya: §Budaya §Sub-budaya §Kelas sosial Sosial : §Kelompok referensi §Keluarga §Peran dan status Pribadi : §Umur dan siklus kehidupan §Pekerjaan §Gaya hidup §Kepribadian Psikologis : §Motivasi §Persepsi §Pembelajaran §Kepercayaan dan tingkah laku Pembeli

(22)

masyarakat yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan kenggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.

2. Sosial

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan diantaranya adalah kelompok primer, seperti teman, keluarga, tetangga, dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus menerus dan informal. Sedangkan kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan, cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin.

Keluarga mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap perilaku dan motivasi pembeli. Keluarga mempunyai sumber nilai, sikap, tingkah laku, dan aspirasi bagi anggotanya. Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya baik keluarga, klub, maupun organisasi. Posisi seseorang dalam kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.

3. Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, dan keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Orang membeli barang dan jasa yang bebeda sepanjang hidupnya. Pekerjaan dan situasi ekonomi menentukan besarnya pendapatan yang dimiliki seseorang sehingga menggambarkan daya beli orang tersebut, yang akhirnya akan menggambarkan banyaknya jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya.

(23)

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen.

4. Psikologis

Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan, dan sikap konsumen. Motivasi timbul disebabkan adanya kebutuhan dan keinginan yang dirasakan konsumen. Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu dinamakan kepercayaan dan sikap.

2.6. Pengambilan Keputusan Konsumen

Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak dapat muncul begitu saja melainkan melalui suatu tahapan tertentu. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka harus menentukan alternatif pilihan. Keputusan konsumen melewati lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputuan pembelian, dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 2002).

Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan (Kotler, 2002)

Proses pertama pengambilan keputusan adalah pengenalan kebutuhan. Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar

Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Perilaku Pasca Pembelian Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian

(24)

dapat mengidentifikasi rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat konsumen.

Tahap kedua adalah pencarian informasi yaitu suatu kegiatan termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan konsumen dan pengumpulan informasi dari pasar. Pada tahap ini perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan dicari konsumen. Menurut Kotler (2002) sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokan menjadi empat yaitu :

1. Sumber pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan 2. Sumber komersial : Iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan 3. Sumber publik : Media massa, organisasi penilai konsumen 4. Sumber pengalaman : Penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk

Tahap ketiga adalah evaluasi alternatif yaitu proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih konsumen. Pada tahap ini konsumen harus :

1. Menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan 2. Memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan 3. Menilai kinerja alternatif yang dipertimbangkan

4. Memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat suatu pilihan akhir

Tahap keempat adalah keputusan pembelian. Tahap ini konsumen mengambil keputusan mengenai apa yang dibeli, kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana cara membayar.

Tahap kelima adalah tahap pasca pembelian yaitu tahap yang dilakukan setelah konsumen melakukan pembelian. Setelah melakukan pembelian, maka konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukannya. Hasil evaluasi pasca pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap suatu produk akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sedangkan perasaan tidak

(25)

puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian dan konsumsi terhadap produk tersebut.

2.7. Preferensi Konsumen

Menurut Kotler (2000) preferensi konsumen sebagai suatu pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari beberapa pilihan produk yang ada.

Menurut Nicholson (2001) suatu konsep preferensi menyatakan bahwa jika seseorang mengatakan dia lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B. Hubungan preferensi konsumen biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar yaitu :

1. Kelengkapan (Completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang harus selalu harus bisa menspesifikan apakah :

a. A lebih suka daripada B b. B lebih suka daripada A c. A dan B sama – sama disukai

Dengan properti ini tiap orang diasumsikan tidak pernah bingung dalam menentukan pilihan, sebab mereka tahu mana yang baik dan mana yang buruk, dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan diantara dua alternatif.

2. Transitivitas (Transitivity)

Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling bertentangan. Properti diatas mengasumsikan bahwa konsumen selalu dapat membuat peringkat atas semua situasi dan kondisi mulai dari hal yang paling disukai hingga hal yang paling tidak disukai.

3. Kesinambungan (Continuity)

(26)

Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif yang penting tiap faktor yang terdapat pada wisata pemancingan. Menurut Zeithamlet.al.,dalam Umar (2003) faktor yang dapat mempengaruhi preferensi konsumen meliputi faktor yang dianalisis menggunakan dimensi kualitas jasa antara lain :

1. Keandalan (Reliability)

Dimensi ini merupakan kondisi yang akan ditawarkan dan mengenai harapan konsumen meliputi kemampuan untuk memberikan pelayanan jasa secara terpercaya dan akurat.

2. Kesigapan (Responsiveness)

Dimensi ini merupakan kesigapan karyawan dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, meliputi kesigapan karyawan dalam melayani konsumen, kecepatan karyawan dalam menanggapi transaksi dan penanganan keluhan konsumen.

3. Keyakinan atau Jaminan (Assurance)

Dimensi ini meliputi kemampuan karyawan atau pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramahtamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam memberikan informasi, kemampuan dalam memberikan keamanan di dalam jasa yang ditawarkan dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan dan keyakinan konsumen terhadap perusahaan. Dimensi ini merupakan gabungan dari sub dimensi kompetensi (competence), kesopanan (courtesy), dan kredibilitas (credibility).

4. Berwujud (Tangible)

Dimensi ini meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan alat-alat komunikasi dari jasa yang ditawarkan.

5. Perhatian (Empathy)

Dimensi ini meliputi kesediaan untuk peduli atau memberikan perhatian secara individual kepada konsumen. Perhatian tersebut dapat berupa kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan konsumen dan usaha perusahaan untuk memahami

(27)

keinginan dan kebutuhan konsumen. Dimensi ini dibangun dari sub dimensi akses, komunikasi dan pemahaman pada konsumen.

Preferensi konsumen dipengaruhi oleh karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen adalah sifat-sifat yang membedakan konsumen yang satu dengan konsumen lainnya. Menurut Irawan dan Wijaya dalam Rahayu (2006), perbedaan tersebut meliputi 6 O yaitu :

1. Object (Apa yang Dibeli)

Berdasarkan produk atau barang apa yang dibeli dapat digabungkan ke dalam barang konsumsi dan barang industri

2. Objective (Mengapa Membeli)

Tujuan konsumen membeli produk dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya faktor sosial, ekonomi dan psikologis.

3. Occupant (Siapa Konsumen)

Konsumen dapat dibedakan berdasarkan umur, pendapatan, tingkat pendidikan, mobilitas, selera dan sebagainya. perbedaan masing-masing konsumen perlu dipelajari guna mengembangkan produk agar sesuai dengan kebutuhan konsumen.

4. Occasion (Kapan Membeli)

Strategi pemasaran harus menyesuaikan dengan perbedaan tingkat pemakaian, yaitu pemakaian sering, ringan, atau jarang. Tingkat pemakaian akan berbeda pada masing-masing konsumen.

5. Operation (Bagaimana Membeli)

Pembelian bukanlah hanya satu tindakan saja bagi konsumen, melainkan terdiri dari beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang jenis produk, bentuk, merek, jumlah penjual, waktu dan cara pembayaran. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kebiasaan konsumen.

6. Organization(Siapa yang Terlibat Dalam Pembelian)

Salah satu tugas dari bagian pemasaran adalah menentukan siapa yang mengambil keputusan dalam membeli suatu barang dan jasa. Pemasar perlu mengetahui berbagai peran yang dimainkan orang dalam keputusan pembelian, yang mencakup pengambil inisiatif (inisiator), pemberi

(28)

nasehat (influencer), pengambil keputusan pembelian (decider), pelaku pembelian (buyer), dan pengguna produk (user)

2.8. Pariwisata

Menurut Yoeti (1996) pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat wisata, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginannya. Sedangkan wisata diartikan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Suyitno, 2001).

Suyitno (2001) memberikan batasan produk wisata, yaitu :

a. Tidak berwujud (intangible) dalam arti wisata hanya memberikan kesan atau pengalaman kepada wisatawan

b. Wisata tidak dapat diukur secara kuantitatif (unmeasurable), pengukuran melalui kelas wisata, seperti deluxe, standard, economy, atau berdasarkanbudget.

c. Wisata merupakan produk yang tidak tahan lama dan mudah kadaluarsa (perishable) serta masa jual terbatas

d. Tidak dapat disimpan (unstorable)

e. Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya f. Proses produksi dan konsumsi terjadi dalam waktu yang sama

2.9. Perikanan dan Memancing

Menurut Wudianto (1999) perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Memancing (fishing) adalah suatu kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar ruang (outdoor) atau kegiatan di pinggir atau di tengah danau, laut, sungai dan perairan lainnya dengan target seekor ikan.

(29)

2.10. Klasifikasi Sistem Pemancingan

Sistem pemancingan yang sering digunakan oleh para pengelola pemancingan ikan air tawar dalam lokasi kolam buatan dikelompokkan sebagai berikut (Wudianto, 1999).

1) Kolam Pancing Kiloan

Pemancingan yang menggunakan sistem dengan cara menimbang hasil tangkapan yang diperoleh, kemudian pemancing membayar harga berdasarkan perolehannya.

2) Kolam Pancing Harian

Tempat khusus yang disediakan untuk pemancingan dengan cara pemancing membayar lapak (sewa lapak berikut ikannya) kemudian mulai memancing.

3) Kolam Pancing Lomba

Pemancingan yang dikhususkan untuk para pemancing yang akan mencoba ketangguhannya dengan menerapkan pengetahuan dan pengalamannya terhadap pemancing lain tanpa mengurangi keakraban sesamanya. Pada sistem pancing lomba biasanya penyelenggara telah mengisikan sejumlah ikan terlebih dahulu dan menyediakan sejumlah hadiah-hadiah bagi pemenangnya. Kriteria pemenang ditentukan biasanya diadakan mulai dari pagi hingga sore, pada hari Minggu atau pada hari libur.

4) Kolam Pancing Borongan

Pemancingan jenis ini menggunakan sistem dengan cara pemancing atau kelompok pemancing menyewa kolam pancing yang waktu memancingnya, jumlah ikan yang diisikan di kolam pancing berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak atau dapat juga sekelompok pemancing menawar isi kolam pancing milik petani budidaya, lalu dilaksanakan kegiatan memancing.

5) Kolam Pancing Galatama

Sistem pemancingan yang mengasah keterampilan konsumen dalam memancing karena ikan hasil tangkapan tidak dibawa pulang seperti pada sistem pemancingan lainnya. Kegiatan memancing dilakukan setiap hari

(30)

dan bersifat perlombaan karena memiliki hadiah sebagai penghargaan untuk pemenangnya. Dalam setiap harinya lomba terbagi dalam beberapa babak, yang lamanya antara 2-3 jam per babak. Setiap babak didapatkan hasil penentuan juara. Ikan yang ditebar pada kolam pemancingan jumlahnya sangat banyak. Ikan yang diperoleh dilepaskan saat itu juga setelah dilakukan penimbangan.

2.11. Analisis Faktor

Menurut Wibisono (2000) analisis faktor merupakan salah satu teknik interdependen metrik dalam analisis multivariat. Analisis multivariat didefinisikan sebagai metode aplikasi yang berhubungan dengan sejumlah besar pengukuran atas sebuah objek dalam satu atau lebih sampel yang simultan. Analisis faktor merupakan analisis statistik yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengelompokkan, dan meringkas faktor-faktor yang merupakan dimensi suatu variabel, definisi dan sebuah fenomena tertentu.

Analisis faktor menganalisis sejumlah variabel dari satu pengukuran atau pengamatan yang dititikberatkan pada teori dan kenyataan yang sebenarnya dan menganalisis interkolesasi (hubungan) antar variabel tersebut untuk menetapkan apakah variasi-variasi yang tampak dalam variabel tersebut berasal atau berdasarkan sejumlah faktor dasar yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah variasi yang ada pada variabel. Analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada set data atau variabel amatan dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan atau mempunyai korelasi pada suatu struktur data yang baru yang mempunyai set faktor yang lebih kecil.

Pengujian dengan analisis faktor bisa menggunakan data yang berasal dari data primer ataupun data sekunder. Analisis faktor yang berasal dari data primer melalui suatu kuesioner (angket pertanyaan) yang akan mengkuantitatifkan data dengan skala likert dan menggunakan rata-rata pembobotan tersebut sebagai data statistik yang akan diolah.

Analisis faktor dengan data sekunder bisa menggunakan data yang diperoleh dari dokumentasi. Namun dalam hal ini dimensi data yang

(31)

digunakan harus disesuaikan dengan definisi suatu variabel atau fenomena yang akan diukur.

2.12. Penelitian Terdahulu

Penelitian Prasetia (2005) dengan judul penelitian Kajian Preferensi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan ke Taman Bunga Nusantara Cipanas, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Tujuan dari penelitiannya adalah untuk mengetahui karakteristik dan proses pengambilan keputusan kunjungan ke Taman Bunga, preferensi pengunjung terhadap atribut agrowisata Taman Bunga Nusantara dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke Taman Wisata. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Thrustone, Metode Regresi Logistik, dan Metode Analisis Deskriptif. Setelah dilakukan pengolahan data maka diperoleh bahwa atribut yang paling dipentingkan oleh pengunjung Taman Bunga Nusantara adalah kelengkapan fasilitas yang ada di Taman Bunga Nusantara. Fasilitas yang ada berpengaruh nyata terhadap keputusan untuk berkunjung kembali ke Taman Bunga Nusantara dengan peluang sebesar 48,380 kali dibandingkan dengan pengunjung yang tidak berkunjung kembali.

Rahayu (2006) dengan judul penelitian Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Wana Wisata Curug Nangka (WWCN), KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Tujuan dari penelitiannya adalah mengetahui karakteristik konsumen yang mengunjungi WWCN, menganalisis proses pengambilan keputusan pembelian terhadap jasa wisata WWCN, menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut WWCN dan merumuskan upaya-upaya apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola WWCN dalam meningkatkan pelayanan dan pengembangan objek wisata yang dimilikinya. Penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif, Analisis Faktor dan Regresi Logistik Ordinal. Berdasarkan analisis faktor terbentuk lima faktor preferensi konsumen terhadap WWCN, diantaranya (1) Faktor fasilitas alam, (2) Faktor pengelolaan dan pelayanan, (3) Faktor aksesabilitas, (4) Faktor motivasi wisata, (5) Faktor daya tarik wisata. Sedangkan variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasaan konsumen dengan model regresi logistik ordinal terdiri dari faktor

(32)

aksesabilitas, faktor motivasi wisata, faktor daya tarik wisata dan asal kedatangan.

Barus (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Preferensi Calon Konsumen Terhadap Atribut Jasa Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor (Studi Kasus Program Diploma Di Kotamadya Bogor). Tujuan dari penelitiannya adalah menganalisis proses pengambilan keputusan calon konsumen PSMPK DMIPB, menganalisis preferensi calon konsumen terhadap atribut jasa pendidikan PSMPK DMIPB dan memberikan rekomendasi alternatif kebijakan dalam meningkatkan pelayanan dan pengembangan PSMPK DMIPB. Penelitian ini menggunakan Analisis Faktor dan Uji Crosstab (Tabulasi Silang). Berdasarkan analisis faktor dari lima faktor yang digunakan untuk mengukur sejauh mana keinginan calon konsumen terkait dengan pembelian jasa pendidikan PSMPK DMIPB yaitu, Tangible (berwujud) sebesar (0,549), Reliability (keandalan) sebesar (0,717), Responsiveness (kesigapan) sebesar (0,672), Assurance (keyakinan) sebesar (0,809), Empathy (perhatian) sebesar (0,481). Perhitungan selanjutnya masih menggunakan analisis faktor terkait dengan atribut-atribut jasa PSMPK DMIPB dan analisisCrosstab dengan menggunakan peubah demografis yaitu jenis kelamin, usia dan pengeluaran per bulan.

(33)

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Langkah pertama dalam penelitian ini dimulai dengan mengetahui visi dan misi dari objek wisata pemancingan Fishing Valley yang akan dicapai. Kemudian mengetahui produk jasa yang ditawarkan oleh Fishing Valley. Hal ini bertujuan agar dapat mempermudah untuk mengidentifikasi produk jasa yang ditawarkan olehFishing Valley.

Banyaknya jenis tempat pemancingan yang ditawarkan produsen dapat menunjukkan tingginya persaingan yang terjadi dalam industri ini. Oleh karena itu untuk menghadapi tingginya persaingan dan untuk meraih pasar, maka pemasar harus mengetahui secara mendalam mengenai perilaku konsumen yang akan menjadi sasarannya. Pengetahuan akan kebutuhan konsumen terhadap Fishing Valley meliputi karakteristik konsumen, proses dalam pengambilan keputusan pembelian dan dimensi jasa wisata pemancinganFishing Valley.

Salah satu fokus yang sangat mempengaruhi keberadaan suatu wisata adalah konsumen. Begitu pula denganFishing Valley dalam mempertahankan eksistensinya sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumen yang datang ke Fishing Valley. Oleh karena itu sangat penting bagi pemasar untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari konsumen tersebut agar perusahaan mendapatkan informasi yang akurat tentang konsumen.

Dalam setiap konsumsinya, konsumen cenderung melalui beberapa tahapan proses pengambilan keputusan terlebih dahulu untuk mencapai kepuasan maksimum. Tahapan yang dilalui konsumen dalam proses keputusan menggunakan produk dan jasa tersebut adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian serta pasca pembelian. Dalam menelaah proses tersebut digunakan analisis deskriptif dengan tabulasi sederhana, dimana data-data yang diperoleh dari jawaban responden ditransformasikan ke dalam suatu bentuk yang mudah untuk dimengerti dan diterjemahkan.

(34)

Konsumen memiliki penilaian tersendiri terhadap faktor-faktor yang terdapat dalam dimensi jasa wisata Fishing Valley. Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap Fishing Valley digunakan analisis multivariate yaitu analisis faktor. Berdasarkan hal tersebut perusahaan dapat menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk meraih, meningkatkan maupun mempertahankan pangsa pasarnya melalui studi preferensi konsumen ini. Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat dalam Gambar 3 .

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian Visi dan Misi Wisata Pemancingan

Fishing Valley Bogor

Produk Jasa yang Ditawarkan Fishing Valley

Tingkat Persaingan Pasar yang Cukup Tinggi

Pengetahuan Akan Kebutuhan Konsumen TerhadapFishing Valley

Karakteristik Konsumen dan Proses Pengambilan

Keputusan

Dimensi Jasa Wisata Fishing Valley Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen Terhadap Tempat Wisata Analisis Faktor Analisis Deskriptif

Pengembangan Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor

(35)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai ”Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi Konsumen Terhadap Objek Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor” ini dilaksanakan di pemancinganFishing Valley yang berlokasi di Jl. Pemda Raya No. 107 Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja karena objek wisataFishing Valley memiliki konsep wisata yang unik dan kreatif serta memiliki potensi wisata yang cukup besar untuk dikembangkan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Mei 2009.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang yang diperoleh peneliti langsung dari sumbernya. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan pada waktu sebelumnya oleh pihak lain atau pihak yang bersangkutan. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi), pemberian kuesioner kepada konsumen dan wawancara kepada pengunjung, dan pengelola setempat.

Observasi merupakan pengumpulan data primer dengan mengamati langsung perilaku dan kegiatan konsumen selama berkunjung ke lokasi wisata pemancingan Fishing Valley dan melihat aktivitas yang dilakukan pihak pengelola. Kuesioner yang diberikan kepada pengunjung dapat berupa pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka berupa pertanyaan yang diberikan dengan memberikan kebebasan jawaban dari responden, sedangkan pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang telah disediakan alternatif jawabannya dalam hal ini diperlukan untuk mengetahui karakteristik konsumen dan preferensi konsumen dalam proses pengambilan keputusan menggunakan jasa wisata pemancinganFishing Valley. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak pengelola Fishing Valleydan masyarakat serta tokoh masyarakat setempat.

Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan. Metode ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui

(36)

kondisi umum lokasi penelitian. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah buku-buku, majalah, jurnal, internet dan dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian.

3.4. Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan untuk penentuan sampel adalah Purposive Sampling, artinya sampel yang dipilih berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan sebelumnya diantaranya kesediaan responden/konsumen untuk mengisi kuesioner, minimal berusia 17 tahun ke atas karena diasumsikan responden tersebut mampu untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner. Penentuan jumlah responden didasarkan pada pendapat Slovin dengan rumus (Simamora, 2004). 2 ) ( 1 N e N n + = ... (1) = 4400 = 97,777 100 orang 1 + 4400 (0,1)2 Keterangan :

N = Jumlah Populasi pada Bulan Januari 2009 (data perkiraan) n = Sampel

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir atau diinginkan ditetapkan 10%

Berdasarkan rumus penentuan jumlah sampel, jumlah pengunjung wisata pemancingan Fishing Valley yang akan dijadikan responden sebanyak 100 orang

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Exel 2007 dan Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 15. Rincian pengolahan dan analisis data sebagai berikut :

3.5.1. Uji Validitas

Tahap awal dalam pengolahan data adalah menguji validitas kuesioner setiap pertanyaan dalam kuesioner. Validitas adalah suatu ukuran yang

(37)

menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Simamora, 2004). Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Kuesioner yang dikatakan sahih, bila memiliki butir-butir pertanyaan kuesioner yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang diinginkan. Apabila ada pertanyaan yang tidak berhubungan, berarti pertanyaan tersebut tidak shahih dan dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain yang lebih sahih. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas kuesioner adalah teknik korelasiProduct Moment Pearson sebagai berikut :

n ( XY) – ( X Y)

rxy = ... (2)

√[ n X2 – X)2 ] – [n Y2 – Y)2] Dengan : rxy = Korelasi antara X dan Y

X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total pertanyaan

n = Jumlah responden

Uji validitas dilakukan pada 30 responden dimana bila diperoleh r hitung lebih besar dari r tabel maka kuesioner dinyatakan valid dan dapat digunakan. Uji validitas sebaiknya dilakukan secara terpisah pada lembar kerja yang berbeda antara satu konstruk variabel dengan konstruk variabel yang lain sehingga dapat diketahui butir-butir pertanyaan variabel mana yang paling banyak tidak valid. Pengujian validitas diolah dengan menggunakan Microsoft Exel 2007.

3.5.2. Uji Reliabilitas

Jika alat ukur dinyatakan sahih, selanjutnya reliabilitas alat ukur tersebut diuji. Reliabilitas adalah tingkat keandalan kuesioner. Kuesioner reliabel adalah kuesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama (Simamora, 2004). Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi suatu alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan untuk menguji tingkat reliabilitas ini adalah dengan analisis Cronbach s Alpha dengan bantuan Microsoft SPSS versi 15 for Windows. Analisis ini dipergunakan

(38)

untuk instrumen yang berupa rentangan 1-5. Rumus dari teknik Cronbach s Alpha ditulis sebagai berikut :

k 2b

r11 = 1 - ... (3)

k -1 21

Dengan : r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pertanyaan 21= Jumlah Ragam total

2

b = Jumlah ragam butir

Rumus untuk mencari nilai ragam adalah : ( X)2

X2 – n

2 = ... (4) n

Dimana : 2 = Ragam

n = Jumlah contoh (responden)

X = Nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor – nomor butir pertanyaan).

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden dimana reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach s Alpha lebih dari 0,60. Pengujian reliabilitas diolah dengan menggunakan software SPSS versi 15.

3.5.3. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik umum konsumen yang berkunjung dan menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen, mulai dari tahap pengenalan kebutuhan hingga tahap pasca pembelian. Data tentang karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan diperoleh melalui kuesioner. Data-data tersebut dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama ke dalam tabel. Data yang telah dikelompokkan ke dalam tabel, selanjutnya jawaban tersebut dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase terbesar merupakan jawaban yang paling dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. Dapat dirumuskan sebagai berikut (Afiana, 2006).

(39)

fi

P = x 100 % ………... (5) fi

Dimana : P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu fi= Jumlah responden yang memilih kategori terstentu fi= Total jawaban

Karakteristik umum yang dilihat meliputi jenis kelamin, status pernikahan, asal kedatangan, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan rata-rata pendapatan keluarga per bulan. Sedangkan analisis mengenai pengambilan keputusan konsumen untuk berkunjung ke objek wisata pemancingan Fishing Valley Bogor meliputi pengenalan kebutuhan pengunjung, pencarian informasi yang dilakukan pengunjung terhadap tempat wisata yang dikunjungi, evaluasi alternatif, hasil, dan pasca pembelian pengunjung terhadapFishing Valley.

3.5.4. Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen terhadap objek wisata pemancingan Fishing Valley. Pengolahan analisis faktor ini dibantu dengan program SPSS versi 15 for windows. Secara matematis analisis faktor menyerupai analisis regresi berganda dalam hal adanya kombinasi linear yang diperlihatkan setiap variabel pada faktor-faktor yang mendasarinya. Perbedaanya adalah dalam analisis regresi berganda dikenal dengan adanya dependent variable (varibel tak bebas) dan independent variable (variabel bebas) dimana analisis faktor adalah teknik yang bersifat interdependensi. Metode interdependensi adalah teknik yang mencoba untuk membagi suatu variabel menjadi beberapa kelompok atau untuk memberi arti pada sekelompok variabel (Wibisono, 2000).

Menurut Cooper (1998) analisis faktor merupakan deskripsi umum bagi beberapa teknik perhitungan tertentu dimana semua teknik tersebut bertujuan untuk mereduksi (menurunkan) jumlah variabel menjadi jumlah yang mudah ditangani dan memiliki karakteristik pengukuran yang tumpang tindih. Dalam penelitian ini, analisis faktor digunakan untuk menentukan

(40)

variabel jasa dari objek wisata pemancingan Fishing Valley yang mempengaruhi preferensi konsumen dalam memilih objek wisata.

Ada beberapa teknik analisis interdependensi variabel yang dapat dimasukkan dalam analisis faktor, yaitu (Wibisono, 2000) :

1. Analisis komponen utama (Principle Component Analysis)

Merupakan teknik reduksi data yang bertujuan untuk membentuk suatu kombinasi linear dari variabel awal dengan memperhitungkan sebanyak mungkin jumlah variasi variabel awal yang mungkin.

2. Analisis faktor umum (Common Factor Analysis)

Merupakan model faktor yang digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah dimensi dalam data (faktor) yang tidak mudah untuk dikenali.

Prinsip kerja analisis faktor adalah dari n variabel yang diamati dimana beberapa variabel mempunyai korelasi maka dapat dikatakan bahwa variable tersebut memiliki p faktor umum (common factor) yang mendasari korelasi antarvariabel dan juga m faktor unik (unique factor) yang membedakan tiap variabel. Faktor umum dilambangkan dengan F1, F2, F3, F4,…,Fm dan faktor

unik U1, U2, U3, U4,…., Um. Model matematis dasar analisis faktor yang

digunakan untuk setiap variabel independen X1 adalah sebagai berikut

(Wibisono, 2000) : m

Xi= Aij Fj+ bi Ui i = 1,2,3,4,…..p ……….. (6)

j-1

Dimana :

Xi = variabel independen ke-i

Fj = faktor kesamaan ke-j

Ui = faktor unik ke-i

Aij = koefisien faktor kesamaan

Bi = koefisien faktor unik

Menurut Wibisono (2000) proses dasar dari analisis faktor adalah sebagai berikut :

a. Menentukan variabel apa saja yang akan dianalisis.

b. Matriks korelasi. Matriks korelasi merupakan matriks yang memuat koefisien korelasi dari semua pasangan variabel dalam penelitian. Analisis

(41)

faktor yang baik memiliki nilai korelasi tinggi (rata-rata lebih besar dari |0,3|). Dalam hal ini, determinan matriks yang mendekati nol menunjukkan nilai korelasi tinggi. Selanjutnya perlu diuji apakah matriks korelasi ini merupakan matriks identitas atau bukan karena matriks identitas tidak dapat digunakan untuk analisis berikut. Metode yang biasa dilakukan alah metode metode Bartlett s Test of Sphericity. Untuk menguji kesesuaian pemakaian analisis faktor, digunakan metode Kaiser-Meyer-Oikin (KMO). KMO merupakan indeks pembanding besarnya koefisien korelasi observasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial. Jika nilai kuadrat koefisien korelasi parsial dari semua pasangan variabel lebih kecil daripada jumlah kuadrat koefisien korelasi, maka harga KMO akan mendekati satu, yang menunjukkan kesesuaian penggunaan analisis faktor. Tingkat kesesuaian harga KMO menurut Kaiser dalam Barus (2008) dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Kesesuaian Penggunaan Analisis Faktor Dengan Harga KMO

Harga KMO Tingkat Kesesuaian Penggunaan Analisis Faktor 0,9 Sangat memuaskan

0,8 Memuaskan 0,7 Harga menengah 0,6 Cukup

0,5 Kurang memuaskan < 0,5 Tidak dapat diterima

Untuk menentukan apakah proses pengambilan sampel sudah memadai atau tidak digunakan pengukuranMeasure of Sampling Adequacy (MSA). Harga MSA yang rendah merupakan pertimbangan untuk membuang variabel tersebut pada tahap analisis selanjutnya. Syarat minimum untuk besarnya nilai MSA adalah sebesar 0,5.

c. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni ekstraksi faktor, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel. Untuk mengekstraksi faktor dikenal dengan dua metode rotasi yaitu :

1. Orthogonal rotation adalah ektraksi faktor dengan cara merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling tegak lurus satu dengan lainnya. Metode ini digunakan bila analisis bertujuan

(42)

untuk mereduksi jumlah variabel tanpa mempertimbangkan seberapa berartinya faktor yang diekstraksi. Proses rotasi dengan metodeorthogonal dapat dibedakan menjadi Quartimax, Varimax, dan Equimax.

2. Oblique Rotation adalah ekstraksi faktor dilakukan dengan merotasikan sumbu faktor yang kedudukannya saling membentuk sudut dengan besar sudut tertentu. Proses rotasi dengan metode oblique dapat dibedakan menjadi Oblimin, Promax, Orthoblique dan lain-lain.

Ekstraksi faktor digunakan untuk menentukan jenis-jenis faktor yang akan dipakai. Estimasi faktor dapat menggunakan metode Principal Componen Analysis. Setelah ekstraksi faktor kemudian dilakukan perhitungan nilai eigenvalue, yang menyatakan nilai variansi dari variabel manifes.

d. Setelah itu melakukan prosesFactor Rotation atau rotasi pada faktor yang terbentuk. Tujuan rotasi ini adalah untuk mempermudah interpretasi dalam nenentukan variabel-variabel mana saja yang tercantum dalam suatu faktor. Metode yang paling sering digunakan adalah metode varimax, bertujuan untuk merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga pada akhirnya diperoleh hasil rotasi dimana satu kolom nilai yang ada sebanyak mungkin mendekati nol. Hal ini berarti di dalam setiap faktor tercakup sedikit mungkin variabel.

e. Interpretasi atas faktor yang terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. Tahapan dalam interpretasi adalah :

1. Dimulai dari variabel pada urutan pertama dengan menggerakkan faktor paling kiri ke faktor paling kanan pada setiap baris untuk mencari bilangan yang nilai mutlak paling besar dalam baris tersebut.

2. Bilangan yang paling besar menunjukkan dalam faktor mana setiap variabel termasuk. Dengan demikian dapat diketahui variabel-variabel mana yang masuk ke dalam suatu faktor.

(43)

3. Mengulang point 1 dan 2 sehingga semua variabel telah tercakup dalam faktor – faktor hasil ekstraksi.

4. Bila ada variabel yang belum termasuk ke dalam salah satu faktor maka mengevaluasi variabel yang tidak memiliki bobot yang signifikan tersebut untuk mengetahui relevansi variabel dalam penelitian yang dilakukan atau menginterpretasikan solusi apa adanya tanpa mengikutkan variabel yang bobotnya tidak signifikan.

f. Bobot faktor. Bobot faktor adalah ukuran yang menyatakan representasi suatu variabel oleh masing-masing faktor. Merupakan data mentah bagi analisis lanjutan seperti analisis regresi dan diskriminan.

Terdapat dua hasil utama dari analisis faktor. Pertama, nilai communality suatu variabel yaitu jumlah keragaman variabel tersebut yang dijelaskan oleh faktor-faktor utama yang dipilih. Semakin tinggi nilai communality, maka variabel tersebut semakin berpengaruh dalam proses keputusan pembelian. Kedua adalah ekstraksi variabel ke dalam komponen utama. Pada saat menentukan jumlah komponen utama, maka dipilih komponen utama dengan nilai eigenvalue di atas 1,00. Nilai ini menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh variabel yang dianalisis. Pengelompokkan variabel ke dalam komponen utama berdasarkan pada nilai loading terbesar dari variabel tersebut.

(44)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Wisata pemancingan Fishing Valley merupakan salah satu usaha keluarga yang bergerak dalam bidang agribisnis. Pada tahun 1991, dengan modal pribadi Joseph Hartoyo selaku pemilik membeli lahan seluas 3,5 hektar di wilayah Bogor. Pada awalnya pembelian lahan tersebut dimaksudkan untuk investasi jangka panjang. Namun ketika melihat peluang usaha untuk membangun wisata pemancingan, akhirnya pada tahun 1998 pemilik memutuskan untuk membangun wisata pemancinganFishing Valley di lahan tersebut dengan tetap memperhatikan konservasi alam di lingkungan sekitar yaitu 40 persen untuk penghijauan dan 60 persen untuk pembangunan tempat wisata.

Fishing Valley tidak hanya dijadikan sebagai wisata pemancingan saja, dengan perkembangannya didirikan berbagai fasilitas tambahan seperti restoran, wahana alam, sarana bermain dan horse ridding. Akhirnya pada tanggal 15 Agustus 2002, wisata pemancingan Fishing Valley Bogor untuk pertama kalinya beroperasi. Pada tahun 2008 Fishing Valley menambah fasilitas bermain diantaranya ATV sebagai alternatif pilihan berwisata.

Objek wisata pemancinganFishing Valley merupakan wisata rekreasi keluarga dan kolam pemancingan di Bogor. Fishing Valley memiliki luas lahan sebesar 3,5 hektar diantaranya untuk kolam galatama, kolam harian, kolam kiloan dan pendirian sarana tambahan lainnya seperti restoran, bom-bom boat, horse ridding, flying fox dan lain - lain. Selain itu,Fishing Valley memiliki website www.fishingvalley.net untuk memudahkan konsumen mencari informasi seputar tempat wisata tersebut.

Wisata pemancingan ini letaknya strategis di pinggir jalan raya Pemda Cibinong. Wilayahnya dikelilingi pemandangan sejuk sehingga konsumen juga dapat menikmati keindahan alam yang ada.

(45)

4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah ”Menjadikan Fishing Valley Sebagai Wisata Rekreasi Keluarga dan Kolam Mancing Terbesar di Bogor”. Selain itu, Fishing Valley juga memiliki keinginan untuk selalu berusaha membuat konsumen atau pengunjung merasakan kepuasan melalui fasilitas – fasilitas yang ditawarkan di perusahaan baik fasilitas utama maupun fasilitas tambahan. Sedangkan misi wisata pemancinganFishing Valley antara lain : 1. Membangkitkan usaha kolam dan wisata pemancingan keluarga di Bogor 2. Melakukan pemekaran usaha ke setiap daerah agar pangsa pasar semakin

meningkat

3. Menguatkan tujuan utama perusahaan melalui pelayanan yang berkualitas 4. Melakukan promosi secara berkala ke media massa maupun elektronik

untuk menciptakan citra perusahaan yang dikenal masyarakat luas 4.1.2. Slogan dan Logo Perusahaan

Slogan memberikan kepercayaan kepada konsumen akan prestasi dan kinerja perusahaan. Wisata pemancingan Fishing Valley Bogor memiliki slogan yaitu ”Mancing Jadi Seru”. Maksud dari slogan tersebut adalah menciptakan image masyarakat bahwa Fishing Valley merupakan wahana wisata memancing yang sangat seru untuk melepaskan kelelahan rutinitas sehari-hari dan juga konsumen dimanjakan dengan wahana lain yang disediakan perusahaan.

Selain itu Fishing Valley memiliki logo sebagai media pengenalan merek oleh konsumen dalam wujud identitas perusahaan. LogoFishing Valley berupa logo bulat berwarna merah dan memiliki gambar ikan yang terletak di dalamnya. Makna dari logo tersebut adalah bahwa pemilik mengharapkan usaha wisata pemancingan ini dapat berjalan terus menerus seperti lingkaran, ikan yang ditawarkan berkualitas ditunjukkan oleh gambar ikan yang segar di dalam logo. Sedangkan warna merah menandakan bahwa wisata pemancingan ini memiliki keberanian yang tinggi dalam melayani konsumen. Logo wisata pemancinganFishing Valley Bogor ditunjukkan pada Gambar 4.

(46)

Gambar 4. Logo Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor 4.1.3. Struktur Organisasi

Wisata pemancingan Fishing Valley dipimpin oleh pimpinan umum selaku pemilik usaha. Pimpinan umum dibantu oleh seorang manager operasional yang dibantu oleh kepala restoran dan bendahara umum. Struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Pada dasarnya karyawan Fishing Valley dibedakan menjadi dua golongan yaitu karyawan tetap dan karyawan honorer. Tenaga kerja tetap di Fishing Valley secara keseluruhan berjumlah 46 orang, yang terdiri atas 25 karyawan restoran, 6 orang karyawan pemancingan, 6 orang karyawan permainan, 3 orang satpam, 3 orang bagian kebersihan dan 3 orang bagian parkir. Selain itu pada pemancingan pihak Fishing Valley merekrut tenaga honorer sebanyak 70 orang sebagai asisten pemancing (kedi). Pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian pada Fishing Valley adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan

Pimpinan mempunyai tugas pokok untuk membantu manajer dalam hal pelaksanaan aktivitas perusahaan. Selain itu mengawasi dan mengkoordinir para karyawan dalam melakukan planning yang telah ditentukan, memberi petunjuk dan arah pelaksanaan kegiatan kerja.

2. Manager Operasional

Bertugas merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan seluruh kegiatan perusahaan. Diantaranya melakukan kegiatan promosi wisata pemancingan, mengatur kegiatan pemancingan, dan bertanggungjawab terhadap seluruh aktivitas yang ada di wisata pemancingan. Manager bertanggung jawab kepada pimpinan. Manager yang terdapat diFishing Valley hanya 1 orang.

Gambar

Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusan (Kotler, 2002)
Gambar 3. Kerangka Pemikiran PenelitianVisi dan Misi Wisata Pemancingan
Gambar 4. Logo Wisata Pemancingan Fishing Valley Bogor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun disamping kelebihan tersebut, model pembelajaran problem solving juga memiliki kelemahan yang menyebabkan hasil pencapaian hasil belajar belum maksimal dan

maupun pengawasan terhadap barang- barang serta angkutan lain yang berkaitan dengan kegiatan perikanan di Wilayah Laut Kabupaten diluar instansi lain yang tidak

Hasil penelitian, konstruksi JAWA POS lebih menekankan bahwa peristiwa pengepungan teroris di Temanggung merupakan berita yang besar yang perlu disajikan kepada masyarakat

Jawaban Skor.. 3.6 Menggunakan Teorema Funda- mental Kalkulus untuk menemukan hubungan antara integral dalam integral tentu dan dalam integral tak tentu Siswa dapat menentukan

[r]

b) Pengembangan pembelajaran tutorial menggunakan komputer pada mata pelajaran akuntansi termasuk dari ruang lingkup tradisi Pendidikan IPS sebagai penelitian

The participants discussed the strategies for increasing and sustaining immunization coverage in the Region and how key areas related to immunization such as VPD

Maka bangunlah hidup yang sebenar-benar sesuai dengan ruang dan waktu adalah dengan melakukan silaturahim, komunikasi, kemandirian dan hal lainnya dengan ikhlas agar