• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. 1. Komunikasi

I.6. 1. Pengertian Komunikasi

Pada awalnya komunikasi memang sekedar alat antar manusia, agar menusia dapat saling berhubungan. Pada abad ke-5 sebelum masehi, di Yunani, berkembang suatu ilmu yang mengkaji proses pernyaraan antar manusia. Namanya retorika. Kata ini berasal dari bahasa yunani retorika yang berarti seni berdebat, dari akar kata rector (orang yang berpidato). Retorika berarti seni berpidato dan beragumentasi yang bersifat menggugah atau seni yang menggunakan bahasa secara lancer untuk mempengaruhi dan mengajak. Semenjak abad itu urusan memperbincangkan gagasan, keinginan kepada orang lain mendapatkan perhatian khusus, tidak dianggap sebagai kegiatan biasa-biasa saja. (Ardianto, 2007:20)

Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicate yang berarti pemberitahuan, memberi bagian dalam suatu, pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari si pendengar atau ikut mengambil bagian. Sedangkan kata sifatnya communi yang artinya bersifat umum atau bersama-sama. Demikian pula kata kerjanya communicate yang artinya berdiaolog, berunding atau bermusyawarah.

Dan sejak awal perkembangannya, para ahli dari berbagai disiplin ilmu turut memberikan sumbangan yang besar terhadap keberadaan dan definisi ilmu komunikasi, seperti Sarah Trenholm an Arthur Jensen (1996:4) mendefinisikan komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran.

Raymond S. Rosss (1983:8) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator.

Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981:18) menyatakan bahwa komunkasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam (Wiryanto, 2004: 6-7)

Menurut Carl I. Hovland, Ilmu Komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify yhe behavior of other individuals).

Bahkan untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, pada peminat komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Eho Says What In Channel To Whom What In Channel To Whom With What Effect? (Effendy, 1990:10)

Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan diatas tentunya belum mewakili semua definisi yang telah dibuat dari pera ahli, namun kita telah mengetahui berbagai pandangan dari para ahli tentang definisi komunikasi. Pada hakikatnya komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, berupa pikiran

atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang atau kelompok lain dengan menggunakan lambang-lambang yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak (Effendy, 1993:91)

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya mengerti dan selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Kehidupan manusia tidak terlepas dari ruang lingkup komunikasi. Dalam konteks manusia sebagai makhluk sosial, maka komunikasi tidak saja sebagai alat untuk melakukan kontak hubungan antar individu, namun komunikasi juga merupakan alat bagi manusia bertahan hidup. Sejumlah kendala dalam komunikasi akan mempengaruhi keberhasilan sebuah proses komunikasi dapat mempengaruhi proses pengoperan lambang. Dapat saja sebuah pesan yang disampaikan diartikan secara berbeda sehingga menimbulkan efek tindakan yang berbeda pula. (Soemanagara, 2006:45).

Dengan kata lain komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Ini dikarenakan kegiatan komunikasi tidak hanya informative, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia meneruma suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.

I.6. 2. Unsur-unsur Komuikasi

Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan diatas, jelas bahwa komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut elemen atau komponen komunikasi.

Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup didukung tiga unsure, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dalam lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan.

Aristoteles, ahli filsafat Yunani kuno dalam bukungan Rhetorica menyebutkan bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsure yang mendukungnya, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan siapa yang mendengarkan. Pandangan aristoteles ini oleh sebagian besar pakar komunikasi dinilai lebih tepat untuk mendukung suatu proses komunikasi public dalam bentuk pidato atau retorika. Hal ini bisa dimengerti, karena pada zaman aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat popular bagi masyarakat Yunani.

Claude E. Shannon dan Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, dan tujuan.

Kesimpulan ini didasarkan atas hasil studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan melalui radio dan telepon.

Meski pandangan Shannon dan Weaver pada dasarnya berasal dari pemikiran proses komunikasi elektronik, tetapi sarjana yang muncul dibelakangnya mencoba menerapkannya dalam proses komunikasi antar manusia seperti yang dilakukan oleh Miller dan Cherry (Schramm : 1971).

Awal tahun 1960-an David K.berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR” yakni: source (pengirim), Message (Pesan), Channel (Saluran-media), dan Recciver (penerima).

Selain Shannon dan Berlo, juga tercatat Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur mebambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (Feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna. Kedua unsur ini nantinya lebih banyak dikembangkan pada proses komunilkasi antarpribadi (personal) dan Komunikasi massa.

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung proses komunikasi. (Cangara, 2007:22-23)

Dari beberapa hasil definisi yang pernah dikemukakan oleh ahli komunikasi, maka suatu rancangan komunikasi agar dapat efektif, komunikator perlu lebih dahulu memahami unsur-unsur utama yang mendasari komunikasi, yaitu :

8) Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia,

sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator.

9) Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat dan propaganda.

10) Media, Media yang dimaksud disini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain pancaindra manusia, ada juga saluran komunikasi antarpribadi.

11) Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima bisa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi, karena menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan atau saluran.

12) Pengaruh, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah

menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerima pesan.

13) Tanggapan, Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

14) Lingkungan, Lingkungan atau situasi ialah factor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Factor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. Untuk definisinya lingkungan fisik menunjukan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik, misalnya geografis. Komunikasi sering kali sulit dilakukan karena factor jarak yang begitu jauh, di mana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya. Lingkungan sosial menunjukan factor sosial budaya, ekonomi dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain. Menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.

Jadi setiap unsure memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsure ini saling bergantungan satu sama lainnya. Artinya, tanpa keikutsertaan satu unsure akan memberikan pengaruh pada jalannya komunikasi (Cangara, 2007 : 24-28).

I.6. 3. Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaikan pikiran atau perasaan oleh seseorang (Komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Pesan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian dan kegairahan.

Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain tanpa pemikiran. Dan tidak jarang juga seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

1) Proses Komunikasi secara primer.

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa adalah yang paling

banyak digunakan dalam berkomunikasi dan jelas bahasa mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk idea, informasi atau opini, baik mengenai hal yang kongkret maupun abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

Berlangsungnya proses komunikasi apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima komunikan. Dimana pertama kali komunikator menjadi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan dengan memformulasikan pikiran atau perasaannya kedalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian komunikan mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator dengan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator.

Wilbur Schramm, dalam karyanya menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan, yakni paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Menurut Schramm, bidang pengalaman merupakan factor yang penting dalam komunikasi.

Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi sebab menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang dilancarkan oleh komunikator. Bisa bersifat positif maupun negative. Tanggapan atau response atau reaksi komunikan yang menyenangkan komunikator sehingga komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya maka disebut umpan balik bersifat negative.

Umpan kata-kata, baik secara singkat maupun secara panjang lebar. Umpan balik secara nonverbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata.

Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga dapat segera mengubah gaya komunikasinya disaat mengetahui umpan balik dari kimunikan bersifat negative.

2) Proses komunikasi secara sekunder.

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televise, film, dan banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Pentingnya peranan media, yakni media sekundr, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efesiennya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televise misalnya, merupakan media yang efesien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Efisien karena dengan menyiarkan sebuah pesan satu kali saja sudah dapat tersebar luas kepada khalayak banyak.

Umpan balik dalam komuniakasi bermedia, terutama media massa, biasanya dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback), karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. Proses komunikasi media misalnya dengan surat, poster, spanduk, radio, televise,

atau film, umpan balik akan terjadi apabila komunikator mengetahui tanggapan komunikan jika komunikasinya sendiri selesai secara tuntas.

Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan lanjutan dari proses komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Setiap media memiliki cirri-ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu.

Dengan demikian, proses komunikasi secara sekunder menggunakan meida yang dapat diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa atau media nonmassa (non-mass media). (Effendy, 2006 : 11-18).

I.6. 4. Metode Komunikasi

Dalam hal penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan banyak cara (metode) yang ditempuh, hal ini tergantung pada macam-macam tingkat pengetahuan, pendidikan, sosial budaya dan latar belakang dari komunikan sehingga komunikator harus dapat melihat metode atau cara apa yang akan dipakai supaya pesan yang disampaikan mengenai sasaran. Ada tiga Metode atau cara komunikasi tersebut antara lain: Komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sabagai transaksi.

4) Komunikasi sebagai tindakan satu arah

Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap-muka, namun mungkin tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi public (pidato) yang tidak melibatkan tanya

jawab dan komunikasi massa (cetak dan elektronik). Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon disebut sebagai ‘definisi berorientasi-sumber’. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Komunikasi ini dianggap suatu tindakan untuk membangkitkan respon orang lain. Komunikasi ini dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Dengan kesimpulan komunikasi satu arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan bersifat persuasive. Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep ini adalah:

Gerald R. Miller:

‘Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima’.

Everett M. Rogers:

‘Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Harold Lasswell:

(cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) who says in which Cahnnel to Whom

whith what effect? Atau siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?

Pemahaman komunikasi berorientasi pada variabel-variabel tertentu seperti isi pesan (pembicaraan), cara pesan yang disampaikan, dan daya bujuknya dengan kata lain menyoroti efek (pesan) komunikasi.

5) Komunikasi sebagai Interaksi

Pandangan ini menyertakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seseorang penerima bersaksi dengan memberi jawaban verbal kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua. Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi sebagai tindakan satu arah. Salah satu unsure yang dapat ditambahkan dalam metode ini adalah umpan balik (feed back), yaitu apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikan sebelumnya, apakah dapat dimengerti atau dapat diterima sehingga berdasarkan umpan balik, sumber dapat mengubah pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuannya. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi prilaku selanjutnya pengirim. Konsep umpan balik dari penerima sebenarnya merupakan pesan penerima yang disampaikan kepada pengirim pertama, jawaban pengirim pertama merupakan umpan balik bagi penerima pertama.

6) Komunikasi sebagai Transaksi

Metode komunikasi ini adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Metode ini bersifat dinamis dan juga lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respons verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung. Kelebihan metode ini adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi pada komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati.

Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal ataupun perilaku nonverbalnya. Istilah transaksional mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan interpendensi atau timbal balik, eksestensi satu pihak ditentukan oleh eksistensi pihak lainnya. Pendekatan transaksi menyarankan bahwa semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubugan. (Mulayan, 2005:61-68).

I.6. 5. Teknik Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi bagi manusia, dan agar komunikasi dapat mencapai sasarannya dan dapat berjalan dengan efektif, maka diperlukan teknik-teknik komunikasi dalam berkomunikasi yaitu dengan memunculkan ide yang jelas sebelum berkomunikasi, kemudian membuat tujuan komunikasi, setelah itu sebelum berkomunikasi dengan komunikan terlebih dahulu periksa lingkungan fisik atau keberadaan pribadi komunikator. Selanjutnya didalam berkomunikasi komunikator senantiasa mengimbangi isi dan nada suara supaya pesan yang disampaikan dapat dengan jelas diterima komunikan. Dalam merencanakan

komunikasi, berkonsultasi kepada pihak lain agar memperoleh dukungan. Setelah itu, didalam berkomunikasi isi pesan yang disampaikan diutamakan hal-hal yang penting atau berharga. Mengkomunikasikan pesan-pesan secara singkat, komunikasi yang efektif diperlukan ada tindak lanjut dan tindakan komunikator harus sesuai dengan yang dikomunikasikan. Dan yang terakhir jadilah pendengar yang baik.

I. 2. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling efektif dalam mengubah prilaku seseorang, hal ini disebabkan karena dalam prosesnya ada arus balik langsung, sehingga komunikator dapat mengetahui apakah pesan yang disampaikan berhasil atau tidak. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang yang berlangsung secara berhadapan (muka) langsung satu sama lain (face to face) atau bisa juga melalui media seperti telepon.

Komunikasi antar pribadi ini dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang lain apabila terdapat kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan. Ciri khas yang ada pada komunikasi ini adalah arus balik yang langsung yang bisa ditangkap baik secara verbal maupun non verbal melalui gerak – gerik bahasa tubuh dan perubahan posisi yang signifikan antara komunikan dan komunikator.

Rogers (dalam Liliweri, 1991:12) mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi dari mulut kemulut dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

Menurut Effendi (dalam Liliweri, 1991:12) komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seorang komunikator dan seorang komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap efektif dalam merubah sikap, pendapat, atau perilaku manusia berhubung prosesnya yang dialogis. Sementara Barnlud (1968) (dalam Liliweri, 1991:12) menyatakan komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua atau tiga orang atau empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur. Jadi menurut Barnlund, proses pelaksanaan komunikasi antar pribadi tidak perlu adanya perencanaan (terjadi secara spontan) dan dapat mudah terjadi diantara orang – orang yang bertemu. Oleh Devito (dalam Liliweri, 1991:12) menyatakan komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima orang lain dengan efek dan umpan balik langsung. Sedangkan menurut Tan (dalam Liliweri, 1991:12) mengemukakan komunikasi antar pribadi adalah komunikasi tatap muka antara

Dokumen terkait