• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi, Fungsi, dan Kegunaan Memahami Ilmu Munasabah serta Upaya

BAB III MODEL MUNASABAH AL QUR‟AN DALAM TAFSIR AL-

B. Urgensi, Fungsi, dan Kegunaan Memahami Ilmu Munasabah serta Upaya

Kajian tentang Munasabah sangat diperlukan dalam penafsiran Al-

Qur‟an untuk menunjukkan keserasian antara kalimat dengan kalimat dalam satu ayat, keserasian, keserasian antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bahkan juga keserasian antara satu surah dengan surah berikutnya. Tatkala menemukan ayat-ayat yang sepertinya tidak punya kaitan sama sekali, sebagian orang yang tidak mengerti Munasabah akan langsung mempertanyakan kenapa penyajian Al-Qur‟an melompat-lompat dari satu masalah ke masalah lain, atau dari satu tema ke tema lain secara tidak sistematis. Setelah mengetahui Munasabah, tentu orang yang terburu-buru menilai seperti itu akan segera menarik pandangannya dan menyadari betapa Al-Qur‟an tersusun dengan sangat serasi dan sistematis, tetapi tentu saja berbeda dengan sistematika buku-buku dan karya ilmiyah buatan manusia.

Para ahli tafsi biasanya memulai penafsirannya dengan menggunakan asbab Al-nuzul. Sebagian dari mereka biasanya bertanya-tanya, mana yang lebih baik apakah memulai penafsiran dengan mendahulukan asbab Al-nuzul atau Munasabah.

97

Menurut Asy-Suyuthi, ilmu Munasabah adalah ilmu yang sangat penting dalam penafsiran Al-Qur‟an, tetapi hanya sedikit diantara para mufassir yang memberikan perhatiannya karena ilmu ini sangat memerlukan ketelitian dan kejelian. Diantara mufassir yang banyak memberikan perhatian terhadap ilmu Munasabah adalah Imam Fakhruddin Ar-Razi. Ar-Razi menyatakan, sebagian besar rahasia yang tersembunyi dari Al-Qur‟an tersimpan dalam persoalan urutan surah dan ayat serta kaitan antara satu sama lain. khusus tentang surah Al-Baqarah, Ar-Razi menyatakan bahwa siapa saja yang memperhatikan rahasia susunan ayat-ayat dalam surah ini akan mengetahui bahwa Al-Qur‟an, tidak hanya mukjizat dari segi kefasihan lafal- lafalnya dan kehebatan isinya, tetapi juga mukjizat dari segi susunan surah dan ayat-ayatnya.98

Sehubungan dengan itu, Al-Khaththabi juga berpendapat sebagaimana dikutip Hasani Ahmad Said, bahwa tujuan bergabungnya berbagai persoalan di dalam satu surah adalah agar pembaca dapat memperoleh banyak petunjuk dalam waktu yang singkat. Salah satu tujuan diungkapkannya aneka ragam persoalan yang terdapat dalam satu surah adalah agar pembaca tidak jenuh. Secara fitrah, manusia sering sekali mengalami kebosanan jika berhadapan dengan persoalan yang monoton.99

Naskah teks Al-Qur‟an menurut Mushaf Utsmani tidaklah disusun berdasarkan kronologis turunnya. Hal ini yang kemudian melahirkan satu ilmu tersendiri yang dikenal dengan kajian Munasabah. Secara bahasa, Munasabah berarti musyakAlah (keserupaan) dan muqarabah (kedekatan), sedangkan secara istilah, Munasabah berarti pengetahuan tentang berbagai hubungan di dalam Al-Qur‟an, baik antarayat maupun antarsurah, bukan kronologis historis dari bagian-bagian teks, tetapi aspek pertautan antarayat dan surah menurut urutan teks.100

98

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2., hlm. 225.

99

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 149.

100

Ulama tafsir lain seperti Al-Tabari (w. 1923 M) juga sangat memperhatikan konteks ayat, dengan mencermati korelasi antarayat (Munasabah), baik itu ayat sebelum dan sesudahnya, meskipun hanya beberapa kasus ayat dalam jumlah yang sangat terbatas, tidak semua ayat: HuwAllazi yusawwirukum fi Al-arhami kaifa yasya.101

Sementara itu, istilah kesatuan Al-Qur‟an muncul dalam kajian Al-

Qur‟an kontemporer, terutama ketika para ahli tafsir memfokuskan kajian pada topik yang mereka sebut sebagai kesatuan tematis dalam Al-Qur‟an. Namun, tema dan prinsip-prinsip kajian itu sebenarnya telah ada sejak zaman awal islam. Tepatnya ketika para ahli tafsir klasik melakukan penelitian yang serius terhadap kemukjizatanAl-Qur‟an serta meneliti hubungan antara berbagai ayat dan surah Al-Qur‟an yang kemudian dikenal dengan „ilm Al- Munasabah fi Al-Qur‟an.102

Sehubungan dengan pembahasan ini, menurut Al-Zarkasyi seperti yang dikutip Hasani Ahmad Said, mengatakan bahwa Ilmu Munasabah sangat penting untuk menyingkap keistimewaan Al-Qur‟an. Karena memperlihatkan keserasian ayat-ayat yang terkesan tidak mempunyai keterkaitan. Oleh karena itu, sebagian pakar menegaskan hal tersebut sebagai bagian yang inheren dengan kemukjizatan Al-Qur‟an. Al-Suyuthi bahkan terkesan menganggap Munasabah sebagai aspek yang paling dominan dari keistimewaan Al-Qur‟an. ketika mengidentifikasi keistimewaan Al-Qur‟an, ia berhasil menemukan tiga belas poin dan tujuh di antaranya mengambil bentuk Munasabah.103

Pada posisi seperti ini, mayoritas ulama berkesimpulan bahwa urutan yang ada dalam mushaf bersifat tauqifi, yaitu proses susunan ayat dan surah berdasarkan ketetapan wahyu melalui Nabi. Proses seperti itu diyakini bahwa Al-Qur‟an yang semula utuh ketika berada di Lauh Mahfudzh yang kemudian diturunkan secara berangsur-angsur sesuai peristiwa yang

101

Ilyas, Hamim, Studi Kitab Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2004), hlm. 38.

102

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Mishbah,

(Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 150.

103

melatarbelakanginya dan disusun seperti sediakala. Syekh Mushthafa Shadiq Al-Rafi‟i (w. 1937 H) mengumpamakan susunan Al-Qur‟an laksana kesatuan anggota tubuh yang sangat kokoh dan sempurna. Tidak ada satu huruf atau harakat pun dalam Al-Qur‟an yang tidak dipilih dan ditempatkan dengan cara yang menakjubkan.104

Al-Zarkasyi menilai ilmu ini didasarkan kepada keyakinan bahwa Al-

Qur‟an ibarat bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan. Ia laksana kesatuan kalimat yang tidak bisa dilepaskan antara satu dengan yang lain, karena berfungsi untuk menguji keshahihan struktur kalimat. Di samping itu, ilmu ini menjadikan setiap bagian kalimat berkaitan dan saling menyempurnakan satu sama lain. dengan kata lain, ilmu ini sangat penting. Oleh sebab itu, kajian pertama yang harus diperhatikan menurut Al-Zarkasyi adalah menjelaskan posisi setiap ayat apakah berhubungan, menyempurnakan ayat yang sebelumnya, atau bersifat independen dan bagaimana hubungan ayat yang independen tersebut dengan ayat sebelumnya.105

Rahmawati dalam karyanya yang berjudul Munasabah al-Ayat wa al- Suwar menyimpulkan:106

a. Pengetahuan tentang Munasabah sangat urgen dalam upaya menginterprestasikan Al-Qur‟an secara akurat. Hal ini tersebut dikarenakan Al-Qur‟an merupakan satu kesatuan yang utuh, memiliki ketertarikan antara satu dengan yang lainnya yang dikenal dalam ilmu Al-

Qur‟an dengan istilah Munasabah Al-ayat wa Al-suwar.

b. Perekembangan ilmu Munasabah pada awalnya dicanangkan oleh Abu Imam Abu baker al-naisabury, akan tetapi tidak mendapat perhatian/respon yang serius dari para pemerhati Al-Qur‟an. baru pada perkembangan selanjutnya ada sebagian ulama yang mengkhususkan menulis tentang Munasabah diantaranya: Abu Ja‟far Ibn Zubair (w. 708

104

Ibid., hlm. 151.

105

Hanafi, M. Mukhlis, Urgensi Memahami Ilmu Muasabah, hlm. 2.

106

Rahmawati, Munasabat al-Ayat wa al-Suwar, (Makassar: Jurnal Adabiyah Vol. XIII No.

H.) dengan kitabnya Al-burhan fi munasabat Tartib Al-Suwar Al-Qur‟an, Ibrahim ibn Umar Al-Biqa‟i (809-885 H.) dengan kitabnya Tanasuq Al- Durar fi Tanasub Al-Suwar, Fakhr al-Din al-Razi dalam kitabnya Tafsir Al-Kabir (yang juga disebut dengan Mafatih al-Ghaibi), Sayyid Qutub dalam Tafsir Fi ZilAl Al-Qur‟an, Al-Itqan fi Ulum Al-Qur‟an, karya al- Suyuthi tepatnya pada juz II, Al-Burhan fi Ulum Al-Qur‟an karya Manna‟ al-Qattan, yang mengkaji ini sebagai pendamping dari kajian tentang Al- Asbab Al-nuzul, judul yang sama karya Dr. Subhi al-Shalih yang juga membahas Munasabah ini sebagai sub bahasan dari al-Asbab Al-nuzul, dan sekian banyaknya kitab yang mengkaji masalah Al-Qur‟an dan susunan Al-Qur‟an baik dari segi tartib al-nuzulnya ataupun tartib Al-Mushafnya.

Menurut Asy-Suyuthi dalam buku Kuliah Ulumul Qur‟an karya Yunahar Ilyas, bahwa ilmu Munasabah adalah ilmu yang sangat penting dalam penafsiran Al-Qur‟an, tetapi hanya sedikit diantara para mufassir yang memberikan perhatiannya karena ilmu ini sangat memerlukan ketelitian dan kejelian. Diantara mufassir yang banyak memberikan perhatian terhadap ilmu Munasabah adalah Imam Fakhruddin Ar-Razi. Beliau menyatakan, sebagian besar rahasia yang tersembunyi dari Al-Qur‟an tersimpan dalam persoalan urutan surah dan ayat serta kaitan antara satu sama lain. khusus tentang surah Al-Baqarah, Ar-Razi menyatakan bahwa siapa saja yang memperhatikan rahasia susunan ayat-ayat dalam Surah ini akan mengetahui bahwa Al-

Qur‟an, tidak hanya mukjizat dari segi kefasihan lafal-lafalnya dan kehebatan isinya, tetapi juga mukjizat dari segi susunan surah dan ayat-ayatnya.107

Ada tiga arti penting dari Munasabah sebagai salah satu metode dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur‟an. pertama, dari sisi balaghah, korelasi antara ayat dengan ayat menjadikan ayat-ayat Al-Qur‟an utuh dan indah. Bila dipenggal maka keserasian, kehalusan, dan keindahan kalimat yang teruntai didalam setiap ayat akan menjadi hilang. Kedua, ilmu Munasabah dapat memudahkan orang dalam memahami makna ayat atau surah. Tanpa

107

Ilyas, Yunahar, Kuliah Ulumul Qur‟an, (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2013), Cet. 2., hlm. 225.

memahami kaitan antara satu kalimat dengan kalimat berikutnya dalam satu ayat, atau kaitan antara satu ayat dengan ayat berikutnya, bisa saja seorang yang membaca Al-Qur‟an tidak dapat menangkap keutuhan makna, bahkan dapat menimbulkan kesalahan dalam pemaknaan seperti yang sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya. Ketiga, ilmu Munasabah sangat membantu seorang mufassir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an, sehingga dapat menjelaskan keutuhan makna ayat atau kelompok ayat. Juga dapat menjelaskan keserasian antara kalimat dengan kalimat dan ayat dengan ayat, bahkan antara surah dengan surah. Ilmu Munasabah akan sangat membantu terutama dalam istinbath hukum.108

C. Karakteristik Munasabah dan Jenis-Jenisnya dalam Tafsir Al-Mishbah

Dokumen terkait