• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

B. Pendidikan Moral Zakiah Daradjat

3. Usaha-usaha Mencapai Perbaikan Moral

Maka diantara usaha yang sangat penting itu hendaklah dilakukan oleh yang berwajib, yang secara resmi adalah penanggung jawab atas bisa dan tidaknya Pancasila menjadi landasan perjuangan pemerintahan dan landasan moral masyarakat, usaha itu antara lain (Daradjat, 1977:57):

a. Penyaringan terhadap Kebudayaan Asing

Penyaringan tersebut bisa melalui berbagai hal diantaranya:

1)Pengamanan alat komunikasi milik instasi atau lembaga pemerintah dari penghidangan, pertunjukan film, video, permainan, gambar dan pementasan yang bertentangan dengan jiwa Pancasila.

Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir penyimpangan yang diakibatkan oleh tayangan-tayangan televisi baik sinetron, film, iklan serta gambar-gambar yang tidak sesuai dengan norma yang ada.

47

2)Sebagai tindakan curatif dan preventif hendaknya segera dilarang pertunjukan film maksiat, gambar dan lukisan yang merangsang untuk berbuat maksiat, pertunjukan dan pemainan sadis yang cendrung pada kekerasan. Singkatnya segala bentuk dan acam hiburan yang bertentangan dengan moral Pancasila segera dilarang tanpa kecuali. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah harus segera menertibkan dan mengatur tempat-tempat hiburan seperti taman, rumah, cafe dan club sedemikian rupa. Agar moral Pancasila tidak di injak-injak dan dipandang remeh sebagai tempat kemaksiatan.

3)Gejala kebudayaan asing

Budaya asing yang sudah mulai diperkenalkan di Negara Indonesia akhir-akhir ini. Terutama dikota-kota besar seperti pemilihan Ratu Kecantikan, pembukaan night Club, pengembangan kaum homo sex dan perilaku menyimpang lainya.

Jika diteliti lebih mendalam adalah bertentangan dengan moral Pancasila. Akan tetapi sangat disayangkan para penguasa tidak sadar, bahwa hal tersebut akan menghancurkan nilai Pancasila.

4)Pelarangan permainan kekerasan

Dalam rangka penyaringan terhadap budaya yang tidak baik yang berkembang salah satunya permainan atau pertunjukan yang bersifat kekerasan seperti mengadu binatang ataupun permainan matador dari sepanyol yang pernah dipertunjukan di Jakarta, dimana permain terebut melukai binatang yang digunakanya. Hendaknya

48

pemerintah melarang dan tidak mendatangkan permainan tersebut. Permainan atau pertunjukan yang membuat orang yang menontonya gembira melihat binatang teraniaya itu sangat buruk akibatnya

5)Pelarangan peredaran secara bebas obat-obatan yang membatasi kelahiran. Hal tersebut bisa disalah gunakan oleh remaja maupun anak- anak yang belum memiliki kemampuan jiwa untuk mengendalikan diri dari segala bentuk gejolak jiwa yang mengarah pada hal yang negatif. 6)Penertiban dan pengawasan terhadap media cetak yang beredar

Penertiban dan pengawasan harus dilakukan terhadap tulisan, gambar dan cerita yang dimuat di surat-surat kabar, majalah, selebaran, dan sebagainya. Sehingga moral Pancasila dapat di amankan dan dipelihara dari unsur kebudayaan asing yang bertentangan dengan Pancasila.

Dan banyak lagi macam kebudayaan asing yang bertentangan dengan Pancasila. Hal yang menjadi kunci utama adalah bagaimana penyaringan budaya itu dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dilakukan secara bersama baik oleh pihak penguasa, pejabat pemerintah, pendidik, alim ulama dan masyarakat pada umunya. b. Peningkatan pembinaan mental

Jika berbicara tentang moral, maka hal tersebut tidak akan lepas dari masalah mental pada umunya. Karena moral adalah wajah dari kondisi mental. Seseorang yang bermental sehat, otomatis dapat diperkirakan

49

moralnya akan baik karena diantara gejala gangguan kejiwaan akan terpantul dan tampak dengan jelas pada moral dan tingkah laku.

Dinamika yang menjadi penggerak suatu perbuatan adalah tingkah laku, perangai dan perkataan serta sikap pada umunya adalah mental atau kepribadian secara keseluruhan. Maka untuk menjadikan seseorang sehat mentalnya dan sempurna kepribadianya, harus melalui pembinaan yang sungguh-sungguh yang dilakukan sejak kecil. Adapun pembinaan mental tersebut meliputi (Daradjat, 1977:65):

1) Peningkatan Pendidikan agama

Kadang-kadang orang menyangka bahwa penddikan agama itu terbatas kepada ibadah, shalat, puasa, mengaji dan sebagainya. Padahal pendidikan agama harus mencakup keseluruhan hidup yang mejadi pengendali dalam segala tindakan. Bagi orang tua yang membatasi tentang agama, maka pendidikan agama untuk anak-anak dicukupkanya hanya dengan memanggil guru ngaji kerumah, atau hanya menyuruh anak-anaknya untuk pergi mengaji kesekolah atau tempat-tempat kursus lainya. Padahal yang terpenting dalam pembinaan jiwa agama adalah keluarga dan harus terjadi melalui pengalaman hidup sianak dalam keluarga, apa yang dilihat di dengar dan dirasakan oleh anak sejak kecil akan mempengaruhi pembinaan mentalnya (Daradjat, 1977:66).

Agar pembinaan jiwa agama itu betul-betul dapat membuat kuatnya jiwa anak untuk menghadapi segala tantangan zaman

50

hendaknya terbina sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan sampai usia dewasa dalam masyarakat. Untuk itu pemerintah, pemimpin dan mayarakat, alim ulama dan para pendidik mengadakan usaha peningkatan pendidikan agama bagi keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dngan cara sebagai berikut:

(1) Pendidikan agama dalam keluarga

Pendidikan agama dalam keluarga sebagaimana dalam pandangan zakiah daradjat perlu adanya kursus yang diperuntukan bagi para calon suami atau istri tentang penjeasan bagaimana membangun keluarga bahagia ysang tercakup dalam ketentuan hak dan kewajiban suami istri yang ditentukan oleh agama.

Selanjutnya bimbingan dilakukan dengan pedoman beribadah secara mendalam agar direalisasikan sebagai tameng kebahagian hidup.

Kewajiban mendidik dan memelihara anak dengan cara yang diajarkan oleh agamapun harus diketahui oleh setiap calon ibu atau bapak. Bagaimana cara menghadapi dan mendidik anak adalah masalah penting yang tidak boleh diabaikan dalam keluarga (Daradjat, 1977:67).

Dari sinilah akan timbul tindakan cara hidup dan bimbingan terhadap anak-anaknya sesuai dengan ajaran agama. Apabila si anak hidup dalam kelurga yang beriman selalu melihat orang tuanya rukun dan damai serta patuh menjalankan ibadah kepada

51

Tuhan maka bibit pertama yang masuk dalam pribadi anak adalah apa yang dialaminya itu yaitu ketentraman hati dan kecintaan kepada Tuhan. Jadi sejak permulaan hidupnya anak mulai mengenal agama dalam kehidupan orang tuanya. Cara perlakuan orang tua terhadap anak dan anggota keluarga lainya. Di samping kebiasaan hidup yang sesuai dengan agama yang dialaminya sejak kecil. Inilah yang akan membina mental beragama pada anak di kemudian hari.

(2) Pendidikan agama di sekolah

Pembinaan jiwa agama yang telah dimulai di rumah, dapat diteruskan disekolah. Dalam peningkatan pendidikan agama di sekolah, yang dimaksud pendidikan agama bukanlah yang diberikan oleh guru agama saja, akan tetapi oleh seluruh staf pengajar, staf pimpinan sekolah, pegawai, alat serta peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Maka setiap guru, baik guru agama ataupun umum harus berjiwa agama dan menjunjung tinggi ajaran agama, walaupun tidak mendalaminya, namun kepribadian, akhak dan sikapnya, hendaknya dapat mendorong anak didik untuk mencintai agama dan hidup sesuai dengan ajaran agama.

Sebagai contoh dalam pendidikan jasmani dan olah raga, hendaknya anak juga dapat merasakan bahwa agama menyuruh orang berolah raga dan memperkuat jasmaninya. Dalam

52

pelaksanaan pendidikan jasmani dan olah raga itu, hendaknya sekolah menjaga jangan sampai larangan agama terlanggar. Misalnya dalam latihan berenang, agar dipisah antara laki-laki dan wanita. Karena dalam agama laki-laki dan wanita tidak boleh melihat tubuh lawan jenisnya kecuali dalam batasan-batasan yang sudah di tentukan. Apabila guru renang tidak mengindahkan aturan agama dalam hal pakaian misalnya, maka pendidikan yang diberikan oleh guru renang akan berlawanan dengan apa yang akan disampaikan oleh guru agama dan bertentangan sekaligus dengan moral Pancasila.

Disetiap sekolah harus terjamin pelaksanaan ajaran agama, sedangkan pendidikan agama khusus yang diberikan oleh guru agama harus di tingkatkan pula dalam segala segi. Peningkatan harus terjadi dalam kurikulum, metodik dan guru itu sendiri.

Dengan baiknya kurikulum, metodik dan guru agama, maka kecintaan anak didik kepada agama akan meningkat. Untuk menjamin peningkatan pendidikan sekolah perlu diadakan up- grading guru umum dalam bidang agama dan up-grading guru agama dalam bidang ilmu jiwa perkembangan dan ilmu mendidik. Serta up-greding. Bagi seluruh aparatur sekolah dalam bidang agama (Daradjat, 1977:68).

53

(3) Pendidikan agama dalam masyarakat

Setelah penanaman jiwa agama dilaksanakan dalam keluarga dan sekolah. Maka hendaknya dalam masyarakat dapat terpelihara dan terjamin hidupnya jiwa agama. Misalnya dalam kehidupan mayarakat hendaknya terjamin kesempatan untuk melakukan ibadahnya antara lain: mengutamakan waktu shalat dari pada pekerjaan lainya ketika waktu shalat datang, pendidikan agama ditingkatkan disetiap RT dan RW seperti diadakan kursus dan pelajaran agama secara teratur. Pengajaran agama itu hendaknya mencakup segala kehidupan, semua perbuatan dan kemungkinan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap ajaran agama harus dihindarkan dari masyarakat (Daradjat, 1977:70)

2) Pembinaan moral Pancasila

Untuk menjamin hidupnya moral Pancasila dalam hati setiap orang, hendaknya pendidikan moral itu dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Walaupun ketentuan dan batas-batas yang tegas tentang moral Pancasila dalam undang-undang belum ada, namun nilai itu sudah ada dan dapat dilasanakan dan setiap orang perlu dibina kearah itu. Pembinaan moral Pancasila sesungguhnya jauh lebih penting dari pada menghafalkan teks dan sejarah Pancasila. Karena moral Pancasila itulah yang dapat menjadikan Pancasila sebagai landasan hidup. Tanpa melaksanakan moral Pancasila dalam hidup,

54

tidak mungkin seorang dikatakan pancasialis. Pembinaan moral Pancasila harus dilaksanakan disekolah terhadap anak didik, di kantor terhadap pegawai atau petugas dan masyarakat dengan segala lapisanya.

Moral Pancasila yang akan dibina ialah yang tercermin dari setiap sila dalam Pancasila. Maka tujuan dari pembinaan moral Pancasila ialah agar setiap orang dalam hidupnya mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan perbuatanya sehingga tidak bertentangan dengan Pancasila.

Untuk itu pembinaan moral Pancasila, harus melalui pembinaan moral pada umumnya yaitu dengan memberi contoh dalam hidup, jika ada seorang guru dan ingin membina moral anak didiknya, maka harus melaksanakan nilai moral itu dalam hidupnya, yaitu sesuai dengan ajaran agama, hidup sopan, beradab dan menjunjung tinggi perikemanusiaan, bersatunya perkataan dan perbuatan dan jauh dari perkataan dan perbuatan yang menimbulkan perpecahan. Selanjutnya moral kerakyatan dan keadilan harus tercermin dengan nyata dalam tindakan menghadapi anak didik (Daradjat, 1977:70) .

c. Menciptakan rasa aman dalam masyarakat

Rasa aman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi moral. Diantara faktor yang menyebabkan timbulnya kerusakan moral adalah perasaan gelisah dan kurang aman. Dan rasa aman ini harus diciptakan dan

55

dijamin oleh pemerintah, para penguasa dalam setiap instasi lembaga dan masyarakat pada umunya.

Salah satu hal yang sangat penting demi terciptanya keamanan alam masyarakat adalah berjalanya kepastian hukum, apabila undang-undang peraturan dan ketentuan hukum pada umunya dijamin pelaksanaanya secara adil dan jujur, maka rasa aman masyarakat akan terjamin. Dalam pelaksanaanya hukum itu hendaknya bersifat yang benar dibenarkan dan yang salah disalahkan. Hal tersebut diterapkan terhadap siapa saja, baik diri sendiri, golongan sendiri maupun orang lain. Jika ada hal yang terjadi, seseorang yang berbuat salah secara hukum dan telah menimbulkan kerugian pada orang lain hendaknya orang tersebut ditindak secara hukum dengan adil. Jangan sampai dilindungi dan dicarikan alasan untuk membela dan membebaskanya walaupun hal tersebut dilakukan oleh kalangan sendiri.

Jika terjadi ketidak adilan kenyataan dan pembelaan yang tidak benar, akan timbulah rasa tidak tentram dan tidak puas pada orang yang merasa dirugikan dan merasa kehilangan tempat berlindung. Ketidak puasan dan rasa tertekan itu akan menimbulkan tindakan balas dendam dan pada akhirnya akan terjadi gejala rusaknya moral (Daradjat, 1977:73). d. Perbaikan sistem pendidikan nasional

Sistem pendidikan nasional hendaknya dapat membawa setiap anak didik kearah rasa aman dan pasti dalam dirinya. Setiap tingkat yang

56

dilaluinya hendaknya menjadi jaminan, apakah ia akan meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi atau akan terjun langsung kedalam masyarakat.

Pendidikan kejuruan seyogyanya diperbanyak. Keadaan Negara yang luas dan mempunyai keistimewaan yang bermacam-macam dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bakat anak didik sesuai dengan kemampuan yang ada padanya.

Dalam rangka mencetak masa depan yang lebih baik harus diatur sedemikian rupa oleh pemerintah. Karena kekurangan keahlian dan kepandaian telah menyebabkan kerugian besar pada bangsa dan Negara. Misalnya pengawetan makanan, minyak tanah, karet, rotan dan semuanya diserahkan kepada tenaga asing padahal rakyat Indonesia sendiri membutuhkan pekerjaan.

Korban pendidikan yang terlalu teoristis dan kurang mengindahkan ketrampilan dan kejuruan menengah itu, telah sangat banyak dan telah memepercepat kemerosotan moral. Karena para remaja yang kebingungan dan kehilangan pandangan untuk masa depan itu akan menjadi nakal jika agama tidak merasuk dalam kehidupanya (Daradjat, 1977:75).

e. Peningkatan perhatian terhadap pendidikan

Dalam peningkatan perhatian dalam pendidikan Zakiah Daradjat menekankan pada kesejahteraan guru. Karena apabila terjadi kurangnya perhatian pemerintah dalam hal tersebut maka akan timbul kebijaksanaan sekolah untuk mencari biaya yang kadang-kadang menimbulkan peningkatan biaya bagi orang tua siswa, yang selanjutnya akan

57

menimbulkan kegelisahan. Disamping sekolah mayarakat secara serentak juga melakukan perhatian terhadap pendidikan secara sunggguh-sungguh (Daradjat, 1977:76).

f. Memperbanyak badan bimbingan dan penyuluhan

Untuk mengurangi kegelisahan dan kebingungan dan menghadapi kesusahan dan problema hidup perlu adanya biro konsultasi atau badan yang dapat memberikan bimbingan dan penyuluhan (Daradjat, 1977:77).

Persoalan hidup baik yang dirasakan oleh orang secara pribadi maupun kelompok, jika tidak diselesaikan akan bertambah bertambah berat dan menimbulkan komplikasi jiwa oleh karena itu badan bimbingan dan penyuluhan sangat dibutuhkan.

g. Bimbingan dalam pengisian waktu senggang

Ukuran maju mundurnya suatu bangsa seringkali dipakai kemampuan bangsa itu untuk mengisi waktu senggangnya dengan cara yang baik dan sehat. Waktu senggang (leisure time), yang banyak akan menyebabkaan orang kebingungan (Daradjat, 1977:78).

Pengaturan atau bimbingan untuk mengisi waktu senggang itu, harus dikerjakan dengan sengaja, dengan program yang baik dan menyenangkan. Bisa dengan memberikan pelatihan ketrampilan membuka kesempatan untuk bekerja ditempat latihan tersebut. Pengisian terhadap waktu senggang yang teratur dan terarah dengan baik akan menolong dalam pembinan mental dan moral.

58

Dokumen terkait