• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat, M.A. tentang Pendidikan MoralMoral (Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat, M.A. tentang Pendidikan MoralMoral (Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia) - Test Repository"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

PEMIKIRAN PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT, MA.

TENTANG PENDIDIKAN MORAL

(Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral Di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ZAKIYATUL FITRI

NIM: 111-12-135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)

i

PEMIKIRAN PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT, MA.

TENTANG PENDIDIKAN MORAL

(Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

ZAKIYATUL FITRI

NIM: 111-12-135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

MOTTO





















Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

(QS. Ar Ra’du:11)

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

 Ibuku, Ibu Dainah yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, do’a yang tak pernah lelah dipanjatkan untuk putra-putrinya, motivasi yang tak ternilai, baik dari segi materil atau non materil sehingga skripsi ini bisa penulis selesaikan, serta doa teruntuk ayahku Abdur Rochim yang sudah berada di pangkuan-Nya semoga Allah menempatkan engkau di Raudotan

min Riyadil Jinan, Amin…

 Kakak-kakaku tercinta Mas Torik dan Mba Anti, Mba Luthfi dan Mas Wahyu, Mba Endang dan Mas Zaenal, Mas Edi dan Mba Fia serta adek kembar Masruhan dan Masruhin yang tak pernah lelah memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis.

 Segenap Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Hikmah 02 Benda, Brebes, pengasuh, kyai-kyai dan Guru-guru dengan keikhlasanya mendidik penulis, yang selalu penulis harapkan barokah dari ilmunya. Serta tak lupa saudara seperjuangan di Ma’had ‘Aly Al-Hikmah.

 Keluarga besar Pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlanah khususnya kepada Bapak Ghufron dan Ibu Muizzah beserta keluarga dengan keikhlasanya mendidik penulis serta adik-adik. Dan selalu memberikan motivasi, bimbingan arahan serta nasehat dan pelajaran berharga di Darul Hadlanah, tempat dimana saya mengukir kenangan dan menimba banyak ilmu.

(9)

viii

memompa semangat penulis. Yang tanpa pamrih mengingatkan, mengoreksi, memberikan masukan dan mendorong penulis agar karya sederhana ini dapat terselesaikan.

 Teman seperjuangan di Darul Hadlanah, Mas Abdul Majid, Mba Nunung Suciati, Mba Neny Muthiatul Awaliyah, Mba Novi Oktaviani, Mba Nurul Azmi dan Mba Maya Mushoffa serta adek-adek panti teman belajar yang selalu menjadi penyemangat ketika lelah menghampiri.

 Teman karib yang selalu ada dan motivator selama kuliah Hayu A’la Aslami, Tri oktaviani, Zahra Ridho Hasanah dan Nurul Robikah.

 Teman-teman PPL, KKL, dan KKN yang berjuang bersama dalam suka dan duka untuk menyelesaikan tugas Negara.

 Rekan-rekan HMJ PAI: Mba Endang, Mba Aisyah, Mba Fajri, Mb Fia, Mas Didik, Mas Ro’in, Mas Wisnu, dan segenap anggota HMJ PAI.  Teman-teman seperjuangan di kampus IAIN

 Almamaterku tercinta IAIN Salatiga.  Adek Angkatan Jurusan PAI.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

ﻢﯿﺣّﺮﻟا ﻦﻤﺣّﺮﻟا ﷲ ﻢﺴﺑ

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah ‘Azza wa Jalla). Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan Salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidup manusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (Nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pedidikan Agama Islam. 4. Bapak Rasimin, S.Pd.I, M.Pd. Selaku pembimbing yang telah

membimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A. Selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan selama kuliah.

(11)
(12)

xi

ABSTRAK

Fitri, Zakiyatul. 2016. Pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat, M.A. tentang

Pendidikan Moral. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rasimin, S.Pd.I, M.Pd.

Kata kunci: Pemikiran Zakiah Daradjat, Pendidikan Moral.

Era Globaisasi sekarang ini banyak fenomena yang beredar, baik melalui media cetak maupun elektronik yang memberitakan berbagai penyimpangan yang dilakukan oleh generasi penerus bangsa. Maraknya peredaran dan penggunaan narkoba, tawuran, pelecehan seksual, pergaulan bebas dan berbagai perilaku menyimpang lainya. Dengan demikian pendidikan moral memegang peranan yang sangat urgent. Salah satu tokoh perempuan dengan pemikiranya yang cemerlang berkaitan dengan pendidikan moral ialah Zakiah Daradjat, oleh karena itu penulis terarik dan ingin mengatahui lebih dalam tentang pendidikan moralnya yang memang sedang menjadi perbincangan diberbagai kalangan.

Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pemikiran Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral (2) Bagaimana relevansi pemikiran Prof. DR. Zakiyah Daradjat tentang pendidikan moral dalam Era globalisasi

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

research). Sumber data primer adalah buku Membina Nilai-nilai Moral di

Indoesia karangan Zakiah Daradjat, sumber sekundernya adalah buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Metode Analisis Isi (Content Analysis).

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR BERLOGO... ii

PERETUJAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK... xi

DAFTAR ISI... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Penegasan Istilah………. 5

C. Rumusan Masalah………... 7

D. Signifikansi Penelitian……… 7

E. Studi Pustaka………...……… 8

F. Kerangka Teori……… 9

G. Metode Penelitian……..…………..……… 12

H. Teknik Analisis Data...……… 15

I. Sistematika Penulisan Skripsi.……… 15

BAB II HISTORIKA BOIGRAFI ZAKIAH DARADJAT……... 17

(14)

xiii

B. Latar Belakang Pendidikan………. 18

C. Karier…………...………...………. 20

D. Hasil Karya……….………. 24

E. Deskripsi Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia…... 28

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN………... 30

A. Pendidikan Moral……… 30

1. Pengertian Pendidikan Moral……… 30

2. Tujuan Pendidikan Moral………..……… 34

B. Pendidikan Moral Zakiah Daradjat……… 36

1. Pendidikan Moral Zakiah Daradjat………... 36

2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merosotnya moral Anak-anak………..… 42

3. Usaha-usaha Mencapai Perbaikan Moral……….. 46

BAB IV PENDIDIKAN MORAL DI ERA LOBALISASI……… 58

A. Signifikansi Pendidikan Moral Di Era Lobalisasi…...……… 58

B. Relevansi Pendidikan Moral Zakiah Daradjat di Era Globalisasi………... 62

1. Pendidikan Moral Pancasila……….. 62

2. Pilar-pilar Pendidikan Moral………. 69

(15)

xiv

BAB V PENUTUP………...……….. 80

A. Kesimpulan………. 80

B. Saran……… 81

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arus globalisasi telah melanda berbagai penjuru dunia tidak terkecuali Indonesia. Globalisasi di Indonesia telah mengubah aspek kehidupan dalam berbagai bidang, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan juga dalam bidang pendidikan. Perubahan tersebut tentunya memberikan dampak poitif yang mendatangkan kemajuan maupun dampak negatif yang justru menjadi pemicu terjadinya dekadensi moral. Di era globalisasi ini, terdapat hal yang menjadi ciri utama dan tidak dapat diingkari yaitu adanya revolusi teknologi, transportasi, informasi, dan komunikasi. Tentunya kemajuan-kemajuan yang ada ini akan memberikan berbagai macam dampak dalam kehidupan terlebih dalam dunia pedidikan. Kemajuan Informasi dan komunikasi yang ada telah menjadi suatu kebutuhan yang dianggap penting bagi para peserta didik untuk memudahkan mereka dalam belajar. Dengan fasilitas yang sedemikian mudahnya tanpa landasan pendidikan moral yang baik akan sangat berpotensi terjadinya penyimpangan-penyimpangan.

(17)

2

sebagai dasar akhlak menjelaskan tentang kebaikan Rasulullah SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Ahzab ayat: 21 baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Ayat tersebut telah jelas sekali menunjukan bahwa telah ada contoh yang baik yang terdapat pada Rasulullah SAW. Tentunya bagi orang yang merasa sebagai umatnya tidak akan mencontoh selain dari pada Rasulullah.

Negara Indonesia yang notabennya sebagai salah satu Negara yang mengedepankan pendidikan telah mengatur dan melindungi sistem pendidikan yang ada, salah satunya diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) Nomor 20 tahun 2003 yang menerangkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak yang bermartabat, dimana dalam proses pendidikan harus ditanamkan nilai-nilai moral.

(18)

3

suatu bangsa tidak baik, maka hancurlah tatanan bangsa tersebut (Daradjat, 1977:9).

Uraian di atas menjelaskan begitu urgennya moralitas dalam kehidupan terlebih dalam dunia pendidikan. Bahkan Negara Indonesia melalui undang-undangnyapun turut serta melindungi dan mengatur Sistem Pendidikan Nasional yang ada. Salah satunya melalui penekankan penanaman nilai-nilai moral. Akan tetapi di era globalisasi sekarang ini dihadapkan pada persoalan yang semakin berat. Krisis moral yang timbul secara real ditandai dengan maraknya berbagai persoalan seperti: menyontek, tawuran, membolos, kekerasan antar pelajar, minum-minuman keras, penggunaan dan pengedaran narkoba, pemerkosaan, hingga pergaulan bebas. Ini adalah suatu problem yang sangat menyimpang dari ketentuan norma yang ada dalam masyarakat dan hal tersebut seakan sudah menyeluruh ke berbagai penjuru daerah, baik di kota-kota besar sampai pelosok desa.

(19)

4

pelanggaran norma, ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia mengalami darurat moral. (http://www.antaranews.com/berita/558931/kasus-yuyun-tunjukan-bangsa-indonesia-darurat-moral)

Contoh dan pemaparan di atas menunjukan bahwa moral peserta didik bangsa telah terdekadensi oleh zaman sehingga pendidikan moral adalah suatu hal yang penting yang harus diterapkan dan ditekankan baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pentingnya pendidikan moral untuk diserukan dengan semangat agar lahir kesadaran bersama untuk membangun moral generasi muda bangsa yang kokoh. Sehingga, generasi penerus bangsa ini tidak terombang-ambing oleh modernisasi yang menjanjikan kebahagiaan sesaat serta mengorbankan kebahagiaan masa depan yang panjang dan abadi.

(20)

5

Pencerahan terhadap probematika-problematika di era globalisasi sebagaimana yang terjadi sekarang ini.

Zakiah menyerukan bagi peserta didik agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki prinsip keteguhan moral yang baik, tidak mudah goyah, jika dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang melanda bangsa Indonesia di era globalisasi ini. Pemikiran-pemikiran Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral sejalan dengan sistem pendidikan yang sedang dicanangkan oleh pemerintah, yang tidak mengedepankan nilai akademik. Pendidikan moral yang berlandaskan pada dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila sebagaimana pemikiran beliau menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Maka penulis tertarik untuk mengangkatnya sebagai bahan penulisan skripsi yang berjudul: “Pemikiran Prof. Dr. Zakiah Daradjat Tentang Pendidikan Moral (Analisis Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia)”.

B. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dalam penelitian ini sangat diperlukan agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah lain didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Pemikiran

(21)

6

2. PendidikanMoral

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia: 365). Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 263).

Moral adalah (ajaran tertentu) baik buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban dsb) (KBBI, 1982:654)

Moral berasal dari kata mores yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat yang berhubungan dengan nilai-nilai susila, larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar. Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. (Budiningsih, 2004: 24).

(22)

7

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral?

2. Bagaimana relevansi pemikiran Prof. DR. Zakiyah Daradjat tentang pendidikan moral di Era globalisasi ini?

D. Sinifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral.

b. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Prof. DR. Zakiyah Daradjat tentang pendidikan moral dalam Era globalisasi ini.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritik

(23)

8

b. Manfaat Praktik

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi praktisi pendidikan dalam hal memberikan pemantapan implementasi atau kontribusi pemikiran dalam upaya peningkatan ilmu pengetahuan dan pembenahan moral yang sesuai dengan ajaran agama dan sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang yang ada.

E. Studi Pustaka

Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kekurangan dan kelebihan yang ada sebelumnya. Selain itu juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumya tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan landasan teori ilmiah.

Sejauh pengamatan dan penelusuran penulis ke berbagai literatur kepustakaan yang dilakukan, penulis belum menemukan penelitian yang secara khusus mengkaji pemikiran Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral dan relevansinya di era globalisasi sekarang ini. Akan tetapi penulis menemukan beberapa judul skrirpsi yang mempunyai kajian hampir serupa yaitu membahas tentang moral, akan tetapi dengan fokus dan tokoh yang berbeda sebagaimana berikut:

(24)

9

materi). Skripsi. Fakutas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sunan Kalijaga.

2010, yang membahas tentang pendidikan moral melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan.

Kemudian Nurul Faizah. konsep pendidikan moral (stuudi analisis

pemikiran Raden Ngabehi Ranggawarsita). 2009. Yang memaparkan dan

membagi konsep moral menjadi beberapa meliputi habluminallah, habluminannas dan habluminal alam.

Dari kajian pustakta yang penulis hadirkan di atas, semuanya menggunakan content analysis demikian juga penulis. Akan tetapi berbeda tokoh dan tentunya berbeda juga dalam pemikiranya. Penelitian yang akan dilakukan penulis lebih berfokus gagasan Zakiah daradjat tentang pendidikan moral dan relevansinya dalam dunia era globalisasi.

F. Kerangka Teori

(25)

10

Pendidikan dari segi istilah dapat merujuk kepada berbagai sumber yang diberikan ahli pendidikan. Dalam undang-undang tentang System Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) UU RI No.2 Tahun 1989 dinyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peranan di masa

yang akan datang” (UU SISDIKNAS, 1993:3)

Selanjutnya, Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara dikutip oleh Prof. Dr. Abuddin Nata, MA. menyatakan bahwa:

Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter). Pikiran (intellect) dan tumbuh anak yang antara satu dan lainya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan

anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya” (Nata, 2004:33).

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jaxmaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Lebih luas moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

(26)

11

Dari definisi diungkap di atas tercermin, bahwa kata moral itu, paling tidak memuat dua hal yang amat pokok yakni, 1) sebagai cara seseorang atau kelompok bertingkah laku dengan orang atau kelompok lain, 2) adanya norma-norma atau nilai-nilai yang menjadi dasar bagi cara bertingkah laku tersebut.

Pendidikan moral mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, dan perilaku yang baik, jujur, dan penyayang dapat dinyatakan dengan istilah bermoral. Tujuan utama pendidikan moral adalah menghasilkan individu yang otonom, yang memahami nilai-nilai moral dan memiliki komitmen untuk bertindak konsisten dengan nilai-nilai tersebut. Pendidikan moral mengandung beberapa komponen, yaitu pengetahuan tentang moralitas, penalaran moral, perasaan kasihan dan memerhatikan kepentingan orang lain, serta tendensi moral (Zuchdi, 2010:43).

Adapun moral menurut Elizabeth Hurlock dalam bukunya Child Development sebagaimana yang di kutip Zakiah Daradjat yaitu:

True Morality is behavior wich conforms to social standards and wich is also carried out poluntarily by the individual. It comes with the transition from eksternal to internal authority and consist of conduct regulated from within. It is accompanied by a feeling of personal responsibility for the act. Added to this it involves giving primary consideration to the welfare of the group, while personal desires or

gains are relegated to apposition of secondary importance”.

(27)

12

itu, dan ketiga: mendahuluan kepentingan umum dari pada keinginan atau kepentingan pribadi.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan moral ialah sarana yang diupayakan dan diusahakan dengan sadar untuk menjadikan manusia memiliki nilai-nilai atau norma yang diaplikasikan dengan komitmen dan rasa tanggung jawab untuk kepentingan bersama baik individu itu sendiri maupun masyarakat secara umum.

G. Metode Penelitian

Sebagai pendukung dari penulisan dan pembahasan agar diperoleh hasil yang komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, maka perlu adanya metodologi untuk mengetahui

Hasil eksplorasi ini diharapkan dapat memberi pandangan baru tentang pendidikan moral dalam dunia era globalisasi. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai beriku1t:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Kepustakaan (library research). Menurut Mestika Zed (2004:3) yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

(28)

13

Indonesia, yakni dengan membaca, memahami buku-buku, majalah

maupun literatur lain yang berhubungan dengan tema yang diambil oleh penulis secara komprehensif.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah factual-historis. Pendekatan faktual-historis yaitu suatu pendekatan dengan mengemukakan historisitas faktual mengenai tokoh (Bekker & Zubair, 1990: 61).

Pendekatan ini penulis gunakan untuk mengungkapkan seluk-beluk perkembangan pemikiran Zakiah Daradjat dari masa kecil sampai pada pemikirannya tentang nilai-nilai moral.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang valid dan akurat penulis menggunakan metode dokumentasi agar dapat membantu dan memperlancar dalam mengeksplorasi jalanya penelitian. Sebagai penelitian pustaka (library research), pengumpulan data dilakukan dengan menghimpun data dari berbagai literatur, baik dari perpustakaan maupun tempat lainnya.

(29)

14

Data yang dihimpun merupakan sumber tertulis yang secara garis besar ada dua macam sumber, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Adapun sumber data primer yang peneliti gunakan adalah buku “Membina Nilai-nilai Moral Di Indonesia” karangan Zakiah Daradjat. b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer, yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tema penelitian yang peneliti lakukan. Diantaranya buku-buku literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

Sumber sekunder yang berupa buku meliputi:

1. Ulama Perempuan Indonesia. (Jajat Burhanudin, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama. 2002)

2. Pembelajaran Moral ( Asri Budiningsih. Jakarta: Asdi Mahasatya.

2004)

3. Dimensi-dimensi pendidikan Moral. (Cheppy Hari Cahyo.

Semarang: IKIP. 1995)

4. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia (Abuddin

Nata. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2000)

5. Membangun Lembaga Pendidikan Islam Berkualitas (Arif Subhan.

(30)

15

6. Pendidikan Islam dan Krisis Moralisme Masyarakat Modern

(Umiraso. Dkk. Jogjakarta: IRCiSoD. 2010)

H. Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Metode Analisis Isi (Content Analysis). Analisis isi (Content Analysis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru

(replicable), dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Dengan metode analisis ini, penulis akan mengkaji dan menafsirkan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam buku, teks atau naskah yang berhubungan dengan pendidikan moral Zakiah Daradjat secara komprehensif. Satuan makna dan kategori dianalisis, dicari hubungan satu dan lainnya untuk menemukan makna, arti, tujuan dan isi dari kata yang secara eksplisit maupun implisit berhubungan dengan pembangunan pendidikan moral Zakiah Daradjat. Hasil analisis ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian sebagaimana pada umumnya.

I. Sistematika Penulisan Skripsi

(31)

16

Bab I: Pendahuluan memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulis skripsi.

Bab II: Biografi memuat riwayat hidup Prof. DR. Hj. Zakiah Daradjat yang memuat latar belakang keluarga, pendidikan, karier, hasil karya dan deskripsi buku.

Bab III: Deskripsi Pemikiran memuat pemikiran Prof. DR. Zakiah Daradjat tentang pendidikan moral, faktor-faktor merosotnya moral anak-anak dan usaha-usaha mencapai perbaikan moral.

Bab IV: Analisis tentang pendidikan moral di era globalisasi yang di dalamnya membahas pendidikan moral diera globalisasi, tentang signifikansi pendidikan moral di era globalisasi dan relevansi pendidikan moral Zakiah Daradjat di era Globalisasi.

(32)

17

BAB II

HISTORIKA BIOGRAFI ZAKIAH DARADJAT

a. Latar Belakang Keluarga

Zakiah Daradjat dilahirkan di Jorong Koto Marapak, Nagari Lambah, Ampek Angkek, Agam, Kotamadya Bukit Tinggi Sumatera Barat, 6 November 1929. Ayahnya, Haji Daradjat Husain merupakan aktivis organisasi Muhammadiyah dan ibunya, Rafi'ah aktif di Sarekat Islam. Ia merupakan anak pertama dari pasangan tersebut. Sejak kecil Zakiah Daradjat telah ditempa pendidikan agama dan dasar keimanan yang kuat. Ia sudah dibiasakan oleh ibunya untuk menghadiri pengajian-pengajian agama dan dilatih berpidato oleh ayahnya. Zakiah Daradjat meninggal di Jakarta dalam usia 83 tahun pada 15 Januari 2013 sekitar pukul 09.00 WIB. Setelah disalatkan, jenazahnya dimakamkan di Kompleks UIN Ciputat pada hari yang sama. Menjelang akhir hayatnya, ia masih aktif mengajar, memberikan ceramah, dan membuka konsultasi psikologi. Sebelum meninggal, ia sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Hermina, Jakarta Selatan pada pertengahan Desember 2012 (Nata, 2005:235).

(33)

18

dengan baik oleh semua kalangan. Umar menambahkan, sosok Zakiah Daradjat seperti sosok Hamka dalam versi Muslimah.

B. Latar belakang Pendidikan

Pada usia tujuh tahun, Zakiah sudah mulai memasuki sekolah. Pagi ia belajar di Standard School Muhammadiyah dan sorenya belajar lagi di Diniyah School. Semasa sekolah ia memperlihatkan minat cukup besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan agama. Selain itu, saat masih duduk di bangku kelas empat SD, ia telah menunjukkan kebolehannya berbicara di muka umum. Setelah tamat pada 1941, Zakiah dimasukkan ke salah satu SMP di Padang Panjang sambil mengikuti sekolah agama di Kulliyatul Muballighat. Ilmu-ilmu yang diperolehnya dari Kulliyatul Mubalighat kelak ikut mendorongnya untuk menjadi mubaligh (Subhan, 1999:4).

(34)

19

Di Mesir ia langsung diterima di Fakultas Pendidikan Universitas Ain Shams, Ia mengambil spesialisasi Diploma Faculty of Education dan memperoleh gelar Magister pada bulan oktober 1959 dengan tesis The

Problems of Adolescence in Indonesia (Ensiklopedi Islam, 1994:285). Tesis

ini banyak mendapat sambutan dari kalangan terpelajar dan masyarakat umum di Cairo waktu itu, sehingga seringkali menjadi bahan berita para wartawan. Prof. Zakiah Daradjat sendiri tidak tahu dengan pasti, apa yang menyebabkan masyarakat terpelajar Mesir tertarik akan isi tesisnya itu entah karena masalah yang dibahas itu cukup menarik bagi mereka, karena menyangkut Indonesia, yang belum banyak mereka kenal, sedangkan hubungan antara Republik Persatuan Arab dan Republik Indonesia waktu itu sedang erat-eratnya. Akan tetapi, besar kemungkinan yang menyebabkan mereka tertarik, adalah objek masalah yang diteliti dan diuraikan oleh tesis itu, yaitu problema remaja, yang bagi orang Mesir waktu itu, memang sedang menjadi perhatian karena mereka sedang giat membangun, bahkan dalam kabinet Mesir waktu itu ada

Kementrian Pemuda (Daradjat, 1974:5). Tesisnya tentang problema remaja di

(35)

20

dalam bidang psikologi dengan spesialisasi psikoterapi dari Universitas Ain Shams (Nata, 2005:236).

C. Karier

(36)

21

memanfaatkan sebaik-baiknya untuk pengembangan dan pembaharuan dalam bidang Pendidikan Islam . Pembaharuan yang monumental yang sampai sekarang masih terasa pengaruhnya adalah keluarnya Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri (Menteri Agama, Mendikbud, dan Mendagri) pada tahun 1975, yaitu sewaktu jabatan Menteri Agama diduduki oleh Mukti Ali. Melalui surat keputusan tersebut Zakiah menginginkan peningkatan penghargaan terhadap status madrasah, salah satunya dengan memberikan pengetahuan umum 70 persen dan pengetahuan agama 30 persen. Aturan yang dipakai hingga kini di sekolah-sekolah agama Indonesia ini memungkinkan lulusan madrasah diterima di perguruan tinggi umum. Upaya lain yang dilakukan Zakiah Daradjat adalah Peningkatan mutu Pengelolan (administrasi) dan akademik madrasah-madrasah yang ada di Indonesia Sehingga mulai munculah apa yang disebut sebagai Madrasah Model (Nata, 2005:237).

(37)

22

Di luar aktivitasnya di lingkungan kementerian, Zakiah Daradjat mengabdikan ilmunya dengan mengajar sebagai dosen keliling pada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (kini UIN) dan beberapa IAIN lainnya. Pada 1 Oktober 1982, Zakiah dikukuhkan oleh IAIN Jakarta sebagai guru besar di bidang ilmu jiwa agama. Sebagai pendidik dan guru besar, ia setia di jalur profesinya hingga akhir hayatnya. Hingga usia senja, meski telah pensiun dari tugas kedinasan, Zakiah masih aktif mengajar di UIN Syarif Hidayatullah dan perguruan tinggi lain yang membutuhkan ilmunya. Ia aktif mengikuti seminar-seminar di dalam dan luar negeri Ia juga menjadi ketua umum Perhimpunan Wanita Alumni Timur Tengah (1993-1998). Selain itu, Zakiah Daradjat sering memberikan kuliah subuh di RRI Jakarta sejak tahun 1969 sampai dekade 2000-an. Ia kerap pula diminta mengisi siaran Mimbar Agama Islam di TVRI Jakarta. Pada 19 Agustus 1999, Zakiah Daradjat memperoleh Bintang Jasa Maha Putera Utama dari Pemerintah Rapublik Indonesia (Nata, 2005:238).

(38)

23

(39)

24

tua, giat mempersiapkan remaja yang baik dengan mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Ruhama di Cireundeu Ciputat.

D. Hasil Karya

Sebagai guru besar ilmu pendidikan, Zakiah Daradjat tergolong produktif dalam menulis buku di antaranya:

1. Problema Remaja di Indonesia 2. Pembinaan Remaja.

3. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. 4. Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak. 5. Islam dan Kesehatan Mental. 6. Kesehatan (untuk SD, empat Jilid). 7. Salat Menjadikan Hidup Bermakna. 8. Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental. 9. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah 10. Haji Ibadah yang Unik.

11. Kebahagiaan, Remaja, Harapan dan Tantangan. 12. Doa Meningkatkan Semangat Hidup

13.Zakat Pembersih Harta dan Jiwa. 14.Ilmu Jiwa Agama (Nata, 2005:238).

(40)

25

1) Buku yang berjudul: Problema Remaja di Indonesia.

Buku ini merupakan terjemahan dari tesis yang diajukan olehnya untuk mencapai gelar M.A dalam bidang pendidikan, dengan spesialisasi tentang kesehatan mental. Tesis ini telah dipertahankan dalam sidang munaqasah umum, Fakultas Pendidikan, Universitas Ein Shams, Cairo, Mesir, pada bulan Oktober tahun 1959. Salah satu yang menarik dari buku tersebut, ia telah mampu mendeskripsikan problema remaja yang ada di Indonesia. Terlihat dalam pernyataanya, bahwa menurutnya problema terbesar pada umur remaja itu ialah kurangnya pengertian orang tua terhadap problema remaja. Pada halaman lain ia menyampaikan nasehat kepada para ibu agar berupaya memahami jiwa remaja, karena remaja adalah suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa.

2) Perawatan Jiwa untuk Anak-anak

(41)

26

cukup sayang apabila ia mengkhususkan seorang pembantu untuk anaknya. Menurut Zakiah Daradjat, sebenarnya yang sangat dibutuhkan anak, bukanlah benda-benda atau hal-hal lahir itu, melainkan jauh lebih penting dari itu adalah kepuasan batin, merasa dapat tempat yang wajar dalam hati kedua ibu bapaknya. Mungkin saja kebutuhan materil kurang terpenuhi, karena orang tuanya tidak mampu, namun ia cukup merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya itu.

3) Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia

Dalam buku ini, Zakiah Daradjat sangat memberi perhatian yang sangat besar pada aspek moral. Hal ini sebagaimana tampak dalam uraiannya memberi porsi yang banyak pada kajian moral anak-anak. Ia menawarkan suatu solusi guna mencapai perbaikan moral yaitu :

a. Penyaringan terhadap kebudayaan asing. b. Pembinaan mental harus ditingkatkan. c. Menciptakan rasa aman dalam masyarakat. d. Perbaikan sistem pendidikan nasional. e. Peningkatan perhatian terhadap pendidikan. f. Memperbanyak badan bimbingan dan penyuluhan. g. Bimbingan dalam pengisian waktu senggang.

4) Remaja, Harapan dan Tantangan, buku ini merupakan rangkaian dari

(42)

27

remaja, ia kemudian melontarkan ide pembinaan dan penanggulangan masalah remaja lewat peranan agama; peranan keluarga; peranan sekolah; dan peranan pramuka. Dalam bagian penutup buku itu ia mengemukakan: kita seharusnya mengerti dan menyadari, bahwa masa remaja itu penuh tantangan dan permasalahan baik yang timbul dari dalam dirinya maupun yang datang dari keluarga, lingkungan sosial, dan terutama sekali dari berbagai alat dan media masa yang selalu datang silih berganti.

5) Kesehatan Mental

(43)

28

E. Deskripsi Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia

Buku karangan zakiah Daradjat tersebut memiliki sebanyak 123 halaman yang telah diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang Jakarta sebanyak Empat kali cetakan. Cetakan pertama pada Tahun 1971, cetakan kedua pada Tahun 1973, cetakan ketiga pada Tahun 1976 dan cetakan yang terakhir Tahun 1977. Buku Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia terdiri dari Empat bagian pembahasan meliputi:

Bagian Pertama, masalah pendidikan moral di Indonesia. Pada

bagian ini membahas masalah moral yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang menyebabkan merosotnya moral anak-anak, dan pendidikan moral guna menyelamatkan generasi yang akan datang.

Bagian keDua, masalah dekadensi moral di Indonesia. Pada bagian

ini membahas ketentuan tentang nilai moral, nilai-ilai moral menurut Pancasila, keadaan moral dalam masyarakat ditinjau dari moral Pancasila, sebab-sebab kemerosotan moral, dan usaha-usaha perbaikan moral.

Bagian keTiga, pola penanggulangan kenakalan anak dan remaja.

Pada bagian ini membahas usaha preventif yang meliputi; bidang-bidang pendidikan, bidang-bidang sosial, bidang kesehatan, dan usaha-usaha mengurangi dan menghilangkan penyakit-penyakit masyarakat.

Usaha-usaha represif meliputi; bidang hukum dan acara pidana dan sarana-sarana

(44)

29

Bagian keEmpat, Masalah remaja. Pada bagian ini membahas

masalah remaja serta remaja dan agama.

Bagian keLima, pembinaan moral. Padabagian ini membahas

(45)

30

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. Pendidikan Moral

1. Pengertian Pendidikan Moral

Pendidikan di definisikan sebagai humanisasi (upaya) memanusiakan (manusia), yaitu suatu upaya dalam rangka membantu manusia (peserta didik) agar mampu hidup sesuai dengan martabat kemanusiaannya (Wahyudin, 2009:29).

Dalam buku pedagogik, makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga (Sadulloh, 2010: 3).

(46)

31

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sadulloh, 2010:5).

Dari pengertian-pengertian pendidikan dalam arti luas di atas, ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan: Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia, baik tanggung jawab orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut

manusia seluruhnya (Sadulloh, 2010:6).

Sedangkan Kata moral berasal dari bahasa Latin mos (jamak:

mores) yang berarti kebiasaan atau adat. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) moral adalah (ajaran tertentu) baik buruk perbuatan dan kelakuan (KBBI, 1982:654). Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama.

(47)

32

moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia (Budiningsih, 2004: 24).

Moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu tersebut menjadi anggota komunitas sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan (Asrori, 2007: 155).

Adapun menurut Bertens moral yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tinggah lakunya (Bertens, 1993:7)

Menurut Djahiri yang dikutip dari Kohlberg dalam bukunya Cognitive

Development Theory The Practice of Collective Moral Education, moral

(48)

33

yang diinginkan atau diharapkan atau dicita-citakan kelompok atau masyarakat di dalam kehidupan kita (Djahiri, 2004:4).

Adapun moral sebagimana yang di kutip Zakiah Daradjat kepada Elizabeth Hurlock dalam bukunya Child Development yaitu:

“True Morality is behavior wich conforms to social standards and wich is also carried out poluntarily by the individual. It comes with the transition from eksternal to internal authority and consiste of conduct regulated from within. It is accompanied by a feeling of personal responsibility for the act. Added to this it involves giving primary consideration to the welfare of the group, while personal desires or gains

are relegated to apposition of secondary importance” (Daradjat, 1977:08).

Yang terpokok dari kutipan tersebut ialah yang pertama: moral ialah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran masyarakat, yang timbul dari hati sendiri (bukan paksaan dari luar). Kedua: rasa tangggung jawab atas tindakan itu, dan ketiga: mendahuluan kepentingan umum dari pada keinginan atau kepentingan pribadi.

(49)

34

2. Tujuan Pendidikan Moral

Tujuan dari pendidikan moral mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional yaitu Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam pandangan Emile Durkheim tujuan pendidikan moral adalah segala sesuatu yang berobyekan pada masyarakat, ranah moral akan berkembang pada ranah sosial dimulai dari keterlibatan seseorang masyarakat dan bukan tindakan-tindakan yang merefleksikan kepentingan individu semata (Cahyono, 1995:297).

Adapun tujuan perbuatan moral menurut al-Ghazali adalah tercapainya kebahagiaaan yang identik dengan kebaikan utama dan kesempurnaan diri. Adapun kebahagiaan menurutnya terbagi menjadi dua yaitu kebahagiaan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. Kebaikan-kebaikan tersebut terangkum dalam empat hal yaitu Hikmah, Syaja’ah, Iffah dan

‘Aadalah (Umiarso, 2010:147). Pertama adalah Hikmah (kebijaksanaan)

(50)

35

kemampuan membenarkan hukum dikala terjadi kekaburan pendapat dan perselisihan dalam pendapat. Kemudian yang dinamakan kebersihan pemikiran adalah kecepatan mengerti tentang sarana-sarana yang menyampaikan akibat-akibat terpuji. Sedangkan kebenaran perkiraan adalah sesuainya kebenaran pada hal-hal yang nyata tanpa bantuan angan-angan. Kedua, Syaja’ah (keberanian) maksudnya adanya kekuatan nafsu marah. Sifat-sifat yang termasuk dalam keutamaan keberanian diantaranya murah hati, besar hati, berani menanggung derita, merasa senang dengan perbuatan-perbuatan yang mulia, bijaksana dan sopan. Ketiga, Iffah (pemeliharan diri) maksudnya adalah keutamaan syahwat. Sifat-sifat yng termasuk dalam Iffah adalah adanya perasaan malu, toleransi, sabar, murah hati, menjauhi dosa, ramah, dan suka menolong. Keempat,

‘Aadalah suatu kondsi bagi terjadinya tiga kekuatan diatas dan sesuai

ketertiban yang semestinya.

Tujuan pendidikan moral al-Ghazali adalah terbentuknya moral yang baik pada peserta didik sesuai landasan agama. Moral yang baik yang terstruktur dari Hikmah, Syaja’ah, Iffah dan ‘Aadalah. Adapun tujuan akhir dari moral adalah mencapai kebahagian utama yaitu ma’rifatullah (Umiarso, 2010:150)

(51)

36

agama yang diaplikasikan terhadap dirinya sendiri maupun masyarakat secara luas dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan.

B. Pendidikan Moral Zakiah Daradjat

1. Pendidikan Moral Zakiah Daradjat

Dalam pendidikaan moral, Zakiah Daradjat menentukan dan merumuskan dasar moral yang berlandaskan pada Pancasila, tidak harus mencari pendapat ahli moral dari dunia barat atau timur. Cukuplah kembali kepada dasar Negara yang diakui bersama menjadi landasan hidup setiap warga negara Indonesia yaitu “Pancasila”.

Adapun rumusan nilai moral Pancasila ialah realisasi dari Pancasila itu sendiri (Daradjat, 1977:29-34):

a. Ketuhanan yang maha Esa

Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa artinya setiap warga Negara Indonesia harus hidup ber-Tuhan. Realisasi dari Ketuhanan Yang Maha Esa itu hanya mungkin dalam agama. Konsekwensi dari pengakuan tersebut adalah pengakuan atas nilai moral yang di tentukan oleh Tuhan, yang dituangkan dalam ajaran agama. Maka bagi seorang muslim misalnya, nilai moral yang diyakininya adalah yang tercakup dalam ajaran Islam, demikian pula bagi yang beragama Kristen atau Hindu dan sebagainya.

(52)

37

mengaku beragama, akan tetapi ia tidak mengakui Nilai Moral yang diajarkan oleh agamanya, berarti ia tidak mengakui Sila Pertama dari Pancasila. Pengakuan harus ada realisasinya dalam sikap, tindakan dan perbuatan.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dalam sila kedua dari Pancasila, dengan tegas disebutkan bahwa setiap orang Indonesia itu dalam segala tindakan dan kelakuanya harus berdasarkan peri kemanusiaan, keadilan dan adab-sopan. Untuk membuat patokan dasar dan ketentuan tentang nilai moral, maka harus cocok dengan sila lain dalam Pancasila. Jika tidak, akan kaburlah artinya dan berbagai tafsiran dapat dibuat sesuai selera masing-masing.

Demikian seterusnya, sehingga arti kemanusiaan yang adil dan beradab itu dapat ditafsirkan dan ditanggapi dengan berbagai pengertian yang mungkin bertentangan satu sama lain. Kesimpulnya bahwa nilai moral yang berhubungan dengan Sila kedua adalah nilai kemusiaan yang mempunyai kecenderungan kepada sikap adil dan beradab, yang dikehendaki oleh Tuhan.

c. Persatuan Indonesia

(53)

38

terutama sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa). Jika tidak dijiwai oleh Ketuhanan. Maka bagi orang yang berkepentingan dan cerdas bisa membuat penafsiran untuk mencari keuntungan bagi dirinya maupun golongnya.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Nilai moral yang harus dianut dan hidup dalam diri setiap orang sebagaimana amanat dalam sila ke-empat adalah “Rasa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan”, yaitu yang berlandaskan pada Ketuhanan. Artinya bahwa setiap orang mengaku dirinya seorang yang bermoral Pancasila harus betul-betul merasa bahwa jiwanya terdorong untuk bertindak sesuai dengan ketentuan Pancasila, takut melanggar dan memutar-balikan pengertianya. Maka seorang tidak boleh merasa bahwa lebih berhak dari pada yang lainya. Segala hak dan kewajiban ditentukan dengan hukum yang sama secara adil, jujur dan benar sesuai dengan ketentuan Tuhan.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

(54)

39

keseluruhan tercipta dengan baik jika dijiwai oleh sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa.

Sebagai kesimpulannya dapat dikatakan bahwa, untuk menentukan ada atau tidak adanya dekadensi moral sekarang ini, perlu ada patokan dan ketentuan yang menjelaskan nilai moral yang dianut. Bagi kita sebagai bangsa yang dengan resmi mengakui bahwa filsafat hidup harus berdiri di atas landasan Pancasila, maka ketentuan tentang nilai moral yang akan dijadikan ukuran harus berdasarkan Pancasila. Tanpa ketentuan itu, akan mudah diubah nilai moral sesuai dengan selera seorang yang berpengaruh. Jika orang itu baik, maka akan baik pula nilai yang ditentukanya. Akan tetapi sebaliknya jika tidak baik maka akan tidak baik pula nilai yang ditentukanya sebagai nilai moral bangsa dan hal itu dapat dipertahankanya dengan sombong dan angkuh.

Sejalan dengan nilai moral Zakiah Daradjat yang dipaparkan diatas yaitu berlandaskan Pancasila yang memuat butir-butir sila yang harus saling berkaitan. Demi terwujudnya moral yang baik bagi penerus bangsa, zakiah membagi pendidikan moral menjadi tiga (Daradjat, 1977:19-21) diantaranya sebagai berikut:

Pertama, pendidikan moral dalam rumah tangga, dalam

(55)

40

anak-anaknya. Pendidikan moral sudah harus mulai dilaksanakan sejak anak kecil dengan cara membiasakan mereka kepada peraturan yang baik, benar, jujur, adil dan perilaku terpuji lainya. Hal tersebut akan lebih dapat dirasakan akibatnya jika dilakukan dengan pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, pendidikan moral dalam sekolah, diusahakan supaya

sekolah menjadi lapangan yang baik bagi penumbuhan dan perkembangan mental dan moral peserta didik, disamping sebagai tempat pemberian pengetahuan, pendidikan ketrampilan, pengembangan bakat dan kecerdasan sekolah juga mampu menjadi lapangan sosial yang baik, dimana pertumbuhan mental, moral, sosial dan segala aspek kepribadian dapat tumbuh dan berkembang.

Di dalam sekolah pendidikan agama juga haruslah dilakuan dengan intensif, baik dari segi ilmu maupun amal agar dapat dirasakan secara langsung oleh peserta didik. Hal ini juga dalam rangka mengembangkan didikan agama yang sudah diterimanya dirumah.

(56)

41

Agar sekolah dan lembaga pendidikan dibersihkan dari tenaga yang kurang baik moralnya dan kurang mempunyai keyakinan beragama.

Disetiap sekolah sebisa mungkin harus ada kantor atau biro bimbingan dan penyuluhan, yang akan menampung dan memberikan tuntutan khusus bagi anak yang membutuhkanya. Dengan tujuan untuk mengurangi meluasnya kelakuan moral yang tidak baik kepada teman-temanya. Selain itu untuk menolong anak-anak yang memiliki gejala pada kerusakan moral.

Ketiga, pendidikan moral dalam masyarakat, sebelum

menghadapi pendidikan anak, apabila didalam masyarakat itu memang sudah ada kerusakan moral maka perlu adanya perbaikan yang dimuai dari diri sendiri, keluarga dan orang terdekat. Karena kerusakan moral sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak.

Mengusahakan supaya masyarakat, pimpinan dan penguasanya menyadari betapa pentingnya masalah pendidikan anak, terutama pendidikan agama

(57)

42

2. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Merosotnya Moral Anak-anak

Faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral dewasa ini sesungguhnya banyak sekali antara lain yang terpenting adalah: (Daradjat, 1977:13-19)

a. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat

Keyakinan beragama yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-sungguh dan sehat tentang ajaran agama yang dianutya, kemudian diiringi dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng moral yang paling kokoh. Sebagaimana contoh dalam ajaran Islam, yang menjadi ukuran mulia atau hinanya seorang adalah hati dan perbuatanya, hati yang takwa dan perbuatan yang baik. Karena apabila jiwa taqwa telah tertanam dan bertumbuh dengan baik dalam pribadi seseorang, maka dengan sendirinya ia akan berusaha mencari pengertian tentang ajaran-ajaran Islam yang akan membimbingnya dalam hidup. Selain itu apabila keyakinan beragamanya itu benar-benar telah menjadi bagian integral dari keribadian seseorang, maka keyakinanya itulah yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaanya.

b. Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial dan politik.

(58)

43

Kegoncangan atau ketidak stabilan suasana yang melingkungi seseorang menyebabkan gelisah dan cemas, akibat tidak dapatnya mencapai rasa aman dan ketentraman dalam hidup. Misalnya apabila keadaan ekonomi goncang harga barang-barang naik turun dalam batas yang tidak dapat diperkirakan lebih dahulu oleh orang-orang dalam masyarakat, maka untuk mencari keseimbangan jiwa kembali, orang terpaksa berusaha keras. Jika ia gagal dalam usahanya yang sehat, maka ia akan menempuh jalan yang tidak sehat, disinilah terjadi penyelewengan-penyelewengan, pada mulanya karena kebutuhan, tapi bisa tumbuh menjadi keserakan atau loba tamak. Demikian juga dengan keadaan sosial politik, jika tidak stabil, akan menyebabkan orang merasa takut, cemas dan gelisah.

c. Pendidikan moral tidak terlaksana sebagaimana mestinya, baik dirumah tangga, sekolah, maupun masyarakat.

(59)

44

d. Suasana rumah tangga yang kurang baik.

Faktor yang terlihat pula dalam masyarakat ialah kerukunan hidup dalam rumah tangga kurang terjamin tidak tampak adanya saling pengertian, saling menerima, saling menghargai, saling mencintai diantara suami isteri.

Tidak rukunya ibu dan bapak menyebabkan gelisahnya anak-anak, mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan berada di tengah orang tua yang tidak rukun. Maka anak-anak yang gelisah dan cemas itu mudah terdorong pada perbutan-perbuatan yang merupakan ungkapan dari rasa hatinya, biasanya mengganggu ketentraman orang lain. Demikian juga halnya dengan anak-anak yang merasa kurang mendapat perhatian, kasih sayang dan pemeliharaan orang tua akan mencari kepuasan diuar rumah, hal yang demikian umumnya mereka datang dari rumah tangga yang berantakan.

e. Diperkenalkanya secara populer obat-obatan dan alat-alat anti hamil. Suatu hal yang sementara tidak disadari bahayanya terhadap moral anak-anak muda adalah diperkenalkanya secara populer obat-obatan dan alat-alat yang digunakan untuk mencegah kehamilan.

(60)

45

mereka dapat dibujuk oleh orang-orang yang tidak baik (laki-laki ataupun perempuan) yang hanya melampiaskan hawa nafsunya.

Maka obat-obat tersebut sangat memungkinkan sekali di gunakan oleh anak muda yang tidak terkecuali anak sekolah atau mahasiswa yang dapat dibujuk oleh orang yang tidak baik ataupun kemauan sendiri karena sudah terbawa arus tanpa terkendali. Orang tidak akan mengetahui karena bekasnya tidak terlihat dari luar.

f. Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, video, siaran-siaran kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar tuntunan moral

Suatu hal yang akhir-akhir ini kurang menjdi perhatian bersama ialah tulisan-tuluisan, bacaan-bacaan, video, lukisan-lukisan, kesenian-kesenian dan permainan-permainan yang seolah-olah mendorong anak muda untuk mengikuti arus mudanya. Segi-segi moral dan mental kurang mendapat perhatian hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari keiginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi begitu saja. Akan tetapi tidak mengindahkan nilai-nilai moral yang ada.

g. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang (leisure time) dengan cara yang baik, dan yang membawa kepada pembinaan moral.

(61)

46

dalam mengisi waktunya maka akan banyaklah lamunan dan kelakuan yang kurang sehat timbul dari mereka.

h. Tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan penyuluhan bagi anak-anak dan pemuda-pemuda.

Kurangnya markas bimbingan dan penyuluhan akan menyalurkan anak-anak kearah mental yang sehat. Dengan kurangnya atau tidak adanya tempat kembali bagi anak-anak yang gelisah dan butuh bimbingan itu. Memungkinkan mereka pergi bergabung dengan dengan anak-anak yang sama-sama memiliki problem. Dan pada akhirnya akan memuncukan perilaku yang kurang menyenangkan.

3. Usaha-Usaha mencapai Perbaikan Moral

Maka diantara usaha yang sangat penting itu hendaklah dilakukan oleh yang berwajib, yang secara resmi adalah penanggung jawab atas bisa dan tidaknya Pancasila menjadi landasan perjuangan pemerintahan dan landasan moral masyarakat, usaha itu antara lain (Daradjat, 1977:57):

a. Penyaringan terhadap Kebudayaan Asing

Penyaringan tersebut bisa melalui berbagai hal diantaranya:

1)Pengamanan alat komunikasi milik instasi atau lembaga pemerintah dari penghidangan, pertunjukan film, video, permainan, gambar dan pementasan yang bertentangan dengan jiwa Pancasila.

(62)

47

2)Sebagai tindakan curatif dan preventif hendaknya segera dilarang pertunjukan film maksiat, gambar dan lukisan yang merangsang untuk berbuat maksiat, pertunjukan dan pemainan sadis yang cendrung pada kekerasan. Singkatnya segala bentuk dan acam hiburan yang bertentangan dengan moral Pancasila segera dilarang tanpa kecuali. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah harus segera menertibkan dan mengatur tempat-tempat hiburan seperti taman, rumah, cafe dan club sedemikian rupa. Agar moral Pancasila tidak di injak-injak dan dipandang remeh sebagai tempat kemaksiatan.

3)Gejala kebudayaan asing

Budaya asing yang sudah mulai diperkenalkan di Negara Indonesia akhir-akhir ini. Terutama dikota-kota besar seperti pemilihan Ratu Kecantikan, pembukaan night Club, pengembangan kaum homo sex dan perilaku menyimpang lainya.

Jika diteliti lebih mendalam adalah bertentangan dengan moral Pancasila. Akan tetapi sangat disayangkan para penguasa tidak sadar, bahwa hal tersebut akan menghancurkan nilai Pancasila.

4)Pelarangan permainan kekerasan

(63)

48

pemerintah melarang dan tidak mendatangkan permainan tersebut. Permainan atau pertunjukan yang membuat orang yang menontonya gembira melihat binatang teraniaya itu sangat buruk akibatnya

5)Pelarangan peredaran secara bebas obat-obatan yang membatasi kelahiran. Hal tersebut bisa disalah gunakan oleh remaja maupun anak-anak yang belum memiliki kemampuan jiwa untuk mengendalikan diri dari segala bentuk gejolak jiwa yang mengarah pada hal yang negatif. 6)Penertiban dan pengawasan terhadap media cetak yang beredar

Penertiban dan pengawasan harus dilakukan terhadap tulisan, gambar dan cerita yang dimuat di surat-surat kabar, majalah, selebaran, dan sebagainya. Sehingga moral Pancasila dapat di amankan dan dipelihara dari unsur kebudayaan asing yang bertentangan dengan Pancasila.

Dan banyak lagi macam kebudayaan asing yang bertentangan dengan Pancasila. Hal yang menjadi kunci utama adalah bagaimana penyaringan budaya itu dapat dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dilakukan secara bersama baik oleh pihak penguasa, pejabat pemerintah, pendidik, alim ulama dan masyarakat pada umunya. b. Peningkatan pembinaan mental

(64)

49

moralnya akan baik karena diantara gejala gangguan kejiwaan akan terpantul dan tampak dengan jelas pada moral dan tingkah laku.

Dinamika yang menjadi penggerak suatu perbuatan adalah tingkah laku, perangai dan perkataan serta sikap pada umunya adalah mental atau kepribadian secara keseluruhan. Maka untuk menjadikan seseorang sehat mentalnya dan sempurna kepribadianya, harus melalui pembinaan yang sungguh-sungguh yang dilakukan sejak kecil. Adapun pembinaan mental tersebut meliputi (Daradjat, 1977:65):

1) Peningkatan Pendidikan agama

Kadang-kadang orang menyangka bahwa penddikan agama itu terbatas kepada ibadah, shalat, puasa, mengaji dan sebagainya. Padahal pendidikan agama harus mencakup keseluruhan hidup yang mejadi pengendali dalam segala tindakan. Bagi orang tua yang membatasi tentang agama, maka pendidikan agama untuk anak-anak dicukupkanya hanya dengan memanggil guru ngaji kerumah, atau hanya menyuruh anak-anaknya untuk pergi mengaji kesekolah atau tempat-tempat kursus lainya. Padahal yang terpenting dalam pembinaan jiwa agama adalah keluarga dan harus terjadi melalui pengalaman hidup sianak dalam keluarga, apa yang dilihat di dengar dan dirasakan oleh anak sejak kecil akan mempengaruhi pembinaan mentalnya (Daradjat, 1977:66).

(65)

50

hendaknya terbina sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan sampai usia dewasa dalam masyarakat. Untuk itu pemerintah, pemimpin dan mayarakat, alim ulama dan para pendidik mengadakan usaha peningkatan pendidikan agama bagi keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dngan cara sebagai berikut:

(1) Pendidikan agama dalam keluarga

Pendidikan agama dalam keluarga sebagaimana dalam pandangan zakiah daradjat perlu adanya kursus yang diperuntukan bagi para calon suami atau istri tentang penjeasan bagaimana membangun keluarga bahagia ysang tercakup dalam ketentuan hak dan kewajiban suami istri yang ditentukan oleh agama.

Selanjutnya bimbingan dilakukan dengan pedoman beribadah secara mendalam agar direalisasikan sebagai tameng kebahagian hidup.

Kewajiban mendidik dan memelihara anak dengan cara yang diajarkan oleh agamapun harus diketahui oleh setiap calon ibu atau bapak. Bagaimana cara menghadapi dan mendidik anak adalah masalah penting yang tidak boleh diabaikan dalam keluarga (Daradjat, 1977:67).

(66)

51

Tuhan maka bibit pertama yang masuk dalam pribadi anak adalah apa yang dialaminya itu yaitu ketentraman hati dan kecintaan kepada Tuhan. Jadi sejak permulaan hidupnya anak mulai mengenal agama dalam kehidupan orang tuanya. Cara perlakuan orang tua terhadap anak dan anggota keluarga lainya. Di samping kebiasaan hidup yang sesuai dengan agama yang dialaminya sejak kecil. Inilah yang akan membina mental beragama pada anak di kemudian hari.

(2) Pendidikan agama di sekolah

Pembinaan jiwa agama yang telah dimulai di rumah, dapat diteruskan disekolah. Dalam peningkatan pendidikan agama di sekolah, yang dimaksud pendidikan agama bukanlah yang diberikan oleh guru agama saja, akan tetapi oleh seluruh staf pengajar, staf pimpinan sekolah, pegawai, alat serta peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Maka setiap guru, baik guru agama ataupun umum harus berjiwa agama dan menjunjung tinggi ajaran agama, walaupun tidak mendalaminya, namun kepribadian, akhak dan sikapnya, hendaknya dapat mendorong anak didik untuk mencintai agama dan hidup sesuai dengan ajaran agama.

(67)

52

pelaksanaan pendidikan jasmani dan olah raga itu, hendaknya sekolah menjaga jangan sampai larangan agama terlanggar. Misalnya dalam latihan berenang, agar dipisah antara laki-laki dan wanita. Karena dalam agama laki-laki dan wanita tidak boleh melihat tubuh lawan jenisnya kecuali dalam batasan-batasan yang sudah di tentukan. Apabila guru renang tidak mengindahkan aturan agama dalam hal pakaian misalnya, maka pendidikan yang diberikan oleh guru renang akan berlawanan dengan apa yang akan disampaikan oleh guru agama dan bertentangan sekaligus dengan moral Pancasila.

Disetiap sekolah harus terjamin pelaksanaan ajaran agama, sedangkan pendidikan agama khusus yang diberikan oleh guru agama harus di tingkatkan pula dalam segala segi. Peningkatan harus terjadi dalam kurikulum, metodik dan guru itu sendiri.

(68)

53

(3) Pendidikan agama dalam masyarakat

Setelah penanaman jiwa agama dilaksanakan dalam keluarga dan sekolah. Maka hendaknya dalam masyarakat dapat terpelihara dan terjamin hidupnya jiwa agama. Misalnya dalam kehidupan mayarakat hendaknya terjamin kesempatan untuk melakukan ibadahnya antara lain: mengutamakan waktu shalat dari pada pekerjaan lainya ketika waktu shalat datang, pendidikan agama ditingkatkan disetiap RT dan RW seperti diadakan kursus dan pelajaran agama secara teratur. Pengajaran agama itu hendaknya mencakup segala kehidupan, semua perbuatan dan kemungkinan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap ajaran agama harus dihindarkan dari masyarakat (Daradjat, 1977:70)

2) Pembinaan moral Pancasila

(69)

54

tidak mungkin seorang dikatakan pancasialis. Pembinaan moral Pancasila harus dilaksanakan disekolah terhadap anak didik, di kantor terhadap pegawai atau petugas dan masyarakat dengan segala lapisanya.

Moral Pancasila yang akan dibina ialah yang tercermin dari setiap sila dalam Pancasila. Maka tujuan dari pembinaan moral Pancasila ialah agar setiap orang dalam hidupnya mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan perbuatanya sehingga tidak bertentangan dengan Pancasila.

Untuk itu pembinaan moral Pancasila, harus melalui pembinaan moral pada umumnya yaitu dengan memberi contoh dalam hidup, jika ada seorang guru dan ingin membina moral anak didiknya, maka harus melaksanakan nilai moral itu dalam hidupnya, yaitu sesuai dengan ajaran agama, hidup sopan, beradab dan menjunjung tinggi perikemanusiaan, bersatunya perkataan dan perbuatan dan jauh dari perkataan dan perbuatan yang menimbulkan perpecahan. Selanjutnya moral kerakyatan dan keadilan harus tercermin dengan nyata dalam tindakan menghadapi anak didik (Daradjat, 1977:70) .

c. Menciptakan rasa aman dalam masyarakat

(70)

55

dijamin oleh pemerintah, para penguasa dalam setiap instasi lembaga dan masyarakat pada umunya.

Salah satu hal yang sangat penting demi terciptanya keamanan alam masyarakat adalah berjalanya kepastian hukum, apabila undang-undang peraturan dan ketentuan hukum pada umunya dijamin pelaksanaanya secara adil dan jujur, maka rasa aman masyarakat akan terjamin. Dalam pelaksanaanya hukum itu hendaknya bersifat yang benar dibenarkan dan yang salah disalahkan. Hal tersebut diterapkan terhadap siapa saja, baik diri sendiri, golongan sendiri maupun orang lain. Jika ada hal yang terjadi, seseorang yang berbuat salah secara hukum dan telah menimbulkan kerugian pada orang lain hendaknya orang tersebut ditindak secara hukum dengan adil. Jangan sampai dilindungi dan dicarikan alasan untuk membela dan membebaskanya walaupun hal tersebut dilakukan oleh kalangan sendiri.

Jika terjadi ketidak adilan kenyataan dan pembelaan yang tidak benar, akan timbulah rasa tidak tentram dan tidak puas pada orang yang merasa dirugikan dan merasa kehilangan tempat berlindung. Ketidak puasan dan rasa tertekan itu akan menimbulkan tindakan balas dendam dan pada akhirnya akan terjadi gejala rusaknya moral (Daradjat, 1977:73). d. Perbaikan sistem pendidikan nasional

(71)

56

dilaluinya hendaknya menjadi jaminan, apakah ia akan meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi atau akan terjun langsung kedalam masyarakat.

Pendidikan kejuruan seyogyanya diperbanyak. Keadaan Negara yang luas dan mempunyai keistimewaan yang bermacam-macam dapat dimanfaatkan untuk pengembangan bakat anak didik sesuai dengan kemampuan yang ada padanya.

Dalam rangka mencetak masa depan yang lebih baik harus diatur sedemikian rupa oleh pemerintah. Karena kekurangan keahlian dan kepandaian telah menyebabkan kerugian besar pada bangsa dan Negara. Misalnya pengawetan makanan, minyak tanah, karet, rotan dan semuanya diserahkan kepada tenaga asing padahal rakyat Indonesia sendiri membutuhkan pekerjaan.

Korban pendidikan yang terlalu teoristis dan kurang mengindahkan ketrampilan dan kejuruan menengah itu, telah sangat banyak dan telah memepercepat kemerosotan moral. Karena para remaja yang kebingungan dan kehilangan pandangan untuk masa depan itu akan menjadi nakal jika agama tidak merasuk dalam kehidupanya (Daradjat, 1977:75).

e. Peningkatan perhatian terhadap pendidikan

(72)

57

menimbulkan kegelisahan. Disamping sekolah mayarakat secara serentak juga melakukan perhatian terhadap pendidikan secara sunggguh-sungguh (Daradjat, 1977:76).

f. Memperbanyak badan bimbingan dan penyuluhan

Untuk mengurangi kegelisahan dan kebingungan dan menghadapi kesusahan dan problema hidup perlu adanya biro konsultasi atau badan yang dapat memberikan bimbingan dan penyuluhan (Daradjat, 1977:77).

Persoalan hidup baik yang dirasakan oleh orang secara pribadi maupun kelompok, jika tidak diselesaikan akan bertambah bertambah berat dan menimbulkan komplikasi jiwa oleh karena itu badan bimbingan dan penyuluhan sangat dibutuhkan.

g. Bimbingan dalam pengisian waktu senggang

Ukuran maju mundurnya suatu bangsa seringkali dipakai kemampuan bangsa itu untuk mengisi waktu senggangnya dengan cara yang baik dan sehat. Waktu senggang (leisure time), yang banyak akan menyebabkaan orang kebingungan (Daradjat, 1977:78).

(73)

58

BAB IV

PENDIDIKAN MORAL DI ERA GLOBALISASI

A. Signifikansi Pendidikan Moral di Era Globalisasi

(74)

59

bebas dan berbagai perilaku moral lainya menarik berbagai pihak untuk segera menanggulanginya. Karena jika hal tersebut dibiarkan berkelanjutan maka generasi yang akan datang cenderung terancam kehilangan eksistensinya.

Penanggulangan maupun pencegahan dekadensi moral melibatkan berbagai pakar dan praktisi diberbagai bidang, diantaranya; pendidikan, moral, psikologi dan agama. Banyaknya pemikiran-pemikiran dikontribusikan untuk membina kembali moralitas generasi muda terutama anak-anak dan remaja ataupun pelajar dan mahasiswa. Namun disisi lain, perilaku amoral atau dekadensi moral masih banyak dijupai diberbagai kalangan mulai dari perkotaan sampai di desa-desa seluruh penjuru tanah air.

Referensi

Dokumen terkait

a.Bentuk fisik bangunan , terutama pada struktur bangunan harus bebas kolom pada lapangannya, sehingga tidak mengganggu pemakai lapangan, jalannya pertandingan / latihan maupun

Sehubungan dengan fungsi bangunan yang berfungsi sebagai pusat pelatihan sepakbola, maka pusat pelatihan sepakbola ini diharapkan dapat merangsang pola prilaku anak-anak

Berdasarkan uraian di atas, untuk menganalisis relevansi kurikulum prodi terhadap kurikulum PAUD diperlukan kajian lebih mendalam lagi, tidak hanya sebatas

Dari gambar di atas terlihat model smart greenhouse pada ruangan greenhouse terdapat sensor DHT22 yang digunakan untuk mendeteksi suhu dan kelembapan pada ruangan

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran kinerja dari modul WiFi ESP8266 yang digunakan sebagai media untuk mengirimkan data secara wireless, sekaligus sebagai

Alat sistem monitoring suhu ruang server dengan menggunakan arduino sebagai pusat kendalinya, sensor LM35 sebagai sensor suhu, LCD sebagai penampilnya,

23 Kesadaran ini lebih melihat’aspek manusia’ menjadi akar penyebab masalah masyarakat. Dalam kesadaran ini ’masalah etika, kreativitas , need for achievement ’ dianggap sebagai

Kontrol proporsional yang dimasukan kedalam sistem dapat mengatasi kendala dimana wajah pembicara tidak berada pada garis tengah vertikal frame dengan data akurasi tanpa