• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Produksi

2. Usahatani Tebu

Tanaman tebu atau dengan nama lain Sacharum Officinarum

adalah pohon tanaman yang hidup di daerah tropika dan sub tropika yaitu diantara 39° garis Lintang Utara dan 35° garis Lintang Selatan. (Pakar, 1974: 7) menyatakan bahwa tanaman tebu agar menghasilkan tebu yang sempurna diperlukan musim penghujan dan musim kemarau, oleh sebab

commit to user

itu tebu baik tumbuh di daerah tropik. Disamping itu tebu memerlukan tanah yang subur dan lembab.

Tebu keprasan atau tebu tunas yang umumnya disebut juga tebu unit ke-II, ke-III, dan seterusnya. Sifat tebu keprasan adalah menumbuhkan kembali bekas tebu yang ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD) (Sutardjo, 1999: 35)

Cara Penggarapan Tebu Keprasan menurut (Sutardjo, 1999: 35) adalah :

1. Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran-kotoran bekas tebangan tebu, baik diatas biang tanah atau ddi dalam got-got kebun dan saluran-saluran air (Sutardjo, 1999: 35)

2. Setelah kebun selesai dibersihkan, selanjutnya adalah mengepras petak-petak secara berurutan, sebelum mengepras sebaiknya tanah yang terlalu kering diberi air beberapa hari agar bekas-bekas tanaman tebu yang dikepras tidak mudah terbongkar (Sutardjo, 1999: 36)

3. Bumbunan (tambah tanah) ke-1

Lima hari atau seminggu setelah dikepras, tanaman diberi air, setelah itu dilakukan penggarapan sebagai bumbun ke-1 dan pembersihan rumput-rumputan (Sutardjo, 1999: 37)

commit to user

4. Pemupukan pertama

Pemupukan dilakukan oleh beberapa orang yang tercakup dalam regu-regu. Sebagian membuat lubang-lubang pupuk, dan lainnya memupuk dan menimbun pupuk yang sudah ditaburkan. Setelah pupuk ditabur merata dan ditimbun tanah selanjutnya disirami air agar pupuk meresap ke dalam tanah dan dihisap akar-akar tanaman dan juga mencegah pupuk menguap. Pada pemupukan pertama pupuk ditaburkan disamping kanan rumpun tebu (Sutardjo, 1999: 38)

5. Bumbun (tambah tanah) ke-2

Sebelum pembubunan, dilakukan penyiangan rumput dan diadakan penelitian sulaman. Jika terdapat tanaman yang belum disulam, segera menanam tanaman sulaman agar pertumbuhan sama dengan tanaman lainnya. Setelah itu dilakukan pembubunan ke-2 dengan ganco kecil. Penyiraman dilakukan beberapa hari sebelum pembubunan. Tujuannya agar tanah menjadi lunak dan cukup lembab, serta rumput-rumput dapat disiangi sampai ke akar-akarnya (Sutardjo, 1999: 39)

6. Pemupukan ke-2

Cara pemupukan ke-2 sama dengan pemupukan pertama, hanya pemupukan ke-2 pupuk ditaburkan disamping kiri rumpun tebu (Sutardjo, 1999: 39)

commit to user

7. Bumbun ke-3 (tambah tanah ke-3)

Pembubunan ke-3 dilaksanakan setelah tebu keprasan berumur sekitar 2 bulan. Tanah di kanan-kiri deretan tanaman tebu ditimbunkan ke rumpun tebu untuk mengisi rongga-rongga rumpun tanaman. Penimbunan dilakukan menggunakan cangkul (Sutardjo, 1999: 39)

8. Persiapan gulud terakhir

Seminggu sampai 10 hari sesudah bumbun ke-3, diadakan penggarpuan dan membujur diantara deretan tanaman sebagai persiapan untuk gulud akhir (tambah tanah terakhir) (Sutardjo, 1999: 40)

9. Gulud terakhir dan klenteng daun kering

Sebelum tanaman digulud, mengairi daun-daun yang kering yang ada dirumpun tebu bagian bawah. Tujuannya agar guludan(tambah tanah terakhir) mengenai ruas-ruas bagian bawah, sehingga akar-akar muda baru segera tumbuh. Ini berarti menambah suburnya tanaman tebu. Gulud tebu harus terbentuk seperti gunung kecil, sampai rongga-rongga rumpun tebu rapat oleh tanah (Sutardjo, 1999: 40)

10. Pemeliharaan got (saluran air)

Pemeliharaan got dilakukan sebanyak 3x yaitu setelah mengairi pupuk pertama, setelah mengairi pupuk ke-2 dan setelah mengairi pupuk ke-3. Jumlah pemberian air tebu keprasan tergantung pada kebutuhan tanaman. Umumnya, tebu keprasan diberi air selama kepras sampai ditebang 7-9 kali (Sutardjo, 1999: 40)

commit to user

11. Pengklentengan daduk (daun kering)

Klenteng daduk dilakukan dengan tujuan (a) memperlancar jalannya angin, sehingga tebu tidak mudah roboh. (b) memudahkan pemeriksaan kebun, sehinnga pekerjaan yang terlewatkan dapat segera diketahui. (c) mencegah gangguan hama kutu putih. (d) mudah dilihat apabila ada gangguan keamanan, misalnya pencari daduk untuk atap rumah, yang mungkin akan merusak daun-daun tebu dan mengotori got-got yang selalu dijaga kebersihannya. Juga pencari makanan ternak yang mengambil daun-daun muda (Sutardjo, 1999: 41)

12. Hama dan penyakit

Jika melihat gejala-gejala yang mencurigakan atau jika ada tanaman yang mati, baik yang masih kecil atau yang sudah dewasa, segeralah melaporkan hal ini kepada pihak pabrik gula sebagai pembina atau pada P.P.L lewat ketua kelompok atau wakilnya, misalnya (a) tanaman tebu muda tampak bintik-bintik putih. (b) ditengah rumpun tebu, tampak pucuk daun yang kering dan berwarna kemerahan. (c) ruas-ruas tebu pendek dan daunnya kaku (Sutardjo, 1999: 42)

commit to user C. Kerangka Pemikiran

Usahatani tebu merupakan usaha yang prospektif untuk dikembangkan di Kecamatan Karanganyar, hal ini ditunjukkan dengan produktivitas tebu yang tinggi dibandingkan dengan Kecamatan lain di Kabupaten Karanganyar.

Efisiensi merupakan salah salah satu hal penting dalam dunia usahatani khususnya usahatani tebu. Dengan capaian tingkat efisiensi tinggi maka petani tebu dikatakan mampu menjalankan proses operasionalnya dengan baik. Untuk mengetahui tingkat efisiensi petani tebu maka proses operasional petani tebu harus diamati dari sisi input dan output. Adapun input yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja. Sedangkan outputnya adalah produksi tebu. Dengan pengolahan data menggunakan DEA (Data Envelopment Analysis) maka dapat dilihat tingkat efisiensi teknis petani tebu di Kecamatan Karanganyar. Tingkat efisiensi yang diperoleh dari rasio output yang dicapai dengan menggunakan berbagai macam input, kemudian digunakan sebagai penyusunan rekomendasi kebijakan operasional produksi tebu, sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam rangka meningkatkan efisiensi petani tebu di Kecamatan Karanganyar yang merupakan salah satu kawasan sentra penghasil tebu di Kabupaten Karanganyar.

Langkah selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar yaitu dengan analisis Regresi Linier Berganda. Metode ini untuk menganalisis pengaruh variabel pendidikan, lama usaha, tanggungan

commit to user

keluarga, dan jumlah keprasan terhadap efisiensi teknis petani tebu, serta mengukur besaran pengaruh beberapa variabel bebas (independent variables)

terhadap efisiensi petani tebu sebagai variabel terikat (dependent variable).

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran 1. 2. INPUT § Luas Lahan § Pupuk § Pestisida § Tenaga Kerja OUTPUT § Produksi Tebu Efisiensi Relatif

Pendidikan Lama Usaha Tanggungan Keluarga

Jumlah Keprasan Efisiensi Relatif

commit to user D. Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga efisiensi petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar belum efisien secara teknis.

2. Diduga pendidikan mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Hipotesis ini sama dengan penelitian sebelumnya bahwa variabel pendidikan mempengaruhi efisiensi petani, diantaranya penelitian Linh H. Vu, Frantisek (2006), Sreenivasa, dkk (2009), Poudel (2011), Naceur, dkk (2008), Mevlut, dkk (2009).

3. Diduga lama usaha mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Hipotesis ini sama dengan penelitian sebelumnya bahwa variabel lama usaha mempengaruhi efisiensi petani, diantaranya penelitian Padilla-Fernandez, dkk (2009), Poudel (2011).

4. Diduga tanggungan keluarga mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Hipotesis ini sama dengan penelitian sebelumnya bahwa tanggungan keluarga mempengaruhi efisiensi petani, diantaranya penelitian Frantisek (2006), Poudel (2011), Zahidul, dkk (2011).

5. Diduga jumlah keprasan mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar

commit to user BAB III

Dokumen terkait