commit to user
i
ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PETANI TEBU DI KECAMATAN
KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
ARI HIDHAYANTO
NIM . F0108137
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
vi MOTTO
Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia,
tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang
menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.
(Mahatma Gandhi)
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan
dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
(Abu Bakar Sibli)
“Berangkatlah, baik kamu merasa ringan atau berat, dan berjihadlah
dengan harta dan jiwamu..”
(QS. At-Taubah: 41)
Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan,
keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian,
keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih.
(Lao Tse)
Jika Anda terlahir miskin itu bukan kesalahan Anda,
tapi jika Anda mati miskin itu adalah kesalahan Anda
(Bill Gates)
“ Yes We Can ! ”
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini penulis persembahkan untuk :
Rabb Penguasa Alam Semesta, Allah SWT atas limpahan kekuatan, nikmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Orangtuaku tercinta, ayah dan ibu yang selalu memberi doa dan pengorbanan
untuk penulis
Dosen Pembimbing-ku yang dengan sabar telah membantu menyelesaikan karya
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis ucapkan atas
segala rahmat, Hidayah dan InayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang “ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PETANI TEBU DI
KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR” ini
dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat
selesai berkat bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan
rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Guntur Riyanto, Msi selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Supriyono, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di
Fakultas Ekonomi UNS.
3. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai dan karyawan di Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar.
5. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar.
6. Kedua Orang tuaku yang aku sayangi (kalianlah motivator terhebat yang
pernah ada di dunia ini),
7. Kakak dan adikku (Mas. Agung dan dek. Indah),
8. Sayangku makasi banget yah udah ngasih aku support dan motivasi.
9. Teman-teman kos dan cyd yang selalu saling suport.
10. Teman–teman angkatan 2008 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
semua jurusan terutama jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih atas
segala yang diberikan sehingga aku dapat berkembang sampai saat ini. Mohon
maaf tidak disebutkan satu per satu, semoga dapat terwakili.
11. Teman–teman ku di Jurusan Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 ayo kita
commit to user
ix
Penulis sadar bahwa segalanya tak ada yang sempurna dan tidak dapat
disangkal pula jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Akhir kata penulis
berharap agar karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis
pribadi dan bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2012
commit to user A. Latar belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Produksi ... 8
1. Definisi Produksi ... 8
2. Faktor Produksi ... 9
3. Fungsi Produksi ... 11
4. Efisiensi ... 12
5. Pengukuran Berorientasi Input ... 13
6. Pengukuran Berorientasi Output ... 15
B. Usahatani ... 17
1. Pengertian Usahatani ... 17
2. Usahatani Tebu ... 17
commit to user
xi
D. Hipotesis... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 25
B. Jenis dan Sumber Data ... 25
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26
D. Metode Analisis ... 27
1. Analisis DEA ... 27
2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 31
a. Uji Asumsi Klasik ... 31
b. Uji Statistik ... 33
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Kecamatan Karanganyar ... 37
1. Letak Geografis ... 37
2. Penggunaan Lahan ... 37
3. Keadaan Penduduk ... 38
4. Keadaan Pertanian ... 39
B. Karateristik Responden...40
1. Jenis Kelamin ... 40
2. Usia ... 41
3. Tingkat Pendidikan ... 41
4. Lama Usaha... 42
5. Tanggungan Keluarga ... 43
6. Penyuluhan ... 43
7. Hasil Produksi ... 44
8. Luas Lahan Garapan ... 45
9. Jumlah Pupuk ... 45
10.Jumlah Pestisida ... 46
commit to user
xii
C. Analisis Data dan Pembahasan ... 48
1. Analisis DEA ... 48
2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 55
a. Uji Normalitas ... 57
b. Uji Multikolinearitas ... 57
c. Uji Heteroskedastisitas ... 59
d. Uji-t ... 60
e. Uji F ... 62
f. Koefisien Determinasi ... 63
g. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1.1. Luas Area dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat menurut
Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ... 5
4.1. Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ... 38
4.2. Penduduk Menurut Desa dan Jenis Kelamin Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ... 39
4.3. Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010 ... 40
4.4. Jumlah Petani Tebu Menurut Jenis Kelamin ... 41
4.5. Jumlah Petani Tebu Menurut Tingkat Usia ... 41
4.6. Jumlah Petani Tebu Menurut Tingkat Pendidikan ... 41
4.7. Jumlah Petani Tebu Menurut Lama Usaha... 42
4.8. Jumlah Petani Tebu Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga ... 43
4.9. Jumlah Petani Tebu Menurut Keikutsertaan Penyuluhan ... 44
4.10. Jumlah Petani Tebu Menurut Hasil Produksi ... 44
4.11. Jumlah Petani Tebu Menurut Luas Lahan Garapan ... 45
4.12. Jumlah Petani Tebu Menurut Jumlah Pupuk ... 46
4.13. Jumlah Petani Tebu Menurut Jumlah Pestisida ... 46
4.14. Jumlah Petani Tebu Menurut Jumlah Keprasan ... 47
4.15. Tingkat Efisiensi Tebu... 49
4.16. Hasil Pengolahan Data Petani Tebu AA ... 53
4.17. Hasil Pengolahan Data Petani Tebu BA ... 53
4.18. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 56
4.19. Hasil Uji Multikolinearitas ... 58
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1. Efisiensi Teknis dan Alokatif dengan Orientsi Input ... 14
2.2. Pengukuran Efisiensi Teknis Berorientasi Input dan Output ... 16
2.3. Efisiensi Teknis dan Alokatif Berorientasi Output... 16
2.4. Kerangka Pemikiran ... 23
commit to user
ii ABSTRAK
ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PETANI TEBU DI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR
Ari Hidhayanto
F 0108137
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi teknis petani tebu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini dianalisis menggunakan DEA untuk menganalisis efisiensi teknis petani tebu dan Regresi Linier Berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu. Hasil penelitian menggunakan DEA menunjukkan bahwa dari 57 petani hanya 4 petani yang efisien. Hasil penelitian menggunakan Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh signifikan dalam meningkatkan tingkat efisiensi, lama usaha dan tanggungan tidak berpengaruh signifikan dalam meningkatkan tingkat efisiensi. Jumlah keprasan tebu ke-4 merupakan jumlah keprasan yang berpengaruh pada tingkat penurunan efisiensi (merupakan jumlah keprasan yang paling rendah tingkat efisiensinya). Jumlah keprasan ke-2 dan jumlah keprsan ke-3 memiliki tingkat efisiensi lebih rendah dibandingkan jumlah keprasan ke-1 akan tetapi tidak sampai berpengaruh signifikan pada tingkat penurunan efisiensi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini diharap dapat menjadi masukan (bahan kajian) untuk petani guna untuk meningkatkan tingkat efisiensi dalam bertani tebu. 2) Petani harus lebih meningkatkan tingkat pengetahuan tentang cara bertani tebu. 3) Jumlah keprasan tebu ke-4 merupakan jumlah keprasan yang paling tinggi dan signifikan menurunkan tingkat efisiensi, sehingga disarankan bagi petani untuk tidak menggunakan keprasan tebu ke-4.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia dalam perekonomian dunia saat ini masuk dalam kategori
negara yang sedang berkembang. Kondisi ini dipicu oleh banyak faktor antara
lain kemiskinan, pendidikan rendah dan lain sebagainya. Banyak pertanyaan
yang muncul mengapa Indonesia tidak dapat menjadi salah satu negara maju
yang menjadi panutan bagi negara lain di dunia. Jika kita melihat sumberdaya
yang dimiliki Indonesia baik sumber daya alam maupun sumberdaya
manusia, seharusnya Indonesia memiliki potensi yang besar. Penduduk
Indonesia saat ini menempati posisi keempat terbanyak di dunia, sedangkan
kekayaan alamnya sangat melimpah dan lahannya yang sangat subur.
Berlangsungnya proses industrialisasi telah mengubah kegiatan
ekonomi berbasis sumberdaya hayati, dari sekedar bentuk pertanian primer
menjadi suatu sektor pertanian modern dan besar yang dinamakan sektor
agribisnis. Dengan kata lain sektor agribisnis sebagai bentuk moderen dari
pertanian primer yang mencakup empat subsistem yaitu: subsistem agribisnis
hulu (upstream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan
dan memperdagangkan sarana produksi pertanian primer seperti bibit, pupuk,
dan lain sebagainya; subsistem usaha tani (on-farm agribusisness) atau pada
masa lalu disebut dengan sektor pertanian primer; subsistem agribisnis hilir
(downstream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil
commit to user
pendukung seperti lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan, dan lain-lain
(Saragih, 2001 dalam Purbayu, dkk, 2009).
Kemampuan sektor pertanian untuk memberikan kontribusi secara
langsung terhadap hasil produksi dan surplus yang dihasilkan oleh sektor itu
sendiri. Dengan demikian, tingkat produktivitas usahatani, disamping
merupakan penentu utama kesejahteraan rumah tangga petani, juga muncul
sebagai salah satu faktor penting yang mengkondisikan pertumbuhan
ekonomi. Tingkat produktivitas usahatani ini sangat ditentukan oleh efisiensi
petani untuk mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya ke dalam
berbagai alternatif aktivitas produksi. Jika petani tidak menggunakan
sumberdaya tersebut secara efisien, maka akan terdapat potensi yang belum
terekploitasi untuk meningkatkan hasil produksi dan menciptakan surplus.
Sebaliknya jika petani bertindak sangat efisien dalam mengalokasikan
sumberdayanya, maka tercapailah hasil produksi yang maksimal. Dengan
demikian, identifikasi efisiensi penggunaan sumberdaya merupakan isu
penting yang menentukan eksistensi berbagai peluang di sektor pertanian
berkaitan dengan potensi petani.
Usahatani tidak saja menekankan pada efisiensi alokatif, tetapi juga
mempertimbangkan efisiensi teknis (perpaduan berbagai input tertentu).
Efisiensi tidak saja menyangkut rasionalitas petani, tetapi lebih ditekankan
pada keragaan sistem (petani dan sistem penunjang usahatani). Masalah
efisiensi menjadi isu sangat penting pada saat ini dan di masa yang akan
datang, karena: 1) konversi lahan untuk industri atau perumahan, 2) teknik
commit to user
yang tidak memuaskan petani. Oleh sebab itu, analisis efisiensi sangat
penting untuk mengetahui dan menentukan penyebab perubahan tingkat
efisiensi.
Beberapa penelitian tentang efisiensi pertanian banyak dilakukan
antara lain Mevlut, dkk (2009) menganalisis efisiensi teknis pertanian kapas
di Cukurova Turki menggunakan DEA. Dengan hasil faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat efisiensi petani adalah umur, tingkat pendidikan, dan
penyuluhan. Padilla-Fernandez, dkk (2009) mengidentifikasi sumber
inefisiensi penggunaan input produksi tebu di Negros Tengah, Filipina
menggunakan Non-parametrik DEA untuk menentukan efisiensi relatif
teknis, skala dan keseluruhan pertanian individu yang menggunakan jenis
yang sama dari input dan menghasilkan output yang sama (tebu). Hasil
menunjukkan wilayah, penyerapan tenaga kerja, bibit, pupuk tidak efisien,
sedangkan umur, pengalaman, kredit, jenis tanah dan luas lahan sangat
efisien. Zahidul (2011) menganalisis efisiensi pertanian padi keuangan mikro
peminjam dan non-peminjam di Bangladesh menggunakan DEA. Hasil
menunjukkan bahwa seleksi tanah, fragmentasi, ukuran keluarga, kekayaan
rumah tangga, dan pelatihan merupakan penentu utama dari inefisiensi.
Dewan Gula Indonesia (DGI) menyebutkan produksi gula nasional
2,3 juta ton turun dari juli 2011 sebesar 2,57 juta ton dan dibawah target pada
2011 yaitu 2,7 juta ton. Target swasembada gula pun terus mundur dari tahun
2007 direvisi pada tahun 2010 dan mundur lagi tahun 2014. Banyak masalah
yang belenggu program swasembada gula. Persoalan utama adalah inefisiensi
commit to user
dikepras berulang kali dan teknik budidaya yang berorientasi bobot
menyebabkan kuantitas dan kualitas tebu turun (Investor.com, 2011)
Tebu (Sacharum Officinarum) adalah tanaman yang ditanam sebagai
bahan gula. Utuk menghasilkan gula, tebu harus diolah ke pabrik gula dan
dari proses pengolahan tebu dihasilkan gula kristal. Dalam konversi
pengolahan tebu juga dihasilkan ampas batang tebu yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan sebagai proses produksi
dan pembangkit listrik. Sedangkan blotong yang dihasilkan dari proses
pemurnian dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Kabupaten Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah
pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman
agro industri. Tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Karanganyar yang
sangat potensial adalah tebu yang mencapai luas sebesar 2.361,36 ha dan
selama tahun 2010 produksinya mencapai 8.717,83 kw. Tanaman lain yang
juga potensial untuk dikembangkan adalah, kelapa, mete dan jahe. Sementara
itu untuk tanaman perkebunan besar yang potensial adalah teh dan karet
(Karanganyar Dalam Angka Tahun 2011).
Kabupaten Karanganyar merupakan daerah tropis dan sub tropis yang
menyimpan potensi sangat besar terhadap usaha pertanian, termasuk usaha
pertanian tebu yang merupakan tanaman penghasil gula. Produksi tanaman
tebu di Kabupaten Karanganyar dapat ditunjukkan pada tabel 1.1 sebagai
commit to user Tabel 1.1
Luas Area (Ha) dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Kecamatan
Sumber : Dinas Pertanian. TPH, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Karanganyar 2011
Tabel 1.1 menjelaskan luas lahan, hasil produksi dan produktivitas tebu
di Kabupaten Karanganyar, diantara kecamatan-kecamatan diatas yang
merupakan luas lahan tertinggi, produksi tertinggi dan produktivitas tertinggi
adalah Kecamatan Karanganyar dengan luas lahan 478,80 ha, hasil produksi
1.899,88 kw, dan produktivitas 3,94 kw/ha. Berdasarkan abstraksi diatas dan
penelitian terdahulu peneliti tertarik meneliti daerah tersebut untuk dijadikan
commit to user
efisiensi teknis petani tebu di Kecamatan Karanganyar menggunakan DEA
(Data Envelopment Analysis), dan apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi
efisiensi petani tebu di Kecamatan Karanganyar dengan menggunakan
Regresi Linier Berganda dikarenakan Kecamatan Karanganyar merupakan
daerah sentra penghasil tebu di Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan uraian di atas, maka diadakan sebuah penelitian yang
berjudul ”ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PETANI TEBU DI
KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KARANGANYAR”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah-masalah:
1. Apakah petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar
sudah efisien secara teknis?
2. Apasaja faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu di
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui efisiensi teknis petani tebu di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar.
2. Mengetahui faktor apasaja yang mempengaruhi efisiensi teknis petani
commit to user D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu para petani tebu di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar dalam usaha meningkatkan produksi
tebu.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
pembaca tentang efisiensi produktivitas petani tebu di Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah
agar lebih memperhatikan sektor pertanian terutama usahatani tebu.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana bagi para akademis
yang tertarik dibidang penelitian yang sama untuk meneliti lebih lanjut
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Produksi
1. Definisi Produksi
Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output
sehingga nilai barang tersebut bertambah. Input dapat terdiri dari barang
atau jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang
dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi (Adiningsih, 1995: 3).
Produksi mencakup setiap usaha yang secara langsung atau tidak langsung
menghasilkan barang dan jasa yang lebih berguna untuk memenuhi suatu
kebutuhan manusia (Gilarso, 1986: 68)
Produksi didefinisikan sebagai penggunaan berbagai sumber daya
yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama
sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan
komoditi-komoditi itu dilokasikan, maupun dalam pengertian apa yang
dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu. Produksi
mencakup barang maupun jasa, dikarenakan keduanya sama-sama
dihasilkan menggunakan modal dan tenaga kerja. Produksi merupakan
konsep arus (flow concept) yang artinya adalah produksi merupakan
kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit
periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan
commit to user
Dari paparan diatas mengenai pengertian produksi dapat
disimpulkan bahwa produksi merupakan proses mengubah input menjadi
output, atau pemanfaatan sumber daya yang mengubah komoditi menjadi
komoditi lainnya dengan menggunakan modal dan tenaga kerja yang
menghasilkan barang dan jasa yang berguna untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
2. Faktor Produksi
Faktor-faktor produksi digunakan bersamaan dalam cara tertentu
sehingga membuat produktivitas masing-masing faktor bergantung pada
jumlah faktor produksi lainnya yang tersedia untuk digunakan dalam
proses produksi. Sebagai hasilnya, perubahan dalam penawaran setiap
faktor produksi akan mempengaruhi pendapatan dari semua faktor
produksi lainnya (Mankiw, 2009: 504).
(Gilarso, 1986: 77) Hasil produksi tergantung dari kerja manusia,
sumber-sumber alam, peralatan atau modal, dan kegiatan pengusaha.
a. Kerja manusia dalam ilmu ekonomi adalah segala usaha manusia, baik
jasmani maupun rohani, yang dicurahkan dalam proses peningkatan
kegunaan ekonomi (Gilarso, 1986: 77)
b. Sumber-sumber alam adalah semua yang disediakan oleh alam, yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usahanya mencapai
kemakmuran, sumber-sumber alam tidak terbatas hanya pada lahan
saja, tetapi mencakup kesuburan tanah, kekayaan yang terkandung
commit to user
c. Peralatan produksi atau barang-barang modal adalah segala sumber
daya selain kerja manusia dan pemberian alam, yang dipergunakan
dalam proses produksi, atau barang produksi yang digunakan sebagai
sarana untuk menghasilkan barang lain (Gilarso, 1986: 82)
d. Kegiatan pengusaha adalah orang yang bertanggung jawab atas suatu
usaha yang mengambil inisiatif, mengambil keputusan dan
menanggung segala resikonya. Persoalan ekonomi yang harus dihadapi
oleh pengusaha adalah harus mempertimbangkan hasil yang diharapkan
dan biaya yang harus dikeluarkan (Gilarso, 1986: 84)
(Mankiw, 2009: 501) Faktor-faktor produksi selain tenaga kerja,
yaitu tanah dan modal, pengertian istilah tenaga kerja dan tanah telah jelas,
namun definisi modal merupakan sesuatu yang rumit. Para ekonom
menggunakan istilah modal (capital) untuk mengacu pada stok berbagai
peralatan dan struktur yang digunakan dalam produksi. Artinya modal
ekonomi mencerminkan akumulasi barang yang dihasilkan di masa lalu
yang sedang digunakan pada saat ini untuk memproduksi barang dan jasa
yang baru.
Dari paparan diatas mengenai faktor produksi dapat disimpulkan
bahwa faktor produksi merupakan semua faktor yang digunakan dalam
proses produksi untuk menghasilkan output. Faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam mengubah input menjadi output adalah tenaga kerja,
commit to user 3. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan
antara tingkat output dan tingkat penggunaan input (Adiningsih, 1995: 6).
Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum barang atau jasa tertentu
yang dapat diproduksi per periode waktu pada berbagai kombinasi sumber
daya, atas dasar tingkat teknologi tertentu (McEachern, 2001: 88). Dengan
membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan
faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah
barang (Rianto, 2010: 168)
(Sukirno, 1999: 191-192) menyatakan fungsi produksi adalah
perkaitan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang
dicipakan. Didalam teori ekonomi berbagai jenis perusahaan dipandang
sebagai unit-unit badan usaha yang mempunyai tujuan bersama yaitu
mencari keuntungan maksimum, untuk tujuan tersebut perusahaan harus
mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dengan cara seefisien
mungkin sehingga usaha memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dari
sudut ekonomi yang dipandang sebagai cara yang paling efisien.
(Nicholson, 2002: 161) menyebutkan penyederhanaan fungsi
produksi dengan mengasumsikan bahwa produksi perusahaan hanya
tergantung pada dua input yaitu modal (K) dan tenaga kerja (L). Maka,
fungsi produksi yang disederhanakan sekarang adalah
commit to user
Sebagai contoh, jika ingin memgetahui pengaruh hujan dan
pemupukan terhadap panen hasil produksi, dapat menggunakan dua input
tersebut dalam fungsi produksi dengan menggarap input lain (kuantitas
tanah, input jam tenaga kerja, dan sebagainya) tidak berubah/konstan.
Pada fungsi produksi yang berkarateristik sistem pendidikan, kita dapat
menguji hubungan antara output sistem itu (katakanlah, prestasi akademik)
dan input yang digunakan untuk memproduksi output tersebut (seperti
para pengajarnya, gedung, dan bantuan pelajaran) (Nicholson, 2002: 161).
Dari paparan diatas mengenai fungsi produksi dapat disimpulkan
bahwa fungsi produksi adalah hubungan tingkat penggunaan input dan
output, artinya membandingkan gabungan faktor-faktor produksi seefisien
mungkin untuk menghasilkan barang tertentu sehingga dapat
memaksimalkan keuntungan.
4. Efisiensi
Efisiensi perusahaan terdiri dari dua komponen yaitu efisiensi
teknis, yang menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh hasil
maksimal dari beberapa input, dan efisiensi alokatif, yang menunjukkan
kemampuan perusahaan menggunakan input dalam proporsi optimal.
Kedua langkah ini dikombinasikan untuk menghasilkan ukuran efisiensi
ekonomi total (Coelli, 2005: 51)
Efisiensi terjadi jika output diproduksi dengan kombinasi input
biaya terendah pada teknologi tertentu (McEachern, 2001: 121). Dalam
commit to user
yang paling produktif untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang
digunakan dalam berproduksi untuk mencapai hasil yang maksimal.
Dalam Coelli (2005: 51) teori tentang efisiensi modern didukung
oleh penelitian sebelumnya yaitu oleh Fare, Grosskopf dan Lovell (1985,
1994) dan Lovell (1993). Pengukuran efisiensi modern dimulai dengan
Farrell (1957) yang merujuk karya Debreu (1951) dan Koopmans (1951)
menentukan efisiensi relatif perusahaan yang dapat menjelaskan beberapa
input.
5. Pengukuran Berorientasi Input (Input-Oriented Measures)
(Farrell) dalam Coelli (2005: 52) memberikan ilustrasi dengan
melibatkan perusahaan-perusahaan yang menggunakan dua input (x1 dan
x2) untuk memproduksi satu output (y) dengan asumsi constant return to
scale. Isoquant menunjukkan fully efficient firm (perusahaan yang efisien
penuh), SS' menggambarkan pengukuran efisiensi teknis. Jika perusahaan
menggunakan jumlah input, yang digambarkan oleh titik P, untuk
menghasilkan unit output, Perusahaan yang tidak efisien secara teknis akan
berada di sepanjang titik QP, ketika seluruh input dapat dikurangi secara
proporsional tanpa mengurangi jumlah outputnya. Umumnya ini
direpresentasikan degan presentasi yang merupakan rasio antara QP/OP,
ketika seluruh input dapat dikurangi. Efisiensi teknis (TE) dari perusahaan
dihitung berdasarkan rasio.
TEI = 0Q/0P,
Ini sama dengan satu dikurangi QP/0P, akan bernilai antara 0 dan
commit to user
dari perusahaan yang efisien, sebagai contoh titik Q merupakan efisiensi
teknis karena titik Q berada pada garis isoquant (Coelli, 2005: 52)
Gambar 2.1
Efisiensi Teknis dan Alokatif dengan Orientasi Input
Sumber : (Coelli, 2005: 52)
Jika rasio input terhadap harga direpresentasikan dengan garis
AA', maka dapat digunakan untuk menghitung efisiensi alokatif. Efisiensi
alokatif (AE) dari perusahaan yang beroperasi pada tingkat P didefinisikan
sebagai rasio
AEI = ON/OQ
Sepanjang garis RQ menunjukkan pengurangan biaya produksi yang
terjadi jika efisiensi alokatif maupun efisiensi teknis terjadi pada titik Q’
sehingga dapat terbentuk efisiensi ekonomi yang merupakan rasio dari :
EEI = OR/OP,
Dimana jarak RP dapat diinterpretasikan sebagai pengurangan biaya
produksi. Dengan catatan, efisiensi teknis dan efisiensi alokatif
membentuk efisiensi ekonomi
TEI´AEI = (0Q/0P)´(0R/0Q) = (0R/0P) = EEI
commit to user
6. Pengukuran Berorientasi Output (Output-Oriented Measures)
Pengukuran berorientasi output ini sebagai pembanding ukuran
yang berorientasi input. Perbedaan antara orientasi output dan orientasi
input yang dapat digambarkan dengan penggunaan sederhana satu input
dan satu output yang dijelaskan pada gambar 2.2 (a) dimana kita
mempunyai teknologi return to scale f(x), dan inefisiensi perusahaan yang
ditunjukkan di titik P. Farrell dalam Coelli (2005: 54) mengukur
pengukuran berorientasi input dengan TE sama dengan rasio AB/AP,
ketika pengukuran berorientasi output dengan TE menjadi CP/CD.
Pengukuran berorientasi output dan pengukuran berorientasi input hanya
menyediakan ukuran kesamaan dari efisiensi teknis ketika return to scale,
tetapi akan berbeda ketika return to scale meningkat atau menurun (Fare
Dan Lovell 1978) dalam Coelli (2005: 54). Return to scale konstan
dijelaskan pada gambar 2.4 (b) dimana AB/AP = CP/CD, untuk beberapa
inefisien titik P.
Pengukuran berorientasi output dapat mempertimbangkan
produksi melibatkan dua output (y1 dan y2) dan satu input (x1). Jika
mengasumsikan return to scale konstan, kita dapat menggunakan
teknologi dengan satu unit kurva kemungkinan produksi di dua dimensi.
Sebagai contoh dijelaskan pada gambar 2.3 di mana garis ZZ' merupakan
kurva kemungkinan produksi dan titik A menunjukkan inefisiensi
peusahaan. Sebagai catatan bahwa titik inefisiensi A, berada di bawah
garis ZZ' yang menunjukkan berbagai kemungkinan produksi (Coelli,
commit to user Gambar 2.2
Pengukuran Efisiensi Teknis Berorientasi Input & Output dan Return to Scale
Sumber : (Coelli, 2005: 55)
Gambar 2.3
Efisiensi Teknis dan Alokatif Berorientasi Output
Sumber : (Coelli, 2005: 55)
(Farrell) dalam Coelli (2005: 56) mengilustrasikan bahwa
pengukuran efisiensi berorientasi output didefinisikan sebagai berikut.
Pada gambar 2.3 jarak AB menunjukkan inefisiensi teknis. Artinya, jumlah
output dapat ditingkatkan tanpa menggunakan input tambahan. Oleh
karena itu pengukuran efisiensi teknis berorientasi output ditunjukkan
dengan rasio
commit to user
Jika kita memiliki informasi harga maka kita dapat menarik garis
isorevenue DD ', dan menentukan efisiensi alokatif sebagai
AEO = 0B/0C
Interpretasi meningkatkan pendapatan (sama dengan biaya mengurangi
interpretasi inefisiensi alokatif dalam kasus orientasi input). Selain itu,
salah satu dapat menentukan efisiensi ekonomi secara keseluruhan dengan
dua ukuran
EEO = (0A/0C) = (0A/0B)´(0B/0C) = TEO´AEO.
Dari ketiga langkah ini dibatasi oleh nol dan satu (Coelli, 2005: 56)
B. Usahatani
1. Pengertian Usahatani
Usahatani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja
dan modal yang ditunjukkan kepada produksi di lapangan pertanian.
Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja
diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya
(Firdaus, 2008: 6)
2. Usahatani Tebu
Tanaman tebu atau dengan nama lain Sacharum Officinarum
adalah pohon tanaman yang hidup di daerah tropika dan sub tropika yaitu
diantara 39° garis Lintang Utara dan 35° garis Lintang Selatan. (Pakar,
1974: 7) menyatakan bahwa tanaman tebu agar menghasilkan tebu yang
commit to user
itu tebu baik tumbuh di daerah tropik. Disamping itu tebu memerlukan
tanah yang subur dan lembab.
Tebu keprasan atau tebu tunas yang umumnya disebut juga tebu
unit ke-II, ke-III, dan seterusnya. Sifat tebu keprasan adalah
menumbuhkan kembali bekas tebu yang ditebang, baik bekas tebu giling
atau tebu bibitan (KBD) (Sutardjo, 1999: 35)
Cara Penggarapan Tebu Keprasan menurut (Sutardjo, 1999: 35)
adalah :
1. Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran-kotoran
bekas tebangan tebu, baik diatas biang tanah atau ddi dalam got-got
kebun dan saluran-saluran air (Sutardjo, 1999: 35)
2. Setelah kebun selesai dibersihkan, selanjutnya adalah mengepras
petak-petak secara berurutan, sebelum mengepras sebaiknya tanah yang
terlalu kering diberi air beberapa hari agar bekas-bekas tanaman tebu
yang dikepras tidak mudah terbongkar (Sutardjo, 1999: 36)
3. Bumbunan (tambah tanah) ke-1
Lima hari atau seminggu setelah dikepras, tanaman diberi air, setelah
itu dilakukan penggarapan sebagai bumbun ke-1 dan pembersihan
commit to user
4. Pemupukan pertama
Pemupukan dilakukan oleh beberapa orang yang tercakup dalam
regu-regu. Sebagian membuat lubang-lubang pupuk, dan lainnya memupuk
dan menimbun pupuk yang sudah ditaburkan. Setelah pupuk ditabur
merata dan ditimbun tanah selanjutnya disirami air agar pupuk meresap
ke dalam tanah dan dihisap akar-akar tanaman dan juga mencegah
pupuk menguap. Pada pemupukan pertama pupuk ditaburkan
disamping kanan rumpun tebu (Sutardjo, 1999: 38)
5. Bumbun (tambah tanah) ke-2
Sebelum pembubunan, dilakukan penyiangan rumput dan diadakan
penelitian sulaman. Jika terdapat tanaman yang belum disulam, segera
menanam tanaman sulaman agar pertumbuhan sama dengan tanaman
lainnya. Setelah itu dilakukan pembubunan ke-2 dengan ganco kecil.
Penyiraman dilakukan beberapa hari sebelum pembubunan. Tujuannya
agar tanah menjadi lunak dan cukup lembab, serta rumput-rumput dapat
disiangi sampai ke akar-akarnya (Sutardjo, 1999: 39)
6. Pemupukan ke-2
Cara pemupukan ke-2 sama dengan pemupukan pertama, hanya
pemupukan ke-2 pupuk ditaburkan disamping kiri rumpun tebu
commit to user
7. Bumbun ke-3 (tambah tanah ke-3)
Pembubunan ke-3 dilaksanakan setelah tebu keprasan berumur sekitar 2
bulan. Tanah di kanan-kiri deretan tanaman tebu ditimbunkan ke
rumpun tebu untuk mengisi rongga-rongga rumpun tanaman.
Penimbunan dilakukan menggunakan cangkul (Sutardjo, 1999: 39)
8. Persiapan gulud terakhir
Seminggu sampai 10 hari sesudah bumbun ke-3, diadakan penggarpuan
dan membujur diantara deretan tanaman sebagai persiapan untuk gulud
akhir (tambah tanah terakhir) (Sutardjo, 1999: 40)
9. Gulud terakhir dan klenteng daun kering
Sebelum tanaman digulud, mengairi daun-daun yang kering yang ada
dirumpun tebu bagian bawah. Tujuannya agar guludan(tambah tanah
terakhir) mengenai ruas-ruas bagian bawah, sehingga akar-akar muda
baru segera tumbuh. Ini berarti menambah suburnya tanaman tebu.
Gulud tebu harus terbentuk seperti gunung kecil, sampai rongga-rongga
rumpun tebu rapat oleh tanah (Sutardjo, 1999: 40)
10. Pemeliharaan got (saluran air)
Pemeliharaan got dilakukan sebanyak 3x yaitu setelah mengairi pupuk
pertama, setelah mengairi pupuk ke-2 dan setelah mengairi pupuk ke-3.
Jumlah pemberian air tebu keprasan tergantung pada kebutuhan
tanaman. Umumnya, tebu keprasan diberi air selama kepras sampai
commit to user
11. Pengklentengan daduk (daun kering)
Klenteng daduk dilakukan dengan tujuan (a) memperlancar jalannya
angin, sehingga tebu tidak mudah roboh. (b) memudahkan pemeriksaan
kebun, sehinnga pekerjaan yang terlewatkan dapat segera diketahui. (c)
mencegah gangguan hama kutu putih. (d) mudah dilihat apabila ada
gangguan keamanan, misalnya pencari daduk untuk atap rumah, yang
mungkin akan merusak daun-daun tebu dan mengotori got-got yang
selalu dijaga kebersihannya. Juga pencari makanan ternak yang
mengambil daun-daun muda (Sutardjo, 1999: 41)
12. Hama dan penyakit
Jika melihat gejala-gejala yang mencurigakan atau jika ada tanaman
yang mati, baik yang masih kecil atau yang sudah dewasa, segeralah
melaporkan hal ini kepada pihak pabrik gula sebagai pembina atau pada
P.P.L lewat ketua kelompok atau wakilnya, misalnya (a) tanaman tebu
muda tampak bintik-bintik putih. (b) ditengah rumpun tebu, tampak
pucuk daun yang kering dan berwarna kemerahan. (c) ruas-ruas tebu
commit to user C. Kerangka Pemikiran
Usahatani tebu merupakan usaha yang prospektif untuk
dikembangkan di Kecamatan Karanganyar, hal ini ditunjukkan dengan
produktivitas tebu yang tinggi dibandingkan dengan Kecamatan lain di
Kabupaten Karanganyar.
Efisiensi merupakan salah salah satu hal penting dalam dunia
usahatani khususnya usahatani tebu. Dengan capaian tingkat efisiensi tinggi
maka petani tebu dikatakan mampu menjalankan proses operasionalnya
dengan baik. Untuk mengetahui tingkat efisiensi petani tebu maka proses
operasional petani tebu harus diamati dari sisi input dan output. Adapun input
yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan, pupuk, pestisida, dan
tenaga kerja. Sedangkan outputnya adalah produksi tebu. Dengan pengolahan
data menggunakan DEA (Data Envelopment Analysis) maka dapat dilihat
tingkat efisiensi teknis petani tebu di Kecamatan Karanganyar. Tingkat
efisiensi yang diperoleh dari rasio output yang dicapai dengan menggunakan
berbagai macam input, kemudian digunakan sebagai penyusunan
rekomendasi kebijakan operasional produksi tebu, sehingga diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan acuan dalam rangka meningkatkan efisiensi petani
tebu di Kecamatan Karanganyar yang merupakan salah satu kawasan sentra
penghasil tebu di Kabupaten Karanganyar.
Langkah selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar yaitu dengan analisis Regresi Linier Berganda. Metode ini
commit to user
keluarga, dan jumlah keprasan terhadap efisiensi teknis petani tebu, serta
mengukur besaran pengaruh beberapa variabel bebas (independent variables)
terhadap efisiensi petani tebu sebagai variabel terikat (dependent variable).
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
1.
2.
INPUT
§ Luas Lahan § Pupuk § Pestisida § Tenaga Kerja
OUTPUT
§ Produksi Tebu
Efisiensi Relatif
Pendidikan Lama Usaha Tanggungan Keluarga
commit to user D. Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Diduga efisiensi petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten
Karanganyar belum efisien secara teknis.
2. Diduga pendidikan mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Hipotesis ini sama dengan
penelitian sebelumnya bahwa variabel pendidikan mempengaruhi
efisiensi petani, diantaranya penelitian Linh H. Vu, Frantisek (2006),
Sreenivasa, dkk (2009), Poudel (2011), Naceur, dkk (2008), Mevlut, dkk
(2009).
3. Diduga lama usaha mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Hipotesis ini sama dengan
penelitian sebelumnya bahwa variabel lama usaha mempengaruhi
efisiensi petani, diantaranya penelitian Padilla-Fernandez, dkk (2009),
Poudel (2011).
4. Diduga tanggungan keluarga mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Hipotesis ini sama
dengan penelitian sebelumnya bahwa tanggungan keluarga
mempengaruhi efisiensi petani, diantaranya penelitian Frantisek (2006),
Poudel (2011), Zahidul, dkk (2011).
5. Diduga jumlah keprasan mempengaruhi efisiensi teknis petani tebu
commit to user BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survey.
Objek penelitiannya yaitu keseluruhan petani tebu di Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Karanganyar dipilih karena daerah ini
merupakan sentra produksi tebu di Kabupaten Karanganyar. Selain itu daerah
ini mudah dijangkau oleh peneliti sehinnga mempermudah penelitian.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dan dianalisis pada penelitian ini ada dua
macam, yaitu :
1. Data Primer : yaitu data yang diperoleh dari wawancara langsung kepada
para petani tebu di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar, yaitu
dengan menanyakan seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini
yang tersusun dalam kuisioner penelitian.
2. Data sekunder : yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang
berkaitan yang ada hubungannya dengan penelitian, yaitu data yang
diperoleh dari BPS Kabupaten Karanganyar dan Dinas Pertanian,
commit to user C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Produksi tebu adalah banyaknya hasil tebu yang diperoleh petani dalam
satu kali masa panen yang dihitung dalam satuan kwintal (Kw).
2. Luas lahan adalah luas tanah yang digunakan petani tebu untuk produksi
tebu dalam satu musim panen diukur dalam satuan hektar (Ha).
3. Pupuk adalah banyaknya jumlah pupuk yang digunakan petani tebu dalam
satu musim panen. Pupuk diukur menggunakan satuan kwintal (Kw).
4. Pestisida adalah jumlah obat-obatan yang digunakan petani tebu dalam
satu musim panen. Pestisida diukur menggunakan satuan liter (Liter).
5. Tenaga kerja adalah jumlah pekerja yang digunakan dalam proses
produksi tebu dalam satu kali masa panen diukur dalam satuan Hari Orang
Kerja (HOK).
6. Efisiensi adalah tingkat efisiensi teknis petani tebu yang dianalisis
menggunakan dengan DEA (Data Envelopment Analysis) (%).
7. Pendidikan adalah pendidikan formal yang diterima oleh petani tebu atau
tahun sukses pendidikan terakhir yang ditempuh oleh petani tebu (Th)
SD:6, SMP:9, SMA:12, Diploma:15, Sarjana:16.
8. Pengalaman kerja/lama usaha adalah lamanya petani tebu melaksanakan
usahatani tebu (Th).
9. Jumlah keprasan adalah banyaknya pemotongan tebu setelah panen tanam
commit to user
10. Tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang harus dibiayai oleh
kepala keluarga sebagai pencari nafkah petani tebu (Orang).
Dalam penelitian ini variabel-variabel diatas akan dianalisis
menggunakan metode DEA (Data Envelopment Analysis) menggunakan
software WDEA (Warwick DEA) dan Regresi Linier Berganda
menggunakan software E-Views versi 7.0.
D. Metode Analisis
1. Analisis DEA (Data Envelopment Analysis)
Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu DEA (Data
Envelopment Analysis). DEA digunakan untuk meneliti efisiensi petani tebu.
Variabel-variabel yang mempengaruhi output meliputi (luas lahan, pupuk,
pestisida, tenaga kerja) yang berpengaruh pada produksi tebu.
Data Envelopment Analysis (DEA) adalah pemrograman matematika
non-parametrik dengan pendekatan penilaian perbatasan. Model DEA
disajikan secara ringkas, dengan detail teknis yang relatif. Ulasan lebih rinci
tentang metodologi disajikan oleh Fare, Grosskopf dan Lovell (1985,1944),
Seiford dan Thrall (1990), Lovell (1993), Ali Dan Seiford (1993), Lovell
(1994), Charnes et al (1995), Seiford (1996), Cooper, Seiford dan Tone
(2000) dan Thanassoulis (2001) (Coelli, 2005: 162)
Charnes, Cooper dan Rhodes (1978) mengilustrasikan sebuah model
yang memiliki orientasi input dan diasumsikan dengan return to scale (CRS).
Selanjutnya mengansumsikan, seperti Banker, Charnes dan Cooper (1984)
commit to user
a. Model Returns to Scale (CRS)
Kita akan mulai dengan mendefinisikan notasi tertentu. Asumsikan
ada data input K dan output M pada perusahaan N atau DMU yang disebut
dalam literatur DEA. Untuk DMU ke-i tersebut diwakili oleh vektor x1 dan
y1. KxN matrik input, X, dan Mx N matriks output, Y, merupakan data dari
semua N DMU. Tujuan dari DEA adalah untuk mengetahui batasan
non-parametrik atas titik data sehingga semua titik yang diamati dibawah batasan
produksi. Sebagai contoh sederhana dari sebuah industri di mana satu output
yang diproduksi dengan menggunakan dua input. asumsi CRS ini dapat
diwakili oleh unit input isokuan. Cara terbaik untuk memperkenalkan DEA
adalah melalui bentuk rasio. Untuk DMU setiap akan mendapatkan ukuran
rasio semua output atas semua input, seperti u¢yi/v¢xiu 'y, dimana u adalah
Mx1 vektor bobot output dan v adalah Kx1 vektor bobot input. Untuk
memilih bobot optimal harus ditentukan masalah pemrograman matematis :
maxu,v (u¢yi/v¢xi),
st u¢yj/v¢xj £ 1, j=1,2,...,N,
u, v ³ 0.
Nilai u dan v, ukuran efisiensi DMU dimaksimalkan, bahwa semua
pengukuran efisiensi harus kurang dari atau sama dengan satu. Satu masalah
dengan formulasi rasio adalah bahwa memiliki jumlah tak terbatas. Untuk
commit to user
maxm,n (m¢yi),
st n¢xi = 1,
m¢yj - n¢xj £ 0, j=1,2,...,N,
m, n ³ 0,
Perubahan notasi dari u dan v untuk μ dan ν menunjukan transformasi. Ini
dikenal sebagai multiplier dari masalah program linear. Menggunakan
dualitas dalam pemrograman linear akan mendapat suatu masalah
envelopment
minq,l q,
st -yi + Yl ³ 0,
qxi - Xl ³ 0,
l ³ 0,
Dimana θ adalah skalar dan λ adalah Nx1 vektor konstan. Bentuk
envelopment terdapat kendala dibandingkan bentuk multiplier (K+M < N+1),
dan pada umumnya bentuk ini yang sering digunakan. Nilai θ diperoleh dari
efisiensi nilai DMU ke-i. Ini akan dihasilkan θ ≤ 1, dengan nilai 1
menunjukkan titik pada perbatasan DMU efisiensi teknis, menurut Farrell
(1957). Nilai θ diperoleh untuk setiap DMU (Coelli, 2005: 163)
Meskipun untuk menghitung efisiensi relatif memiliki banyak
kelebihan dibanding analisis rasio parsial dan analisis regresi, DEA memiliki
keterbatasan. Pertama, DEA mensyaratkan semua input dan output harus
spesifik dan dapat diukur. Kesalahan dalam memasukan input dan output
yang valid akan memberikan hasil yang bias. Kedua, DEA berasumsi bahwa
commit to user
Ketiga, dalam bentuk dasarnya DEA berasumsi adanya constant return to
scale (CRTS). CRTS menyatakan bahwa perubahan proporsional pada semua
tingkat input akan menghasilkan perubahan proporsional yang sama pada
tingkat output. Ini merupakan asumsi penting, sebab asumsi ini
memungkinkan semua UKE diukur dan dibandingkan terhadap unit isoquant,
walaupun pada kenyataannya hal tersebut tidak selalu terjadi. Keempat, bobot
input dan output yang dihasilkan oleh DEA tidak dapat ditafsirkan dalam
nilai ekonomi, meskipun koefisien tersebut memiliki formulasi metematik
yang sama. Tetapi hal ini bukan kendala karena DEA bertujuan mengukur
commit to user 2. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa besar
variabel independen dalam hal ini pendidikan, lama usaha, tanggungan
keluarga dan jumlah keprasan mempengaruhi efisiensi petani tebu sebagai
variabel dependen. Ditulis dengan persamaan sebagai berikut (Gujarati,
1999: 91):
Y = β0 +β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ β4 D1+ β5 D2 + β6 D3 + ei
Dimana : Y = efisiensi petani tebu (dalam satuan persen)
X1 = pendidikan (dalam satuan tahun)
X2 = lama usaha (dalam satuan tahun)
X3 = tanggungan keluarga (dalam satuan orang)
D1 = 1 jika keprasan ke-2, 0 untuk lainnya
D2 = 1 jika keprasan ke-3, 0 untuk lainnya
D3 = 1 jika keprasan ke-4, 0 untuk lainnya
β0 = konstanta
β1, β2, β3, β4, β5, β6 = koefisien tiap-tiap variabel
ei = Variabel pengganggu
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengujian validasi model sebagai
berikut :
a.Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan regresi, terdapat beberapa asumsi dasar yang
dapat menghasilkan estimator liniear tidak bias yang terbaik dari model
regresi yang diperoleh dari metode metode kuadrat terkecil biasa.
commit to user
lebih akurat dan mendekati atau sama dengan kenyataan (Hasan, 2002:
280).
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2006 : 110). Untuk menguji apakah distribusi data normal
dalam penelitian ini menggunakan teknik Jarque-Berra, adapun
kriteria dalam pengujian normalitas yaitu dengan menggunakan
kaedah sebagai berikut.
a) Apabila nilai probabilitas (P) > 0,050 maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal;
b) Apabila nilai probabilitas (P) < 0,050 maka dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi tidak normal.
2) Uji Multikolinearitas
Multikolonieritas adalah hubungan linier yang sempurna atau
pasti diantara beberapa atau semua variabel independen dari model
regresi. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2006: 92). Salah satu cara mengetahui ada tidaknya
multikolinearitas adalah dengan metode Klein yaitu membandingkan
nilai r2 dengan nilai R2. Model dikatakan terbebas dari masalah
commit to user
3) Uji Heteroskedastisitas
Asumsi yang penting dalam model regresi linier klasik
disebut heteroskedastisitas, yaitu varian dari unsur-unsur disturbance
(Ui) tidak sama (tidak konstan). Dengan demikian bahwa varian
bersyarat dari Yi meningkat dengan meningkatnya variabel X, hal ini
dapat ditunjukkan simbol (Gujarati, 1999: 177) :
E (Ui) = σ2i : i = 1, 2, 3, … n
Heteroskedastisitas adalah apabila kesalahan atau residual
yang diamati tidak memiliki varian yang konstan. Kondisi
heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section atau data
yang diambil dari beberapa responden pada suatu waktu tertentu.
(Ghozali, 2006 : 109) Model regresi dikatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas apabila nilai probabilitas signifikansi > 0,05.
b. Uji Statistik
1) Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas (independen) yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat
(dependen). (Kuncoro, 2001: 98).
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
a) Perumusan Hipotesis
HO: β = 0; tidak ada pengaruh antara seluruh variabel independen
commit to user
H1: β ≠ 0; ada pengaruh antara seluruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
b) Taraf significant; a = 0,05 (taraf kepercayaan 95%)
c) Rumus Mencari Ftabel: n-k-1; k-1 = 57-6-1; 6-1 = 50; 5 = 2,45.
d) Kriteria pengujian
Ho diterima apabila: Fhitung < 2,45 atau probabilitas (p) > 0,05.
Ho ditolak apabila: Fhitung > 2,45 atau probabilitas < 0,05.
2) R2 (Koefisien Deteminasi)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
terikat (Kuncoro, 2001: 100). Rumus koefisien determinasi (R2) yang
digunakan adalah sebagai berikut :
TSS
RSS = varian yang diterangkan persamaan regresi
TSS = varian total
0
Daerah terima H0 Daerah tolak H0
commit to user
3) Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen apakah mempunyai
pengaruh signifikan atau tidak. OLS (Oldinary Least Squares/ pangkat
kuadrat terkecil biasa) sebagai alat estimasi sangat ditentukan oleh
signifikansi parameter-parameter yang dalam hal ini adalah koefisien regresi
(b1) dilakukan dengan uji statistik t (Ghozali, 2006: 82). Uji t digunakan
untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya.
Langkah pengujiannya sebagai berikut:
a) Perumusan Hipotesis
HO:β=0; tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap
dependen.
H1:β ≠ 0; ada pengaruh antara variabel independen terhadap
dependen.
b) Taraf significant; a = 0,05 (taraf kepercayaan 95%)
Rumus Mencari ttabel: α/2 ; n-k-1 = 0,05/2; 57-6-1 = 0,025; 50
= 2,009
c) Kriteria pengujian
Daerah terima H0
Daerah tolak H0 Daerah tolak H0
commit to user
Ho diterima apabila: -2,009 < thitung < 2,009 atau probabilitas > 0,05
Ho ditolak apabila: thitung > 2,009 atau probabilitas < 0,05
d) Perhitungan nilai t dengan rumus sebagai berikut:
Sb b t =
b = koefisien regresi
commit to user BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Kecamatan Karanganyar
1. Letak Geografis
Kecamatan Karanganyar merupakan salah satu kecamatan dari 17
kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Jarak dari ibukota
kabupaten 1 km arah timur. Luas wilayah Kecamatan Karanganyar adalah
43,03 km2 dengan ketinggian rata-rata 320 m diatas permukaan laut. Batas
wilayah Kecamatan Karanganyar adalah sebagai berikut (Kec.
Karanganyar Dalam Angka, 2011) :
a. Bagian utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mojogedang.
b. Bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan Jumantono dan
Kabupaten Sukoharjo.
c. Bagian barat berbatasan dengan Kecamatan Tasikmadu dan
Kecamatan Jaten.
d. Bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Karangpandan dan
Kecamatan Matesih.
2. Penggunaan Lahan
Sebagian besar lahan yang terdapat di Kecamatan Karanganyar
merupakan lahan sawah. Lahan sawah sering digunakan untuk bercocok
tanam segala jenis tanaman yang produk yang dihasilkan menjadi
commit to user
(lombok, kacang panjang, melon), maupun tanaman perkebunan (tebu,
kopi, lada).
Tabel 4.1
Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Sumber: Kecamatan Karanganyar Dalam Angka, 2011
Lahan sawah di Kecamatan Karanganyar sangat bermanfaat untuk
ditanami bermacam-macam tanaman. Tanaman padi memiliki luas panen
sebesar 4.284 Ha, luas panen tanaman jagung sebesar 148 Ha, sedangkan
kacang tanah memiliki luas panen sebesar 382 Ha. Ubi kayu mempunyai
luas panen sebesar 227 Ha, dan tanaman tebu giling memiliki luas panen
sebesar 479 Ha (Kec. Karanganyar Dalam Angka, 2011)
3. Keadaan penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Karanganyar berdasrkan registrasi
tahun 2010 sebanyak 77.413 jiwa, dengan rincian laki-laki 38.412 jiwa dan
perempuan 39.001 jiwa. Dibandingkan tahun 2009, maka terdapat
pertambahan penduduk sebanyak 787 jiwa atau mengalami pertumbuhan
commit to user
9.387 jiwa(12,13%), kemudian Desa Tegalgede yaitu 8.656 jiwa (11,18%).
Desa Lalung 8.300 jiwa(10,72%). Sedangka Desa dengan jumlah
penduduk paling sedikit adalah Desa Bolong, yaitu 4.242 jiwa (5,48%),
dan Desa Jungke, yaitu 4.685 jiwa (6,05%) (Kec. Karanganyar Dalam
Angka, 2011)
Prosentase penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan
Karanganyar, dilihat dari jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang
hampir sama.
Tabel 4.2
Penduduk Menurut Desa dan Jenis Kelamin Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
Sumber: Kecamatan Karanganyar Dalam Angka, 2011
4. Keadaan Pertanian di Wilayah Kecamatan Karanganyar
Kecamatan Karanganyar memiliki lahan sawah seluas 1.758,11 Ha
dengan rincian (Kec. Karanganyar Dalam Angka, 2011) :
1) Lahan sawah irigasi teknis seluas 1.333,18 Ha
2) Lahan sawah irigasi setengah teknis seluas 280,50 Ha
3) Lahan sawah irigasi sederhana seluas 75,00 Ha
commit to user
Kecamatan Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah
pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman
perkebunan agro industri.
Tabel 4.3
Luas Panen dan Produksi Tanaman Perkebunan di Kecamatan Karanganyar Tahun 2010
No. Jenis Luas Panen
Sumber: Kecamatan Karanganyar Dalam Angka, 2011
Jenis tanah di Kecamatan Karanganyar sangat cocok untuk
pertanian terutama perkebunan tebu. Perkebunan tebu merupakan salah
satu sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok
hidup rakyat.
B. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin
Berdasarkan data responden yang telah dikumpulkan dari 57
petani tebu responden sebanyak 53 petani tebu berjenis kelamin
laki-laki dan sebanyak 4 petani tebu berjenis kelamin perempuan. Dari data
yang telah dikumpulkan diketahui bahwa laki-laki sangat mendominasi
commit to user Tabel 4.4
Jumlah Petani Tebu Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)
1
Berdasarkan data yang dikumpulkan, rata-rata responden petani
tebu berada pada usia 40– 50 tahun yakni sebanyak 68 % yaitu dengan 39
responden petani tebu. usia responden petani tebu yang termuda berumur
35 tahun dan yang tertua berumur 62 tahun.
Tabel 4.5
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Tingkat Usia
No. Tingkat Usia (tahun) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 40 4 7
2. 40 – 50 39 68
3. 51 – 60 13 23
4. > 60 1 2
Jumlah 57 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi tata cara responden bertani
tebu. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan semakin
mempengaruhi hasil produksi.
Tabel 4.6
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Tingkat Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Prosentase (%)
1. Tamat SD 17 30
2. Tamat SMP 21 37
3. Tamat SMA 10 17
4. Diploma/ Sarjana 9 16
Jumlah 57 100
commit to user
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa jumlah responden yang tingkat
pendidikannya tamat SD terdapat 17 responden, tingkat pendidikan tamat
SMP sebanyak 21 responden, tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 10
responden, sedangkan tingkat pendidikan tamat Diploma atau Sarjana
sebanyak 9 responden. Rata-rata tingkat tamat pendidikan petani tebu
responden hanya lulus SMP.
4. LamaUsaha
Lama usahatani merupakan lamanya petani dalam menggeluti
usahatani tebu. Semakin lama petani menggeluti usahatani tebu
diharapkan mempunyai pengalaman yang banyak dan mengetahui lebih
jauh dunia usahatani tebu sehingga dapat meningkatkan produksi tebu
serta menghindari kerugian.
Tabel 4.7
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Lama Usaha
No. Lama Usaha (tahun) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. <10 16 28
2. 10 – 20 31 54
3. 21 – 30 8 14
4. > 30 2 4
Jumlah 57 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa responden dengan lama usaha
rata-rata responden telah bertani tebu antara 10-20 tahun sebanyak 31
responden. Sebanyak 16 responden bertani tebu kurang dari 10 tahun, 8
responden bertani tebu antara 21- 30 tahun dan 2 responden bertani tebu
commit to user
5. Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga terdiri dari suami, istri, anak dan
orang yang hidup dalam satu atap responden. Tabel 4.8 ini menjelaskan
jumlah tanggungan keluarga petani tebu.
Tabel 4.8
Sumber: Data primer diolah, 2012
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki
jumlah tanggungan keluarga 2 orang adalah yang paling sedikit yaitu
sebanyak 1 responden, jumlah tanggungan keluarga 3 orang 4 sebanyak
responden, jumlah tanggungan keluarga 4 orang sebanyak 22 responden.
Responden terbanyak adalah jumlah tanggungan keluarga 5 orang dengan
47 responden, dan jumlah tanggungan keluarga 6 orang dengan 3
responden.
6. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan keikutsertaan petani tebu dalam sistem
pendidikan non formal dalam meningkatkan SDM yang berkualitas, ini
bertujuan agar petani tebu dapat menghasilkan produksi tebu yang
commit to user
Sumber: Data primer diolah, 2012
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa jumlah responden petani tebu
semuanya telah mengikuti penyuluhan, dari 57 responden semuanya telah
mengikuti penyuluhan.
7. Hasil Produksi
Hasil produksi merupakan produksi tebu yang dihasilkan dalam
masa satu kali panen. Berdasarkan data yang dikumpulkan, produksi
paling sedikit dihasilkan oleh 4 petani yang memproduksi tebu kurang
dari 500 kw. sedangkan produksi terbanyak sebesar 12000 kw atau 120
ton tebu.
Tabel 4.10
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Hasil Produksi
No. Hasil Produksi (kw) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 500 4 7
Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa rata-rata petani tebu memproduksi
antara 500 – 1000 kw tebu dalam sekali musim tanam yaitu dengan 18
commit to user 8. Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan sangat berpengaruh terhadap besarnya hasil
produksi tebu. Luas lahan petani tebu responden sebagian besar adalah
lahan sewa. Untuk meningkatkan jumlah produksi tebu, petani menambah
lahan mereka dengan cara menyewa lahan.
Tabel 4.11
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Luas Lahan Garapan
No. Luas Lahan (ha) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 1 4 7
2. 1 – 2 24 42
3. 3 – 5 16 28
4. > 5 13 23
Jumlah 57 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada tabel 4.11 menjelaskan bahwa sebanyak 4 responden
yang digunakan berpengaruh terhadap hasil produksi tebu. Jenis pupuk
commit to user
Tabel 4.12
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Jumlah Pupuk
No. Jumlah Pupuk (kw) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 10 6 10
Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada tabel 4.13 menjelaskan bahwa rata-rata petani tebu
menggunakan pupuk antara 21 – 50 kw. Penggunaan pupuk terendah
sebanyak 4 kw, sedangkan penggunaan jumlah pupuk terbanyak
mencapai 240 kw. Perbedaan jumlah pupuk yang digunakan antar petani
tebu disebabkan luas lahan dan keadaan tanah yang berbeda.
10.Jumlah Pestisida
Pestisida merupakan indikator dalam mengurangi atau
menghilangkan hama. Jumlah pestisida dalam penelitian ini diukur dalam
satuan liter (L). Jenis pestisida yang digunakan pada tanaman tebu
diantaranya AMITOR, ABULISI, BVR, GLIO dan GESAPAK.
Tabel 4.13
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Jumlah Pestisida
No. Jumlah pestisida (L) Jumlah Responden Prosentase (%)
1. < 5 21 37
2. 5 – 10 17 30
3. 11 – 20 16 28
5. > 20 3 5
Jumlah 57 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada tabel 4.14 menjelaskan bahwa rata-rata responden
commit to user
pestisida paling sedikit digunakan petani tebu hanya sebanyak 1 L dan
terbanyak mencapai 40 L.
11.Jumlah Keprasan
Jumlah keprasan dalam penelitian ini adalah banyaknya keprasan
tebu yang dilakukan petani setelah pertama kali penanaman tebu. Dalam
penelitian ini petani tebu dengan jumlah keprasan I merupakan keprasan
pertama kali, jumlah keprasan II merupakan keprasan kedua, jumlah
keprasan III merupakan keprasan ketiga, sedangkan keprasan ke IV
merupakan keprasan keempat.
Tabel 4.14
Jumlah Responden Petani Tebu Menurut Jumlah Keprasan
No. Jumlah Keprasan Jumlah Responden Prosentase (%)
1. I 14 24
2. II 23 40
3. III 10 18
5. IV 10 18
Jumlah 57 100
Sumber: Data primer diolah, 2012
Pada tabel 4.15 menjelaskan bahwa rata-rata responden petani tebu
dengan jumlah keprasan II merupakan jumlah responden paling banyak
dengan 40 responden, untuk jumlah keprasan III & IV merupakan paling
sedikit dengan 18 responden, sedangkan jumlah keprasan I sebanyak 24