• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Validasi Metode

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi masalah dalam analisis. Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantitasi, spesifikasi, linieritas dan rentang, kekasaran (Ruggedness) dan ketahanan (Robustness) (Harmita, 2004).

Akurasi/kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan

sebagai persen perolehan kembali (% recovery). Presisi/keseksamaan adalah ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel yang sama. Presisi dinyatakan dengan Simpangan Baku Relatif (Relative Standar Deviation, RSD) (Harmita, 2004).

Selektivitas/spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linieritas yang dapat diterima (Harmita, 2004).

Batas deteksi (Limit of Detection, LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. LOD dan LOQ dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi (Harmita, 2004).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui perbedaan kadar kapsul gemfibrozil dengan nama dagang dan nama generik yang beredar dipasaran secara Spektrofotometri Ultraviolet (UV).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara dari bulan Mei sampai Juni 2016.

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu 1800), Personal Computer (PC) yang dilengkapi software UV Probe 2.43 (UV-1800 Shimadzu), neraca analitik (Mettler Toledo) dan alat-alat gelas.

3.3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, metanol, gemfibrozil (Chemo), kapsul gemfibrozil (PT. Indofarma), kapsul hypofil (PT. Sanbe), kaplet lapibroz (PT. Lapi) dan kapsul lipira 300 (PT.

Combiphar).

3.4 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel secara purposif yaitu tanpa membandingkan antara satu tempat dengan tempat lain, karena tempat pengambilan sampel dianggap homogen (Sudjana, 2001).

Dari survey yang dilakukan, terdapat satu nama generik dan tiga nama dagang kapsul gemfibrozil. Karena hanya terdapat empat sampel yang beredar dipasaran, maka semuanya diteliti. Sampel diambil secara acak di tiga lokasi yaitu, Apotek Kimia Farma Tasbi, Apotek Iskandar Muda, dan Apotek Penang Island.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pembuatan Pelarut Metanol-Air (90:10)

Akuades sebanyak 100 ml dicampurkan dengan metanol sampai 1000 ml.

3.5.2 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Larutan Gemfibrozil dalam Pelarut Metanol-Air (90:10)

3.5.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I Gemfibrozil

Ditimbang saksama sejumlah 50 mg serbuk gemfibrozil, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan pelarut lalu dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut dan dikocok sampai homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 µg/ml. Larutan ini disebut Larutan Induk Baku I.

3.5.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II Gemfibrozil

Dipipet 5 ml Larutan Induk Baku I kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut dan dikocok

sampai homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 µg/ml yang merupakan Larutan Induk Baku II.

3.5.2.3 Pembuatan Kurva Serapan Maksimum Gemfibrozil

Dari Larutan Induk Baku II dipipet sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Konsentrasi gemfibrozil adalah 50 µg/ml. Lalu diukur serapannya dengan Spektrofotometer Ultraviolet pada panjang gelombang 200–400 nm.

3.5.2.4 Pembuatan dan Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Gemfibrozil dalam Pelarut Metanol-Air (90:10)

Dari Larutan Induk Baku II dibuat larutan gemfibrozil dengan berbagai konsentrasi yaitu : 30, 40, 50, 60 dan 70 µg/ml dengan memipet Larutan Induk Baku II masing – masing : 3, 4, 5, 6 dan 7 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml kemudian dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan Spektrofotometer Ultraviolet pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dengan menggunakan pelarut metanol-air (90:10).

3.5.2.5 Penentuan Kadar Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul

Ditimbang gemfibrozil sebanyak 20 kapsul, dicatat beratnya, isi gemfibrozil dalam kapsul dikeluarkan kemudian digerus homogen, cangkang kapsul ditimbang. Serbuk gemfibrozil ditimbang setara dengan 25 mg sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dilarutkan dengan pelarut, dikocok hingga larut, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, konsentrasi gemfibrozil adalah 500 µg/ml.

Disaring dan lebih kurang 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan pelarut sampai tanda, konsentrasi gemfibrozil adalah 50 µg/ml. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang 275,60 nm dengan menggunakan pelarut metanol-air (90:10) sebagai blanko.

3.5.3 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi, dan Batas Kuantitasi

3.5.3.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali ( % recovery )

Menurut Harmita (2004), uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku (Standard Addition Method) yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%, dihitung dari jumlah gemfibrozil yang terdapat pada etiket, dimana masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Setiap rentang spesifik mengandung 70%

analit dan 30% baku pembanding, kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel.

Menurut Harmita (2004), persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

% recovery = C

B

A x 100%

Keterangan :

A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku (µg/ml) B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku (µg/ml)

C = konsentrasi baku yang ditambahkan (µg/ml)

3.5.3.1.1 Pembuatan dan Penentuan Rentang Spesifik 80%, 100% dan 120%

3.5.3.1.1.1 Sebelum Penambahan Baku

Ditimbang analit sampel yang mengandung 70% gemfibrozil dengan rentang spesifik 80%, 100% dan 120% masing-masing setara dengan 168 mg, 210 mg, dan 252 mg. Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan pelarut, dikocok hingga larut, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Konsentrasi masing-masing larutan adalah 1680 µg/ml, 2100 µg/ml, dan 2520 µg/ml.

Disaring dan lebih kurang 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan dipipet 1,5 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, konsentrasi larutan adalah 25,2 µg/ml, 31,5 µg/ml, dan 37,8 µg/ml. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang 275,60 nm.

3.5.3.1.1.2 Setelah Penambahan Baku

Ditimbang analit sampel yang mengandung 70% gemfibrozil dengan rentang spesifik 80%, 100% dan 120% masing-masing setara dengan 168 mg, 210 mg, dan 252 mg. Dan ditimbang 30% baku gemfibrozil pada setiap rentang spesifik yaitu 72 mg, 90 mg, dan 108 mg. Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan pelarut, dikocok hingga larut, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Konsentrasi masing-masing larutan adalah 2400 µg/ml, 3000 µg/ml, dan 3600 µg/ml.

Disaring dan lebih kurang 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan dipipet 1,5 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, konsentrasi

larutan adalah 36 µg/ml, 45 µg/ml, dan 54 µg/ml. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang 275,60 nm.

3.5.3.2 Uji Presisi

Menurut Harmita (2004), uji presisi (keseksamaan) ditentukan dengan parameter RSD (Relative Standard Deviation) dengan rumus :

% SD = standar deviasi serangkaian data

X = kadar rata-rata gemfibrozil dalam sampel Sementara itu, nilai SD dihitung dengan :

SD =

 

X = nilai dari masing-masing pengukuran X = rata-rata (mean) dari pengukuran n = banyaknya data

n-1 = derajat kebebasan

3.5.3.3 Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation)

Menurut Harmita (2004), batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sy/x =

 

Slope = derajat kemiringan

LOD = batas deteksi (Limit of Detection) LOQ = batas kuantitasi (Limit of Quantitation) 3.5.3.4 Analisis Data secara Statistik

Data perhitungan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t.

Menurut Harmita (2004), rumus yang digunakan untuk menghitung Standar Deviasi (SD) adalah: X = kadar rata-rata dalam satu sampel n = jumlah perlakuan

Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:

t hitung

Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel. Untuk mencari kadar sebenarnya, dapat digunakan rumus:

µ =

X ± t (1/2 α, dk) x n SD

Keterangan:

µ = kadar sebenarnya X = kadar sampel n = jumlah perlakuan

t = suatu harga tergantung pada derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan dk = derajat kebebasan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Gemfibrozil

Sebelum dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode spektrofotometri terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum, meskipun panjang gelombang tersebut sudah diketahui dalam literatur. Hal ini dikarenakan panjang gelombang suatu senyawa dapat berbeda bila ditentukan pada kondisi dan alat yang berbeda. Penentuan panjang gelombang ini dilakukan pada konsentrasi yang memberikan serapan dengan kesalahan fotometrik terkecil, yaitu ± 0,4343. Namun, karena tidak adanya nilai absorptivitas spesifik (A11) dari gemfibrozil maka untuk mendapatkan konsentrasi yang memberikan kesalahan fotometrik terkecil dilakukan orientasi sehingga diperoleh kurva serapan dan data absorbansi seperti terlihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 dibawah ini:

Gambar 4.1 Kurva serapan baku Gemfibrozil dalam pelarut metanol-air (90:10) (Konsentrasi 50 µg/ml)

Tabel 4.1 Data absorbansi dari kurva serapan maksimum No. Panjang Gelombang Absorbansi

1 281,30 0,41144

2 275,60 0,44043

Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kurva serapan baku gemfibrozil (konsentrasi 50 µg/mg) dalam pelarut metanol-air (90:10) menghasilkan 2 puncak dengan panjang gelombang pertama yaitu 281,30 nm (A = 0,41144) dan panjang gelombang yang kedua yaitu 275,60 nm (A = 0,44043) (dapat dilihat pada tabel 4.1). Dari kedua puncak kurva tersebut, yang memberikan absorbansi terbesar yaitu pada panjang gelombang 275,60 nm, sedangkan pada panjang gelombang 281,30 nm memberikan absorbansi yang lebih kecil. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penetapan kadar gemfibrozil dilakukan pada panjang gelombang 275,60 nm karena memberikan kesalahan fotometrik yang mendekati 0,4343. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang tercantum di dalam Farmakope Indonesia edisi V dimana panjang gelombang maksimum gemfibrozil adalah 276 nm yang penetapan kadarnya dilakukan secara KCKT. Adanya perbedaan panjang gelombang ini masih dalam batas-batas yang diterima menurut Farmakope Indonesia edisi V. Selanjutnya untuk penetapan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul yang beredar dipasaran dilakukan pada panjang gelombang maksimum baku gemfibrozil yang sudah diperoleh yaitu pada panjang gelombang 275,60 nm.

Berdasarkan dari literatur gemfibrozil dapat larut dalam metanol. Oleh karena sifat metanol yang mudah menguap tentu mempengaruhi hasil analisis.

Maka untuk mengatasi ini digunakan campuran metanol:air (90:10) sesuai dengan rujukan dalam Ingle, dkk., (2015) sehingga penguapan metanol dapat dihambat.

Selain itu metanol merupakan pelarut yang dapat memberikan efek berbahaya bagi kesehatan. Jika menghirup udara yang mengandung kadar metanol tinggi dapat menyebabkan iritasi saluran napas, batuk, pusing, sakit kepala, mual, lemah, gangguan penglihatan, kehilangan kesadaran, gangguan saluran cerna dan bahkan kematian (Anonim, 2015).

4.2 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Gemfibrozil

Penentuan linieritas kurva kalibrasi baku gemfibrozil dalam pelarut metanol-air (90:10) dengan konsentrasi 30; 40; 50; 60; 70 µg/ml pada panjang gelombang maksimum 275,60 nm dengan menggunakan pelarut metanol-air (90:10) sebagai blanko dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini :

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi baku gemfibrozil dalam pelarut metanol-air (90:10) pada panjang gelombang 275,60 nm

Pembuatan kurva kalibrasi baku gemfibrozil dilakukan pada 5 konsentrasi yang menghasilkan absorbansi pada rentang 0,2–0,6 µg/ml. Dari hasil pengolahan

data tersebut diperoleh hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dengan koefisien korelasi (r) = 0,99997 dan persamaaan garis regresi Y = 0,00882 X + 0,00095. Nilai koefisien korelasi ini memenuhi kriteria penerimaan untuk korelasi yaitu r ≥ 0,995 (Moffat, dkk., 2004) (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 40).

4.3 Penentuan Kadar Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul

Hasil penentuan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 Kadar rata-rata gemfibrozil dalam sediaan kapsul

No. Nama Sediaan Kadar Rata-Rata

(%)

Kadar Sebenarnya (%)

1 Gemfibrozil (PT. Indofarma) 99,00 99,00 ± 0,184

2 Hypofil® (PT. Sanbe) 99,05 99,05 ± 0,282

3 Lipira 300® (PT. Combiphar) 101,77 101,77 ± 0,729

4 Lapibroz® (PT. Lapi) 101,32 101,32 ± 0,682

Dari data diatas menunjukkan bahwa kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul dengan nama dagang dan nama generik yang ditentukan memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 41).

4.4 Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet

Uji validasi dilakukan dengan metode penambahan bahan baku (standard addition method) terhadap sampel kapsul gemfibrozil generik (PT. Indofarma),

yang meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali (%recovery), uji presisi dengan parameter Relative Standard Deviation (RSD), batas deteksi (Limit of Detection) dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation).

Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan membuat 3 konsentrasi sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, dan 120%

dihitung dari kadar gemfibrozil yang terdapat pada etiket, dimana masing-masing dengan 3 kali replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% sampel dan 30% baku pembanding (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 52).

Tabel 4.4 Data hasil uji validasi gemfibrozil dengan metode penambahan baku standar (Standard Addition Method)

No. Rentang

Rata-rata ( % recovery) Standard Deviation (SD)

Relative Standard Deviation (RSD) (%) Limit of Detection (LOD) (µg/ml) Limit of Quantitation (LOQ) (µg/ml) Koefisien Korelasi (r) Berdasarkan tabel diatas diperoleh kadar rata-rata persen perolehan kembali (%recovery) yaitu 99,99% dengan Standard Deviation (SD) sebesar 1,1450. Hasil

persen perolehan kembali ini memenuhi persyaratan uji akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali yang diizinkan adalah 98,0 – 102,0% (Harmita, 2004). Sedangkan hasil uji presisi dengan parameter Relative Standard Deviation (RSD) diperoleh 1,1451%. Hasil Relative Standard Deviation (RSD) ini memenuhi persyaratan presisi, dimana nilai RSD yang diizinkan ≤ 2% (Harmita, 2004). Ini berarti metode Spektrofotometri Ultraviolet memberikan ketepatan dan ketelitian yang baik. Dengan memberikan batas deteksi (Limit of Detection) yaitu 1,057 µg/ml dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation) yaitu 3,524 µg/ml (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 57).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Spektrofotometri Ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar gemfibrozil dengan pelarut metanol-air (90:10), dan memenuhi persyaratan uji validasi metode dengan parameter akurasi (% recovery) yaitu 99,99%, presisi yaitu 1,1451%, batas deteksi (Limit of Detection) sebesar 1,057 µg/ml, dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation) yaitu sebesar 3,524 µg/ml, dan koefisien korelasi (r) yaitu 0,99997.

Hasil penetapan kadar gemfibrozil dari empat sampel dalam sediaan kapsul yang ditentukan memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi V.

5.2 Saran

Disarankan kepada instansi terkait yaitu seperti BPOM dan industri farmasi untuk menggunakan metode ini sebagai metode alternatif untuk penentuan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul.

Selain itu disarankan kepada instansi rumah sakit, tenaga medis dan masyarakat untuk tidak ragu menggunakan obat generik karena mutu obat generik sama dengan mutu obat nama dagang ditinjau dari kadar zat berkhasiatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2015). http://ik.pom.go.id/v2015/katalog/METANOL.pdf. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016, pukul 22.15 WIB.

British Pharmacopoeia. (2009). British Pharmacopoeia. Volume III. London:

Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA).

Halaman 2619.

Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1061.

Ditjen BKAK RI. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1029.

Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IV.

Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal. 31-33.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-119.

Harvey, R. A., dan Champe, P. C. (2001). Lippincottt’s Illustrated Reviews:

Pharmacology. Penerjemah: Ramadhani, D., et al. (2013). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Halaman 301.

Ingle, S. U., Patil, P. P., Barhate, S. D., dan Umarkar A. R. (2015). Stability Indicating RP – HPLC Method for Determination of Gemfibrozil in Pharmaceutical Formulation. World Journal of Pharmaceutical Research.

4(4): 1625-1635.

Katzung, B. G. (2001). Basic & Clinical Pharmacology. Penerjemah: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. (2002).

Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi I. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Halaman 437.

Khopkar, S. M. (1985). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah:

Saptorahardjo, A. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:

Universitas Indonesia. Halaman 215-217.

Moffat, A. C., Oseselton, M. D., dan Widdop, B. (2004). Clarke’s Analysis Of Drug and Poisons. Edisi III. London: Pharmaceutical Press. Electric Version.

Munson, J. W. (1984). Pharmaceutical Analysis Modern Methods. Penerjemah:

Harjana. (1991). Analisis Farmasi Metode Modern. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 334.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Spektroskopi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 39-40.

Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D. H., dan Kartasasmita, R. E. (2004). Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi I. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 90 dan 94.

Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 168.

Syamsuni, H. A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Halaman 14, 54-56.

Tan, H. T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elek Media Komputindo. Halaman 575.

Widjajanti, V. N. (2002). Obat-obatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 28.

Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Yogyakarta: D-Medika.

Halaman 14-15.

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sampel 1. Nama : Gemfibrozil

Komposisi : Gemfibrozil 300 mg No. Reg : GKL 9620920001A1 No. Batch : 1405029

Expire date : 06 2018

Industri : PT. Indofarma, Bekasi - Indonesia

2. Nama : Hypofil®

Komposisi : Gemfibrozil 300 mg No. Reg : DKL 9222213201A1 No. Batch : PD2957

Expire date : 04 2018

Industri : PT. Sanbe Farma, Bandung - Indonesia 3. Nama : Lipira 300®

Komposisi : Gemfibrozil 300 mg No. Reg : DKL 9004111101A1 No. Batch : A01086

Expire date : 01 2020

Industri : PT. Combiphar

4. Nama : Lapibroz®

Komposisi : Gemfibrozil 600 mg No. Reg : DKL 9413304709A1 No. Batch : 38016

Expire date : 01 2020

Industri : PT. Lapi Laboratories, Cikande – Indonesia

Lampiran 2. Gambar Alat yang Digunakan

Gambar 1. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800)

Gambar 2. Neraca analitik (Mettler Toledo)

Lampiran 3. Bagan Alir Prosedur Penelitian

1. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum Gemfibrozil

Ditimbang sebanyak 50 mg

Dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml

Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Dipipet 5 ml

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Dipipet 5 ml

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm

Baku Gemfibrozil

LIB I Gemfibrozil (C = 1000 µg/ml)

LIB II Gemfibrozil (C = 100 µg/ml)

Gemfibrozil (C = 50 µg/ml)

Panjang Gelombang Gemfibrozil (λ = 275,60 nm)

2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Gemfibrozil

Dipipet sebanyak 3 ml, 4 ml, 5ml, 6 ml, dan 7 ml Dimasukkan masing-masing kedalam labu tentukur 10 ml

Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Diukur serapannya pada λ = 275,60 nm

LIB II Gemfibrozil (C = 100 µg/ml)

Larutan Baku Gemfibrozil (C = 30, 40, 50, 60, dan 70 µg/ml)

Hasil

3. Penetapan Kadar Gemfibrozil

Ditimbang dan diserbukkan Ditimbang setara 25 mg

Dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml Dilarutkan dengan pelarut, dikocok

Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Disaring

Dipipet 1 ml

Dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml

Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, dikocok homogen

Diukur serapannya pada λ=275,60 nm

Kapsul Gemfibrozil (20 kapsul)

Larutan Sampel (C = 500 µg/ml)

Residu Filtrat

Larutan Sampel (C = 50 µg/ml)

Hasil

4. Validasi (Sebelum Penambahan Baku)

Ditimbang masing-masing rentang spesifik 80%, 100%, dan 120% setara dengan 168 mg, 210 mg, dan 252 mg.

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml Dilarutkan dengan pelarut, dikocok hingga larut Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Disaring

Dipipet 1,5 ml

Dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, dikocok homogen

Diukur serapannya pada λ=275,60 nm Sampel Gemfibrozil

Larutan Sampel

Residu Filtrat

Hasil Larutan Sampel

5. Validasi (Setelah Penambahan Baku)

Ditimbang sampel masing-masing rentang spesifik 80%, 100% dan 120% setara dengan 168 mg, 210 mg, dan 252 mg. Dan ditimbang baku gemfibrozil pada setiap rentang spesifik yaitu 72 mg, 90 mg, dan 108 mg.

Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml Dilarutkan dengan pelarut, dikocok

Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda

Disaring

Dipipet 1,5 ml

Dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, dikocok homogen

Diukur serapannya pada λ=275,60 nm Sampel + Baku Gemfibrozil

Larutan Sampel + Baku

Residu Filtrat

Hasil

Larutan Sampel + Baku

Lampiran 4. Perhitungan Persamaan Regresi Gemfibrozil

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Penetapan Kadar Gemfibrozil dalam Sampel (Kapsul Gemfibrozil PT. Indofarma)

Berat 20 kapsul = 9182 mg

Berat 20 cangkang = 1896 mg

Berat isi 20 kapsul = 9182 mg – 1896 mg

= 7286 mg Bobot rata-rata 1 kapsul = 364,3 mg Kandungan gemfibrozil pada etiket = 300 mg

Ditimbang saksama serbuk setara dengan 25 mg gemfibrozil, maka berat sampel yang ditimbang adalah :

mg ditambahkan pelarut dikocok hingga larut dan diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda. Kemudian filtrat larutan uji dipipet 1 ml, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda.

Serapan yang diperoleh adalah 0,44209.

Konsentrasi perolehan :

Konsentrasi gemfibrozil dalam larutan yang diencerkan 10 kali yaitu 50,01587 µg/ml  10 = 500,1587 µg/ml

Bobot awal gemfibrozil dalam labu 50 ml yaitu

500,1587 µg/ml x 50 ml = 25007,9365 µg = 25,0079 mg

Lampiran 5. (Lanjutan)

Kadar perolehan per kapsul = x 364,3mg 300,0955 mg mg

30,3583 mg

25,0079 

% Kadar = x 99,1 % 99,13 % mg

300

mg

300,0955 

Lampiran 6. Data Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul

No Nama Sediaan Serapan Kadar Perolehan / Kapsul (mg)

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Kadar Gemfibrozil pada Kapsul Gemfibrozil

Lampiran 7. (Lanjutan)

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara µ = (X ± t (1/2 α, dk) × 𝑆𝐷

√n) % µ = (99,00 ± 4,0321 ×

6 0,11232

)%

µ = (99,00 ± 0,184) %

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Kadar Gemfibrozil pada Kapsul Hypofil®

Lampiran 8. (Lanjutan)

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara µ = (X ± t (1/2 α, dk) × 𝑆𝐷

√n)%

µ = (99,05 ± 4,0321 × 6 0,17175

)%

µ = (99,05 ± 0,282) %

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Kadar Gemfibrozil pada Kapsul Lipira 300®

Lampiran 9. (Lanjutan)

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara µ = (X ± (t 1/2 α, dk) × 𝑆𝐷

√n)%

µ = (101,77 ± 4,0321 × 6 0,44341

)%

µ = (101,77 ± 0,729)%

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Kadar Gemfibrozil pada Kaplet Lapibroz®

Lampiran 10. (Lanjutan)

Semua data diterima, maka kadar sebenarnya terletak antara µ = (X ± t (1/2 α, dk) × 𝑆𝐷

√n)%

µ = (101,32 ± 4,0321 × 6 0,41475

)%

µ = (101,32 ± 2,054)%

Lampiran 11. Perhitungan Persen Perolehan Kembali (% recovery)

Sampel yang digunakan adalah kapsul Gemfibrozil Generik (PT. Indofarma)

Berat 20 kapsul = 9182 mg

Berat 20 cangkang = 1896 mg

Berat isi 20 kapsul =9182 mg – 1896 mg

= 7286 mg Kandungan gemfibrozil pada etiket = 300 mg Rentang Spesifik 80%

Sampel yang ditimbang = 7286mg

mg

Sampel yang ditimbang = 7286mg

mg

Gemfibrozil = 300 mg 100

120  = 360 mg

Lampiran 11. (Lanjutan) Analit 70% = 360mg

100

70  = 252 mg

Sampel yang ditimbang = 7286mg

mg

Persen Perolehan Kembali pada Rentang Spesifik 80% Sebelum Penambahan Baku

Konsentrasi gemfibrozil dalam larutan yang diencerkan 67 kali, yaitu 24,53854 µg/ml x 67 = 1644,08276 µg/ml

Bobot awal gemfibrozil dalam labu 100 ml yaitu

1644,08276 µg/ml x 100 ml = 164408,276 µg = 164,40 mg

Persen Perolehan Kembali pada Rentang Spesifik 80% Setelah Penambahan Baku

Lampiran 11. (Lanjutan)

Konsentrasi gemfibrozil dalam larutan yang diencerkan 67 kali, yaitu 35,19387 µg/ml x 67 = 2357,9897 µg/ml

Bobot awal gemfibrozil dalam labu 100 ml yaitu

2357,9897 µg/ml x 100 ml = 235798,97 µg = 235,79 mg

Persen Perolehan Kembali pada Rentang Spesifik 100% Sebelum

Persen Perolehan Kembali pada Rentang Spesifik 100% Sebelum

Dokumen terkait