VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR
GEMFIBROZIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET SKRIPSI
OLEH:
IRMAWATI NIM 141524053
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2016
VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR
GEMFIBROZIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET SKRIPSI
OLEH:
IRMAWATI NIM 141524053
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2016
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN SKRIPSI
VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR
GEMFIBROZIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA SPEKTROFOTOMETRI
ULTRAVIOLET
OLEH:
IRMAWATI NIM 141524053
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal : 1 Desember 2016 Disetujui Oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. rer. nat. E. De Lux Putra, S.U., Apt. Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP 195306191983031001 NIP 195006221980021001
Prof. Dr. rer. nat. E. De Lux Putra, S.U., Apt.
Pembimbing II, NIP 195306191983031001
Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. Dra. Sudarmi, M.Si., Apt.
NIP 195201041980031002 NIP 195406101983032001
Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt.
NIP 195201041980031002 Medan, Desember 2016
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195707231986012001
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menjalani masa perkuliahan dan penelitian hingga akhirnya menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Validasi Metode dan Penetapan Kadar Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul dengan Nama Dagang dan Generik secara Spektrofotometri Ultraviolet”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan, kepada Bapak Prof.
Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung, juga kepada Bapak Prof. Dr.
Muchlisyam, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini, serta kepada Bapak Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing selama masa perkuliahan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staff di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada yang terkasih, Ayahanda Sudirman, SE,. Ibunda Khadijah, serta adik-adik tersayang Shinta Nanda Putri, Dian Maulana dan Diky Hermawan serta seluruh keluarga yang telah memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak ternilai dengan apapun, motivasi, dorongan baik moril maupun materil, beserta doa yang tulus dan tak pernah henti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Dian, Yaya, Syilvi, Fia, Uci, Limpol, Dwi, Ola dan Dini serta teman- teman seangkatan Farmasi Ekstensi 2014 yang telah banyak memberikan saran, dukungan, dan doa selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2016 Penulis,
Irmawati
NIM 141524053
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Irmawati
Nomor Induk Mahasiswa : 141524053
Program Studi : S1- Ekstensi Farmasi
Judul Skripsi : Validasi Metode dan Penetapan Kadar Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul dengan Nama Dagang dan Generik secara Spektrofotometri Ultraviolet
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia mendapat sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, Desember 2016 Yang membuat pernyataan
Irmawati
NIM 141524053
VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR GEMFIBROZIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK
SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET ABSTRAK
Gemfibrozil merupakan suatu derivat fibric acid yang menurunkan kadar triasilgliserol serum. Pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang wajib dilaksanakan untuk menjamin kualitas obat, sehingga dapat tercapainya efek terapeutik yang diharapkan. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014, penetapan kadar gemfibrozil kapsul dilakukan secara KCKT. Metode ini membutuhkan biaya operasional yang mahal dan waktu analisis yang relatif lama.
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari metode alternatif yang lebih sederhana dan murah, selanjutnya metode ini divalidasi serta mengaplikasikannya pada penetapan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul.
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu secara Spektrofotometri Ultraviolet menggunakan pelarut metanol-air (90:10) berdasarkan rujukan dalam Ingle dkk (2015) pada panjang gelombang 275,60 nm. Keuntungan dari metode ini adalah pengerjaannya yang relatif lebih mudah, sederhana dan biayanya murah. Sampel yang ditentukan terdiri dari tiga sediaan kapsul nama dagang dan satu nama generik. Parameter validasi yang ditentukan yaitu akurasi, presisi, batas deteksi (Limit of Detection) dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation).
Hasil uji validasi metode diperoleh persen perolehan kembali (% recovery) sebesar yaitu 99,99%, presisi sebesar 1,145%. Ini menunjukkan bahwa metode memberikan ketepatan dan ketelitian yang memenuhi syarat dengan batas deteksi (Limit of Detection) sebesar 1,057 µg/ml dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation) sebesar 3,524 µg/ml. Dari hasil penentuan kadar untuk kapsul generik Gemfibrozil (PT. Indofarma) sebesar 99,00 ± 0,184 dan kapsul dengan nama dagang Hypofil® (PT. Sanbe) sebesar 99,05 ± 0,282, Lipira 300® (PT.
Combiphar) sebesar 101,77 ± 0,729, dan Lapibroz® (PT. Lapi) sebesar 101,32 ± 0,682.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari keempat sampel yang ditentukan seluruhnya memenuhi persyaratan kadar yang tertera pada Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Kata kunci: Gemfibrozil, Kapsul, Spektrofotometri UV, Generik dan nama dagang, Validasi
METHOD VALIDATION AND DETERMINATION OF GEMFIBROZIL IN A CAPSULE WITH A GENERIC NAME AND TRADE NAME USING
ULTRAVIOLET SPECTROPHOTOMETRY ABSTRACT
Gemfibrozil is a fibric acid derivate that lowers serum triacylglycerol levels. Determination of drugs is the criteria that must done to prove the quality of the drugs, so the drugs can fulfill the therapeutic effect. According to the Indonesian Pharmacopoeia Edition V (2014), gemfibrozil capsule assay is performed by HPLC. This method requires a high operational costs and long analysis times. The purpose of this study is to find an alternative method that is simpler and cheaper, then the method is validated and applies this tho the assay of gemfibrozil the capsule.
The method used in this research is by ultraviolet spectrophotometry using a methanol-water (90:10) by reference in Ingle et al (2015) at a wavelength of 275.60 nm. The advantage of this method is that the process is relatively easy , simple and low fees. Determined sample consisted of three capsule tradenames and one generic names. Validation parameter which is specified are accuracy, precision, limit of detection (LOD) and the limit of quantitation (LOQ).
The results of the method validation obtained percent recovery (%
recovery) of which 99.99%, precision of 1.145%. This shows that the method provides accuracy and precision are qualified by the limit of detection (LOD) of 1.057 µg/ml and the limit of quantitation (LOQ) of 3.524 µg/ml. From the assay results for the capsule generic Gemfibrozil (PT. Indofarma) amounted to 99.00 ± 0.184 and capsules under the trade name Hypofil® (PT. Sanbe) amounted to 99.05 ± 0.282, Lipira 300® (PT. Combiphar) of 101.77 ± 0.729, and Lapibroz®
(PT. Lapi) of 101.32 ± 0.682.
Based on the results of this study concluded that of the four samples were determined entirely meet the requirements listed on the levels of the Indonesian Pharmacopoeia 2014 Edition V is not less than 90.0 % and not more than 110.0 % of the amount listed on the label .
Keywords: Gemfibrozil, Capsule, Spectrophotometry UV, Generic and trade name, Validation
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis Penelitian ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Gemfibrozil ... 5
2.1.1 Uraian Umum ... 5
2.1.2 Farmakodinamika ... 5
2.1.3 Farmakokinetika ... 6
2.1.4 Efek Samping ... 6
2.1.5 Dosis ... 6
2.2 Pengertian Obat ... 6
2.3 Kapsul ... 8
2.3.1 Macam-macam Kapsul ... 8
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Kapsul.. ... 8
2.4 Spektrofotometri Ultraviolet ... 9
2.4.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet ... 9
2.4.2 Komponen Spektrofotometri Ultraviolet ... 11
2.4.3 Hukum Lambert-Beer ... 12
2.4.4 Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet ... 13
2.5 Validasi Metode ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
3.1 Jenis Penelitian ... 16
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
3.3 Alat dan Bahan ... 16
3.3.1 Alat-alat ... 16
3.3.2 Bahan-bahan ... 16
3.4 Pengambilan Sampel ... 17
3.5 Prosedur Penelitian ... 17
3.5.1 Pembuatan Pelarut Metanol-Air (90:10) ... 17
3.5.2 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Larutan Gemfibrozil dalam Pelarut Metanol-Air (90:10) ... 17
3.5.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I
Gemfibrozil ... 17
3.5.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II Gemfibrozil ... 17
3.5.2.3 Pembuatan Kurva Serapan Maksimum Gemfibrozil ... 18
3.5.2.4 Pembuatan dan Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Gemfibrozil dalam Pelarut Metanol-Air (90:10) ... 18
3.5.2.5 Penentuan Kadar Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul ... 18
3.5.3 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi, dan Batas Kuantitasi ... 19
3.5.3.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali (% recovery) ... 19
3.5.3.1.1 Pembuatan dan Penentuan Rentang Spesifik 80%, 100% dan 120% ... 20
3.5.3.1.1.1 Sebelum Penambahan Baku ... 20
3.5.3.1.1.2 Setelah Penambahan Baku ... 20
3.5.3.2 Uji Presisi ... 21
3.5.3.3 Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation) ... 21
3.5.3.4 Analisis Data secara Statistik ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Gemfibrozil ... 24
4.2 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Gemfibrozil ... 26
4.3 Penentuan Kadar Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul ... 27
4.4 Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet ... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
5.1 Kesimpulan ... 30
5.2 Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
LAMPIRAN ... 33
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 4.1 Data absorbansi dari kurva serapan maksimum ... 25 4.3 Kadar rata-rata gemfibrozil dalam sediaan kapsul ... 27 4.4 Data hasil uji validasi gemfibrozil dengan metode penambahan
baku standar (Standard Addition Method) ... 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Gemfibrozil ... 5 2.2 Diagram spektrofotometer Ultraviolet-Visible ... 11 4.1 Kurva serapan baku Gemfibrozil dalam pelarut metanol-air
(konsentrasi 50 µg/ml) ... 24 4.2 Kurva kalibrasi baku gemfibrozil dalam pelarut metanol-air
pada panjang gelombang 275,60 nm ... 26
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
1 Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800) ... 34 2 Neraca analitik (Mettler Toledo) ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Spesifikasi Sampel ... 33
2 Gambar Alat yang Digunakan ... 34
3 Bagan Alir Prosedur Penelitian ... 35
4 Perhitungan Persamaan Regresi Gemfibrozil ... 40
5 Contoh Perhitungan Penetapan Kadar Gemfibrozil dalam Sampel (Kapsul Gemfibrozil PT. Indofarma) ... 41
6 Data Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul ... 43
7 Perhitungan Statistik Kadar Gemfibrozil pada Kapsul Gemfibrozil Generik (PT. Indofarma) ... 44
8 Perhitungan Statistik Kadar Gemfibrozil pada Kapsul Hypofil® (PT. Sanbe) ... 46
9 Perhitungan Statistik Kadar Gemfibrozil pada Kapsul Lipira 300® (PT. Combiphar) ... 48
10 Perhitungan Statistik Kadar Gemfibrozil pada Kaplet Lapibroz® (PT. Lapi) ... 50
11 Perhitungan Persen Perolehan Kembali (% recovery) ... 52
12 Hasil Pengolahan Data Persen Perolehan Kembali Pada Rentang Spesifik 80%, 100%, dan 120% ... 57
13 Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation) ... 58
14 Data Serapan dari Sampel Gemfibrozil ... 59
15 Uji Perolehan Kembali (% recovery) ... 61
16 Tabel Nilai Distribusi t ... 63
17 Sertifikat Bahan Baku Gemfibrozil ... 64
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antilipemika adalah obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan/atau trigliserida (TG) darah yang tinggi. Obat-obat tersebut sekarang ini terdapat dalam empat kelompok utama yaitu, damar penukar-anion/pengikat asam empedu, asam nikotinat dan acipimox, fibrat dan statin (Tan dan Rahardja, 2007).
Gemfibrozil merupakan suatu derivat fibric acid yang menurunkan kadar triasilgliserol serum dan meningkatkan kadar HDL (high density lipoprotetin) (Harvey dan Champe, 2013). Gemfibrozil juga diketahui berkhasiat menurunkan kadar VLDL (very low density lipoprotein) dan kolesterol LDL (low density lipoprotein) serta meningkatkan aktivitas lipase lipoprotein (Katzung, 2002).
Pengembangan metode tidak dapat dipisahkan dari validasi metode, karena metode analisis hasil pengembangan baru dapat dikatakan baik, kalau dapat dibuktikan secara ilmiah sesuai dengan tujuan pengembangan metode tersebut.
Pembuktian kesesuaian secara ilmiah disebut sebagai validasi. Pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas suatu sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas akan menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan (Ditjen POM RI, 1995).
Obat dengan nama generik merupakan obat yang harganya murah dibandingkan obat merek dagang. Masyarakat menganggap obat merek dagang yang harganya jauh lebih mahal lebih manjur daripada obat generik yang
harganya murah, meskipun zat yang berkhasiatnya adalah sama (Widjajanti, 2002).
Pada beberapa literatur penetapan kadar gemfibrozil dapat dilakukan secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan fase gerak campuran asam asetat glasial P, metanol P dan air, dilakukan deteksi pada panjang gelombang 276 nm (Ditjen BKAK RI, 2014; British Pharmacopoeia, 2009).
Sedangkan menurut Ingle, dkk., (2015), menggunakan fase gerak metanol-air (90:10) dengan kolom C18 (4,6 mm x 250 mm, 5 µm) pada panjang gelombang sekitar 274 nm.
Metode spektrofotometri ultraviolet memiliki banyak keuntungan antara lain dapat digunakan untuk analisis zat dalam jumlah kecil, pengerjaannya mudah, sederhana, cukup sensitif dan selektif, biayanya murah dan mempunyai kepekaan analisis yang cukup tinggi (Munson, 1991).
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penetapan kadar kapsul gemfibrozil menggunakan metode Spektrofotometri Ultraviolet dengan pelarut metanol-air (90:10) sesuai dengan rujukan dalam Ingle dkk (2015).
Pelarut metanol-air (90:10) digunakan untuk menghambat penguapan dari metanol yang sifatnya mudah menguap agar tidak mempengaruhi hasil analisis.
Metode ini di validasi dengan parameter uji ketepatan (akurasi), ketelitian (presisi), batas deteksi (Limit of Detection), dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation). Selanjutnya metode yang divalidasi ini digunakan untuk menentukan kadar kapsul gemfibrozil dengan nama dagang dan nama generik yang beredar dipasaran.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :
a. Apakah metode Spektrofotometri Ultraviolet pada penetapan kadar gemfibrozil dengan pelarut metanol-air (90:10) dalam sediaan kapsul memberikan uji validasi metode yang memenuhi syarat?
b. Apakah kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul dengan nama dagang dan nama generik yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014?
1.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Metode Spektrofotometri Ultraviolet pada penetapan kadar gemfibrozil dengan pelarut metanol-air (90:10) dalam sediaan kapsul memberikan uji validasi metode yang memenuhi syarat.
b. Kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul dengan nama dagang dan nama generik yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Validasi metode Spektrofotometri Ultraviolet pada penetapan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul memenuhi syarat uji validasi dengan
parameter uji ketepatan (akurasi), ketelitian (presisi), batas deteksi (Limit of Detection), dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation).
b. Kesesuaian kadar kapsul gemfibrozil dengan nama dagang dan nama generik yang beredar di pasaran dengan persyaratan kadar yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi V tahun 2014.
1.5 Manfaat Penelitian
Pengembangan ilmu bahwa metode Spektrofotometri Ultraviolet menggunakan pelarut metanol-air (90:10) dapat digunakan pada penetapan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul. Hasil penelitian diharapkan menjadi informasi bagi instansi terkait dan tenaga kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gemfibrozil
2.1.1 Uraian Bahan
Menurut Ditjen. BKAK RI (2014), uraian umum tentang gemfibrozil adalah sebagai berikut :
CH3 CH3 CH3
O O
OH
CH3
Gambar 2.1 Struktur Gemfibrozil
Nama Kimia : Asam 2,2–dimetil–5-(2,5–xililoksi) valerat Rumus Molekul : C15H22O3
Berat Molekul : 250,33
Pemerian : Hablur padat serupa lilin; putih
Kelarutan : Larut dalam etanol, metanol dan kloroform; praktis tidak larut dalam air.
2.1.2 Farmakodinamika
Obat ini dapat menurunkan kadar trigliserida darah, VLDL (very low density lipoprotein) dan kolesterol LDL (low density lipoprotein). Serta meningkatkan aktivitas lipase lipoprotein dan kadar HDL (high density lipoprotetin) (Tan dan Rahardja, 2007).
2.1.3 Farmakokinetika
Absorpsi terjadi di usus dan terikat erat pada plasma protein. Gemfibrozil mengalami sirkulasi enterohepatis dan menembus plasenta dengan mudah. Waktu paruh plasmanya adalah 1,5 jam. Tujuh puluh persen dieliminasi melalui ginjal sebagian besar dalam bentuk tidak berubah (Katzung, 2002).
2.1.4 Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan saluran cerna ringan.
Karena obat ini meningkatkan ekskresi kolesterol empedu, terdapat kecenderungan pembentukan batu empedu (Harvey dan Champe, 2013).
2.1.5 Dosis
Dosis yang lazim untuk gemfibrozil adalah 600 mg diberikan peroral satu atau dua kali sehari (Katzung, 2002).
2.2 Pengertian Obat
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuhkan penyakit (Syamsuni, 2006).
Sedangkan menurut undang-undang, yang dimaksud dengan obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia (Syamsuni, 2006).
Menurut Widodo (2013), ada banyak sekali pengertian obat berdasarkan jenisnya, antara lain:
a. Obat jadi, yaitu obat dalam keadaan murni atau campuran yang secara teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku resmi lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
b. Obat paten, yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang diberi kuasa dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
c. Obat baru, yaitu obat-obat yang berisi zat, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.
d. Obat asli, yaitu obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah Indonesia, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
e. Obat tradisional, yaitu obat yang didapat dari bahan alam, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
f. Obat essensial, yaitu obat yang paling banyak dibutuhkan untuk layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.
g. Obat generik, yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
2.3 Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen BKAK RI., 2014).
2.3.1 Macam - macam Kapsul
Menurut Syamsuni (2006), kapsul terdiri dari dua macam yaitu :
a. Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul) terdiri atas bagian wadah dan tutup (capsulae overculateae) yang terbuat dari metil selulosa, gelatin, pati, atau bahan lain yang sesuai. Menurut ukurannya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4 dan 5.
b. Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsul) merupakan satu kesatuan berbentuk bulat atau silindris (pearl) atau bulat telur (globula) yang dibuat dari gelatin (kadang disebut gel lunak). Kapsul ini biasanya mengandung air 6-13%, mempunyai bermacam-macam bentuk dan biasanya dapat dipakai untuk rute oral, vaginal, rektal, atau topikal.
2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Kapsul
Menurut Syamsuni (2006), kapsul mempunyai keuntungan dan kerugian sebagai berikut :
a. Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul 1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
b. Kerugian pemberian bentuk sediaan kapsul
1. Tidak bisa untuk zat-zat higroskopis (menyerap lembab).
2. Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
3. Tidak bisa untuk balita.
4. Tidak bisa dibagi-bagi.
2.4 Spektrofotometri Ultraviolet
2.4.1 Teori Spektrofotometri Ultraviolet
Spekrofotometri merupakan salah satu teknik analisis spektrofotometri yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar ultraviolet dan sinar tampak dengan memakai instrumen spektrofotometer (Gandjar dan Rohman, 2009).
Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 1985).
Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau dari suatu zat kimia. Teknik yang sering
digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah infra merah dekat 780-3000 nm dan daerah infra merah 2,5-4,0 µm atau 4000-250 cm-1 (Ditjen POM RI., 1995).
Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi atau atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, dkk., 2004).
Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan (allowed transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisa kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisa kuantitatif (Gandjar dan Rohman, 2009).
Menurut Gandjar dan Rohman (2009), hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri ulraviolet adalah:
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisa kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
b. Pembuatan kurva kalibrasi
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus.
c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8.
Anjuran ini berdasarkan anggapan pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.
2.4.2 Komponen Spektrofotometri
Suatu diagram sederhana dari spektrofotometer ultraviolet-visible dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Diagram spektrofotometer Ultraviolet-Visible (Sastrohamidjojo, 1985).
a. Sumber tenaga radiasi: Sumber radiasi ultraviolet yang banyak digunakan adalah lampu hidrogen dan lampu deuterium. Sedangkan untuk sumber radiasi visible digunakan lampu tungsten (Sastrohamidjojo, 1985).
b. Monokromator: Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis (Khopkar, 1985).
c. Sel absorpsi: Pada pengukuran di daerah visible kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10 mm. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi (Khopkar, 1985).
d. Detektor: Peranan detekor adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1985).
2.4.3 Hukum Lambert-Beer
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum Lambert- Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan (Gandjar dan Rohman, 2009).
Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai berikut:
A = a.b.c
Keterangan: A = absorbansi a = absorptivitas b = tebal kuvet (cm) c = konsentrasi
Maka dengan hukum Lambert-Beer, konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu (Gandjar dan Rohman, 2009).
Menurut Gandjar dan Rohman (2009), absorptivitas spesifik (A11) juga sering digunakan sebagai ganti absorptivitas (a), sehingga persamaannya menjadi:
A = A11.b.c
Manfaat dari nilai A11 adalah terkait dengan apakah senyawa tersebut cukup sensitif diukur dengan spektrofotometer uv-vis. Selain itu, untuk mengetahui berapa besar konsentrasi senyawa yang harus disiapkan sehingga diperoleh absorbansi pada kisaran 0,2-0,8.
2.4.4 Penggunaan Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrum UV-VIS dapat digunakan untuk informasi kualitatif sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.
a. Aspek kualitatif
Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat mengakomodasi sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan untuk dilakukan (Satiadarma, dkk., 2004).
b. Aspek kuantitatif
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.
Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas
sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat terjadi jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga (Gandjar dan Rohman, 2009).
Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran (Munson, 1984).
2.5 Validasi Metode
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk verifikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi masalah dalam analisis. Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantitasi, spesifikasi, linieritas dan rentang, kekasaran (Ruggedness) dan ketahanan (Robustness) (Harmita, 2004).
Akurasi/kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan
sebagai persen perolehan kembali (% recovery). Presisi/keseksamaan adalah ukuran kedekatan antar serangkaian hasil analisis yang diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel yang sama. Presisi dinyatakan dengan Simpangan Baku Relatif (Relative Standar Deviation, RSD) (Harmita, 2004).
Selektivitas/spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linieritas yang dapat diterima (Harmita, 2004).
Batas deteksi (Limit of Detection, LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. LOD dan LOQ dapat dihitung secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi (Harmita, 2004).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui perbedaan kadar kapsul gemfibrozil dengan nama dagang dan nama generik yang beredar dipasaran secara Spektrofotometri Ultraviolet (UV).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara dari bulan Mei sampai Juni 2016.
3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu 1800), Personal Computer (PC) yang dilengkapi software UV Probe 2.43 (UV-1800 Shimadzu), neraca analitik (Mettler Toledo) dan alat-alat gelas.
3.3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, metanol, gemfibrozil (Chemo), kapsul gemfibrozil (PT. Indofarma), kapsul hypofil (PT. Sanbe), kaplet lapibroz (PT. Lapi) dan kapsul lipira 300 (PT.
Combiphar).
3.4 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel secara purposif yaitu tanpa membandingkan antara satu tempat dengan tempat lain, karena tempat pengambilan sampel dianggap homogen (Sudjana, 2001).
Dari survey yang dilakukan, terdapat satu nama generik dan tiga nama dagang kapsul gemfibrozil. Karena hanya terdapat empat sampel yang beredar dipasaran, maka semuanya diteliti. Sampel diambil secara acak di tiga lokasi yaitu, Apotek Kimia Farma Tasbi, Apotek Iskandar Muda, dan Apotek Penang Island.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Pembuatan Pelarut Metanol-Air (90:10)
Akuades sebanyak 100 ml dicampurkan dengan metanol sampai 1000 ml.
3.5.2 Pembuatan Kurva Serapan dan Kurva Kalibrasi Larutan Gemfibrozil dalam Pelarut Metanol-Air (90:10)
3.5.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I Gemfibrozil
Ditimbang saksama sejumlah 50 mg serbuk gemfibrozil, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan pelarut lalu dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut dan dikocok sampai homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 µg/ml. Larutan ini disebut Larutan Induk Baku I.
3.5.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II Gemfibrozil
Dipipet 5 ml Larutan Induk Baku I kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan sampai garis tanda dengan pelarut dan dikocok
sampai homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 µg/ml yang merupakan Larutan Induk Baku II.
3.5.2.3 Pembuatan Kurva Serapan Maksimum Gemfibrozil
Dari Larutan Induk Baku II dipipet sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Konsentrasi gemfibrozil adalah 50 µg/ml. Lalu diukur serapannya dengan Spektrofotometer Ultraviolet pada panjang gelombang 200–400 nm.
3.5.2.4 Pembuatan dan Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Gemfibrozil dalam Pelarut Metanol-Air (90:10)
Dari Larutan Induk Baku II dibuat larutan gemfibrozil dengan berbagai konsentrasi yaitu : 30, 40, 50, 60 dan 70 µg/ml dengan memipet Larutan Induk Baku II masing – masing : 3, 4, 5, 6 dan 7 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml kemudian dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, dikocok sampai homogen. Diukur serapannya dengan Spektrofotometer Ultraviolet pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dengan menggunakan pelarut metanol-air (90:10).
3.5.2.5 Penentuan Kadar Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul
Ditimbang gemfibrozil sebanyak 20 kapsul, dicatat beratnya, isi gemfibrozil dalam kapsul dikeluarkan kemudian digerus homogen, cangkang kapsul ditimbang. Serbuk gemfibrozil ditimbang setara dengan 25 mg sebanyak 6 kali, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian dilarutkan dengan pelarut, dikocok hingga larut, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, konsentrasi gemfibrozil adalah 500 µg/ml.
Disaring dan lebih kurang 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan dipipet 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan pelarut sampai tanda, konsentrasi gemfibrozil adalah 50 µg/ml. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang 275,60 nm dengan menggunakan pelarut metanol-air (90:10) sebagai blanko.
3.5.3 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi, dan Batas Kuantitasi
3.5.3.1 Uji Akurasi dengan Persen Perolehan Kembali ( % recovery )
Menurut Harmita (2004), uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku (Standard Addition Method) yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%, dihitung dari jumlah gemfibrozil yang terdapat pada etiket, dimana masing-masing dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Setiap rentang spesifik mengandung 70%
analit dan 30% baku pembanding, kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar sampel.
Menurut Harmita (2004), persen perolehan kembali (% recovery) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
% recovery = C
B
A x 100%
Keterangan :
A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan baku (µg/ml) B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku (µg/ml)
C = konsentrasi baku yang ditambahkan (µg/ml)
3.5.3.1.1 Pembuatan dan Penentuan Rentang Spesifik 80%, 100% dan 120%
3.5.3.1.1.1 Sebelum Penambahan Baku
Ditimbang analit sampel yang mengandung 70% gemfibrozil dengan rentang spesifik 80%, 100% dan 120% masing-masing setara dengan 168 mg, 210 mg, dan 252 mg. Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan pelarut, dikocok hingga larut, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Konsentrasi masing-masing larutan adalah 1680 µg/ml, 2100 µg/ml, dan 2520 µg/ml.
Disaring dan lebih kurang 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan dipipet 1,5 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, konsentrasi larutan adalah 25,2 µg/ml, 31,5 µg/ml, dan 37,8 µg/ml. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang 275,60 nm.
3.5.3.1.1.2 Setelah Penambahan Baku
Ditimbang analit sampel yang mengandung 70% gemfibrozil dengan rentang spesifik 80%, 100% dan 120% masing-masing setara dengan 168 mg, 210 mg, dan 252 mg. Dan ditimbang 30% baku gemfibrozil pada setiap rentang spesifik yaitu 72 mg, 90 mg, dan 108 mg. Dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian dilarutkan dengan pelarut, dikocok hingga larut, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda. Konsentrasi masing-masing larutan adalah 2400 µg/ml, 3000 µg/ml, dan 3600 µg/ml.
Disaring dan lebih kurang 5 ml filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan dipipet 1,5 ml dan dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, konsentrasi
larutan adalah 36 µg/ml, 45 µg/ml, dan 54 µg/ml. Kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang 275,60 nm.
3.5.3.2 Uji Presisi
Menurut Harmita (2004), uji presisi (keseksamaan) ditentukan dengan parameter RSD (Relative Standard Deviation) dengan rumus :
% 100 X x
RSD SD
Keterangan:
RSD = simpangan baku relatif (%) SD = standar deviasi serangkaian data
X = kadar rata-rata gemfibrozil dalam sampel Sementara itu, nilai SD dihitung dengan :
SD =
2
1
nX X
Keterangan:
X = nilai dari masing-masing pengukuran X = rata-rata (mean) dari pengukuran n = banyaknya data
n-1 = derajat kebebasan
3.5.3.3 Batas Deteksi (Limit of Detection) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation)
Menurut Harmita (2004), batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sy/x =
2
2
nYi
Y
Slope x Sy LOD 3x /
Slope x Sy LOQ 10x /
Keterangan:
Sy/x = simpangan baku Slope = derajat kemiringan
LOD = batas deteksi (Limit of Detection) LOQ = batas kuantitasi (Limit of Quantitation) 3.5.3.4 Analisis Data secara Statistik
Data perhitungan kadar dianalisis secara statistik menggunakan uji t.
Menurut Harmita (2004), rumus yang digunakan untuk menghitung Standar Deviasi (SD) adalah:
1 )
( 2
nX SD X
Keterangan :
SD = standar deviasi
X = kadar dalam satu perlakuan X = kadar rata-rata dalam satu sampel n = jumlah perlakuan
Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:
t hitung
n SD
X X
/
Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel. Untuk mencari kadar sebenarnya, dapat digunakan rumus:
µ =
X ± t (1/2 α, dk) x n SD
Keterangan:
µ = kadar sebenarnya X = kadar sampel n = jumlah perlakuan
t = suatu harga tergantung pada derajat kebebasan dan tingkat kepercayaan dk = derajat kebebasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Gemfibrozil
Sebelum dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode spektrofotometri terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum, meskipun panjang gelombang tersebut sudah diketahui dalam literatur. Hal ini dikarenakan panjang gelombang suatu senyawa dapat berbeda bila ditentukan pada kondisi dan alat yang berbeda. Penentuan panjang gelombang ini dilakukan pada konsentrasi yang memberikan serapan dengan kesalahan fotometrik terkecil, yaitu ± 0,4343. Namun, karena tidak adanya nilai absorptivitas spesifik (A11) dari gemfibrozil maka untuk mendapatkan konsentrasi yang memberikan kesalahan fotometrik terkecil dilakukan orientasi sehingga diperoleh kurva serapan dan data absorbansi seperti terlihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 dibawah ini:
Gambar 4.1 Kurva serapan baku Gemfibrozil dalam pelarut metanol-air (90:10) (Konsentrasi 50 µg/ml)
Tabel 4.1 Data absorbansi dari kurva serapan maksimum No. Panjang Gelombang Absorbansi
1 281,30 0,41144
2 275,60 0,44043
Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kurva serapan baku gemfibrozil (konsentrasi 50 µg/mg) dalam pelarut metanol-air (90:10) menghasilkan 2 puncak dengan panjang gelombang pertama yaitu 281,30 nm (A = 0,41144) dan panjang gelombang yang kedua yaitu 275,60 nm (A = 0,44043) (dapat dilihat pada tabel 4.1). Dari kedua puncak kurva tersebut, yang memberikan absorbansi terbesar yaitu pada panjang gelombang 275,60 nm, sedangkan pada panjang gelombang 281,30 nm memberikan absorbansi yang lebih kecil. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penetapan kadar gemfibrozil dilakukan pada panjang gelombang 275,60 nm karena memberikan kesalahan fotometrik yang mendekati 0,4343. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang tercantum di dalam Farmakope Indonesia edisi V dimana panjang gelombang maksimum gemfibrozil adalah 276 nm yang penetapan kadarnya dilakukan secara KCKT. Adanya perbedaan panjang gelombang ini masih dalam batas-batas yang diterima menurut Farmakope Indonesia edisi V. Selanjutnya untuk penetapan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul yang beredar dipasaran dilakukan pada panjang gelombang maksimum baku gemfibrozil yang sudah diperoleh yaitu pada panjang gelombang 275,60 nm.
Berdasarkan dari literatur gemfibrozil dapat larut dalam metanol. Oleh karena sifat metanol yang mudah menguap tentu mempengaruhi hasil analisis.
Maka untuk mengatasi ini digunakan campuran metanol:air (90:10) sesuai dengan rujukan dalam Ingle, dkk., (2015) sehingga penguapan metanol dapat dihambat.
Selain itu metanol merupakan pelarut yang dapat memberikan efek berbahaya bagi kesehatan. Jika menghirup udara yang mengandung kadar metanol tinggi dapat menyebabkan iritasi saluran napas, batuk, pusing, sakit kepala, mual, lemah, gangguan penglihatan, kehilangan kesadaran, gangguan saluran cerna dan bahkan kematian (Anonim, 2015).
4.2 Penentuan Linieritas Kurva Kalibrasi Gemfibrozil
Penentuan linieritas kurva kalibrasi baku gemfibrozil dalam pelarut metanol-air (90:10) dengan konsentrasi 30; 40; 50; 60; 70 µg/ml pada panjang gelombang maksimum 275,60 nm dengan menggunakan pelarut metanol-air (90:10) sebagai blanko dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini :
Gambar 4.2 Kurva kalibrasi baku gemfibrozil dalam pelarut metanol-air (90:10) pada panjang gelombang 275,60 nm
Pembuatan kurva kalibrasi baku gemfibrozil dilakukan pada 5 konsentrasi yang menghasilkan absorbansi pada rentang 0,2–0,6 µg/ml. Dari hasil pengolahan
data tersebut diperoleh hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dengan koefisien korelasi (r) = 0,99997 dan persamaaan garis regresi Y = 0,00882 X + 0,00095. Nilai koefisien korelasi ini memenuhi kriteria penerimaan untuk korelasi yaitu r ≥ 0,995 (Moffat, dkk., 2004) (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 40).
4.3 Penentuan Kadar Gemfibrozil dalam Sediaan Kapsul
Hasil penentuan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.
Tabel 4.3 Kadar rata-rata gemfibrozil dalam sediaan kapsul
No. Nama Sediaan Kadar Rata-Rata
(%)
Kadar Sebenarnya (%)
1 Gemfibrozil (PT. Indofarma) 99,00 99,00 ± 0,184
2 Hypofil® (PT. Sanbe) 99,05 99,05 ± 0,282
3 Lipira 300® (PT. Combiphar) 101,77 101,77 ± 0,729
4 Lapibroz® (PT. Lapi) 101,32 101,32 ± 0,682
Dari data diatas menunjukkan bahwa kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul dengan nama dagang dan nama generik yang ditentukan memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi V tahun 2014 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 41).
4.4 Uji Validasi Metode Spektrofotometri Ultraviolet
Uji validasi dilakukan dengan metode penambahan bahan baku (standard addition method) terhadap sampel kapsul gemfibrozil generik (PT. Indofarma),
yang meliputi uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali (%recovery), uji presisi dengan parameter Relative Standard Deviation (RSD), batas deteksi (Limit of Detection) dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation).
Uji akurasi dengan parameter persen perolehan kembali dilakukan dengan membuat 3 konsentrasi sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, dan 120%
dihitung dari kadar gemfibrozil yang terdapat pada etiket, dimana masing-masing dengan 3 kali replikasi dan setiap rentang spesifik mengandung 70% sampel dan 30% baku pembanding (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman 52).
Tabel 4.4 Data hasil uji validasi gemfibrozil dengan metode penambahan baku standar (Standard Addition Method)
No. Rentang Spesifik
(%)
Serapan Bobot (mg) Baku
ditambah (C)
Persen Perolehan
Kembali (%) Tanpa
baku
Tambah baku
Tanpa baku (A)
Tambah baku
(B) 1
80
0,21738 0,31136 164,40 235,79
72 mg
99,15
2 0,21658 0,31169 163,80 236,04 100,34
3 0,21761 0,31116 164,58 235,64 98,70
4
100
0,27527 0,39294 208,38 297,77
90 mg
99,31
5 0,27614 0,39388 209,04 298,48 99,37
6 0,27315 0,39330 206,77 298,04 101,41
7
120
0,33478 0,47575 253,58 360,67
108 mg
99,15
8 0,33084 0,47594 250,59 360,82 102,05
9 0,33284 0,47559 252,11 360,55 100,40
Rata-rata ( % recovery) Standard Deviation (SD)
Relative Standard Deviation (RSD) (%) Limit of Detection (LOD) (µg/ml) Limit of Quantitation (LOQ) (µg/ml) Koefisien Korelasi (r)
99,99 1,1450 1,1451 1,057 3,524 0,99997 Berdasarkan tabel diatas diperoleh kadar rata-rata persen perolehan kembali (%recovery) yaitu 99,99% dengan Standard Deviation (SD) sebesar 1,1450. Hasil
persen perolehan kembali ini memenuhi persyaratan uji akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali yang diizinkan adalah 98,0 – 102,0% (Harmita, 2004). Sedangkan hasil uji presisi dengan parameter Relative Standard Deviation (RSD) diperoleh 1,1451%. Hasil Relative Standard Deviation (RSD) ini memenuhi persyaratan presisi, dimana nilai RSD yang diizinkan ≤ 2% (Harmita, 2004). Ini berarti metode Spektrofotometri Ultraviolet memberikan ketepatan dan ketelitian yang baik. Dengan memberikan batas deteksi (Limit of Detection) yaitu 1,057 µg/ml dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation) yaitu 3,524 µg/ml (contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 57).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Spektrofotometri Ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar gemfibrozil dengan pelarut metanol-air (90:10), dan memenuhi persyaratan uji validasi metode dengan parameter akurasi (% recovery) yaitu 99,99%, presisi yaitu 1,1451%, batas deteksi (Limit of Detection) sebesar 1,057 µg/ml, dan batas kuantitasi (Limit of Quantitation) yaitu sebesar 3,524 µg/ml, dan koefisien korelasi (r) yaitu 0,99997.
Hasil penetapan kadar gemfibrozil dari empat sampel dalam sediaan kapsul yang ditentukan memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia edisi V.
5.2 Saran
Disarankan kepada instansi terkait yaitu seperti BPOM dan industri farmasi untuk menggunakan metode ini sebagai metode alternatif untuk penentuan kadar gemfibrozil dalam sediaan kapsul.
Selain itu disarankan kepada instansi rumah sakit, tenaga medis dan masyarakat untuk tidak ragu menggunakan obat generik karena mutu obat generik sama dengan mutu obat nama dagang ditinjau dari kadar zat berkhasiatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2015). http://ik.pom.go.id/v2015/katalog/METANOL.pdf. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2016, pukul 22.15 WIB.
British Pharmacopoeia. (2009). British Pharmacopoeia. Volume III. London:
Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA).
Halaman 2619.
Ditjen POM RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1061.
Ditjen BKAK RI. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 1029.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IV.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal. 31-33.
Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 117-119.
Harvey, R. A., dan Champe, P. C. (2001). Lippincottt’s Illustrated Reviews:
Pharmacology. Penerjemah: Ramadhani, D., et al. (2013). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi IV. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Halaman 301.
Ingle, S. U., Patil, P. P., Barhate, S. D., dan Umarkar A. R. (2015). Stability Indicating RP – HPLC Method for Determination of Gemfibrozil in Pharmaceutical Formulation. World Journal of Pharmaceutical Research.
4(4): 1625-1635.
Katzung, B. G. (2001). Basic & Clinical Pharmacology. Penerjemah: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. (2002).
Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi I. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Halaman 437.
Khopkar, S. M. (1985). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah:
Saptorahardjo, A. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
Universitas Indonesia. Halaman 215-217.
Moffat, A. C., Oseselton, M. D., dan Widdop, B. (2004). Clarke’s Analysis Of Drug and Poisons. Edisi III. London: Pharmaceutical Press. Electric Version.
Munson, J. W. (1984). Pharmaceutical Analysis Modern Methods. Penerjemah:
Harjana. (1991). Analisis Farmasi Metode Modern. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 334.
Sastrohamidjojo, H. (1985). Spektroskopi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 39-40.
Satiadarma, K., Mulja, M., Tjahjono, D. H., dan Kartasasmita, R. E. (2004). Asas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi I. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 90 dan 94.
Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito. Halaman 168.
Syamsuni, H. A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Halaman 14, 54-56.
Tan, H. T., dan Rahardja, K. (2007). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elek Media Komputindo. Halaman 575.
Widjajanti, V. N. (2002). Obat-obatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 28.
Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat untuk Apoteker. Yogyakarta: D-Medika.
Halaman 14-15.
Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sampel 1. Nama : Gemfibrozil
Komposisi : Gemfibrozil 300 mg No. Reg : GKL 9620920001A1 No. Batch : 1405029
Expire date : 06 2018
Industri : PT. Indofarma, Bekasi - Indonesia
2. Nama : Hypofil®
Komposisi : Gemfibrozil 300 mg No. Reg : DKL 9222213201A1 No. Batch : PD2957
Expire date : 04 2018
Industri : PT. Sanbe Farma, Bandung - Indonesia 3. Nama : Lipira 300®
Komposisi : Gemfibrozil 300 mg No. Reg : DKL 9004111101A1 No. Batch : A01086
Expire date : 01 2020
Industri : PT. Combiphar
4. Nama : Lapibroz®
Komposisi : Gemfibrozil 600 mg No. Reg : DKL 9413304709A1 No. Batch : 38016
Expire date : 01 2020
Industri : PT. Lapi Laboratories, Cikande – Indonesia
Lampiran 2. Gambar Alat yang Digunakan
Gambar 1. Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800)
Gambar 2. Neraca analitik (Mettler Toledo)
Lampiran 3. Bagan Alir Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Larutan Induk Baku dan Serapan Maksimum Gemfibrozil
Ditimbang sebanyak 50 mg
Dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml
Dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Dipipet 5 ml
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Dipipet 5 ml
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Diukur serapannya pada panjang gelombang 200- 400 nm
Baku Gemfibrozil
LIB I Gemfibrozil (C = 1000 µg/ml)
LIB II Gemfibrozil (C = 100 µg/ml)
Gemfibrozil (C = 50 µg/ml)
Panjang Gelombang Gemfibrozil (λ = 275,60 nm)
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Gemfibrozil
Dipipet sebanyak 3 ml, 4 ml, 5ml, 6 ml, dan 7 ml Dimasukkan masing-masing kedalam labu tentukur 10 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Diukur serapannya pada λ = 275,60 nm
LIB II Gemfibrozil (C = 100 µg/ml)
Larutan Baku Gemfibrozil (C = 30, 40, 50, 60, dan 70 µg/ml)
Hasil
3. Penetapan Kadar Gemfibrozil
Ditimbang dan diserbukkan Ditimbang setara 25 mg
Dimasukkan dalam labu tentukur 50 ml Dilarutkan dengan pelarut, dikocok
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Disaring
Dipipet 1 ml
Dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, dikocok homogen
Diukur serapannya pada λ=275,60 nm
Kapsul Gemfibrozil (20 kapsul)
Larutan Sampel (C = 500 µg/ml)
Residu Filtrat
Larutan Sampel (C = 50 µg/ml)
Hasil
4. Validasi (Sebelum Penambahan Baku)
Ditimbang masing-masing rentang spesifik 80%, 100%, dan 120% setara dengan 168 mg, 210 mg, dan 252 mg.
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml Dilarutkan dengan pelarut, dikocok hingga larut Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Disaring
Dipipet 1,5 ml
Dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, dikocok homogen
Diukur serapannya pada λ=275,60 nm Sampel Gemfibrozil
Larutan Sampel
Residu Filtrat
Hasil Larutan Sampel
5. Validasi (Setelah Penambahan Baku)
Ditimbang sampel masing-masing rentang spesifik 80%, 100% dan 120% setara dengan 168 mg, 210 mg, dan 252 mg. Dan ditimbang baku gemfibrozil pada setiap rentang spesifik yaitu 72 mg, 90 mg, dan 108 mg.
Dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml Dilarutkan dengan pelarut, dikocok
Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda
Disaring
Dipipet 1,5 ml
Dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml Dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda, dikocok homogen
Diukur serapannya pada λ=275,60 nm Sampel + Baku Gemfibrozil
Larutan Sampel + Baku
Residu Filtrat
Hasil
Larutan Sampel + Baku
Lampiran 4. Perhitungan Persamaan Regresi Gemfibrozil No. Konsentrasi
(X)
Serapan
(Y) X2 Y2 XY
1 0 0,00024 0 0,00000 0,0000
2 30 0,26872 900 0,07221 8,0616
3 40 0,34978 1600 0,12234 13,9912
4 50 0,44469 2500 0,19774 22,2345
5 60 0,52812 3600 0,27891 31,6872
6 70 0,61914 4900 0,38333 43,3398
Σ 250 2,21069 13500 1,05453 119,3143
X 41,66666 0,36844 2250 0,17575 19,88571
b aX Y
X
X n n Y X a XY/ /
2 2
13500
250 /6 6 / 21069 , 2 250 3143, 119
2
a 3083,33333
202216 ,
27 0,00882
aX Y
b 0,36844
0,00882
41,66666
0,00095Maka persamaan regresinya adalah Y0,00882X 0,00095
X XYX nX YY n
Y n
r
/ /
/
2 2
2 2
13500119 250,31432/6
250
1,054532,21069
2,21069/6
2/6
r 27,20294
202216 ,
27
99997 ,
0 r
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Penetapan Kadar Gemfibrozil dalam Sampel (Kapsul Gemfibrozil PT. Indofarma)
Berat 20 kapsul = 9182 mg
Berat 20 cangkang = 1896 mg
Berat isi 20 kapsul = 9182 mg – 1896 mg
= 7286 mg Bobot rata-rata 1 kapsul = 364,3 mg Kandungan gemfibrozil pada etiket = 300 mg
Ditimbang saksama serbuk setara dengan 25 mg gemfibrozil, maka berat sampel yang ditimbang adalah :
mg 30,3583 mg
7286 mg x
20x300 mg
25
Sampel yang telah ditimbang dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, lalu ditambahkan pelarut dikocok hingga larut dan diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda. Kemudian filtrat larutan uji dipipet 1 ml, lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml dan dicukupkan dengan pelarut sampai garis tanda.
Serapan yang diperoleh adalah 0,44209.
Konsentrasi perolehan : Y = 0,00882 X + 0,00095
X = 50,01587
0,00882 0,00095
-
0,44209
Konsentrasi gemfibrozil dalam larutan yang diencerkan 10 kali yaitu 50,01587 µg/ml 10 = 500,1587 µg/ml
Bobot awal gemfibrozil dalam labu 50 ml yaitu
500,1587 µg/ml x 50 ml = 25007,9365 µg = 25,0079 mg
Lampiran 5. (Lanjutan)
Kadar perolehan per kapsul = x 364,3mg 300,0955 mg mg
30,3583 mg
25,0079
% Kadar = x 99,1 % 99,13 % mg
300
mg
300,0955