• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH WAKTU PEMETIKAN TERHADAP KADAR NITRAT DAN NITRIT PADA SAWI MANIS

(Brassica rapa var. parachinensis L.)

SKRIPSI

OLEH:

PUTRI PANJAITAN NIM 131501051

PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

PENGARUH WAKTU PEMETIKAN TERHADAP KADAR NITRAT DAN NITRIT PADA SAWI MANIS

(Brassica rapa var. parachinensis L.)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

PUTRI PANJAITAN NIM 131501051

PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH WAKTU PEMETIKAN TERHADAP KADAR NITRAT DAN NITRIT PADA SAWI MANIS

(Brassica rapa var. parachinensis L.)

OLEH:

PUTRI PANJAITAN NIM 131501051

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: 25 April 2017 Disetujui oleh:

Pembimbing I,

Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.

NIP 195406281983031002

Panitia penguji,

Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt NIP 195008281976032002

Pembimbing II Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt.

NIP 195406281983031002

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc., Apt.

NIP 195006071979031001

Sri Yuliasmi, M. Si., Apt.

NIP 198207032008122002

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc., Apt.

NIP 195006071979031001

Medan, Juli 2017 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M. S., Apt.

NIP 195707231986012001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Waktu Pemetikan Terhadap Kadar Nitrat dan Nitrit Pada Sawi Manis (Brassica rapa var. parachinensis L.)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., dan bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk, bantuan, dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt., dan Ibu Sri Yuliasmi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis pada penyusunan skripsi ini, serta kepada bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis selama masa pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu pengajar dan staff Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

(5)

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda St. Marihot Panjaitan dan Ibunda Samiani Rajagukguk serta kepada kakak dan adik-adik, juga kepada Alm. Bapak Drs. P. Siregar, M.Si., dan Ibu Dra. D. N. Panjaitan atas kasih sayang yang tulus, doa, dan motivasi yang diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman angkatan 2013, seluruh asisten Kimia Organik dan Sintesis Obat serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna.

Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya di bidang farmasi.

Medan, Juli 2017 Penulis,

Putri Panjaitan NIM 131501051

(6)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Putri Panjaitan

Nomor Induk Mahasiswa : 131501051

Program Studi : S-1 Reguler Farmasi

Judul Skripsi : Pengaruh Waktu Pemetikan Terhadap Kadar Nitrat dan Nitrit Pada Sawi Manis (Brassica rapa var.

parachinensis L.).

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Juli 2017 Yang membuat pernyataan

Putri Panjaitan NIM 131501051

(7)

PENGARUH WAKTU PEMETIKAN TERHADAP KADAR NITRAT DAN NITRIT DALAM SAWI MANIS

(Brassica rapa var. parachinensis L.)

ABSTRAK

Sayuran merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi kesehatan.

Selain kandungan vitamin dan mineralnya, sayuran juga banyak mengandung serat yang melancarkan pencernaan. Namun sayuran juga mengandung nitrat dan nitrit yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Nitrit dapat bereaksi dengan senyawa amin di dalam tubuh membentuk nitrosamine yang bersifat karsinogenik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu pemetikan pada pagi, siang dan sore hari terhadap kandungan nitrat dan nitrit dalam sawi manis.

Sampel yang dianalisis adalah sawi manis dengan waktu pemetikan pagi, siang dan sore hari. Identifikasi nitrit dilakukan dengan menggunakan pereaksi asam sulfanilat dan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida. Identifikasi nitrat dilakukan dengan menggunakan pereaksi ferro sulfat dan asam sulfat pekat.

Penetapan kadar nitrit dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak dengan menggunakan pereaksi warna N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida pada panjang gelombang maksimum 540 nm. Penetapan kadar nitrat dilakukan dengan mereduksi nitrat terlebih dahulu menjadi nitrit dengan serbuk Zn dalam larutan asam klorida.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel mengandung nitrat dan nitrit dengan kadar yang berbeda-beda di setiap waktu pemetikan pagi, siang dan sore hari. Kadar nitrat dan nitrit pada sawi manis semakin lama umur pemetikan maka kadar nitrat dan nitritnya semakin meningkat. Kadar nitrit terendah diperoleh pada pemetikan pagi umur 20 hari yaitu 23,87 µg/g dan kadar nitrit tertinggi diperoleh pada pemetikan siang umur 26 hari yaitu 42,08 µg/g. Sedangkan kadar nitrat terendah diperoleh pada pemetikan siang umur 20 hari yaitu 24,21 µg/g dan kadar nitrat tertinggi diperoleh pada pemetikan pagi umur 26 hari yaitu 56,50 µg/g.

Kata kunci: sawi manis, nitrat, nitrit, spektrofotometri sinar tampak

(8)

EFFECT OF PICKING TIME TOWARD CONTENT

NITRATES AND NITRITES IN MUSTARD (Brassica rapa var. parachinensis L.)

ABSTRACT

Vegetables are very important food for our health. Besides of vitamins and minerals, vegetables also contain lots of fiber digestion. But they also contain nitrates and nitrites, which affect human health. Nitrates can react with amine compounds in the body to form nitrosamines which are carcinogenic. The purpose of this study was determine the effect of picking time in morning, daylight and afternoon to the content of nitrate and nitrite in mustard.

Sample were analyzed by picking mustard in morning, daylight and afternoon. Nitrite identification was done by using sulfanilic acid reagent and N- (1-naphthyl) ethylenediamine dihydrochloride. Identification of nitrate was done by using reagent ferrous sulfate and sulfuric acid. Determination of nitrites level was done visible spectrophotometry using color reagent N-(1-naphthyl) ethylenediamine dihydrochloride at maximum wavelength of 540 nm.

Determination of nitrates level was done by reduction nitrates become nitrites by using Zn powder in hydrochloric acid solutions.

The result showed that the sample contains nitrate and nitrite levels were different in each picking at morning, daylight and afternoon. The level of nitrates and nitrites contained in the longer mustard picking the levels of nitrate and nitrite increasing. The lowest nitrite level obtained at 20 days morning picking is 23.87 µg/g and the highest nitrite levels obtained at 35 days daylight picking is 42.08 µg/g. While lowest nitrate levels obtained at 20 days daylight picking is 24.21 µg/g and the highest nitrate levels obtained at 35 days morning picking is 56.50 µg/g.

Keywords: mustard, nitrate, nitrite, visible spectrophotometry

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Siklus Nitrogen ... 5

2.2 Nitrat dan Nitrit ... 7

2.3 Efek Toksik Nitrat dan Nitrit ... 9

2.4 Sawi ... 10

2.4.1 Taksonomi sawi manis ... 11

(10)

2.4.2 Jenis – jenis sawi ... 11

2.4.3 Syarat tumbuh sawi manis ... 13

2.4.4 Cara tanam dan pemanenan sawi manis ... 13

2.4.5 Manfaat dan kandungan gizi sawi manis ... 14

2.5 Fotosintesis ... 15

2.6 Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit Pada Makanan ... 16

2.6.1 Kromatografi cair kinerja tinggi ... 16

2.6.2 Kromatografi gas ... 17

2.6.3 Spektrofotometri sinar tampak ... 18

2.7 Validasi Metode ... 20

2.7.1 Ketetapan (akurasi) ... 20

2.7.2 Presisi ... 21

2.7.3 Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Sampel ... 22

3.1.1 Prosedur penanaman sawi manis ... 22

3.2 Bahan-Bahan ... 23

3.3 Alat-Alat ... 23

3.4 Prosedur Penelitian ... 23

3.4.1 Pembuatan pereaksi ... 23

3.4.2 Identifikasi nitrit ... 24

3.4.3 Identifikasi nitrat ... 24

3.4.4 Pembuatan larutan induk baku nitrit ... 24

3.5 Penetapan Kadar Nitrit dan Nitrat ... 25

3.5.1 Penentuan panjang gelombang maksimum nitrit baku .. 25

(11)

3.5.2 Penentuan waktu kerja nitrit baku ... 25

3.5.3 Penentuan kurva kalibrasi ... 25

3.5.4 Penentuan kadar nitrit dalam sawi manis ... 26

3.5.5 Penentuan kadar nitrat dalam sawi manis ... 27

3.6 Uji Validasi Metode Analisis ... 28

3.6.1 Uji perolehan kembali ... 28

3.6.2 Uji presisi ... 28

3.6.3 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi ... 29

3.6.4 Analisis data secara statistik ... 29

3.7 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 31

4.2 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam Sawi Manis ... 31

4.3 Kurva Serapan Nitrit ... 32

4.4 Waktu Kerja ... 32

4.5 Linieritas Kurva Kalibrasi ... 33

4.5.1 Kurva kalibrasi ... 33

4.5.2 Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 34

4.6 Pengaruh Waktu Pemetikan Terhadap Kadar Nitrat dan Nitrit Dalam Sawi Manis ... 35

4.7 Uji Validasi ... 39

4.7.1 Uji akurasi ... 39

4.7.2 Uji presisi ... 41

4.8 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata Kadar Nitrat dan Nitrit ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

(12)

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 46

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Kadar Nitrat Pada Sayuran ... 9 2.2 Kandungan Gizi 100 Gram Sawi Manis ... 14 2.3 Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit dengan Metode

Spektrofotometri Sinar Tampak pada Beberapa Bahan

Makanan ... 19 4.1 Identifikasi Nitrit dalam Sawi Manis ... 31 4.2 Pengaruh Waktu Pemetikan Terhadap Kadar Nitrat dan Nitrit

dalam Sawi Manis ... 35 4.3 Persen Perolehan Kembali Nitrit dengan Metode Penambahan

Baku Pada Sawi Manis Pemetikan Pagi Hari ke 26 ... 40

4.4 Persen Perolehan Kembali Nitrat dengan Metode Penambahan

Baku Pada Sawi Manis Pemetikan Pagi Hari ke 26 ... 40

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Siklus Nitrogen ... 6

2.2 Reaksi Nitrasi Dari Benzena ... 17

2.3 Reaksi Diazotasi Dan Pengkoplingan Dengan NED 2 HCl ... 18

4.1 Kurva Serapan Nitrit Pada Konsentrasi 0,8 µg/mL ... 32

4.2 Kurva Waktu Kerja Nitrit ... 33

4.3 Kurva Kalibrasi Nitrit Baku ... 34

4.4 Grafik Pengaruh Waktu Pemetikan Terhadap Kadar Nitrit pada Sawi Manis ... 36

4.5 Grafik Pengaruh Waktu Pemetikan Terhadap Kadar Nitrat pada Sawi Manis ... 36

(15)

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN

Gambar Halaman

1 Sawi manis yang Ditanam ... 47

2 Sawi manis yang Akan Dianalisis ... 47

3 Spektrofotometer Sinar Tampak ... 48

4 Neraca Analitik ... 48

5 Uji Kualitatif Nitrit dengan Penambahan Pereaksi Asam Sulfanilat dan N-(1-Naftil) Etilendiamin Dihidroklorida ... 49

6 Uji Kualitatif Nitrat dengan Penambahan Larutan Besi (II) Sulfat dan Asam Sulfat Pekat (Uji Cincin Coklat) ... 49

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil Identifikasi Sampel ... 46

2 Gambar Sampel ... 47

3 Gambar Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian ... 48

4 Uji kualitatif Nitrit dan Nitrat ... 49

5 Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku Nitrit ... 50

6 Bagan Alir Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ... 51

7 Bagan Alir Waktu Kerja ... 52

8 Bagan Alir Kurva Kalibrasi Nitrit Baku ... 53

9 Bagan Alir Penentuan Kadar Nitrit dalam Sawi Manis ... 54

10 Bagan Alir Penentuan Kadar Nitrat dalam Sawi Manis... 55

11 Kurva Panjang Gelombang Maksimum Nitrit Baku ... 56

12 Penentuan Waktu Kerja ... 57

13 Data Kurva Kalibrasi Nitrit Baku dan Nitrat Baku, Persamaan Regresi, dan Koefisien Korelasi ... 59

14 Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Nitrit ... 61

15 Contoh Perhitungan Kadar Nitrit dalam Sawi Manis ... 62

16 Contoh Perhitungan Kadar Nitrat dalam Sawi Manis ... 63

17 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada Sawi Manis Pemetikan Pagi Umur 20 Hari ... 64

18 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada Sawi Manis Pemetikan Siang Umur 20 Hari ... 65

19 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada Sawi Manis Pemetikan Sore umur 20 Hari ... 66

(17)

20 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada

Sawi Manis Pemetikan Pagi umur 23 Hari ... 67 21 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada

Sawi Manis Pemetikan Siang umur 23 Hari ... 68 22 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada

Sawi Manis Pemetikan Sore umur 23 Hari ... 69 23 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada

Sawi Manis Pemetikan Pagi umur 26 Hari ... 70 24 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada

Sawi Manis Pemetikan Siang umur 26 Hari ... 71 25 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrit Pada

Sawi Manis Pemetikan Sore umur 26 Hari ... 72 26 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Pagi Umur 20 Hari ... 73 27 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Siang Umur 20 Hari ... 74 28 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Sore umur 20 Hari ... 75 29 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Pagi umur 23 Hari ... 77 30 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Siang umur 23 Hari ... 78 31 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Sore umur 23 Hari ... 79 32 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Pagi umur 26 Hari ... 80 33 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Siang umur 26 Hari ... 81 34 Analisa Data Statistik Untuk Menghitung Kadar Nitrat Pada

Sawi Manis Pemetikan Sore umur 26 Hari ... 82 35 Hasil Uji Perolehan Kembali Nitrit dan Nitrat Setelah

Penambahan Masing-Masing Larutan Standar pada Sampel

Sawi Manis ... 83

(18)

36 Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Nitrit Pada Sawi

Manis ... 84 37 Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Nitrat Pada

Sawi Manis ... 85 38 Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standar

Deviation, RSD) Persen Perolehan Kembali Nitrit ... 86 39 Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standar

Deviation, RSD) Persen Perolehan Kembali Nitrat ... 87 40 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Nitrit Sawi Manis

Umur 20 hari ... 88 41 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Nitrit Sawi Manis umur

23 hari ... 89 42 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Nitrit Sawi Manis

Umur 26 hari ... 90 43 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Nitrat Sawi Manis

Umur 20 Hari ... 91 44 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Nitrat Sawi Manis

Umur 23 Hari ... 92 45 Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Nitrat Sawi Manis

Umur 26 Hari ... 93 46 Daftar Nilai Distribusi t ... 94

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayuran adalah produk pertanian yang banyak dimanfaatkan manusia sebagai bahan pangan. Salah satu jenis sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat adalah sawi manis. Sawi manis merupakan bahan pangan yang cukup terjangkau bagi masyarakat karena masih banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional maupun modern. Tanaman berdaun lebar ini biasa diolah menjadi aneka masakan seperti sayur bening, dicampur dengan mi, pecel, capcay yang dalam penyajiannya tidak memerlukan waktu yang lama. Sawi manis kaya akan garam mineral seperti kalsium, fosfor dan besi. Sawi manis juga mengandung beberapa macam vitamin, seperti vitamin A, B1, B2, B3 dan C (Tindall, 1983).

Akan tetapi, sawi manis mengandung ion nitrat dan nitrit yang apabila terakumulasi di dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan salah satunya adalah penyakit kanker (Bryan dan Loscalzo, 2011).

Penyakit kanker terutama timbul akibat asupan makanan. Asupan makanan yang tinggi kandungan nitrat dan nitrit lebih cenderung menyebabkan penyakit kanker. Nitrat atau nitrit yang terkandung dalam asupan makanan dapat bereaksi dengan gugus amina yang terdapat pada protein membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogenik (Maynard, dkk., 1976).

Jumlah asupan yang diizinkan (Acceptable Daily Intake = ADI) oleh Food and Agriculture Organization (FAO) / World Health Organization (WHO) untuk berat badan 60 kg adalah 220 mg nitrat dan 8 mg untuk nitrit. Mengkonsumsi banyak sayur sangat dianjurkan, tetapi mengingat kandungan nitrat yang sangat

(20)

tinggi dalam sayuran maka perlu dipertimbangkan serta mengingat potensi pembentukan nitrosamin dari nitrit (Silalahi, 2005; DepKes RI, 2012).

Penelitian tentang penetapan kadar nitrat dan nitrit dalam berbagai sayuran telah dilakukan sebelumnya oleh Raczuk, dkk. (2014) dengan menggunakan kolorimetri. Berdasarkan hasil penelitian mereka kadar nitrat dan nitrit berbeda- beda pada setiap sayur. Menurut Hill (1996), kadar nitrat pada sawi manis digolongkan pada kelas tiga dengan kadar sekitar 0-2700 mg/kg. Penelitian tentang pengaruh pemupukan dan umur panen terhadap kadar nitrat dan nitrit pada sayur kangkung juga telah dilakukan oleh Asmaradhani (2016) yang menunjukkan bahwa kangkung yang diberi pupuk urea mengalami peningkatan kadar nitrat dan nitrit yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kangkung yang diberi pupuk kandang dan tanpa pupuk. Selain itu, kangkung yang dipanen umur 26 hari mengandung kadar nitrat dan nitrit yang tinggi dibandingkan kangkung yang dipanen umur 20 hari. Menurut Keeton (2011), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kandungan nitrat pada sayuran adalah cara pengolahan tanah, jumlah dan waktu pemberian pupuk nitrogen, temperatur, penyimpanan, waktu pemanenan dan intensitas cahaya. Waktu pemanenan berhubungan dengan intensitas cahaya dimana intensitas cahaya pada pagi hari lebih rendah dibandingkan siang dan sore hari.

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh waktu pemetikan pagi, siang dan sore terhadap kadar nitrat dan nitrit pada sawi manis (Brassica rapa var. parachinensis L.) dengan metode spektrofotometri sinar tampak.

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

a. Apakah terdapat perbedaan kadar nitrat dan nitrit yang terkandung dalam sawi manis yang di petik pada waktu pagi, siang dan sore?

b. Apakah kadar nitrat dan nitrit yang terdapat pada satu kilogram sawi manis yang di petik pagi, siang dan sore melebihi jumlah asupan yang diizinkan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

a. Terdapat perbedaan kadar nitrat dan nitrit pada sawi manis yang di petik pada waktu pagi, siang dan sore.

b. Kadar nitrat dan nitrit yang terdapat pada satu kilogram sawi manis yang di petik pagi, siang dan sore melebihi jumlah asupan yang diizinkan.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui perbandingan kadar nitrat dan nitrit dalam sawi manis yang di petik pada waktu pagi, siang dan sore.

b. Untuk mengetahui kadar nitrat dan nitrit yang terdapat pada satu kilogram sawi manis yang di petik pagi, siang dan sore melebihi atau tidak berdasarkan jumlah asupan yang diizinkan.

(22)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Agar masyarakat mengetahui waktu pemetikan yang tepat untuk mengurangi asupan nitrat dan nitrit dari sawi manis.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Nitrogen

Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang sangat penting dan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan diserap tanaman dalam bentuk ion amonium (NH4+) dan ion nitrat (NO3-). Sebagian besar tumbuhan mengandung 1–25% nitrogen dari berat keringnya. Nitrogen dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk antara lain asam amino, protein, amida, klorofil, alkaloid dan basa nitrogen (Harahap, 2012).

Nitrogen di dalam tanah berasal dari berbagai sumber diantaranya nitrogen bebas di atmosfer, hasil dekomposisi bahan organik, loncatan listrik di udara serta pupuk buatan dan pupuk organik. Sumber utama adalah dari nitrogen bebas di atmosfer. Nitrogen bebas di atmosfer menempati 78% volume atmosfer.

Namun nitrogen dalam bentuk unsur tidak dapat langsung digunakan dan harus diubah terlebih dahulu menjadi bentuk amonium atau nitrat melalui proses-proses tertentu (Damanik, dkk., 2010).

Sumber kedua nitrogen di dalam tanah adalah dari hasil dekomposisi bahan organik. Bahan organik yang mengandung protein selanjutnya akan dilapuki oleh jasad–jasad renik menjadi asam–asam amino, kemudian menjadi amonia (NH4) dan nitrat (NO3) yang larut di dalam tanah. Bakteri yang berperan dalam dekomposisi ini adalah bakteri–bakteri nitrifikasi (Damanik, dkk., 2010).

Sumber ketiga nitrogen di dalam tanah berasal dari peristiwa loncatan listrik di atmosfer yang akhirnya turun ke bumi melalui air hujan. Proses demikian senantiasa berlangsung, dan diperkirakan jumlahnya antara 5-10 kg N/ha/tahun.

(24)

Sumber keempat adalah pupuk buatan yang mengandung nitrogen seperti urea, ZA dan pupuk majemuk serta pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk kompos (Damanik, dkk., 2010). Siklus nitrogen dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Siklus Nitrogen (Sumber: Hill, 1996).

Transformasi utama nitrogen yaitu fiksasi nitrogen, amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi. Transformasi nitrogen adalah kunci untuk produktivitas dalam biosfer dan sangat tergantung pada aktivitas mikroorganisme, seperti bakteri, archaea dan jamur (Bernhard, 2010).

Fiksasi nitrogen adalah suatu proses mengubah gas nitrogen menjadi nitrogen biologis yang tersedia. Gas nitrogen adalah senyawa yang sangat stabil karena kekuatan ikatan rangkap tiga antara atom nitrogen dan membutuhkan energi yang cukup besar untuk memecah ikatan ini. Sebagian besar fiksasi nitrogen dilakukan oleh bakteri pengikat nitrogen seperti rhizobium, azotobacter dan Clostridium (Bray, 1983).

Amonifikasi adalah peristiwa perubahan senyawa amina menjadi amonium. Amina–amina dan asam–asam amino yang dibebaskan dimanfaatkan

(25)

oleh golongan bakteri heterotrof yang lain dan membebaskan amonium. Proses amonifikasi berlangsung hampir dalam setiap keadaan, disebabkan organisme yang dapat melakukannya sangat banyak dan heterogen (Damanik, dkk., 2010).

Nitrifikasi adalah proses yang mengubah amonia menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat dan merupakan langkah penting dalam siklus nitrogen global. Kebanyakan nitrifikasi terjadi aerobik dan dilakukan secara eksklusif oleh prokariota. Ada dua langkah yang berbeda dari nitrifikasi yang dilakukan oleh jenis yang berbeda dari mikroorganisme. Tahap pertama adalah proses oksidasi amonium menjadi nitrit yang dilaksanakan oleh bakteri nitrosomonas dan tahap kedua adalah proses oksidasi enzimatik nitrit menjadi nitrat yang dilaksanakan oleh bakteri nitrobakter (Bernhard, 2010).

Denitrifikasi adalah proses yang mengubah nitrat menjadi gas nitrogen, sehingga menghilangkan nitrogen dan kembali ke atmosfer. Gas dinitrogen (N2) adalah produk akhir utama dari denitrifikasi (Bernhard, 2010).

2.2 Ion Nitrat dan Nitrit

Ion nitrat dan nitrit adalah senyawa nitrogen alami yang terdapat di dalam air, dalam tanah dan dalam air permukaan. Senyawa ini terdapat dalam bentuk kalium nitrat dan nitrit serta natrium nitrat dan nitrit yang telah digunakan dalam daging olahan selama berabad–abad. Diberbagai negara, termasuk Indonesia, nitrit diizinkan sebagai bahan tambahan makanan (Silalahi, 2005; DepKes RI, 2012).

Nitrit dapat berfungsi sebagai pengawet dan pemberi warna cerah pada daging. Sebagai pengawet, nitrit mampu menghambat pertumbuhan beberapa bakteri, terutama bakteri patogen Clostridium botulinum. Sumber utama nitrit secara umum adalah makanan, terutama sayuran dan air minum. Hal yang perlu

(26)

diperhatikan adalah pemakaian pupuk pada sayuran. Jika pupuk urea banyak digunakan, akan menyebabkan paparan pada manusia melalui sayuran, terutama yang berdaun hijau serta sayuran dari umbi dan air minum (Silalahi, 2005;

Valade, 2016; Epley, dkk.,1992).

Menurut Yuningsih (2007), akumulasi nitrat dalam tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a) Spesies tanaman yang mempunyai sifat sebagai akumulator nitrat, seperti jagung, gandum dan sorgum.

b) Kandungan dan bentuk nitrogen dalam tanah. Tanah yang mengandung nitrogen dalam bentuk nitrat atau ammonia yang tinggi akan mempercepat penyerapan nitrat oleh tanaman.

c) Kondisi tanah. Keadaan tanah yang lembab dan asam akan mempercepat penyerapan nitrat oleh tanaman, karena nitrat lebih mudah larut dalam air.

Kondisi tanah yang kekeringan akan menyebabkan berkurangnya nitrat yang terlarut dan konsentrasi nitrat dalam tanah menjadi tinggi dan diserap oleh tanaman.

d) Kurangnya aliran cahaya. Cahaya diperlukan untuk mengatur aktivitas enzim nitrat reduktase untuk mencegah akumulasi nitrat.

Nitrat ditemukan dalam jumlah yang besar pada sayuran, yaitu sekitar 70-90% dari asupan nitrat. Kandungan nitrat yang tinggi pada tanaman disebabkan oleh akumulasi nitrat dalam jaringan pertumbuhan tanaman.

Akumulasi nitrat pada bagian batang lebih tinggi daripada bagian daun. Hal ini terjadi karena posisinya lebih dekat dengan permukaan tanah sehingga akan lebih banyak mengabsorbsi nitrat (Yuningsih, 2007). Konsentrasi nitrat pada sayuran sangat bervariasi, sekitar 1-10000 mg/kg berat segar. Klasifikasi nitrat

(27)

berdasarkan konsentrasinya pada sayuran dapat dibagi menjadi 5 kelas. Sayuran dengan konsentrasi nitrat kurang dari 200 mg/kg termasuk kelas 1. Konsentrasi nitrat kurang dari 500 mg/kg termasuk kelas 2, konsentrasi nitrat hingga 1000 mg/kg termasuk kelas 3, konsentrasi kurang dari 2500 mg/kg termasuk kelas 4. Sedangkan, sayuran dengan konsentrasi nitrat lebih dari 2500 mg/kg termasuk kelas 5. Klasifikasi kadar nitrat pada sayuran dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Klasifikasi Kadar Nitrat pada Sayuran

Sayuran Kadar nitrat (mg/kg) Kelas

Asparagus 3-700 1

Tomat 0-170 1

Kacang polong 20-100 1

Kentang 57-1000 1

Brokoli 140-2300 2

Kembang kol 53-4500 2

Mentimun 17-570 2

Sawi 0-2700 3

Kubis 30-5500 3

Wortel 0-2800 3

Peterseli 0-4100 4

Beet 100-4500 5

Selada 90-13000 5

Lobak 60-9000 5

Bayam 2-6700 5

Seledri 50-5300 5

(Sumber : Hill, 1996).

2.3 Efek Toksik Nitrat dan Nitrit

Nitrit dapat bereaksi dengan zat-zat yang ada dalam saluran pencernaan.

Nitrit juga dapat terbentuk melalui reduksi nitrat oleh bakteri pada infeksi kelenjar kemih. Sintesa nitrit dan nitrat juga terjadi di dalam jaringan tubuh mamalia oleh bakteri heterotrof. Jika pH lambung meningkat, bakteri akan berkembang dan kemudian dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Nitrat diabsorbsi dengan cepat

(28)

pada saluran pencernaan bagian atas dan sebagian besar dikeluarkan melalui urin.

Pengeluaran melalui urin mempunyai waktu paruh sekitar 5 jam. Sebagian nitrat yang diangkut dalam darah dikeluarkan melalui kelenjar ludah. Nitrat yang berada dalam rongga mulut dapat direduksi menjadi nitrit oleh mikroba rongga mulut dan kemudian tertelan. Sebanyak 25% dari asupan nitrat dikeluarkan melalui kelenjar ludah. Sekitar 20% dari nitrat dalam kelenjar ludah direduksi menjadi nitrit, dengan demikian sekitar 5% dari seluruh asupan nitrat akan direduksi menjadi nitrit dalam ludah dan tertelan kembali (Silalahi, 2005; Cassens, 1996).

Bila tanaman yang mengandung nitrat tinggi dikonsumsi maka nilai methaemoglobin dalam darah meningkat yang selanjutnya menyebabkan keracunan. Methaemoglobin adalah hemoglobin yang di dalamnya ferro (Fe2+) telah diubah menjadi ferri (Fe3+) dan kemampuannya untuk mengangkut oksigen telah berkurang dan menyebabkan warna darah menjadi coklat. Methaemoglobin dapat terjadi jika hemoglobin terpapar terhadap oksidator, termasuk nitrit.

Sebenarnya darah manusia secara normal mengandung methaemoglobin pada konsentrasi tidak melebihi 2%. Tetapi, jika kadarnya meningkat menjadi 20%

dapat menyebabkan gangguan pada pengangkutan oksigen yang nyata, namun masih dapat ditoleransi. Darah yang mengandung methaemoglobin yang tinggi disebut methaemoglobinemia dengan gejala kulit biru (sianosis), sesak napas, mual dan muntah, serta shock. Kematian dapat terjadi jika kadar methaemoglobin mencapai 70% (Silalahi, 2005; Epley, dkk., 1992; Finan, dkk., 1998).

2.4 Sawi

Sawi merupakan tanaman semusim yang dapat dimanfaatkan sebagai sayuran atau lalapan. Selain itu, daun sawi juga sering dibuat asinan oleh

(29)

masyarakat Cina. Tanaman sawi mempunyai batang pendek dan lebih langsing dan pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk crop.

Tanaman ini mempunyai akar tunggang dan akar samping yang banyak tetapi dangkal. Ukuran kuntum bunganya lebih kecil dengan warna kuning pucat yang spesifik. Hampir setiap orang gemar memakan sawi karena rasanya enak dan mengandung vitamin seperti vitamin A, B dan C (Sunarjono, 2004).

2.4.1 Taksonomi sawi manis

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1998), taksonomi tanaman sawi manis adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Capprales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica rapa var. parachinensis L.

Nama Lokal : Sawi Manis 2.4.2 Jenis – jenis sawi

a. Sawi Cina (Brassica rapa L. subsp. parachinensis)

Nama lain dari sawi cina adalah pak choy. Di Indonesia sering disebut dengan nama sawi sendok, sawi manis dan sawi daging. Tanaman ini banyak ditemukan di Malaysia, Indonesia, Filipina, Cina, Taiwan, Afrika Barat dan Afrika Timur (Tindall, 1983). Tanaman ini merupakan salah satu sayuran penting Asia, khususnya di Cina. Daunnya bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna hijau tua dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau

(30)

setengah mendatar, tersusun dalam spiral yang rapat. Tangkai daunnya berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

b. Sawi Putih atau disebut juga kubis Cina (Brassica rapa L. subsp. pekinensis) Sawi Putih sangat digemari banyak orang karena rasanya enak. Daunnya agak halus dan tidak berbulu. Tulang daunnya lebar, berwarna hijau keputih- putihan, bertangkai pendek dan bersayap. Sayap tersebut melengkung ke bawah (Sunarjono, 2004). Tanaman ini dikenal sebagai pe-tsai (bahasa Mandarin, yang berarti sayuran putih) dan di Amerika Serikat dikenal dengan nama napa atau kubis napa. Sawi putih diyakini berasal dari Cina dan mungkin berevolusi melalui persilangan alami dengan pak choy. Sawi putih banyak digunakan sebagai sayuran yang dimasak. Di berbagai negara Asia, banyak juga yang diolah menjadi acar, di Korea produk ini dikenal sebagai kimchi. Daunnya kadang juga dikeringkan untuk kemudian digunakan dalam sup. Karena kandungan vitamin C nya tinggi, sawi putih merupakan sayuran yang bernilai tinggi. Jika suhu dan kelembapan dikelola dengan tepat, sawi putih memiliki daya simpan yang baik dan dapat disimpan selama beberapa bulan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

c. Sawi pahit (Brassica juncea)

Sawi pahit umumnya kurang disukai karena rasanya agak pahit. Sawi ini batangnya pendek dan tegap. Daunnya lebar dan keriting, berwarna hijau tua, bertangkai pipih, kecil dan berbulu halus. Sawi ini sering disebut dengan sawi India, sawi coklat atau sawi kuning. Sebagian besar sawi ini digunakan sebagai lalapan rebus yang memiliki kandungan pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

(31)

2.4.3 Syarat tumbuh sawi manis

Sawi manis mudah ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi.

Namun, sawi manis lebih banyak ditanam di dataran rendah, terutama di pekarangan karena perawatannya lebih mudah. Adapun syarat-syarat penting bertanam sawi ialah tanahnya yang gembur, banyak mengandung humus (subur), drainasenya baik dan pH tanahnya antara 6-7. Waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan. Walaupun demikian, tanaman ini dapat pula ditanam pada musim kemarau asalkan tersedia cukup air. Sawi manis atau pak choy memiliki umur panen yang singkat, tetapi kualitas produknya dapat dipertahankan selama sekitar 10 hari pada suhu 00C dan kelembapan 95% (Sunarjono, 2004).

2.4.4 Cara tanam dan pemanenan sawi manis

Sawi manis dikembangbiakkan dengan bijinya. Biji sawi manis sampai saat ini masih diimpor. Untuk 1 hektare (ha) lahan diperlukan biji sawi manis sebanyak 500-700 g (Sunarjono, 2004). Penanaman sawi manis diawali dengan penyiapan media tanam. Pemilihan media tanam yang tepat akan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Kondisi kesuburan media tanam perlu dikelola agar dapat menyokong pertumbuhan tanaman hingga panen.

Salah satu media tanam yang sampai saat ini mudah diperoleh yaitu tanah.

Peningkatan kesuburan tanah sebagai media tanam dapat dilakukan dengan menambahkan bahan organik lain sebagai campuran baik saat penyiapan media maupun saat berlangsungnya pertumbuhan tanaman. Media tanam yang digunakan yaitu media tanah:pupuk kompos dengan perbandingan 1:3 dimasukkan ke dalam polybag berukuran 25 cm x 25 cm dan dibiarkan selama 1 minggu. Setelah 1 minggu benih sawi manis ditanam dengan cara di bagian

(32)

tengah media dibuat lubang kecil, lalu dimasukkan benih sebanyak 1-3 biji dan selanjutnya ditutup dengan media tanam (Juwita dan Suparwato, 2015).

Tanaman sawi manis dapat dipanen setelah berumur 20 hari. Sawi manis dipanen dengan cara tanaman dicabut atau dipotong bagian batang di atas tanah.

Namun, ada juga yang memanen dengan cara memetik daunnya satu per satu.

Cara pemanenan dengan pemetikan ini bertujuan agar tanaman tahan lama (Sunarjono, 2004).

2.4.5 Kandungan gizi dan manfaat sawi manis

Sawi manis dapat dimanfaatkan sebagai sayuran atau lalapan dalam bentuk masak. Selain itu, daun sawi hijau juga sering dibuat asinan oleh masyarakat Cina (Sunarjono, 2004). Ditinjau dari kandungan gizinya, sawi manis merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan.

Didalam sawi manis terdapat cukup banyak kandungan protein, mineral, kalsium, fosfor dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (Tindall, 1983). Pada Tabel 2.2 diuraikan mengenai kandungan gizi 100 g sawi manis.

Tabel 2.2 Kandungan Gizi 100 g Sawi Manis

Zat Gizi Kandungan

Nutrisi

Air 93 mL

Kalori 21 Kkal

Vitamin C 74 mg

Vitamin B1 (Thiamin) 0,07 mg Vitamin B2 (Riboflavin) 0,13 mg Vitamin B3 (Niasin) 1,0 mg

β carotene 2160 µg

Kalsium (Ca) 147 mg

Besi (Fe) 4,4 mg

Fosfor (P) 33 mg

Serat 0,7 g

Karbohidrat 4 g

Lemak 0,3 g

(Sumber : Tindall, 1983).

(33)

2.5 Fotosintesis

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang berarti penyusunan. Fotosintesis adalah penyusunan zat organik seperti gula dari zat anorganik seperti air (H2O) dan karbondioksida (CO2) dengan pertolongan energi cahaya matahari. Karena bahan baku yang dipergunakan adalah zat karbon, misalnya karbondioksida, maka dapat juga disebut asimilasi zat karbon. Pada dasarnya, proses fotosintesis merupakan kebalikan dari pernafasan. Proses pernafasan bertujuan memecah gula menjadi karbondioksida, air dan energi.

Sebaliknya proses fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan menggunakan energi cahaya matahari (Harahap, 2012).

Sebenarnya, fotosintesis bukanlah suatu proses tunggal, melainkan dua proses yang masing-masing terdiri dari banyak langkah. Kedua tahap fotosintesis dikenal sebagai reaksi terang (light reaction) dan siklus Calvin (Calvin cycle).

Reaksi terang merupakan tahap-tahap fotosintesis yang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk dua senyawa yaitu Nikotinamida Adenin Dinukleotida Fosfat (NADPH) dan Adenosina Trifosfat (ATP). NADPH merupakan sumber elektron sebagai tenaga pereduksi yang dapat diteruskan ke molekul penerima elektron. ATP merupakan sumber energi serba bisa dalam sel.

Reaksi terang tidak menghasilkan gula. Pembentukan gula terjadi pada tahap kedua fotosintesis, yaitu siklus Calvin (Campbell, dkk., 2010).

Siklus Calvin dinamakan menurut Melvin Calvin yang bersama-sama para koleganya mulai mengungkapkan langkah-langkah siklus tersebut pada akhir tahun 1940-an. Siklus Calvin diawali dengan penggabungan karbondioksida dari udara ke dalam molekul organik yang sudah ada dalam kloroplas. Penggabungan karbon ke dalam senyawa organik pada awal siklus ini disebut fiksasi karbon

(34)

(carbon fixation). Siklus Calvin kemudian mereduksi karbon yang terfiksasi menjadi karbohidrat melalui penambahan elektron. Tenaga pereduksi disediakan oleh NADPH, yang menerima muatan elektronnya dalam reaksi terang. Untuk mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, siklus Calvin juga membutuhkan energi kimia dalam bentuk ATP, yang juga dibentuk dalam reaksi terang. Dengan demikian, siklus calvin yang memproduksi gula. Akan tetapi, siklus tersebut hanya dapat melakukannya dengan bantuan NADPH dan ATP yang dihasilkan oleh reaksi terang. Langkah-langkah metabolik pada siklus Calvin terkadang disebut reaksi gelap, atau reaksi tidak bergantung cahaya, sebab tidak ada satu pun dari langkah itu yang membutuhkan cahaya secara langsung. Bagaimanapun juga, siklus Calvin pada sebagian besar tumbuhan terjadi pada siang hari, karena hanya pada waktu itulah reaksi terang dapat menyediakan NADPH dan ATP yang dibutuhkan oleh siklus Calvin (Campbell, dkk., 2010).

2.6 Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit Pada Makanan 2.6.1 Kromatografi cair kinerja tinggi

Penggunaan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) untuk analisa nitrit dan nitrat telah berkembang. Kedua anion dapat dianalisa dalam waktu yang bersamaan. Metode KCKT telah dilaporkan untuk pengukuran kadar nitrat dan nitrit pada daging, sayuran dan air (Hill, 1996).

Penetapan kadar nitrat dan nitrit pada bayam yang dilakukan oleh Keshavarz, dkk. (2015), dengan KCKT menggunakan kolom C18 Water

Spherisorb (250 x 4,6) mm dengan fase gerak oktilamin 0,015 M pH 6,5 didalam metanol 30%. Laju alir optimal 0,8 mL/menit, volume injeksi 0,5 µL kemudian dideteksi dengan UV 213 nm.

(35)

Batas deteksi nitrat dan nitrit dengan metode KCKT berada pada kisaran 0,01-0,1 mg/L untuk air dan antara 0,1-1,0 mg/Kg untuk bahan makanan. Pada prakteknya batas deteksi tergantung pada reagen blanko (Hill, 1996).

2.6.2 Kromatografi gas

Metode kromatografi gas telah digunakan untuk pengujian nitrat dan nitrit pada air dan bahan makanan. Prosedur ini melibatkan pembentukan derivatif volatile, ekstraksi dengan pelarut organik dan pengukuran oleh kromatografi gas dengan menggunakan detektor selektif. Pengukuran dengan kromatografi gas dilakukan dengan metode nitrasi dari benzen dalam kondisi asam untuk nitrat pada daging (Hill, 1996). Reaksi nitrasi dari benzen dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Reaksi Nitrasi dari Benzen (Sumber : McMurry, 2008).

Pengembangan metode kromatografi gas untuk pengukuran kadar nitrit telah dilakukan. Cara yang dilakukan adalah mereaksikan pentaflourobenzil dengan nitrit sehingga diperoleh derivatif volatile, sedangkan pengukuran kadar nitrat dilakukan terlebih dahulu mereduksinya menjadi nitrit, kemudian diukur sebagai nitrit. Pengukuran kadar nitrat dan nitrit dengan kromatografi gas menggunakan fase gerak Helium dengan tekanan 50 kPa, fused-sillica capillary

(36)

coloum (OV1701, 25 m x 0,36 mm) yang dikondisikan pada suhu 60oC selama 2 menit kemudian suhu dinaikkan sampai 100oC dengan laju 5oC per menit dan suhu dinaikkan kembali sampai 250oC dengan laju 30oC per menit (Hill, 1996).

2.6.3 Spektrofotometri sinar tampak

Pengukuran nitrit dengan cara mereaksikan nitrit dengan asam sulfanilat dalam suasana asam sehingga terbentuk garam diazo, kemudian dikopling dengan NED sehingga membentuk larutan yang berwarna. Reaksi pembentukan garam diazo dan reaksi pengkoplingan dengan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida (NED) dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Reaksi Diazotasi

Reaksi Pengkoplingan

Gambar 2.3 Reaksi diazotasi dan pengkoplingan dengan NED 2 HCl.

(Sumber: Gandjar dan Rohman, 2012).

(37)

Prosedur umum untuk penetapan kadar nitrit biasanya didasarkan pada beberapa bentuk diazotasi melibatkan bahan karsinogenik seperti naftiletilendiamin. Dalam hal ini ion nitrit dibawah kondisi asam menyebabkan diazotasi dari sulfanilamid (4-aminibenzen sulfonamida) terjadi dan produk ini ditambah dengan N (1-naftil) etilendiamin dihidroklorida (Vogel, 1979).

Penetapan kadar nitrat dan nitrit dengan metode spektrofotometri sinar tampak pada beberapa bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit dengan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak pada Beberapa Bahan Makanan

No Bahan Makanan Kadar Nitrat

(mg/kg)

Kadar Nitrit (mg/kg)

1 Selada

Penyimpanan suhu kamar Penyimpanan suhu kulkas (100C)

Penanaman dengan pupuk kimia Penanaman tanpa pupuk

70,83 64,42 47,25 28,59

48,14 40,08 42,98 22,62

2 Bayam

Bayam segar

Bayam dengan perebusan 15 menit Bayam dengan penyimpanan 1-6 jam

Bayam merah organik Bayam merah non organik

206,44 170,33 75,45

4,40 12,91

37,86 20,23 25,14 12,14 6,25

3 Seledri

Seledri segar

Direbus dengan air demineral Direbus dengan air mineral

52,17 16,34 22,20

25,87 11,85 13,39

4 Wortel

Wortel segar

Direbus dengan wadah aluminium Direbus dengan wadah periuk Direbus dengan wadah stainless steel

32,14 21,08-27,14 16,51-20,30 13,25-16,40

24,78 11,00-20,15

8,21-11,75 9,18-16,95

5 Keju 60,98-174,53 21,26-66,49

6 Sop daging

Daging

- -

0,87-3,74 6,46-10,14 (Sumber: Silalahi et al, 2016; Zariah, 2016; Amri, 2016; Sitanggang, 2016;

Siregar, 2016; Aritonang, 2016; Utari, 2016; Alamsyah, 2009).

(38)

Prinsip pengukuran kadar nitrit berdasarkan pembentukan warna kemerah- merahan yang terjadi bila mereaksikan nitrit dengan asam sulfanilat dan NED pada pH 2,0-5,2 kemudian diukur pada panjang gelombang 540 nm. Kebanyakan metode dikembangkan berdasarkan prosedur diazotasi Griess. Prosedur ini terjadi pembentukan garam diazo antara nitrit dan sulfanilat. Kemudian diazo direaksikan dengan senyawa amin aromatis atau fenol aromatis membentuk senyawa berwarna. Penentuan kadar nitrat dilakukan terlebih dahulu mereduksinya menjadi nitrit, kemudian diukur sebagai nitrit. Jika didalam sampel juga terdapat nitrit maka kadar nitrat dikurangkan dari kadar nitrit yang ditentukan sebelum direduksi (Silalahi, 2005).

2.7 Validasi Metode

Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Masing-masing tahap dalam proses validasi ini merupakan suatu proses yang secara keseluruhan bertujuan untuk mencapai kesuksesan validasi (Gandjar dan Rohman, 2012).

2.7.1 Ketepatan (akurasi)

Ketetapan (akurasi) merupakan ketelitian metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnya atau nilai rujukan (Botsoglou dan Fletouris, 2001).

Menurut Harmita (2004) persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% perolehan kembali = CF−CA

C∗A x 100%

(39)

Keterangan:

CF = konsentrasi analit dalam sampel setelah penambahan baku CA = konsentrasi analit dalam sampel sebelum penambahan baku C*A = konsentrasi bahan baku yang ditambahkan ke dalam sampel 2.7.2 Presisi

Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik (Botsoglou dan Fletouris, 2001).

2.7.3 Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan batas kuantitasi didefinisikan sebagai konsentrasi

analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang

digunakan (Botsoglou dan Fletouris, 2001).

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimental yaitu untuk mengetahui kandungan nitrat dan nitrit dalam sawi manis yang dipetik pada pagi, siang dan sore hari. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan pada Agustus 2016-Oktober 2016.

3.1 Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena sampel dianggap homogen (Sudjana, 2005). Sampel diambil dari penanaman yang ditanam oleh peneliti dengan umur panen 20 hari, 23 hari dan 26 hari. Waktu pemetikan sampel pada pagi hari dilakukan pada pukul 06.30 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB.

3.1.1 Prosedur penanaman sawi manis

Dimasukkan media tanam berupa tanah:pupuk kompos dengan perbandingan 1:3 ke dalam polybag berukuran 25 cm x 25 cm dan dibiarkan selama 1 minggu. Setelah 1 minggu benih sawi manis ditanam dengan cara di bagian tengah media dibuat lubang kecil, lalu dimasukkan benih sebanyak 1-3 biji dan selanjutnya ditutup dengan media tanam (Juwita dan Suparwato, 2015).

Penyiraman dilakukan pada sore hari, sawi manis dipanen pada umur 20 hari, 23 hari dan 26 hari.

(41)

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analis produksi E-Merck yaitu natrium nitrit, asam sulfanilat, N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida, asam asetat glasial, asam klorida encer, ferro sulfat, asam sulfat pekat dan yang tidak berkualitas pro analis yaitu air suling dan serbuk zink (Zn).

3.3 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit alat spektrofotometer uv-vis (UV-1800 Shimadzu), neraca analitik (Boeco germany), penangas air, kertas saring, kertas perkamen, tissue, bola karet, spatula, termometer, tabung reaksi, penjepit tabung, batang pengaduk, lumpang dan alu serta alat-alat gelas sesuai dengan kebutuhan.

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan pereaksi

Pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan asam asetat 15% (v/v), larutan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan larutan asam sulfanilat. Larutan asam asetat 15% (v/v) dibuat dengan cara diencerkan 75 mL asam asetat glasial dengan air suling dalam labu tentukur 500 mL.

Larutan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dibuat dengan cara dilarutkan 0,350 g N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida di dalam 250 mL asam asetat 15% (v/v). Disaring dengan kertas saring dan disimpan dalam botol berwarna coklat.

(42)

Larutan asam sulfanilat dibuat dengan cara dilarutkan 0,850 g asam sulfanilat di dalam 250 mL asam asetat 15% (v/v). Disaring dengan kertas saring dan disimpan dalam botol berwarna coklat.

Larutan ferro sulfat dibuat dengan cara dilarutkan 2,8 g ferro sulfat dalam air yang baru dididihkan dan telah dingin. Larutan ferro sulfat harus dibuat baru.

3.4.2 Identifikasi nitrit

Identifikasi nitrit dilakukan dengan cara sebagai berikut. Diambil sebagian sampel yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan dalam beaker glass, ditambahkan air suling secukupnya, dipanaskan diatas penangas air beberapa saat sambil diaduk-aduk, kemudian didinginkan dan disaring. Lalu dilakukan identifikasi yaitu dimasukkan filtrat ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan beberapa tetes larutan asam sulfanilat dan larutan NED.

Dibiarkan selama beberapa menit, warna ungu merah menunjukkan adanya nitrit (Vogel, 1979).

3.4.3 Identifikasi nitrat

Identifikasi nitrat dilakukan dengan cara dimasukkan sebagian sampel yang telah dihaluskan ke dalam beaker glass, ditambahkan air suling secukupnya, dipanaskan di atas penangas air selama beberapa saat sambil diaduk kemudian didinginkan pada suhu kamar dan disaring. Lalu dimasukkan sejumlah filtrat ke dalam tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan ferro sulfat yang baru dibuat kemudian ditambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat secara perlahan- lahan melalui dinding tabung sehingga asam ini membentuk suatu lapisan di sebelah bawah campuran tersebut. Sebuah cincin coklat akan terbentuk pada tempat di mana kedua cairan bertemu (Vogel, 1979).

(43)

3.4.4 Pembuatan larutan induk baku nitrit

Sebanyak 100 mg serbuk natrium nitrit dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dilarutkan dalam air suling, kemudian dicukupkan volumenya sampai garis tanda (C = 1000 μg/mL) (LIB I). Dipipet 1 mL LIB I dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL kemudian diencerkan dengan air suling sampai garis tanda (C = 10 μg/mL) (LIB II).

3.5 Penetapan Kadar Nitrit dan Nitrat

3.5.1 Penentuan panjang gelombang maksimum nitrit baku

Dipipet 4 mL LIB II (C = 0,8 μg/mL) nitrit dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok, setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan, diukur serapan pada panjang gelombang 400−800 nm dengan blanko air suling.

3.5.2 Penentuan waktu kerja nitrit baku

Dipipet 4 mL LIB II nitrit dengan konsentrasi 10 μg/mL dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok, setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan, diukur serapan pada panjang gelombang 540 nm setiap menit selama 60 menit dengan blanko air suling (C = 0,8 μg/mL).

3.5.3 Penentuan kurva kalibrasi nitrit baku

Dari LIB II nitrit dengan konsentrasi 10 μg/mL, dipipet masing-masing larutan sebanyak 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan 5 mL untuk menghasilkan larutan

(44)

dengan konsentrasi 0,2 μg/mL; 0,4 μg/mL; 0,6 μg/mL; 0,8 μg/mL; 1 μg/mL.

Masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 50 mL, kemudian ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan.

Diukur serapan pada menit ke-13 pada panjang gelombang 540 nm.

3.5.4 Penentuan kadar nitrit dalam sawi manis

Ditimbang 10 g sampel yang telah dihaluskan dan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL. Kemudian ditambahkan air suling panas (± 80ºC) sampai volume 150 mL. Diaduk hingga homogen dengan batang pengaduk dan dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit sambil diaduk. Didinginkan pada suhu kamar dan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 250 mL.

Ditambahkan air suling sampai garis tanda, dihomogenkan dan disaring, filtrat pertama sekitar 10 mL dibuang. Dipipet 10 mL filtrat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada menit ke-13 dan panjang gelombang 540 nm. Kadar nitrit dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi Y = aX+b.

Rumus perhitungan kadar nitrit:

K = X x V x Fp

Berat Sampel (g)

Keterangan: Y = Absorban

K = Kadar nitrit dalam sampel (μg/g)

X = Kadar nitrit dalam larutan sampel sesudah pengenceran

(45)

V = volume larutan sampel sebelum pengenceran (mL) Fp = Faktor pengenceran

3.5.5 Penentuan kadar nitrat dalam sawi manis

Ditimbang 10 g sampel yang telah dihaluskan dan dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL. Kemudian ditambahkan air suling panas (± 80ºC) sampai volume 150 mL. Diaduk hingga homogen dengan batang pengaduk dan dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit sambil diaduk. Didinginkan pada suhu kamar dan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 250 mL.

Ditambahkan air suling sampai garis tanda, dihomogenkan dan disaring, filtrat pertama sekitar 10 mL dibuang. Dipipet 10 mL filtrat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan sedikit logam Zn (0,1 g) dalam larutan asam klorida didiamkan 10 menit, kemudian ditambahkan 2,5 mL pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 mL pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada menit ke-13 dan panjang gelombang 540 nm. Kadar nitrat dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi Y = aX+b.

Rumus perhitungan kadar nitrat:

K = X x V x Fp

Berat Sampel (g)

Keterangan: Y = Absorban

K = Kadar nitrat dalam sampel (μg/g)

X =Kadar nitrat dalam larutan sampel sesudah pengenceran V = volume larutan sampel sebelum pengenceran (mL) Fp= Faktor pengenceran

Kadar nitrit dari reduksi nitrat = Kadar total nitrit sesudah reduksi – Kadar nitrit sebelum reduksi.

(46)

Karena hasil pembacaan alat spektrofotometer untuk nitrat adalah sebagai nitrit, oleh sebab itu hasil pembacaan harus dikonfersikan.

Kadar nitrat = kadar nitrit dari reduksi nitrat x BM nitrat

BM nitrit

3.6 Uji Validasi Metode Analisis 3.6.1 Uji perolehan kembali

Uji perolehan kembali nitrat dan nitrit dapat dilakukan dengan menambahkan larutan baku ke dalam sampel kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama pada sampel (prosedur 3.5.4 untuk nitrit dan prosedur 3.5.5 untuk nitrat). Menurut Harmita (2004), persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus:

% perolehan kembali = CF −CA

CA

×

100%

Keterangan:

CF = Konsentrasi analit dalam sampel setelah penambahan bahan baku CA = Konsentrasi analit dalam sampel sebelum penambahan bahan baku C*A = Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan ke dalam sampel 3.6.2 Uji presisi

Berdasarkan hasil perolehan kembali nitrit dan nitrat ditentukan standar deviasi nitrit dan nitrat. Menurut Sudjana (2005), untuk menghitung standar deviasi (SD) digunakan rumus:

SD =

∑(X−X̅)2

n−1

Keterangan : X = Kadar kandungan zat dalam sampel X̅ = Kadar kandungan zat rata-rata sampel n = Jumlah pengulangan

(47)

Berdasarkan nilai standar deviasi yang didapat, dihitung simpangan baku relatif nirit dan nitrat. Simpangan baku relatif dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :

RSD =SD

X x 100%

Keterangan : 𝑋 = Kadar kandungan rata-rata zat dalam sampel SD = Standar deviasi

RSD = Relative Standard Deviation, Simpangan Baku Relatif 3.6.3 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitas

Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Menurut Harmita (2004), batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rumus perhitungan batas deteksi: 3xSy/x

Slope

Batas kuantitas atau Limit of Quantitation (LOQ) adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita (2004), batas kuantitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Batas kuantitasi = 10 x Sy/x

Slope

3.6.4 Analisis data secara statistik

Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:

t hitung =

|

X−X̅

SD/√n

|

(48)

Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel. Menurut Sudjana (2005), untuk mencari kadar sebenarnya dengan %, α 1/2 , dk = n-1, dapat digunakan rumus (Sudjana, 2005):

µ = X̅ ± (t (α/2, dk) x SD/√n ) Keterangan : µ : kadar sebenarnya

X̅ : kadar analit dalam sampel SD : standar deviasi

dk : derajat kebebasan (dk = n-1)

t : harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 α : tingkat kepercayaan

n : jumlah pengulangan

3.7 Pengujian Beda Nilai Rata-Rata

Pengujian beda nilai rata-rata dilakukan dengan metode One Way ANOVA menggunakan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah variasi perlakuan sampel sama atau berbeda.

H0: Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata kadar nitrat dan nitrit pada perlakuan sampel.

H1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata kadar nitrat dan nitrit pada perlakuan sampel.

Uji ANOVA (F) digunakan untuk menguji sebuah rancangan eksperimen dengan rancangan lebih dari dua. Uji ini termasuk dalam uji parametrik sehingga asumsi penggunaan uji parametrik harus dipenuhi yaitu data berdistribusi normal, varian homogen dan diambil dari sampel yang acak (Riwidikdo, 2008).

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Medanense, Medan, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah Brassica rapa var.

parachinensis L., famili Brassicaceae. Hasil Identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 46 .

4.2 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam Sawi Manis

Identifikasi nitrit yang telah dilakukan dengan menggunakan pereaksi asam sulfanilat dan NED menunjukkan bahwa sampel mengandung nitrit dengan terbentuknya warna ungu merah muda. Identifikasi nitrat yang dilakukan dengan pereaksi ferro sulfat dan asam sulfat pekat juga menunjukkan adanya nitrat dengan terbentuknya cincin coklat. Identifikasi nitrit dan nitrat dalam sawi manis dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam Sawi Manis

No Sampel Pereaksi Asam

Sulfanilat dan NED

Pereaksi Ferro Sulfat dan Asam

Sulfat Pekat 1 Sawi manis yang

dipetik pagi hari Ungu merah muda Cincin coklat 2 Sawi manis yang

dipetik siang hari Ungu merah muda Cincin coklat 3 Sawi manis yang

dipetik sore hari Ungu merah muda Cincin coklat

(50)

4.3 Kurva Serapan Nitrit

Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Penentuan kurva serapan maksimum dilakukan pada panjang gelombang 400-800 nm. Pengukuran serapan nitrit dilakukan pada konsentrasi 0,8 µg/mL nitrit. Kurva serapan nitrit pada konsentrasi 0,8 µg/mL dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Panjang gelombang (nm) Gambar 4.1 Kurva Serapan Nitrit Pada Konsentrasi 0,8 µg/mL

Serapan nitrit diperoleh pada panjang gelombang 540 nm. Panjang gelombang tersebut sama dengan panjang gelombang nitrit pada serapan maksimum yaitu 540 nm. Kurva serapan selanjutnya digunakan untuk penentuan waktu kerja dan penentuan kadar nitrat dan nitrit dalam sampel.

4.4 Waktu Kerja

Penentuan waktu kerja nitrit dilakukan untuk mengetahui waktu dimana senyawa tersebut memiliki nilai serapan paling stabil saat diukur dengan

nm .

400,00 500,00 600,00 700,00 800,00

Abs.

0,531

0,400

0,200

0,000

-0,046

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat dan kasihNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menjalani masa perkuliahan dan penelitian hingga akhirnya

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker peel-off kefir susu kambing Etawa dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker peel-off yang dibuat dapat menimbulkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi golongan obat antihipertensi dan kesesuaian dosis obat antihipertensi menurut The Renal Drug Handbook pada

Uji mikrobiologi aktivitas antibakteri sediaan gel ekstrak daun belimbing wuluh dilakukan dengan metode difusi agar yang menggunakan pencadang kertas dengan cara mengukur

Manfaat penelitian yang dilakukan adalah untuk memberikan informasi bahwa aplikasi metode spektrofotometri ultraviolet secara Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental yakni suatu metode penelitian dimana peneliti bertujuan mencari pengaruh variabel bebas

Skripsi ini disusun untuk melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Evaluasi Pelayanan Resep