FORMULASI DAN EFEKTIVITAS MASKER CLAY YANG MENGANDUNG MINYAK ZAITUN MURNI SEBAGAI
ANTI-AGING SKRIPSI
OLEH:
KEZIA MARULAM SIANIPAR NIM 131501160
PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
FORMULASI DAN EFEKTIVITAS MASKER CLAY YANG MENGANDUNG MINYAK ZAITUN MURNI SEBAGAI
ANTI-AGING
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
KEZIA MARULAM SIANIPAR NIM 131501160
PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Dan Efektivitas Masker Clay yang mengandung Minyak Zaitun Murni Sebagai Anti-Aging”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Minyak zaitun dipercaya memberikan manfaat biologisnya terutama melalui unsur pokok antioksidannya meliputi asam oleat, fenolat, dan squalene semua telah terbukti dapat menghambat stres oksidatif. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan sediaan masker clay yang mengandung minyak zaitun murni menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan sediaan masker clay yang mengandung minyak zaitun murni selama 4 minggu menunjukkan perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik dengan kelembapan meningkat, pori-pori semakin mengecil, banyak noda semakin berkurang serta kerutan yang semakin berkurang. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab, memberikan petunjuk, bantuan, dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada bapak Prof. Dr.
Hakim Bangun, Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang memberikan arahan, kritik, dan saran kepada penulis pada penyusunan skripsi ini, serta kepada ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis selama masa pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu pengajar dan staff Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Mangasa Sianipar, S.H., dan Ibunda Sondang Silalahi, dan adik- adikku Yosephine, Claudia dan Evangelica yang memberikan cinta, kasih sayang, doa, dukungan, penghiburan, motivasi dan dana kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, teman-teman angkatan 2013, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya di bidang farmasi.
Medan, April 2018 Penulis,
Kezia Marulam Sianipar NIM 131501160
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Kezia Marulam Sianipar
Nomor Induk Mahasiswa : 131501160
Program Studi : S-1 Reguler Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi dan Efektivitas Masker Clay yang Mengandung Minyak Zaitun Murni sebagai Anti- Aging
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
FORMULASI DAN EFEKTIVITAS MASKER CLAY YANG MENGANDUNG MINYAK ZAITUN MURNI SEBAGAI ANTI-AGING
ABSTRAK
Latar belakang: Penyebab utama penuaan dini adalah aktivitas berlebihan dibawah sinar matahari. Vitamin E, asam oleat dari minyak zaitun murni sebagai antioksidan diyakini memiliki kemampuan melindungi sel dari radikal bebas, memperbaiki kulit yang disebabkan photo-aging dan memperlambat penuaan.
Tujuan: Menformulasikan minyak zaitun murni dalam bentuk sediaan masker clay sebagai anti-aging serta uji efektivitasnya terhadap kulit wajah sukarelawan.
Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental. Sediaan masker clay dibuat dengan menambahkan minyak zaitun murni masing-masing dengan konsentrasi 6% (F1), 8% (F2), dan 10% (F3) ke dalam dasar masker clay. Sebagai blanko (F0) digunakan dasar masker clay tanpa minyak zaitun murni. Evaluasi stabilitas sediaan masker clay meliputi pengamatan organoleptis (bau, warna, homogenitas), pH selama penyimpanan 4 minggu pada suhu kamar kemudian dilakukan uji iritasi, dan uji efektivitas anti-aging menggunakan alat skin analyzer terhadap wajah sukarelawan. Parameter yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, besar pori, jumlah noda dan banyaknya kerutan. Perawatan dilakukan selama empat minggu dengan mengaplikasikan masker satu kali seminggu. Data dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dan Mann-Whitney.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak zaitun murni dapat diformulasikan menjadi sediaan masker clay. Sediaan homogen, pH 6,2-6,8, stabil dalam penyimpanan, dan tidak mengiritasi kulit wajah sukarelawan.
Semakin tinggi konsentrasi minyak zaitun murni pada sediaan masker clay menunjukkan perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik dengan konsentrasi tertinggi yaitu 10%. Perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik dengan kadar air meningkat (28,66 menjadi 40,66), pori-pori semakin mengecil (44,66 menjadi 27,66) noda semakin berkurang (47,33 menjadi 32,00) serta kerutan yang semakin berkurang (47,33 menjadi 30,00).
Kesimpulan: Minyak zaitun murni dapat diformulasikan kedalam sediaan masker clay dan efektivitas sebagai anti-aging yang paling baik terlihat pada masker clay dengan konsentrasi minyak zaitun murni 10%. Perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik dengan kadar air meningkat (persen pemulihan 40,20%), pori-pori semakin mengecil (persen pemulihan 31,97%), banyak noda semakin berkurang (persen pemulihan 24,88%) serta kerutan yang semakin berkurang (persen pemulihan 32,32%).
Kata kunci: formulasi, masker clay, minyak zaitun, anti-aging
FORMULATION AND EFFECTIVENESS OF CLAY MASK CONTAINING VIRGIN OLIVE OIL AS ANTI-AGING
ABSTRACT
Background: The main cause of premature aging is excessive activity under the sun light. Vitamin E, oleic acid from pure olive oil as an antioxidant is believed to have the ability to protect cells from free radicals, repair skin caused by photoaging and prevent aging.
Purpose: The aim of this study was to formulate olive oil as an anti-aging facial clay mask and test its effectiveness against volunteer’s skin.
Method: Clay mask was made by adding olive oil with a concentration of 6%
(F1), 8% (F2), and 10% (F3), respectively to the clay mask base. As a blank (F0), clay mask base without olive oil was used. The stability evaluations of clay mask preparation included organoleptic evaluation (smell, colour, and homogenity test), pH during 4 weeks storage at room temperature then evaluate irritation test, and anti-aging effect using the skin analyzer device. Parameters measured including moisture, pores, spots, and wrinkles. Application clay mask and measurement anti-aging parameters was done in 4 weeks by applying the clay mask once a week. Data was analyzed using Kruskal Wallis and Mann- Whitney test.
Result: The result showed that the olive oil can be formulated into clay mask.
The clay mask was homogenous, pH 6.2-6.8, stable in the storage, and did not irritate the skin. The increasing concentration from olive oil that was formulated in clay mask showed the ability as anti-aging with the highest concentration that was 10%. The improvement of the skin condition with the increased of moisture level (28.66 into 40.66), minimized pores (44.66 into 27.66), reduced the number of spots (47.33 into 32.00) and reduced the number of wrinkles (47.33 into 30.00).
Conclusion: Olive oil can be formulated into clay mask and the best anti-aging effectiveness on clay mask is shown on clay mask with 10% that was capable of improving skin condition. The skin condition improved as well, the increased of moisture level (percent recovery is 40.20%), pores got smaller (percent recovery is 31.97%), spots decreased (percent recovery is 24.88%) and wrinkles diminshed (percent recovery is 32.32%).
Keyword: formulation, clay mask, olive oil, anti-aging
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Minyak Zaitun Murni ... 5
2.2 Kulit ... 7
2.2.1 Struktur Kulit ... 7
2.2.2 Fungsi Kulit ... 9
2.2.3 Jenis Kulit ... 12
2.3Penuaan Dini ... 13
2.3.1 Tanda-tanda penuaan dini ... 14
2.3.2 Penyebab penuaan dini ... 15
2.4 Anti-Aging ... 17
2.4.1 Pengertian anti-aging ... 17
2.4.2 Fungsi dan manfaat anti-aging ... 17
2.5 Masker Clay ... 18
2.5.1 Bahan-bahan dalam masker clay ... 20
2.6 Skin Analyzer ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
3.1 Alat ... 25
3.2 Bahan ... 25
3.3 Sukarelawan ... 25
3.4 Prosedur Kerja ... 26
3.4.1 Formulasi sediaan masker clay ... 26
3.4.1.1 Formula standar ... 26
3.4.1.2 Formula masker clay yang digunakan ... 26
3.4.1.3 Formula mengandung minyak zaitun murni ... 27
3.4.2 Formulasi pembuatan masker clay ... 27
3.4.3 Evaluasi mutu fisik sediaan ... 28
3.4.3.1 Pengujian homogenitas ... 28
3.4.3.2 Pengamatan stabilitas sediaan ... 28
3.4.3.3 Pengukuran pH sediaan ... 28
3.4.4 Uji iritasi terhadap sukarelawan ... 29
3.4.5 Pengujian efektivitas anti-aging ... 29
3.4.5 Analisis data ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Hasil Pembuatan Sediaan masker clay ... 31
4.2 Hasil evaluasi mutu fisik masker clay ... 31
4.2.1 Pengujian homogenitas ... 31
4.2.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan ... 31
4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan ... 32
4.2.4 Hasil pengukuran lama pengeringan masker ... 33
4.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan... 34
4.4 Hasil Pengujian Efektifitas Anti-Aging ... 34
4.4.1 Kelembapan (moisture) ... 35
4.4.2 Pori (pore) ... 37
4.4.3 Noda (spot) ... 39
4.4.4 Keriput (wrinkle) ... 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer ... 24
3.1 Komposisi formula masker clay ... 27
4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan ... 32
4.2 Hasil pengukuran pH sediaan ... 32
4.3 Hasil pengukuran lama pengeringan masker ... 33
` 4.4 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 34
4.5 Hasil pengukuran kelembapan (moisture) pada kulit wajah sukarelawan ... 35
4.6 Hasil pengukuran besar pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan ... 37
4.7 Hasil pengukuran banyak noda (spot) pada kulit wajah sukarelawan ... 39
4.8 Hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan ... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
4.1 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kelembapan
(moisture) pada kulit wajah sukarelawan ... 36 4.2 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap besar pori
(pore) pada kulit wajah sukarelawan ... 38 4.3 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap banyak noda
(spot) pada kulit wajah sukarelawan ... 41 4.4 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap jumlah
keriput (wrinkle) pada kulit wajah sukarelawan ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar Halaman
1 Sertifikat analisis minyak zaitun murni ... 48
2 Gambar bahan dan alat ... 49
3 Surat pernyataan persetujuan (informed consent) ... 51
4 Bagan pembuatan masker clay minyak zaitun murni ... 52
5 Gambar sediaan masker clay ... 53
6 Gambar hasil uji homogenitas ... 54
7 Pemakaian masker pada wajah sukarelawan ... 55
8 Lampiran skin analyzer ... 56
9 Data hasil uji statistik ... 65
10 Perhitungan persen pemulihan ... 75
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit setiap hari mengalami paparan radikal bebas dari lingkungan yang dapat mengakibatkan penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013). Berbagai faktor lingkungan seperti cuaca, rokok, makanan, stress, alkohol, dan kelelahan dapat menjadi penyebab gangguan kesehatan pada kulit wajah. Menurut survei, penyebab utama penuaan dini yang dialami orang Indonesia adalah aktivitas berlebihan dibawah sinar matahari (Bogadenta, 2012). Dengan demikian diharapkan ada sediaan kosmetik yang dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Penuaan merupakan proses alamiah dalam kehidupan manusia erat kaitannya dengan berbagai proses degeneratif. Proses penuaan ditandai dengan menurunnya produksi kelenjar keringat, lalu diikuti dengan kelembaban kulit yang menurun karena daya elastisitas kulit dan kemampuan kulit untuk menahan air sudah berkurang. Proses pigmentasi kulit semakin meningkat dari wajah biasanya terlihat kerut/keriput, kulit kering dan kasar, bercak hitam,dan kekenyalan kulit menurun (Arhdie, 2011).
Proses penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang akan dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversibel yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Ironisnya proses penuaan ini dipandang sebagai hal yang menakutkan oleh kebanyakan orang, padahal proses ini akan berjalan terus seiring dengan bertambahnya usia (Putro, 1997).
Penuaan dapat dihambat dengan menggunakan anti-aging. Kosmetik yang memiliki efek anti-aging atau anti penuaan adalah kosmetik yang memiliki bioaktivitas yang mampu mencegah atau memperbaiki tanda-tanda penuaan seperti kerutan, kulit kendur, hiperpigmentasi, dan lain-lain sehingga penampilan kulit menjadi lebih baik (Draelos dan Thaman, 2006).
Dalam minyak zaitun mengandung berbagai macam vitamin seperti vitamin A, B1, B2, C, D, E, K dan berbagai macam mineral seperti kalsium, zat besi, sodium dan potasium. Kandungan vitamin E yang larut dalam lemak dapat melindungi sel dari radikal bebas yang berbahaya (Khadijah, 2013).
Vitamin E adalah antioksidan alami yang mampu menangkal oksidasi di dalam tubuh yang bisa merusak sel, sehingga kandungan ini efektif untuk mencegah penuaan dini (Agung, 2014).
Masker wajah dengan tipe clay banyak digunakan karena kemampuannya yang mampu meremajakan kulit. Perubahan kulit terasa ketika masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana clay jenis pasta mampu mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komedo terangkat ketika sediaan dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker adalah kulit yang tampak cerah dan bersih (Harry, 2000). Keuntungan tipe masker ini adalah mengandung surfaktan dan air sehingga mampu melunakkan dan membersihkan sebum kulit yang telah mengeras (Lu, 2010).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang formulasi dan efektivitas masker clay yang mengandung
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah minyak zaitun murni dapat diformulasikan dalam sediaan masker clay?
b. Apakah perbedaan konsentrasi minyak zaitun murni dalam sediaan masker clay mempengaruhi efektivitas anti-aging?
c. Apakah penggunaan sediaan masker clay yang mengandung minyak zaitun murni menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Minyak zaitun murni dapat diformulasikan dalam sediaan masker clay.
b. Perbedaan konsentrasi minyak zaitun murni dalam sediaan masker clay mempengaruhi efektivitas anti-aging.
c. Penggunaan sediaan masker clay yang mengandung minyak zaitun murni menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui apakah minyak zaitun murni dapat diformulasikan dalam sediaan masker clay.
b. Untuk mengetahui apakah perbedaan konsentrasi minyak zaitun murni dalam sediaan masker clay mempengaruhi efektivitas anti-aging.
c. Untuk mengetahui apakah penggunaan sediaan masker clay yang mengandung minyak zaitun murni menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa minyak zaitun murni dapat diformulasi dalam formula masker clay yang memiliki efek sebagai anti-aging dengan waktu pemulihan satu bulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Zaitun Murni
Zaitun (Olea europaea) adalah pohon berukuran kecil yang selalu hijau di sepanjang tahun dan memberi manfaat yang berlimpah bagi kesehatan. Kayu, buah, biji, hingga limbahnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Buah zaitun banyak dimanfaatkan untuk bahan produk kecantikan. Biji zaitun dapat digunakan sebagai produk cetakan plastik. Sedangkan buah zaitun yang tua bisa diperas dan minyaknya diekstrak menjadi minyak zaitun. Bahkan limbah minyak zaitun dapat dipergunakan sebagai bahan bakar, pupuk, makanan hewan dan minyak pelumas (Khadijah, 2013).
Zaitun tumbuh luas di lembah sungai Mediterania dan sebagian kecil Asia. Secara historis, produk Olea europaea telah digunakan sebagai afrodisiak, emolien, obat pencahar, nutrisi, obat penenang, dan tonik. Kondisi tertentu secara tradisional digunakan meliputi kolik, alopecia, kelumpuhan, sakit rematik, linu panggul, dan hipertensi (Gilani, et al., 2005).
Minyak zaitun merupakan satu-satunya minyak dari tumbuh-tumbuhan yang dapat langsung dikonsumsi setelah diperas dari buahnya. Umumnya minyak zaitun didapat dengan cara memeras buah zaitun, tanpa melibatkan panas atau bahan kimia. Berdasarkan tahapan produksinya, minyak zaitun dibagi menjadi :
1. Ekstra virgin olive oil dianggap sebagai minyak zaitun dengan kualitas terbaik karena tanpa tahapan proses produksinya sedikit sehingga kandungan antioksidannya (fenol dan vitamin E) tinggi.
2. Virgin olive oil merupakan minyak zaitun yang berasal dari perasan kedua.
3. Pure merupakan minyak zaitun yang mengalami beberapa proses seperti penyaringan dan pemurnian.
4. Ekstra light merupakan minyak zaitun yang mengalami beberapa proses sehingga kadar minyak zaitunnya sudah banyak yang hilang (Khadijah, 2013).
Minyak zaitun dipercaya memberikan manfaat biologisnya terutama melalui unsur pokok antioksidannya. Walaupun komposisi minyak zaitun sangat kompleks, kelompok utama senyawa dianggap berkontribusi pada manfaat kesehatannya yang meliputi asam oleat, fenolat, dan squalene (Owen, et al., 2000) semua telah terbukti dapat menghambat stres oksidatif. Antioksidan pada buah zaitun melindungi dari oksidasi suhu tinggi dan radiasi ultraviolet (Visioli F, dkk., 2002).
Kandungan vitamin E dalam minyak zaitun mencapai 14 mg/100 gram.
Vitamin E adalah antioksidan alami yang mampu menangkal oksidasi di dalam tubuh yang bisa merusak sel, sehingga kandungan ini efektif untuk mencegah penuaan dini (Agung, 2014).
2.2 Kulit
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh dan meliputi wilayah yang sangat luas. Ketebalan kulit bervariasi di berbagai bagian tubuh. Sel-sel kulit yang paling tipis pada wajah; ini penting untuk penggunaan kosmetik yang harus mampu menembus kulit (Young, 1972). Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindungi dari berbagai jenis rangsangan eksternal dan kerusakan serta dari hilangnya kelembapan. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m² (Mitsui, 1997).
2.2.1 Struktur kulit
Menurut Anderson (1996), kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu:
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang berfungsi sebagai lapisan pelindung dari pengaruh eksternal. Epidermis tersusun atas lima lapisan (Baki dan Alexander, 2015) yaitu:
a. Stratum korneum
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas dan menutupi semua lapisan epiderma. Terdiri dari 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin, tahan terhadap air, elastis dan selalu mengelupas. Lapisan ini terdiri dari sisik-sisik keratin yang tersusun tumpang tindih (overlapping) Lapisan ini akan mengalami pembaruan selama proses keratinisasi (pembentukan zat tanduk/keratin) berlangsung. Stratum korneum menggambarkan sistem pelindung yang sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia dan sistem penyimpan dari kulit. Stratum korneum mencegah penguapan
air yang berlebihan maupun mencegah masuknya senyawa asing (Maharani, 2015).
b. Stratum lusidum
Merupakan lapisan transparan yang terdiri dari 3-5 baris sel-sel kulit mati datar yang kompak (Baki dan Alexander, 2015). Terletak di bawah lapisan tanduk dan sebagai penghubung antara lapisan tanduk dengaan stratum granulosum. Lapisan ini terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar. Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki (Maharani, 2015).
c. Stratum granulosum
Merupakan lapisan granular, terdiri dari 3-5 lapisan keratinosit yang mulai mati (Baki dan Alexander, 2015).
d. Stratum spinosum
Disebut juga lapisan malphigi yang terdiri dari sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus (Maharani, 2015). Lapisan ini bertanggung jawab pada sintesis lipid dan protein (Baki dan Alexander, 2015).
e. Stratum basal (germinativum)
Merupakan lapisan paling bawah epidermis, pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinabungan. Lapisan ini memproduksi pigmen melanosit. Pigmen inilah yang menentukan warna kulit seseorang. Melanin mampu melindungi jaringan kulit agar terhindar dari bahaya
2. Lapisan dermis
Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar dan rambut sebagai adneksa kulit. Lapisan ini terdiri atas:
a. Pars papilaris, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikularis, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastin dan retikulin (Wasitaatmadja, 1997).
3. Lapisan subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Dilapisan ini terdapat ujung- ujung saraf tepi, pembuluh darah dan saluran getah bening (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.2 Fungsi kulit
Kulit adalah organ dengan berbagai fungsi penting. Fungsi penting dari kulit, antara lain:
1. Perlindungan
Serat elastis dari dermis dan jaringan lemak subkutan bertindak untuk mencegah guncangan mekanik eksternal. Kulit memiliki kapasitas menetralkan alkali dan permukaan kulit dijaga pada pH asam lemah untuk melindungi terhadap racun kimia. Bagian tubuh yang menerima guncangan mekanik kronis seperti kaki, tempurung lutut dan tangan pekerja manual mempunyai lapisan tanduk yang menebal untuk melindungi terhadap rangsangan eksternal. Selain itu, lapisan tanduk terluar dari kulit dan lipid permukaan kulit bertindak sebagai
penghalang melawan penetrasi air dan hilangnya cairan tubuh. Mereka juga membentuk penghalang melawan racun eksternal. Asam lemak tak jenuh pada lipid kulit mempunyai sifat bakterisida dan mencegah pertumbuhan bakteri pada kulit. Selain itu, kulit memiliki sel-sel berkaitan dengan imunitas yang memberikan tubuh dengan reaksi pertahanan imunitas melalui respon imun.
Pigmentasi melanin pada kulit berperan menyerap dan melindungi tubuh terhadap radiasi UV yang berbahaya. Selain itu, ketidakrataan dari permukaan kulit berperan untuk melindungi tubuh dari cahaya yang berbahaya.
2. Pengaturan suhu
Kulit menyesuaikan suhu tubuh dengan mengubah jumlah darah yang mengalir melalui kulit dengan dilatasi dan konstriksi dari kapiler darah kulit dan oleh penguapan keringat. Pusat penyesuaian suhu tubuh ditemukan di hipotalamus. Ketika suhu tubuh menurun, hipotalamus meningkatkan aktivitas saraf vasokonstriktor kulit untuk menyempitkan kapiler darah dan mencegah suhu tubuh turun. Ketika suhu tubuh meningkat, aktivitas saraf berkurang, dan kapiler darah melebar sampai meningkatkan kehilangan panas. Pusat berkeringat juga di hipotalamus. Selain itu, lapisan tanduk, jaringan subkutan dan tubuh itu sendiri mencegah perubahan cepat suhu tubuh dengan menghalangi transmisi perubahan suhu eksternal ke bagian dalam tubuh. Otot pembangun rambut juga memainkan peran pengaturan suhu dengan menjebak sebuah lapisan pembatas udara pada permukaan kulit yang mengurangi hilangnya panas tubuh. Otot pembangun rambut (merinding) juga di bawah kendali sistem saraf otonom.
3. Tanggapan sensoris
Kulit mengindra berubah di dalam lingkungan eksternal dan bertanggung jawab pada sensasi kulit. Kulit mengindra tekanan, sentuhan, suhu dan nyeri.
Ada berbagai reseptor pada kulit untuk mendeteksi perubahan lingkungan seperti; sel-sel Meissner, cakram Merkel, sel-sel Golgi Mazzoni yang bertanggung jawab pada sensasi sentuhan. Sel-sel Pacinian yang dianggap berkaitan dengan rasa tekanan, Krause end bulbs merasakan dingin, sel-sel Ruffini merasakan suhu, dan ujung saraf bebas berhubungan dengan sensasi nyeri. Rangsangan eksternal merangsang ujung saraf sensoris ini yang menyampaikan informasi melalui sum-sum tulang belakang, batang otak dan hipotalamus ke korteks otak yang menafsirkan sensasi.
4. Absorpsi
Berbagai zat diserap dari kulit ke dalam tubuh. Ada dua jalur penyerapan, satu melalui epidermis, dan satu melalui kelenjar sebasea dari folikel rambut.
Steroid dan bahan larut lemak seperti vitamin A, D, E dan K diserap melalui kulit, tetapi bahan larut air tidak diserap dengan mudah sebagai hasil dari penghalang air dan bahan larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk. Kelarutan lemak dari bahan yang diserap, usia individu, suplai darah kulit, suhu kulit, kandungan air dari lapisan tanduk, tingkatan kerusakan lapisan tanduk, dan suhu lingkungan dan kelembapan semua memainkan peran utama di dalam penyerapan transdermal. Satu manfaat dari jenis penyerapan transdermal ini telah menjadi pengembangan sistem pengantaran obat kulit sebagai metode untuk memasok obat untuk tubuh.
5. Fungsi lain
Kulit juga berperan dalam menunjukkan kondisi emosional, seperti memerah, dan ketakutan (pucat dan rambut tegak), dan dapat digambarkan sebagai organ penanda emosi. Kulit juga mensintesis vitamin D melalui kerja sinar UV pada prekursor vitamin-D di kulit (Mitsui, 1997).
2.2.3 Jenis kulit
Secara umum, berdasarkan pada kandungan air dan minyak, kulit terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Kulit kering
Kulit kering adalah kulit yang memiliki kadar air kurang atau rendah.
Ciriciri fisik yang tampak pada kulit kering adalah:
a. Kulit tampak kusam dan bersisik.
b. Mulai tampak kerut-kerutan.
c. Pori-pori sangat kecil, sehingga tidak kelihatan.
2. Kulit normal
Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak rendah sampai normal. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit normal adalah:
a. Penampilan kulit tampak segar dan cerah.
b. Bertekstur halus dan tegang.
c. Pori-pori kelihatan, namun tidak terlalu besar.
d. Terkadang pada dahi, hidung, dan dagu terlihat berminyak.
3.Kulit berminyak
Kulit berminyak adalah kulit yang memiliki kadar air dan minyak yang tinggi. Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit berminyak adalah:
a. Kulit bertekstur kasar dan berminyak.
b. Ukuran pori-pori besar dan kelihatan.
c. Mudah kotor dan sangat rentan berjerawat (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Jenis kulit campuran dalam dunia kosmetik dikenal juga dengan istilah jenis kulit kombinasi. Kulit kombinasi memiliki ciri-ciri, seperti daerah bagian tengah atau dikenal juga dengan istilah daerah T (dahi, hidung, dan dagu) terkadang berminyak atau normal. Sementara bagian kulit lain, cenderung lebih normal bahkan kering. Kulit jenis ini bisa dimiliki oleh semua umur. Akan tetapi, sering ditemukan pada usia 35 tahun ke atas (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.3 Penuaan Dini
Penuaan merupakan proses yang alamiah dan tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya. Seiring bertambahnya usia, maka tanda-tanda penuaan pada wajah mulai bermunculan. Proses penuaan yang berlangsung lebih cepat dari yang seharusnya dikenal dengan penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Penuaan merupakan yang ditandai oleh penurunan produksi kelenjar keringat dan sebasea, dikuti oleh penurunan kelembapan dan keelastisan kulit karena kemampuan kulit menahan air berkurang, dan proses pigmentasi meningkat lebih cepat dari yang seharusnya. Kerutan terlihat, kulit kasar, noda
atau pigmentasi. Dan penurunan keelastisan kulit terlihat pada wajah (Tjandrawinata, 2011).
Kulit aging adalah kulit yang telah menampakkan garis kerutan dan ketuaan. Untuk perawatannya perlu produk kosmetik yang bertekstur ringan dan lembut, yaitu yang dapat membersihkan dan mengangkat sel-sel kulit mati serta membantu memberikan perlindungan, mempertahankan kelembaban dan elastisitas kulit, juga merangsang pertumbuhan kulit baru (Putro, 1997).
2.3.1 Tanda-tanda penuaan dini
Tanda-tanda penuaan kulit, antara lain:
1. Kulit menjadi kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak dan keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air di dalam sel kulit (sawar kulit).
2. Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel baru di lapisan kulit. Gangguan pada rambut menyebabkan kerontokan rambut.
3. Sebaliknya kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru.
4. Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunnya kemampuan serat kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir.
5. Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit. Gangguan pigmentasi pada rambut menyebabkan terjadinya uban.
6. Terjadinya kelainan kulit, bila gangguan tersebut terjadi lebih banyak dan lebih jelas (Wasitaatmadja, 1997).
2.3.2 Penyebab penuaan dini
Faktor-faktor penyebab yang berperan pada proses penuaan kulit yang umumnya berhubungan satu sama lain, antara lain:
1. Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua.
Umur bertambah setiap hari, secara perlahan tetapi pasti proses menua terjadi.
2. Genetik
Faktor genetik (keturunan) menentukan kapan mulai surutnya proses metabolik dalam tubuh, dan dengan kecepatan berapa proses menua berjalan.
3. Rasial
Perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mempertahankan diri terhadap pengaruh lingkungan yang merusak kehidupannya. Misalnya dalam jumlah dan fungsi pigmen melanin.
4. Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan kehidupan sel secara baik. Pada wanita hormon
estrogen yang dibuat di dalam folikel kandung telur memacu pertumbuhan sel epitel sehingga apabila terjadi penurunan kadar estrogen seorang wanita (menopause) pertumbuhan sel baru akan terhambat.
5. Penyakit sistemik
Berbagai penyakit sistemik menyebabkan proses menua berlangsung lebih cepat, misalnya kencing manis, arteriosklerosis, defisiensi gizi, dan penyakit autoimun, yang menyebabkan terganggunya sistem biologik selular.
6. Lingkungan hidup
Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa suhu, kelembapan, polusi kimia dan terutama sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dapat merusak serabut kolagen kulit dan matrik dermis sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering dan keriput. Sinar ultraviolet dapat pula memacu pertumbuhan sel ganas kulit.
7. Lain-lain
Stres psikis, merokok, minuman keras, bahan tambahan dalam makanan, CO, N2O, radiasi sinar X, dan pajanan bahan kimia, dapat mempercepat penuaan kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Dari faktor-faktor penyebab tersebut di atas, terlihat bahwa kulit menua dapat disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam tubuh sendiri, misalnya umur, genetik, rasial, dan hormonal. Penuaan kulit yang terjadi disebut sebagai penuaan
menghasilkan kulit menua sesuai dengan seharusnya. Sebaliknya, bila penuaan kulit disebabkan oleh faktor luar, misalnya lingkungan hidup, penyakit sistemik, stres, rokok, alkohol, bahan kimia, dan lainnya yang sebenarnya dapat dihindari, disebut sebagai penuaan ekstrinsik. Penuaan ekstrinsik akan menghasilkan kulit menua dini, yaitu lebih cepat dari seharusnya (Wasitaatmadja, 1997).
2.4 Anti Aging
2.4.1 Pengertian anti-aging
Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses penuaan dini adalah produk anti-aging. Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.4.2 Fungsi dan manfaat anti-aging
Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:
1. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit.
2. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit.
3. Menjaga kelembapan dan elastisitas kulit.
4. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan.
5. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.
Manfaat dari produk anti-aging, yaitu:
1. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.
2. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.
3. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Mulyawan dan Suriana, 2013).
2.5 Masker Clay
Masker adalah produk kosmetik yang menerapkan prinsip Occlusive Dressing Treatment (ODT) pada ilmu dermatologi yaitu teknologi absorpsi
perkutan dengan menempelkan suatu selaput atau membran pada kulit sehingga membentuk ruang semi-tertutup antara masker dan kulit untuk membantu penyerapan obat (Lu, 2010; Lee, 2013).
Masker wajah dengan tipe clay telah banyak digunakan karena kemampuannya yang mampu meremajakan kulit. Perubahan kulit terasa ketika masker mulai memberikan efek yang menarik lapisan kulit ketika masker mengering. Sensasi ini menstimulasi sensasi penyegaran kulit dimana clay jenis pasta mampu mengangkat kotoran dari wajah. Kotoran dan komedo terangkat ketika sediaan dicuci dari kulit wajah. Efek setelah penggunaan masker adalah kulit yang tampak cerah dan bersih (Harry, 2000).
Menurut Polumulo (2015), Masker lumpur ini berfungsi untuk mengangkat kotoran serta mendetoksifikasi kulit wajah. Basis lumpur yang digunakan yaitu kombinasi antara kaolin dan bentonit. Kaolin berfungsi sebagai bahan pengental dan pelekat bahan kosmetik, mencegah timbulnya jerawat, membersihkan kulit wajah, melancarkan peredaran darah, dapat menghilangkan minyak berlebih dan menghilangkan penyumbat kotoran pada pori-pori, serta
pelembut dengan menyerap kotoran dan minyak berlebih serta mengangkat penyumbatan pori-pori. Kegunaan utama tipe ini adalah membersihkan dan melembapkan.
Masker dioleskan ke wajah dalam keadaan basah, dan akan mengering dengan sendirinya. Ia bisa menyerap debu yang terdapat pada wajah karenanya dianggap membersihkan wajah (Haynes,1994).
Manfaat masker :
a. Menutrisi kulit wajah.
b. Menyegarkan dan mencerahkan kulit wajah.
c. Mengangkat sel kulit mati.
d. Meremajakan dan menghambat penuaan dini.
Cara penggunaan masker meliputi:
a. Pastikan wajah dalam keadaan bersih dan kering.
b. Pengolesan masker dilakukan merata pada permukaan kulit wajah dan dihindari area mata, mulut dan hidung.
c. Diamkan hingga masker mengering.
d. Masker dibersihkan dengan handuk lembut yang telah dicelupkan dalam air hangat
e. Wajah lalu dibilas menggunakan handuk yang telah dicelupkan dalam air dingin untuk meringkas pori-pori.
f. Dikeringkan menggunakan handuk yang bersih (Noormindhawati, 2013).
Lama perawatan menggunakan masker ditentukan dengan lamanya sediaan masker mengering. Formula masker yang dibuat harus memenuhi syarat
dimana sediaan berupa sediaan pasta yang halus, mudah dicuci, memberikan efek menarik kulit wajah dan tidak beracun (Harry, 2000).
2.5.1 Bahan-bahan dalam masker clay
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan masker clay, yaitu:
1. Bentonit
Bentonit berupa kristal, mineral seperti clay, tidak berbau, kuning pucat hingga krem keabu-abuan, berbentuk bubuk halus. Bentonit memiliki fungsi sebagai adsorben dan mempunyai sifat seperti senyawa tabir surya untuk melindungi organ tubuh dari radiasi sinar UV yang berbahaya sebelum menembus kulit. Dalam bidang farmasi, bentonit biasanya digunakan untuk memformulasi suspensi, gel, dan sol (Rowe, 2009).
Bentonit digunakan sebagai pelindung kulit adalah karena daya absorbennya, yaitu mampu melekat pada kulit yang membentuk film yang melindunginya secara mekanis terhadap agen fisik atau kimia eksternal. Tindakan ini diperkuat dengan menyerap zat terlarut dan tersuspensi, seperti lemak (Carretero, 2002).
2. Kaolin
Kaolin mengandung mineral kaolinit ( ) sebagai bahan dasar yang terbesar, sehingga kaolin biasanya disebut lempung putih (Rowe, 2009). Clay kaolin berfungsi sebagai bahan pengenal dan pelekat bahan kosmetik, mencegah timbulnya jerawat, membersihkan kulit wajah, melancarkan peredaran darah, dapat menghilangkan minyak berlebih dan sebagian penyumbatan kotoran pada pori-pori serta
membuat kulit halus dan lembut (Sharifipour et al., 2017). Kaolin dapat juga berfungsi sebagai adsorben, dan agen pensuspensi (Rowe, 2009).
3. Xanthan gum
Xanthan gum berupa serbuk berwarna coklat muda atau putih dan tidak
berbau. Xanthan gum berfungsi sebagai stabilizing agent dan thickening agent (Rowe, 2009).
4. Gliserin
Gliserin adalah cairan seperti sirup jernih dengan rasa manis. Dapat bercampur dengan air dan etanol. Gliserin berfungsi sebagai emollient, humektan dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai suatu
pelarut pembantu (Rowe, 2009).
5. Sodium lauril sulfat
Sodium lauril sulfat adalah surfaktan ionic yang berfungsi sebagai pembersih dan zat pembasah (wetting agent). Sodium lauril sulfat berbentuk Kristal berwarna putih hingga kuning pucat (Rowe, 2009).
6. Ti
Titanium Dioxide merupakan bubuk pigmen putih. Tujuan penggunaan dari titanium adalah memberikan keburaman (opacity) pada produk yang mengandungnya dan untuk mencerahkan (atau memutihkan) warna produk tersebut. Keburaman pada titanium dioksida sangat tampak dan menyebarkan semua sinar UV maupun sinar tampak (Neupane, 2009).
7. Nipagin
Metil paraben (nipagin) merupakan kristal tidak berwarna atau bubuk kristal putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan memiliki rasa
sedikit terbakar. Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet antimikroba. Metil paraben menunjukkan aktivitas antimikroba pH 4-8.
Untuk sediaan topikal biasa digunakan konsentrasi 0,02-0,3 % (Rowe, 2009).
8. Butylated hydroxytoluene (BHT)
Berupa serbuk hablur padat, putih, bau khas dan lemah. Digunakan sebagai antioksidan untuk minyak dan lemak dengan konsentrasi 0,02%.
Konsentrasi BHT yang biasa digunakan dalam formulasi topikal berkisar antara 0,0075 – 0,1% (Rowe, 2009).
9. Parfum
Penggunaan parfum umumnya untuk menutupi karakteristik bau dari asam lemak atau fase minyak. Pengharum yang digunakan tidak boleh menyebabkan perubahan stabilitas atau perubahan produk akhir (Barel et al., 2009).
10. Aquadest
Aquadest merupakan cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa. Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya. Memiliki titik beku 0˚C dan titik didih 100˚C. biasa digunakan sebagai pelarut (Rowe, 2009).
2.6 Skin Analyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata.Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi
ini memiliki kekurangan pada sisi analisis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi lebih dalam kulit, dengan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera, alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan akurat. Pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu moisture (kadar air), evenness (kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle (keriput), dan kedalam keriput (Aramo, 2012).
Skin analyzer terdiri dari beberapa alat pengukur yaitu dua bahan
kamera (perbesaran 60x dan 10x), alat cek kelembaban dan stik busa pengukur minyak, juga terdapat lampu UV yang digunakan untuk mensterilkan kamera sehingga tidak terjadi iritasi dikulit dikarenakan pemakaian yang bergantian pada kulit yang berbeda. Skin analyzer dilengkapi dengan pengaturan warna lampu (biru, pink, dan orange). Lampu biru (normal 1) digunakan untuk dapat melihat minyak, permukaan kulit, pori-pori dan kerutan. Lampu orange (polarizing) digunakan untuk melihat flek dan pigmentasi. Sedangkan lampu pink (normal 2) digunakan untuk melihat keratin pada kulit (Aramo, 2012).
Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka yang didaptkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran muncul dan dapat dimengerti dengan mudah oleh operator yang
memeriksa ataupun pasien (Aramo,2012). Parameter hasil pengukuran dengan menggunakan skin analyzer dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Pengukuran Parameter
Kadar air (Moisture)
Dehidrasi Normal Hidrasi
0-29 30-50 51-100
Kehalusan (Evenness)
Halus Normal Kasar
0-31 32-51 52-100
Pori (Pore)
Kecil Besar Sangat besar
0-19 20-39 40-100
Noda (Spot)
Sedikit Sedang Banyak
0-19 20-39 40-100
Keriput (Wrinkle)
Tidak
berkeriput Berkeriput Berkeriput parah
0-19 20-52 53-100
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu: kadar air (moisture), kehalusan (evennes), pori (pore), noda (spot), keriput (wrinkle), dan kedalaman keriput.
Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter masing-masing pengukuran yang telah diatur sedemikian rupa pada alat tersebut. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh personalia yang memeriksa ataupun pasien.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan sediaan pasta masker clay, evaluasi terhadap mutu fisik sediaan seperti uji homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, uji lama pengeringan sediaan dan uji efektivitas sediaan sebagai anti aging.
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skin analyzer, alat gelas, penangas air, pH meter (Hanna Instrument), dan neraca analitik (Boeco Germany).
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: minyak zaitun murni, bentonite, xanthan gum, kaolin, gliserin, sodium lauril sulfat, titanium dioksida, nipagin, BHT, akuadest, parfum , larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panelis adalah 12 orang mahasiswi Farmasi USU yang telah dianalisa kulitnya memiliki kulit kering, kerutan dan noda hitam dengan kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat
2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985).
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Formulasi sediaan masker Clay
Sediaan basis masker dibuat berdasarkan formula standar yang kemudian di modifikasi. Formula standar dapat dilihat pada 3.4.1.1 dan formula modifikasi dapat dilihat pada 3.4.1.2.
3.4.1.1 Formula standar
Formula standar yang digunakan (Harry, 2000)
R/ Bentonite 1 to 8%
Xanthan Gum 0,1 to 1,0%
Kaolin 5 to 40%
Gliserin 2 to 10%
Sodium Lauril Sulfat 2 to 20%
TiO2 < 1%
Nipagin < 1%
Parfum q.s
Aquadest ad 100%
3.4.1.2 Formula masker clay yang digunakan Formula masker clay menurut Harry (2000)
R/ Bentonite 1%
Xanthan Gum 0,8%
Kaolin 34%
Gliserin 2%
Sodium Lauril Sulfat 1 %
TiO2 0.5%
Nipagin 0.1%
BHT 0.2%
Parfum q.s
Aquadest ad 100%
3.4.1.3 Formula modifikasi dengan tambahan minyak zaitun murni
Konsentrasi minyak zaitun murni yang digunakan adalah 6% (F1), 8%
(F2) dan 10% (F3). Berdasarkan orientasi, konsentrasi minyak zaitun murni diatas 10% menyebabkan sediaan masker clay pecah. Formula dasar tanpa minyak zaitun murni dibuat sebagai blanko (F0).
Tabel 3.1 Komposisi formula masker clay.
No Bahan
Konsentrasi(%)
F0 F1 F2 F3
1 Minyak zaitun murni - 6 8 10
2 Bentonite 1 1 1 1
3 Xanthan Gum 0,8 0,8 0,8 0,8
4 Kaolin 34 34 34 34
5 Gliserin 2 2 2 2
6 Sodium Lauril Sulfat 1 1 1 1
7 TiO2 0,5 0,5 0,5 0,5
8 Nipagin 0,1 0,1 0,1 0,1
9 BHT 0,2 0,2 0,2 0,2
10 Parfum q.s q.s q.s q.s
11 Aquadest ad 100 100 100 100
3.4.2 Formula pembuatan masker clay
Cara Pembuatan masker clay yaitu aquadest dituangkan dalam lumpang dan ditambahkan Bentonite. Bentonite dibiarkan terbasahi lalu ditambahkan Xanthan gum dan digerus cepat sampai seluruh Xanthan gum melarut. Kaolin
ditambahkan sedikit demi sedikit dalam lumpang sambil digerus dan ditambahkan TiO2 dan Gliserin dalam lumpang. Disamping itu dilarutkan BHT dan Nipagin dalam air panas (Larutan A) dan juga Sodium Lauril Sulfat dilarutkan dalam Aquadest (Larutan B ). Larutan A dituangkan kemudian digerus pelan setelah itu tuangkan perlahan-lahan larutan B dan gerus perlahan kemudian ditambahkan minyak zaitun murni lalu gerus kemudian tambahkan parfum dan gerus sampai terbentuk pasta homogen.
3.4.3 Evaluasi mutu fisik sediaan 3.4.3.1 Pengujian homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
3.4.3.2 Pengamatan stabilitas sediaan
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik.
Pengamatan dilakukan pada saat sediaan telah selesai dimasukkan dalam pot plastik dan dilakukan selama 12 minggu penyimpanan dengan interval pengamatan pada minggu ke 1, 4, 8, dan 12. Pengujian fisik masker yang telah dibuat meliputi pengamatan perubahan bau dan warna selama 12 minggu pada kondisi suhu penyimpanan 25ºC (Ditjen POM,1985).
3.4.3.3 Pengukuran pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu di timbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml akuades. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutantersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. (Rawlins, 2002).
3.4.3.4 Pengukuran lama pengeringan masker
Pengukuran lama pengeringan dilakukan pada suhu kamar ±25°C dengan
diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering. Dilakukan 3 kali pengukuran lama pengeringan dengan sukarelawan yang berbeda-beda.
3.4.4 Uji Iritasi terhadap sukarelawan
Percobaan ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan. Sediaan sebanyak 500 mg dioleskan dibelakang telinga dengan diameter 3 cm, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal, dan pembengkakan pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).
3.4.5 Pengujian efektivitas anti-aging
Pengujian efektivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan wanita sebanyak 12 orang. Pengujian dilakukan pada daerah kulit wajah.
Pengelompokan dibagi menjadi:
a. Kelompok I : 3 orang sukarelawan formula blanko.
b. Kelompok II : 3 orang sukarelawan formula 6%.
c. Kelompok III : 3 orang sukarelawan formula 8%.
d. Kelompok IV : 3 orang sukarelawan formula 10%.
Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan perangkat skin analyzer. Parameter pengukuran meliputi:
1. Kelembapan (moisture), dengan menggunakan alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo.
2. Pori wajah (pore), menggunakan lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan sensor warna biru.
3. Noda (spot), menggunakan lensa perbesaran 60x (polarizing lens dengan sensor warna jingga.
4. Keriput (wrinkle), menggunakan lensa perbesaran 10x (normal lens) dengan sensor warna biru.
Sediaan masker clay dioleskan pada wajah sukarelawan yang dibiarkan mengering. Setelah itu wajah dibersihkan dengan air hangat dan dikeringkan.
Dilakukan kembali pengecekan kondisi kulit wajah setelah pemakaian masker.
Pengukuran kondisi kulit wajah dilakukan setiap minggu selama empat minggu dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin.
3.4.6 Analisis data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 21. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis Test untuk mengetahui efektivitas anti-aging pada kulit di antara formula. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit selama empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Clay
Sediaan masker clay anti-aging dibuat dengan menggunakan formula standar clay face mask neutral pH (Harry, 2000). Formula standar ini dimodifikasi agar sesuai dengan bentuk masker clay dengan penambahan minyak zaitun murni sebagai anti-aging. Konsentrasi minyak zaitun murni yang digunakan adalah konsentrasi 6%, 8% dan 10%. Bentuk akhir dari sediaan ini adalah pasta. Warna sediaan masker adalah krem.
4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Pengujian homogenitas
Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan masker clay yang diformulasi menunjukkan bahwa semua sediaan tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM RI, 1979).
4.2.2 Hasil pengamatan stabilitas sediaan
Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama 12 minggu penyimpanan dengan interval pengamatan pada minggu ke 1, 4, 8, dan 12. Sediaan masker clay dengan minyak zaitun murni disimpan npada suhu kamar dan diamati perubahan bau dan warna. Hasil pengamatan stabilitas sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.1
Hasil pengamatan menunjukan bahwa bau dan warna dari setiap formula tidak mengalami perubahan selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar.
Tabel 4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan
WM Formula
F0 F1 F2 F3
Bau Warna Bau Warna Bau Warna Bau Warna
1 - - - -
4 - - - -
8 - - - -
12 - - - -
Keterangan :
- : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan M : Minggu
F0 : Masker clay tanpa minyak zaitun murni (Blanko)
F1 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 10%
4.2.3 Hasil pengukuran pH sediaan
Pengukuran pH sediaan diukur dengan menggunakan pH meter dengan pengulangan sebanyak tiga kali dan diukur selama 12 minggu penyimpanan dengan interval pengamatan setiap minggu. Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Tabel 4.2 .
Tabel 4.2 Hasil pengukuran pH sediaan
Formula pH rata-rata selama 12 minggu penyimpanan
- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
F0 6,8 6,8 6,7 6,7 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 6,6 F1 6,6 6,6 6,6 6,6 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,4 6,4 6,4 6,4 F2 6,6 6,5 6,5 6,5 6,5 6,4 6,4 6,4 6,4 6,3 6,3 6,3 6,3 F3 6,5 6,5 6,5 6,4 6,4 6,4 6,3 6,3 6,3 6,2 6,2 6,2 6,2 Keterangan :
F0 : Masker clay tanpa minyak zaitun murni (blanko)
F1 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 10%
Pada pemeriksaan pH sediaan masker clay, didapatkan pH berkisar antara
demikian, pH sediaan masker clay yang diformulasi masih memenuhi persyaratan yang dizinkan. Kestabilan pH merupakan salah satu parameter penting yang menentukan stabil atau tidaknya suatu sediaan. Derajat keasaman (pH) merupakan pengukuran aktivitas hidrogen dalam lingkungan air. Nilai pH tidak boleh terlalu asam karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit sedangkan nilai pH terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik.
4.2.4 Hasil pengukuran lama pengeringan masker
Pengukuranlama pengeringan dilakukan pada suhu ruangan yaitu ±25°C dengan cara mengoleskan sediaan masker clay ±4g pada wajah sukarelawan diukur waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dengan sukarelawan yang berbeda-beda. Hasil pengukuran lama pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran lama pengeringan
Pengukuran F0
(menit)
F1 (menit)
F2 (menit)
F3 (menit)
1 5,0 10,0 12,0 14,0
2 5,0 10,0 12,0 14,0
3 5,0 9,0 12,0 14,0
Rata-rata 5,0 9,6 12,0 14,0
Keterangan :
F0 : Masker clay tanpa minyak zaitun murni (Blanko)
F1 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 10%
Berdasarkan hasil pengukuran lama pengeringan pada Tabel 4.3 diperoleh hasil berkisar 5-14 menit. Semakin tinggi jumlah minyak yang ditambahkan pada formula menyebabkan peningkatan lama pengeringan masker.
4.3 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan
Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dilakukan dengan mengoleskan masker clay pada kulit belakang telinga. Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan.
Pengamatan
Sukarelawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kemerahan - - - -
Gatal-Gatal - - - -
Bengkak - - - -
Keterangan:
+ : Terjadi iritasi - : Tidak terjadi iritasi
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 12 sukarelawan, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan masker clay yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).
4.4 Hasil Pengujian Efektifitas Anti-Aging
Pengujian efektivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan wanita sebanyak 12 orang. Pengujian dilakukan pada daerah kulit wajah. Semua sukarelawan diukur terlebih dahulu kondisi kulit awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan perangkat skin analyzer. Parameter pengukuran meliputi:
Kelembapan (moisture), Pori wajah (pore), Noda (spot), dan Keriput (wrinkle).
menggunakan program statistik dengan metode Kruskal-Wallis. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi kulit selama empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test.
4.4.1 Kelembapan (moisture)
Data hasil pengukuran kelembapan (moisture) pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil pengukuran kelembapan (moisture) pada kulit wajah sukarelawan
Formula Kondisi Awal
Waktu Perawatan (hari) %
pemulihan
- 7 14 21 28
F0
28 28 28 29 29 29 7,41%
28 28 29 29 30 31 10,71%
30 31 31 31 31 32 6,66%
Rata-rata 28,66 29,00 29,33 29,66 30,00 30,66 6,97%
F1
28 29 30 30 32 35 25,00%
26 29 30 31 33 33 30,76%
26 30 33 34 34 35 34,60%
Rata-rata 26,66 29,33 31,00 31,66 33,00 34,33 28,76%
F2
28 30 32 34 35 37 32,14%
27 29 32 34 36 37 27,58%
29 30 31 33 34 35 20,68%
Rata-rata 28,00 29,66 31,66 33,66 35,00 36,33 29,75%
F3
29 30 34 37 40 41 41,37%
30 31 33 35 38 40 33,33%
30 32 34 34 35 41 36,66%
Rata-rata 29,00 31,00 32,66 35,33 37,66 40,66 40,20%
Keterangan:
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker clay tanpa minyak zaitun murni (Blanko)
F1 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 10%
Data pada Tabel 4.5 menunjukkan selama empat minggu perawatan dengan pemberian sediaan masker seminggu sekali secara rutin, kelembapan pada kulit sukarelawan mengalami peningkatan terutama dari Formula 3 dengan rata-rata persen pemulihan sebesar 40,20%. Formula blanko mengalami
peningkatan sebesar 6,97%. Grafik pengaruh pemakaian masker clay terhadap kelembapan kulit sukarelawan selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kelembapan (moisture) pada kulit wajah sukarelawan
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kelembapan kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan 14 hari, 21 hari dan 28 hari yang menunjukkan bahwa perubahan kelembapan pada kulit signifikan.
Untuk mengetahui perbedaan tiap konsentrasi formula mempengaruhi peningkatan kelembapan pada kulit maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kelembapan yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, dan F3, F1 dengan F2 dan F3, dan F2 dengan F3 (nilai p < 0,05).
Kandungan air pada kulit sehat sebesar 60% agar kulit tetap lembut,
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
kondisi awal
- 7 14 21 28
K el em bapan
Waktu (Hari
)F0(Blanko) F1(6%) F2(8%) F3(10%)
lembut dan berfungsi dengan baik (Bentley, 2006). Untuk fungsi fisiologisnya kulit memerlukan lemak dan air. Lapisan lemak di permukaan kulit dan bahan- bahan dalam stratum korneum yang bersifat higroskopis dapat menyerap air dan berada dalam hubungan yang fungsional disebut Natural Moisturizing Factor.
Kemampuan stratum korneum untuk mengikat air sangat penting bagi fleksibilitas dan kelenturan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
4.4.2 Pori (pore)
Hasil pengukuran pori pada kulit wajah sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil pengukuran besar pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan Formula Kondisi
Awal
Waktu Perawatan(hari) %
pemulihan
- 7 14 21 28
F0
45 45 45 44 43 42 6,66%
45 45 44 44 44 43 4,44%
44 44 43 43 43 43 2,27%
Rata-rata 44,66 44,66 44,00 43,66 43,33 42,66 4,47%
F1
44 43 41 41 40 38 13,63%
43 42 40 39 37 34 20,93%
41 39 39 38 37 35 14,63%
Rata-rata 42,66 41,33 40,00 39,33 38,00 35,66 16,40%
F2
44 43 41 38 35 32 27,27%
41 39 34 32 31 30 26,82%
41 37 35 33 30 29 26,82%
Rata-rata 42,00 39,66 36,66 34,33 32,00 30,33 27,78 % F3
40 38 36 35 30 27 32,50%
40 40 38 35 30 27 32,50%
42 39 39 35 30 29 30,95%
Rata-rata 40,66 39,00 37,66 35,00 30,00 27,66 31,97%
Keterangan :
Pori berukuran kecil 0-19; pori berukuran besar 20-39; pori berukuran sangat besar 40-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker clay tanpa minyak zaitun murni (Blanko)
F1 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 6%
F2 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 8%
F3 : Masker clay dengan minyak zaitun murni konsentrasi 10%