FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BUAH MERAH (RED FRUIT OIL)
SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
SKRIPSI
OLEH:
KHALIMATU SYAKDIAH NIM 141501090
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BUAH MERAH (RED FRUIT OIL)
SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
KHALIMATU SYAKDIAH NIM 141501090
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
PENGESAHAN SKRIPSI
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BUAH MERAH (RED FRUIT OIL)
SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
OLEH:
KHALIMATU SYAKDIAH NIM 141501090
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 23 April 2018
Pembimbing Panitia Penguji
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt.
NIP 195807101986012001 NIP 195306251986012001
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
NIP 195807101986012001
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt.
NIP 196005111989022001
Medan, Juni 2018 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195707231986012001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Formulasi Sediaan Lip Balm yang Mengandung Minyak Buah Merah (Red Fruit Oil) Sebagai Pelembab Bibir”. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Buah merah merupakan tumbuhan endemik Papua yang kaya akan vitamin E yang dapat diolah menjadi minyak buah merah dan berkhasiat sebagai antioksidan. Vitamin E sangat bermanfaat untuk mengatasi kerusakan kulit dan berperan menjaga kelembaban kulit. Lip balm merupakan sediaan perawatan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kelembaban bibir. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk memformulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah sebagai pelembab bibir. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lip balm minyak buah merah mampu menjaga dan meningkatkan kelembaban bibir. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi pembuatan lip balm serta sebagai alternatif sediaan lip balm berbahan alami dibanding sediaan lip balm yang beredar dipasaran.
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., yang telah membimbing, memberikan petunjuk, saran-saran dan motivasi selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Demikian juga rasa terima kasih penulis kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan seluruh dosen beserta staf pengajar Fakultas Farmasi atas segala ilmu yang telah diajarkan kepada penulis. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pegawai yang telah menyediakan fasilitas untuk belajar dan menempuh pendidikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada Ayahanda Suparjo dan Ibunda Nuraini, SKM, kakak saya Resti Kurniawati dan adik-adik saya Novira Ramadhani dan Debby Syafitri, serta seluruh keluarga yang telah memberikan cinta dan kasih sayang, pengorbanan baik materi maupun motivasi serta yang selalu mendoakan dengan tulus untuk kesuksesan penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada sahabat- sahabatku dan kepada seluruh teman-teman di UKMI Ath-Thibb, Incomphasco Club, UKMI Ad-Dakwah USU, Farmasi Kelas B 2014 dan sahabat-sahabat tercinta yang telah banyak memberikan motivasi dan semangat kepada penulis selama penulis kuliah dan melakukan penelitian.
Semoga Allah SWT memberikan karunia, rezeki, dan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, April 2018 Penulis,
Khalimatu Syakdiah NIM 141501090
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khalimatu Syakdiah
Nomor Induk Mahasiswa : 141501090
Program Studi : S-1 Reguler Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Sediaan Lip Balm yang Mengandung Minyak Buah Merah (Red Fruit Oil) sebagai Pelembab Bibir
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat akibat kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.
Medan, April 2018 Yang Membuat Pernyataan
Khalimatu Syakdiah NIM 141501090
FORMULASI SEDIAAN LIP BALM YANG MENGANDUNG MINYAK BUAH MERAH (RED FRUIT OIL)
SEBAGAI PELEMBAB BIBIR
ABSTRAK
Latar belakang: Minyak buah merah banyak mengandung vitamin E sebagai antioksidan yang berfungsi untuk menjaga kelembaban kulit dan melindungi kulit dari kerusakan kulit akibat pengaruh lingkungan. Lip balm merupakan sediaan perawatan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kelembaban bibir. Oleh karena itu perlu dibuat sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah sebagai pelembab bibir.
Tujuan: Untuk memformulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah sebagai pelembab bibir
Metode: Penelitian dilakukan secara eksperimental. Sediaan lip balm dibuat dengan menambahkan minyak buah merah dengan variasi konsentrasi yaitu 2,5%
(F1), 5% (F2), 7,5% (F3) dan 10% (F4) ke dalam formula dasar sediaan lip balm.
Sebagai blanko (F0) digunakan formula dasar sediaan lip balm tanpa minyak buah merah. Pengujian terhadap sediaan lip balm meliputi pemeriksaan mutu fisik sediaan yaitu pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, uji stabilitas sediaan dan uji iritasi sediaan, uji efektivitas kadar air sediaan, serta uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat. Pemakaian lip balm terhadap sukarelawan dilakukan selama empat minggu dengan mengaplikasikan sediaan lip balm setiap hari secara rutin pagi dan malam hari. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS 17 dengan metode Kruskal-Wallis Test dan Mann- Whitney Test.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak buah merah dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm yang memiliki susunan yang homogen, pH yang sesuai (5,6-5,9), suhu lebur yang baik (54-63°C), stabil dalam penyimpanan, dan tidak mengiritasi kulit bibir sukarelawan. Semakin tinggi konsentrasi minyak buah merah dalam sediaan lip balm menunjukkan perubahan kondisi kulit bibir menjadi lebih baik dengan konsentrasi tertinggi yaitu 10% mampu meningkatkan kelembaban kulit bibir dengan persen pemulihan 68,93% (24,66 menjadi 41,66).
Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, sediaan yang paling disukai adalah sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak buah merah 7,5%. Dari hasil analisis dengan metode Kruskal-Wallis Test menunjukkan bahwa perubahan kelembaban kulit bibir yang signifikan dan dengan metode Mann-Whitney Test menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan kelembaban kulit yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, F3 dan F4, F1 dengan F2, F3, dan F4, dan F2 dengan F3.
Kesimpulan: Minyak buah merah dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm dan sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak buah merah 10% menunjukkan efektivitas sebagai pelembab bibir yang paling baik. Perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik dengan meningkatnya kelembaban pada kulit bibir (persen pemulihan 68,93%) selama empat minggu perawatan.
Kata kunci: bibir, lip balm, minyak buah merah, pelembab
FORMULATION OF LIP BALM OF RED FRUIT OIL AS LIP MOISTURIZER
ABSTRACT
Background: Red fruit oil contains Vitamin E as an atioxidant that serves to keep skin moisture and protect the skin from skin damage due to environmental influences. Lip balm is the necessary treatment preparation to maintain and improve the lip moisture. Therefore it is necessary to make a preparation of lip balm containing red fruit oil as a lip moisturizer.
Purpose: To formulate red fruit oil in the form of lip balm as lip moisturizer Method: The study was conducted experimentally. Lip balm were prepared by adding red fruit oil with variation of the concentration that is 2.5% (F1), 5% (F2), 7.5% (F3) and 10% (F4) into the basic formula of lip balm. As a blank (F0), the basic formula of lip balm without using red fruit oil. Tests on the lip balm include test of physical quality of the preparation of organoleptic test, homogeneity test, melting temperature, stability test and irritation test, effectiveness test of water content, and hedonic test on the variety of preparations. The using of the lip balm is for four weeks by applying the daily lip balm preparations regularly morning and night. Data were analyzed by using SPSS 17 by Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test method.
Result: The results showed that red fruit oil could be formulated into a lip balm preparation which had a homogeneous arrangement, a corresponding pH (5,6-5,9), good melting point (54-63°C), stable in storage, and did not irritate the lip skin of the volunteers. The higher concentrations of red fruit oil on lip balm showed a change in lip skin condition for the better with the highest concentration of 10%
able to increase the moisture of lip skin with recovery percentage 68,93% (24,66 to 41,66). Based on the preferred value for each preparation, the most preferred preparation was a lip balm preparation with 7.5% red fruit oil concentration. The results of Kruskal-Wallis Test showed that skin moisture changed significantly and Mann-Whitney Test showed a difference increase of skin moisture significantly between F0 with F1, F2, F3 and F4, F1 with F2, F3 and F4, and F2 with F3.
Conclusion: Red fruit oil can be formulated in a lip balm preparation and lip balm preparation with a concentration of 10% red fruit oil indicates the effectiveness as the best lip moisturizer. Skin condition changes for the better with increased moisture in the lip skin (recovery percent 68.93%) for four weeks of treatment.
Keywords: lip, lip balm, red fruit oil, moisturizer
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
SURAT PERNYATAAN... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Kosmetik ... 5
2.1.1 Pengertian Kosmetik ... 5
2.1.2 Penggolongan Kosmetik ... 5
2.1.2.1 Kosmetik Pelembab... 6
2.2 Bibir ... 7
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit Bibir ... 7
2.2.2 Bibir Kering... 7
2.3 Minyak Buah Merah ... 8
2.4 Lip Balm ... 10
2.4.1 Pengertian Lip Balm ... 10
2.4.2 Manfaat Penggunaan Lip Balm ... 10
2.4.3 Komponen Lip Balm ... 11
2.4.4 Zat Tambahan dalam Lip Balm ... 12
2.5 Komponen Lip Balm yang Digunakan ... 13
BAB III METODE PENELITIAN... 16
3.1 Alat ... 16
3.2 Bahan ... 16
3.3 Sukarelawan ... 16
3.4 Prosedur Kerja ... 17
3.4.1 Formula Dasar ... 17
3.4.2 Modifikasi Formula ... 17
3.4.3 Prosedur Pembuatan Sediaan ... 18
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 19
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan ... 19
3.5.2 Suhu Lebur ... 19
3.5.3 Uji pH Sediaan ... 19
3.5.4 Uji Stabilitas Sediaan ... 20
3.6 Uji Iritasi, Uji Efektivitas, dan Uji Kesukaan Sediaan ... 20
3.6.1 Uji Iritasi Sediaan ... 20
3.6.2 Uji Efektivitas Sediaan ... 21
3.6.3 Uji Kesukaan Sediaan ... 22
3.7 Analisis Data ... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Hasil Formulasi Sediaan ... 23
4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ... 23
4.2.1 Homogenitas Sediaan ... 23
4.2.2 Suhu Lebur Sediaan ... 23
4.2.3 Uji pH Sediaan ... 24
4.2.4 Uji Stabilitas Fisik Sediaan ... 25
4.3 Hasil Uji Iritasi, Uji Efektivitas, dan Uji Kesukaan Sediaan 26
4.3.1 Uji Iritasi Sediaan ... 26
4.3.2 Uji Efektivitas Sediaan ... 27
4.3.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan ... 30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
5.1 Kesimpulan ... 32
5.2 Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 33
LAMPIRAN ... 35
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Modifikasi formula sediaan lip balm menggunakan minyak
buah merah ... 18
3.2 Reaksi Uji Tempel... 21
4.1 Data hasil pemeriksaan suhu lebur ... 24
4.2 Data hasil uji pH ... 25
4.3 Data hasil pengamatan uji stabilitas fisik sediaan ... 26
4.4 Data hasil uji iritasi sediaan ... 27
4.5 Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) pada bibir panelis 28 4.6 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test) Sediaan ... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Struktur Kulit Bibir ... 7 2.2 Bibir Kering ... 8 2.3 Stratum corneum yang rusak sehingga meningkatkan
Transepidermal Watel Loss ... 8 2.4 Stratum corneum yang normal sehingga meningkatkan
Transepidermal Watel Loss ... 8 4.1 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kelembaban
(moisture) pada bibir panelis ... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Sertifikat analisis minyak buah merah... 35
2. Gambar alat dan bahan ... 36
3. Perhitungan modifikasi formula sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah ... 38
4. Bagan pembuatan sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah ... 40
5. Gambar sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah ... 41
6. Gambar hasil uji homogenitas ... 41
7. Uji efektivitas sediaan pada bibir panelis ... 42
8. Perhitungan persen pemulihan ... 44
9. Perhitungan Uji Kesukaan (Hedonic Test) ... 46
10. Data Nilai Kelembaban pada Skin Analyzer ... 50
11. Data Hasil Uji Statistik ... 52
12. Kuesioner uji kesukaan (hedonic test) ... 57
13. Surat pernyataan untuk uji iritasi ... 58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan (Tranggono dan Latifah, 2007).
Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang penampilannya mempengaruhi persepsi estetis wajah. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapis dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Kadu, dkk., 2014).
Akibat dari fungsi perlindungan yang buruk, bibir sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan serta berbagai produk perawatan kesehatan, kosmetik dan produk perawatan kulit lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan kulit yaitu bibir menjadi kering, pecah-pecah, dan warna yang kusam. Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah-pecah juga menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman (Trookman, dkk., 2009).
Dari berbagai penelitian, ditemukan fakta bahwa vitamin E sangat bermanfaat untuk mengatasi kerusakan kulit. Vitamin E mengandung senyawa tokoferol yang memiliki aktivitas biologi yang tinggi sebagai antioksidan yaitu mampu menangkap radikal bebas yang berpotensi merusak serta menyebabkan kelainan pada kulit Selain itu, vitamin E juga berperan menjaga kelembaban kulit dengan cara mempertahankan ikatan air dalam kulit dan menjaga stabilitas jaringan ikat dalam sel (Sulastomo, 2013).
Salah satu tumbuhan yang kaya akan vitamin E adalah buah merah yang diolah menjadi minyak buah merah. Buah merah merupakan tumbuhan endemik Papua yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Papua selain sebagai obat tradisional juga sebagai zat pewarna alami dan sumber bahan makanan (Budi dan Paimin, 2004).
Minyak buah merah yang diambil dari daging buah merah memiliki berbagai senyawa aktif yang berkhasiat sebagai obat. Minyak buah merah mengandung zat-zat gizi bermanfaat atau senyawa aktif dalam kadar tinggi, diantaranya betakaroten, tokoferol, serta asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam dekanoat. Kandungan tokoferol dalam minyak buah merah lebih tinggi dibandingkan buah dan sayuran lainnya dan memiliki aktivitas biologi sebagai antioksidan (Budi & Paimin, 2004).
Pada penelitian ini berdasarkan sertifikat analisis minyak buah merah bahwa kandungan vitamin E yang terdapat dalam minyak tersebut adalah sebesar 151,94 ppm. Selain itu, minyak tersebut juga mengandung asam lemak yang dapat melindungi dan melembutkan kulit. Kandungan asam lemak tertinggi yaitu asam oleat sebesar 72,6%.
Lip balm (balsam bibir) digunakan sebagai langkah awal untuk mencegah
terjadinya masalah pada bibir. Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekeringan pada bibir dengan meningkatkan kelembaban bibir dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir. Dengan adanya lip balm, kelembaban akan terakumulasi pada lapisan korneum yang berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bibir (Kwunsiriwong, 2016; Madans, dkk., 2012).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk memformulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah sebagai pelembab bibir.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah minyak buah merah dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm?
b. Apakah perbedaan konsentrasi minyak buah merah dalam sediaan lip balm mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir?
c. Apakah penggunaan sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah menunjukkan peningkatan kelembaban bibir menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Minyak buah merah dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm.
b. Perbedaan konsentrasi minyak buah merah dalam sediaan lip balm mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir.
c. Penggunaan sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah menunjukkan peningkatan kelembaban bibir menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui apakah minyak buah merah dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm.
b. Untuk mengetahui apakah perbedaan konsentrasi minyak buah merah dalam sediaan lip balm mempengaruhi efektivitas sebagai pelembab bibir.
c. Untuk mengetahui apakah penggunaan sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah menunjukkan peningkatan kelembaban bibir menjadi lebih baik selama empat minggu perawatan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang minyak buah merah yang diformulasikan dalam sediaan lip balm yang memiliki efek sebagai pelembab bibir dengan waktu perawatan selama empat minggu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
2.1.1 Pengertian Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetis untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).
Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Tranggono dan Latifah, 2007).
Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Mitsui, 1997).
2.1.2 Penggolongan Kosmetik
Berdasarkan Tranggono dan Latifah (2007), penggolongan kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit yaitu:
1. Kosmetik Perawatan Kulit (Skin-care Cosmetics)
Jenis kosmetik ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit.
Termasuk didalamnya adalah:
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): misalnya sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer): misalnya, moisturizing cream, night cream, anti-wrinkle cream, lip balm.
c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream / lotion.
d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub cream.
2. Kosmetik Riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis kosmetik ini diperlukan untuk merias dan menutupi cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik.
2.1.2.1 Kosmetik Pelembab
Kosmetika pelembab perlu dipakaikan terutama pada kulit yang kering atau normal cenderung kering. Kosmetika pelembab dibedakan atas dua tipe yaitu:
1. Kosmetika yang didasarkan pada lemak
Kosmetika yang didasarkan pada lemak akan membentuk lapisan lemak di permukaan kulit untuk mencegah penguapan air kulit dan menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.
2. Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis
Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis akan membentuk lapisan yang bersifat higroskopis yang akan menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.2 Bibir
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit Bibir
Kulit bibir mengandung sel melanin yang sangat sedikit, pembuluh darah lebih jelas terlihat melalui kulit bibir yang memberi warna bibir kemerahan yang indah. Lapisan korneum pada kulit biasanya memiliki 15 sampai 16 lapisan untuk tujuan perlindungan. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapisan dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan luar (Kadu, 2014).
Gambar 2.1 Struktur Kulit Bibir (Satheesh, 2011) 2.2.2 Bibir Kering
Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi pada bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu kerusakan sel keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin merupakan
sel yang melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari menyebabkan pecahnya lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan rusak. Sel yang rusak akan terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel yang baru (Jacobsen, 2011).
Gambar 2.2 Bibir Kering (Jacobsen, 2011)
Selain itu, penyebab bibir kering dan pecah-pecah adalah dehidrasi. Air merupakan material yang sangat penting terhadap kelembaban kulit. Dehidrasi terjadi karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan cairan yang berlebihan disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Jacobsen, 2011).
2.3 Minyak Buah Merah
Buah merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan tumbuhan endemik Papua yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber fitofarmaka Indonesia. Buah yang termasuk dalam famili
Gambar 2.3 Stratum corneum yang rusak sehingga meningkatkan Transepidermal Watel Loss
Gambar 2.4 Stratum corneum yang normal sehingga menurunkan Transepidermal Watel Loss
Bibir kering dan pecah- pecah Bibir kering
dan pecah- pecah hingga berdarah
Stratum corneum yang rusak
Stratum corneum yang normal
Pandanaceae ini oleh masyarakat lokal Papua secara empiris telah dimanfaatkan selain baik sebagai obat tradisional juga sebagai zat pewarna alami dan sumber bahan makanan (Budi dan Paimin, 2004).
Minyak buah merah yang diambil dari daging buah merah memiliki berbagai senyawa aktif yang berkhasiat sebagai obat. Minyak buah merah mengandung zat-zat gizi bermanfaat atau senyawa aktif dalam kadar tinggi, diantaranya betakaroten, tokoferol, serta asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dan asam dekanoat. Kandungan tokoferol dalam minyak buah merah tinggi dan memiliki aktivitas biologi sebagai antioksidan (Budi & Paimin, 2004).
Penggunaan vitamin E dalam kosmetik diantaranya adalahh sebagai pelembab dan sebagai antioksidan. Menurut Tranggono dan Latifah (2007), vitamin E memiliki manfaat dan beberapa keunggulan yang utama, yaitu:
- Sebagai antioksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan oksidasi dan menagkap radikal bebas yang sangat reaktif dan melindungi sel dari kerusakan - Memelihara stabilitas jaringan ikat di dalam sel, misalnya menjaga integritas
serat elastin antara dermis dan kolagen, sehingga kelenturan dan kekenyalan kulit tetap terjaga
- Sebagai UV-Protection yang dapat melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari
- Sebagai Anti inflamatory yang dapat mencegah kerusakan kulit karena UVL - Sebagai pelembab yang dapat mempertahankan ikatan air didalam kulit dan
melindungi lipid atau lipoproptein yang terdapat dalam membran sel
- Sebagai microcirculator yang mengatur cairan di dalam vena atau arteri dan sirkulasi periferal yang dapat menjaga stabilitas membran sel.
Asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat yang terkandung dalam minyak mampu meningkatkan aktivitas vitamin E dan mengganggu penghalang lipid di stratum korneum, yang akibatnya menyebabkan permeabilitas kulit meningkat (Alvarez dan Maria, 2000).
2.4 Lip Balm
2.4.1 Pengertian Lip Balm
Lip balm merupakan sediaan kosmetik dengan komponen utama seperti
lilin, lemak dan minyak dari ekstrak alami atau yang disintesis dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kekeringan dengan meningkatkan kelembaban bibir dan melindungi pengaruh buruk lingkungan pada bibir (Kwunsiriwong, 2016).
Aplikasi lip balm tidak memberikan efek warna seperti lipstik. Lip balm hanya memberikan sedikit kesan basah dan cerah pada bibir. Lip Balm memang dirancang untuk melindungi dan menjaga kelembaban bibir. Kandungan yang terdapat dalam lip balm adalah zat pelembab dan vitamin untuk bibir (Sulastomo, 2013).
Saat lip balm dioleskan ke bibir, ia bertindak sebagai sealant mencegah hilangnya kelembaban melalui penguapan. Perlindungan ini memungkinkan bibir untuk rehidrasi melalui akumulasi kelembaban pada antarmuka lip balm-stratum corneum (Madans dkk, 2012).
2.4.2 Manfaat Penggunaan Lip Balm
a. Lip balm memberikan nutrisi yang dibutuhkan agar bibir tetap lembut dan sehat
b. Lip balm dapat digunakan oleh laki-laki maupun perempuan
c. Produk lip balm membantu melindungi bibir dari keadaan luka, kering, pecah-pecah dan cuaca dingin dan kering.
d. Kontak produk dengan kulit tidak akan menyebabkan gesekan atau kekeringan, dan harus memungkinkan pembentukan lapisan homogen di atas bibir untuk melindungi lendir labial yang rentan terhadap faktor lingkungan seperti radiasi UV, kekeringan dan polusi.
e. Penggunaan kosmetik bibir alami untuk memperbaiki penampilan wajah dan kondisi kulit bibir (Fernandes, dkk., 2013).
2.4.3 Komponen Lip Balm
Adapun komponen utama dalam lip balm terdiri dari:
1. Lilin
Secara kimia, wax (lilin) adalah campuran hidrokarbon dan asam lemak yang kompleks dikombinasikan dengan ester. Lilin lebih keras, kurang berminyak dan lebih rapuh daripada lemak. Lilin sangat tahan terhadap kelembaban, oksidasi dan bakteri. Ada empat kategori dari lilin sebagai berikut: (a) Lilin hewani, contohmya yaitu lilin lebah, lanolin, Spermaceti; (B) Lilin nabati, contohnya yaitu carnauba, candelilla, jojoba; (C) Lilin mineral, contohnya yaitu ozokerite, parafin, mikrokristalin, ceresin; (D) Lilin sintetis, contohnya yaitu polyethylene, carbowax, acrawax, stearon. Lilin yang paling banyak digunakan untuk kosmetik adalah lilin lebah (beeswax), carnauba dan candelilla wax. Secara fisik, lilin ditandai dengan titik leleh tinggi (50 -100oC). Lilin yang paling banyak digunakan adalah beeswax yang merupakan emolien yang bagus dan pengental. Dua wax alami lainnya sering digunakan dalam kosmetik adalah lilin carnauba dan candelilla. Keduanya lebih keras dan memiliki titik leleh yang lebih tinggi membuat mereka lebih stabil (Kadu, 2014).
2. Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lip balm. Fungsi yang lain dalam proses pembuatan lip balm adalah sebagai pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang biasa digunakan dalam basis lip balm adalah lemak coklat, lanolin, lesitin, minyak terhidrogenisasi dan lain-lain (Kadu, 2014).
3. Minyak
Asam lemak dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh yang menentukan stabilitas dari minyak. Minyak dengan asam lemak jenuh tingkat tinggi (laurat, miristat, palmitat dan asam stearat) termasuk minyak kelapa, minyak biji kapas, dan minyak kelapa sawit. Minyak dengan tingkat asam lemak tak jenuh yang tinggi (asam oleat, arakidonat, linoleat) misalnya minyak canola, minyak zaitun, minyak jagung, minyak almond, minyak jarak dan minyak alpukat.
Minyak dengan asam lemak jenuh lebih stabil dan tidak menjadi anyir secepat minyak tak jenuh. Namun, minyak dengan asam lemak tidak jenuh lebih halus, lebih mahal, kurang berminyak, dan mudah diserap oleh kulit (Kadu, 2014).
2.4.4 Zat Tambahan Dalam Lip Balm
Zat tambahan dalam lip balm adalah zat yang ditambahkan dalam formula lip balm untuk menghasilkan lip balm yang baik, yaitu dengan cara menutupi
kekurangan yang ada tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat bercampur dengan bahan lain dalam formula lip balm. Zat tambahan yang digunakan yaitu pengawet dan humektan.
1. Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh didalam sediaan lip balm sebenarnya sangat kecil karena lip balm tidak mengandung air. Akan tetapi ketika lip balm diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan lip balm sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu ditambahkan pengawet di dalam formula lip balm. Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben dan propil paraben (Butler, 2000).
2. Humektan
Humektan adalah material water soluble dengan kemampuan absorbsi air yang tinggi. Humektan dapat menggerakkan air dari atmosfer. Humektan yang baik memiliki kemampuan untuk meningkatkan absorbsi air dari lingkungan untuk hidrasi kulit. Contoh humektan adalah gliserin, sorbitol, dan propilen glikol (Butler, 2000).
2.5 Komponen Lip Balm yang Digunakan 1. Gliserin
Pemeriannya yaitu cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis dan netral terhadap lakmus. Kelarutannya yaitu dapat bercampur dengan air dan etanol, praktis tidak larut dalam kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap (Ditjen POM, 1995).
Gliserin digunakan secara luas pada formulasi farmasetikal meliputi sediaan oral, telinga, mata, topikal dan parenteral. Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan dan emolien (Rowe, dkk., 2009).
2. Cera Flava
Cera flava atau lilin kuning adalah hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah Apis mellifera Linne. Pemeriannya yaitu padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan, berbau enak seperti madu, agak rapuh bila dingin dan patah membentuk granul, patahan non-hablur, menjadi lunak oleh suhu tangan (Ditjen POM, 1995).
Cera Flava digunakan pada produk makanan dan kosmetik. Cera flava umumnya digunakan pada sediaan topikal dengan konsentrasi 5-20% sebagai bahan pengeras. Cera flava dianggap sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak mengiritasi baik pada sediaan topikal maupun sediaan oral (Rowe, dkk., 2009).
3. Nipagin
Nipagin atau metil paraben memiliki pemerian yaitu hablur kecil, tidak berwarna, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol. Suhu leburnya antara 125-128 °C. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan (zat pengawet) (Ditjen POM, 1995).
Metil paraben digunakan sebagai pengawet dalam sediaan topikal dalam jumlah 0,02-0,3% (Rowe, dkk., 2009).
4. Lanolin
Lanolin atau lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Pemeriannya yaitu massa seperti lemak, lengket, warna kuning dan bau khas (Ditjen POM, 1995).
5. Oleum cacao
Oleum cacao atau lemak coklat merupakan lemak coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji Theobroma cacao L. yang telah dikupas dan dipanggang. Pemeriannya yaitu lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatik, rasa khas lemak dan agak rapuh. Suhu lebur yaitu 31-34°C (Ditjen POM, 1979).
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, uji pH, uji stabilitas sediaan dan uji iritasi sediaan, uji efektivitas sediaan, serta uji kesukaan (hedonic test) terhadap variasi sediaan yang dibuat.
3.1 Alat
Alat yang digunakan untuk penelitian antara lain : Alat – alat gelas, cawan penguap, kaca objek, kertas perkamen, Moisture Checker (Aram), neraca analitik (Mottler Toledo), oven (Dynamica), penangas air, penjepit tabung, pH meter (Hanna Instrument), pipet tetes, spatula, sudip, dan wadah lip balm.
3.2 Bahan
Cera flava, gliserin, akuades, lanolin, minyak buah merah (UD. Fira Papua), nipagin, oleum cacao
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panelis (subjek penelitian) adalah 15 orang mahasiswi Fakultas Farmasi USU yang telah dianalisa bibirnya memiliki kelembaban yang rendah dengan kriteria sebagai berikut:
1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan (Ditjen POM, 1985).
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Formula Dasar
Formula dasar yang dipilih pada pembuatan lip balm dalam penelitian ini dengan komposisi sebagai berikut:
R/ Gliserin 5
Cera Alba 10
Cera Flava 12
Nipagin 0,18
Nipasol 0,02
BHT 0,05
Oleum cacao ad 100 (Ratih dkk, 2014)
R/ Lanolin, beeswax, jojoba oil 95,0
Benzofenon 0,10
Parfum, antioksidan secukupnya (Wasitaatmaja, 1997)
3.4.2 Modifikasi Formula
Setelah dilakukan modifikasi formula, maka formula yang digunakan dalam pembuatan sediaan lip balm pada penelitian ini adalah:
R/ Gliserin 5
Cera flava 10
Nipagin 0,18
Lanolin 15
Oleum cacao ad 100
Selanjutnya dilakukan pengembangan formulasi sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah dengan berbagai konsentrasi. Berdasarkan hasil orientasi terhadap penggunaan minyak buah merah pada sediaan lip balm diperoleh hasil bahwa konsentrasi 2,5% sediaan mampu memberikan kelembaban
pada saat dioleskan. Orientasi dilanjutkan dengan menggunakan minyak buah merah dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% karena memberikan kelembaban dan konsistensi warna yang cukup baik. Sebagai blanko juga dibuat sediaan lip balm tanpa menggunakan minyak buah merah.
Tabel. 3.1 Modifikasi formula sediaan lip balm menggunakan minyak buah merah
Komposisi
Konsentrasi (%)
F0 F1 F2 F3 F4
Minyak Buah Merah - 2,5 5 7,5 10
Gliserin 5 5 5 5 5
Cera Flava 10 10 10 10 10
Nipagin 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
Lanolin 15 15 15 15 15
Oleum cacao ad 100 100 100 100 100
Keterangan:
F0: Sediaan tanpa konsentrasi minyak buah merah (blanko) F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 10%
3.4.3 Prosedur Pembuatan Sediaan
Basis sediaan dalam penelitian ini yaitu lemak coklat dilelehkan di atas penangas air pada suhu lelehnya yaitu sekitar 31-34oC. Lemak coklat dimasukkan ke cawan penguap sambil diaduk sampai seluruh lemak coklat meleleh sempurna.
Cera flava dilelehkan pada suhu lelehnya yaitu sekitar 62-64oC, kemudian dimasukkan ke dalam lelehan basis tersebut. Nipagin, lanolin dan gliserin dimasukan ke dalam lelehan basis sambil terus diaduk. Minyak buah merah dimasukkan terakhir sambil diaduk. Setelah itu dimasukkan ke dalam wadah lip balm lalu dibiarkan pada suhu ruangan sampai membeku (Ratih dkk, 2014).
3.5 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap masing-masing sediaan lip balm.
Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi: pemeriksaan organoleptis yang mencakup pengamatan terhadap perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan, pemeriksaan homogenitas, suhu lebur, uji pH, uji stabilitas sediaan, uji iritasi, dan uji efektivitas sediaan terhadap kulit dengan menggunakan alat moisture checker serta uji kesukaan sediaan (Ratih dkk, 2014).
3.5.1 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan
Masing-masing sediaan diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar (Ditjen POM, 1979).
3.5.2 Suhu Lebur Sediaan
Metode pengamatan suhu lebur lip balm yang digunakan dalam penelitian adalah dengan cara memasukkan lip balm ke dalam oven dengan suhu awal 500C selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu suhu dinaikkan 10C setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lip balm mulai melebur (Linda, 2012).
3.5.3 Uji pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter dengan cara:
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dan
dilarutkan dalam 100 ml akuades, lalu dipanaskan. Setelah suhu larutan normal, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlin, 2003).
3.5.4 Uji Stabilitas Sediaan
Sediaan lip balm yang telah jadi, dievaluasi selama 28 hari yang meliputi pengamatan organoleptis (warna, bau, bentuk) apakah terjadi perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar (Ratih dkk, 2014).
3.6 Uji Iritasi, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan Sediaan 3.6.1 Uji Iritasi Sediaan
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah dengan maksud untuk mengetahui bahwa lip balm yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada bibir atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelkatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (open patch) pada bagian lengan bawah bagian dalam terhadap 10 panelis yang bersedia
dan menulis surat pernyataan. Contoh surat pernyataan dapat dilihat pada lampiran 13. Uji tempel terbuka dilakukan dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5x2,5 cm), dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari selama dua hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Reaksi yang diamati adalah terjadinya eritema, papula, vesikula atau edema.
Menurut Ditjen POM (1985) tedapat tanda-tanda untuk mencatat reaksi uji tempel yang dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Reaksi Uji Tempel
No. Tanda Reaksi Uji
1. -
2. +
3. ++
4. +++
5. ++++
Keterangan:
- : Tidak ada reaksi
+ : Eritema
++ : Eritema dan papula
+++ : Eritema, papula dan vesikula ++++ : Edema dan vesikula
3.6.2 Uji Efektivitas Sediaan
Pengujian efektivitas kelembaban dilakukan terhadap 15 orang panelis.
Pengujian dilakukan pada daerah bibir. Pengelompokkan dibagi menjadi:
a. Kelompok I : 3 orang panelis menggunakan formula blanko.
b. Kelompok II : 3 orang panelis menggunakan formula 2,5%.
c. Kelompok III : 3 orang panelis menggunakan formula 5%.
d. Kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan formula 7,5%.
e. Kelompok V : 3 orang panelis menggunakan formula 10%
Pengujian dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembaban (moisture). Semua panelis diukur terlebih dahulu kondisi kelembaban bibir awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan alat moisture checker.
Sediaan lip balm dioleskan pada bibir panelis lalu dibiarkan hingga 20 menit. Dilakukan kembali pengecekan kondisi kelembaban bibir setelah pemakaian lip balm. Pengukuran kondisi bibir dilakukan setiap minggu selama empat minggu dengan pemberian sediaan lip balm setiap hari secara rutin pagi dan malam hari.
3.6.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan
Uji kesukaan dilakukan secara visual terhadap 30 orang panelis dengan 10 orang panelis yang sama dengan uji iritasi. Setiap panelis diminta untuk mengoleskan formula sediaan yang dibuat pada bibir panelis. Kemudian, panelis memilih variasi formula mana yang paling disukai. Panelis menuliskan 1 bila amat sangat tidak suka, 2 bila sangat tidak suka, 3 bila tidak suka, 4 bila agak tidak suka, 5 bila netral, 6 bila agak suka, 7 bila suka, 8 bila sangat suka dan 9 bila amat sangat suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada bibir.
Kemudian dihitung persentase kesukaan terhadap masing-masing sediaan (Hutami dkk, 2014).
3.7 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17. Data terlebih dahulu dianalisis distribusinya
menggunakan Shapiro-Wilk Test. Selanjutnya data dianalisis menggunakan Kruskal-Wallis Test untuk mengetahui efektivitas kelembaban pada bibir di antara formula. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap kondisi bibir selama empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Formulasi Sediaan
Variasi konsentrasi minyak buah merah pada pembuatan lip balm menghasilkan perbedaan tekstur dan warna kelembaban lip balm. Lip balm dengan konsentrasi minyak buah merah 2,5% dan 5% memiliki tekstur sedikit keras dan berwarna orange muda, konsentrasi 7,5% memiliki tekstur lembut dan warna orange, dan konsentrasi 10% memiliki tekstur sangat lembut dan warna orange gelap. Aroma lip balm adalah aroma khas oleum cacao.
4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Homogenitas Sediaan
Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen. Hal ini ditandai dengan tidak adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan (Ditjen POM, 1979).
4.2.2 Suhu Lebur Sediaan
Hasil pemeriksaan suhu lebur lip balm menunjukkan bahwa sediaan lip balm minyak buah merah berkisar antara 54-630C. Suhu lebur lip balm berdasarkan SNI 16-5769-1998 yaitu 50-700C (Ratih dkk, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak buah merah telah memenuhi persyaratan suhu lebur.
Suhu lebur lip balm yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38°C. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama
suhu daerah tropis, suhu lebur lip balm dibuat lebih tinggi, yaitu berkisar 55-75°C agar tidak meleleh apabila disimpan pada suhu ruang dan mempertahankan bentuknya selama proses distribusi, penyimpanan dan pemakaian (Fernandes, dkk., 2013). Data hasil pemeriksaan suhu lebur dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Data hasil pemeriksaan suhu lebur
Sediaan Suhu (°C)
F0 63
F1 58
F2 56
F3 55
F4 54
Keterangan:
F0: Sediaan tanpa konsentrasi minyak buah merah (blanko) F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 10%
4.2.3 Uji pH Sediaan
Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan lip balm tanpa minyak buah merah memiliki pH yaitu 5,4. Sedangkan sediaan yang dibuat dengan menggunakan minyak buah merah memiliki pH 5,6-5,9. Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan konsentrasi minyak buah merah yang digunakan, maka pH sediaan semakin tinggi. pH sediaan lip balm berada di rentang pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman dan tidak menyebabkan iritasi pada bibir.
Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit untuk menetralisirnya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah,
sensitif dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu pH kosmetika diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5-6,5 (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil pengukuran pH sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Data Hasil Uji pH
Sediaan pH
F0 5,4
F1 5,6
F2 5,8
F3 5,8
F4 5,9
Keterangan:
F0: Sediaan tanpa konsentrasi minyak buah merah (blanko) F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 10%
4.2.4 Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Hasil uji stabilitas sediaan lip balm menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat tetap stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar selama 28 hari pengamatan. Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diketahui bahwa seluruh sediaan lip balm yang dibuat memiliki bentuk dan konsistensi yang baik yaitu tidak meleleh pada penyimpanan suhu kamar. Warna dan bau lip balm juga stabil dalam penyimpanan selama 28 hari pengamatan pada suhu kamar. Hasil pengamatan stabilitas sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Data hasil pengamatan uji stabilitas fisik sediaan.
Minggu Ke-
Formula
F0 F1 F2 F3 F4
B W B W B W B W B W
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 - - - -
Keterangan :
- : Tidak terjadi perubahan + : Terjadi perubahan B : Bau
W : Warna
F0 : Sediaan tanpa konsentrasi minyak buah merah (blanko) F1 : Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 2,5%
F2 : Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 5%
F3 : Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 7,5%
F4 : Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 10%
4.3 Hasil Uji Iritasi, Uji Efektivitas dan Uji Kesukaan Sediaan 4.3.1 Uji Iritasi Sediaan
Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 10 orang panelis yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan lip balm pada kulit lengan bawah bagian dalam selama 2 hari berturut-turut, menunjukkan bahwa semua panelis tidak menunjukkan reaksi terhadap parameter reaksi iritasi yang diamati yaitu adanya eritema, papula, ataupun adanya vesikula. Dari hasil uji iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lip balm yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Data hasil uji iritasi sediaan
Reaksi
Panelis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Eritema - - - -
Eritema dan papula - - - - - - -
Eritema, papula dan vesikula - - - -
Edema dan vesikula - - - -
Keterangan:
- : Tidak ada reaksi
+ : Ada reaksi
4.3.2 Uji Efektivitas Sediaan
Pengujian efektivitas kelembaban dilakukan terhadap 15 orang panelis.
Pengujian dengan membandingkan keadaan bibir sebelum dan sesudah pemakaian sediaan dengan nilai parameter kelembaban (moisture). Semua panelis diukur terlebih dahulu kondisi kelembaban bibir awal/sebelum perlakuan dengan menggunakan alat moisture checker. Data yang diperoleh pada hasil kelembaban bibir akan dianalisis dengan menggunakan program statistik dengan metode Kruskal-Wallis Test. Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh formula terhadap
kondisi kulit selama empat minggu perawatan digunakan Mann-Whitney Test.
Data pada uji efektivitas sediaan menunjukkan selama empat minggu perawatan dengan pemberian sediaan lip balm setiap hari pada pagi dan malam hari secara rutin, kelembaban pada bibir panelis mengalami peningkatan terutama pada F4 dengan rata-rata persen pemulihan sebesar 68,93%. F0 mengalami peningkatan sebesar 6,38%. Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) pada bibir panelis dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kelembaban (moisture) pada bibir panelis
Formula Kondisi Awal
Waktu Perawatan(minggu)
% pemulihan
1 2 3 4
F0 32 33 33 34 34 6,25%
30 31 32 32 33 10%
32 32 32 33 33 3,12%
Rata-rata 31,33 32 32,33 33 33,33 6,38%
F1
32 33 35 36 36 12,50%
31 33 34 36 36 16,12%
33 34 35 35 37 12,12%
Rata-rata 32 33,33 34,33 35,33 36,33 13,53%
F2
31 33 34 37 38 22,58%
32 35 36 38 40 25%
32 34 34 36 39 21,87%
Rata-rata 31,66 34 34,66 37 39 23,18%
F3
32 36 37 39 44 37,5%
33 36 38 40 42 27,27%
32 35 37 38 43 34,37%
Rata-rata 32,33 35,66 37,33 39 43 33,00%
F4
31 33 37 39 48 54,83%
22 30 33 36 39 77,27%
21 28 32 37 38 80,95%
Rata-rata 24,66 30,33 34 37,33 41,66 68,93%
Keterangan :
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
F0: Sediaan tanpa konsentrasi minyak buah merah (blanko) F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 10%
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kelembaban kulit bibir panelis dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan minggu ke-1, ke-2, ke- 3 dan ke-4 yang menunjukkan bahwa perubahan kelembaban pada kulit bibir signifikan. Untuk mengetahui perbedaan tiap konsentrasi formula mempengaruhi peningkatan kelembaban pada kulit maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan
kelembaban kulit yang signifikan antara F0 dengan F1, F2, F3 dan F4, F1 dengan F2, F3 dan F4, dan F2 dengan F3 (nilai p < 0,05).
Grafik pengaruh pemakaian lip balm dari minyak buah merah terhadap kelembaban bibir panelis selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kelembaban (moisture)
pada bibir panelis.
Kandungan air sangat menentukan elastsitas bagian atas kulit sehingga kulit akan tampak lembut dan halus. Kurangnya kadar minyak pada permukaan kulit mengakibatkan kandungan air yang berada pada bagian permukaan bawah lapisan keratin lebih cepat menguap, sehingga menyebabkan kekeringan pada kulit (Sulastomo, 2013).
Kondisi lingkungan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsentrasi kelembaban di bibir, akibat pengaruhnya terhadap perfusi air dari kapiler dan penguapan dan konveksi dari permukaan bibir. Saat lip balm dioleskan ke bibir, ia bertindak sebagai sealant mencegah hilangnya kelembaban melalui penguapan. Perlindungan ini memungkinkan bibir untuk rehidrasi melalui akumulasi kelembaban pada antarmuka lip balm-stratum corneum (Madans dkk,
0 10 20 30 40 50
0(kondisi awal)
1 2 3 4
Kelembaban
Waktu (Minggu)
F0 (Blanko) F1 (2,5%) F2 (5%) F3 (7,5%) F4 (10%)
4.3.3 Uji Kesukaan (Hedonic Test) Sediaan
Data yang diperoleh dari lembar penilaian ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.
Dari hasil perhitungan didapatkan interval nilai kesukaan untuk setiap sediaan, yaitu:
- Sediaan 1 memiliki interval nilai kesukaan 4 – 5,12. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4 (agak tidak suka).
- Sediaan 2 memiliki interval nilai kesukaan 4,02 – 5,18. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4 (agak tidak suka).
- Sediaan 3 memiliki interval nilai kesukaan 6,47 – 7,56. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 6,47 dan dibulatkan menjadi 7 (suka).
- Sediaan 4 memiliki interval nilai kesukaan 6,05 – 6,87. Untuk penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 6,05 dan dibulatkan menjadi 6 (agak suka).
Berdasarkan nilai kesukaan untuk setiap sediaan, sediaan yang paling disukai adalah sediaan lip balm dengan konsentrasi minyak buah merah 7,5%
dengan parameter penilaian yang digunakan yaitu kemudahan pengolesan, aroma, homogenitas, dan kelembaban yang dirasakan pada bibir.
Sediaan lip balm dikatakan memiliki daya oles yang baik jika mampu menempel pada kulit secara merata dengan 5 kali pengolesan pada tekanan tertentu (Keithler, 1956).
Hasil uji kesukaan dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Data nilai uji kesukaan (Hedonic Test)
Keterangan:
F1: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 2,5%
F2: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 5%
F3: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 7,5%
F4: Sediaan dengan konsentrasi minyak buah merah 10%
Nilai Kesukaan:
1: Amat sangat suka 2: Sangat tidak suka 3: Tidak suka 4: Agak tidak suka 5: Netral
6: Agak suka 7: Suka 8: Sangat suka 9: Amat sangat suka
Panelis Sediaan
F1 F2 F3 F4
1. 7 4 7 8
2 7 5 5 7
3 7 5 6 8
4 6 4 8 7
5 8 4 6 5
6 5 8 7 6
7 5 8 6 6
8 8 7 7 6
9 3 3 8 6
10 5 3 7 7
11 4 5 8 8
12 4 4 8 3
13 4 6 7 6
14 4 4 8 6
15 3 4 8 9
16 4 5 7 8
17 3 4 8 6
18 3 5 6 7
19 2 3 7 6
20 2 3 4 6
21 5 6 5 4
22 3 5 8 7
23 5 5 6 7
24 4 4 8 7
25 5 3 8 6
26 4 9 6 6
27 5 3 9 6
28 3 3 9 7
29 4 3 8 6
30 5 3 9 7
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Minyak buah merah dapat diformulasikan dalam sediaan lip balm dan mempunyai susunan yang homogen, pH yang sesuai (5,6-5,9), suhu lebur yang baik (54-63°C), tidak mengiritasi dan stabil dalam penyimpanan.
b. Perbedaan konsentrasi minyak buah merah yang diformulasikan dalam sediaan lip balm memberikan efektivitas sebagai pelembab bibir yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi minyak buah merah semakin tinggi efektivitas kelembabannya. Konsentrasi paling tinggi yang dipakai adalah 10%.
c. Penggunaan sediaan lip balm yang mengandung minyak buah merah konsentrasi 10% selama 4 minggu menunjukkan perubahan kondisi kulit bibir menjadi lebih baik dengan meningkatnya kelembaban pada kulit bibir (persen pemulihan 68,93%).
5.2 Saran
Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat membuat formula lip balm dari minyak buah merah yang mengandung SPF sebagai sediaan tabir surya pada bibir.
DAFTAR PUSTAKA
Alvarez, A.M.R dan Maria, L.G.R. (2000). Lipids in Pharmaceutical and Cosmetic Preparations. Grasas Y Aceites. Spanyol: Sevilla University Aramo. (2012). Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
Ltd. Hal. 1-10.
Budi, M. dan Paimin, F.R. (2004). Buah Merah. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal.3- 26, 47-56, 67-68.
Butler, H. (2000). Poucher,s Perfumes, Cosmetics and Soaps Tenth Edition.
Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Hal 210.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 33.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 33.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 22,235.
Fernandes, A.R., Michelli, F.D., Claudineia, A.S.O.P., Telma, M.K., Andre, R.B., Maria, V.R.V. (2013). Stability evaluation of organic Lip Balm. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences. 49(2). Hal. 294,296.
Hutami, R.A.P., Joshita, D., Abdul, M. (2014). Pemanfaatan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Pewarna dan natioksidan Alami dalam Formulasi Lipstik dan Sediaan Oles Bibir. Universitas Indonesia. Hal. 12
Jacobsen, P.L., Denis, P.L., Michael, A.S., Drore, E., Barbara, D.W. (2011). The Little Lip Book. USA: Carma Laboratories Inc. Hal. 27-29.
Kadu, M., Suruchi, V., Sonia, S. (2014). Review on Natural Lip Balm.
International Journal of Research in Cosmetic Science. Hal. 1-2
Keithler, W.R. (1956). Formulation of Cosmetic and Cosmetic Specialities. New York: Drug and Cosmetic Industry. Halaman 153-155.
Kwunsiriwong, S. (2016). The Study on the Development and Processing Transfer of Lip Balm Products from Virgin Coconut Oil: A Case Study.
Official Conference Proceedings of The Asian Conference on Sustainability, Energy & the Environment 2016. Thailand: The International Academic Forum. Hal. 1-2
Linda. (2012). Formulasi Sediaan Lipstik Menggunakan Ekstrak Angkak (Monascus purpureus) Sebagai Pewarna. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Medan. Hal. 24
Madans, A., Katie, P., Christine, P., Shailly, P. (2012). Ithaca Got Your Lips Chapped: A Performance Analysis of Lip Balm. BEE 4530. Hal. 4-5.
Mitsui, T. (1997). Cosmetic and Skin: New Cosmetic Science. Amsterdam:
Elsevier. Hal 38-46.
Ratih, H., Titta, H., Ratna, C.P. (2014). Formulasi Sediaan Lip Balm Minyak Bunga Kenanga (Cananga Oil ) Sebagai Emolien. Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami (SPBOA) XIV dan Muktamar XII PERHIPBA 2014. Yogyakarta: Leutikaprio. Hal.3.
Rawlins, E. A. (2003). Bentley’s textbook of Pharmaceutics. 18th Edition.
London: Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quin. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipient. 6th Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacist Association. Hal. 283, 441, 780.
Satheesh, M dan Abhay, P.Y. (2011). Lip: An Impressive and Idealistic Platform for Drug Delivery. Journal of Pharmacy Research. 4(4). Hal. 1
Sulastomo, E. (2013). Kulit Cantik dan Sehat. Mengenal dan Merawat Kulit.
Jakarta: Kompas. Hal. 134, 290.
Tranggono, R. I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama. Hal.11-32, 167.
Trookman, N.S., Ronald, L., Rosanne, F., Rahul, M., Vincent, G. (2009). Clinical Assessment of a Combination Lip Treatment to Restore Moisturization and Fullness. The Journal of Clinical Aesthetic Dermatology.2(12). Hal:
44-45.
Wasitaatmadja, S. M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:
Universitas Indonesia Press. Hal. 3-5, 58, 196-197.