PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) DENGAN
NATRIUM BIKARBONAT DAN ASAM TARTRAT
SKRIPSI
OLEH:
ALWAN HUSEIN SIREGAR NIM 141524042
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) DENGAN
NATRIUM BIKARBONAT DAN ASAM TARTRAT
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
ALWAN HUSEIN SIREGAR NIM 141524042
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) DENGAN
NATRIUM BIKARBONAT DAN ASAM TARTRAT
OLEH:
ALWAN HUSEIN SIREGAR NIM 141524042
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 12 Juni 2017 Disetujui oleh
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt. Drs. Suryanto, M.Si., Apt.
NIP 195406081983031005 NIP 196106191991031001
Pembimbing II, Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt.
NIP 195406081983031005
Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt. Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt.
NIP 195310301980031002 NIP 197712262008122002
Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt.
NIP 195310301980031002
Medan, Juli 2017 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195707231986012001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan berkat, rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pembuatan Tablet Effervescent Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) dengan Natrium Bikarbonat dan Asam Tartrat”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) merupakan salah satu tanaman obat yang tumbuh di Indonesia, dengan kandungan oleoresin yang tinggi sangat berkhasiat diantaranya sebagai minuman penghangat tubuh, pelega tenggorokan, anti mabuk dan manfaat lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi dari variasi sumber asam dan basa yang tepat untuk dibuat menjadi sediaan tablet effervescent dan untuk mengetahui formula yang menunjukkan hasil evaluasi sifat fisik tablet effervescent dari ekstrak jahe merah yang terbaik. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang formulasi yang tepat untuk membuat sediaan tablet effervescent dari ekstrak jahe merah. Hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa tablet effervescent yang dihasilkan cenderung rapuh dengan tingkat kekerasan yang
rendah dan waktu larut yang masih memenuhi persyaratan. Penulis berharap semoga skripsi ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya, khususnya penelitian yang berkaitan dengan tanaman obat tradisional jahe merah dan tablet effervescent.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe,
M.S., Apt., dan Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dengan setulus hati dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Nawawi Siregar dan ibunda Rumila Harahap beserta keluarga besar yang telah memberikan doa dan dukungannya serta keridhaannya bagi penulis dalam menempuh dan menyelesaikan pendidikan, nasehat serta pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Medan, 12 Juni 2017 Penulis,
Alwan Husein Siregar NIM 141524042
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Alwan Husein Siregar
Nomor Induk Mahasiswa : 141524042
Program Studi : S-1 Ekstensi Farmasi
Judul Skripsi : Pembuatan Tablet Effervescent Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) dengan Natrium Bikarbonat dan Asam Tartrat.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, belum pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, 12 Juni 2017 Yang Membuat Pernyataan
Alwan Husein Siregar NIM 141524042
PEMBUATAN TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) DENGAN NATRIUM
BIKARBONAT DAN ASAM TARTRAT
ABSTRAK
Latar belakang: Jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) merupakan salah satu tanaman obat yang tumbuh di Indonesia. Jahe merah dengan kandungan oleoresin (Gingerol, Shogaol) yang tinggi berkhasiat sebagai minuman penghangat tubuh, pelega tenggorokan, anti mabuk dan manfaat lainnya. Jahe merah biasanya dikonsumsi sebagai obat dalam bentuk minuman penyegar instan seduhan, sehingga perlu dibuat menjadi sediaan yang lebih baru dari bentuk seduhan minuman tersebut yaitu tablet effervescent. Tablet effervescent penggunaannya lebih efektif, efisien dan menarik.
Tujuan: Untuk mengetahui konsentrasi dari variasi sumber asam dengan basa yang paling tepat untuk dibuat menjadi sediaan tablet effervescent dari ekstrak jahe merah serta untuk mengetahui formula yang menunjukkan hasil evaluasi sifat fisik tablet effervescent dari ekstrak jahe merah yang terbaik.
Metode: Ekstrak kental jahe merah diperoleh dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Tablet effervescent jahe merah dibuat menggunakan metode granulasi basah dengan variasi konsentrasi jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat menjadi 5 formula, yaitu formula F1, F2, F3, F4 dan F5 dengan jumlah asam tartrat dan natrium bikarbonat adalah 25%, 30%, 35%, 40% dan 45%.
Evaluasi fisik tablet effervescent meliputi kekerasan, friabilitas, keseragaman bobot dan waktu larut.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua tablet effervescent yang dihasilkan cenderung rapuh dengan tingkat kekerasan yang rendah, menghasilkan larutan yang tidak jernih bila dilarutkan dalam air minum. Keseragaman bobot tablet effervescent semuanya memenuhi persyaratan dan waktu larut yang masih memenuhi persyaratan yaitu tidak lebih dari lima menit.
Kesimpulan: Formula F3 dengan jumlah asam tartrat dan natrium bikarbonat sebanyak 35% merupakan formula terbaik dengan waktu larut tablet effervescent yaitu 2,09 menit dan friabilitas 0,21%.
Kata Kunci: Jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum), tablet effervescent, asam tartrat, natrium bikarbonat
THE MAKING OF RED GINGER (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) EXTRACT EFFERVESCENT TABLETS WITH SODIUM
BICARBONATE AND TARTARIC ACID
ABSTRACT
Background: Red ginger (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) is one of the medicinal plants that grow in Indonesia. Red gingers with oleoresin containing (Gingerol, shogaol) has efficacy such as body warmers drink, lozenges, anti emeticand other benefits. Red ginger is usually consumed as a drug in instant brewed beverages form, so that needs to be made into a newer dosage form of the drink that is effervescent tablet. Effervescent tablet are more effective, efficient and attractive.
Purpose: To find out the concentration of the most appropriate acid with base source variations to be made into effervescent tablet from red ginger extract and to find out the formula which shows the better result of physical evaluation from the effervescent tablets red ginger extract.
Method: The viscous extract of red ginger obtained by maceration using ethanol 96% solvent. Red ginger effervescent tablets made using wet granulation method with variation of concentration the amount of tartaric acid and sodium bicarbonate into 5 formulas, Formula F1, F2, F3, F4, and F5 with the amount of tartaric acid and sodium bicarbonate are 25%, 30%, 35%, 40% and 45%. The physical evaluation of effervescent tablets includes hardness, friability, weight uniformity and solubility time.
Result: The research results show that all effervescent tablets produced tend to be brittle with low levels of hardness, resulting in a solution that is not clear when dissolved in drinking water. The weight uniformity of all effervescent tablets still meets the requirements and soluble time that still meets the requirements is no more than five minutes.
Conclusion: The F3 is formula with the amount of tartaric acid and sodium bicarbonate as much as 35% is the best formula with soluble time effervescent tablet that is 2.09 minute and friability is 0.21%.
Keywords: Red ginger (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum), effervescent tablets, tartaric acid, sodium bicarbonate
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
SURAT PERNYATAAN... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Permasalahan... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1 Uraian Tumbuhan ... 5
2.1.1 Sistematika tumbuhan ... 5
2.1.2 Morfologi tumbuhan ... 5
2.1.3 Nama lain ... 6
2.1.4 Kandungan kimia... ... 7
2.1.5 Manfaat rimpang jahe merah... 7
2.2 Ekstraksi ... 8
2.3 Uraian sediaan tablet ... 9
2.3.1 Defenisi tablet ... 9
2.4 Tablet Effervescent... 10
2.4.1 Komposisi tablet effervescent ... 11
2.4.2 Metode pembuatan tablet effervescent ... 15
BAB III METODE PENELITIAN... 17
3.1 Jenis Penelitian... 17
3.2 Alat dan Bahan ... 17
3.2.1 Alat ... 17
3.2.2 Bahan ... 17
3.3 Penyiapan Sampel ... 18
3.3.1 Pengambilan sampel ... 18
3.3.2 Identifikasi sampel... 18
3.3.3 Pengolahan sampel... 18
3.4 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 18
3.4.1 Pemeriksaan makroskopik ... 18
3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik ... 19
3.4.3 Penetapan kadar abu total ... 19
3.4.4 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam ... 19
3.4.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam air ... 19
3.4.6 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol ... 20
3.4.7 Penetapan kadar air ... 20
3.5 Skrining Fitokimia ... 23
3.6 Pembuatan Ekstrak... 23
3.7 Pengeringan Ekstrak ... 24
3.7.1 Pembuatan granul ... 24
3.8 Formula Dan Pembuatan Tablet ... 25
3.8.1 Formula ... 25
3.9 Uji Preformulasi ... 26
3.9.1 Sudut diam granul... 26
3.9.2 Penetapan waktu alir granul ... 27
3.9.3 Penetapan indeks tap ... 27
3.10 Evaluasi Tablet ... 27
3.10.1 Keseragaman bobot ... 27
3.10.2 Kekerasan tablet ... 28
3.10.3 Friabilitas ... 28
3.10.4 Waktu larut ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 30
4.2 Hasil Pengolahan Sampel ... 30
4.3 Karakterisasi Simplisia ... 30
4.4 Hasil Ekstraksi Rimpang Jahe Merah ... 32
4.5 Hasil Uji Preformulasi ... 32
4.6 Hasil Evaluasi Tablet Effervescent ... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
5.1 Kesimpulan ... 37
5.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
LAMPIRAN ... 40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Formula Tablet Effervescent Ekstrak Jahe Merah dengan Variasi
Konsentrasi antara Asam Tartrat dengan Natrium Bikarbonat. ... 26
3.2 Persyaratan Keseragaman Bobot ... 28
4.1 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Serbuk Simplisia ... 31
4.2 Hasil Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia Jahe Merah ... 32
4.3 Hasil Uji Preformulasi dari 5 Formula Tablet Effervescent ... 32
4.4 Hasil Keseragaman Bobot ... 34
4.5 Hasil Evaluasi Waktu Larut, Kekerasan dan Friabilitas... 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Histogram Uji Sudut Diam Granul ... 33
4.2 Histogram Uji Waktu Alir Granul ... 33
4.3 Histogram Uji Indeks Tap Granul ... 34
4.4 Histogram Uji Waktu Larut ... 35
4.5 Histogram Uji Kekerasan ... 36
4.6 Histogram Uji Friabilitas ... 36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 40
2 Gambar Rimpang dan Tumbuhan jahe Merah ... 41
3 Gambar Simplisia Jahe Merah ... 42
4 Gambar Mikroskopik Simplisia ... 43
5 Gambar sediaan Tablet ... 44
6 Perhitungan % Rendemen Ekstrak Jahe Merah ... 45
7 Perhitungan Hasil Karakterisasi Simplisia Jahe Merah ... 46
8 Perhitungan Pembuatan Sediaan Tablet ... 51
9 Dokumentasi Penelitian ... 54
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai tanaman berkhasiat obat menjadi salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Pengetahuan tentang tanaman obat ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman yang secara turun-temurun telah diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya sampai saat ini (Panjaitan, 2012).
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sedian sarian (galenik) atau campuran dari bahan- bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat. Pemanfaatan obat tradisional lebih diutamakan sebagai upaya preventif untuk menjaga kesehatan dan dapat juga digunakan untuk pengobatan (Ditjen POM RI, 1994).
Obat tradisional bermanfaat bagi kesehatan dan penggunaan saat ini sedang digalakkan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Kendala utama mengkonsumsi obat tradisional adalah proses peracikan yang dianggap kurang efisien. Sekarang produk obat tradisional telah dimodifikasi lebih lanjut menjadi berbagai bentuk sediaan seperti bentuk kapsul dan tablet sehingga lebih praktis untuk dikonsumsi (Suharmiati, 2001).
Tanaman obat yang dapat digunakan pada bidang kesehatan salah satu contohnya adalah tanaman jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum).
Kehidupan sehari-hari masyarakat lebih banyak mengenal dan menggunakan jahe kuning yaitu sebagai bumbu masak. Selain itu juga dikenal jahe putih besar dan jahe putih kecil. Perbedaan antara jahe merah dengan jenis jahe yang lainnya adalah jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan warna merah dan serat lebih besar dibanding jahe yang lain (Arini, 2012).
Jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) merupakan salah satu tanaman obat yang tumbuh di Indonesia, baik ditanam sebagai tanaman sampingan maupun ditanam diarea khusus. Jahe merah dengan kandungan oleoresin yang tinggi sangat berkhasiat, diantaranya sebagai minuman penghanga ttubuh, pelega tenggorokan, anti mabuk dan manfaat lainnya. Oleoresin jahe mengandung komponen-komponen pemberi rasa pedas yaitu gingerol sebagai bahan utama (Arini, 2012).
Jahe merah pada mulanya digunakan sebagai obat dalam bentuk minuman dengan cara diseduh. Bentuk sediaan minuman yang beredar pada masyarakat saat ini masih terbatas, yaitu bentuk bahan-bahan kering yang nantinya diseduh dengan air panas, ada pula bentuk serbuk dan akhir-akhir ini berkembang sediaan celup. Mempertimbangkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu sediaan baru dari bentuk seduhan minuman tersebut yaitu sediaan effervescent. Sediaan effervescent penggunaannya lebih praktis, mudah dan
lebih menyenangkan dalam penyediaan bila dibandingkan dengan sediaan bentuk lain. Minuman seduhan jahe merah diharapkan menjadi salah satu alternatif bentuk sediaan obat bahan alam dengan bentuk tablet effervescent (Pujihandayani, 2010).
Sediaan tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet yang dibuat dengan cara pengempaan bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat, asam tartrat, asam malat dengan karbonat ataupun bikarbonat. Asam tartrat digunakan dalam banyak sediaan effervescent karena banyak tersedia secara komersial. Asam tartrat lebih mudah larut daripada asam sitrat dan biasa digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Garam karbonat padatan kering dalam kebanyakan tablet effervescent yang menggunakan gas karbon dioksida sebagai disintegran baik bentuk bikarbonat maupun karbonat dapat digunakan, namun bikarbonat lebih reaktif dan paling sering digunakan.
Keuntungan bentuk sediaan ini adalah dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat (Siregar, 2010).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) dapat diformulasi menjadi sediaan tablet effervescent dengan berbagai variasi konsentrasi asam dan basa dengan metode granulasi basah?
b. Formula manakah yang menunjukkan hasil evaluasi sifat fisik tablet effervescent terbaik?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
a. Ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum) dapat diformulasi menjadi sediaan tablet effervescent dengan berbagai variasi
sumber asam dan basa dengan metode granulasi basah.
b. Pada formula tertentu tablet effervescent menunjukkan hasil evaluasi sifat fisik terbaik.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui konsentrasi dari variasi sumber asam dan basa yang paling tepat untuk dibuat menjadi sediaan tablet effervescent dari ekstrak jahe merah
(Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum).
b. Untuk mengetahui formula yang menunjukkan hasil evaluasi sifat fisik tablet effervescent dari ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum)
yang terbaik.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang formulasi yang tepat dengan metode granulasi basah untuk membuat sediaan tablet effervescent dari ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var.
Rubrum).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tanaman Jahe Merah
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Di Indonesia dikenal ada 3 varietas jahe yang telah dikenal secara umum, yaitu jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var.
Rubrum), jahe putih (Zingiber officinale Rosc. Var. Amarum) dan jahe putih besar (Zingiber officinale Rosc. Var. Officinale). Tanaman ini sudah lama dikenal baik sebagai bumbu masak maupun untuk pengobatan. Rimpang dan batang tanaman jahe sejak tahun 1500 telah digunakan di dalam dunia pengobatan di beberapa negara di Asia (Miftahudin, 2011).
2.1.1 Sistematika Tumbuhan Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum (Miftahudin, 2011).
2.1.2 Morfologi Tumbuhan
Jahe merah merupakan terna berbatang tegak yang tidak bercabang dan termasuk famili Zingiberaceae. Batang jahe merah berbentuk bulat kecil berwarna hijau dan agak keras. Jika cahaya matahari mencukupi tanaman dapat menghasilkan rimpang jahe lebih besar daripada biasanya (Rismunandar, 1988).
Jahe merah tergolong tumbuhan yang tumbuh tegak dengan tinggi 40-50 cm, batang semu, beralur, membentuk rimpang dan berwarna hijau. Daun tumbuhan jahe berbentuk tunggal dengan tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul dan berwarna hijau tua. Bunga tumbuhan jahe merah biasanya majemuk, bentuk bulir, ujung runcing, panjang 3,5-5 cm, lebar 1,5-2 cm, tangkai panjang kurang lebih 2 cm, berwarna hijau kemerahan, kelopak bentuk tabung, bergigi 3 dan mahkota bentuk corong panjang 2-2,5 cm. Buah tumbuhan jahe merah kotak, bulat panjang, coklat. Biji berbentuk bulat dan berwarna hitam. Akar berbentuk serabut berwarna putih kotor (Rismunandar, 1988).
Tanaman jahe membentuk rimpang yang ukurannya tergantung pada jenisnya. Bentuk rimpang pada umumnya gemuk agak pipih dan tampak berbuku- buku. Rimpang jahe berkulit agak tebal yang membungkus daging rimpang, yang kulitnya mudah dikelupas. Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun (Lantera, 2002).
Diameter rimpang dapat mencapai 4 cm dan tingginya antara 5,26-10,40 cm. Panjang rimpang dapat mencapai 12,50 cm. Jahe merah selalu dipanen setelah tua dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibandingkan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan. Akar yang keluar dari rimpang berbentuk bulat, berdiameter antara 2,9-5,71 cm dan panjangnya dapat mencapai 40 cm. Akar yang dikumpulkan dalam satu rumpun jahe merah dapat mencapai 300 g, lebih banyak dari jahe gajah dan jahe emprit (Lantera, 2002).
2.1.3 Nama Lain
Nama asing; chiang p’i, khan ciang (Cina), gengibre (Spanyol), ingifaera (Swedia), imbir (Rusia), halia (Malaysia), sanyabil (Arab), zensero (Italia), ginger
(Inggris) (Miftahudin,2011).
Nama daerah; halia (Aceh), bahing (Batak Karo), sipadeh atau sipodeh (Sumbar), jahi (Lampung), jae (Sunda), jhai (Madura), Di Kalimantan (Dayak), jahe dikenal dengan sebutan lai, di Banjarmasin disebut tipakan. Di Maluku, jahe disebut hairalopese, lali (Papua) (Miftahudin, 2011).
2.1.4 Kandungan Kimia
Rimpang jahe merah mengandung komponen senyawa kimia yang terdiri dari minyak menguap (volatile oil), minyak tidak menguap (non volatile oil) dan pati. Minyak atsiri (minyak menguap) merupakan suatu komponen yang memberi khas, kandungan minyak atsiri jahe merah sekitar 2,58-2,72% dihitung berdasarkan berat kering. Minyak atsiri umumnya berwarna kuning, sedikit kental dan merupakan senyawa yang memberikan aroma yang khas pada jahe.
Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin, yakni suatu komponen yang memberi rasa pahit dan pedas. Rasa pedas pada jahe merah sangat tinggi disebabkan oleh kandungan oleoresin yang tinggi. Zat oleoresin inilah yang bermanfaat sebagai antiemetik (Miftahudin, 2011).
Menurut penelitian Hernani (2011), jahe merah mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48, 3,5 dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25, 2,5 dan 5,81%) (Hernani, 2011).
2.1.5 Manfaat Rimpang Jahe Merah
Rimpang jahe merah mengandung zat gingerol, oleoresin, dan minyak atsiri yang tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat. Jahe digunakan dalam ramuan obat tradisional yang berfungsi sebagai obat pencernaan, perut kembung, mulas, sakit kepala, kerongkongan dan batuk (Lantera, 2002).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain.
Ekstrak dalam buku Farmakope Indonesia Edisi 4 disebutkan bahwa ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM RI, 2000).
Adapun metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, terdiri dari:
1. Cara dingin a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan (Ditjen POM RI, 2000).
2. Cara Panas a. Infundasi
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen POM RI, 2000).
b. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infusa pada waktu yang lebih lama (>30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM RI, 2000).
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C (Ditjen POM RI, 2000).
d. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu, jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM RI, 2000).
e. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga ekstraksi sempurna (Ditjen POM RI, 2000).
2.3 Uraian Sediaan Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat
berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur dan dalam aspek lain tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 2005).
Defenisi tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah dan zat lain yang cocok (Ditjen POM RI, 1979).
2.4 Tablet Effervescent
Tablet effervescent dimaksudkan untuk menghasilkan larutan secara cepat dengan menghasilkan gas CO2 secara serentak. Tablet effervescent khususnya dibuat dengan cara mengempa bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium bikarbonat. Bila tablet seperti ini dimasukkan kedalam air mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan gas CO2 serta air (Lachman, 1994).
Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas CO2 sebagai hasil reaksi kimia bahan-bahan penyusun tablet dengan cairan pelarutnya (air).
Campuran effervescent diketahui dan digunakan sebagai obat sejak 100 tahun lalu.
Tablet effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk membuat minuman ringan secara praktis, kepraktisannya adalah tablet dapat melarut sendiri dengan adanya gas CO2 yang membantu proses pelarutan dan ketersediaan hayati. Bentuk sediaan effervescent dapat meningkatkan tingkat kesukaan dan aspek psikologis
konsumen. Dalam ilmu kedokteran campuran effervescent sangat populer, flavored beverage effervescent adalah sediaan effervescent yang digunakan untuk
membuat minuman ringan secara praktis, yaitu dengan cara mencampurkan tablet effervescent ke dalam air (Mohrle, 1989).
Reaksi yang terjadi pada pelarutan effervescent adalah reaksi antara senyawa asam dan senyawa karbonat untuk menghasilkan gas CO2. CO2 yang terbentuk dapat memberikan rasa segar, sehingga rasa getir dapat tertutupi dengan adanya CO2 dan pemanis. Reaksi ini dikehendaki terjadi secara spontan ketika effervescent dilarutkan ke dalam air. Reaksinya adalah sebagai berikut:
H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2
asam tartrat Na-bikarbonat Na-tartrat air karbon dioksida (Ansel, 2005).
Dalam pembuatan tablet effervescent, hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana menentukan formula yang tepat sehingga sediaan yang dihasilkan dapat menghasilkan gas CO2 yang efektif, tablet yang stabil dan menghasilkan produk yang aman dan nyaman (Ansel, 2005).
2.4.1 Komposisi tablet effervescent
Pada umumnya bahan baku tablet effervescent terdiri dari zat aktif dan bahan pembantu yang terdiri dari:
a. Sumber asam
Senyawa asam dapat diperoleh dari tiga sumber utama yaitu asam makanan, asam anhidrida dan garam asam. Asam makanan paling sering dan umum digunakan pada makanan serta secara alami terdapat pada makanan contohnya asam sitrat, asam tartrat, asam malat, asam fumarat dan asam suksinat (Siregar, 2010).
b. Sumber basa
Senyawa karbonat yang paling banyak digunakan dalam formulasi effervescent adalah garam karbonat kering karena kemampuannya
menghasilkan CO2. Sumber karbonat yang yang biasa digunakan adalah natrium bikarbonat, natrium karbonat, kalium hidrogen karbonat dan kalium bikarbonat (Mohrle, 1989).
c. Bahan pengisi
Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk (penuh). Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran (Banker dan Anderson, 1994).
Bahan ini juga dimaksudkan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi adalah netral terhadap bahan yang berkhasiat, inert (stabil) secara farmakologi serta tidak boleh berbahaya atau tidak tercampur dengan bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah mudah larut sehingga dapat membentuk larutan yang jernih (Banker dan Anderson, 1994).
Beberapa contoh bahan pengisi adalah laktosa, laktosa anhidrat, mannitol, sorbitol, sukrosa. Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat dan dapat larut air (Banker dan Anderson, 1994).
d. Bahan tambahan
Bahan tambahan lain meliputi bahan obat, bahan pewarna, bahan pengikat, lubrikan serta perisa. Bahan pemberi rasa, pewarna, dan pemanis biasanya
digunakan untuk memperbaiki penampilan dan rasa yang kurang menyenangkan, sehingga membuat produk menjadi lebih menarik. Bahan-bahan tersebut harus dapat larut dalam air.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent pada penelitian ini adalah:
1. Asam Tartrat
Asam tartrat memiliki bentuk hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk halus sampai granul, warna putih tidak berbau, rasa asam, dalam bentuk serbuk asam tartrat stabil di udara. Asam tartrat sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan metanol. Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Asam tartrat memiliki titik leleh antara 168-1700C (Depkes RI, 1995).
Asam tartrat digunakan sebagai sumber asam dalam banyak sediaan effervescent karena banyak tersedia secara komersial. Asam tartrat lebih mudah
larut daripada asam sitrat serta dapat membentuk karbon dioksida paling banyak dibanding asam sitrat (Siregar, 2010).
2. Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat merupakan serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan-lahan terurai. Natrium bikarbonat larut dalam air, tidak larut dalam etanol, ketika dipanaskan pada suhu 500C, natrium bikarbonat mulai terdisosiasi menjadi karbon dioksida, natrium karbonat dan air. Pada pemanasan 250-3000C dalam waktu yang singkat natrium bikarbonat diubah sempurna menjadi natrium karbonat anhidrat (Depkes RI, 1995).
Natrium bikarbonat digunakan sebagai sumber basa pada pembuatan tablet effervescent untuk menghasilkan gas CO2 yang dapat membantu
menghancurkan tablet. Senyawa ini tidak mahal, banyak tersedia dipasaran, lebih reaktif dibanding bentuk karbonat dan menghasilkan kira-kira 52% karbon dioksida (Siregar, 2010).
3. Laktosa
Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Laktosa merupakan serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau. Kelarutan mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter (Depkes RI, 1995).
4. Dekstrin
Dekstrin merupakan hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih, tidak berbau dan rasa manis. Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol mendidih, sukar larut dalam etanol (Depkes RI, 1995).
Dekstrin digunakan sebagai bahan pengikat yang larut air dengan konsentrasi sebesar 1%, hal ini berdasarkan pada literatur buku Handbook Of Pharmaceutical Excipients 5th Edition karangan Raymond (2005) yang menyebutkan bahwa penggunaan dekstrin sebagai pengikat tablet adalah sebesar 0,1-1% (Raymond, 2005).
5. Vitamin C
Berupa serbuk atau hablur atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu 190oC.
Kelarutan mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut
dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzena (Depkes RI, 1979).
Vitamin C digunakan sebagai bahan tambahan zat aktif yang membantu daya alir granul pada saat proses pencetakan tablet dan dapat memperbaiki rasa larutan effervescent.
6. Polietilen glikol 6000 (PEG 6000)
Polietilen 6000 merupakan salah satu lubrikan tablet effervescent yang paling efisien karena sebagai lubrikan PEG 6000 dapat terdisperi dalam air sehingga dapat menghasilkan larutan effervescent yang jernih, konsentrasi yang biasa digunakan 1-5% (Raymond, 2005).
PEG 6000 berbentuk serbuk putih, dapat larut dengan mudah dalam air serta memiliki tingkat higroskopisitas yang rendah dibandingkan dengan PEG jenis lain dengan nomor yang lebih rendah.
2.4.2 Metode pembuatan tablet effervescent
Proses pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi yang berbeda dengan pembuatan tablet pada tablet konvensional. Pembuatan tablet effervescent diperlukan kondisi khusus yaitu pada kelembaban relatif kurang lebih 25%
(Mohrle, 1989).
Pembuatan tablet effervescent terbagi atas dua kelompok besar yaitu:
1. Metode Kering (Dry Method)
Umumnya digunakan untuk zat-zat yang tidak tahan lembab atau panas serta rusak bila berinteraksi dengan air. Metode ini meliputi cetak langsung dan granulasi kering.
a. Cetak langsung
Pembuatan tablet effervescent dengan mengempa langsung campuran zat Aktif dan eksipien kering tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode yang paling mudah, praktis dan mudah pengerjaanya.
b. Granulasi kering
Yaitu memproses bahan zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan ukuran partikel serbuk yang lebih besar atau granul. Kemudian granul yang dihasilkan dicetak menjadi tablet (Ansel, 2005).
2. Granulasi Basah
Granulasi adalah suatu proses pengubahan partikel-partikel serbuk menjadi bulatan-bulatan dalam bentuk beraturan yang disebut granul. Butiran yang diperoleh memiliki daya lekat dan sifat alir yang baik. Ukuran granul biasanya berkisar antara ayakan 4-12, walaupun demikian granul dari macam-macam ukuran lubang ayakan dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 2005).
Metode ini adalah metode yang paling tua dan masih banyak digunakan.
Metode ini digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak langsung, misalnya karena sifat kohesif, sifat kompresibilitas dan sifat aliran yang kurang baik sementara dosisnya besar (Ansel, 2005).
Bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan larutan pengikat sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab. Kemudian serbuk tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven, setelah kering ukurannya diperkecil dengan pengayakan dan siap untuk dicetak. Proses pembuatan tablet dengan metode ini meliputi beberapa tahap yaitu penimbangan, pencampuran, pembuatan larutan ikat, penambahan larutan ikat, pengayakan I, pengeringan, pengayakan II, pencampuran lubrikan dan pencetakan (Ansel, 2005).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang meliputi penyiapan sampel, pemeriksaan karakterisasi simplisia rimpang jahe merah, pembuatan ekstrak, pembuatan granul, uji preformulasi tablet, pembuatan sediaan tablet dan evaluasi tablet. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium Teknologi Sediaan Farmasi II Fakultas Farmasi USU Medan, pada bulan September 2016 sampai Maret 2017.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi blender, oven listrik, mikroskop, kertas saring, kertas perkamen, spatula, spatel, lumpang, alu, sudip, penjepit tabung, pipet tetes, desikator,seperangkat alat destilasi penetapan kadar air, neraca kasar, neraca listrik, cawan porselin berdasar rata, kurs porselen tertutup, rotary evaporator, ayakan mesh No.12, ayakan mesh No.20, ayakan mesh No. 40, mesin cetak tablet single punch (Atelier), hardness tester (Copley), Roche friabilator (Erweka), lemari pengering, stopwatch dan alat-alat gelas
lainnya.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum), etanol 96%, akuades, toluen, asam klorida, kloralhidrat, amilum manihot, asam tartrat, natrium bikarbonat, dekstrin, vitamin C, polietilen glikol 6000, laktosa.
3.3 Penyiapan Sampel 3.3.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. Rubrum) suku Zingiberaceae yang diperoleh dari Kelurahan Pematang Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.
3.3.2 Identifikasi sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di laboratorium Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara.
3.3.3 Pengolahan sampel
Rimpang jahe merah yang masih segar dicuci kemudian disortasi basah dan ditimbang. Rimpang diiris dengan ketebalan 1-3 mm, lalu dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur ±40°C. Rimpang jahe merah yang telah kering ditandai dengan rapuh saat di patahkan dan dilakukan penimbangan sampai bobotnya tetap. Simplisia diserbuk dengan blender dan disimpan dalam wadah plastik bertutup (Depkes RI, 1979).
3.4 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol dan penetapan kadar air.
3.4.1 Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati morfologi rimpang jahe merah dengan cara memperhatikan warna, bentuk, ukuran, tekstur
rimpang jahe merah.
3.4.2 Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia dilakukan dengan cara menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang diteteskan dengan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup kemudian dilihat dibawah mikroskop dan dilakukan juga uji mikroskopik dengan menggunakan media akuades.
3.4.3 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam. Didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap (Depkes RI, 1989).
3.4.4 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring dengan kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan (Depkes RI, 1989).
3.4.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml) dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu
105oC sampai bobot konstan. Kadar sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes RI, 1989).
3.4.6 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk simplisia, dimaserasi selam 24 jam dalam etanol 96% dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1989).
3.4.7 Penetapan kadar air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen).
Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penyambung dan tabung penerima. Cara penetapannya, yaitu:
Pada labu bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling, didestilasi selama 2 jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air di dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.
Labu yang berisi toluen jenuh tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang saksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit, setelah toluen mulai mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes per detik hingga sebagian air tersuling. Kecepatan dinaikkan hingga 4 tetes per detik, kemudian setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena.
Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar, setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa, kadar air dalam
sampel dinyatakan dalam bentuk persen (Depkes RI, 1989).
3.5 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung didalam ekstrak rimpang jahe merah. Golongan senyawa kimia yang diperiksa meliputi senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin dan triterpenoid/ steroid.
a. Pemeriksaan alkaloida
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit. Didinginkan dan disaring, filtrat dipakai untuk percobaan sebagai berikut:
1. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 2 tetes larutan pereaksi Meyer akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning.
2. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.
3. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan dengan 2 tetes larutan pereaksi Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna merah atau jingga.
Ekstrak mengandung alkaloida jika sekurang-kurangnya terbentuk endapan dengan menggunakan dua golongan larutan percobaan yang digunakan. Tetapi jika reaksi 1 dan 2 hanya terjadi kekeruhan dilanjutkan pemeriksaan berikut.
Sebanyak 8 ml filtrat ditambahkan 2 ml ammonia pekat dan dikocok dengan 5 ml campuran eter-kloroform (3:1) dan dibiarkan memisah, diambil lapisan eter- kloroform ditambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring dan diupkan filtrat didalam gelas arloji diatas penangas air, dilarutkan residunya dengan sedikit HCl 2N. Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling banyak dua dari
tiga percobaan diatas (Depkes RI, 1989).
b. Pemeriksaan Flavonoid
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditambahkan 20 ml air panas, didihkan selama 10 menit dan disaring dalam keadaan panas, kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g sebuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).
c. Pemeriksaan Saponin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan dengan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok selama 10 detik, jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2N menunjukkan adanya saponin (Depkes RI, 1989).
d. Pemeriksaan Tanin
Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan sebanyak 1 ml dan ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi warna hijau, biru atau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Depkes RI, 1989).
e. Pemeriksaan Glikosida
Sebanyak 3 g serbuk simplisiadisari dengan 30 ml campuran etanol 95%
dengan air suling (7:3), kemudian ditambahkan asam sulfat pekat hingga diperoleh pH 2, selanjutnya direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Sebanyak 20 ml filtrat ditambahkan dengan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4M dikocok, selanjutnya didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan menggunakan 20 ml campuran isopropanol
dan kloroform (2:3), dilakukan berulang sebanyak 3 kali. Dikumpulkan sari air diuapkan dengan temperatur tidak lebih dari 500C. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa dipakai untuk percobaan berikut:
1. Larutan sisa dimasukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya diuapkan diatas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi molish.
Ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya ikatan gula.
2. Larutan percobaan diuapkan diatas penangas air. Larutkan sisa dalm 5 ml asam asetat anhidrat. Ditambahkan 10 tetes asam sulfat pekat, akan terjadi warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida (Depkes RI, 1995).
f. Pemeriksaan Triterpenoid/ steroida
Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan n-heksan selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna biru atau hijau menunjukkan adanya steroid dan timbul warna merah, ungu menunjukkan adanya triterpenoida (Harborne, 1987).
3.6 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Cara kerja:
Sebanyak 1,5 kg serbuk simplisia dimaserasi dengan 75 bagian pelarut (11,25 liter) etanol 96%, dimasukkan kedalam bejana bertutup rapat dan dibiarkan pada suhu kamar selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, kemudian setelah 5 hari maserasi disaring dan diperas. Ampas ditambah 25 bagian (3,75 liter) cairan penyari etanol 96% hingga diperoleh 100 bagian (15 liter)
kedalam bejana bertutup, dibiarkan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari dan dienap tuangkan atau disaring (Ditjen POM RI, 1979). Maserat digabungkan lalu diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator pada temperatur ±40oC sampai diperoleh ekstrak etanol sebanyak 252,7 g kemudian dipekatkan dengan penguapan di penangas air diperoleh ekstrak etanol kental sebanyak 204,4 g (Ditjen POM RI, 2010).
Rendemen dari ekstrak kemudian dihitung dengan rumus:
3.7 Pengeringan Ekstrak
Sebanyak 204,4 g ekstrak kental jahe merah dikeringkan dengan menambahkan sedikit demi sedikit amilum manihot dengan perbandingan 1:3 kemudian digerus sampai homogen. Diayak dengan ayakan mesh No.40 lalu dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur ±40ºC hingga diperoleh ekstrak kering rimpang jahe merah.
3.7.1 Pembuatan granul
Sejumlah ekstrak kering rimpang jahe merah dicampur homogen dengan laktosa dan dibuat massa granul basah dengan menggunakan bahan pengikat mucilago amili yang berasal dari amilum manihot sebanyak 10% dengan akuades sesuai jumlah yang dibutuhkan, campuran digranulasi sampai diperoleh massa yang kompak, kemudian diayak menggunakan ayakan mesh No. 12 lalu dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu 400C. Granul kering diayak kembali menggunakan ayakan mesh No. 20 untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan.
% Rendemen ekstrak jahe merah = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100%
3.8 Formula dan Pembuatan Tablet
Berdasarkan orientasi yang telah dilakukan terhadap sediaan farmasi yang beredar di pasaran yang mengandung ekstrak jahe merah ditemukan bahwa sediaan kapsul ekstrak jahe merah yang diproduksi oleh Tazakka Group dengan nama produk “Kapsul Ekstrak Jahe Merah Tazakka” yang telah terdaftar sesuai izin Depkes RI; POM TR. 103316891 pada komposisinya disebutkan “Tiap kapsul mengandung ekstrak yang setara dengan 2 gram simplisia Zingiber officinale var. Rubrum rhizoma”. Jurnal penelitian (Kartikasari, 2015)
mengatakan digunakan dosis 300 mg ekstrak kering rimpang jahe untuk tiap tablet effervescent didasarkan pada rasa pedas dari gingerol. Dasar penentuan formula
perbandingan asam dan basa menurut Ansel (2005) untuk menghasilkan reaksi effervescent membutuhkan dua molekul natrium bikarbonat untuk menatralisir
satu molekul asam tartrat dan tiga molekul natrium bikarbonat untuk menatralisir satu molekul asam sitrat. Menurut Wehling (2004) sumber asam dengan karbonat dapat menghasilkan reaksi effervescent yang paling baik apabila digunakan pada range konsentrasi 25-40% dari bobot tablet (Wehling, 2004).
3.8.1 Formula
Formula tablet dengan variasi konsentrasi antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat seperti tercantum pada Tabel 3.1.
R/ Ekstrak jahe merah 300 mg
Vitamin C 3,3%
Asam tartrat x %
Natrium bikarbonat y %
Dekstrin 1%
PEG 6000 2%
Laktosa ad 3000 mg
m.ftab dtdNo.L
Bobot per tablet : 3000 mg
Diameter : 20 mm
Tabel 3.1 Formula tablet effervescent ekstrak jahe merah dengan variasi konsentrasi antara asam tartrat dengan natrium bikarbonat per satuan tablet (mg)
Bahan F.1 F.2 F.3 F.4 F.5
Ekstrak jahe merah
(mg) 300 300 300 300 300
Vitamin C (mg) 100 100 100 100 100
Asam tartrat (mg) 354 425 495 566 637
Na.bikarbonat (mg) 396 475 555 634 713
Dekstrin (mg) 30 30 30 30 30
PEG 6000 (mg) 60 60 60 60 60
Laktosa (mg) 1760 1610 1465 1310 1160
Jumlah (mg) 3000 3000 3000 3000 3000
Keterangan:
F1 = Formula tablet effervescent ekstrak jahe merah dengan asam tartrat dan natrium bikarbonat sebanyak 25%
F2 = Formula tablet effervescent ekstrak jahe merah dengan asam tartrat dan natrium bikarbonat sebanyak 30%
F3 = Formula tablet effervescent ekstrak jahe merah dengan asam tartrat dan natrium bikarbonat sebanyak 35%
F4 = Formula tablet effervescent ekstrak jahe merah dengan asam tartrat dan natrium bikarbonat sebanyak 40%
F5 = Formula tablet effervescent ekstrak jahe merah dengan asam tartrat dan natrium bikarbonat sebanyak 45%
Setiap formula jumlahnya adalah 50 tablet dengan bobot 3000 mg/ tablet dan diameter 20 mm.
3.9 Uji Preformulasi
Uji preformulasi yang dilakukan adalah penentuan sudut diam, penentuan waktu alir granul dan penentuan indeks tap.
3.9.1 Sudut diam granul
Tiap formula dituang pelan-pelan lewat corong, sementara bagian bawah corong ditutup, kemudian penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar.
Diukur tinggi dan jari-jari kerucut yang terbentuk, kemudian ditentukan sudut diamnya. Granul yang mempunyai daya alir bebas akan mempunyai sudut diam antara 20o - 40o (Banker dan Anderson, 1994).
Deviasi =bobot tablet−bobot rata−rata
bobot rata−rata
x 100
tangen = 2h
D
Keterangan: h = tinggi kerucut D = diameter
3.9.2 Penetapan waktu alir granul
Granul yang akan dicetak dimasukkan kedalam corong alir, lalu dialirkan hingga seluruh granul mengalir. Waktu alir ditentukan hingga seluruh granul mengalir keluar. Syarat waktu alir yang baik adalah kurang dari 10 detik.
3.9.3 Penetapan indeks tap
Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan diukur volume awalnya (V1), lalu dihentakkan sebanyak 20 kali sehingga volume akhirnya (V2) konstan. Indeks tap dihitung dengan rumus:
I =
V1-V2V1
x 100%
Keterangan:
VI : volume sebelum hentakan V2 : volume setelah hentakan Syarat: I ≤ 20% (Voight, 1995).
3.10 Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet yang dilakukan adalah keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas dan waktu larut.
3.10.1 Keseragaman bobot
Penetapan keseragaman bobot dilakukan dengan cara:
Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet, lalu ditimbang tablet satu persatu.
Tabel 3.2 Persyaratan keseragaman bobot
Bobot rata-rata Penyimpangan terhadap bobot rata-rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai 150 mg 10% 20%
151 mg sampai 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
Persyaratan tidak boleh dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata dari harga yang telah ditetapkan pada kolom B.
Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet dengan persyaratan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom A dan kolom B (Ditjen POM RI, 1979).
3.10.2 Kekerasan tablet Alat : Strong Cobb Tester
Cara: Sebuah tablet diletakkan antara anvil dan punch tugak lurus, tablet dijepit dengan cara memutar skrup pemutar sampai lampu stop menyala. Knop ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah.
Percobaan dilakukan untuk 5 tablet. Syarat kekerasan tablet 4-8 kg (Parrot, 1971).
3.10.3 Friabilitas Alat: Roche friabilator
Cara: Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu (A) dimasukkan kedalam alat dan diputar selama 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu kemudian ditimbang kembali (B). Kehilangan bobot tidak lebih dari 1%
(Banker dan Anderson, 1994).
Friabilitas dapat dihitung dengan rumus:
3.10.4 Waktu Larut
Uji waktu larut, diambil tiga tablet kemudian diuji satu persatu dalam suatu gelas yang berisi air sekitar 200 ml pada suhu 15-250C yang kemudian ditentukan waktu larutnya mulai dari tablet dimasukkan dalam gelas hingga tablet habis larut. Waktu larut tablet effervescent adalah kurang dari 5 menit (300 detik) (Dewi, Iskandarsyah, 2014).
friabilitaas = 𝐴−𝐵𝐵 x 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan menunjukkan bahwa tumbuhan yang diuji adalah jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. Rubrum) famili Zingiberaceae yang dilakukan oleh Herbarium Medanense Universitas Sumatera Utara Medan.
Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 40.
4.2 Hasil Pengolahan Sampel
Hasil pengolahan rimpang jahe merah yang masih segar dicuci kemudian disortasi basah dan ditimbang sebanyak 12 kg. Rimpang dirajang dengan ketebalan 1-3 mm, lalu dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur
±40°C. Rimpang jahe merah yang telah kering ditandai dengan rapuh saat di patahkan dan dilakukan penimbangan sampai diperoleh bobot yang tetap.
Simplisia diserbuk dengan blender dan disimpan dalam wadah plastik bertutup sebanyak 1500 g. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 42.
4.3 Karakterisasi Simplisia
Hasil pemeriksaan makroskopik dari simplisia rimpang jahe merah menunjukkan bahwa keping tipis, bentuk bundar, keras, rapuh, tebal 2 mm sampai 5 mm, permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering terdapat tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks, tebal 3 mm sampai 4 mm. Warna kuning sampai coklat kekuningan. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 42.
Hasil pemeriksaan mikroskopis dari serbuk simplisia rimpang jahe merah menunjukkan beberapa fragmen antara lain butiran pati, fragmen serat, parenkim, sel minyak dan pembuluh kayu. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 43.
Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. Rubrum) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia jahe merah
No. Parameter
Hasil Pemeriksaan
(%)
Persyaratan (MMI)
1. Kadar abu total (%) 4,86% ≤ 3%
2. Kadar abu tidak larut asam (%) 0,70% ≤ 3,9%
3. Kadar sari larut dalam air (%) 13,20% ≥15,6%
4. Kadar sari larut etanol (%) 13,41% ≥ 4,3%
5. Kadar air (%) 7,99% ≤ 10%
Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral yang terdapat pada sampel, selain itu kadar abu juga bertujuan untuk mengetahui pengotoran dari pasir atau tanah. Kadar abu total yang diperoleh adalah 4,86%, semakin rendah kadar abu maka mutu simplisia semakin bagus.
Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengetahui jumlah mineral yang tidak larut dalam asam, seperti silikat. Kadar abu tidak larut asam yang diperoleh adalah 0,70%.
Hasil pemeriksan kadar sari yang larut dalam air adalah 13,20%.
Penetapan kadar sari larut air dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang bersifat polar yang dapat tersari dalam pelarut air. Kadar sari yang larut dalam etanol 13,41%, penetapan kadar sari larut etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang bersifat polar maupun non polar yang dapat tersari dalam pelarut etanol.
Penentuan kadar air sangat penting untuk dilakukan karena kadar air yang berlebih akan mempercepat pertumbuhan mikroorganisme dan hidrolisis senyawa kimia. Hasil yang diperoleh dari penetapan kadar air yaitu 7,99%.
Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia diatas memenuhi persyaratan monografi yang tertera pada Materia Medika Indonesia. Pemeriksaan karakterisasi simplisia diperlukan untuk tujuan standarisasi agar mutu simplisia yang akan dijadikan ekstrak menjadi terjamin.
Hasil skrining fitokimia serbuk simplisiajahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. Rubrum) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia jahe merah No. Golongan Senyawa Hasil
1 Alkaloida -
2 Flavonoida +
3 Saponin +
4 Tanin +
5 Fenol +
6 Minyak atsiri +
7 Glikosida +
8 Triterpenoida/ Steroida +
4.4 Hasil Ekstraksi Rimpang Jahe Merah
Ekstrak kental jahe merah diperoleh sebanyak 204,4 g dengan persen rendemen 13,62%. Ekstrak ini digunakan sebagai bahan formulasi sediaan tablet.
4.5 Hasil Uji Preformulasi
Tabel 4.3 Hasil uji preformulasi dari 5 formula tablet effervescent
Formula Sudut Diam (°) Waktu Alir (detik) Indeks Tap (%)
F1 27,47 2,943 10
F2 30,96 3,293 17,4
F3 28,81 2,930 12,08
F4 26,79 3,150 16,66
F5 29,68 2,740 12,57
Berdasarkan hasil yang tercantum pada tabel diatas, hasil uji preformulasi dari kelima formula sediaan yaitu uji sudut diam (°), uji waktu alir (detik) dan uji indeks tap (%) memenuhi persyaratan.
Uji sudut diam dari kelima formula tersebut memenuhi persyaratan seperti terlihat pada Gambar 4.1 dimana Banker dan Anderson (1994) menyatakan nilai sudut diam granul berkisar antara 20° sampai 40°, dengan nilai yang rendah menunjukkan sifat karakterisasi waktu alir yang lebih baik.
Gambar 4.1 Histogram uji sudut diam granul
Waktu alir dari kelima formula masih memenuhi persyaratan waktu alir.
Persyaratan waktu alir menurut Voigt (1995) yaitu tidak lebih dari 10 detik.
Gambar 4.2 Histogram uji waktu alir granul
Indeks tap yang dihasilkan masih memenuhi persyaratan seperti yang tertera pada Gambar 4.3 yaitu lebih kecil dari 20% (Voight, 1995). Semakin kecil nilai indeks tap granul maka volume pemampatan akan semakin besar.
F 1 F 2 F 3 F 4 F 5
24 25 26 27 28 29 30 31 32
Sudut Diam (°)
Formula
F 1 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 25%
F 2 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 30%
F 3 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 35%
F 4 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 40%
F 5 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 45%
F 1 F 2 F 3 F 4 F 5 0
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5
Waktu Alir (Detik)
Formula
F 1 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 25%
F 2 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 30%
F 3 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 35%
F 4 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 40%
F 5 = Jumlah asam tartrat dengan natrium bikarbonat sebanyak 45%