PENETAPAN KADAR METFORMIN DAN GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SECARA MEAN CENTERING OF RATIO SPECTRA (MCR)
SKRIPSI
OLEH:
EXAUDIA P SITOHANG NIM 151524040
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
PENETAPAN KADAR METFORMIN DAN GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN
METODESPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SECARA MEAN CENTERING OF RATIO SPECTRA (MCR)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH:
EXAUDIA P SITOHANG NIM 151524040
PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
PENGESAHAN SKRIPSI
PENETAPAN KADAR METFORMIN DAN GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
SECARA MEAN CENTERING OF RATIO SPECTRA (MCR) OLEH:
EXAUDIA P SITOHANG NIM 151524040
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal: November 2017
Medan, Desember 2017 FakultasFarmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195707231986012001
Dra. TutyRoidaPardede, M.Si.,Apt NIP 195401101980032001
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP195006221980021001 PanitiaPenguji,
Prof. Dr. rer. nat, Effendy De Lux Putra, S.U.,Apt.
NIP 195306191983031001
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP195006221980021001 Disetujui oleh:
Pembimbing,
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP 195006221980021001
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP195006221980021001
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP195006221980021001
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP 195006221980021001
Prof. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.
NIP195006221980021001
PENETAPAN KADAR METFORMIN DAN GLIBENKLAMID DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET SECARA MEAN CENTERING OF RATIO SPECTRA (MCR)
ABSTRAK
Kadar yang diperoleh dari suatu senyawa dapat berbeda-beda, tergantung metode yang digunakan pada penentuan kadar tersebut. Mean Centering of Ratio Spectra (MCR) merupakan salah satu metode penetapan kadar untuk campuran yang menggunakan software model matematis. Sehubungan dengan adanya tumpang tindih antara spektrum Metformin dan Glibenklamid, maka dilakukan aplikasi MCR terhadap penetapan kadar campuran Metformin dan Glibenklamid dalam sediaan tablet.
Spektrum serapan rasio Metformin diperoleh dengan membagi spektrumnya dengan divisor Glibenklamid konsentrasi 8,7 μg/ml dan spektrum serapan rasio Glibenklamid diperoleh dengan membagi spektrumnya dengan divisor Metformin konsentrasi 4 μg/ml. Nilai mean centering of ratio (MCR) yang diperoleh diolah dengan software MATLAB versi 9,0 untuk menetapkan kadar dengan menghubungkannya kedalam suatu persamaan garis regresi.
Hasil penetapan kadar Metformin dan Glibenklamid pada tablet G adalah (102,76 ± 0,349) % dan (103,58 ± 0,572) %. Kadar yang diperoleh sesuai dengan persyaratan sediaan tablet menurut Farmakope Indonesia Edisi V yaitu (95-105)%
untuk Metformin dan (95-105)% untuk Glibenklamid. Hasil uji validasi yang dilakukan memenuhi persyaratan validasi metode yaitu untuk Metformin diperoleh % recovery= 100,23%; simpangan baku relatif (RSD)=0,20% dan untuk Glibenklamid diperoleh % recovery= 100,63%; simpangan baku relatif (RSD)=
0,17 %
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa metode spektrofotometri ultraviolet secara MCR dapat digunakan untuk menetapkan kadar metformin dan glibenklamid dalam sediaan tablet dan memenuhi syarat validasi.
Kata kunci: Glibenklamid, Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR), Metformin, Metode Spektrofotometri Ultraviolet, Validasi
DETERMINATION OF CONTENT OF METFORMINE AND GLIBENCLAMID IN TABLET BY ULTRAVIOLET SPECTROPHOTOMETRY WITH MEAN CENTERING OF
RATIO SPECTRA (MCR) ABSTRACT
Levels of a compound have a difference, it is depending on the method used in the determination of the levels. Mean Centering of Ratio Spectra (MCR) is one of determination levels method to mixture that uses the software mathematical model. With respect to the presence of spectral overlap between Metformin and Glibenklamid, then do the application against the determination of the levels of a mixture of MCR Metformin and Glibenklamid in the preparation of tablets.
The Ratio of absorption spectrum of Metformin is obtained by dividing their spectra with divisorGlibenklamid 8,7μg/ml concentration and absorption spectrum of Glibenklamid ratio is obtained by dividing its divisor with Metformin the concentration of 4μg/ml. Values of mean centering of ratio (MCR) obtained with MATLAB software version 9.0 to assign levels by connecting into a regression line equation.
The results of the determination of the levels of Metformin and Glibenklamid on tablet G is (102.76 ± 0.349)% and (103.58 ± 0.572)%. The levels obtained in accordance with the requirements of tablet preparation according to the Pharmacopoeia Indonesia Edition V (95-105)% to Metformin and (95-105)%
to Glibenklamid. The results of validation testing performed meets the requirements of validation methods is to Metformin retrieved% recovery = 100,23%; relatively raw junction (at) = 0,20% and for Glibenklamid retrieved%
recovery =100,63%; relatively raw junction (at) = 0,17%
Based on the results of the research conducted, it can be concluded that the method of ultraviolet spectrophotometry in MCR can be used to set the levels of metformin and glibenklamid in the preparation of tablets and qualified validation Keywords:Glibenklamid, Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR), Metformin,
Ultraviolet Spectrophotometry, Method Validation.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati dan mengasihi penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul
“Penetapan Kadar Metformin dan glibenclamid dalam Sediaan Tablet dengan Metode Spektrofotometri Ultrataviolet secara MeanCentering of Ratio Spectra (MCR)”.
PenulismengucapkanterimakasihkepadaAyahanda Zalel Hasudungan Sitohang dan Ibunda Lismawati Saragih yang menjadi motivator dalam hidup dan menolong penulis baik moril maupun material selama menempuh pendidikan hingga ke jenjang sarjana. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada ketiga saudaraterkasih Exclesia Sitohang, Theresia Sitohang dan Moreno Sitohang yang selalu memberi penulis semangat, senyum sukacita dan doa yang tak putus- putusnya, serta seluruh keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menulis mengucapkanterimakasih kepada BapakProf. Dr. Muchlisyam, M.Si., Apt.,selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan ilmu dari awal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
Rasa hormat yang setulus- tulusnya, penulis sampaikan kepada: Prof. Dr.
Masfria, M.S., Apt., selaku pejabat dekan Fakultas Farmasi, Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt.,dan Prof.Dr. rer. nat. Effendi Deluxe Putera S.Si., Apt.,
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Partner penghibur Gomgom Simanjuntak, Resnika Citra, Lasma Ida Pasaribu, Marshinta Hutabalian, Fatrikia Sinaga, Delima Mega, teman-teman seperjuangan di Laboratorium Penelitian Widia, Rona, Brian, Ruben, Willya, Kak Devi, Aji dan teman-teman stambuk 2015 Ekstensi yang selalu memberikan semangat satu sama lain untuk mencapai impian gelar Sarjana Farmasi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November2017 Penulis,
Exaudia Sitohang NIM 151524040
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Exaudia P Sitohang
NIM : 151524040
Program Studi : S-1 Ekstensi Farmasi
Judul Skripsi : Penetapan Kadar metformin dan glibenclamid dalam Sediaan Tablet dengan Metode Spektrofotometri Ultrataviolet secara MeanCentering of Ratio Spectra (MCR)
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggng jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagai mana mestinya.
Medan, November 2017 Yang Membuat Pernyataan
Exaudia P Sitohang NIM 151524040
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian... 4
1.5 Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Bahan... 5
2.1.1 Metformin ... 5
2.1.2 Glibenklamid ... 6
2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-visible (UV-Vis) ... 6
2.2.1 Pengertian spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis) 6 2.2.2 Kegunaan Spektrofotometri ... 7
2.2.3 Komponen Spektrofotometri ... 8
2.2.4 Hukum Lambert-beer ... 9
2.2.5 Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet ... 10
2.3 Analisis Simultan secara Mean Centering Of Ratio Spectra ... 12
2.4 Validasi Metode ... 14
2.4.1 Akurasi (Kecermatan) ... 15
2.4.2 Presisi (Keseksamaan) ... 15
2.4.3 Spesifitas ... 16
2.4.4 Batas deteksi dan Batas Kuantitasi ... 17
2.4.5 Batas Linieritas ... 17
2.4.6 Rentang ... 17
2.4.7 Kekasaran dan ketahanan... 18
BAB III METODE PENELITIAN... 19
3.1 Jenis penelitian ... 19
3.2 Tempat dan waktu penelitian ... 19
3.3 Alat ... 19
3.4 Bahan ... 19
3.5 Pengambilan Sampel ... 19
3.6 Prosedur Penelitian ... 20
3.6.1 Pembuatan LIB Metformin ... 20
3.6.2 Pembuatan LIB Glibenklamid ... 20
3.6.3 Analisis Kuantitatif ... 21 3.6.3.1. Pembuatan spektrum serapan maksimum
Metformin ... 21 3.6.3.2. Pembuatan spektrum serapan maksimum
Glibenklamid ... 21 3.6.4 Pembuatan spektrum serapan baku ... 21 3.6.4.1 Pembuatan spektrum serapan baku Metformin 21 3.6.4.2 Pembuatan spektrum serapan baku Gibenklamid 21 3.6.4.3 Pembuatan spektrum serapan campuran baku
Metformin dan Glibenklamid ... 22 3.6.5 Pembuatan spektrum serapan rasio ... 22 3.6.5.1 Pembuatan spektrum serapan rasio metformin . 22 3.6.5.2 Pembuatan spektrum serapan rasio Glibenklamid 23 3.6.5.3 Pembuatan spektrum serapan rasio camputan
metformin dan glibenklamid ... 23 3.6.6 Pembuatan spektrum serapan secara mean centering of
ratio spectra (MCR) ... 23 3.6.6.1 Pembuatan spektrum serapan Metformin secara
mean Centering Of Ratio spectra (MCR)... 23 3.6.6.2 Pembuatan spektrum serapan glibenklamid secara
mean Centering Of Ratio spectra (MCR)... 24 3.6.7 Pembuatan kurva kalibrasi secara mean centering of ratio
spectra (MCR) ... 24 3.6.7.1 Pembuatan Kurva kalibrasi Metformin secara
mean centering of ratio spectra (MCR) ... 24 3.6.7.2 Pembuatan Kurva kalibrasi Metformin secara
mean centering of ratio spectra (MCR) ... 24 3.7 Validasi Metode ... 24 3.7.1 Akurasi ... 24
3.7.2 Presisi ... 25
3.7.3 Linieritas ... 26
3.7.4 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitatif (LOQ) ... 26
3.7.5 Analisis Data penetapan kadar secara statistik ... 26
3.8 Penentuan kadar Metformin dan Glibenklamid dalam Sediaan Tablet ... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
4.1 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Maksimum ... 29
4.1.1 Spektrum serapan maksimum Metformin dan Glibenklamid ... 29
4.2 Hasil Pengukuran spektrum serapan metformin dan glibenklamid pada berbagai konsentrasi ... 30
4.3 Hasil spektrum serapan campuran baku metformin dan Glibenklamid ... 32
4.4 Hasil spektrum serapan Rasio Mrtformin dan Glibenklamid 32
4.5 Hasil Mean Centering of Ratio Spectra metformin, Glibenklamid, dan Spektrum Tumpang tindih ... 34
4.6 Hasil pembuatan kurva kalibrasi secara Mean Centering Of Ratio Spectra ... 36
4.7 Hasil penetapan kadar metformin dan glibenclamid dalam sediaan tablet ... 36
4.8 Hasil validasi metode ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
5.1 Kesimpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 48
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Nilai Mean Center( MC) Metformin dan Glibenklamid dalam
Tablet G ... 39 4.2 Kadar Metformin dalam Tablet G ... 39 4.3 Kadar Glibenklamid pada Tablet G ... 40 4.4 Kadar Metformin dan Glibenklamid pada Tablet G secara statistik 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Rumus struktur Metformin ... 5
2.2 Rumus struktur Glibenklamid ... 6
2.3 Diagram spektrofotometri ultraviolet ... 8
2.4 Spektra absorpsi senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan) ... 11
2.5 Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih satu arah) ... 11
2.6 Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih dua arah)... 12
4.1 Spektrum serapan maksimum Metformin (4 μg/ml) ... 29
4.2 Spektrum serapan maksimum Glibenklamid (8,7 μg/ml) ... 29
4.3 Tumpang tindih spektrum serapan Maksimum Metformin (4 μg/ml) dan Glibenklamid (8,7 μg/ml) ... 30
4.4 Spektrumserapan Metformin konsentrasi 2 μg/ml- 6 μg/ml ... 30
4.5 SpektrumserapanGlibenklamidkonsentrasi4,7 μg/ml – 12,7 μg/ml ... 31
4.6 Spektrum Serapan Campuran baku Metformin dan Glibenklamid 32 4.7 Spektrum Rasio Metformin dengan spektrum serapan glibenklamid 33 8,7 μg/ml sebagai faktor pembagi ... 33
4.8 Spektrum Rasio Glibenklamid dengan spektrum serapan metformin 4 μg/ml sebagai faktor pembagi ... 34
4.9 Hasil Mean Centering of ratio spectra (MCR) dari metformin ... 34
4.10 Hasil Mean Centering of ratio spectra (MCR) dari Glibenklamid 35 4.11 Spektrum Tumpang tindih Metformin dan Glibenklamid secara MCR ... 36
4.12Spektrum serapan pada Tablet G ... 37
4.13 Spektrum Rasio Metformin pada Tablet G ... 38
4.14 Spektrum Rasio Glibenklamid pada Tablet ... 38
4.15 Spektrum MCR Metformin pada Tablet G ... 38
4.16 Spektrum MCR Metformin Pada Tablet G ... 41
4.17 Spektrum rasio Metformin Uji perolehan Kembali ... 42
4.18 Spektrum rasio Glibenklamid Uji perolehan kembali ... 42
4.19 Spektrum Mean Centering of Ratio Spectra Metformin Uji perolehan kembali ... 43
4.20 Spektrum Mean Centering og Ratio Spectra Glibenklamid Uji perolehan kembali ... 43
DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN
Gambar Halaman
1 Gambar Sampel Tablet G ... 48
2 Gambar alat-alat ... 50
3 Spektrum serapan Metformin konsentrasi 2 µg/ml - 6 µg/ml dan Glibenklamid 4,7 µg/ml – 12,7 µg/ml ... 82
4 Spektrum serapan campuran baku metformin dan Glibenklamid. 83 5 Spektrum rasio Metformin dan Glibeklamid pada berbagai konsentrasi ... 84
6 Spektrum rasio metformin dan Glibebklamid dalam campuran baku Metformin dan Glibenklamid ... 85
7 Spektrum MCR rasio Metformin dan Glibenklamid ... 86
8 Spektrum serapan sampel tablet G ... 87
9 Spektrum MCR serapan sampel tablet G ... 89
10 Spektrum, rasio Metformin pada tablet G ... 91
11 Spektrum MCR Metformin pada Tablet G ... 93
12 Spektrum MCR Glibenklamid pada tablet G ... 95
13 Spektrum serapan uji perolehan kembali (% recovery) pada Tablet G ... 97
14 Spektrum MCR uji perolehan kembali (% recovery) Metformin 98
42 Spektrum MCR uji perolehan kembali (% recovery) Glibenklamid 99 43 Daftar nilai distribusi r ... 100
44 Daftar nilai distribusi t ... 101
45 Sertifikat Pengujian Glibenklamid ... 102
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Gambar Sampel Tablet G ... 48 2 Daftar Spesifik Sampel G ... 49 3 Gambar alat-alat ... 50 4 Bagan alir Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan serapan
Maksimum Metformin ... 51 5 Bagan alir pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) dan serapan
Maksimum Glibenklamid ... 52 6 Bagan alir pembuatan dan pengukuran serapan larutan standar
metformin ... 53 7 Bagan alir pembuatan dan pengukuran serapan larutan standar
Glibenklamid ... 54 8 Bagan alir pembuatan dan pengukuran serapan larutan standar
Glibenklamid ... 55 9 Bagan Alir pembuatan Larutan Baku campuran Metformin dan
Glibenklamid ... 56 10 Bagan alir pembuatan spektrum serapan rasio metformin ... 57 11 Bagan alir pembuatan spektrum rasio Glibenklamid ... 58 12 Bagan alir pe,buatan spektrum serapan rasio campuran baku
Metformin dan Glibenklamid ... 58 13 Bagan alir pembuatan spektrum serapan metformin secara mean
centering of ratio Spectra ... 58 14 Bagan alir pembuatan spektrum serapan Glibenklamid secara
mean centering of ratio Spectra ... 59 15 Bagan alir pembuatan kurva kalibrasi metformin dan
Glibenklamid secara Mean centering of ratio spectra ... 60 16 Bagan alir penentuan kadar metformin dan glibenklamid dalam
sediaan tablet G ... 61 17 Bagan alir prosedur penelitian secara keseluruhan ... 62 18 Data perhitungan kalibrasi,persamaan regresi dan koefisien
korelasi Metformin ... 63 19 Data perhitungan kalibrasi,persamaan regresi dan koefisien
korelasi Glibenklamid... 64 20 Contoh perhitungan kadar teoritis dari Metformin dan
Glibenklamid dalam tablet G ... 66 21 Data penimbangan serbuk, kadar teoritis Metformin dan
Glibenklamid, serta konsentrasi Glibenklamid yang diadisikan pada tablet G ... 67 22 Konsentrasi perolehan Metformin dan Glibenklamid dalam
tablet G dari persamaan Regresi ... 69 23 Data bobot teoritis, bobot praktek dan Kadar Metformin dan
Glibenklamid ... 70 24 Perhitungan KadarMetformin daan Glibenklamid pada Tablet G 71 25 Perhitungan Kadar Metformin dan Glibenklamid secara statistik
pada tablet G ... 74 26 Perhitungan simpangan baku relatig (RSD) Metformin dan
Glibenklamid ... 75 27 Contoh perhitungan persentase perolehan kembali (% recovery)
sampel yang digunakan adalah Tablet G ... 78 28 Data hasil perolehan kembali (% recovery) Metformin pada
Tablet G dengan metode penambahan baku
(standard addition method) ... 79 29 Data hasil perolehan kembali (% recovery) Glibenklamid pada
Tablet G dengan metode penambahan baku
(standard addition method) ... 80 30 Perhitungan kadar perolehan kembali metformin dan
Glibenklamid secara Statistik ... 82 31 Spektrum serapan Metformin konsentrasi 2 µg/ml - 6 µg/ml dan
Glibenklamid 4,7 µg/ml – 12,7 µg/ml ... 84
32 Spektrum serapan campuran baku metformin dan Glibenklamid 85 33 Spektrum rasio Metformin dan Glibeklamid pada berbagai
konsentrasi ... 86
34 Spektrum rasio metformin dan Glibebklamid dalam campuran baku Metformin dan Glibenklamid ... 87
35 Spektrum MCR rasio Metformin dan Glibenklamid ... 89
36 Spektrum serapan sampel tablet G ... 91
37 Spektrum MCR serapan sampel tablet G ... 93
38 Spektrum, rasio Metformin pada tablet G ... 95
39 Spektrum MCR Metformin pada Tablet G ... 97
40 Spektrum MCR Glibenklamid pada tablet G ... 98
41 Spektrum serapan uji perolehan kembali (% recovery) pada Tablet G ... 98
42 Spektrum MCR uji perolehan kembali (% recovery) Metformin 98 43 Spektrum MCR uji perolehan kembali (% recovery) Glibenklamid ... 99
44 Daftar nilai distribusi r ... 100
45 Daftar nilai distribusi t ... 101
46 Sertifikat Pengujian Glibenklamid ... 102
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan obat yang baik adalah apabila obat-obat tersebut mengandung bahan- bahan yang sesuai dengan komposisi. Sediaan Farmasi, misalnya sediaan tablet telah banyak yang mengandung lebih dari satu macam zat aktif. Campuran ini bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian.
Namun, dengan adanya lebih dari satu macam zat aktif dalam satu sediaan obat, menimbulkan kesulitan dalam penetapan kadarnya (Ditjen POM R.I., 1979).
Metformin dan Glibenklamid merupakan kombinasi yang cocok untuk penderita Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien yang hiperglikemianya tidak bisa dikontrol dengan single terapi, diet dan olahraga. Metformin satu-satunya biguanid yang saat ini tersedia, digolongkan sebagai penyensitisasi insulin, obat ini meningkatkan ambilan glukosa dan penggunaannya oleh jaringan-jaringan target sehingga menurunkan resistensi insulin dan gliburid (glibenklamid) adalah generasi ke II sulfanilurea yang potensi hipoglikemik lebih besar. Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β Langerhans pankreas (Harvey dan Champe, 2013)
Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas sediaan obat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan menunjang tercapainya efek terapetik yang diharapkan.
Salah satu persyaratan mutu dan kemurnian yang tertera pada Farmakope (Ditjen POM R.I., 1995). Jadi harga penetapan kadar obat dapat digunakan untuk
membandingkan kekuatan relatif senyawa asam lemah maupun basa lemahdan juga dapat digunakan bersama sama dengan tetapan fisiokimia lain, termasuk data kelarutan dan koefisien partisi, untuk berbagai jenis penerapan analitik, peracikan dan penelitian.Kebanyakan molekul obat menyerap radiasi dalam sinar ultraviolet.
Dilihat dari struktur Metformin dan Glibenklamid yang mempunyai gugus kromofor, maka senyawa ini dapat menyerap sinar radiasi pada daerah ultraviolet.
Glibenklamid dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri ultraviolet pada pelarut methanol p.a dengan Glibenklamid pada panjang gelombang 225 nm dan Metformin pada panjang gelombang 236 nm ( A11 = 1163b) (Moffat, dkk.,2011)
Metode Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR) digunakan untuk penetapan kadar secara simultan dari campuran biner dan terner tanpa langkah pemisah terlebih dahulu maupun derivatisasi pada analisis campuran biner (Afkhami dan Bahram, 2005)
Beberapa peneliti telah melakukan penetapan kadar campuran metformin dan glibenclamid menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi(KCKT) menggunakan SPE-C-18 dan SPE-MIP monomer akrilamid (Aryanti, dkk.,2016)..
Selain itu, secara kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT sebagai fase diam dan campuran metanol, air dan asam asetat (6:4:5) sebagai fase gerak.
Beberapa peneliti telah melakukan penetapan kadar campuran obat menggunakan metode Mean Centering of Ratio Spectra (MCR), antara lain penetapan kadar campuran klorfenoksamin hidroklorida dan kafein (Mohsen, dkk.,2013), campuran hidroklorotiazida dengan benazepril hidroklorida dan
campuran hidroklorotiazida dengan kandesartan silektesil dalam sediaan tablet, demikian halnya campuran Parasetamol dan ibuprofen (Reginald,2017).hm
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dilakukan penetapan kadar Metformin dan Glibenklamid dalam sediaan tablet secara spektrofotometri ultraviolet dengan menggunakan aplikasi Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR) menggunakan pelarut metanol p.a.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah Kadar Metformin dan Glibenklamid dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V (2014)?
b. Apakah uji validasi terhadap metode spektrofotometri pada Metformin dan Glibenklamid dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan uji validasi?
1.3. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis sebagai berikut:
a. Kadar Metformin dan Glibenklamid dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V(2014) b. Uji validasi terhadap metode spektrofotometri pada Metformin dan
glibenklamid dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan uji validasi
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas, maka dibuat tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Kadar Metformin dan Glibenklamid dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan kadar yang ditetapkan Farmakope Indonesia Edisi V b. Untuk mengetahui uji validasi terhadap metode spektrofotometri pada
Metformin dan Glibenklamid dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan uji validasi
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan adalah untuk memberikan informasi bahwa aplikasi metode spektrofotometri ultraviolet secara Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR) terhadap penetapan kadar Metformin dan Glibenklamid dalam sediaan tablet dapat dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Metformin
Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian Metformin adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Rumus struktur Metformin Nama IUPAC : N1N-dimetilimidodikarbonimidik diamida Rumus Molekul : C4H11N5HCL
Berat Molekul : 165,6
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau; higroskopik
Kelarutan : Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam eterdan dalam kloroform, sukar larut dalam, etanol.
Metformin dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri ultraviolet pada pelarut methanol p.a pada panjang gelombang 236 nm.
Metformin mungkin digunakan sendiri atau kombinasi dengan sulfanilurea. Metformin bekerja terutama dengan jalan mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis. Metformin mudah diabsorbsi per-oral, tidak terkait dengan protein serum dan tidak
dimetabolisme. Eksresi melalui urin. Efek samping saluran cerna tinggi, sangat jarang menimbulkan asidosis laktat yang fatal (Harvey dan Champe, 2013).
2.1.2 Glibenklamid
Menurut Moffat, dkk., (2011), uraian Glibenklamid adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Rumus struktur glibenklamid
Nama IUPAC :1-[4-(2-(5-kloro metoksibenzamido)etil]benzenasulfonil]- 3-sikloheksilurea
Rumus Molekul : C23H28CIN3O5S Berat Molekul : 494,0
Pemerian : serbuk hablur putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dan dalam eter, sukar larut dalam etanol dan metanol, larut sebagian dalam kloroform.
Glibenklamid dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri ultraviolet pada pelarut methanol p.a pada panjang gelombang 225 nm.
Menurut Harvey dan Champe (2013), Glibenklamid adalah generasi ke II Sulfanilurea yang potensi hipoglikemik lebih besar. Golongan obat ini sering disebut sebagai insulin secretagogues, kerjanya merangsang sekresi insulin dari
granul sel-sel β Langerhans pankreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATP-Sensitive K Channel pada membran sel-sel β yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuat kanal Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca++ akan masuk sel- β, merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Kecuali itu sulfanilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.
2.2 Spektrofotometri Ultraviolet-visible (UV-Vis)
2.2.1 Pengertian spektrofotometri ultraviolet-Visible (UV-Vis)
Spektrofotometri adalah alat untuk mengukur transmitan atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometri merupakan penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrofotometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik. Interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi (Rohman, 2007).
Bagian molekul yang bertanggung jawab terhadap penyerapan cahaya disebut kromofor dan terdiri atas ikatan rangkap dua atau rangkap tiga,terutama jika ikatan rangkap tersebut terkonjugasi. Semakin panjang ikatan rangkap dua atau rangkap tiga terkonjugasi didalam molekul, molekul tersebut akan lebih mudah menyerap cahaya (Rohman, 2007)
2.2.2 Kegunaan Spektrofotometri
Kegunaan spektrofotometri ultraviolet dalam analisis kualitatif sangat terbatas karena rentang daerah radiasi yang relatif sempit hanya dapat mengakomodasi sedikir sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan untuk dilakukan. Akan tetapi, jika digabung dengan cara lain sepert spektroskopi inframerah, resonansi magnet inti dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk identifikasi atau analisis kualitatif senyawa tersebut (Rohman, 2007).
Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya, maka energi tersebut akan menyebabkan tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung panjang gelombang cahaya yang diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan menyebabkan elektron tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi (Dachriyanus, 2004).
2.2.3 Komponen Spektrofotometer
Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet – visibel terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjanggelombang 200 – 800 nm (Dachriyanus, 2004).Suatu diagram sederhana spektrofotometer Ultraviolet - Visible ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Diagram spektrofotometer ultraviolet – visible (Harris, 2007) a. Sumber cahaya
Sumber cahaya atau lampu yang digunakan adalah dua lampu terpisah yang digunakan secara bersama-sama, yang mencakup seluruh daerah ultraviolet- visible. Untuk senyawa yang menyerap pada daerah ultraviolet diperlukan lampu deuterium sedangkan untuk senyawa yang menyerap pada daerah visible digunakan lampu tungsten (Sastrohamidjojo, 1985).
b. Celah
Celah dibuat dari logam yang kedua ujungnya diasah dengan sama ( Sastrohamidjojo, 1985).
c. Monokromator
Cahaya yang digunakan harus monokromatis, yaitu cahaya dengan satu panjang gelombang tertentu. Cahaya monokromatis ini didapat dengan melewatkan cahaya polikromatis pada sebuah monokromator (Sastrohamidjojo, 1985).
d. Tempat sampel
Kuvet yang digunakan untuk tempat sampel pada pengukuran didaerah ultraviolet - visible biasanya terbuat dari silika atau glas (Sastrohamidjojo, 1985).
e. Detektor
Peranan detekor adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang (Sastrohamidjojo, 1985).
Biasanya spektrofotometer dilengkapi dengan software yang berfungsi untuk mengolah data yang dapat dioperasikan malalui komputer yang telah terhubung dengan spektrofotometer. Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada spektrofotometri UV-Visible (Watson, 2005).
2.2.4 Hukum Lambert-Beer
Menurut hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari, sedangkan menurut hukum Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa intensitas yang diteruskan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel (Rohman, 2007). Hukum Lambert- Beer umumnya dikenal sebagai persamaan berikut:
A= A11. b. c (g/100ml) atau A= a. b. c (g/l)
Keterangan :
A = Serapan yang diukur
A11 = serapan larutan (1% b/v) dalam kuvet 1 cm a = absorptivitas
= absorptivitas molar b = ketebalan kuvet (cm) c = konsentrasi larutan
2.2.5 Analisis Multikompenen dengan Spektrofotometri Ultraviolet
Sebuah spektrofotometer tak dapat menganalisis suatu sampel. Alat itu menjadi berguna hanya setelah sampel diolah sedemikian rupa sehingga pengukuran dapat ditafsirkan. Tetapi, dalam banyak hal tak perlu tiap komponen individu dari sampel yang kompleks dipisahkan terlebih dahulu dari sampelnya.
Bila suatu larutan mengandung dua konsituen yang menyerap (X dan Y), rumit tidaknya situasi bergantung pada spektra X dan Y (Day dan Underwood, 1986).
(i) Kasus 1
Spektra tidak tumpang tindih, atau sekurangnya dimungkinkan untuk menemukan suatu panjang gelombang di mana X menyerap dan Y tidak, serta panjang gelombang serapan dan panjang gelombang serupa untuk mengukur Y.
Spektra absorpsi senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan) dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Spektra absorpsi senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih
pada dua panjang gelombang yang digunakan) (Day dan Underwood, 1986)
(ii) Kasus 2
Tumpang tindih satu arah (dari spektra): seperti ditunjukan dalam Gambar 2.4, Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ1,tetapi X memang menyerap cukup banyak bersama-sama Y pada λ2. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorbansi larutan pada λ1. Kemudian absorbans yang disumbangkan oleh konsentrasi X pada λ2 dihitung absorptivitas molar X dan λ2. Sumbangan ini dikurangkan dari absorbans terukur pada larutan λ2, sehingga akan diperoleh absorbans yang disebabkan oleh Y.
Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih satu arah) dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih satu arah)(Day dan Underwood, 1986)
(iii) Kasus 3
Tumpang tindih dua arah (dari spektra): dengan prinsip bahwa tidak ada panjang gelombang di mana salah satu komponen dapat diukur tanpa gangguan oleh yang lain.
Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih dua arah) dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Spektra serapan senyawa X dan Y (tumpang tindih dua arah) (Day dan Underwood, 1986)
2.3 Analisis Simultan secara Mean Centering of Ratio Spectra (MCR)
Menurut Akhfami dan Bahram (2005) dan Mohsen, dkk., (2013), metode ini dapat digunakan untuk penentuan kadar secara simultan dari campuran biner
dan terner tanpa langkah pemisahan terlenih dahulu. Untuk menjelaskan ekspresi Mean Centering, dicontohkan vektor sebagai berikut:
y = 5 1 3
di MeanCenter kan vektor ini denganmengurangi dari rata-rata vektor tersebut seperti :
y = 3 3 3
MC (y) = y – y = 5 1 3
- 3 3 3
= +2
−2 0
Hal ini dapat membuktikan bahwa jika vektor y dikalikan dengan n (angka konstan), vektor hasil MC juga dikalikan dengan n, juga jika nilai konstan ditambahkan pada vektor y, maka MCtidak berubah (Mohsen, dkk.,2013)..
Menurut Darwish, dkk., (2011), dimisalkan campuran mengandung dua komponen yaitu X dan Y, jika memenuhi Hukum Beer untuk tiap komponen dapat ditulis sebagai berikut:
Am = αxCx + αyCy (1)
Keterangan:
Am = vektor absorbansi dari campuran
αx, αy = vektor absorptivitas molar dari X, Vektor absorptivitas Y Cx,Cy = vektor absorptivitas molar dari Y, Vektor absorptivitas Y
Jika persamaan (1) dibagi dengan αydari spektrum larutan standar Y yang terdapat dalam campuranbinary mixtures, spektrum rasio pertama diperoleh dalam bentuk persamaan (2) (tidak boleh digunakan nilai nolsebagai pembagi)
B= Aαm
y=𝛼𝑥 𝐶𝑥
α𝑦 + Cy (2)
Menurut Darwish, dkk., (2011), jika persamaan (2)dilakukan Mean Center, dimana konstanta Cy adalah nol, diperoleh persamaan (3) sebagai berikut:
MC (B) = MC α𝑥𝐶𝑥
α𝑦 (3)
Dari persamaan (3)merupakan dasar matematika dari analisis campuran binary mixtures yang memperbolehkan penetapan kadar konsentrasi dari setiap komponen aktif dari larutan (X dalam persamaan tersebut) tanpa mengganggu komponen aktif lain dari sistem campuran binary mixtures (Y dalam persamaan tersebut). Dari persamaan (3) menunjukkan adanya hubungan yang linier antara MC (B) dan konsentrasi X dalam larutan (Darwish, dkk., 2011).
Untuk membuat kurva kalibrasi dapat dibangun dengan memplot MC(B) terhadap dengan cara memplotkan nilai MC (B) terhadap konsentrasi X dalam campuran binary mixtures. Untuk sensitifitas yang lebih baik nilai MC(B), maka panjang gelombang maksimum dan minimum yang dipilih (Darwish, dkk., 2011).
Menurut Rohman (2007), ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimum, yaitu:
a. Pada panjang gelombang maksimum, kepekaannya juga maksimal karena panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
b. Di sekitar panjang gelombang maksimum, bentuk kurva absorbansi datar dan pada konsidi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.
c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimum.
2.4 Validasi Metode
Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy) dan presisi (precission) yang baik. Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Parameter analisis yang ditentukan pada validasi
adalah akurasi, presisi, batas deteksi, batas kuantitasi, kelinieran, dan rentang (Gandjar dan Rohman, 2012).
2.4.1 Akurasi (Kecermatan)
Akurasi adalah kedekatan antara nilai hasil uji yang diperoleh melalui metode analitik dengan nilai sebenarnya. Untuk pengujian senyawa obat akurasi diperoleh dengan membandingkan hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar (standar reference material SRM). Akurasi dinyatakan dalam persen perolehan kembali (%recovery). Akurasi dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:
(1) membandingkan hasil analisis dengan CRM (certified reference material) dari organisasi standar internasional; (2) spiked-placebo recovery; dan (3) standard addition method (Gandjar dan Rohman, 2012).
Placebo recovery atau metode simulasi, analit murni ditambahkan (spiked) kedalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi, lalu campuran tersebut dianalisis dan jumlah analit hasil analisis dibandingkan dengan jumlah analit teoritis yang diharapkan. Jika plasebo tidak memungkinkan untuk disiapkan, maka sejumlah analit yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditambahkan
langsung kedalam sediaan farmasi. Metode ini dinamakan standard addition method atau metode penambahan baku (Harmita, 2004).
2.4.2 Presisi (Keseksamaan)
Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian diantara masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dapat diartikan
pula sebagai derajat keterulangan dari prosedur analisis pada kondisi kerja normal (Watson, 2005).
Presisi ditentukan dengan menggunakan sejumlah aliquot secukupnya dari satu sampel homogen agar dapat dihitung secara statistik perkiraan deviasi standar atau deviasi standar yang sahih. Pada uji tersebut setiap cuplikan mendapat perlakuan analisis yang sama, lengkap dan mandiri, mulai dari persiapannya sampai dengan didapatkan hasil akhirnya (Watson, 2005).
Sesuai dengan ICH, presisi dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda yaitu keterulangan (repeatibility), presisi antara (intermediate precision) dan ketertiruan (reproducibility). Keterulangan yakni presisi pada kondisi percobaan yang sama (berulang) baik orangnya, peralatannya, tempatnya maupun waktunya. Presisi seringkali diekspresikan dengan SD atau standar deviasi relatif (RSD) dari serangkaian data. Nilai RSD dirumuskan dengan:
RSD = 100 X SD
X ; dimana X merupakan rata-rata, dan SD adalah standar deviasi serangkaian data, rumus menghitung SD adalah sebagai berikut:
SD = (X−X)2)
(n−1) ; dimana x adalah nilai dari masing-masing pengukuran; X adalah rata-rata dari pengukuran; n adalah banyaknya data. Biasanya replikasi
dilakukan 6-15 kali dilakukan pada sampel tunggal untuk tiap konsentrasi (Harmita, 2014).
2.4.3 Spesifitas
Spesifitas suatu metode analisis adalah kemampuan suatu metode analisi untuk mengukur analit yang dituju secara tepat dan spesifik dengan adanya komponen-komponen lain dalam matriks sampel, seperti adanya pengganggu, prekursor sintetik, produk degradasi, dan komponen matriks. Salah satu pendekatan praktik untuk menguji spesifitas metode analisis adalah dengan membandingkan hasil-hasil analisis yang diperoleh dari sampel yang mengandung pengotor (impurities) dengan sampel-sampel yang tidak mengandung pengotor (Harmita, 2014).
2.4.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Menurut Gandjar dan Rohman (2012), Limit deteksi dari suatu metode analisi adalah nilai batas yaitu konsentrasi analit terendah yang masih dapat dideteksi. Limit kuantitasi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi eksperimen yang ditentukan.
LOD dan LOQ dapat dihitung dengan rumus:
LOD = 3 x (SD/S) LOQ = 10 x (SD/S) Keterangan:
SD = standar deviasi S = kemiringan (slope).
2.4.5 Linieritas
Linieritas menyatakan kemampuan metode analisis untuk mendapatkan hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi didapat dari persamaan y = ax + b.
Persamaan tersebut akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analsis yang digunakan (Harmita, 2004).
2.4.6 Rentang
Rentang adalah interval antara batas konsentrasi tertinggi dan terendah analit yang terbukti ditentukan menggunakan prosedur analisis, dengan presisi, akurasi, dan linieritas yang baik. Rentang biasanya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan hasil uji (Harmita, 2004).
2.4.7 Kekasaran dan ketahanan
Kekasaran dan ketahanan tingkat reprodusibilitas hasil yang diperoleh dibawah kondisi yang bermacam-macam yang diekspresikan sebagai persen standar deviasi relatif. Kondisi- kondisi ini meliputi Laboratorium, analis, alat, reagen, dan waktu percobaan yang berbeda (Gandjar dan Rohman, 2012).
Ketahanan merupakan kapasitas metode untuk tetap tidak terpengaruh oleh adanya variasi parameter metode yang kecil. Ketahanan dievaluasi dengan melakukan variasi parameter-parameter metode, seperti: persentase pelarut organik, Ph, kekuatan ionik, suhu, dan sebagainya (Gandjar dan Rohman, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian Eksperimental metode spektrofotometri ultraviolet secara Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR) terhadap analisis campuran metformin dan glibenclamid yang terkandung dalam satu sediaan tablet merek dagang.
3.2 Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Juli-Oktober 2017.
3.3 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometri ultraviolet-visible lengkap (Shimadzu 1800) dengan Personal Computer (PC) yang dilengkapi dengan softwareUV Probe 2,42 dan software MATLAB(Matrix Laboratory) R2016a versi 9.0, neraca analitik (Boeco Germany), alat-alat gelas, serta alat –alat lainnya yang diperlukan dalam penyiapan sampel. Beberapa alat yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 2, Halaman 49.
3.4 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah baku Metformin (Dexa Medica) dan Glibenclamid (Indofarma), metanol p.a
3.5 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan yang diteliti (Sudjana, 2005). Pengambilan sampel ditentukan tanpa
membandingkan sampel antara satu tempat dengan tempat yang lain karena pengambilan sampel dianggap homogen. Sampel yang digunakan, yaitu tablet G (Glucovance) yang mengandung 250 mg metformin dan 1,25 mg glibenclamid.
Gambar dan daftar spesifikasi tablet dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2, Halaman 49 dan 50.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) Metformin
Ditimbang seksama 50,3 mg baku metformin, kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dalam pelarut Metanol p.a hingga larut, Dicukupan volume dengan pelarut yang sama sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1006 µg/ml (LIB I). Dari larutan LIB I, dipipet 5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 50,3 µg/ml (LIB II). Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4, Halaman 52.
3.6.2 Pembuatan Larutan Induk Baku (LIB) Glibenklamid
Ditimbang seksama 25,2mg baku glibenklamid, kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml, dilarutkan dalam pelarut Metanol p.a hingga larut, Dicukupan volume dengan pelarut yang sama sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1008 µg/ml (LIB I). Dari larutan LIB I, dipipet 2,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25ml dicukupkan volume dengan pelarut yang sama sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100,8 µg/ml. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5, Halaman 53.
3.6.3 Analisis Kualitatif
3.6.3.1 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Metformin
Dipipet sebanyak 0,75 ml larutan induk baku (LIB II) Metformin, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut metanol p.a hingga garis tanda, dikocok sampai homogensehingga diperlukan larutan dengan konsentrasi 4µg/ml, kemudian diukur serapan pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 4, Halaman 52.
3.6.3.2 Pembuatan Spektrum Serapan Maksimum Glibenklamid
Dipipet 0,87 ml larutan induk baku (LIB II) Glibenclamid, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, diencerkan dengan pelarut methanol p.a hingga garis tanda, dikocok sampai homogensehingga diperlukan larutan dengan konsentrasi 8,7 µg/ml, kemudian diukur serapan pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5 Halaman 53.
3.6.4 Pembuatan Spektrum Serapan Baku
3.6.4.1 Pembuatan Spektrum Serapan Baku Metformin
Larutan standar Metformin dibuat dalam 5 labu tentukur 10 ml yang memiliki konsentrasi masing-masing 2 µg/ml; 3 µg/ml;4 µg/ml;5 µg/ml; dan 6 µg/ml , dengan cara memipet sebanyak 0,4 ml; 0,6 ml; 0,75ml; 0,92ml; 1,1ml secara berurutan dari LIB II dan diencerkan dengan pelarut metanol p.a.
Kemudian dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai garis tanda. Bagan alir pengukuran serapan dapat dilihat pada Lampiran 6 Halaman 54.
3.6.4.2 Pembuatan Spektrum Serapan Baku Glibenklamid
Larutan standar Glibenclamid dibuat dalam 5 labu tentukut 10 ml yang memiliki konsentrasi masing-masing 4,7 µg/ml; 6,7 µg/ml; 8,7 µg/ml;10,7 µg/ml;12,7 µg/ml , dengan cara memipet 0,47 ml; 0,67 ml; 0,87 ml;1,1 ml; 1,3 ml secara berurutan dari LIB II dan diencerkan dengan pelarut methanol p.a kemudian dicukupkan dengan pelarut yang sama sampai garis tanda. .Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 7 Halaman 55.
3.6.4.3 Pembuatan Spektrum Serapan Campuran Baku Metformin dan Glibenklamid
Ditimbang seksama masing-masing 10 mg baku metformin dan glibenklamid, dimasukkan masing-masing kedalam labu tentukur 10 ml, dilarutkan dengan pelarut metanol p.a sampai garis tanda, dan dihomogenkan.
Kemudian dipipet 0,75 ml dari metfomin dan dipipet 0,87 ml dari glibenklamid.
Kedua larutan dicampurkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan dengan pelarut metanol p.a sampai garis tanda, dan dikocok sampai homogen. Dari larutan tersebut, dipipet 1 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda, dan dikocok sampai homogen. Diukur serapan pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 8 Halaman 56.
3.6.5 Pembuatan Spektrum Serapan Rasio
3.6.5.1 Pembuatan Spektrum Serapan Rasio Metformin
Spektrum serapan metformin pada berbagai konsentrasi dibagi dengan spektrum serapan glibenklamid konsentrasi 8,7 µg/ml dengan bantuan software UV Probe 2,42, di mana spektrum serapan Metformin yang telah disimpan di manipulate dengan tipe data set kemudian dipilih operasi pembagian
(division)dengan tujuan untuk membagi spektrum Metformin dan Glibenklamid.
Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran9 Halaman 57.
3.6.5.2 Pembuatan Spektrum Rasio Glibenklamid
Spektrum serapan Glibenclamid pada berbagai konsentrasi dibagi dengan spektrum serapan metformin konsentrasi 4µg/ml dengan bantuan software UV Probe 2,42, di mana spektrum serapan glibenklamid yang telah disimpan di manipulate dengan tipe data set kemudian dipilih operasi pembagian (division) dengan tujuan untuk membagi spektrum glibenklamid dan metformin. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 10 Halaman 58.
3.6.5.3 Pembuatan Spektrum Serapan Rasio Campuran Metformin Dan Glibenklamid
Spektrum serapan campuran metformin dan glibenklamid dibagi masing- masing dengan spektrum serapan metformin konsentrasi 4 µg/ml untuk penetapan kadar glibenclamid, spektrum campuran metformin dan glibenklamid dibagi dengan spektrum glibenklamid dengan konsentrasi 8,7 µg/ml dengan bantuan software UV Probe 2,42, di mana spektrum serapan campuran metformin dan glibenclamid yang telah disimpan di-manipulate dengan tipe data-set kemudian dipilih operasi pembagian dengan tujuan untuk membagi spektrum campuran dengan spektrum glibenclamid dan metformin. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 11 Halaman 59.
3.6.6 Pembuatan Spektrum Serapan Secara Mean Centering Of Rasio Spectro (MCR)
3.6.6.1 Pembuatan Spektrum Serapan Metformin Secara Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR)
Spektrum serapan metformin dibagi dengan spektrum serapan glibenklamid konsentrasi 8,7 µg/ml dengan bantuan software UV probe 2.42
untuk memperoleh spektrum rasio pertama yang kemudian di-meancenter-kan dengan bantuan software MATLAB versi 9.0. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 12 Halaman 60.
3.6.6.2 Pembuatan Spektrum Serapan Glibenklamid Secara Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR)
Spektrum serapan Glibenklamid dibagi dengan spektrum serapan glibenClamid konsentrasi 4 µg/ml dengan bantuan software UV probe 2.42 untuk memperoleh spektrum rasio pertama yang kemudian di-meancenter-kan dengan bantuan software MATLAB versi 9.0. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 13 Halaman 61.
3.6.7 Pembuatan Kurva Kalibrasi Secara Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR)
3.6.7.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Metformin Secara Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR)
Nilai mean center (MC) atau ampitudo dari spektrum rasio pertama metformin pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, dihitung, dan diplot dengan konsentrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresinya.Bagan alir prosedur dapat dilihat pada Lampiran 14 Halaman 62.
3.6.7.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Glibenklamid Secara Mean Centering of Ratio Spectra (MCR)
Nilai mean center (MC) atau ampitudo dari spektrum rasio pertama glibenklamid pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh, dihitung, dan diplot dengan konsentrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresinya.Bagan alir prosedur dapat dilihat pada Lampiran 14 Halaman 62.
3.7 Validasi Metode 3.7.1 Akurasi
Uji akurasi dilakukan dengan metode penambahan baku(standard Addition Method), yaitu dengan membuat 3 konsentrasi analit sampel dengan rentang spesifik 80%, 100%, 120%, dimana masing –masing dilakukan sebanyak 3 kali perlakuan. Setiap rentang mengandung 70% analit dan 30% baku pembanding, kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada penetapan kadar (Harmita, 2004).
Spektrum serapan yang dihasilkan kemudian dibuat spektrum rasio untuk masing-masing metformin dan glibenklamid, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan spektrum MCR dan dilakukan penetapan kadar seperti pada sampel.
Berikut dibawah merupakan rumus persen perolehan kembali:
% perolehan kembali =𝐶𝐹−𝐶𝐴
𝐴𝐶∗
𝑋 100%
Keterangan:
CF =Konsentrasi sampel setelah penambahan baku CA = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku CA = Jumlah baku yang ditambahkan
3.7.2 Presisi
Penentuan presisi berdasarkan nilai relative standard deviation (RSD) dengan persyaratan simpangan baku relatif bernilai kurang dari 2% (Harmita, 2004). RSD dirumuskan sebagai berikut :
𝑅𝑆𝐷 =SD_
𝑋 x 100%
Keterangan :
RSD = Standar deviasi relatif (%) SD = Standar deviasi
X = Kadar rata-rata zat dalam sampel
3.7.3 Linieritas
Linieritas menyatakan kemampuan metode analisis untuk mendapatkan hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi didapat dari persamaan y= ax + b.
Persamaan tersebut akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi ini digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analisis yang digunakan (Harmita, 2004).
3.7.4. Batas Deteksi ( LOD) Dan Batas Kuantitatif ( LOQ)
Berdasarkan absorbansi pada panjang gelombang analisis dilakukan pula perhitungan LOD dan LOQ.
𝑆𝐵 = 𝛴(𝑌 − 𝑌𝑖)2 𝑛 − 2 LOD = 3 𝑥 𝑆𝐵
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
LOQ = 10 𝑥 𝑆𝐵
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
Keterangan :
SB = Simpangan baku Slope = a (y = ax+b)
3.7.5 Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik
Data perhitungan kadar Metformin dan Glibenclamid dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji ttabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 23.
Rumus yang digunakan adalah :
𝑆𝐷 = 𝛴(𝑋 − 𝑋)2 𝑛 − 1
Untuk mencari thitung digunakan rumus : thitung = 𝑋−𝑋
𝑆𝐷/ 𝑛
Data diterima jika thitung< ttabel pada interval kepercayaan 99% dengan nilai α = 0.01
Keterangan :
SD = Standard deviation/simpangan baku X = Kadar dalam satu perlakuan
X = Kadar rata-rata dalam satu perlakuan n = Jumlah pengulangan
Α = Tingkat kepercayaan
3.8 Penentuan Kadar Metformin Dan Glibenclamid Dalam Sediaan Tablet Ditimbang 20 tablet, kemudian digerus dalam lumpang sampai halus dan homogen. Ditimbang seksama sejumlah serbuk setara 50 mg metformin (penimbangan dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan) dan dihitung kesetaraan Glibenclamid yang terkandung didalamnya. Dimasukkan serbuk yang telah ditimbang kedalam labu tentukur 50 ml, dilarutkan dengan pelarut metanol p.a dan, dihomogenkan dengan sonikator selama 15 menit, dicukupkan sampai garis tanda.Larutan tersebut disaring, lebih kurang 10 ml filtrat pertama dibuang, filtrat selanjutnya ditampung. Kemudian dipipet sebanyak 0,1 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml. Kemudian ditambahkan 4,3 ml larutan baku glibenclamid (konsentrasi 50,3µg/ml), dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml yang didalamnya terdapat 0,1 ml filtrat, lalu dicukupkan dengan pelarut metanol p.a sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan yang mengandung metformin konsentrasi 3,9984 µg/ml dan glibenclamid 8,6801 µg/ml. Diukur serapan yang diperoleh, dibuat spektrum rasio masing-masing metformin dan glibenclamid, kemudian di-meansenter-kan. Bagan alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 15 Halaman 6.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penentuan Spektrum Serapan Maksimum
4.1.1 Spektrum Serapan Maksimum Metformin Dan Glibenklamid
Spektrum serapan maksimum Metformin dan Glibenklamid masing- masing dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Spektrum serapan maksimum Metformin (4 μg/ml) 4 μg/ml
Gambar 4.2 Spektrum serapan Maksimum Glibenklamid (8,7 μg/ml) Penentuan spektrum serapan maksimum Metformin dan Glibenklamid dibuat pada rentang panjang gelombang 200-400 nm. Berdasarkan hasil spektrum serapan secara kualitatif, diperoleh panjang gelombang maksimum Metformin ( konsentrasi4 μg/ml) pada 235,6 nm dan untuk Glibenklamid ( konsentrasi 8,7 μg/ml) pada 228,2 nm.
Gambar 4.3 Tumpang tindih spektrum serapan Maksimum Metformin (4 μg/ml) dan Glibenklamid (8,7 μg/ml)
Spektrum pada Gambar 4.3 dibuat dengan menggabungkan serapan maksimum dari Metformin (4μg/ml) dan glibenklamid (8,7μg/ml). Pada gambar di atas menunjukkan bahwa spektrum serapan metformin bertumpang tindih sepenuhnya dengan spektrum serapan Glibenklamid .
4.2 Hasil Pembuatan Spektrum Serapan Metformin Dan Glibenklamid Pada Berbagai Konsentrasi
Spektrum serapan Metformin dan Glibenklamid pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada gambar 3.4 dan gambar 3.5
Gambar 4.4 Spektrum serapan Metformin konsentrasi2 μg/ml -6 μg/ml Konsentrasi 2 μg/ml Konsentrasi 3 μg/ml Konsentrasi 4 μg/ml Konsentrasi 5 μg/ml Konsentrasi 6 μg/ml Serapan Maksimum Metformin(4 μg/ml) Serapan Maksimum Glibenklamid(8,7 μg/ml)
Spektrum serapan Metformin 2 μg/ml, 3 μg/ml, 4 μg/ml, 5 μg/ml, 6 μg/ml dibuat sesuai dengan hukum Lambert-beer (absorbansi 0,2-0,8).
Gambar 4.5 Spektrum Serapan Glibenklamid pada konsentrasi 4,7 μg/ml – 12,7 μg/ml
Spektrum serapan Glibenklamid 4,7 μg/ml, 6,7 μg/ml, 8,7 μg/ml, 10,7 μg/ml, 12,7 μg/ml dibuat sesuai dengan hukum Lambert-beer (absorbansi 0,2-0,8).
spektrum Metformin dan Glibenklamid diatas menunjukkan bahwa bentuk spektrum sama dan panjang gelombang tidak berybah pada berbagai konsentrasi.
4.3Hasil Spektrum Serapan Campuran Baku Metformin Dan Glibenklamid Spektrum serapan campuran baku Metformin Dan Glibenklamid dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Konsentrasi 12,7 μg/ml Konsentrasi 10,7 μg/ml Konsentrasi 8,7 μg/ml Konsentrasi 4,7 μg/ml Konsentrasi 6,7 μg/ml
Gambar 4.6 Spektrum Serapan Campuran baku Metformin dan Glibenklamid Pengukuran spektrum serapan campuran baku dilakukan berdasarkan perbandingan konsentrasi sampel (obat). Dimana konsentrasi metformin dan glibenklamid adalah 200:1. Dimana glibenklamid dilakukan adisi standar untuk mencapai serapan maksimum untuk memenuhi hukum Lambert-beer, sehingga konsentrasi Glibenklamid yang dibuat adalah 8,7 μg/ml.
Campuran baku Metformin konsentrasi 4 μg/ml dan glibenklamid 8,7 μg/ml
menghasilkan spektrum yang berbeda dengan spektrum metformin dan glibenklamid masing-masing karena spektrum serapan campuran diatas merupakan kombinasi dari spektrum zat penyusunnya.
4.4 Hasil Spektrum Serapan Rasio Metformin Dan Glibenklamid
Serapan rasio metformin dan glibenklamid dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 berikut ini
Gambar 4.7 Spektrum Rasio Metformin dengan spektrum serapan glibenklamid glibenklamid 8,7 μg/ml sebagai faktor pembagi
Gambar 4.8 Spektrum Rasio Glibenklamid dengan spektrum serapan metformin 4 μg/ml sebagai faktor pembagi
Metode Mean Centering of ratio (MCR) diawali dengan membuat spektrum rasio dan memilih konsentrasi faktor pembagi(divisor). Penentuan konsentrasi pembagi diambil dari rentang konsentrasi yang memenuhi hukum Lambert-beer. Konsentrasi faktor pembagi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metformin 8,7 μg/ml dan glibenclamid 4 μg/ml. Dasar pemilihan konsentrasi faktor pembagi adalah tidak terdapat perbedaan pada letak panjang
Konsentrasi 2 μg/ml Konsentrasi 3μg/ml
μg/ml μg/ml Konsentrasi 4 μg/ml
μg/ml Konsentrasi 5μg/ml
μg/ml Konsentrasi 6 μg/ml
μg/ml
Konsentrasi 4,7μg/ml μg/ml μg/ml Konsentrasi 6,7μg/ml
μg/ml μg/ml Konsentrasi 8,7μg/ml
μg/ml μg/ml
Konsentrasi 10,7μg/ml μg/ml
μg/ml μg/ml Konsentrasi 3μg/ml
μg/ml μg/ml
gelombang maksimum dari zat-zat yang dibagi spektrumnya, yang berbeda hanya tinggi puncak atau nilai absorbandi yang dihasilkan, sehingga yang dipilih konsentrasi yang mendekati dengan perbandingan sampel (Harmita, 2004).
4.5 Hasil Mean Centering Of Ratio Spectra (MCR) Metformin , Glibenklamid, Dan Spektrum Tumpang Tindih
Spektrum Mean Centering of ratio spectra (MCR)dari baku metformin ,glibenklamid, dan Tumpang Tindih dapat dilihat pada Gambar 4.9, Gambar 4.10, dan 4.11.
Gambar 4.9 Mean Centering of ratio spectra (MCR) dari metformin
Gambar 4.10 Mean Centering of ratio spectra (MCR) dari Glibenklamid Konsentrasi 2 μg/ml Konsentrasi 3 μg/ml
Konsentrasi 6 μg/ml Konsentrasi 5 μg/ml Konsentrasi 4 μg/ml
Konsentrasi 2 μg/ml Konsentrasi 3 μg/ml Konsentrasi 4 μg/ml Konsentrasi 5 μg/ml Konsentrasi 6 μg/ml
Gambar 4.9 dan Gambar 4.10 diperoleh dari data-data absorbansi spektrum serapan Metforminyang dianalisis dibagi dengan divisor yang telah ditentukan menggunakan software UV Probe 2.42 maka diperoleh hasil absorbansi rasio. Spektrum rasio kemudian di input kedalam software MATLAB untuk mendapatkan nilai MC dari masing-masing spektrum dan di plot.
Gambar 4.11 Spektrum Tumpang Tindih Secara MCR
Pada gambar 4.11 dapat dilihat bahwa spektrum metformin dan glibenklamid sudah terpisah sehingga tidak ada gangguan dari masing-masing zat setelah dibagi dengan divisor. Dimana panjang gelombang dari metformin mengalami pergeseran kearah yang lebih besar yang disebut batokromik (pergeseran merah) sedangkan untuk glibenklamid mengalami pergeseran kearah yang lebih kecil atau Hipsokromik (Pergeseran biru). Maka dapat dikatakan bahwa metformin dan glibenklamid sudah terpisah menjadi zat tunggalnya sehingga dapat ditetapkan kadar dari masing-masing zat aktif.