• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

8. Validitas

secara benar sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya, butir soal dikatakan tidak valid apabila tidak mampu memberikan gambaran tentang hal yang ingin diukur secara benar.

9. Validitas isi merupakan suatu cara yang digunakan untuk menentukan kesesuaian antara butir soal dalam tes yang diujikan dengan materi ajar atau tujuan yang ingin diukur dalam tes.

10. Reliabilitas menunjukkan bahwa alat ukur dikatakan dapat dipercaya apabila menyajikan hasil pengukuran yang ajeg atau konsisten walaupun soal tersebut telah diujikan berulang kali pada siswa yang sama namun pada waktu yang berbeda.

12 11. Tingkat kesulitan merupakan suatu tes dapat dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang relatif sama apabila suatu tes diujikan pada kelompok siswa yang sama, namun pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

12. Daya pembeda adalah kemampuan butir soal dalam membedakan peserta didik yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah dalam menyelesaikan butir soal.

13. Efektivitas pengecoh adalah suatu metode atau cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah distractor atau pengecoh dapat berfungsi dengan baik atau tidak dalam mempengaruhi peserta didik menjawab soal.

14. ITEMAN merupakan suatu software komputer yang khusus digunakan untuk analisis statistik butir soal tes.

13 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II pada penelitian ini membahas tentang empat sub bab yaitu, (A) landasan teori, (B) hasil penelitian yang relevan, (C) kerangka berpikir, dan (D) hipotesis.

A. Landasan Teori 1. Evaluasi

Sudijono (2006: 1) mengemukakan evaluasi adalah penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Jika kita melakukan evaluasi kita akan memperoleh informasi mengeni situasi dan kondisi yang dievaluasikan tersebut sangat berharga, cocok, baik, valid, legal dan lain sebagainya. Djiwandono (2008: 163) menyatakan bahwa evaluasi diharapkan mampu memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan pembelajaran secara keseluruhan, sehingga guru perlu melakukan evaluasi dengan baik dan menggunakan tes sebagai alat evaluasi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa evaluasi adalah salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran. Pada kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara mengukur tes yang telah dikerjakan oleh siswa terlebih dahulu kemudian memberikan penilaian. Proses evaluasi tidak hanya mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, tetapi dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan guna memperbaiki program kegiatan pembelajaran. Guru juga

14 membutuhkan alat untuk melakukan evaluasi yaitu berupa alat penilaian atau instrumen penilaian.

2. Instrumen Penilaian

a. Definisi Instrumen Penilaian

Jihad dan Haris (2012: 67) menyatakan bahwa instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap suatu materi pokok bahasan. Arikunto (2012: 9) menyatakan bahwa instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu objek ukur. Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya hal tersebut dikemukakan oleh Depdiknas (2001).

Berdasarkan uraian di atas pendapat dari para ahli mengenai instrumen penilaian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa instrumen penilaian adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan menilai dalam rangka mengetahui kemampuan siswa. Instrumen penilaian terdiri dari dua macam yaitu tes dan non tes.

b. Macam-macam Instrumen Penilaian

Instrumen penilaian ada dua macam, yaitu tes dan non tes dikemukakan oleh Majid (2014: 38). Selanjutnya Jihad dan Haris (2012: 67) mengemukakan bahwa alat penilaian berupa tes meliputi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Sedangkan Sudijono (2006: 19)

15 bependapat bahwa alat penilaian berupa non tes meliputi wawancara, angket atau kuesioner, observasi atau pengamatan, dan daftar cek (check list). Berdasarkan uraian pendapat para ahli mengenai instrumen penilaian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa instrumen penilaian terdiri dari dua macam yaitu tes dan nontes. Pada penelitian ini akan menganalisis instrumen penilaian berupa tes. Hal ini dikarenakan soal UAS yang diujikan merupakan soal ulangan yang berbentuk tes tertulis.

3. Tes

a. Definisi Tes

Widoyoko (2009: 45) mengemukakan bahwa tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Tes merupakan salah satu cara untuk mengetahui besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung melalui respon seseorang terhadap pertanyaan. Tes dapat juga diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dalam tes. Adapun pengertian tes menurut Jihad dan Haris (2012: 67) yaitu himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan. Tes dapat diartikan suatu cara untuk melakukan

16 penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang ditetapkan, hal tersebut dikemukakan oleh Suwandi (2009: 39).

Berdasarkan berbagai definisi tes yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tes adalah suatu alat penilaian berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan baik secara individu maupun kelompok untuk memperoleh data yang bersifat objektif. Salah satu fungsi tes adalah sebagai alat ukur keberhasilan program pembelajaran dan mengetahui tingkat perkembangan atau kemajuan yang dicapai oleh siswa.

b. Kriteria Tes yang Baik

Tes yang disusun oleh guru harus memiliki kualitas yang baik. Tes yang berkualitas baik memiliki ciri-ciri dapat dipercaya, valid, praktis dan ekonomis. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Djiwandono (2008: 163) yang mengemukakan bahwa tes berkualitas baik memiliki ciri-ciri yang dipersyaratkan terutama validitas, reliabilitas, dan ciri-ciri yang lain. Pendapat lainnya dikemukakan Basuki dan Hariyanto (2014: 22) yang mengemukakan bahwa suatu tes dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri pokok antara lain dapat dipercaya, sah atau valid, objektif serta praktis.

17 c. Jenis-jenis Tes

Tes dikategorikan dalam beberapa jenis. Mardapi (2008: 68) mengemukakan bahwa tes dibagi menjadi empat jenis berdasarkan tujuan dilaksanakannya suatu tes. Empat jenis tes tersebut meliputi tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif.

1) Tes Penempatan

Mardapi (2008: 69) mengemukakan bahwa tes penempatan merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan awal siswa. Tes penempatan dilakukan pada awal tahun pelajaran baru. Dari hasil tes penempatan tersebut maka pihak sekolah dapat menempatkan siswa pada suatu kelas berdasarkan tingkat kemampuannya.

2) Tes Diagnosis

Sudjana (2010: 4) mengemukakan bahwa tes diagnosis adalah tes yang bertujuan untuk melihat berbagai kelemahan siswa atau kesulitan belajar siswa dan faktor penyebabnya. Hal ini memiliki kesamaan dengan pendapat Arikunto (2012: 48) yang menyatakan bahwa tes diagnosis adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa, sehingga guru dapat memberikan penanganan yang tepat.

18 3) Tes Formatif

Basuki dan Hariyanto (2014: 32) mengemukakan bahwa tes formatif merupakan tes yang dilakukan secara periodik. Tes formatif bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa setelah menyelesaikan satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD). Tes formatif diberikan pada setiap akhir program pembelajaran pada satu atau lebih KD, misalnya ulangan harian.

4) Tes Sumatif

Arikunto (2012: 53) yang menyatakan bahwa tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya sebuah program pada satu semester pembelajaran yaitu, dengan melaksanakan Ulangan Akhir Semester (UAS) yang dilaksanakan setiap akhir semester. Sudijono (2006: 72) menjelaskan bahwa tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah serangkaian program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif diberikan pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran. Tes sumatif dikenal dengan istilah Ulangan Umum, Tes Kendali Mutu (TKM), atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA). Tujuan dilaksanakannya tes sumatif adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa, yaitu seberapa jauh tujuan-tujuan pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa dalam satu semester proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas mengenai berbagai jenis tes, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat empat jenis tes yang disesuaikan dengan tujuannya yaitu tes penempatan, tes diagnosis,

19 tes formatif, dan tes sumatif. Jenis tes yang sesuai dengan penelitian ini adalah tes sumatif. Tes sumatif adalah tes yang dilaksanakan pada akhir semester dalam bentuk Ulangan Akhir Semester (UAS).

Tujuan dilaksanakannya tes sumatif adalah untuk mengetahui hasil yang dapat dicapai siswa, yaitu seberapa jauh tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Ulangan Akhir Semester (UAS)

Mulyasa (2007: 260) mengemukakan bahwa pelaksanaan Ulangan Akhir Sekolah (UAS) bertujuan untuk mengetahui hasil atau kemampuan yang dicapai siswa dalam program satu semester pembelajaran. Mata pelajaran yang diujikan pada Ulangan Akhir Semester adalah semua mata pelajaran yang telah dipelajari oleh siswa selama satu semester pada kelas tertentu. Salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa kelas IV SD dan menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan ketika UAS adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

5. Tes Pilihan Ganda

a. Pengertian Tes Pilihan Ganda

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Djiwandono (2008: 41) berpendapat bahwa bentuk tes pilihan ganda adalah tes objektif. Pendapat senada dikemukakan oleh Azwar (2015: 72) yang menyatakan bahwa tes pilihan ganda bersifat objektif karena hanya memiliki satu jawaban yang dianggap terbaik. Selain itu, sifat objektif ditinjau dari proses pemberian nilai, yaitu akan

20 menghasilkan nilai atau skor yang sama walaupun proses pengoreksian dan penilaian dilakukan oleh orang lain atau bukan tim penyusun soal.

Berdasarkan pendapat ahli seperti yang telah diuraikan pada paragraf di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tes pilihan ganda bersifat objektif. Setiap butir pilihan ganda memiliki dua sampai lima pilihan jawaban. Setiap butir soal hanya memiliki satu jawaban yang tepat atau berfungsian sebagai kunci jawaban, sedangkan pilihan jawaban lain berfungsi sebagai pengecoh. Selain memperhatikan mengenai keberfungsian setiap pengecoh pada masing-masing butir soal pilihan ganda, hal lain yang perlu diketahui adalah syarat tes pilihan ganda yang baik.

b. Syarat Tes Pilihan Ganda

Kunandar (2014: 201) mengemukakan bahwa syarat tes pilihan ganda yang baik adalah sebagai berikut:

1. Memiliki validitas yang tinggi. Artinya, suatu tes dapat mengungkapkan aspek hasil belajar peserta didik secara tepat.

2. Memiliki reliabilitas yang tinggi. Artinya, suatu tes mampu memberikan gambaran hasil tes yang relatif tetap dan konsisten tentang kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik.

3. Setiap butir soal memiliki daya pembeda yang baik. Artinya, setiap butir soal dalam tes itu dapat membedakan peserta

21 didik yang menguasai materi (kompetensi) dan peserta didik yang belum menguasai materi (kompetensi).

4. Memiliki tingkat kesulitan tes yang sesuai dengan pedoman hasil tingkat kesulitan suatu tes, yaitu 46,67% soal mudah, 50% soal sedang, dan 3,3% soal sulit.

5. Setiap tes harus mudah untuk diadministrasikan. Artinya tes tersebut memiliki petunjuk tentang bagaimana cara pelaksanaannya, cara mengerjakannya dan cara mengoreksinya.

d. Kelebihan dan Kekurangan Tes Pilihan Ganda

Jihad dan Haris (2012: 83) mengemukakan bahwa tes pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda disajikan ke dalam tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Tes Pilihan Ganda

Kelebihan Kekurangan

Terstruktur dan petunjuk pengerjaannya jelas.

Penyusunannya membutuhkan waktu yang lama.

Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan dari yang sederhana sampai yang komplek.

Guru tidak dapat mengetahui proses atau langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal tes.

Penilaian dapat dilakukan dengan mudah, objektif, dan dapat dipercaya.

Sulit menemukan pengecoh jawaban. Bersifat objektif karena hanya terdapat

1 jawaban yang benar.

Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca yang baik.

(Sumber: Jihad dan Haris, 2012: 83)

Dari tabel 2.1 mengenai kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda tersebut, maka dapat diketahui baik kelebihan maupun kekurangan yang ada pada tes pilihan ganda. Kolom pertama,

22 merupakan kolom kelebihan tes pilihan ganda. Pada kolom tersebut terdapat beberapa kelebihan dari tes pilihan ganda. Kolom kedua merupakan kolom kekurangan dari tes pilihan ganda. Pada kolom kedua ini berisi beberapa kekurangan dari tes pilihan ganda.

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Djiwandono (2008: 43) yang menyatakan bahwa tes pilihan ganda memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh bentuk tes lainnya yaitu dapat dilakukannya beberapa analisis yang lebih cermat terhadap masing-masing butir soal. Pendapat tersebut diperkuat oleh Sudjana (2010: 135) yang menyatakan bahwa analisis butir soal yang dapat dilakukan pada tes pilihan ganda adalah validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Analisis butir soal tersebut bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara butir soal yang diujikan dengan syarat soal pilihan ganda yang baik.

6. Ilmu Pengetahuan Alam

a. Pengertian Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan alam dan isinya. Margiyati (2014: 22) mendefinisikan IPA sebagai ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu, mempelajari fenomena-fenomena alam yang faktual. Terdapat beberapa aspek dalam mata pelajaran IPA yaitu, melalui proses pembelajaran IPA siswa dapat menghasilkan suatu produk. Sedangkan Nash (dalam Samatowa, 2011: 3) mengatakan bahwa proses pembelajaran IPA adalah suatu cara atau metode untuk

23 mengamati alam yang bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain.

IPA juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala yang terjadi di alam. Pengetahuan tersebut bukan hanya sebuah produk, tetapi juga mencakup proses pengamatan, pemahaman, dan penjelasan. Samatowa (2011: 2) menyatakan bahwa proses pembelajaran IPA adalah suatu cara untuk mengenal alam secara sistematis, menemukan fakta-fakta, dan konsep. Selain itu, siswa juga akan mengikuti setiap proses pembelajaran IPA, sehingga siswa akan memiliki sikap disiplin, berpikir kritis, dan memiliki rasa ingin tahu seperti seorang ilmuan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari alam dan gejala-gejala alam. IPA bukan hanya mempelajari fakta-fakta dan konsep, namun juga mempelajari proses penemuan. Siswa dilatih memiliki sifat ilmuan ketika proses pembelajaran IPA berlangsung.

b. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD

Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 memaparkan bahwa pada Kurikulum 2006 atau KTSP terdapat Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD pada semester genap. Berikut ini akan disajikan sebuah tabel yang menunjukkan 5 SK dan 14 KD yang harus

24 dikuasai oleh siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SD semester genap.

Tabel 2.2 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas IV SD Semester Genap

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak

suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam

kehidupan sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang

terdapat di lingkungan sekitar serta sifat sifatnya.

8.2. Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya

8.3 Membuat suatu karya/model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling- baling/pesawat kertas/parasut 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui

penggunaan alat musik 9. Memahami

perubahan kenampakan

permukaan bumi dan benda langit

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari

10. Memahami perubahan

lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut) 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan

fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor) 11. Memahami

hubungan antara sumber daya alam dengan

lingkungan, teknologi, dan masyarakat

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan 11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan

alam terhadap pelestarian lingkungan

25 Berdasarkan tabel 2.1 mengenai uraian SK dan KD mata pelajaran IPA kelas IV SD semester genap dapat diketahui bahwa pada SK 7 siswa diharapkan mampu memahami gaya dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda. Sedangkan pada SK 7 terdapat 2 KD sebagai berikut, KD 7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda, dan pada KD 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda. SK 8 memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada SK 8 terdapat 4 KD sebagai berikut, KD 8.1 mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat sifatnya, KD 8.2 menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya, KD 8.3 membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut, dan KD 8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik. SK 9 memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit. Pada SK 9 terdapat 2 KD sebagai berikut, KD 9.1 mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi, KD 9.2 mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari. SK 10 memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.

Pada SK 10 terdapat 3 KD sebagai berikut, KD 10.1 mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik

26 (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut), KD 10.2 menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor), KD 10.3 mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). SK 11 memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Pada SK 11 terdapat 3 KD sebagai berikut, KD 11.1 menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, KD 11.2 menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan, KD 11.3 menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan.

Peneliti akan menganalisis 30 butir soal pilihan ganda pada Ulangan Akhir Semester (UAS) genap tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran Ilmu IPA kelas IV berdasarkan materi yang mencakup 5 Standar Kompetensi dan 14 Kompetensi Dasar yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya.

Pada uraian sebelumnya dapat diketahui jenis tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes sumatif dalam bentuk Ulangan Akhir Semester (UAS) genap tahun pelajaran 2014/2015 pada mata pelajaran IPA kelas IV SD. Hal lain yang perlu diketahui adalah bentuk tes yang digunakan pada soal UAS mata pelajaran IPA tersebut. Djiwandono (2008: 41) mengemukakan bahwa guru perlu memperhatikan pemilihan bentuk tes. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Jihad dan Haris (2012: 75) yang menyatakan bahwa pemilihan bentuk tes

27 ditentukan berdasarkan tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, dan cakupan materi. Soal UAS genap tahun pelajaran 2014/2015 mata pelajaran IPA kelas IV SD terdiri dari dua bentuk tes yaitu bentuk pilihan ganda dan bentuk uraian. Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis bentuk soal pilihan ganda mengingat judul penelitian ini adalah analisis butir soal pilihan ganda. 7. Analisis Butir Soal

Endrayanto dan Harumurti (2014: 259) berpendapat bahwa analisis butir soal adalah kegiatan yang dilakukan guru sebagai proses mengumpulkan informasi berdasarkan jawaban siswa untuk membuat keputusan terhadap butir soal tersebut. Analisis butir soal juga digunakan untuk mengetahui kesalahan ataupun kekeliruan dalam penyusunan tes. Kunandar (2014: 238) adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan soal. Jadi, dari kedua pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis butir tes adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mengetahui kesalahan atau kekeliruan dalam penyusunan tes, sehingga diperoleh tes yang berkualitas baik.

Tes harus dianalisis untuk mengetahui apakah tes tersebut cocok atau tidak cocok untuk diberikan kepada peserta didik. Guru atau tim penyusun soal dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan yang terdapat pada setiap butir soal, sehingga butir soal tersebut dapat diperbaiki atau ditolak dan digantikan dengan butir soal yang lain. Sedangkan, butir soal yang telah memenuhi syarat atau termasuk dalam kategori baik dapat disimpan dalam buku kumpulan soal, sehingga dapat digunakan kembali pada tes

28 atau ujian berikutnya. Djiwandono (2008: 218) yang menyebutkan bahwa ada tiga hal yang harus digunakan dalam menganalisis butir soal, yaitu tingkat kesulitan, daya pembeda, dan analisis pengecoh. Analisis butir soal yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis validitas isi, reliabilitas, tingkat kesulitan, daya pembeda, dan efektivitas pengecoh. Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa analisis butir soal adalah cara yang digunakan untuk mengetahui kekurangan butir soal, sehingga dapat diperbaiki sebelum digunakan pada tes berikutnya.

8. Validitas

a. Pengertian Validitas

Djiwandono (2008: 164) yang menyatakan bahwa validitas adalah kesesuaian soal sebagai alat ukur dengan sasaran pokok yang perlu diukur. Pendapat serupa mengenai validitas juga diungkapkan oleh Uno dan Koni (2012: 151) berpendapat bahwa validitas adalah hal yang berhubungan dengan ketepatan terhadap apa yang seharusnya diukur oleh suatu butir soal dan seberapa cermat soal tersebut melakukan pengukurannya. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian validitas butir soal, peneliti dapat menyimpulkan bahwa validitas butir soal adalah sifat yang sesuai dengan kenyataan. Butir soal dapat dikatakan valid apabila mampu memberikan gambaran mengenai hal yang ingin diukur secara benar sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya, butir soal dikatakan tidak valid apabila tidak mampu

Dokumen terkait