• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel Anthropometri dan kondisi fisik a. Variabel Anthropometri

Dalam dokumen TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori (Halaman 36-44)

Anthropometri berasal dari kata anthropos dan metry.Antrhopos artinya tubuhdan metros artinya ukuran.Anthropometri dapat diartikan sebagai ukuran tubuh atau ukuran ekternal bagian tubuh. Dalam kaitannya dengan pengukuran fisik, anthropometri merupakan salah satu satuan teknik standar untuk pengukuran yang sistematis terdahadap tubuh secara keseluruhan ataupun bagian – bagian tubuh (Malina, Bouchard dan Bar-Or, 2004:42)

Ukuran anthropometri mencakup kuantitas dari dimensi-dimensi tubuh termasuk di dalam berat badan, ukuran pnajang dan luas penampang tubuh atau bagian-bagian tubuh.Perbandingan dari masing-masing organ tubuh memberikan tampilan yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Ukuran anthropometri berkaitan dengan tipe atau bentuk tubuh, juga dapat dijadikan sebagai parameter untuk menentukan status gizi seseorang (Djoko Pekik Irianto, 2007;67)

Perkembangan ukuran anthropometri tubuh sesuai dengan periode perkembangan individu.Perkembangan ukuran bagian-bagian tubuh ini dipengaruhi faktor-faktor perkembangan seperti faktor genetis, lingkungan serta aktivitas gerak fisik yang dilakukan.Perkembangan ukuran tubuh dan bagian-bagiannya berlangsung terus selama masa pertumbuhan dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda pada proporsi dan kecepatannya. Pertumbuhan ukuran bayi berlangsung sangat cepat,

commit to user

kemudian secara proporsional mengalami penurunan pada masa anak-anak dan kemudian mengalami ledakan pertumbuhan pada masa adolesensi (Gallaahoe dan azmun, 1998;189). Perbedaan kecepatan pertumbuhan menyebabkan terjadinya variasi pada bentuk dan tipe seseorang.

Ukuran anthropometri merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas olahraga.Masing-masing cabang olahraga memerlukan karekteristik anthropometri yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan karakteristik gerak yang diperlukan dalam ,masing-masing olahraga tersebut. Perbedaan perbandingan dari bagian-bagian tubuh serta perbedaan struktur tubuh memberiakn kemungakinan efisiensi gerak yang berbeda pula.

Anthropometri berpengaruh pada olahraga, terutama untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Untuk mencapai prestasi yang tinggi, diperlukan ciri-ciri fisikdan potur tubuh tertentu sesuai dengan tuntutancabang yang diikutinya.

Anthropometri melibatkan pengukuran bagian tubuh luar. Terdapat dua tipe pengukuran anthropometri yaitu dimensi tubuh dan yang berhubungan dengan somatotropi.

1) Dimensi Tubuh

Dua pengukuran tubuh yang umum digunakan dalam pendidikan olahraga menitik beratkan pada diameter dan keliling dari macam-macam ruas tubuh.

Saat pengukuran sudah ditentukan, lapisan kulit diperas sehingga terjadi kontak antara tulang dengan alat. Hal ini

commit to user

menghilangkan tinkat variabilitas dalam pengukuran dan meningkatkan reabilitas.Jari-jari dari kedua tangan digunakan untuk menempatkan lanmark yang tipis.

Salah satu contoh diatas menunjukkan pengukuran pada diameter tubuh bagian atas dan pengukuran diameter atas dan panjang tangan.

Adapun banyak sekali pengukuran pada bagian anatomi tubuh lainnya.Menurut Frank. M Verducci (1932: 216) dimana pengukuran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a) Ankel diukur pada saat bediri dengan dengan jarak diantara malleoll(anthropometri menunjukkan sudut 450 dari bawah)

b) Lengan diukur pada saat berdiri dengan punggung bersandar pada dinding rata, kedua lengan atas melebar bersama-sama, diukur panjang jarak antara jangkauan jari kanan dan kiri.

c) Diameter biocrominal diukur dengan posisi siku berada disebelah badan, jaraknya antara proyeksi tulang rusuk dari acromial.

d) Diameter bideltoid diukur dengan posisi siku berada di samping tubuh dan tangan berada diatas paha, jarak antara bagian terluar pundak(anthropometri hanya sedikit menyentuh kulit).

e) Diameter bi-iliac pengukuran yang dilakukan antara proyeksi rusuk dari puncak iliac.

commit to user

f) Diameter bitrochanteric diukur pada posisi berdiri dengan jarak antara proyeksi rusuk dari trochanters yang lebih besar.

g) Lebar dada diukur pada saat berdiri dengan lengan agak sedikit ditarik ke depan dan belakang tubuh, dengan jarak antara tulang rusuk ke-5 sampai ke-6.

h) Siku dengan siku satunya ditari dan posisi tangan menghadap kedepan dengan jarak antara kondilus dari humerus.

i) Panjang tangan diukur dengan jarak antara ujung ruas distal dan titik-titik pada tulang carpal proximal.

j) Panjang kepala diukur dengan jarak anterior-prosterior pada posisi alis dan occipital Protuberance.

k) Lebar kepala diukur dengan jarak pada titik terlebar dari tengkorak.

l) Lutut diukur dengan caralutut direntangkan sudut 900, dengan jarak antara proyeksi terluar dari tribial condyles.

m) Panjang kaki diukur pada saat berdiri dengan jarak antara lantai samapi coccyx.

n) Tinggi badan diukur pada ujung tumit kaki menepak lantai, tubuh bersandar pada dinding dengan kepala menghadap ke depan, diukur sampai ujung kepala.

Alat ukur berupa lingkaran begitu diandalkan untuk mengukur dimensi diameter. Saat menggunakan pengukur lain, tekanan dari jaringan yang lembut memunculkan masalah dengan menggali hasil akhir yang konsisten. Gulick tape

commit to user

meminimalkan masalah ini dengan memberikan data konsisten dalam seluruh pengaturan melalui penggunaan sping-loaded handle. Selanjutnya tape harus diposisikan secara konsisten pada posisi horisontal atau disebelah kanan sisi panjang dari segmen “tape kain ” harus dikalibrasikan secara periodik /berkala karena cenderung merenggang karena digunakan. Landmark menjelaskan bagaimana penggunaan alat pengukur ini, dimana saat seorang berdiri pada bagian pundak menjadi pengecualian. Pengukuran dilakukan pada posisi:

a) Abdomen 1. Diukur secara lateral, jalan tengah antara posisi rusuk paling bawah dari tulang rusuk dan puncak iliac, anterior, jalan tengah antara xyphoid process dari sternum dan umbilicus.

b) Abdomen 2. Diukur secara lateral, pada tingkat puncak iliac dan anterior,pada umbilicus.

c) Rata-rata abdominal adalah pengukuran 1 dan 2 engkel. Paling atas hingga malleoli, lingkar terkecil.

d) Bicep tambahan, diukur saat siku dikunci dalam penambahan maksimal, berhubungan dengan bagian bawah, dengan otot terikat, lingkaran maksimal dari lengan tengah.

e) Bicep lebar, diukur pada posisi saat merentang/melebar pada sudut terbesar dengan otot berkontraksi, keliling maksimal dari lengan tengah.

f) Betis, diukur dengan keliling maksimal.

g) Dada, pada pria putting susu berada pada volume midtidal, sedangkan pada wanita tepat berada diatas jaringan payu dara.

commit to user

h) Deltoid, diukur dengan cara lengan membentuk sudut 900 dari sisi tubuh, maximal circumference berada pada levelaxillec.

i) Lengan atas, diukur dengan cara siku dilebarkan secara bersamaan kebawah dan posisis tangan terbuka ke depan, maximal circumference.

j) kepala, diukur dengan cara sedikit ke atas hingga garis alis dan menunjuk pada tengkuk.

k) Panggul belakang, diukur pada max. protrucion dari otot gluteal dan anterior, pada levelshymphysis pubis.

l) Lutut, diukur dengan cara posisi lutut sedikit dilipat dan beban tubuh ditumpu pada kaki lainnya, level midpatellar.

m) Leher, diukur dengan posisi sedikit agak menunduk pada laring.

n) Pundak, diukur secara lateral pada max. protrucion dari otot deltoid, anterior,pada articular dari strenom dan rusuk kedua.

o) Paha, diukur pada posisi sedikit ditekuk, maximal circumference.

p) Pinggul, diukur dengan cara lengan dilebarkan bersamaan, sedikit distal pada proses styloid dari radius dan ulna, minimum circumference.

b. Komponen Kondisi Fisik

Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik, taktik, dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung tugas atlet sehingga dapat tampil secara maksimal. (Harsono, 1988:153) menjelaskan bahwa: Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya.

commit to user

Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secra baik dan sistematis danm ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari isitem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Apabila seseorang mempunyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.

Kondisi fisik sangat menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat menganggu penampilannya. Oleh karena itu peranan kondisi fisik sangatlah diperlukan dalam olahraga (Setiawan, 1991:110).

Apabila kondisi fisik baik maka: (1) akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung . (2) akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepata, dan lain-lain komponen kondisi fisik. (3) akan ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan. (4) akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan. (5) akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan. Kalau faktor-faktor tersebut kurang tercapai setelah masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematik latihan kurang sempurna. Karena sukses dalam olahraga sering menuntut ketrampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan kyang sangat peting dalam meningkatkan prestasi altet (Harsono, 1988:53).

commit to user

Kondisi fisik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atlet dalam cabang olahraga tertentu.Atlet yang memiliki kualitas fisik yang baik maka kualitas gerak atau ketrampilan motoriknya cenderung baik pula. Setiawan (1991:

110) mengatakan, bahwa dalam hal lain kodisi fisiik juga berperan untuk meningkatkan kebugaran jasmani agar seseorang mencapai hasil kerja produktif.

Pertimbangan kondisi fisik itu harus dikembangkan didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang digelutinya, sebab pada suatu cabang olahraga tertentu mungkin memerlukan komponen kondisi fisik secara keseluruhan, sedangkan pada cabang lain mungkin sebagian saja.

Dari teori di atas metode bagian atau parsial dapat diterapkan apabila struktur gerak agak komplek sehingga kemungkinan untuk memperoleh hasil yang maksimal jika komponen fisik dilatih. Komponen kekuatandan daya tahan merupakan komponen yang penting dalam olahrga renang.

c. Variabel Anthropometri dan kondisi fisik yang sangat berperan terhadap renang gaya crawl

Faktor adalah keadaan atau peristiwa dan sebaginya yang memengaruhi terjadinya sesuatu. Sedang dominan adalah berpengruh kuat (bersifat)sangat peting dan menentukan karena pengaruh atau kekuasaan (Bakir dan Suryanto 2009: 143).

Kodisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.

Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem prioritas

commit to user

sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada masalah status kondisi fisik (M. Sajoto. 1990: 16). Kondisi fisik dalam penelitian ini antara lain :

Dalam dokumen TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori (Halaman 36-44)

Dokumen terkait