• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Deskriptif 1. Variabel Dependen 1.Variabel Dependen

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah factor-faktor kebijakan dividen yang meliputi posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan (ROA), dan ukuran perusahaan.

a). Posisi solvabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan, posisi solvabilitas perusahaan pada sektor industri perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2004-2007 dapat dilihat pada table 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Posisi Solvabilitas Perusahaan No

Nama Emiten Primary Ratio

2004 2005 2006 2007 1. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. 7,1 − 9.58 −

2. Bank Central Asia Tbk. 9.34 10.55 10.22 9.38

3. Bank Danamon 13.27 12.67 11.5 12.12

4. Bank Negara Indonesia Tbk. 11.67 8.05 8.73 9.39 5. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 6.26 − − −

6. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 11.63 10.88 10.91 9.54 7. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 10.04 8.81 9.85 9.17

8. Bank Niaga Tbk. 7.67 9.54 10.29 9.48

9. Bank Internasional Indonesia Tbk. 11.67 9.6 9.9 9.69

10. Bank Swadesi 12.5 12.09 − −

11. Bank Mayapada Internasional − − 10.04 −

12. Bank Pan Indonesia Tbk. 18.89 − − −

Nilai Tertinggi 18.89 12.67 11.5 12.12

Nilai Terendah 6.26 8.05 8.73 9.17

Nilai Rata-rata 10.91 10.27 10.11 11.21

Nilai Dibawah rata-rata 5 4 5 6

Nilai Diatas rata-rata 6 4 4 1

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan data tabel 4.2 diatas menunjukkan posisi solvabilitas Bank Pan Indonesia Tbk. tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar 18.89% dan pada tahun 2004 posisi solvabilitas Bank Danamon tertinggi dari bank lainnya sebesar 12.67%, tahun 2005 juga Bank Danamon memiliki rasio solvabilitias tertinggi yaitu sebesar 11.5% dan tahun 2007 sebesar 12.12%. Artinya bahwa kemampuan Bank Danamon dalam mencari sumber dana internal (modal sendiri) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan mencerminkan proporsi nilai yang tertinggi dari bank lainnya.

Nilai terendah pada tahun 2004 terjadi pada Bank Nusantara Parahyangan Tbk. sebesar 6.26%, nilai terendah pada tahun 2005 dan 2006 terjadi pada Bank

Negara Indonesia Tbk. sebesar 8.05% dan 8.73%, nilai terendah pada tahun 2007 terjadi pada Bank Mandiri (Persero) Tbk. Nilai terendah pada posisi solvabilitas mencerminkan kemampuan bank-bank tersebut dalam mencari sumber dana internal (modal sendiri) dengan total aktiva memiliki proporsi yang terendah.

Nilai rata-rata dari posisi solvabilitas pada sektor industri perbankan tahun 2004 yaitu sebesar 10.91%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas dibawah rata-rata sebanyak 5 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas diatas rata sebanyak 6 perusahaan. ilai rata-rata dari posisi solvabilitas pada sektor industri perbankan tahun 2005 yaitu sebesar 10.27%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas dibawah rata-rata sebanyak 4 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas diatas rata-rata sebanyak 4 perusahaan.

Nilai rata-rata dari posisi solvabilitas pada sektor industri perbankan tahun 2006 yaitu sebesar 10.11%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas dibawah rata-rata sebanyak 5 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas diatas rata sebanyak 4 perusahaan. ilai rata-rata dari posisi solvabilitas pada sektor industri perbankan tahun 2007 yaitu sebesar 11.21%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas dibawah rata-rata sebanyak 6 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas diatas rata-rata sebanyak 1 perusahaan.

b). Posisi Likuiditas

Berdasarkan perhitungan, posisi perusahaan pada sektor industri perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Posisi Likuiditas Perusahaan No

Nama Emiten Quick Ratio

2004 2005 2006 2007 1. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. 13.2 − 11.8 −

2. Bank Central Asia Tbk. 10.2 14.66 15.77 15.08

3. Bank Danamon 10.1 12.08 8.71 8.76

4. Bank Negara Indonesia Tbk. 13.15 12.66 46.43 55.36 5. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 11.9 − − −

6. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 13.66 12.49 13.98 22.13 7. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 10.85 11.41 12.19 14.03

8. Bank Niaga Tbk. 8.94 9.24 9.6 8.22

9. Bank Internasional Indonesia Tbk. 9.17 12.19 11.64 11.63

10. Bank Swadesi 11.12 14.03 − −

11. Bank Mayapada Internasional − − 8.02 −

12. Bank Pan Indonesia Tbk. 8.34 − − −

Nilai Tertinggi 13.66 14.66 46.43 55.36

Nilai Terendah 8.34 9.24 8.02 8.22

Nilai Rata-rata 10.97 12.35 15.35 19.32

Nilai Dibawah rata-rata 6 4 7 5

Nilai Diatas rata-rata 5 4 2 2

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan posisi likuiditas pada sektor industri perbankan tahun 2004 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Tbk. yaitu sebesar 13.66%. Posisi likuiditas tahun 2005 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Central Asia Tbk. yaitu sebesar 14.66%. Posisi likuiditas tahun 2006 dan tahun 2007 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Negara Indonesia Tbk. yaitu sebesar 46.43% dan 55.36%. Artinya bahwa kemampuan Bank Rakyat Indonesia Tbk., Bank Central Asia Tbk. dan Bank Negara Indonesia Tbk. dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan, dan deposito) pada saat ditagih dengan harta yang paling likuid yang dimiliki mencerminkan proporsi nilai yang tertinggi.

Posisi likuiditas pada sektor industri perbankan tahun 2004 dengan nilai terendah terjadi pada Bank Pan Indonesia Tbk. yaitu sebesar 8.34%. Posisi likuiditas tahun 2005 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Niaga Tbk. yaitu

sebesar 9.24%. Posisi likuiditas tahun 2006 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Mayapada Internasional yaitu sebesar 8.02%. Posisi likuiditas tahun 2007 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Niaga Tbk. yaitu sebesar 8.22%. Artinya bahwa kemampuan Bank Pan Indonesia Tbk., Bank Niaga Tbk. dan Bank Mayapada Internasional dalam memenuhi kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan, dan deposito) pada saat ditagih dengan harta yang paling likuid yang dimiliki mencerminkan nilai yang terendah.

Nilai rata-rata dari posisi likuiditas pada sektor industri perbankan tahun 2004 yaitu sebesar 10.97%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi likuiditas dibawah rata-rata sebanyak 4 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas diatas rata sebanyak 4 perusahaan. Nilai rata-rata dari posisi likuiditas pada sektor industri perbankan tahun 2005 yaitu sebesar 12.35%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi likuiditas dibawah rata-rata sebanyak 4 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas diatas rata-rata sebanyak 4 perusahaan.

Nilai rata-rata dari posisi likuiditas pada sektor industri perbankan tahun 2006 yaitu sebesar 15.35%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi likuiditas dibawah rata-rata sebanyak 7 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas diatas rata sebanyak 2 perusahaan. Nilai rata-rata dari posisi likuiditas pada sektor industri perbankan tahun 2007 yaitu sebesar 19.32%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi likuiditas dibawah rata-rata sebanyak 5 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai posisi solvabilitas diatas rata-rata sebanyak 2 perusahaan.

c). Return on Asset (ROA)

Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat pengembalian (ROA) perusahaan pada sektor industri perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Tingkat Pengembalian (Profitabilitas) No

Nama Emiten ROA

2004 2005 2006 2007 1. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. 0.83 − 0.15 −

2. Bank Central Asia Tbk. 2.14 2.4 2.4 2.06

3. Bank Danamon 4.1 2.3 1.62 2.37

4. Bank Negara Indonesia Tbk. 2.3 0.96 1.14 0.49 5. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 1.21 − − −

6. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 3.39 3.1 2.75 2.38 7. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2.12 0.23 0.91 1.36

8. Bank Niaga Tbk. 2.14 1.32 1.39 1.4

9. Bank Internasional Indonesia Tbk. 2.28 1.48 1.19 0.73

10. Bank Swadesi 1.37 1.27 − −

11. Bank Mayapada Internasional − − 0.98 −

12. Bank Pan Indonesia Tbk. 3.66 − − −

Nilai Tertinggi 4.1 3.1 2.75 2.38

Nilai Terendah 0.83 0.23 0.15 0.49

Nilai Rata-rata 2.32 1.63 1.39 1.54

Nilai Dibawah rata-rata 8 5 5 4

Nilai Diatas rata-rata 3 3 4 3

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.4, menunjukkan ROA pada sektor industri perbankan tahun 2004 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Danamon yaitu sebesar 4.1%. Posisi ROA tahun 2005, 2006, dan 2007 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Rakyat Indonesia Tbk. yaitu sebesar 3.1%, 2.75%, dan 2.38%. Artinya bahwa tingkat efisiensi usaha dan probabilitas yang dicapai oleh Bank Danamon dan Bank Rakyat Indonesia Tbk. mencerminkan nilai proporsi yang tertinggi.

Posisi ROA pada sektor industri perbankan tahun 2004 dan 2006 dengan nilai terendah terjadi pada Bank Bumiputera Indonesia Tbk. yaitu sebesar 0.83% dan 0.15%. Posisi ROA tahun 2005 dengan nilai terendah terjadi pada Bank Mandiri (Persero) Tbk. yaitu sebesar 0.23%. Posisi ROA tahun 2007 dengan nilai

terendah terjadi pada Bank Negara Indonesia Tbk. yaitu sebesar 0.49%. Artinya bahwa tingkat efisiensi usaha dan probabilitas yang dicapai oleh Bank Bumiputera Indonesia Tbk., Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan Bank Negara Indonesia Tbk. mencerminkan nilai proporsi yang terendah.

Nilai rata-rata dari ROA pada sektor industri perbankan tahun 2004 yaitu sebesar 2.32%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai ROA dibawah rata-rata sebanyak 8 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai ROA diatas rata-rata sebanyak 3 perusahaan. Nilai rata-rata dari ROA pada sektor industri perbankan tahun 2005 yaitu sebesar 1.63%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai ROA dibawah rata-rata sebanyak 5 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai ROA diatas rata-rata sebanyak 3 perusahaan.

Nilai rata-rata dari ROA pada sektor industri perbankan tahun 2006 yaitu sebesar 1.39%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai ROA dibawah rata-rata sebanyak 5 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai ROA diatas rata-rata sebanyak 4 perusahaan. Nilai rata-rata dari ROA pada sektor industri perbankan tahun 2007 yaitu sebesar 1.54%, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai ROA dibawah rata-rata sebanyak 4 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai ROA diatas rata-rata sebanyak 3 perusahaan.

d.) Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan (total aktiva) pada sektor industri perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Total Aktiva (dalam jutaan rupiah)

No

Nama Emiten Total Aktiva (Rp)

2004 2005 2006 2007 1. Bank Bumiputera Indonesia

Tbk. 3.802.123 5.415.143

2. Bank Central Asia Tbk. 149.168.842 150.180.752 176.798.726 218.005.008

3. Bank Danamon 58.811.765 67.803.454 82.072.687 89.409.827 4. BankNegara Indonesia Tbk. 136.481.584 147.812.206 169.415.573 183.341.611 5. Bank Nusantara Parahyangan

Tbk. 2.322.727

6. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 107.040.172 122.775.579 154.725.486 203.734.938 7. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 248.155.827 263.383.348 267.517.192 319.085.590 8. Bank Niaga Tbk. 30.798.312 41.579.861 46.544.346 54.885.576 9. Bank Internasional Indonesia

Tbk. 36.077.143 49.026.180 53.102.230 53.102.230 10. Bank Swadesi 828.734 925.671

11. BankMayapada Internasional 3.699.865

12. Bank Pan Indonesia Tbk. 23.937.439

Nilai Tertinggi 248.155.827 263.383.348 267.517.192 319.085.590 Nilai Terendah 828.734 925.671 3.699.865 53.102.230 Nilai Rata-rata 72.493.151 105.435.881 106.587.916 160.223.540

Nilai Dibawah rata-rata 7 4 5 3

Nilai Diatas rata-rata 4 4 4 4

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan tabel 4.5, menunjukkan aktiva pada sektor industri perbankan tahun 2004, 2005, 2006, dan 2007 dengan nilai tertinggi terjadi pada Bank Mandiri (Persero) Tbk. yaitu sebesar Rp. 248.155.827.000.000, Rp. 263.383.348.000.000, Rp. 267.517.192.000.000, dan Rp. 319.085.590.000.000. Artinya bahwa kemampuan Bank Mandiri untuk menaikkan modalnya atau memperoleh dana pinjaman dari pasar modal memiliki tingkat akses ke pasar modal yang tertinggi.

Posisi aktiva pada sektor industri perbankan tahun 2004 dan 2005 dengan nilai terendah terjadi pada Bank Swadesi yaitu sebesar Rp. 828.734.000.000 dan Rp. 925.671.000.000. Posisi aktiva tahun 2006 dengan nilai terendah terjadi pada Bank Mayapada Internasional yaitu sebesar Rp. 3.699.865.000.000. Posisi aktiva tahun 2007 dengan nilai terendah terjadi pada Bank Internasional Indonesia Tbk. yaitu sebesar Rp. 53.102.230.000.000. Artinya bahwa kemampuan Bank Swadesi, Bank Mayapada Internasional, dan Bank Internasional Indonesia Tbk. untuk menaikkan modalnya atau memperoleh dana pinjaman dari pasar modal memiliki tingkat akses ke pasar modal yang terendah.

Nilai rata-rata dari aktiva pada sektor industri perbankan tahun 2004 yaitu sebesar Rp. 72.493.151.000.000, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai aktiva dibawah rata-rata sebanyak 7 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai aktiva diatas rata-rata sebanyak 4 perusahaan. Nilai rata-rata dari aktiva pada sektor industri perbankan tahun 2005 yaitu sebesar Rp. 105.435.881.000.000, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai aktiva dibawah rata-rata sebanyak 4 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai aktiva diatas rata-rata sebanyak 4 perusahaan. Nilai rata-rata dari aktiva pada sektor industri perbankan tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 106.587.916.000.000, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai aktiva dibawah rata-rata sebanyak 5 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai aktiva diatas rata-rata sebanyak 4 perusahaan. Nilai rata-rata dari aktiva pada sektor industri perbankan tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 160.223.540.000.000, dengan jumlah perusahaan yang mempunyai aktiva dibawah rata-rata sebanyak 3 perusahaan dan jumlah perusahaan yang mempunyai aktiva diatas rata-rata sebanyak 4 perusahaan.

B. Analisis Statistik 1. Uji Asumsi Klasik a). Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (diolah) Gambar 4.1 : Histogram

Grafik Histogram menunjukkan bahwa variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan.

Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (diolah) Gambar 4.2 : Normal P-Plot

Gambar 4.2 pengujian normalitas data menggunakan Normal P-P Plot

terlihat titik-titik yang tersebar di sepanjang garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 4.6

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 35

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 50.28001149

Most Extreme Differences Absolute .062

Positive .062

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .368

Asymp. Sig. (2-tailed) .999

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil penelitian, 2009 (diolah)

Peneliti juga menggu nakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov untuk memperoleh uji normalitas yang lebih signifikan dalam penelitian ini. Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,999 dan lebih besar dari nilai signifikan 0,05 dengan demikian variabel residual telah berdistribusi normal.

b). Uji Heterokedastisitas

Penelitian ini menggunakan Uji Glejser untuk mendeteksi gejala heterokedastisitas. Tabel 4.7 menunjukkan nilai signifikan variabel-variabel independen lebih besar dari taraf nyata 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi gejala heterokedastisitas atau persamaan regresi tersebut memenuhi asumsi heterokedastisitas.

Tabel 4.7 Uji Glejser

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 9.301 114.036 .082 .936 Solvabilitas 4.465 3.058 .317 1.460 .155 Likuiditas -.444 .567 -.141 -.783 .440 ROA 1.799 7.437 .056 .242 .811 Aktiva -.939 8.029 -.022 -.117 .908

a. Dependent Variable: absut

Sumber : Hasil Penelitian 2009 (diolah)

c). Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linear diantara variable bebas dalam model regresi. Tabel 4.8 menunjukkan tidak ada masalah multikolinearitas dimana hasil uji VIF (Variance Inflation Factor) menunjukkan nilai kurang dari 10.

Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Solvabili tas .586 1.706 Likuidita s .851 1.175 ROA .522 1.916 Aktiva .795 1.257

a. Dependent Variable: Dividen

Sumber : Hasil Penelitian 2009 (diolah)

d). Uji Autokorelasi

Gejala autokorelasi dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW). Menurut Sulaiman (2004), untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi

maka dilakukan pengujian. Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

1) 1,65 < DW < 2,35 = tidak ada autokorelasi

2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 = tidak dapat disimpulkan. 3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 = terjadi autokorelasi

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil Durbin Watson adalah sebesar 1,936 yang artinya tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.

Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .767 a .588 .533 53.52716 1.897

a. Predictors: (Constant), Solvabilitas,Profitabilitas,ROA,Total Aktiva b. Dependent Variable: Dividen

Sumber : Hasil Penelitian, 2009 (diolah)

Dokumen terkait