• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORETIS

4. Variasi dari Segi Sarana

Variasi bahasa dari segi sarana dilihat dari sarana yang digunakan.

Berdasarkan sarana yang digunakan, ragam bahasa terdiri atas dua bagian, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Ragam bahasa lisan disampaikan secara lisan dan dibantu oleh unsur-unsur suprasegmental, sedangkan ragam bahasa tulis unsur suprasegmental tidak ada. Pengganti unsur suprasegmental dalam bahasa tulis adalah dengan menuliskan unsur tersebut dengan simbol dan tanda baca. 22

Aslinda dan Leni Syafyahya menjelaskan bahwa variasi bahasa merupakan bentuk-bentuk bagian atau variasi dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola umum bahasa induknya. Mengutip dari Hartman dan Stork, Aslinda dan Leni membedakan variasi bahasa berdasarkan latar belakang geografi penutur, medium yang digunakan, dan pokok pembicaraan. Mengutip dari Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian yang disebut dialek dan register.

22 Ibid, hlm. 20-21.

Pada proses komunikasi setiap penutur bahasa tidak pernah setia dengan satu ragam/dialek tertentu karena setiap penutur bahasa pasti mempunyai kelompok sosial dan hidup dalam tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu, dapat dipastikan memiliki dua dialek, yaitu dialek sosial dan dialek regional temporal. Contohnya, di Batak anak-anak di lingkungannya menggunakan bahasa batak tetapi, di sekolah mereka menggunakan bahasa Indonesia.

Sumarsono dan Paina Partana dalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik menjelaskan tentang variasi bahasa yang dibagi menjadi dua, yaitu :23

A. Variasi Dalam Ragam Baku

Jangan mengira, ragam baku itu monolitik. Dalam ragam baku juga selalu ada kemungkinan akan adanya variasi. Anggap saja, variasi itu adanya bentuk yang lebih dari satu.

Setidak-tidaknya ragam baku dapat kita bedakan antara baku lisan (RBL) dan baku tulis (RBT). Dapat dipahami, RBT lebih mudah didefinisikan yang tampak baku adalah [lokhika], [lokhis], [sosiolokhi], sedangkan lafal [logika], [logis],[sosiologi] dianggap kurang baku. Dalam RBT kata bank adalah baku, sementara dalam RBL yang berlaku adalah lafal seperti bang.

Kata tahun yang baku dalam RBT menjadi tidak baku dalam RBL, karena RBL hanya mengakui lafal tanpa /h/.

Kita kadang-kadang melihat, RBT maupun RBL mengakui dua bentuk yang sama-sama baku, misalnya mengecek dan mencek. Tetapi yang banyak ialah variasi dalam RBL: kata RBT merdeka [merdEka]; dalam RBL bisa

23Sumarsono dan Paina, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: SABDA dan Pustaka Pelajar,2002) hlm 31-32.

menjadi [merdeka] atau [merdeka], menolak menjadi [menolak],[menola?], [menOlak].

Memang bisa jadi RBT mempunyai variasi bentuk, tetapi RBL hanya mempunyai satu. Misalnya, RBT mempunyai struktur seratus rupiah atau Rp. 100,00 (rupiah seratus), sedangkan dalam RBL hanya yang pertama yang diakui.

B. Ragam baku dan Ragam Umum

Masyarakat umum yang awam terhadap seluk beluk bahasa jelas tidak tahu banyak tentang bahasa atau ragam baku, tidak tahu banyak kaidah ragam baku. Apalagi kalau menyangkut RBT, sementara banyak angggota masyarakat yang tidak banyak membaca, bahkan banyak yang buta huruf.

Mereka seolah-olah berjalan sendiri menurut iramanya sendiri. Kaidah mereka berbeda dengan kaidah yang ditentukan oleh yang mempunyai wewenang (otoritas) untuk menentukan mana bentuk yang baku dan mana yang tidak baku. Semua ini menyebabkan yang sudah umum dan bisa dipakai oleh masyarakat luas dapat tidak dianggap baku oleh yang mempunyai otoritas, sebaliknya yang ditentukan baku jarang digunakan oleh masyarakat. Akibatnya di dalam bahasa itu selalu hidup dua bentukan.

Misalnya bentuk-bentuk yang dibakukan ialah sistem dan analisis., tetapi yang umum dipakai ialah sistem dan analisa. Di sini kita tidak bisa meengatakan, ragam yang memakai bentuk-bentuk terakhir itu adalah dialek.

Lain halnya dengan contoh berikut. Kata mencolok, dalam arti „mudah terlihat oleh banyak orang‟, adalah baku, kata menjolok dalam arti

„mengambil sesuatu dengan jolok‟ juga baku. Tetapi kalau di sesuatu daerah, seperti di Bali, orang menggunakan kata menjolok untuk makna yang dimiliki oleh kata mencolok, jelas ia bukan baku dan bisa dianggap menjadi bagian dari BI dialek di daerah itu.

Semua itu tidak berarti, yang baku itu selalu tidak umum, dan yang umum selalu tidak baku. Masih banyak sekali, bahkan sebagian besar, bentuk-bentuk yang baku atau dibakukan itu juga diterima dan dipakai oleh masyarakat umum.

Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta menurut medium pembicaraan. 24

Sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh sama penutur bahasa tersebut. Namun, karena penutur bahasa tersebut, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia homogen, wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam atau bervariasi. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. 25

Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.26

Hortman dan Stork dalam Chaer dan Agustina membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografis dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Halliday dalam Chaer dan Agustina membedakan variasi bahasa berdasarkan (a) pemakaian yang disebut dialek, dan (b) pemakai yang disebut register. Kemudian, Chaer dan Agustina membedakan variasi bahasa menjadi empat, yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi pemakai, variasi dari segi keformalan, dan variasi dari segi sarana.

Variasi bahasa dilihat dari segi penutur terdiri dari (1) idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan yang berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya, (2) dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada dalam satu tempat, wilayah, atau area tertentu, (3) kronolek atau

24 KBBI, 2003, hlm. 920.

25 Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hlm. 61.

26 Ibid, hlm 62.

dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu, dan (4) sosiolek atau dialek sosial yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.

Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata.

Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Namun, variasi berdasarkan bidang kegiatan ini tampak pula dalam tataran morfologi dan sintaksis.

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos dalam Chaer dan Agustina membagi variasi atau ragam bahasa ini atas lima macam gaya (Style) yaitu gaya atau ragam baku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara- upacara resmi, misalnya, dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris, dan surat-surat keputusan. Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan raat atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Ragam santai atau ragam kasual yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga atau antarteman yang sudah karib.

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini, dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis atau juga ragam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf. Masyarakat bilingual atau multilingual yang memiliki dua bahasa atau lebih harus memiliki bahasa atau variasi bahasa mana yang harus digunakan dalam sebuah situasi.

Istilah ragam bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan bahwa modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai ragam atau variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuannya.27

Dengan demikian, bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama. Jika variasi itu sudah menyimpang jauh dari inti yang menjadi acuannya, itu berarti bahwa sudah bukan variasi dari acuannya, melainkan merupakan model lain yang baru sama sekali.

Pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Tidak tepat kiranya apabila komunikasi di pasar menggunakan ragam bahasa seperti yang digunakan dalam rapat dinas. Demikian pula misalnya, komunikasi atara penumpang dan abang becak berbeda komunikasi antar menteri dalam sidang kabinet. Dengan demikian, terdapat berbagai variasi pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi. Terdapat aneka ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya.

Macam-Macam Ragam Bahasa

Mengingat fungsi dan situasi yang berbeda-beda dalam setiap komunikasi antarmanusia, maka tersedia bermacam-macam ragam bahasa ; Pertama dari segi pembicara/penulis, ragam bahasa dapat dirinci berdasarkan (1) daerah, (2) pendidikan, dan (3) sikap.

1) Ragam daerah lebih dikenal dengan nama logat atau dialek. Ragam ini antara lain dapat disebut ragam bahasa dialek Jawa, dialek Bali,

27 Ibid, hlm.122.

dialek Manado, dialek Medan, dialek Banjarmasin, dialek sunda, dialek Minang, dialek jakarta, dan lain-lain. Ragam bahasa itu tercipta karena pengaruh kuat bahasa ibu sebagai pembeda masing- masing ragam dialek. Dalam situasi nonresmi nyatalah bahwa ragam bahasa ini relatif sering digunakan dalam proses komunikasi antarbudaya.

2) Ragam bahasa ditinjau dari segi pendidikan pembicara/penulis dapat dibedakan menjadi ragam cendikiawan dan ragam noncendikiawan.

Pembedaan ini didasarkan pada tingkat pendidikan formal dan nonformal pembicara/penulis.

3) Ragam bahasa ditinjau dari segi sikap pembicara/penulis bergantung kepada setiap sikap terhadap lawan komunikasi. Ragam ini dipengaruhi oleh antara lain pokok pembicaraan, tujuan dan arah pembicaraan, sikap pembicaraan, dan sebagainya. Segi-segi itulah yang membedakan ragam ini menjdi resmi dan nonresmi.28

Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci berdasarkan (1) pokok persoalan, (2) sarana, dan (3) gangguan campuran.29

1) Ragam bahasa ditinjau dari segi pokok persoalan berhubungan dengan lingkungan yang dipilih dan dikuasai, bergantung pada luasnya pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran, pengalaman, dan sebagainya. Ragam ini menyangkut masing-masing bidang , misalnya teknologi, politik, ekonomi, perdagangan, seni, olahraga, perundangan, agama, dan sebagainya. Pemilihan ragam bahasa yang menyangkut hal pemilihan kata, ungkapan khusus, dan kalimat khusus sehingga hal ini memberi kesan bahwa terdapat berbagai ragam bahasa yang berbeda satu sama lain bergantung pada pokok persoalannya.

2) Ragam bahasa ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi ragam lisan dan ragam tertulis (tulisan). Ada berbagai hal yang

28 Ibid, hlm. 127-128.

29 Ibid, hlm. 128.

membedakan bahasa lisan dengan bahasa tulisan. Unsur-unsur aksen, tinggi rendah dan panjang pendeknya suara, serta irama kalimat sulit dilambangkan dengan ejaan ke dalam tulisan. Itulah sebabnya, ragam tertulis harus selalu mengingat keutuhan dan kelengkapan fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek. Hubungan diantara fungsi-fungsi itu harus eksplisit nyata. Hal ini juga berhubungan dengan fungsi dan situasi pemakainya.

3) Ragam bahasa dalam pemakaiannya, sering terjadi gangguan percampuran unsur (kosakata misalnya) daerah maupun asing. Antara bahasa daerah bahasa Indonesia terjadi kontak aktif yang mempengaruhi perkembangan kosakata, demikian juga pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang terpengaruh karena gangguan percampuran bahasa asing terhadap bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang terpengaruh karena gangguan percampuran unsur-unsur itu mendorong pembicara/penulis untuk bersikap bijaksana dalam memilih.30

Dokumen terkait