• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI BAHASA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SISWA SMA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "VARIASI BAHASA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SISWA SMA DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Oleh :

Tasya Nanda Chinita (1113013000006)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

TASYA NANDA CHINITA. NIM: 1113013000006. Skripsi “Variasi Bahasa Penggunaan Media Sosial Instagram Siswa SMA dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Nuryani, M.A. 2020.

Skripsi ini meneliti tentang variasi bahasa penggunaan media sosial Instagram siswa SMA dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi bahasa siswa dalam menggunakan media sosial Instagram. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data dikumpulkan melalui data yang didapat dari status Instagram yang ditulis oleh siswa SMA. Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini adalah teknik observasi dan dokumentasi, lembar dokumentasi dianalisis. Instrumen dalam penelitian ini adalah meminta, mengumpulkan, serta mengamati status Instagram siswa dan dokumentasi penulisan status di media sosial Instagram dalam bentuk Screen Shoot.

Simpulan penelitian meliputi variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai dan jenis ragam akrab. Variasi bahasa penggunaan media sosial Instagram yang digunakan siswa SMA yaitu variasi bahasa dari segi keformalannya yang termasuk ke dalam jenis ragam santai atau kasual. Hal ini terlihat dari kata atau kalimat keterangan foto (caption) yang dituliskan pengguna akun dalam unggahannya. Berdasarkan persentase sebanyak 40 siswa atau 89,18% hubungan kekerabatannya yang terlihat dari unggahan pengguna akun Instagram. Hal ini terlihat dari kata atau kalimat keterangan foto (caption) yang dituliskan pengguna akun dalam unggahannya. Implikasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA yaitu siswa dapat menerapkan materi menulis karangan narasi salah satu contohnya menulis cerpen. Siswa dapat menentukan topik pembahasaan dalam cerpen yang dibuatnya, mengetahui untuk siapa cerpen itu dibuat, serta maksud dalam cerpen tersebut. Dengan demikian, pemilihan kata dapat disesuaikan dengan variasi bahasa yang digunakan berdasarkan tema dari cerpen yang akan dibuat.

Kata Kunci: Variasi Bahasa, Media Sosial, Instagram.

i

(7)

TASYA NANDA CHINITA. NIM: 1113013000006. Thesis "Language Variation in the Use of Social Media Instagram High School Students and Its Implications in Learning Indonesian Language and Literature". Indonesian Language and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Supervisor: Dr.

Nuryani, M.A. 2020

This thesis examines the language variations in the use of social media Instagram for high school students and their implications for learning Indonesian language and literature. This study aims to determine the language variations of students using Instagram social media. The method used in this research is descriptive qualitative research. Data was collected through data obtained from Instagram status written by high school students. Data collection techniques in this thesis are observation and documentation techniques, the documentation sheets are analyzed. The instruments in this study were asking, collecting, and observing students' Instagram status and documentation of status writing on Instagram social media in the form of a Screen Shoot.

The conclusions of this research include the variety of language in terms of formality which is included in the relaxed type and the familiar type. The language variations in the use of Instagram social media used by high school students are language variations in terms of formality which are included in the casual or casual types. This can be seen from the caption written by the account user in their upload. Based on the percentage of 40 students or 89.18%, the kinship relationship can be seen from the uploads of Instagram account users.

This can be seen from the caption written by the account user in their upload. The implication in learning Indonesian language and literature in high school is that students can apply narrative writing material, for example writing short stories.

Students can determine the topic of discussion in the short story they make, find out who the short story was made for, and the purpose of the short story. Thus, the choice of words can be adjusted to the variations in the language used based on the theme of the short story to be made.

Keywords: Language Variation, Social Media, Instagram.

ii

(8)

diselesaikan. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad Saw sebagai suri teladan bagi kita.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan menyelesaikan studi S1 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi Variasi Bahasa Penggunaan Media Sosial Instagram Siswa SMA dan Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini;

3. Dr. Nuryani, MA dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi sampai selesai;

4. Dona Aji Kurnia Putra, M.A. dan Dr. Elvi Susanti, M.Pd., penguji I dan II yang telah memberikan masukan dan arahan dengan penuh kesabaran selama ujian munaqasah sampai selesai;

5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selam peneliti menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

7. Murid-murid LBB Delta yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk melakukan penelitian;

8. Teristimewa untuk keluarga tercinta, kepada orang tua,Ibu Suhadah Nurindah Sari, yang tiada hentinya memanjatkan doa untuk keberhasilan putrinya, kepada adik Eiffelia Nanda Chinita yang senantiasa memberikan dukungan dan doa;

9. Teruntuk orang tercinta Sahroji, S.IP yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan setia mendampingi selama proses penyelesaian skripsi ini;

10. Sahabat terkasih Fanny Widyanti, Anisa Fadhilah, Inah Janatin, Riry Agnes Amalia , Ferara Feronica, Maulida Rahmah yang selalu setia memberikan bantuan, canda, dan tawa serta kawan seperjuangan PBSI angkatan 2013.

iii

(9)

dari Allah SWT. Amiiin.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik serta masukan yang membangun sangat peneliti harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, serta dunia pendidikan.

Tangerang, Maret 2020

Tasya Nanda Chinita

iv

(10)

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORETIS ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Teori Sosiolinguistik ... 8

2. Teori Variasi Bahasa ... 18

3. Teori Instagram ... 35

B. Penelitian yang Relevan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Metodologi Penelitian ... 40

B. Subjek Penelitian ... 41

C. Objek Penelitian ... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 41

v

(11)

B. Implikasi Hasil Analisis ... 92

BAB V PENUTUP ... 94

A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT PENULIS

vi

(12)

Gambar 1 : Logo Instagram

Gambar 2 : Halaman Awal Instagram Gambar 3 : Feed Instagram

vii

(13)

Lampiran 1 : Lembar Pengesahan Skripsi

Lampiran 2 : Lembar Uji Referensi

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 3 : Gambar Caption Status Instagram Siswa

Lampiran 4 : Surat Bimbingan Skripsi

viii

(14)

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan peserta didik di dalam kelas. Pada saat pembelajaran di kelas interaksi tercipta sebagai suatu upaya menyampaikan materi pembelajaran serta mengemukakan ide, gagasan atau pemikiran yang ingin disampaikan guru atau peserta. Variasi yang diguanakan biasanya variasi bahasa formal dan sesekali terselip variasi bahasa non formal tergantung konteks untuk mencairkan suasana kelas pada saat pembelajaran.

Pada kurikulum 2013 peserta didik ditekankan untuk dapat memecahkan suatu masalah (Problem Solving) dalam memahami suatu materi pembelajaran.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia salah satu aspeknya adalah menulis dimana peserta didik mengungkapkan perasaan, gagasan, ide, dan pemikiran tentang sesuatu. Sampai saat ini belum semua peserta didik mampu mengungkapkan perasaan, gagasan, ide, dan pemikiran mereka dengan bahasa yang baik. Masih terdapat beberapa keragaman bahasa yang digunakan dalam menulis.

Bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dari mahluk-makhluk yang lain. Bahasa menjadi alat untuk manusia dalam berkomunikasi menyampaikan ide, gagasan, pendapat, rasa atau perasaan apapun yang manusia ingin sampaikan secara verbal kepada orang lain.

Bahasa juga merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia yang memiliki banyak suku dari berbagai pulau.

Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan interaksi.

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antarindividu melalui sistem simbol, tanda, atau tingkah laku.1

1 Abdul Chaer dan Leoni Agustina, (Sosiolinguistik:Perkenalan Awal, Jakarta:PT. Rineka Cipta,2010) hlm. 17.

1

(15)

Adanya keragaman bahasa yang digunakan biasanya terjadi tergantung pada konteks pembicaraan atau topik yang sedang dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses komunikasi, apalagi pada masyarakat bilingual atau multilingual, setiap penutur pasti mengadakan pergantian bahasa atau ragam bahasa. Setiap penutur tentu tidak akan hanya setia menggunakan satu bahasa saja. Sesekali juga melakukan peralihan bahasa dari ragam atau variasi bahasa lain seperti bahasa dalam ragam santai yang terjalin antara sesama usia atau teman sejawat.

Ilmu yang mempelajari hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut ilmu linguistik. Linguistik inilah yang mengkaji unsur-unsur bahasa serta hubungan- hubungan unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat perhubungan antarmanusia.2 Kajian sosiolinguistik cenderung berfokus pada variasi bahasa yang muncul di masyarakat yang biasanya dapat ditelusuri karena keberadaan berbagai stratifikasi sosial dalam masyarakat.3 Pada proses berkomunikasi dalam masyarakat sering terjadinya proses perubahan bahasa yang digunakan dengan bahasa yang pada umumnya dalam masyarakat. Penggunaan bahasa mempunyai peranan yang juga mempengaruhi adanya variasi bahasa atau ragam bahasa yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi di zaman modern seperti saat ini, berinteraksi bukan hanya dengan cara bertatap muka saja tetapi juga dapat melalui media sosial seperti instagram, facebook, dan twitter. Dengan belajar Bahasa Indonesia, siswa akan lebih mudah untuk berinteraksi dengan orang lain.

Komunikasi dapat dibedakan menjadi non-verbal dan verbal.

Komunikasi non-verbal berlangsung tanpa suara, misalnya gerakan tangan, pluit, tanda-tanda, kedipan lampu, dan sebagainya. Sedangkan komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya baik lisan maupun tulisan. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan bahasa dalam media sosial elektronik.

2 PWJ, Nababan, Sosiolinguistik:Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,1993) hlm. 1.

3 Kushartanti, Pesona Bahasa, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2009) hlm. 230.

(16)

Berdasarkan perkembangannya di era modern media sosial menjadi cara untuk dapat berkomunikasi dengan seseorang yang jaraknya jauh tanpa harus bertatap muka. Media sosial dapat digunakan untuk berinteraksi dengan semua orang yang ada di dunia ini. Selain itu juga menjadi sebuah media untuk seseorang dapat mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakannya. Bahkan mengeksplor kegiatan sehari-hari juga dapat dilakukan melalui media sosial.

Instagram merupakan salah satu media sosial yang populer di era ini.

Media sosial sendiri adalah “sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif”.4

Gambar 1.1 Logo Instagram

Penggunaan instagram dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja melalui gawai atau pun laptop pada situs instagram web. Secara mudah para pengguna instagram dapat membagikan kegiatan-kegiatan keseharian mereka yang mereka unduh di feeds masing-masing akun. Fitur-fitur yang terdapat di instagram anatara lain status yang disertai foto atau video yang dapat mereka bagikan, instastory, snapchat atau snapgram, serta siaran langsung (Live).

4 Wikipedia, Media Sosial, 2018, (https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial) diunduh pada 13 Maret 2018 pukul 13.00 WIB.

(17)

Semua fitur itu mereka gunakan sebagai mendukung kegiatan mereka dalam mengekspresikan perasaan yang ingin mereka bagikan. Instagram menjadi semakin menarik karena pengguna dapat dengan mudah mem-follow idola mereka dan mengetahui kegiatan apa saja yang di posting oleh idola mereka sehingga mereka semakin dekat dengan idola mereka masing-masing.

Gambar 1.2 Halaman Awal Instagram

Waktu yang dihabiskan oleh pengguna instagram saat ini sebagian besar adalah untuk bermain media sosial dibandingkan untuk belajar dan berkumpul bersama keluarga. Sedangkan untuk alasan mereka menggemari media sosial adalah untuk mendapat perhatian, meminta pendapat, dan menumbuhkan citra mereka. Layaknya sebuah buku harian, instagram seolah-olah disulap menjadi catatan hidup pengguna yang menjadi saksi sejarah hal-hal yang mereka lalui dalam kehidupan mereka. Tidak sedikit orang yang mengabadikan momen- momen penting dalam hidupnya yang kemudian merekan simpan dalam instagram mereka yang nantinya akan mereka bisa ingat pada masa depan.

Banyak dari mereka yang menjadikan media sosial Instagram sebagai tempat membagi kegiatan, kesenangan hingga keluh kesah. Tapi berbeda dengan diari yang bersifat tertutup dan hanya bisa dilihat oleh pemiliknya, berbagi di Instagram maupun media sosial lainnya bersifat terbuka dan dapat dilihat oleh

(18)

jutaan pasang mata dari seluruh dunia. Tidak ada batas-batas maupun privasi di dalamnya, apapun yang kita bagikan akan dapat dilihat oleh orang lain, begitu pula sebaliknya apapun yang dibagikan oleh orang lain dapat kita lihat. Namun, saat ini para pengguna instagram bisa mengunci akun mereka dengan privasi akun agar tidak sembarang orang dapat melihat feed mereka dan hanya orang- orang yang mereka follback yang dapat melihat akun mereka.

Gambar 1.3 Feed Instagram

Penulisan di media sosial instagram tidak terkait dengan aturan penggunaan bebas menuliskan apapun yang ingin mereka tuliskan pada status akun mereka masing-masing. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah penulisan status mereka di media sosial tidak mengandung unsur sara dan dapat memecahkan persatuan bangsa Indonesia. Atas dasar itulah pengguna akun instagram dapat menuliskan apa saja yang ingin mereka sampaikan di akun instagram mereka dengan begitu perasaan, gagasan, ide, dan pemikiran tentang suatu hal. Oleh sebab itu, maka variasi bahasa yang digunakan dalam instagram pun beragam.

Penggunaan bahasa yang beragam ditulis sebagai keterangan yang menjelaskan foto atau video yang diunggah menjadi daya tarik untuk pengguna

(19)

lain yang membacanya. Status yang mereka tuliskan sebagai ungkapan atau mungkin hanya cuitan yang ingin mereka tuliskan saja. Dengan demikian peneliti tertarik untuk meneliti ragam atau variasi bahasa yang terdapat dalam unggahan foto atau video di Instagram.

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti jelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul “Variasi Bahasa Penggunaan Media Sosial Instagram Siswa SMA Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditemukan beberapa faktor yang terjadi menimbulkan terjadinya variasi bahasa antara lain sebagai berikut :

1. Penggunaan bahasa yang digunakan siswa dalam media sosial instagram merupakan ungkapan dari keseharian yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

2. Siswa yang heterogen yang kemudian menyebabkan timbulnya variasi bahasa yang digunakan dalam media sosial instagram.

3. Interaksi yang digunakan dalam proses tuturan di media sosial instagram disesuaikan dengan konteks dan topik pembicaraan sehingga timbulnya penggunaan bahasa tidak baku atau ragam santai yang terjadi dalam proses berkomunikasi di media sosial instagram.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi masalah hanya pada masalah “Variasi bahasa penggunaan media sosial instagram siswa SMA dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia“.

D. Rumusan Masalah

Pertanyaan yang akan muncul dengan adanya penelitian ini yaitu bagaimana variasi bahasa penggunaan media sosial instagram siswa SMA dan implikasinya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia?

(20)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui variasi bahasa siswa dalam menggunakan media sosial instagram . Dari penelitian yang dilakukan, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Peneliti sebagai bahan pembelajaran secara nyata yang dapat menambah pengetahuan dan membandingkan teori-teori yang telah dipelajari menjadi sebuah pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pihak lain yang memerlukan bahan reverensi sehingga dapat menambah pengetahuan khususnya yang berkenaan dengan variasi bahasa dalam media sosial instagram.

Sedangkan secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :

1. Mahasiswa, untuk dapat menambah wawasan dan menjadikan penelitian ini sebagai bahan pembelajaran, juga dapat dijadikan reverensi bahan penelitian.

2. Guru, untuk menjadi bahan reverensi dalam melakukan pembelajaran yang dapat diaplikasikan kepada siswa di kelas.

(21)

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. LANDASAN TEORI 1. Teori Sosiolinguistik

Ada beberapa pendapat para ahli yang mendefinisikan pengerian dari sosiolinguistik. Menurut Nababan, bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Ilmu yang mempelajari hakekat dan ciri-ciri bahasa ini disebut ilmu linguistik.

Linguistiklah yang mengkaji unsur-unsur bahasa serta hubungan-hubungan unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat perhubungan antarmanusia.

Istilah sosiolinguistik jelas terdiri dari dua unsur: sosio- dan linguistik.

Kita mengetahui arti linguistik, yaitu ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khususnya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata, kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu (struktur), termasuk hakekat dan pembentukan unsur-unsur itu. Unsur sosio- adalah seakar dengan sosial, yaitu yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat, dan fungsi- fungsi kemasyarakatan. Jadi, sosiolinguistik ialah studi atau pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat.

Boleh juga dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari atau membahas aspek- aspek kemasyarakatan atau bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial). Sosiolinguistik itu sebagai suatu studi antardisiplin, sebagai mana yang digambarkan oleh unsur-unsur istilah sosio- dan linguistik.

Masalah utama yang dibahas oleh, atau dikaji dalam, sosiolinguistik ialah:

1. Mengkaji dalam konteks sosial dan kebudayaan;

2. Menghubungkan faktor-faktor kebahasaan, ciri-ciri, dan ragam bahasa dengan situasi serta faktor-faktor sosial dan budaya;

3. Mengkaji fungsi-fungsi sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.5

5PWJ, Nababan, Sosiolinguistik:Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,1993) hlm. 1-3.

8

(22)

Adapun masalah atau topik-topik dalam sosiolinguistik tersebut dibicarakan oleh Nababan, yaitu :

1) Bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa, 2) Repertoire bahasa,

3) Masyarakat bahasa,

4) Kedwibahasaan dan kegandaan,

5) Fungsi masyarakat bahasa dan profil sosiolinguistik, 6) Penggunaan bahasa/etnografi berbahasa,

7) Sikap bahasa, 8) Perencanaan bahasa,

9) Interaksi sosiolinguistik, serta 10) Bahasa dan kebudayaan.

Sosiolinguistik timbul dalam tahun 1960-an setelah semakin terasa bahwa pandangan linguistik mengenai bahasa, walaupun esensial sebagai dasar pembicaraan atau pengkajian bahasa, adalah terlalu sempit untuk menerangkan tindak laku berbahasa manusia.6

Sosiolinguistik mempunyai relevansi pada pengajaran bahasa oleh karena itu: (a) bahasa memang dipakai dalam masyarakat; (b) bahasa seharusnya diajarkan dalam konteks atau latar belakang kemasyarakatan; dan (c) tujuan pengajaran bahasa bersumber pada keperluan masyarakat dan pengggunaan bahasa di masyarakat.

Dengan begitu sumbangan sosiolinguistik kepada pengajaran bahasa ialah:

(a) penekanan kebermaknaan bahasa dalam pengajaran bahasa; (b) pengertian yang lebih mendalam tentang ragam bahasa; (c) tujuan pengajaran bahasa yang bersumber pada penggunaan bahasa dalam masyarakat; dan (d) bentuk-bentuk bahasa yang diajarkan disesuaikan dengan bentuk-bentuk bahasa yang terdapat (=yang berfungsi) dalam masyarakat.

Nababan memaparkan bahwa sosiolinguistik terdiri dari dua unsur yaitu sosio dan linguistik. Sosio atau sosial dapat diartikan hubungan dengan masyarakat, fungsi kemasyarakatan, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan

6 Ibid, hlm. 3.

(23)

kemasyarakatan. Sedangkan linguistik dapat berarti ilmu yang mempelajari atau membicarakan tentang bahasa, termasuk unsur dan hakekat pembentukannya.

Dari dua kata tersebut disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan ilmu yang memoelajari atau membahas tentang aspek-aspek bahasa masyarakat, yang didalamnya mengkaji perbedaan-perbedaan variasi yang terdapat dalam bahasa itu sesuai dengan faktor atau penyebab bahasa itu ada di masyarakat.

Topik atau bahasan yang terdapat dalam sosiolinguistik dituliskan Nababan berkaitan dengan bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa; repertoar bahasa;

masyarakat bahasa; kedwibahasaan; fungsi kemasyraakatan bahasa; pengguna bahasa; sikap bahasa; perencanaan bahasa; interaksi sosiolinguistik;serta bahasa dan kebudayaan.

Menurut Aslinda dan Leni dalam bukunya yang berjudul Pengantar Sosiolinguistik. Kata sosiolinguistik merupakan gabungan dari kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusiaa dalam masyarakat dan mengenai lembaga-lembaga serta proses sosial yang ada di dalam masyarakat linguistik adalah ilmu bahasa atau bidang yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa di dalam masyarakat.

Appel mengatakan, sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi kongkret. Dengan demikian, dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat secara internal, tetapi dilihat sebagai sarana interaksi/komunikasi di dalam masyarakat.

Dalam konferensi sosiolinguistik pertama di Universitas of California, dirumuskan tujuh masalah yang dibicarakan dalam sosiolinguistik. Ketujuh masalah tersebut adalah:7

a. Identitas sosial penutur;

b. Identitas sosial dari pendengar yang terlibat;

7 Aslinda dan Leni, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung:PT. Refika Aditama,2007) hlm. 6-7.

(24)

c. Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur;

d. Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial;

e. Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap perilaku bentuk-bentuk ujaran;

f. Tingkatan variasi dan ragam linguistik; serta g. Penerapan praktis dari penelitian sosiolinguistik.

Adapun masalah atau topik-topik dalam sosiolinguistik tersebut dibicarakan oleh Nababan, yaitu :

1) Bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa, 2) Repertoire bahasa,

3) Masyarakat bahasa,

4) Kedwibahasaan dan kegandaan,

5) Fungsi masyarakat bahasa dan profil sosiolinguistik, 6) Penggunaan bahasa/etnografi berbahasa,

7) Sikap bahasa, 8) Perencanaan bahasa,

9) Interaksi sosiolinguistik, serta 10) Bahasa dan kebudayaan.8

Dalam bukunya Aslinda dan Leni Syafyahya memaparkan sosiolinguistik merupakan gabungan dari kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi mengkaji objek ilmiah mengenai manusia dalam masyarakat. Sedangkan linguistik merupakan ilmu bahasa yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik merupakan bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam masyarakat.

Aslinda dan Leni Syafyahya menjelaskan di dalam masyarakat seseorang dipandang secara sosial. Oleh karena itu, bahasa dan pemakaiannya tidak diamati jelas secara individu tetapi dihubungkan dengan kegiatannya di dalam masyarakat atau dipandang secara sosial. Dipandang secara sosial, bahasa dan pemakaiannya dipengaruhi faktor linguistik dan faktor nonlinguistik. Faktor linguistik mempengaruhi bahasa dan pemakaiannya terdiri atas fonoligi,

8 Ibid,hlm.7.

(25)

morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan faktor nonlinguistik mempengaruhi bahasa dan pemakaiannya terdiri atas stasus sosial, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, dan lainnya. Sedangkan faktor situasional yang mempengaruhi bahasa dan pemakaiannya terdiri atas siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, di mana, dan masalah apa.

Sumarsono dan Paina Partana dalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik menjelaskan bahwa ditinjau dari nama, sosiolinguistik (dalam buku di singkat SL) menyangkut sosiologi dan linguistik, karena itu sosiolingustik mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio- adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kodisi kemasyarakat (dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi).

Halliday dalam Sumarsono menyebut sosiolinguistik sebagai linguistik institusional (institutional linguistics), berkaitan dengan pertautan bahasa dengan orang-orang yang memakai bahasa itu (deals with the relation between a language and tho use it).

Pride dan Holmes dalam Sumarsono merumuskan sosiolinguistik secara sederhana : ...the study of language as part of culture and society”, yaitu kajian bahasa sebagai bagian dari kebudayaan dan masyarakat (language in culture), bahasa bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri (language and cullture).

Pada tahun yang sama, Fishman, tokoh penting sosiolingistik “merevisi”

istilah sosiolinguistik menjadi sosiologi bahasa (sociology of language) dengan definisi sebagai berikut:9

“ The sociology of laguage focusses upon the entire gamut of topics related to the social organization of language behavior, including not only language usage per se, but also language attitudes, overt behavior toward language and language users.”

Sosiologi menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaian bahasa saja, melaikan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakai bahasa.

Batasan semacam ini ingin menarik sosiolinguistik ke bidang sosiologi daripada

9 Sumarsono dan Paina, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: SABDA dan Pustaka Pelajar,2002) hlm 2.

(26)

ke linguistik. Dalam kajian sosiolinguistik memang ada kemungkinan orang memulai dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa, tetapi bisa pula berlaku sebaliknya: memulai dari bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.

Sikap seperti ini tampak pada Dell Hymes ketika dia berkata :

“Sociolinguistics could be taken to refer to use of linguistic data and analysis in other discipline concerned with social life and conversely, to use of social data and analysis in linguistics”.

Sosiolinguistik dapat mengacu kepada pemakaian data kebahasaan dan menganalisis ke dalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial dan sebaliknya, mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam linguistik. Rumusan di atas dikonkretkan oleh Fosold penulis dua buku, yaitu The Sociolinguistics of Society dan The Sociolinguistics of Language .

Rumusan sederhana mirip dengan rumusan Pride dan Holmes adalah batasan yang dikemukakan oleh Trudgill :”Sociolinguistics...is that part of linguistics which is concerned with language as a social and cultural phenomenon”. (Sosiolinguistik adalah bagian dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan gejala kebudayaan).

Kushartanti dalam bukunya yang berjudul “Pesona Bahasa” menjelaskan bahwa variasi bahasa tergolong atas :

1. Variasi bahasa menurut pemakainya, keberadaan yang terjadi karena faktor kedaerahan, dalam hal ini perbedaan daerah pemakainya. Selain karena faktor daerah, perbedaan dalam sebuah bahasa dapat juga terjadi karena faktor lain, seperti latar belakang pendidikan pemakainya, pekerjaannya, atau karena faktor derajat kesenian situasinya.

2. Variasi bahasa menurut pemakaiannya, suatu bahasa dipakai oleh masyarakat penuturnya untuk keperluan komunikasi sesuai dengan keadaan atau keperluan yang mereka hadapi. Peristiwa komunikasi meliputi tiga hal medan (field), suasana (tenor), dan cara(mode).

3. Variasi bahasa dalam pemakaian bahasa, yakni bahasa yang digunakan dan diperlihatkan ciri keakraban atau keintimannya.

(27)

4. Variasi bahasa dalam masyarakat multibahasa meliputi bahasa baku, vernacular, lingua franca, pijin, dan kreol.10

Kushartanti menggolongkan variasi bahasa atas variasi bahasa menurut pemakainya, variasi bahasa menurut pemakaiannya, variasi bahasa dalam pemakaian bahasa, dan variasi bahasa dalam masyarakat.

Pengaitan antara gejala bahasa dan kebudayaan juga terlihat pada batasan yang diberikan oleh Criper dan Widowson:11

“Sociolinguistics is the study of language in operations; its purpose is to show how the conventions of language use relate to other aspects of culture”.

Sosiolinguistik merupakan kajian bahasa dalam pemakaian (in operation).

Tujuannya untuk menunjukkan kesepakatan-kesepakatan atau kaidah-kaidah penggunaan bahasa (yang disepakati oleh masyarakat), dikaitkan dengan aspek- aspek kebudayaan dalam masyarakat itu.

Batasan Hymes di atas mendapat dukungan dari Hudson, yang mengatakan sosiolinguistik itu merupakan “the study of language in relation to society”

(kajian tentang bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat), dan pada kesempatan lain ia mengatakan (dengan nada mendukung Fishman) sosiologi bahasa merupakan kajian mengenai masyarakat dalam hubungannya dengan bahasa.

Di Indonesia, Nababan senada dengan Halliday dalam pertanyaan

“Sosiolinguistik adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat”. Apapun warna batasan di atas, sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat.

Ilmu sosio-linguistik mengajarkan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan maksud, pikiran, atau perasaan. Ini sejalan dengan apa yang disebut “interpretsi psikodinamis mengenai belajar bahasa”

yang menganggap bahasa sebagai tingkah laku antar manusia yang bertujuan

10 Kushartanti, Pesona Bahasa, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2009) hlm. 60-63.

11 Ibid, hlm.3-4.

(28)

dan yang melibatkan penggunaan gerak tubuh (kinestetika) dan prosodi (para language). 12

Sosiolingustik dapat didefinisikan sebagai kajian tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat. Sosiolinguistik bersifat sebagian empiris dan sebagian teoritis, yaitu sebagiannya merupakan masalah kegiatan mencari dan mengumpulkan fakta dan sebagiannya lagi merupakan masalah kegiatan berpikir. Sosiolinguistik sebagai „kajian bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat‟ yang secara sengaja menunjukan bahwa sosiolinguistik merupakan bagian dari kajian bahasa. Jadi nilai sosiolinguistik terletak pada penjelasan yang diberikannya terhadap hakikat bahasa pada umumnya atau pada ciri-ciri suatu bahasa tertentu. 13

Downes dalam Basuki Suhardi merumuskan bahwa “Sociolinguistics is that brach of linguistics which studies just those properties of language and languages which require reference to social, including contextual, factors in their explanation” (Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang mengkaji hanya bagian bahasa yang penjelasannya memerlukan acuan faktor-faktor sosial, termasuk faktor-faktor kontekstual). 14

Hudson memberikan batasan sosiolinguistik sebagai,”... the study of language in relation to society” (kajian tentang bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat).

Trudgill menyimpulkan, “Sociolinguistics, then, is that part of linguistics which is concerned with language as a social and cultural phenomenon. It investigates the field of language and society and has close connections with the social sciences, especially social psychology, anthropology, human geography, and sociology” (Jadi, sosiolinguistik adalah bagian dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan budaya. Sosiolinguistik menyelidiki bidang bahasa dan masyarakat. Sosiolinguistik erat berhubungan

12 Soedjono, Perkembangan Linguistik di Indonesia, (Jakarta: Arcan, 1985), hlm. 17.

13 Rochayah dan Misbach Djamil, Sosiolinguistik, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1995) hlm. 1-2.

14 Basuki Suhardi, Pedoman Penelitian Sosiolinguistik, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2009) hlm 7.

(29)

dengan ilmu-ilmu sosial, khususnya psikologi sosial, antropologi, geografi manusia, dan sosiologi).

Istilah sociolinguistics pertama kali dipakai oleh Haver C. Currie pada tahun 1952. Ternyata anggapan ini terpaksa harus ditinggalkan karena istilah sociolinguistics sudah dipakai oleh Thomas C. Hodson pada tahun 1939 dalam tulisannya, “ Sociolinguistics in India” dalam majalah Man in India,19:94). 15

Sementara itu, Fishman merumuskan bahwa sosiolinguistik berusaha menemukan bukan hanya norma-norma atau kaidah-kaidah kemasyarakatan yang dapat dijelaskan dan menjadi kendala bagi perilaku terhadap perilaku bahasa dalam masyarakat bahasa, melainkan juga berusaha menentukan nilai simbolis dari ragam bahasa bagi para pemakainya.

Dalam tulisannya yang lain Fishman, seorang penganjur pemakaian bahasa istilah sosiologi bahasa, membedakan sosiologi bahas menjadi sosiologi bahasa deskriptif dan sosiologi bahasa dinamis. Sosiologi bahasa deskriptip mencoba mengungkapkan norma-norma pemakain bahasa bagi masyarakat dan jaringan-jaringan masyarakat tertentu. Sosiologi bahasa dinamis berusaha menjelaskan mengapa dan bagaimana organisasi pemakaian bahasa dan perilaku terhadap bahasa secara selektif dapat berbeda di dalam jaringan-jaringan sosial atau masyarakat yang ada pada dua kejadian yang berbeda. Sosiologi bahasa dinamis juga berusaha menjelaskan mengapa jaringan-jaringan masyarakat atau sosial yang dulunya mirip atau serupa dalam hal pemakaian bahasa dan perilakunya terhadap bahasa sekarang dapat menjadi sangat berbeda.

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan sangat erat.

Sosiolinguistik itu adalah kajian objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka

15 Ibid, hlm. 9.

(30)

bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing-masing di dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.

Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa. Pengkajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan...disebut sosiolinguistik.

Sociolinguistics is the study of the charactheristics of language varieties, the charactheristics of their functions, and the charactheristics of their speakers as these three constantly interact, change and change one another within a speech community.

The scope of enquiry

“ Sociolinguistic is the field that studies the relation between language and society, between the uses of language and the social structures in which the users of language live. It is a field of study that assumes that human society in made up of many related patterns and behaviours, some of which are linguistic.”

Sosiolinguistik mempelajari hubungan antara bahasa dan sosial masyarakat, antara bahasa dan struktur sosial dalam perkembangan bahasa.

Studi ini berasumsi bahwa masyarakat sosial terdiri dari banyak hubungan yang membentuk pola dan tingkah laku, beberapa diantaranya linguistik. 16

“One of the principal uses of language is to communicate meaning, but it is also used to establish and to maintain social relationships. Watch a mother with a young child. Most of their talk is devoted to nurturing the social bond between them. Listen to two friends talking. Much of their conversation functions to express and refine their mutual cpmpact of companionship. When you meet strangers, the way they talk informs you about their social and

16 Oxford University Perss, 1998,hlm. 3.

(31)

geographical backgrounds, and the way you talk sends subtle or blatant signals about what you think of them. It is these aspects of language use that sociolinguistic study.”

Salah satu dari tujuan pengunaan bahasa adalah untuk komunikasi, tapi bahasa juga bertujuan untuk menjalin dan mempertahankan hubungan sosial.

Contohnya melihat hubungan antara ibu dengan anak. Mereka berbicara bertujuan untuk mendidik ikatan sosial antara mereka. Mendengarkan dua orang teman berbicara. Percakapan mereka berfungsi untuk mengekspresikan dan menjalin hubungan timbal balik untuk persahabatan mereka. Ketika kamu bertemu dengan orang lain, cara mereka berkomunikasi kepada kita tentang kehidupan sosial dan latar belakang sosial tempat mereka berasal, dan cara kamu berbicara mengirimkan sinyal secara langsung atau pun tidak langsung menggambarkan pendapat kamu tentang mereka. Aspek dari penggunaan itulah yang dibahas dalam studi sosiolinguistik.

2. Teori Variasi Bahasa

Kita menganggap bahwa hasil pekerjaan yang dibuat oleh alat elektronika seperti spektograf itu “tidak berbeda” dari satu waktu ke waktu yang lain, dengan kata lain, bahwa gambaran dari suatu bunyi yang dihasilkan berturut-turut oleh alat itu adalah sama.

Jika kita bandingkan dengan lafal bunyi /a/ atau perkataan/tuliskan/

dalam oercakapan dua orang yang berlainan, kita akan lebih jelas melihat perbedaan-perbedaannya. Apalagi kalau kedua orang yang lafalnya atau bahasanya kita bandingkan itu datang atau berasal dari (a) daerah yang berlainan, (b) kelompok atau keadaan sosial yang berbeda, (c) situasi berbahasa dan tingkat formalitas yang berlainan, atau pun (d) tahun atau za man yang berlainan, maka akan lebih terah dan nyata perbedaannya. Contoh lain, yang disebut “kates” di suatu daerah dinamakan “pepaya” di daerah lain.17

Perbedaan-perbedaan bahasa yang kita sebut di atas menghasilkan ragam-ragam bahasa yang disebut dengan istilah-istilah yang berlainan. Ragam

17PWJ, Nababan, Sosiolinguistik:Suatu Pengantar, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,1993) hlm. 13-14.

(32)

bahasa yang sehubungan dengan daerah atau lokasi geografis disebut dialek.

Ragam bahasa yang sehubungan dengan kelompok sosial disebut sosiolek, ragam bahasa yang sehubungan dengan situasi berbahasa/atau tingkat formalitas disebut fungsiolek, dan ragam bahasa yang dihasilkan oleh perubahan bahasa sehubungan dengan perkembangan waktu yang disebut bahasa yang lain-lain, atau kalau perbedaan itu masih dapat dianggap perbedaan ragam dala satu bahasa, kita dapat sebut ragam itu secara analog kronolek.

Kajian Variasi Dalam Linguistik Umum

Nababan dalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik : suatu pengantar , membagi variasi dalam bahasa atas dua macam berdasarkan sumber perbedaan itu, yaitu (1) variasi internal (atau variasi sistemik) dan (2) variasi eksternal (atau variasi ekstrasistemik). Variasi yang berhubungan dengan faktor-faktor di luar sistem bahasa itu sendiri kita sebut sini variasi eksternal. Keempat macam variasi yang kita sebut diatas, yaitu yang sehubungan daerah asal penutur, kelompok sosisal, situasi berbahasa, dan zaman penggunaan bahasa itu, adalah termasuk variasi eksternal, sebab faktor-faktor “penyebab” atau korelatif itu adalah di luar sistem bahasa itu sendiri. Dalam analisis linguistik umum dalam tahun 1940 dan 1950-an, perbedaan-perbedaan seperti ini sering disebut “variasi bebas” (free variation).

Variasi bahasa yang “disebabkan” atau sehubungan dengan faktor-faktor bahasa itu sendiri, khususnya unsur-unsur mendahului dan/atau mengikuti unsur yang diperhatikan (=yang berbeda) itu, kita sebut di sini variasi internal. Jadi, faktor-faktor yang sehubungan dengan perbedaan-perbedaan ini ialah keliling bahasa (linguistic environment) dari unsur itu.18 Oleh karena letak sesuatu unsur dalam suatu retakan unsur-unsur disebut “distribusi”, maka faktor korelatif seperti ini dapat kita sebut juga “faktor distribusi”. Umpamanya dalam bahasa Inggris /p/ jika didahului oleh bunyi /s/, umpamanya dalam kata Speak, tidak diucapkan dengan hembusan nafas yang kuat (aspirasi), sedangkan /p/ dalam kata peak dilafalkan aspirasi.

18 Ibid, hlm 14

(33)

Variasi-variasi internal ini dapat kita anggap lebih hakiki, atau lebih dalam, lebih mendasar; oleh karena itu juga dapat disebut variasi sistemik, artinya variasi yang merupakan ciri “alamiah” (natural) dari sistem bahasa itu.

Dalam buku Nababan ini memaparkan berkaitan dengan variasi bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan linguistik historis/diakronik yang memusatkan perhatihannya pada perbedaan variasi bahasa berdasarkan sejarah sehingga membentuk istilah silsilah bahasa. Kemudian Nababan membaginya dalam dua macam yaitu variasi bahasa internal atau sistemik dan variasi bahasa eksternal atau ekstrasistemik.

Variasi bahasa internal itu lebih dianggap hakiki atau mendalam serta mendasar sesuai dengan sistem bahasa itu sendiri. Contohnya dalam bahasa Inggris /p/ jika didahului oleh bunyi /s/, umpamanya dalam kata Speak, tidak diucapkan dengan hembusan nafas yang kuat (aspirasi), sedangkan /p/ dalam kata peak dilafalkan aspirasi. Sedangkan variasi bahasa eksternal itu di luar dari sistem bahasa itu sendiri. Variasi bahasa eksternal berkaitan dengan perbedaan- perbedaan faktor penyebab yang ada di luar sistem bahasa itu sendiri seperti faktor asal daerah penutur, kelompok sosial, situasi berbahasa, dan zaman penggunaan bahasa itu sendiri. Contohnya yang disebut “kates” di suatu daerah dinamakan “pepaya” di daerah lain.

Aslinda dan Leni Syafyahya menjelaskan dalam bukunya variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memilki pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya membedakan variasi bahasa berdasarkan kriteria, (a) latar belakang geografis dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian yang disebut dialek dan pemakai yang disebut register. Rumusan yang hampir sama dinyatakan oleh Alwasilah meskipun para penutur memakai bentuk-bentuk yang berbeda, tetapi bentuk-bentuk itu merupakan satu bahasa yang sama, misalnya idiolek, dialek sosiolek, dan register/style.19

19 Aslinda dan Leni, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung:PT. Refika Aditama,2007) hlm.17.

(34)

Dalam komunikasi yang sebenarnya, setiap penutur bahasa tidak pernah setia pada satu ragam/dialek tertentu saja. Karena setiap penutup pasti mempunyai kelompok sosial dan hidup dalam tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu, dapat dipastikan setiap penutur memiliki dua dialek, yaitu dialek sosial dan dialek regional temporal. Contohnya, di Minangkabau anak-anak di ranah Minang menggunakan bahasa Minang, tetapi di sekolah menggunakan bahasa Indonesia.

Chaer dan Agustina membedakan variasi-variasi bahasa, antara lain:20 1. Variasi Bahasa dari Segi Penutur

Variasi dari segi penutur adalah variasi yang bersifat individu dan variasi bahasa dari sekelompok individu yang jumlahnya relatif berbeda pada satu tempat wilayah atau area. Variasi bahasa yang bersifat individu disebut dengan idiolek, sedangkan variasi bahasa dari sekelompok individu disebut dialek.

Menurut konsep, dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok individu yang merupakan anggota masyarakat dari suatu daerah tertentu atau kelas sosial tertentu. Dialek berdasarkan wilayah disebut dengan dialek geografis, sedangkan dialek berdasarkan kelas sosila disebut dialek sosial (sosiolek). Dengan kata lain, perbedaan daerah dan sosial ekonomi penutur dapat menyebabkan adanya variasi bahasa. Labov membedakan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat golongan, status, dan kelas sosial penuturnya atas: akrolek, basilek, vulgar, slang,kolokial, jargon, argon, dan ken.

2. Variasi Bahasa dari Segi Penggunaan

Variasi bahasa dari segi penggunaannya oleh Nababan disebut dengan variasi bahasa berkenaan dengan fungsinya/fungsiolek, ragam, atau register.

Variasi bahasa dari segi penggunaan berhubungan dengan bidang pemakaian, contohnya dalam kehidupan sehari-hari, ada variasi di bidang militer, sastra, jurnalistik, dan kegiatan keilmuan lainnya. Perbedaan variasi bahasa dari segi penggunaan terdapat pada kosa katanya. Setiap bidang akan memiliki sejumlah kosa kata khusus yang tidak ada dalam kosa kata bidang ilmu lainnya.

20 Ibid, hlm 17-18.

(35)

Alwasih mengatakan register adalah satu ragam tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebalikan dari dialek sosial atau regional.

Pembicaraan register biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Dialek berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, sedangkan register berhubungan dengan masalah bahasa digunakan untuk kegiatan apa. Dengan kata lain, register dapat dibatasi lebih sempit dengan acuan pada pokok ujaran atau pokok pembicaraan.

3. Variasi Bahasa dari Segi Keformalan

Joos membedakan variasi bahasa berdasarkan keformalan atas lima bagian, yaitu :21

a. Ragam baku/Frozen, digunakan dalam suasana resmi dan khidmat. Ragam frozen disebut juga dengan ragam baku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara tetap dan tidak dapat diubah. Contohnya, ragam bahasa pada dokumen-dokumen bersejarah. Gleason membatasi ragam frozen ini sebagai ragam bahasa prosa tertulis dan gaya bahasa orang yang tidak dikenal. Di samping itu, Gleason juga membatasi bahwa ragam bahasa frozen ini pada ujaran dalam pidato.

b. Ragam bahasa resmi/formal adalah ragam bahasa yang digunakan dalam buku-buku pelajaran, rapat dinas, dan surat-menyurat resmi. Ragam bahasa resmi sama dengan ragam bahasa standar atau ragam bahasa baku yang digunakan dalam situasi resmi.

c. Ragam bahasa usaha/konsultatif adalah ragam bahasa yang digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah dan rapat-rapat. Ragam bahasa usaha ini berada di antara ragam bahasa formal dan ragam bahasa santai. Untuk pembicaraan dalam ragam usaha ini si pembicara tidak perlu ada perencanaan yang ekstensif tentang apa yang diungkapkan, dan sebenarnya memang tidak mungkin direncanakan.

d. Ragam bahasa santai/casual adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi santai. Kosa kata dalam ragam bahasa santai ini banyak dipenuhi oleh

21 Ibid, hlm. 19.

(36)

unsur leksikal dialek. Ragam bahasa santai ini sering digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbicara dengan keluarga dan teman-teman.

e. Ragam bahasa akrab/intimete adalah ragam bahasa yang digunakan antara teman yang sudah akrab dan keluarga. Ciri ragam bahasa akrab ini adalah banyaknya pemakaian kode bahasa yang bersifat pribadi, tersendiri, dan relatif tetap dalam kelompoknya. Contohnya, seorang teman akrab akan menyapa teman karibnya dengan kata sapaan khusus yang tidak diketahui oleh teman-teman lainnya. Dalam ragam akrab ini, penggunaan bahasanya sering tidak lengkap dan pendek-pendek. Hal ini terjadi karena para peserta tutur sudah saling pengertian.

Pemilihan berbagai ragam bahasa tersebut berdasarkan dalil penting sosiolinguistik, yaitu siapa yang berbicara, kepada siapa, tentang apa, kapan, dan bagaimana, artinya tergantung pada situasi apa.

4. Variasi dari Segi Sarana

Variasi bahasa dari segi sarana dilihat dari sarana yang digunakan.

Berdasarkan sarana yang digunakan, ragam bahasa terdiri atas dua bagian, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan. Ragam bahasa lisan disampaikan secara lisan dan dibantu oleh unsur-unsur suprasegmental, sedangkan ragam bahasa tulis unsur suprasegmental tidak ada. Pengganti unsur suprasegmental dalam bahasa tulis adalah dengan menuliskan unsur tersebut dengan simbol dan tanda baca. 22

Aslinda dan Leni Syafyahya menjelaskan bahwa variasi bahasa merupakan bentuk-bentuk bagian atau variasi dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola umum bahasa induknya. Mengutip dari Hartman dan Stork, Aslinda dan Leni membedakan variasi bahasa berdasarkan latar belakang geografi penutur, medium yang digunakan, dan pokok pembicaraan. Mengutip dari Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakaian yang disebut dialek dan register.

22 Ibid, hlm. 20-21.

(37)

Pada proses komunikasi setiap penutur bahasa tidak pernah setia dengan satu ragam/dialek tertentu karena setiap penutur bahasa pasti mempunyai kelompok sosial dan hidup dalam tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu, dapat dipastikan memiliki dua dialek, yaitu dialek sosial dan dialek regional temporal. Contohnya, di Batak anak-anak di lingkungannya menggunakan bahasa batak tetapi, di sekolah mereka menggunakan bahasa Indonesia.

Sumarsono dan Paina Partana dalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik menjelaskan tentang variasi bahasa yang dibagi menjadi dua, yaitu :23

A. Variasi Dalam Ragam Baku

Jangan mengira, ragam baku itu monolitik. Dalam ragam baku juga selalu ada kemungkinan akan adanya variasi. Anggap saja, variasi itu adanya bentuk yang lebih dari satu.

Setidak-tidaknya ragam baku dapat kita bedakan antara baku lisan (RBL) dan baku tulis (RBT). Dapat dipahami, RBT lebih mudah didefinisikan karena relatif sedikit lebih stabil dari pada RBL. RBL lebih kurang stabil karena lafal itu seolah „berayun”, sehingga kita sukar menentukan “titik”

yang pasti. Ini juga menyarankan, ada variasi lain dalam RBL. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh.

Kata logika, logis, sosiologi adalah baku dalam RBT. Dalam lafal RBL yang tampak baku adalah [lokhika], [lokhis], [sosiolokhi], sedangkan lafal [logika], [logis],[sosiologi] dianggap kurang baku. Dalam RBT kata bank adalah baku, sementara dalam RBL yang berlaku adalah lafal seperti bang.

Kata tahun yang baku dalam RBT menjadi tidak baku dalam RBL, karena RBL hanya mengakui lafal tanpa /h/.

Kita kadang-kadang melihat, RBT maupun RBL mengakui dua bentuk yang sama-sama baku, misalnya mengecek dan mencek. Tetapi yang banyak ialah variasi dalam RBL: kata RBT merdeka [merdEka]; dalam RBL bisa

23Sumarsono dan Paina, Sosiolinguistik, (Yogyakarta: SABDA dan Pustaka Pelajar,2002) hlm 31-32.

(38)

menjadi [merdeka] atau [merdeka], menolak menjadi [menolak],[menola?], [menOlak].

Memang bisa jadi RBT mempunyai variasi bentuk, tetapi RBL hanya mempunyai satu. Misalnya, RBT mempunyai struktur seratus rupiah atau Rp. 100,00 (rupiah seratus), sedangkan dalam RBL hanya yang pertama yang diakui.

B. Ragam baku dan Ragam Umum

Masyarakat umum yang awam terhadap seluk beluk bahasa jelas tidak tahu banyak tentang bahasa atau ragam baku, tidak tahu banyak kaidah ragam baku. Apalagi kalau menyangkut RBT, sementara banyak angggota masyarakat yang tidak banyak membaca, bahkan banyak yang buta huruf.

Mereka seolah-olah berjalan sendiri menurut iramanya sendiri. Kaidah mereka berbeda dengan kaidah yang ditentukan oleh yang mempunyai wewenang (otoritas) untuk menentukan mana bentuk yang baku dan mana yang tidak baku. Semua ini menyebabkan yang sudah umum dan bisa dipakai oleh masyarakat luas dapat tidak dianggap baku oleh yang mempunyai otoritas, sebaliknya yang ditentukan baku jarang digunakan oleh masyarakat. Akibatnya di dalam bahasa itu selalu hidup dua bentukan.

Misalnya bentuk-bentuk yang dibakukan ialah sistem dan analisis., tetapi yang umum dipakai ialah sistem dan analisa. Di sini kita tidak bisa meengatakan, ragam yang memakai bentuk-bentuk terakhir itu adalah dialek.

Lain halnya dengan contoh berikut. Kata mencolok, dalam arti „mudah terlihat oleh banyak orang‟, adalah baku, kata menjolok dalam arti

„mengambil sesuatu dengan jolok‟ juga baku. Tetapi kalau di sesuatu daerah, seperti di Bali, orang menggunakan kata menjolok untuk makna yang dimiliki oleh kata mencolok, jelas ia bukan baku dan bisa dianggap menjadi bagian dari BI dialek di daerah itu.

Semua itu tidak berarti, yang baku itu selalu tidak umum, dan yang umum selalu tidak baku. Masih banyak sekali, bahkan sebagian besar, bentuk-bentuk yang baku atau dibakukan itu juga diterima dan dipakai oleh masyarakat umum.

(39)

Variasi bahasa atau ragam bahasa adalah penggunaan bahasa menurut pemakainya, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan orang yang dibicarakan serta menurut medium pembicaraan. 24

Sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh sama penutur bahasa tersebut. Namun, karena penutur bahasa tersebut, meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan manusia homogen, wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak seragam atau bervariasi. Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. 25

Dalam hal variasi atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.26

Hortman dan Stork dalam Chaer dan Agustina membedakan variasi berdasarkan kriteria (a) latar belakang geografis dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Halliday dalam Chaer dan Agustina membedakan variasi bahasa berdasarkan (a) pemakaian yang disebut dialek, dan (b) pemakai yang disebut register. Kemudian, Chaer dan Agustina membedakan variasi bahasa menjadi empat, yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi pemakai, variasi dari segi keformalan, dan variasi dari segi sarana.

Variasi bahasa dilihat dari segi penutur terdiri dari (1) idiolek yaitu variasi bahasa yang bersifat perseorangan yang berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya, (2) dialek yaitu variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada dalam satu tempat, wilayah, atau area tertentu, (3) kronolek atau

24 KBBI, 2003, hlm. 920.

25 Abdul Chaer dan Leoni Agustina, Sosiolinguistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004) hlm. 61.

26 Ibid, hlm 62.

(40)

dialek temporal yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu, dan (4) sosiolek atau dialek sosial yaitu variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial para penuturnya.

Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak cirinya adalah dalam bidang kosakata.

Setiap bidang kegiatan ini biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak digunakan dalam bidang lain. Namun, variasi berdasarkan bidang kegiatan ini tampak pula dalam tataran morfologi dan sintaksis.

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos dalam Chaer dan Agustina membagi variasi atau ragam bahasa ini atas lima macam gaya (Style) yaitu gaya atau ragam baku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate). Ragam baku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara- upacara resmi, misalnya, dalam upacara kenegaraan, khotbah di masjid, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris, dan surat-surat keputusan. Ragam resmi atau formal adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku-buku pelajaran, dan sebagainya. Ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang lazim digunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, dan raat atau pembicaraan yang berorientasi pada hasil atau produksi. Ragam santai atau ragam kasual yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada waktu beristirahat, berolah raga, berekreasi, dan sebagainya. Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga atau antarteman yang sudah karib.

(41)

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini, dapat disebut adanya ragam lisan dan ragam tulis atau juga ragam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu, misalnya dalam bertelepon dan bertelegraf. Masyarakat bilingual atau multilingual yang memiliki dua bahasa atau lebih harus memiliki bahasa atau variasi bahasa mana yang harus digunakan dalam sebuah situasi.

Istilah ragam bahasa disejajarkan dengan variasi. Seperti halnya jika orang mengatakan bahwa modelnya sangat beragam, di dalamnya terkandung maksud bahwa modelnya sangat bervariasi. Adanya ragam atau variasi mengimplikasikan bahwa dari berbagai ragam atau variasi itu terdapat satu model yang menjadi acuannya.27

Dengan demikian, bagaimanapun model variasinya pastilah terdapat intisari atau ciri-ciri umum yang sama. Jika variasi itu sudah menyimpang jauh dari inti yang menjadi acuannya, itu berarti bahwa sudah bukan variasi dari acuannya, melainkan merupakan model lain yang baru sama sekali.

Pemilihan terhadap salah satu ragam bahasa dipengaruhi oleh faktor kebutuhan penutur atau penulis akan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi. Tidak tepat kiranya apabila komunikasi di pasar menggunakan ragam bahasa seperti yang digunakan dalam rapat dinas. Demikian pula misalnya, komunikasi atara penumpang dan abang becak berbeda komunikasi antar menteri dalam sidang kabinet. Dengan demikian, terdapat berbagai variasi pemakaian bahasa sebagai alat komunikasi. Terdapat aneka ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya.

Macam-Macam Ragam Bahasa

Mengingat fungsi dan situasi yang berbeda-beda dalam setiap komunikasi antarmanusia, maka tersedia bermacam-macam ragam bahasa ; Pertama dari segi pembicara/penulis, ragam bahasa dapat dirinci berdasarkan (1) daerah, (2) pendidikan, dan (3) sikap.

1) Ragam daerah lebih dikenal dengan nama logat atau dialek. Ragam ini antara lain dapat disebut ragam bahasa dialek Jawa, dialek Bali,

27 Ibid, hlm.122.

(42)

dialek Manado, dialek Medan, dialek Banjarmasin, dialek sunda, dialek Minang, dialek jakarta, dan lain-lain. Ragam bahasa itu tercipta karena pengaruh kuat bahasa ibu sebagai pembeda masing- masing ragam dialek. Dalam situasi nonresmi nyatalah bahwa ragam bahasa ini relatif sering digunakan dalam proses komunikasi antarbudaya.

2) Ragam bahasa ditinjau dari segi pendidikan pembicara/penulis dapat dibedakan menjadi ragam cendikiawan dan ragam noncendikiawan.

Pembedaan ini didasarkan pada tingkat pendidikan formal dan nonformal pembicara/penulis.

3) Ragam bahasa ditinjau dari segi sikap pembicara/penulis bergantung kepada setiap sikap terhadap lawan komunikasi. Ragam ini dipengaruhi oleh antara lain pokok pembicaraan, tujuan dan arah pembicaraan, sikap pembicaraan, dan sebagainya. Segi-segi itulah yang membedakan ragam ini menjdi resmi dan nonresmi.28

Kedua, dari segi pemakaiannya ragam bahasa diperinci berdasarkan (1) pokok persoalan, (2) sarana, dan (3) gangguan campuran.29

1) Ragam bahasa ditinjau dari segi pokok persoalan berhubungan dengan lingkungan yang dipilih dan dikuasai, bergantung pada luasnya pergaulan, pendidikan, profesi, kegemaran, pengalaman, dan sebagainya. Ragam ini menyangkut masing-masing bidang , misalnya teknologi, politik, ekonomi, perdagangan, seni, olahraga, perundangan, agama, dan sebagainya. Pemilihan ragam bahasa yang menyangkut hal pemilihan kata, ungkapan khusus, dan kalimat khusus sehingga hal ini memberi kesan bahwa terdapat berbagai ragam bahasa yang berbeda satu sama lain bergantung pada pokok persoalannya.

2) Ragam bahasa ditinjau dari segi sarananya dibedakan menjadi ragam lisan dan ragam tertulis (tulisan). Ada berbagai hal yang

28 Ibid, hlm. 127-128.

29 Ibid, hlm. 128.

Gambar

Gambar 1 : Logo Instagram
Gambar 1.1 Logo Instagram
Gambar 1.2 Halaman Awal Instagram
Gambar 1.3 Feed Instagram

Referensi

Dokumen terkait

kecernaan Acid Detergent Fiber (KcADF) pada sapi peranakan ongole (PO) jantan yang diberikan pakan kualitas rendah. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak

§ Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan riwayat prilaku kekerasan yang perlu dikaji pengetahuan tentang akibat lanjut

Sedangkan efek potensial media pembelajaran sejarah ini tampak dari tes hasil belajar dalam tahap uji coba lapangan (field test) yang diperoleh rerata nilai

PROGRAM BIMBINGAN KARIER BERDASARKAN PROFIL KEPUTUSAN KARIER PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

1) The power frequency (60/50 Hz or fundamental) apparent, active, and reactive powers. These three basic quantities are the quintessence of the power fl ow in electric networks.

Judul: “Perbandingan Kinerja Reksadana saham Konvensional dan Reksadana Syariah di Indonesia dengan Metode Sharpe, Treynor, Jensen, Rasio Informasi dan Roy Safety First Ratio ”.

Apa yang diperlukan ialah mempastikan supaya keselamatan negara terkawal dan terjamin sekarang ini dapat terus kekal agar usaha-usaha kerajaan meningkatkan lagi

Pertama adalah orientasi atau deskripsi potensi dan karakterstik Ruang Terbuka Hijau, kedua adalah reduksi dalam menentukan faktor-faktor internal dan eksternal