• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA TEORI DALAM PENELITIAN

B. Teori dalam penelitian kuantitatif

1. Variasi penggunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif

Pentingnya Teori Dalam Penelitian

dalam melaksanakan kegiatan akademik akan menuntunnya pada reward (lokus kontrol), (b) usaha- usaha mereka sangat bergantung pada kesanggupan-kesanggupan mereka pribadi (kepercayaan interpersonal), (c) reward atas aktivitas akademik sangat bermanfaat (manfaat reward), (d) reward benar- benar ada dalam bidang atau institusi mereka ( setting institusi) maka produktivitas akademik mereka akan semakin meningkat.

Dalam metode penelitian kuantitatif, teori berfungsi sebagai dasar penelitian untuk diuji. Oleh karena itu, sebelum mulai kegiatan pengumpulan data, peneliti menjelaskan teori secara komprehensif. Uraian mengenai teori ini dipaparkan dengan jelas dan rinci pada desain penelitian. Teori menjadi kerangka kerja (framework) untuk keseluruhan proses penelitian, mulai bentuk dan rumusan pertanyaan atau hipotesis hingga prosedur pengumpulan data. Peneliti menguji atau memverifikasi teori dengan cara menjawab hipotesis atau pertanyaan penelitian yang diperoleh dari teori. Hipotesis atau pertanyaan penelitian tersebut mengandung variabel untuk ditentukan jawabannya. Karena itu, metode penelitian kuantitatif berangkat dari teori. C. Teori dalam Penelitian Kualitatif

1. Variasi penggunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif

Para peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan- tujuan yang berbeda. Pertama, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai penjelasan atas perilaku dan sikap- sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variabel- variabel, konstruk- konstruk, dan hipotesis- hipotesis penelitian. Misalnya, para ahli etnografi memanfaatkan tema- tema kultural atau “aspek- aspek kebudayaan” untuk dikaji dalam proyek penelitian, seperti kontrol sosial, bahasa, stabilitas dan perubahan, atau organisasi sosial. Tema- tema ini dapat memberikan serangkaian hipotesis siap pakai untuk diuji dengan literatur- literatur yang ada. Meskipun para peneliti kualitatif tidak merujuk pada tema- tema tersebut sebagai teori, tema- tema ini umumnya menyediakan penjelasan lengkap yang sering kali dimanfaatkan leh para antropolog untuk meneliti perilaku culture- sharing dan tingkah laku manusia. Pendekatan ini sangat populer dalam penelitian ilmu kesehatan kualitatif di mana peneliti biasanya mengawali penelitiannya dengan model- model teoritis, seperti adopsi dalam

Pentingnya Teori Dalam Penelitian

praktik- praktik kesehatan atau kualitas dalam orientasi kehidupan umat manusia.

Kedua, para peneliti kualitatif sering kali menggunakan perspektif teoritis sebagai panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau isu- isu lain mengenai kelompok- kelompok marginal). Perspektif ini biasanya digunakan dalam penelitian advokasi/ partisipatoris kualitatif dan dapat membantu peneliti untuk merancang rumusan masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membentuk call for action and change (panggilan untuk melakukan aksi dan perubahan). Penelitian kualitatif pada 1980-an mengalami transformasi besar- besaran yang ditandai dengan munculnya perspektif- perspektif teoritis seperti ini sehingga memperluas ruang lingkup penelitian yang muncul sebelumnya. Perspektif- perspektif teoritis ini menuntun peneliti pada isu- isu penting yang perlu diteliti (seperti, perempuan, anak jalanan, dan kelompok- kelompok minoritas lain). Perspektif- perspektif ini juga menunjukkan bagaimana peneliti harus memosisikan diri mereka dalam penelitian kualitatif (seperti, berada diluar atau tidak condong pada konteks pribadi, kultural, atau historis tertentu) dan bagaimana menulis laporan akhir (seperti, dengan tidak memarjinalisasi lebih jauh individu- individu yang diteliti, atau dengan cara berbaur langsung).

Beberapa perspektif teoritis yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif diantaranya:

1. Perspektif feminis menggugat kondisi kaum wanita saat ini yang ditindas dengan sewenang- wenang dan institusi- institusi yang turut membentuk kondisi tersebut. Topik- topik penelitian bisa mencakup isu- isu kebijakan yang berhubungan dengan realisasi keadilan sosial bagi kaum wanita dalam ranah- ranah tertentu atau pengetahuan tentang kondisi- kondisi ketertindasan yang dialami

2. Wacana rasial memunculkan pertanyaan- pertanyaan penting tentang konstruksi dan kontrol atas pengetahuan- pengetahuan yang berbau ras, khususnya tentang orang- orang dan komunitas – momunitas kulit berwarna

3. Perspektif teori kritis fokus pada pemberdayaan umat manusia agar dapat bebas dari kungkungan rasial, kelas, dan gender yang dilekatkan

Pentingnya Teori Dalam Penelitian

4. Teori queer- istilah yang digunakan dalam literatur berfokus pada individu- individu yang menamakan dirinya sebagai kelompok lesbian, gay, biseksual, atau transgender. Penelitian- penelitian yang menerapkan perspektif teoritis ini bukan berarti menjadi individu- individu di atas sebagai objek mentah yang dapat diperlakukan begitu saja, melainkan lebih berusaha mencari sisi-sisi kultural dan politis apa yang membuat terkucilkan dalam ranah sosial. Teori ini berusaha menyuarakan kembali hak- hak dan pengalaman-pengalaman individu yang tertindas.

5. Studi ketidakmampuan berfokus pada makna inklusi dalam sekolah yang melibatkan para pengurus sekolah, guru, dan orang tua yang memiliki anak-anak dengan ketidakmampuan-ketidakmampuan tertentu.

Ketiga, dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke tema- tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu.

Peneliti memulai penelitiannya dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkindari para partisipan, lalu membentuk informasi ini menjadi kategori-kategori atau tema-tema tertentu. Tema-tema ini kemudian dikembangkan menjadi pola- pola, teori- teori, atau generalisasi- generalisasi untuk nantinya diperbandingkan dengan pengalaman-pengalaman pribadi atau dengan literatur-literatur yang ada. Usaha mengembangkan tema-tema dan kategori-kategori menjadi pola-pola, teori-teori, atau generalisasi-generalisasi ini menunjukkan bahwa penelitian kualitatif memiliki poin akhir yang berbeda-beda.

Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori yang terlalu eksplisit. Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak ada satupun penelitian kualitatif yang dilakukan dengan observasi yang “benar-benar murni” dan (2) karena struktur konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan starting point bagi keseluruhan observasi. Bahkan, tidak sedikit orang memandang penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak memiliki orientasi teori yang eksplisit.

Pentingnya Teori Dalam Penelitian

Tips penelitian tentang penggunaan teori dalam penelitian kualitatif diantaranya :

1. Pastikan apakah teori tersebut dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif atau tidak

2. Jika bisa diterapkan, identifikasilah bagimana teori tersebut akan dijabarkan dan digunakan dalam penelitian; sebagai penjelasan up-front, sebagai end point penelitian, atau sebagai perspektif advokasi 3. Tempatkan teori tersebut dalam naskah penelitian di bagian yang

tepat. Sesuai dengan tujuan digunakannya teori tersebut

Metode penelitian kualitatif berangkat dari lapangan dengan melihat fenomena atau gejala yang terjadi untuk selanjutnya menghasilkan atau mengembangkan teori. Jika dalam metode penelitian kuantitatif teori berwujud dalam bentuk hipotesis atau definisi, maka dalam metode penelitian kualitatif teori berbentuk pola (pattern) atau generalisasi naturalistik (naturalistic generalization). Karena itu, pola dari suatu fenomena bisa dianggap sebagai sebuah teori. Teori dipakai sebagai bahan pisau analisis untuk memahami persoalan yang diteliti.