• Tidak ada hasil yang ditemukan

KULTIVAR SMOOTH CAYENNE 5.1 Pendahuluan

VI. PEMBAHASAN UMUM

6.2. Variasi Somaklonal pada Perbanyakan In Vitro

Variasi somaklonal merupakan mutasi yang dapat terjadi pada gen resesif atau dominan, karakter yang diatur gen tunggal atau poligen dan efek epigenetik (Broertjes & VanHarten, 1988). Pada penelitian ini dihasilkan variasi fenotipe

yang terdiri atas: tanaman roset, tanaman variegata dan tanaman kerdil. Di lapangan tanaman roset dan tanaman kerdil dapat berubah menjadi tanama n

normal seperti tanaman di tempat asalnya. Kedua varian mungkin merupakan variasi somaklonal yang disebabkan efek epigenetik. Dal Vesco et al. (2000) dalam Feuser et al. (2003) menyatakan jika fenotipe tanaman berubah menjadi seperti tanaman standar disebut epigenetik. Tanaman variegata terjadi karena sel-sel yang mengalami mutasi tersebar pada jaringan tanaman (Broertjes & VanHarten, 1988) dan adanya mutasi DNA kloroplas yang mempengaruhi ekspresi gen yang berhubungan klorofil (VanHarten, 1988). Mutasi gen kloroplas menyebabkan daun tanaman strawberi hasil perbanyakan in vitro berwarna kuning (Hugesh 1989). Variasi somaklonal juga terjadi pada tanaman peach (Hashmi et al. 1997), bit (Munthali et al. 1996), strawberi (Nehra et al. 1994), pisang (Vuylsteke et al. 1996).

Frekuensi variasi somaklonal bergantung pada banyak faktor yaitu spesies, genotipe, tipe eksplan (Feuser et al. 2004), komposisi media, kondisi fisik kultur dan umur kultur (Vasil & Vasil 1980 dalam Feuser et al. 2004). Variasi somaklonal dapat disebabkan oleh modifikasi jumlah kromosom dan struktur, metilasi, perubahan struktur dan susunan genom, atau substitusi nukleotida (Evans et al. 1984). Cecchini et al. (1992) melaporkan pada tanaman regeneran Pisum

Metilasi yang terjadi pada DNA yang mengkode gen aktif akan menyebabkan gen tersebut menjadi tidak aktif, sehingga terjadi keragaman (Jayasankar, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan, tanaman nenas kultivar Queen klon Bogor hasil perbanyakan in vitro dengan penambahan BAP 2,22-17,76 µM pada media MS + 1,61 µM NAA tidak menunjukkan perbedaan pola pita dari 4 sistem enzim yaitu PER, MDH, EST dan ADH. Teknik ana lisis isozim dapat digunakan untuk mendeteksi adanya variasi somaklonal pada tanaman nenas (Feuser et al. 2003), bit (Munthali et al. 1996). Feuser et al. (2003) melaporkan dapat mendeteksi adanya variasi somaklonal pada tanaman regeneran nenas kultivar Amarelinho sebesar 0,67% dengan menggunakan 4 sistem enzim PGI, PGM, PER dan MDH.

Tanaman regeneran dengan morfologi normal yang berasal dari perlakuan BAP 2,22-17,76 µ M SK 1, 2 dan 3 tidak menunjukkan perbedaan pola pita

berdasarkan analisis RAPD secara bulk dengan primer OPG 2 dan OPE 7.

Tanaman variegata yang berbeda secara morfologi dengan tanaman normal menghasilkan pita monomorfik berdasarkan analisis RAPD dengan primer OPG 2 tetapi dengan primer OPE 7 menghasilkan 33 % pita polimorfik. Variasi somaklonal dapat dideteksi dengan analisis RAPD yang ditandai dengan hilang atau munculnya satu atau lebih pita hasil amplifikasi (Feuser et al. 2003) dan perbedaan ukuran fragmen (Hashmi et al. 1997). Jika marker RAPD muncul pada satu tanaman sedangkan pada tanaman yang lain tidak, hal ini menunjukkan adanya perbedaan sekuen pada bagian tertentu. Hilangnya pita atau frgamen tidak terampliflikasi dapat disebabkan adanya perubahan basa tunggal atau perbedaan sekuen secara lengkap antara 2 tanaman (William et al. 1990). Shoyama et al. (1997) menyatakan, pada tanaman regeneran ginseng tidak ditemukan adanya variasi somaklonal berdasarkan analisis RAPD dengan 21 primer. Feuser et al. (2003) melaporkan dapat mendeteksi variasi somaklonal tanaman nenas kultivar Amarelinho hasil perbanyakan in vitro sebesar 7,5% dengan menggunakan 4 primer yaitu OPA 9,10, 11, 13. Penelitian ini dapat menghasilkan metode perbanyakan in vitro tanaman nenas klon Bogor secara efisien melalui organogenesis langsung menggunakan media MS + 4,44 µM BAP + 1,61 µM NAA dengan hasil 10 650 tunas/eksplan/tahun dengan variasi hanya sebesar 1,53%. Metode perbanyakan yang sesuai unt uk nenas kultivar Smooth

Cayenne klon Subang dengan teknik etiolasi, yaitu tahap induksi tunas etiolasi dengan media MS + 5,37 µM NAA selama 10 minggu, dan tahap multiplikasi dengan menggunakan MS + 17,76 µM BAP. Teknik etiolasi nenas klon Smooth Cayenne dapat menghasilkan 1 296 plantlet/eksplan/tahun

VII. KESIMPULAN

1 Perbanyakan tanaman nenas dengan teknik in vitro lebih efisien dengan menghasilkan bibit lebih banyak, cepat dan seragam dibandingkan perbanyakan tradisional dan modifikasinya. Variasi somaklonal yang muncul rendah, varian tanaman roset dan tanaman kerdil berubah menjadi normal dengan bertambahnya umur tanaman serta dapat menghasilkan buah normal. 2 Nenas kultivar Queen dan Smooth Cayenne menunjukkan respon berbeda

dalam media induksi tunas (MS0) dan media multiplikasi mengandung BAP dan TDZ, sehingga sistem perbanyakan in vitro nenas kultivar Queen dan Smooth Cayenne berbeda.

3 Nenas kultivar Queen dalam media induksi lebih cepat dan lebih banyak menghasilkan tunas dibandingkan kultivar Smooth Cayenne. BAP dan TDZ menunjukkan pengaruh berbeda terhadap multiplikasi tunas. Subkultur berulang pada media BAP akan meningkatkan jumlah tunas sedangkan subkultur berulang pada media TDZ hanya menghasilkan kalus nodular. Perlakuan TDZ dilanjutkan subkultur ke media MS0 dapat dihasilkan banyak tunas. TDZ lebih efektif dibandingkan BAP dalam menginduksi tunas secara langsung nenas kultivar Queen. BAP dan TDZ tidak efektif untuk perbanyakan in vitro melalui organogenesis kultivar Smooth Cayenne, lebih baik menggunakan teknik etiolasi.

4 Penambahan 2,22-17,76 µM BAP dan 0,23-0,46 µM TDZ menginduksi munculnya tanaman variegata, tanaman roset dan tanaman berdaun kecil dan kaku dengan frekuensi 1,98-2,52%. Tanaman roset dan tanaman berdaun kecil dan kaku dapat tumbuh menjadi tanaman normal. Perlakua n 4,44 µM BAP menghasilkan tanaman regeneran dengan pertumbuhan vegetatif dan kualitas buah lebih baik dan seragam dibanding tanaman dari tempat asal. Variasi yang muncul sebesar 1,53%.

5 Tanaman regeneran nenas kultivar Queen dengan morfologi normal menunjukkan kestabilan genetik berdasarkan analisis RAPD dengan primer OPG 2 dan OPE 7 dan analisis sistem enzim PER, ADH, MDH dan EST. Tanaman variegata yang berbeda secara morfologi dengan tanaman normal

menghasilkan pita monomorfik berdasarkan analisis RAPD dengan primer OPG 2 tetapi dengan primer OPE 7 menghasilkan 33 % pita polimorfik.

REKOMENDASI

1 Perbanyakan nenas kultivar Queen klon Bogor menggunakan media MS0 + 4,44 µM BAP + 1,61 µM NAA selama 11 minggu dilanjutkan dengan pengakaran pada media MS0 + 0,54 µM NAA selama 7 minggu. Teknik perbanyakan tersebut dihasilkan 10 650 tunas/eksplan/tahun. Subkultur bisa dilakukan 3 kali dan selanjutnya disubkultur ke media MS0 untuk dijadikan sebagi sumber eksplan. Tanaman regeneran di lapangan lebih vigor dan menghasilkan buah dengan kualitas lebih baik serta seragam. Variasi somaklonal yang muncul rendah yaitu 1,53%.

2 Perbanyakan nenas kultivar Smooth Cayenne menggunakan teknik etiolasi dengan 4 tahap, yaitu tahap induksi tunas etiolasi dalam media MS0 + 5,37 µM NAA selama 10 minggu, tahap penyesuaian tunas etiolasi terhadap cahaya selama 1 minggu, tahap multiplikasi dengan menggunakan MS0 + 17,76 µM BAP dan tahap pengakaran MS0 + 0,54 µM NAA. Teknik etiolasi menghasilkan 1 296 plantlet/eksplan/tahun.

Dokumen terkait