• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses verifikasi model dilakukan melalui konsultasi dan konfirmasi dengan pakar apakah model yang dibangun sesuai dengan sistem nyata. Proses verifikasi ini dilakukan pada setiap model yang dirancang pada model penyediaan tepung jagung ini. Verifikasi dilakukan dengan memperoleh konfirmasi tentang komponen-komponen pada setiap model yang dirancang.

Pada model prediksi produksi jagung dilakukan dengan perunutan terhadap variabel-variabel input yang mempengaruhi jumlah produksi jagung. Produksi jagung dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penggunaan bibit, pemanfaatan lahan, pemupukan secara tepat, pengendalian hama dan penyakit, pengairan, curah hujan, dan penanganan proses panen (Direktorat Budidaya Serealia, 2006).

Tabel 18 Perunutan variabel input pada model prediksi produksi jagung

Nama variabel input 0 - 1 Sifat data

Penggunaan bibit 0 Kualitatif

Pemanfaatan lahan 0 Kualitatif

Pemupukan secara tepat 0 Kualitatif

Pengendalian hama dan penyakit 0 Kualitatif

Pengairan 0 Kualitatif

Curah hujan (mm) 1 Kuantitatif

Penanganan proses panen 0 Kualitatif

Luas panen (ha) 1 Kuantitatif

Model prediksi produksi jagung menggunakan metode kuantitaif, sehingga data yang dibutuhkan adalah data kuantitatif. Tabel 18 menunjukkan hasil perunutan variabel input yang dapat dan tidak dapat digunakan pada model

peramalan kuatitatif. Angka 0 (nol) menunjukkan bahwa variabel tersebut bersifat kualitatif dan tidak dapat digunakan pada model, sedangkan angka 1 menunjukkan bahwa variabel bersifat kuantitatif dan dapat digunakan pada model. Proses verifikasi pada model pengelompokan mutu jagung pipilan dilakukan melalui konsultasi pakar dan konfirmasi pada pihak pabrik tepung jagung. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa variabel input dalam model sesuai dengan SNI. Variabel input butir warna lain tidak dimasukkan karena jagung yang ditanam di sentra jagung, dan yang dipasok sebagai bahan baku pada pabrik tepung jagung adalah jagung kuning, sehingga dipastikan bahwa terdapat keseragaman warna jagung pipilan.

Verifikasi pada model pengelompokan mutu tepung jagung dilakukan melalui konsultasi dengan pakar dan konfirmasi kepada pihak pabrik jagung. Variabel input dalam pengelompokan mutu tepung jagung adalah kandungan aflatoksin, kadar air, dan kadar abu. Hal ini diperkuat melalui hasil pengisian panduan konsultasi oleh pakar pada Tabel 12.

Variabel input pada model prediksi permintaan merupakan data permintaan berdasarkan hasil diskusi dan konfirmasi pada pabrik tepung jagung. Permintaan tepung jagung dilakukan oleh industri farmasi, industri pangan, dan industri pakan.

Tujuan validasi model adalah untuk ketepatan suatu model dalam melakukan fungsinya sesuai rancangbangun model tersebut. Dalam perancangan model prediksi produksi jagung, model sebab-akibat atau model kausal cukup valid untuk digunakan dalam melakukan peramalan. Hal ini disebabkan produksi jagung tidak dipengaruhi oleh waktu, namun dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain hama, benih, pengairan, luas panen. Perangkat lunak Minitab Release 14 telah valid sebagai alat analisis untuk melakukan peramalan.

Validasi pada model prediksi permintaan tepung jagung, variabel waktu dapat digunakan sebagai variabel yang mempengaruhi permintaan, sehingga model peramalan time series dapat digunakan dalam model ini. Hasil peramalan dengan jaringan syaraf tiruan telah menunjukkan hasil yang valid, bahwa nilai permintaan tepung jagung berada pada kisaran antara nilai minimum dan nilai

maksimu permintaan tepung jagung berdasarkan data yang diperoleh dari pabrik tepung jagung.

Validasi dalam model pengelompokan mutu jagung pipilan dan model pengelompokan mutu tepung jagung dilakukan dengan mencoba memasukkan nilai-nilai variabel input, dan kemudian dicek apakah kelompok mutu yang diperoleh sesuai dengan hasil yang diinginkan dan sesuai dengan pendapat pakar.

6 IMPLEMENTASI MODEL

Rancangbangun model penyediaan tepung jagung pada rantai pasok industri berbasis jagung ini dapat digunakan sebagai suatu model yang dapat menganalisis penyediaan tepung jagung pada industri tepung jagung secara terintegrasi dalam suatu rantai pasok. Keterkaitan antar model yang satu terhadap model lainnya menunjukkan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan jumlah dan mutu produk pada salah satu mata rantai akan berpengaruh kepada mata rantai berikutnya. Selanjutnya akan dilakukan analisis pada setiap model yang dirancang.

6.1 Prediksi Produksi Jagung

Prediksi produksi jagung dalam model penyediaan tepung jagung diperlukan untuk dapat memperkirakan berapa jumlah produksi jagung yang dapat disediakan oleh sentra jagung. Dengan adanya prediksi jumlah produksi jagung maka dapat diperkirakan pula berapa kuantitas jagung pipilan yang dihasilkan. Berdasarkan diskusi dan konfirmasi pakar diperkirakan bahwa sekitar 50% dari hasil produksi jagung digunakan sebagai pakan ternak. Berdasarkan diskusi diperoleh informasi bahwa sebanyak 4,5 – 5 juta ton digunakan untuk pakan, sehingga perkiraan produksi jagung kurang lebih 10 juta ton per tahun. Kenyataan ini sangat berbeda dengan data Departemen Pertanian (2011) yang mencatat bahwa produksi jagung sebanyak lebih kurang 16.5 juta ton per tahun. Namun hingga saat ini Indonesia masih mengimpor jagung pipilan.

Dengan adanya model prediksi produksi jagung, maka industri tepung jagung dapat merencanakan penyediaan bahan baku untuk memproduksi produk tepung jagung sesuai permintaan konsumennya. Pihak pengambil keputusan dapat memperkirakan berapa jumlah bahan baku jagung yang dapat disediakan oleh petani lokal dan berapa jumlah bahan baku yang harus diimpor dari negara lain.

Penggunaan alat analisis dalam model ini akan memudahkan pihak pengguna untuk meramalkan permintaan produksi jagung pada tiap periode. Prakiraan dengan kesalahan ramalan terkecil merupakan prakiraan yang mendekati ketepatan. Ketersediaan data sebagai variabel input dalam peramalan sangat diperlukan. Dalam hal ini pihak industri tepung jagung perlu melakukan pencatatan data sehingga dengan data yang akurat akan diperoleh pula hasil

peramalan yang baik. Kerjasama antar elemen-elemen pada rantai pasok industri berbasis jagung dalam hal pencatatan data serta pemberian informasi akan memungkinkan diperolehnya hasil peramalan yang lebih akurat.

Setiap wilayah di Indonesia memiliki curah hujan yang berbeda-beda, sehingga proses peramalan tidak dapat dilakukan sekaligus secara menyeluruh untuk wilayah Indonesia. Proses peramalan sebaiknya dilakukan per wilayah sesuai keadaan curah hujan pada wilayah tersebut. Proses peramalan dalam model ini menggunakan data luas panen (ha), curah hujan (mm), dan produksi jagung (ton) di daerah Jawa Tengah. Peramalan ini menggunakan jaringan syaraf tiruan dan model regresi berganda. Proses peramalan dan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai dengan lampiran 4. Hasilnya menunjukkan bahwa jaringan syaraf tiruan lebih baik karena memiliki nilai MSE yang lebih kecil. Hasil prediksi produksi jagung Jawa Tengah dengan jaringan syaraf tiruan terdapat pada Lampiran 2.

Model prediksi produksi jagung ini bermanfaat bagi beberapa pemangku kepentingan antara lain: 1) Pengumpul jagung pipilan; 2) Pihak pabrik jagung; 3) Pemegang kebijakan. Dengan adanya model ini faktor ketidak-pastian tentang jumlah produksi jagung pada periode yang akan datang yang mempengaruhi fluktuasi harga jagung, dapat diperkecil.

Model ini bermanfaat bagi pihak pengumpul karena dengan diperolehnya prediksi jumlah produksi jagung pada beberapa periode ke depan, para pengumpul dapat merencanakan pembelian jagung dari petani dan dapat merencanakan penjualan serta rencana distribusi jagung pipilan kepada industri-industri pengolahan jagung.

Manfaat yang diperoleh pabrik jagung dengan penggunaan model ini adalah pabrik jagung dapat mengetahui jumlah bahan baku yang dapat diperoleh dari sentra jagung, sehingga dapat merencanakan impor bahan baku bila sentra jagung dalam negeri tak dapat memenuhinya. Berdasarkan hasil prediksi ini, pihak pabrik jagung dapat membuat perencanaan produksi dengan lebih matang.

Manfaat model ini bagi pihak pemegang kebijakan adalah pemegang kebijakan dapat menggunakannya untuk memprediksi produksi jagung di sentra- sentra jagung secara parsial. Dengan demikian penjumlahan produksi jagung yang

diprediksi pada sentra-sentra jagung merupakan hasil prediksi produksi jagung secara nasional. Dengan diperolehnya hasil prediksi produksi jagung secara nasional, pihak pemegang kebijakan dapat membuat kebijakan tentang usaha- usaha untuk meningkatkan produktivitas jagung, dan kebijakan lainnya tentang ketahanan pangan.