• Tidak ada hasil yang ditemukan

Violent Extremism vs Islam Radikal

Dalam dokumen Lapsus Edisi 2 Februari 2017 (Halaman 26-39)

Saya pikir Islam membenci kita. Ada kebencian yang sangat besar di sana. Ada kebencian yang luar biasa terhadap kita, kata Trump dalam sebuah interview dengan CNN Maret 2016 silam. Saat ditanya apakah yang ia maksud Islam itu sendiri ataukah Islam radikal ,Trump menjawab, Radikal, tapi sangat sulit untuk mendefinisikan. Sangat sulit untuk memisahkan. 32

Omar Mateen adalah Muslim Amerika generasi kedua. Laki-laki berusia 29 tahun tersebut lahir di New York dari seorang ayah Afghanistan yang melakukan migrasi ke AS. Ia tidak punya catatan kriminal sebelumnya, meski FBI pernah dua kali melakukan invetigasi terkait kemungkinan hubungannya dengan teroris.

Hari itu, 12 Juni 2016, Omar Mateen melakukan serangan ke sebuah kelab malam di Orlando. Empat puluh sembilan orang tewas dan 53 lainnya terluka dalam serangan tersebut. Obama menyebut serangan tersebut sebagai aksi teror dan aksi kebencian .33 Ia berusaha diplomatis saat menyatakan bahwa, sejauh ini, satu-satunya hal yang pasti adalah bahwa Mateen dipenuhi kebencian. Kita tidak mendengar Obama menyebut Islam radikal atau teroris Islam radikal . Ia tidak pernah mengucapkannya.

Terkait ISIS, Obama mengatakan bahwa Mereka bukanlah pemimpin agama, mereka adalah teroris Kita tidak sedang berperang melawan Islam. Kita berperang melawan orang-orang yang menodai Islam. 34 Obama juga menyatakan bahwa ISIS sangat ingin menggambarkan diri sebagai pembela Islam. Dan Obama ingin agar publik Amerika menolak fantasi ini. Karenanya, ia lebih memilih

32 http://edition.cnn.com/2016/03/09/politics/donald-trump-anderson-cooper-primary-florida-ohio/index.html 33http://gokicker.com/2016/06/12/heres-obama-said-orlando-shooting/ 34http://www.huffingtonpost.com/2015/02/18/obama-islamic-state-terrorists_n_6708610.html “Saya pikir Islam membenci kita. Ada kebencian yang sangat besar di sana. Ada kebencian yang luar biasa terhadap kita,”

istilah ektremisme kekerasan saat berbicara tentang teroris.35 Tidak ada magic dalam frase Islam radikal . Ini adalah pembicaraan politis, bukan sebuah strategi, 36tulis Obama dalam akun twitter resmi presiden AS.

Dalam pandangan Obama, membangkitkan Islam atas nama terorisme dan melegitimasi apa yang dilakukan kelompok radikal atas nama Islam akan menyebabkan kerugian besar pada lebih dari 1 milyar Muslim di dunia yang menolak kekerasan.37 Obama juga bersikukuh dengan pandangan bahwa menggeneralisasi Muslim akan membuat sikap tersebut masuk dalam perangkap propaganda ISIS dan mengalienasi sekutu mereka di dunia Muslim.

Terkait penggunaan istilah Islam radikal , banyak kritik yang diarahkan kepada Obama. Banyak yang meyakini bahwa Obama menolak hubungan yang sangat jelas antara Islam dan terorisme ekstremis. Dan hal itu, menurut mereka, sangat berbahaya. Mereka menganggap bahwa sikap Obama untuk menghindari istilah tersebut merefleksikan kegagalan yang lebih besar untuk mengalahkan musuh dan membuat AS tetap aman.38 Obama dinilai tidak mampu memenuhi peran seseorang yang seharusnya merefleksikan kemarahan dan kegelisahan bangsa terhadap Islam radikal.39

Peran itulah yang coba diambil oleh Donald Trump dan Partai Republik dalam kampanyenya.

Senator Tom Cotton dari Arkansas mengatakan bahwa Amerika membutuhkan pemimpin yang menyebut musuh sesuai dengan namanya. 40 Sedangkan tokoh Partai Republik lainnya, Sean Duffy, mengatakan bahwa saat jihadis radikal

35 http://www.theatlantic.com/international/archive/2015/02/obama-violent-extremism-radical-islam/385700/

36https://amp.twimg.com/v/3ebc55a0-4a43-4558-bac3-c35a608bef83

37 http://gokicker.com/2015/11/19/does-islam-promote-violence-should-america-fear-Muslims-lets-break-it-down/

38FOX & Friends (@foxandfriends) 15 Juni 2016, https://amp.twimg.com/v/80c0623d-6b0c-4685-8f57-ac6e44614a62

]39Megyn Kelly (@megynkelly) 15 Juni 2016,

https://twitter.com/megynkelly/status/742897314981810176

25

Violent Extremism vs Islam Radikal

membunuh orang Amerika, Obama justru ribut untuk menentukan apakah menyebutnya dengan kekerasan atau kejahatan dengan kebencian. 41

Islam radikal adalah tema yang sudah lama diusung oleh Donald Trump. Dalam sebuah pernyataannya setelah serangan di Orlando, Trump mengkritik Obama yang menolak dengan penuh rasa malu untuk sekadar mengatakan kata Islam radikal . Dan untuk alasan itu, Trump meminta agar Obama mengundurkan diri dari jabatan presiden AS. Tak hanya itu, Trump juga menambahkan bahwa jika Hillary Clinton tidak mau menggunakan kata Islam radikal , maka sebaiknya ia keluar dari persaingan calon presiden.42

Sindiran tersebut tidak membuat Obama bergeming, ia tetap bersikukuh tidak menggunakan dua kata tersebut agar tetap mendapatkan dukungan dari sekutu Muslimnya. Namun, sikap yang sama ternyata tidak diambil oleh Clinton. Dalam sebuah wawancara dengan NBC pada bulan Juni 2016, Clinton mengatakan bahwa ia cukup senang untuk mengatakan jihadisme radikal atau Islamisme radikal , karena keduanya bermakna sama.43

Perdebatan soal ini memang sudah berlangsung cukup lama. Pada musim gugur tahun 1990 saat pasukan AS tiba di Arab Saudi, yang membuat marah Usamah bin Ladin sejarawan Bernard Lewis memperingatkan tentang meningkatnya sikap anti Amerika di dunia Islam.

Kita menghadapi sebuah suasana dan sebuah gerakan yang jauh melebihi isu, kebijakan, dan pemerintah yang berusaha mengejarnya. Ini adalah semacam benturan peradaban reaksi yang mungkin irasional dan bersejarah dari rival kuno yang melawan warisan Yahudi-Kristen kita, sekulerisme kita, dan ekspansi keduanya di dunia ini. Penting bagi kita untuk

41http://www.politico.com/story/2016/07/rnc-2016-sean-rachel-duffy-225778

42http://www.vox.com/2016/6/12/11911796/clinton-sanders-trump-orlando-shooting

tidak terprovokasi secara historis dan irasional saat melawan rival semacam itu. 44

Presiden AS pasca serangan 11 September, George W. Bush dan Barack Obama, berusaha untuk melakukan tindakan secara seimbang: memerangi jihadis namun menghindari kesan bahwa Barat dan dunia Islam sedang dalam sebuah peperangan sebagaimana yang dijelaskan oleh Lewis di atas.

Bush memang mendefinisikan Perang Global Melawan Terornya dalam cara yang bisa membangkitkan sebuah benturan peradaban, dengan menempatkan seolah-olah para pecinta kebebasan melawan penerus totaliter Nazi dan Komunis. Namun, ia mencoba menutupinya dengan menegaskan bahwa Islam bukanlah pihak yang terlibat dalam konflik tersebut, dengan menyebut bahwa teroris telah menyesatkan ajaran Islam yang damai. Di sepanjang pemerintahannya, George W. Bush enggan untuk mendefinisikan konflik ini dengan istilah-istilah agama. Beberapa orang menyebutnya radikalisme Islam yang jahat, kata Bush pada tahun 2005. Sedangkan yang lain menyebutnya jihadisme militan. Dan ada juga yang menyebut dengan Islamo-fascisme. Apapun sebutannya, ideologi ini sangat berbeda dengan agama Islam. 45

Obama menurunkan istilah war yang dibawa Bush dengan istilah fight , dan menyebut musuh dari istilah teror secara umum menjadi nama kelompok secara spesifik. Ia juga menolak gagasan mengenai benturan peradaban (clash of civilizations). Alasannya ada tiga: pertama, gagasan tersebut menurutnya terlalu melebih-lebihkan ancaman terorisme kepada Amerika Serikat. Kedua, ia tidak ingin menguatkan narasi para jihadis tentang perang antara Islam dan Barat. Ketiga, narasi benturan peradaban juga akan mengurangi daya tarik program tersebut untuk menggalang umat Islam sebagai informan. Saat presiden AS menggunakan bahasa yang longgar yang nampak menonjolkan sebuah konflik peradaban antara

44https://www.theatlantic.com/magazine/archive/1990/09/the-roots-of-muslim-rage/304643/

27

Violent Extremism vs Islam Radikal

Barat dan Islam, atau antara dunia modern dan Islam, maka kita akan membuatnya lebih sulit, tidak lebih mudah, bagi teman, sekutu, dan orang-orang biasa untuk menahan dan melawan dorongan terburuk di dunia Islam, 46kata Obama.

Pendekatan ala Obama tersebut pada akhirnya menghasilkan reaksi balik yang mungkin nantinya akan menentukan arah kebijakan pemerintah Trump. Sudah bertahun-tahun kaum Republik mencela keengganan Obama untuk menggunakan istilah Islam radikal . Mereka berargumen bahwa sikap tersebut merepresentasikan kegagalan Obama untuk menilai ancaman dengan tepat. Menurut para kritikus tersebut, Islam radikal adalah radikalisme yang berakar dari agama Islam.

Saat Obama melihat ekstremisme kekerasan , para kritikus melihat militansi agama. Saat Obama melihat benturan di dalam peradaban Islam antara sekelompok kecil fanatik dengan mayoritas umat Islam para kritikus melihat benturan antara peradaban Barat dan sekelompok kecil tapi signifikan di dunia Islam. Saat Obama melihat musuh lemah yang semakin melemah, para kritikus melihat musuh yang kuat yang semakin kuat. Saat Obama melihat keterbatasan AS untuk memberangus interpretasi Islam yang radikal, para kritikus melihat lemahnya usaha yang dilakukan oleh pemerintah AS. Saat Obama melihat adanya ancaman yang serius tapi masih bisa dimanaje terhadap keamanan nasional AS, para kritikus melihat adanya tantangan ideologis terhadap dunia yang bebas.

Dalam hal ini, Trump terlihat paling kuat dalam melakukan kontra argumen terhadap Obama. Tidak hanya dari kebijakan yang diusulkannya, seperti melarang atau sangat membatasi imigran Muslim di AS, tapi juga dari retorikanya: Saya kira Islam membenci kita, kata Trump awal tahun 2016 silam. Saat ditanya apakah yang

46 https://www.theatlantic.com/international/archive/2016/03/obama-doctrine-goldberg-communism-islamism-isis/475833/

ia maksud Islam radikal ataukah Islam secara umum, Trump menjawab, Radikal, tapi sangat sulit untuk mendefinisikan. Sangat sulit untuk memisahkan. 47

Kontroversi mengenai penolakan Obama untuk menggunakan istilah Islam Radikal bermula pada bulan Januari 2015 setelah serangan terhadap majalah satir, Charlie Hebdo. Pasca serangan tersebut, Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls, mengatakan bahwa negaranya sedang berperang melawan Islam Radikal. Beberapa hari berikutnya, Mara Liasson dari NPR bertanya mengapa Presiden Obama cenderung menghindari penggunaan kata tersebut. Pertanyaan tersebut dijawab oleh John Earnest, Sekretaris Gedung Putih. Ia menyatakan bahwa pemerintahan Obama sengaja tidak menggunakan kata tersebut. Ada dua alasan yang ia utarakan. Pertama, ia memandang bahwa pandangan keislaman pelaku menyimpang dari Islam. Kedua, sebagian besar Muslim di dunia mengecam serangan tersebut. Karenanya, pemerintah Obama menghindari penggunaan istilah tersebut karena [istilah tersebut] tidak menjelaskan secara akurat tentang apa yang telah terjadi. 48

Sejak itu, perdebatan sengit mengenai istilah tersebut mengemuka. Sikap Obama membuat geram sebagian pihak di AS. Beberapa pihak menganggap bahwa penghapusan elemen agama sebagai motivasi pelaku menunjukkan kurangnya pemahaman mengapa mereka begitu berbahaya. Sebagian yang lain menganggap sikap tersebut tidak layak diambil oleh seorang pemimpin AS.

Bagi Partai Republik, penolakan Obama untuk menyebut Islam Radikal menjadi tema utama para kandidat presidennya.49 Ted Cruz adalah salah satunya. Baginya, Selama kita memiliki pemimpin yang tidak mau mengucapkan kata terorisme Islam radikal , kita tidak akan memiliki usaha bersama untuk mengalahkan kaum

47http://edition.cnn.com/2016/03/09/politics/donald-trump-islam-hates-us/

48 http://www.mediaite.com/online/josh-earnest-wouldnt-be-accurate-to-call-paris-attackers-radical-islamists/

29

Violent Extremism vs Islam Radikal

radikal tersebut. 50 Begitu juga Jeb Bush, putra dari George W. Bush, yang mengatakan, Sepanjang saya hidup, saya masih susah memahami mengapa orang-orang masih terbelit dalam keraguan untuk mengatakan bahwa ini adalah terorisme Islam radikal. 51

Namun, sikap tersebut ternyata bukan hanya monopoli Republik. Pendeta Tulsi Gabbard dari Hawai mengkritik Obama atas tarian retorikanya. Ia merasa sangat terganggu saat Obama tidak mau mengidetifikasi Islam radikal sebagai ancaman.52 Max Fisher, dari Vox, mengkritik Obama yang sepertinya meremehkan atau bahkan mengabaikan sama sekali sebuah fakta yang aneh tapi penting, yaitu bahwa agama juga memainkan peranan penting sebagai penyebab munculnya ekstremisme.53 Sikap tersebut diambil Obama lebih karena alasan strategis dan perang ide. Untuk memerangi terorisme secara efektif, bagi Obama, adalah dengan memenangkan hati dan pikiran umat Islam. Usaha ini tidak akan tercapai jika AS membingkai konflik ini dalam istilah agama. Keyakinan serupa juga dimiliki oleh Bush. Obama menilai kelompok ekstrim telah menodai agama Islam. Bahkan, klaimnya, mayoritas Muslim di dunia tidak mengakui pandangan para ekstrimis tersebut sebagai orang Islam .54

Di sini, Obama, seorang Kristen Amerika, memposisikan diri sebagai penentu kebenaran keislaman seseorang. Entah apa standar kebenaran keislaman yang ia jadikan sebagai patokan. Para pejabat Barat kini terjebak dalam kancah perdebatan teologis. Bahkan, Barack Obama sendiri terapung dalam kubangan takfiri saat dia mengklaim bahwa Islamic State tidaklah Islami . Ironis memang, karena dia adalah seorang non-Muslim anak dari seorang Muslim, yang bisa diklasifikasikan sebagai seorang murtad, dan kini justru melakukan praktik takfir atas Muslim. Hal ini tentu

50 http://insider.foxnews.com/2015/11/14/senator-ted-cruz-says-we-need-commander-chief-who-will-vow-defeat-radical-islamic 51http://www.huffingtonpost.com/entry/jeb-bush-radical-islam_us_5649eb1fe4b045bf3defda73 52http://www.mediaite.com/tv/dem-rep-frustrating-wh-refuses-to-recognize-radical-islam-as-threat/ 53http://www.vox.com/2015/2/19/8065143/obama-isis-islam 54http://cnnpressroom.blogs.cnn.com/2015/02/01/pres-obama-on-fareed-zakaria-gps-cnn-exclusive/

saja menjadi bahan tertawaan bagi para jihadis. Seperti babi yang berlumur kotoran memberi nasihat soal higienitas, 55 kata Graeme Wood, dari Yale University.

Obama merasa deklarasi perang melawan Islam radikal akan membuat AS memiliki lebih banyak musuh. Usaha mereka untuk mendiskeditkan ideologi kelompok jihadis pun dirasa akan terganggu.

Kekhawatiran tersebut wajar, karena jika ditimbang, ada begitu banyak Muslim yang bisa dimasukkan dalam kategori radikal jika istilah tersebut dipakai. Bahkan, sebagaimana yang dikatakan salah seorang tokoh sayap kanan, Eli Lake, banyak aliansi AS dalam perang melawan teror yang tidak sepakat dengan taktik terorisme namun memiliki tujuan yang sama dengan Islam radikal, tegaknya hukum Islam di muka bumi.56 Artinya, deklarasi perang melawan Islam radikal akan membuat AS harus mengakhiri Perang Global Melawan Teror karena berhentinya dukungan dari sekutu Muslimnya.

Akar dari kontroversi ini sudah berlangsung pasca serangan 11 September saat George W. Bush mendeklarasikan perang global melawan teror , bukan perang melawan ekstremisme atau radikalisme Islam. Pemerintahan Bush kemudian melakukan rebranding. Menggantinya dengan Global Struggle Against Violent Extremism. 57 Ia menghindarkan diri dari menggunakan kata yang berhubungan dengan Islam.

Bush berusaha keras untuk menghindari framing agama dalam konflik ini. Ia berargumen bahwa para pelaku 911 bukanlah Muslim sejati. wajah teror bukanlah keyakinan sejati Islam. Itu semua bukanlah Islam yang sebenarnya. Islam adalah agama damai, kata Bush sesaat setelah serangan 11 September.58

55http://www.theatlantic.com/magazine/archive/2015/03/what-isis

56 http://www.bloombergview.com/articles/2015-01-19/why-obama-can-t-call-charlie-hebdo-terrorists-

radical-islamists-57http://www.nytimes.com/2005/07/26/politics/us-officials-retool-slogan-for-terror-war.html?_r=0

31

Violent Extremism vs Islam Radikal

Namun, kaum konservatif merasa bahwa terminologi perang melawan teror meninggalkan satu elemen kunci. Mereka memadang bahwa konflik tersebut seharusnya dibingkai dalam terminologi yang lebih ideologis. Dan beberapa anggota pemerintahan Bush setuju dengan kritikan tersebut. Istilah Islamofascism pun mulai dipopulerkan. Berawal dari tulisan seorang blogger, Stephen Schwartz, istilah tersebut mulai menyebar di kalangan sayap kanan.59

Mengatakan bahwa kita sedang berperang melawan terorisme itu seperti mengatakan bahwa kita sedang berperang melawan pengebom atau kita berperang melawan tank, kata Donald Rumsfeld, menteri pertahanan di era Bush. Sejak awal, anggota pemerintahan sangat hati-hati terhadap sebuah kebenaran yang sangat jelas, yaitu bahwa musuh utama kita adalah ekstremis Islam. 60

Setelah lima tahun menjalankan Perang Melawan Teror, pada tahun 2006, Bush mungkin untuk menanggapi kritikan dari kalangan konservatif mulai menyebut bahwa AS sedang berperang melawan Islamic fascist.61 Responnya tidak mengejutkan: banyak kalangan yang protes. Istilah tersebut dianggap menyerang mayoritas Muslim yang moderat dan menguatkan argumen bahwa terjadi benturan peradaban antara Islam melawan Barat.62

Kritikan tidak hanya datang dari kalangan umat Islam, namun juga dari internal pemerintah Bush sendiri yang memilih untuk tidak menggunakan istilah agama agar tidak diinterpretasikan terlalu luas.63

Lalu, apa yang membuat Trump dan timnya begitu keras meneriakkan bahwa Amerika Serikat sedang berperang melawan Islam radikal ? Tidak sebagaimana Obama, mereka tidak takut untuk mengatakannya. Mereka lebih peduli dengan citra mereka di hadapan basis pendukungnya termasuk komunitas yang curiga

59http://www.weeklystandard.com/article/13723

60http://www.amazon.com/Known-Unknown-Memoir-Donald-Rumsfeld/dp/159523084X

61http://www.cnn.com/2006/POLITICS/08/10/washington.terror.plot/

62http://news.bbc.co.uk/2/hi/4785065.stm

dan takut terhadap Islam dibanding memenangkan hati dan pikiran umat Islam di luar negeri.64

Banyak kalangan konservatif yang memandang konflik ini dari kacamata ideologis atau bahkan wahyu. Senator Lindsey Graham, misalnya, berpendapat bahwa Islam radikal dimotivasi oleh doktrin agama yang meminta mereka untuk memurnikan agamanya. Mereka tidak bisa diakomodasi atau ditenangkan. 65

Bush, Cruz, dan Trump tidak ragu untuk menyebut istilah Islam radikal karena menurut mereka, sikap tersebut memberikan kejelasan moral bagi Amerika dalam perang melawan teror.66 Namun, sebuah istilah tidak akan mampu memberikan

kejelasan moral jika kita sendiri tidak memahami apa maksudnya.

Perdebatan mengenai istilah ini pernah dibahas oleh Peter Beinart dalam sebuah tulisannya di Haaretz.67 Menurutnya, radikal mempunyai dua makna. Pertama, artinya adalah fundamental. Radikal berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar .

Saat radikal bermakna fundamental atau esensial , maka menggunakan frase Islam radikal menjadi tidak penting lagi. Karena dengan mengatakan bahwa Amerika berperang melawan Islam radikal sama dengan mengatakan bahwa Amerika berperang melawan Islam. Inilah yang diyakini oleh kelompok semacam Islamic State, dan juga tidak jauh dengan keyakinan Donald Trump. Hal ini dibuktikan saat Trump merespon penembakan di San Bernardino. Saat itu, ia meminta Amerika untuk melarang umat Islam secara umum masuk ke Amerika Serikat. Jika ia hanya spesifik melawan Islam radikal, tentu yang ia larang untuk masuk adalah hanyalah Islam radikal , bukan Muslim secara umum. Di awal pemerintahannya, Trump juga melarang masuknya pengungsi dari negara tujuh

64http://www.vox.com/2015/11/16/9745334/obama-radical-islam-isis 65 http://www.breitbart.com/video/2015/02/02/graham-obama-misunderstanding-of-radical-islam-like-pre-wwii-europe/ 66 http://www.breitbart.com/national-security/2013/05/27/the-lack-of-moral-clarity-in-the-war-with-radical-islam/ 67http://www.haaretz.com/opinion/.premium-1.724907

33

Violent Extremism vs Islam Radikal

negara mayoritas Muslim. Larangan tersebut hanya berlaku untuk pengungsi Muslim, tidak bagi pengungsi Kristen. Implikasinya, Trump memandang bahwa semua Muslim adalah radikal, kecuali terbukti sebaliknya.

Arti kedua dari radikal adalah ekstrem. Inilah hal yang menurut Beinart, menjadi alasan mengapa kata ini begitu penting bagi kalangan konservatif Amerika. Bagi mereka, kata tersebut sangat menarik bagi para pemilih mereka yang meyakini bahwa ISIS adalah representasi Islam yang otentik dan bagi mereka yang meyakini bahwa ISIS merepresentasikan bentuk Islam yang ekstrim.

Secara konsep, istilah tersebut sebenarnya tidak banyak memberikan kejelasan. Kata ekstrem tidak memiliki muatan moral atau ideologi. Ekstrem hanya berarti tidak biasa, menurut Beinart. Jika mau dibandingkan, kesetiaan Mother Teressa terhadap warga miskin Calcutta membuatnya menjadi seorang Kristen ekstrim. Ketaatan yang luar biasa dari Yahudi ultra ortodoks terhadap mitzvot (perintah Tuhan) membuat mereka disebut Yahudi ekstrem . Mengatakan Islam versi ISIS ekstrim tidak mampu memberikan penjelasan mengapa AS harus melawan atau bahkan memeranginya.

Islam radikal tidak bisa didefinisikan dengan jelas. Ia bisa berarti bahwa Islam itu sendiri adalah masalahnya atau bisa juga diartikan bahwa versi Islam yang tidak biasa tersebut adalah masalahnya. Namun, apa yang membuat Islam versi tersebut bermasalah? Tidak ada penjelasan.

Pertanyaannya sekarang, apa yang mereka maksud dengan Islam radikal menurut Trump dan orang-orang di sekelilingnya? Secara eksplisit, mereka tidak pernah mendefinisikannya. Namun, coba kita lihat dari rangkaian puzzle narasi yang mereka bangun.

FoxNews, salah satu media yang sangat mendukung Donald Trump dan banyak memberi panggung bagi tim Trump untuk menyampaikan narasinya, pernah memuat sebuah artikel yang ditulis oleh Qanta A. Ahmed, seorang yang mengaku

sebagai Muslim yang secara pribadi mendeklarasikan diri sanggup untuk bergabung bersama Trump untuk memerangi Islam radikal.68 Dalam artikel tersebut, ia menjelaskan apa yang dimaksud dengan Islam radikal. Menurutnya, Islam radikal adalah komponen pro kekerasan dari Islamisme. Mengutip, ilmuwan politik, Bassam Tibi, ia menjelaskan enam pondasi dasar ajaran kelompok Islamis.69 Pertama, kelompok Islamis memahami bahwa Islam adalah agama dan negara. Tibi mengklaim bahwa Islam sebagai sebuah negara tidak ditemukan satu pun di dalam

Dalam dokumen Lapsus Edisi 2 Februari 2017 (Halaman 26-39)

Dokumen terkait