• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Deskripsi obyek penelitian

2. Visi dan Misi Perusahaan Daerah Terminal Makassar Metro

Visi Perusahaan Daerah Terminal Makassar Metro di Kota Makassar adalah sebagai berikut: “Menjadi Pusat Pelayanan Jasa Terminal Angkutan Darat yang Profesional di Kawasan Timur Indonesia”.

Misi Perusahaan Daerah Terminal Makassar : Meningkatkan sistem pelayanan transportasi yang tertib, lancar, aman, selamat dan mampu menjangkau masyarakat dan wilayah Sulawesi. Mendorong perwujudan transportasi perkotaan dan pedesaan yang berkualitas, efisien, dan berkelanjutan dalam pelayanan

3.) Tugas dan tanggung jawab struktur organisasi a. Badan Pengawas mempunyai tugas:

1) Menetapkan rencana kerja dan pembagian tugas para anggota menurut bagian masing-masing untuk masa 12 bulan dan sesuai dengan tahun buku Perusahaan Daerah.

40

2) Menyelenggarakan rapat kerja sekurang-kurangnya 6 bulan sekali untuk membicarakan dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya, bila mana diperlukan sewaktu-waktu mengadakan rapat untuk menentukan keputusan mengenai hal-hal yang mendesak.

3) Merumuskan kebijaksanaan untuk Perusahaan Daerah secara terarah dalam bidang penanaman modal untuk penggunaan dalam memanfaatkan dan pengamanan hasil tarif angkutan dan jasa terminal lainnya.

4) Mengadakan penilaian atas prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan itu.

b. Direktur Utama mempunyai tugas:

1) Merencanakan kegiatan perusahaan daerah untuk jangka panjang, mengawasi dan mengkoordinir dalam bidang teknik pengelolaan terminal, bidang umum termasuk pengelolaan keuangan dan administrasi untuk mencapai tujuan.

2) Merumuskan strategi perusahaan daerah dan menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh badan pengawas dan melaksanakan operasi perusahaan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Memelihara suasana kerja yang baik dalam seluruh organisasi yang berusaha mencapai taraf efesiensi dan administrasi yang baik.

4) Secara berkala meninjau kembali dan menilai berbagai fungsi perusahaan daerah.

5) Mengambil inisiatif dalam penempatan, pemindahan dan pemberhentian serta menentukan batas ganti rugi sesuai peraturan yang berlaku.

6) Memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak dan mewakili perusahaan keluar.

Dalam melakukan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh Direktur Umum dan Direktur Operasional.

1) Direktur Umum mempunyai tugas yaitu:

a) Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan dibidang administrasi umum, keuangan dan kesekretarian.

b) Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan perlengkapan.

c) Merencanakan dan mengendalikan sumber-sumber pendapatan, serta mengatur penggunaan kekayaan perusahaan.

d) Mengendalikan pendapatan baik dari hasil pemungutan Tarif Angkutan dan Jasa Terminal maupun dari sektor lainnya.

e) Mengadakan kerja sama erat dengan Direktur Operasi dalam mengatur, mengawasi, menyediakan fasilitas dan material yang dibutuhkan dalam kelancaran kegiatan dalam bidang operasional.

f) Mengawasi penyusunan anggaran belanja/ penetapan modal kerja perusahaan, merumuskan dan menetapkan kebijaksanaan perusahaan keuangan lebih efektif bersama dengan Direktur lainnya.

g) Membuat penilaian dan persetujuan semua pembelian untuk keperluan operasional melalui atau tidak melalui tender.

h) Mengadakan penyelenggaraan pembukuan up to date dan menilai laporan keuangan untuk mengusulkan perbaikan pada posisi keuangan dan persediaan barang kepada Direktur Utama.

i) Mengawasi dan mengusahakan penagihan uang dari langganan/ pemakai jasa bangunan terminal secara intensif dan efektif.

j) Menetapkan kebijaksanaan dan menandatangani surat edaran pengumuman mengenai tata tertib Perusahaan Daerah dan Kepegawaian yang dapat melancarkan kegiatan dan meningkatkan efesiensi kerja pada karyawan atas persetujuan Direktur Utama.

Dalam menjalankan tugasnya Direktur Umum dibantu oleh dua kepala bagian yaitu kepala bagian umum dan kepala bagian keuangan

1. Kepala bagian umum mempunyai tugas yaitu:

a. Merencanakan, mengkoordinasi, dan mengawasi pelaksanaan tugas dari seksi administrasi dan kepegawaian seksi perlengkapan serta seksi hukum dan hubungan masyarakat.

b. Melaksanakan pengadaan/ pembelian barang/ materai dengan jasa yang diperlukan oleh perusahaan.

c. Mengadakan usaha pemeliharaan dan pengawasan peralatan dan bangunan kantor.

d. Mengendalikan semua barang dan peralatan yang menjadi milik perusahaan daerah sesuai dengan kebutuhannya.

e. Meminjam dan mendistribusikan tiap jenis barang kepada semua unit kerja sesuai dengan keperluan setelah mendapat pengesahan.

Dalam melakukan tugasnya, Kepala Bagian Umum dibantu oleh:

1) Seksi Administrasi Kepegawaian 2) Seksi Perlengkapan

3) Seksi Hukum dan Humas 2. Kepala Bagian Keuangan

a. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi tugas dari seksi anggaran, seksi pembukuan, dan seksi kas.

b. Merencanakan, mengendalikan dan menginventarisir sumber-sumber pendapatan serta pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.

c. Menyelenggarakan penyusunan, penyimpanan dan pengamanan yang berhubungan dengan data keuangan.

d. Mengkoordinir kegiatan dengan bagian lain untuk meningkatkan pelayanan yang menyangkut masalah keuangan.

e. Melakukan pemeriksaan kas dan pembukuan perusahaan setiap saat.

Dalam melakukan tugasnya Kepala Keuangan dibantu oleh:

1) Seksi Anggaran 2) Seksi Pembukuan 3) Seksi Kas

2) Direktur Operasional

a) Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan-kegiatan bagian pengelolaan dan bagian produksi.

b) Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan pemungutan tarif angkutan dan jasa terminal lainnya maupun kelancaran dan ketertiban lalu lintas serta keamanan dan ketertiban terminal.

c) Merumusksan dan menetapkan kebijaksanaan mengenai peningkatan tarif dan jasa terminal.

d) Mengatur tata cara pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pengusaha angkutan umum maupun masyarakat pengguna jasa terminal lainnya.

e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Direktur Utama.

Dalam melakukan tugasnya Direktur Operasional dibantu oleh:

1. Kepala Bagian Produksi

Kepala bagian Produksi mempunyai tugas yaitu:

a. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari seksi penagihan dan seksi pendataan.

b. Merencanakan dan menyusun kebutuhan yang akan dipakai dalam operasi pemungutan tarif angkutan jasa terminal lainnya.

c. Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemungutan tarif angkutan dan jasa terminal serta pungutan-pungutan lainnya.

d. Menganalisa dan mengusulkan kemungkinan penambahan jenis jasa terminal terutama sektor fasilitas untuk meningkatkan sumber pendapatan.

e. Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direksi.

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala bagian produksi dibantu oleh beberapa seksi yaitu:

a) Seksi Pendataan b) Seksi Jasa Penagihan

c) Unit Tamalate (Mallengkeri)

Tiap seksi masing-masing dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Produksi.

2. Kepala Bagian Pengelola

Bagian pengelolaan dipimpin oleh seorang kepala bagian pengelola yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Diektur Operasional:

a. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas dari seksi pengaturan parkir, seksi pemeliharaan kebersihan dan seksi keamanan dan ketertiban.

b. Melaksanakan pembinaan terhadap pengusaha-pengusaha angkutan dan pengusaha lainnya diterminal.

c. Menyelenggarakan kegiatan pemeriksaan terhadap kegiatan dan kondisi layak jalan dan kapasitas penumpang untuk angkutan penumpang umum yang tiba dan akan berangkat ke terminal sesuai ketentuan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Bagian Pengelolaan dibantu oleh:

a) Seksi Pengaturan Parkir

b) Seksi Pemeliharaan Kebersihan

c) Seksi Keamanan dan ketertiban

B. Peran Pemerintah Dalam Penertiban Terminal Liar

Peran Pemerintah Kota Makassar memposisikan terminal sebagai salah satu potensi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun belum menyertakannya dengan penyelenggaraan terminal yang profesional, sehingga daya tarik terminal dipersepsikan menurun menghadapi ancaman semakin maraknya terminal liar.

Pengoperasiannya Terminal Unit Regional Daya terdapat beberapa masalah yang dihadapi. Dari keseluruhan masalah tersebut akhirnya menjadi saling berkaitan dan tidak memiliki ujung pangkal. Dari pemantauan di lapangan, masalah terbesar yang dihadapi oleh Terminal Unit Regional Daya adalah sebagian besar mobil penumpang lebih memilih untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di luar terminal yang akhirnya menimbulkan terminal liar serta masih beroperasinya angkutan liar yang berupa mobil pribadi (berplat hitam) yang mengambil penumpang oleh karenanya peran pemerintah dalam menertibkan terminal liar di kawasan daya Kota Makassar sangat penting seperti Menerapkan regulasi, Peran pemerintah Kota Makassar dalam menertibkan terminal liar menerapkan regulasi seperti, Perda Kota Makassar Nomor 15 tahun 2006 tentang pengelolaan terminal penumpang, Surat Keputusan Wali kota Makassar Nomor : 510/kep/551.23/2004. Regulasi ini di bentuk untuk menertibkan angkutan-angkutan yang memilih menaikkan dan menurungkan penumpang di luar terminal dan sebagai dasar hukum pemerintah dalam melakukan penertiban. Selain itu pemerintah Kota Makassar juga membentuk tim terpadu. Tim terpadu adalah tim yang terdiri dari beberapa instansi yang di bentuk

oleh Wali Kota dalam Surat Keputusan Wali Kota Makassar Nomor 551.05/1181/kep/VII/2014 Pembentukan Tim Terpadu Pembinaan, Penatan dan penertiban kendaraan bermotor umum/kendaraan pribadi (plat Hitam) yang beroprasi menaikkan orang (penumpang umum) atau barang di luar terminal.

Tim ini di ketuai oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Makassar dan beranggotakan beberapa intansi seperti Kasatlantas Polrestabes Kota Makassar, Kasatpol PP Kota Makassar, Dirut Perusahaan Daerah Kota Makassar, Kapolsek Biringkanaya, Danramil Kota Makassar, Kabid Propam Polda Sulsel, Danpom AU Koopsau II Makassar, Camat Biringkanaya, DPC Organda Kota Makassar dan beberapa intansi lainya. Tim ini bertujuan untuk menertibkan terminal liar yang berada di sepanjang jalan perintis kemerdekaan depan AURI sampai perbatasan Kabupaten Maros, Dan dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakat agar dapat tercipta kondisi lalu lintas yang lancar dan mengembalikan fungsi terminal sebagai awal keberangkatan dan akhir kedatangan calon penumpang.

Hal ini dapat di jelaskan pada indikator sebagai berikut : 1. Regulasi 12,13 dan 14 tentang pengelolaan terminal penumpang angkutan jalan dan SK wali kota Makassar Surat Keputusan Wali kota Makassar Nomor :

510/kep/551.23/2004 memutuskan larangan menaikkan dan menurungkan penumpang pada pool kendaraan bus angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP) dan angkutan antar kota antar provinsi (AKAP). SK Wali Kota Nomor 551.05/1181/Kep/VII/2004 tentang pembentukan tim terpadu pembinaan, penataan, penertiban kendaraan bermotor umum/kendaraan pribadi (plat hitam) beroprasi menaikkan penumpang atau barang di luar terminal. Aturan ini di sampaikan melalui surat edaran dan sapnduk yang di bagikan kepada supir angkutan daerah”(Hasil wawancara MR, 26 mei 2015).

Hasil wawancara di atas mengemukakan bahwa pemerintah telah membuat peraturan larangan menaikkan penumpang diluar terminal yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Dalam paragraf 1 pasal 33, 34, dan 37 Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe Terminal. Paragraf 1: Fungsi, Klasifikasi, dan Tipe Terminal. Pasal 33 (1) Untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu dapat dibangun dan diselenggarakan Terminal. (2) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa Terminal penumpang dan/atau Terminal barang. Dapat dibangun dan diselenggarakan Terminal. Pasal 34 (1) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) menurut pelayanannya dikelompokkan dalam tipe A, tipe B, dan tipe C. (2) Setiap tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi dalam beberapa kelas berdasarkan intensitas Kendaraan yang dilayani.

Pasal 35 Untuk kepentingan sendiri, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan swasta dapat membangun Terminal barang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 36 Setiap Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek wajib singgah di Terminal yang sudah ditentukan, kecuali ditetapkan lain dalam izin trayek.

Sesuai hasil wawancara dengan informan mengukapkan bahwa pemerintah telah mengeluarkan regulasi mengenai Penertiban Terminal Liar Di Kawasan Terminal Regional Daya Kota Makassar terdiri yaitu Perda Kota Makassar Nomor 15 tahun 2006 pasal 12,13 dan 14 tentang pengelolaan terminal penumpang angkutan jalan dan Surat Keputusan Wali kota Makassar Nomor : 510/kep/551.23/2004 memutuskan larangan menaikkan dan menurungkan penumpang pada pool kendaraan bus angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP) dan angkutan antar kota antar provinsi (AKAP). SK Wali Kota Nomor 551.05/1181/Kep/VII/204 tentang pembentukan tim terpadu pembinaan, penataan, penertiban kendaraan bermotor umum/kendaraan pribadi (plat hitam) beroprasi menaikkan penumpang atau barang di luar terminal. Aturan sudah di sampaikan kepada parah supir melalui surat edaran dan spanduk tapi kurangnya kepedulian para supir mengenai aturan tersebut.

Hasil wawancara mengenai regulasi maka dapat di simpulkan bahwa pemerintah telah melakukan upaya Penertiban Terminal Liar Di Kawasan Daya Terminal Regional Kota Makassar dengan mengeluarkan regulasi tentang penertiban terminal Liar dan larangan mobil pribadi (plat hitam ) mengambil penumpang, namun yang menjadi kendala karena kurangnya kepedulian para supir mengenai aturan tersebut.

2. Pembinaan

Pembinaan yang di maksud sebagai peran pemerintah adalah pembinaan yang di lakukan pemerintah seperti mengarahkan kepada para supir mobil penumpang antar daerah sehinggah tidak menaikkan dan menurungkan

penumpang di luar terminal daya agar fungsi terminal terlaksana dengan baik. Hal ini di ungkapkan dengan kepala Seksi Administrasi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Terminal Makassar metro mengemukakan bahwa:

“Pembinaan itu dalam bentuk himbauan larangan menaikkan dan menurungkan penumpang di luar terminal dan larangan mobil pribadi (plat hitam) mengambil penumpang”.(Hasil wawancara MR, 26 mei 2015).

Berdasarkan hasil wawancara bahwa Perusahaan Daerah Terminal Makassar Metro sudah melakukan pembinaan dalam bentuk himbauan dengan mengarahkan kepada para supir untuk masuk kedalam terminal. Dan melarang mobil pribadi (plat hitam) mengambil penumpang karena melanggar aturan yang di telah di tentukan. Hal ini di perjelas dengan Direktur Utama Perusahaan Daerah Terminal Makassar Metro:

“Kami dari Perusahaan Daerah makassar metro sudah melakukan pembinaan dalam bentuk himbauan setiap saat kepada para supir, ketua organda dan Perusahaan Otomotif (PO) untuk masuk ke dalam Terminal dan larangan untuk mobil pribadi (plat hitam) mengambil penumpang melalui surat edaran, spanduk dan pembentukan tim Terpadu yang di bentuk oleh walikota Makassar ”.(Hasil wawancara HS, 28 mei 2015).

Sesuai hasil wawancara diatas bahwa Perusahaan Daerah Terminal Makassar Metro sudah berupaya melakukan himbauan kepada para supir untuk masuk ke dalam keterminal dan larangan mobil pribadi (plat hitam) mengambil penumpang di luar terminal, melalui informasih spanduk dan surat edaran yang di bagikan kepada parah supir dan pembentukan tim terpadu yang di bentuk oleh Wali Kota sehingga terminal dapat berfungsi dengan baik.

Hal ini juga di ungkapkan dengan Staf Pegawai Kepala Seksi Bimbingan Keselamatan Dinas Perhubungan Kota Makassar bahwa :

“Bahwa kami juga sering melakukan pembinaan kepada para supir angkutan daerah dan melarang mobil pribadi (plat hitam) mengambil penumpan melalui kegiatan bimbingan keselamatan tranportasi yang di lakukan 2 kali dalam setahun dengan mengundang para supir tapi hanya perwakilan supir yang datang”( Hasil wawancara AM, 3 juni 2015).

Berdasarkan hasil wawancara menjelasakan bahwa dinas perhubungan telah berupaya melakukan pembinaan kepada para supir angkutan daerah dan larangan mobil pribadi (plat hitam) mengambil penumpang, melalui bimbingan keselamatan transportasi yang di lakukan 2 kali dalam setahun dengan mengundang para supir tapi hanya di wakilkan oleh rekan para supir. Bimbingan keselamatan yang di maksud adalah dengan melakukan koordinasi dan memberikan pengarahan kepada supir angkutan daerah untuk tidak menaikkan dan menurungkan penumpang di luar terminal. Hal berbeda di ungkapkan dengan supir angkutan daerah bahwa :

“ Pemerintah tidak pernah melakukan pembinaan kepada para supir angkutan daerah dan saya lebih memilih memakai mobil plat pribadi (plat hitam) karena bisa mengantar dan menjemput penumpang ke dalam kota

”(Hasil wawancara TK, 1 juni 2015 )

Sesuai wawancara di atas bahwa pemerintah tidak pernah melakukan pembinaan kepada para supir angkutan daerah. Hal ini yang mengakibatkan para supir lebih leluasa menaikkan dan menurungkan penumpang di luar terminal karena tidak adanya ketegasan dari pemerintah terkait dengan masalah tersebut.

Dan para supir lebih memilih memakai mobil plat pribadi (plat hitam) di banding plat kuning karena bisa mengantar dan menjemput penumpang ke dalam kota.

Berdasarkan hasil wawancara di atas mengenai pembinaan maka dapat di simpulkan bahwa Perusahaan Daerah Terminal Makassar Metro telah melakukan upaya pembinaan melalui himbuan larangan menaikkan dan menurungkan

penumpang di luar terminal dan larangan mobil pribadi (plat hitam) mengambil penumpang dan Dinas Perhubungan telah melakukan pembinaan melalui kegiatan keselamatan transportasi yang di laksanakan 2 kali dalam setahun dengan mengundang para supir untuk hadir dalam kegiatan dengan melakukan koordinasi dan memberikan pengarahan, tapi para supir tidak menaggapi undangan tersebut dan hanya di wakilkan oleh rekan mereka.

Peran pemerintah dalam melakukan pembinaan belum efektif karena kuranya sosialisasi serta adanya perbedaan pendapat antara Perusahaan Daerah terminal Makassar Metro dan supir. Dimana Perusahaan Daerah terminal terminal Makaassar Metro mengungkapkan bahwa telah melakukan pembinaan berupa arahan dan himbauan berupa surat edaran spanduk dan pembentukan tim terpaduk yang di bentuk oleh Wali Kota Makassar namun berbeda halnya dengan yang diungkapkan para supir bahwa PD terminal tidak pernah melakukan himbauan atau tindakan apapun terhadap supir yang melanggar.

3. Pengawasan

Pengawasan yang di maksud adalah pengawasan yang di lakukan pemerintah dalam hal ini Polisi lalu lintas dan Dinas Perhubungan Kota Makassar untuk menempatkan anggotanya di lokasi terminal liar agar para supir tidak menaikkan dan menurunkan penumpang di luar terminal daya. Hal di ungkapkan dengan Kepala Bidang Tehnik Sarana dan Prasarana bahwa :

“Kami dari dinas perhubungan sudah sering melakukan pengawasan di lokasi terminal dan kami tidak bisa bergerak sendiri dan harus ada tim terpadu dari beberapa dinas terkait untuk menertibkan dan mengawasi mereka”.(Hasil wawancara AR, 3 Juni 2015 “ )

Hasil wawancara di atas mengukapkan bahwa pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan sering melakukan pengawasan di lokasi terminal dengan menurungkan beberapa anggota, tapi pihak Dinas Perhubgan tidak bisa bergerak sendiri dan harus ada tim terpadu yang harus yang mengawasi mereka agar tidak menaikan dan menurungkan penumpang diluar terminal. Hal lain juga di ungkapkan anggota lalu lintas Polrestabes Kota Makassar bahwa:

“Kami sudah sering melakukan pengawasan dan penindakan berkali-kali tapi masalahnya mobil angkutan dan pribadi (plat hitam) yang mengambil penumpang di luar terminal, sebagian milik oknum berpangkat ( perwira) dan sudah sering di tindak tapi muncul lagi dan kami sering melakukan rapat dengan beberapa dinas terkait tapi tidak ada solusinya”.(Hasil wawancara SL, 5 juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas mengukapkan bahwa Kepolisian Lalu lintas Polrestabes Kota Makassar sering melakukan pengawasan dan penindakan tapi banyaknya oknum berpangkat (perwira) yang mempunyai mobil pribadi (Plat Hitam) yang mengambil penumpang dan sering di tindak tapi muncul lagi dan kepolisian Lalu lintas sering melakukan rapat dengan beberapa dinas terkait mengennai masalah tersebut tapi tidak solusi yang di harapkan. Hal yang berbeda di ungkapkan dengan supir angkutan daerah menerangkan bahwa :

“Pemerintah tidak pernah melakukan pengawasan dan penindakan kepada para supir angkutan dan mereka hanya sekedar lewat dan tidak ada teguran dari kepolisian dan dishub”.(Hasil wawancara HN, 1 juni 2015 )

Berdasarkan hasil wawancara dengan supir angkutan bahwa tidak adanya pengawasan yang di lakukan oleh pemerintah kepada para supir yang melakukan pelanggaran menaikkan dan menurungkan penumpang di luar terminal sehingga parah supir lebih leluasa mengambil penumpang di luar terminal dan dikatakan juga bahwa petugas yang melihat pelanggaran tersebut tidak melakukan teguran

atau tindakan kepada apara supir yang melakukan pelanggaran ini yang mengakibatkan para supir lebih leluasa menaikkan dan menurungkan penumpang di luar terminal.

Sesuai hasil wawancara di atas mengenai pengawasan maka dapat di simpulkan bahwa peran pemerintah dalam melakukan upaya pengawasan belum efektif karena adanya perbedaan pendapat antara petugas dan supir angkutan dimanah petugas mengatakan bahwa telah melakukan upaya pengawasan kepada parah supir yang melakukan tindakan pelanggaran namun berbeda halnya dengan para supir yang mengatakan bahwa para petugas tidak pernah melakukan pengawasan kepada para supir angkutan yang melakukan tindakan pelanggaran yang menaikkan dan menurungkan penumpang di luar terminal.

4. Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi yang dimaksud adalah memberikan teguran atau sanksi kepada parah supir yang melanggar aturan menaikkan menurungkan penumpang di luar terminal dan mobil pribadi (plat hitam) yang mengambil penumpang sesuai perda yaitu pencabutan surat izin mengemudi (SIM) surat tanda nomor kendaraan (STNK.) dan pencabutan izin trayek. Hal ini di ungkapkan dengan Staf Pegawai Bimbingan Keselamatan Transportasi bahwa:

“Kami telah memberikan sanksi kepada para supir yang melakukan pelanggaran menaikkan menurungkan penumpang di luar terminal dan mobil pribadi (plat hitam) yang mengambil penumpang dengan mencabut surat-surat kendaraan dan melakukan penahanan kendaraan selama 2 minggu supaya ada efek jerah”.(Hasil Wawancara AM, 3 Juni 2015).

Hasil wawancara di atas mengunkapkan bahwa dinas perhubungan telah memberikan sanksi kepada para supir yang melakukan pelanggaran menaikkan

dan menurungkan penumpang di luar terminal seperti mobil pribadi (plat hitam) yang mengambil penumpang dengan mencabut surat-surat kendaraan dan pencabutan surat izin trayek dan menahan kendaraan selama 2 minggu supaya ada efek jerah agar tidak melakukan pelanggaran tersebut dan dapat kembali menaikkan dan menurungkan penumpang di dalam terminal sehingga mengembalikan terminal sesuai fungsinya dan dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini juga di ungkapkan anggota Lalu lintas Polrestabes Kota Makassar bahwa:

“Kami dari kepolisian Lalu lintas telah berupaya memberikan sanksi kepada para supir yang melakukan pelanggaran menaikkan menurungkan penumpang di luar terminal dan mobil pribadi (plat hitam) yang mengambil penumpang dengan melakukan tilang pencabutan surat-surat kendaraan dan denda Rp 250 000”.(Hasil Wawancara, SL 5 Juni 2015).

Sesuai hasil wawancara di atas bahwa sesuai aturan yang telah di tentukan kepolisian lalu lintas telah berupaya memberikan sanksi tegas kepada parah supir yang melakukan pelanggaran menaikkan dan menurungkan penumpang di luar terminal mobil pribadi (plat hitam) yang mengambil penumpang dengan memeberikan surat tilang pencabutan surat-surat kendaraan dan denda Rp 250 000 sebagai efek jerah agar tidak melakukan pelangggaran tersebut dan dapat mengembalikan fungsi terminal sebagai awal dan akhir keberangkatan penumpang. Hal berbeda di ungkapkan supir bahwa :

“Pihak kepolisian sudah 2 tahun tidak pernah melakukan penindakan kepada pada supir angkutan daerah. Tahun 2011 -2013 pernah ada polisi yang sangat tegas, apa bila melihat mobil angkutan mengambil penumpang di

“Pihak kepolisian sudah 2 tahun tidak pernah melakukan penindakan kepada pada supir angkutan daerah. Tahun 2011 -2013 pernah ada polisi yang sangat tegas, apa bila melihat mobil angkutan mengambil penumpang di

Dokumen terkait