• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1.2 Visi dan Misi PT.Perkebunan Nusantara III (persero)

Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah sebagai berikut :

Visi: Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik.

Misi:

1. Mengembangkan industri hilir berbasis perkebunan secara berkesinambungan 2. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan

3. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal

4. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan „imbal-hasil‟ terbaik bagi para investor

5. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis

6. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas 7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

4.2 Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Sarang Giting

Perkebunan Sarang Giting terletak di Sumatera Utara, Kabupaten Serdang Bedagai, Kecamatan Dolok Masihul dan Kecamatan Serba Jadi yang terbagi atas beberapa Desa yakni: Sarang Giting, Sarang Torop, dan Desa Serba Jadi. Kebun Sarang Giting berbatasan dengan Desa yakni:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bajaronggi 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Panombean 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kebun Sei Putih

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Dolok Masihul

Kebun Sarang Giting (KSGGI) merupakan salah satu unit PTP. Nusantara III (Persero) Medan – Sumatera Utara, yang bergerak dalam bidang usaha Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit dengan luas HGU 3.051,72 Ha yang terdiri dari Tanaman Karet seluas 2.256,00 Ha, Tanaman Kelapa Sawit seluas 430,05 Ha dan areal Non Tanaman seluas 324,47 Ha serta mempunyai Pabrik Pengolahan Karet RSS (Ribbed Smoke Sheet) dengan Kapasitas Olah 12 Ton Karet Kering Perhari.

KSGGI berasal dari dua unit kebun yakni Kebun Sarang Giting dan Kebun Serba Jadi. Kebun Sarang Giting sebelum PD-II sampai Tahun 1953 bernama Deli Batavia Rubber Maschapay (DBRM), Tahun 1953 diganti menjadi Vrenigde Deli Maschapay (VDM) hingga Tahun 1958. Tahun 1958 – 1963 menjadi Perusahaan Sumatera Utara

VII, Tahun 1963 – 1968 bernama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet III, dan pada Tahun 1968 menjadi PNP IV.

Kebun Serbajadi sampai Tahun 1958 bernama NV. Sumatera Rubber Culture Serbajadi, Tahun 1958 – 1963 bernama Perusahaan Perkebunan Sumatera Utara VII, yang selanjutnya pada Tahun 1968 menjadi Perusahaan Negara Perkebunan IV. Pada Tahun 1969 dilaksanakan penggabungan kedua kebun menjadi Kebun Sarang Giting dengan nama PNP IV Kebun Sarang Giting, dan pada Tahun 1978 dirubah menjadi PT. Perkebunan IV.

Pada masa konsolidasi, PTP IV Kebun Sarang Giting menjadi bagian dari PTP. III, IV, V, sesuai Peraturan Pemerintah RI No.8 Tahun 1996, terhitung mulai tanggal 11 Maret 1996 dengan Akte No.36 dari Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta berubah nama menjadi PT. Perkebunan Nusantara III. PTPN III menjadi Induk Holding BUMN Perkebunan sejak tanggal 17 September 2014,sesuai PP No.72/2014.

Tabel 4.1. Luas Areal Statement Kebun Sarang Giting Tahun 2018 Sumber: PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Sarang Giting

Berdasarkan tabel di atas, luas areal di Kebun Sarang Giting yang paling besar adalah afdeling I dan yang paling kecil adalah afdeling IV. Tanaman karet ditanam di seluruh afdeling dengan luas tanaman karet afdeling I 661,5 Ha, afdeling II 534,8 Ha, afdeling III 496,5 Ha, afdeling IV 379,6 dan afdeling V 176,95. Total luas areal tanaman karet sebesar 2249,35 Ha.

4.3. Struktur Organisasi Kebun Sarang Giting

Struktur organisasi dibuat untuk menetapkan dan mengelompokkan pekerjaan yang akan dilakukan serta melimpahkan tanggung jawab ataupun wewenang dalam melakukan hubungan-hubungan dengan maksud untuk memungkinkan orang bekerja secara efektif. Berikut bagan organisasi PT.Perkebunan Nusantara III:

Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Kebun Sarang Giting

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT.Perkebunan Nusantara III Kebun Sarang Giting

4.3.1. Tanggung Jawab dan Wewenang Jabatan Karyawan Pimpinan Kebun Sarang Giting

1. Manajer

Manajer kebun adalah jabatan tertinggi diperkebunan dengan fungsi sebagai pimpinan dan pengelola perkebunan. Dalam menjalankan tugasnya, Manajer bertanggung jawab kepada para direksi dan dibantu oleh para asisten. Uraian tugas manajer meliputi:

a. Mengelola, memimpin, membimbing, mengawasi serta mengontrol dan mengamankan unit kerja/perkebunan.

b. Melaksanakan kebijakan dan instruksi direksi c. Mengelola keuangan unit kerja/perkebunan

d. Memimpin dan mengkoordinir tata usaha, ketenagakerjaan serta bagian umum

e. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan

f. Menyelenggarakan seluruh proses produksi sesuai dengan standar dan program mutu untuk mencapai hasil yang optimal.

g. Mengusulkan pengangkatan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan, pemberhentian bawahannya sesuai peraturan yang berlaku.

2. Askep/Assisten Kepala

Assisten Kepala adalah unsur staf yang membantu tugas-tugas Manajer Kebun dalam koordinasi, pembinaan, dan pengawasan pekerjaan di Kebun. Assisten

Kepala dalam tugasnya bertanggung jawab kepada Manager Kebun dan dalam tugasnya Assisten Kepala mengkoordinir dan membawahi Assisten Afdeling.

Uraian tugas Assisten Kepala meliputi:

a. Membantu Manager Kebun dalam penyusunan rencana kerja dan biaya kebun (bidang tanaman).

b. Menyusun jaringan kerja dari afdeling-afdeling.

c. Mengawasi realisasi rencana kerja dan rencana anggaran/biaya.

d. Mengkoordir pengadaan dan penempatan tenaga kerja di afdeling.

e. Mengatur penyebaran kebutuhan bahan di afdeling.

f. Memeriksa secara administrasi dan fisik terhadap pekerjaan di lapangan.

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Assisten di afdeling.

3. Assisten Afdeling/Assisten Tanaman

Assisten Afdeling (Kepala Afdeling) merupakan pemimpin tertinggi di afdeling dan bertugas memimpin, menggerakkan serta mengawasi semua kegiatan di afdeling. Uraian tugas Assisten Afdeling meliputi:

a. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan/kegiatan sesuai dengan ketentuan perusahaan.

b. Memberi petunjuk, bimbingan, dan pengawasan teknis mengenai semua pelaksanaan kegiatan di afdeling.

c. Melaksanakan pengamatan dan pemeriksaan lapangan secara terus menerus.

d. Menyelenggarakan administrasi serta pembukuan atas semua kegiatan di afdeling.

e. Melaksanakan pemeliharaan secara efektif dan efisien sesuai dengan standar yang ditentukan.

4. Assisten Personalia Kepala (APK)

Assisten Personalia Kepala secara operasional langsung dibawah Manager Kebun dan Askep. Uraian tugas Assisten Personalia meliputi:

a. Mengawasi dan meneliti penerimaan tenaga kerja dengan berpedoman kepada standard yang telah ditetapkan.

b. Membina hubungan baik dengan masyarakat disekitar lokasi perusahaan.

c. Mengkoordinasikan kegiatan dalam peningkatan kesejahteraan karyawan.

d. Memberikan informasi kepada Manajer Kebun dalam bidang produktivitas kerja.

5. Assisten Tata Usaha (ATU)

Assisten Tata Usaha bertugas membantu Manajer Kebun dalam memimpin seluruh kegiatan administrasi perusahaan. Uraian Tugas yang ditangani Assisten Tata Usaha meliputi:

a. Merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan bagian administrasi.

b. Melaksanakan dan mengawasi semua kegiatan operasional di dalam bidang keuangan dan administrasi, tenaga kerja, sarana, dan peralatan kerja.

c. Mengkoordinir penyusunan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan kebun/afdeling berdasarkan Norma kerja yang telah di tentukan.

d. Membuat laporan Neraca percobaan dan laporan manajemen setiap bulan yang sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan.

e. Melaksanakan evaluasi biaya/harga pokok setiap bulan, mengawas pembukuan biaya sesuai dengan rekening dalam sistem administrasi.

f. Bekerjasama dengan petugas umum membina dan memberi petunjuk kepada karyawan dalam meningkatkan kesejahteraan, keagamaan, olah raga,

lingkungan hidup, gotong royong, koperasi dan keamanan karyawan di lingkungan kantor kebun.

6. Assisten Teknik

Assisten Teknik merupakan penanggung jawab pabrik dibidang pemeliharaan, bengkel dan bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan dan tindakan dalam bidang produksi. Uraian tugas Assisten Teknik meliputi:

a. Mempertanggung jawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan Bengkel Teknik/Bengkel Reperasi dan kebersihan lingkungan.

b. Mengawasi pelaksanaan tugas pekerjaan Teknik Pabrik.

c. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

d. Memberikan bimbingan, dorongan untuk menciptakan iklim kerja yang harmonis.

e. Mengendalikan tercapainya jasa-jasa kerja karyawan Teknik Pabrik Bengkel seoptimal mungkin.

7. Perwira Pengamanan (Pa-Pam)

Perwira Pengamanan (Pa Pam) bertugas membantu Manajer Kebun dalam

a. Mempertanggungjawabkan pengelolaan keamanan dan ketertiban di Kebun Sei Kencana kepada Manajer Kebun.

b. Koordinasi dengan pihak keamanan setempat seperti kepolisian, pemerintah desa dan koramil

c. Mangamankan Asset perusahaan dari semua bentuk gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam

d. Mewakili Perusahaan jika berurusan dengan pihak kepolisian atau pihak keamanan lainnya

e. Melakukan pengawasan pengamanan informasi dan inventaris perusahaan.

8. Mandor

Mandor adalah orang yang mengatur semua kegiatan yang ada di lapangan. Para mandor berkewajiban untuk hal-hal berikut ini:

a. Membantu tugas-tugas asisten dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan karyawan penderes dan pemanen sawit dengan mengarahkan mandor-mandor lapangan.

b. Mengatur tenga kerja deresan dan pemanen sawit.

c. Membantu asisten mengatur pengoperasian alat-alat transport di lapangan d. Mencatat kehadiran karyawan pada buku mandor

e. Membuat laporan atau hasil pekerjaan kepada assisten setiap hari.

f. Bertanggung jawab kepada assisten.

9. Kerani

Para kerani berkewajiban untuk melaksanakan:

a. Membuat atau menyusun rencana anggaran belanja bulanan

b. Membuat atau menyusun rencana kerja harian, serta membuat daftar kumpulan laporan kerja harian dan membuat daftar upah karyawan c. Meneliti buku mandor dan memindahkan hari kerja karyawan ke buku

assisten

d. Membuat laporan mingguan dan membuat laporan bulanan e. Bertanggung jawab kepada assisten.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Umur

Umur adalah usia karyawan penyadap karet yang diukur dalam satuan tahun. Adapun distribusi karyawan sampel menurut kelompok umur pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Umur

Umur (Tahun) Jumlah Presentase

20-25 4 5.263

Berdasarkan hasil survey di lapangan, sebagian besar karyawan penyadap karet berada pada umur 31-35 tahun sebesar 21,053 % yang artinya karyawan tersebut masih memiliki fisik yang kuat dalam mencapai hasil produksi yang telah ditentukan.

5.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal karyawan penyadap karet yaitu jenjang pendidikan SD, SMP, SMA/sederajat dan Strata 1 yang dihitung dalam satuan tahun.

Adapun distribusi karyawan sampel berdasarkan tingkat pendidikan pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah Presentase

SD (1-6) 10 13.158

Berdasarkan hasil wawancara dan survey bila dilihat dari tingkat pendidikan formal, sebagian besar pendidikan terakhir karyawan penyadap karet adalah SMA sebesar 48,684%.

5.3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan adalah banyaknya tanggungan karyawan penyadap karet yang masih dibiayai. Adapun distribusi karyawan sampel berdasarkan jumlah tanggungan pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.3. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Jumlah Tanggungan

Jumlah Tanggungan Jumlah Presentase

0-1 9 11.842 Tanggungan di atas, diketahui bahwa besar karyawan penyadap karet (responden) memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2 – 3 orang atau sebesar 82,895 %.

5.4. Pengalaman Bekerja

Pengalaman bekerja adalah lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh karyawan penyadap karet dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai penyadap karet.

Adapun distribusi karyawan sampel berdasarkan pengalaman bekerja pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.4. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Pengalaman Bekerja besar karyawan penyadap karet memiliki pengalaman bekerja selama 16 – 20 tahun (38,158 %).

5.5. Gaji

Gaji adalah pendapatan pokok yang diterima karyawan penyadap karet setiap bulannya (Rp/bulan). Adapun distribusi karyawan sampel berdasarkan gaji pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.5. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Gaji keseluruhan penyadap adalah karyawan tetap dan bukan buruh harian lepas dengan sistem upah.

5.6. Premi

Premi adalah pendapatan yang diperoleh karyawan penyadap karet apabila hasil pekerjaan telah melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan (Rp/bulan). Adapun distribusi karyawan sampel berdasarkan premi pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.6. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Premi

Premi Jumlah Presentase

5.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet di PTPN III Kebun Sarang Giting

Hasil penelitian terhadap 76 sampel penyadap karet memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PTPN III Kebun Sarang Giting. Produktivitas kerja karyawan penyadap karet dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah tanggungan (X3), pengalaman bekerja (X4), gaji (X5) dan premi (X6). Untuk menguji pengaruhnya dapat menggunakan analisis Regresi Linier Berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil yang menggunakan alat bantu SPSS 17.0 baik secara serempak maupun secara parsial.

Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik, yakni untuk mengetahui sejauh mana model estimasi produktivitas kerja penyadap mempunyai sifat-sifat yang tidak biasa, efisien dan konsisten hingga diperoleh model regresi terbaik.

Hasil Uji Asumsi Klasik

a.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat model terdistribusi normal atau tidak.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Dalam pengujian tersebut, jika nilai signifikansi lebih besar dari nilai α = 0,05, maka model tidak melanggar asumsi normalitas. Hasil pengujian pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.7

Tabel 5.7. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov.

Unstandardized Residual

N 76

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.72934177 Most Extreme

Differences

Absolute .079

Positive .079

Negative -.073

Kolmogorov-Smirnov Z .688

Asymp. Sig. (2-tailed) .731

Sumber: lampiran 7, 2018

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikansi pada uji tersebut sebesar 0,731. Nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pelanggaran asumsi normalitas pada model yang digunakan pada penelitian.

Uji normalitas juga dapat dilihat dari Grafik Histogram residualnya atau Grafik Normal P-P Plot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut :

Gambar 5.1. Grafik Histogram Produktivitas kerja Karyawan Penyadap Karet

Berdasarkan Grafik Histogram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata residual sama dengan nol. Grafik Histogram menunjukkan kurva yang simetris dimana pola kurva tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini berarti bahwa rata-rata residual model terdistribusi dengan normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat dilihat dari Grafik Normal P-P Plot berikut ini.

Gambar 5.2. Grafik Normal P-Plot Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Berdasarkan tampilan Grafik Normal P-P Plot di atas terlihat bahwa titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data model terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) masing – masing variabel yaitu pada Tabel 5.8:

Tabel 5.8. Nilai Tolerance dan VIF Produktivitas Kerja Penyadap Karet Variable Colliniearity Statistics

Tolerance VIF

Umur 0,155 6,471

Lama Pendidikan 0,744 1,344

Jumlah Tanggungan 0,846 1,182

Pengalaman Bekerja 0,165 6,064

Gaji 0,582 1,718

Premi 0,906 1,104

Sumber: Lampiran 7, 2018

Mutikolinieritas tidak terjadi apabila nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10.

Berdasarkan Tabel 5.8 , dapat dilihat bahwa variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, gaji dan premi masing-masing memiliki nilai Tolerance sebesar 0,155; 0,744; 0,846; 0,165; 0,582 dan 0,906, dimana nilai Tolerance dari masing – masing variabel > 0,1. Sedangkan nilai VIF dari masing -masing variabel sebesar 6,471; 1,344; 1,182; 6,064; 1,718 dan 1,104, dimana - masing-masing variabel < 10. Artinya dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada terjadinya multikolineritas di dalam model persamaan ini.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari Grafik Scatterplot hasil pengolahan SPSS 17.0 sebagai berikut :

Gambar 5.3. Grafik Scatterplot Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Dari Grafik Scatterplot di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada terjadinya heteroskedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y.

Setelah dilakukan Uji Asumsi Klasik maka dapat diketahui hasil Regresi Linier Berganda produktivitas kerja karyawan penyadap karet sebagai berikut :

Tabel 5.9. Hasil Regresi Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet Variabel Koefisien

Regresi t Hitung Signifikan Probabilitas eror (α)

Dari Tabel 5.9 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = -29,270 – 0,012X1 + 0,462X2 – 0,899X3 – 0,079X4 + 0,00002007X5 + 0,00001832X6

Keterangan :

Y = Produktivitas kerja karyawan penyadap karet (Kg/HKP/Bulan)

X1 = Umur (tahun)

X2 = Lama pendidikan formal (tahun) X3 = Jumlah Tanggungan (Jiwa)

X4 = Pengalaman Bekerja (Tahun) X5 = Gaji (Rp/Bulan)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) a. Koefisien Determinasi (R2)

Dari Tabel 5.9 diperoleh R2 sebesar 0,882 yang berarti 88,2% variabel terikat yaitu produktivitas kerja karyawan penyadap karet dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu umur (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah tanggungan (X3), pengalaman bekerja (X4), gaji (X5) dan premi (X6) Sedangkan sisanya 11,8% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

b. Uji F (Uji Serempak)

Dari Tabel 5.9 diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0,000. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi F lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari probabilitas 0,05, maka H0 ditolak dan H1diterima yang artinya variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, gaji dan premi secara serempak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

c. Uji t (Uji Parsial)

Dari Tabel 5.9 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, gaji dan premi secara parsial terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet sebagai berikut :

1. Pengaruh umur terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet Koefisien regresi umur penyadap karet sebesar -0,012 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik (negatif) antara umur dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya umur sebanyak 1 tahun, maka produktivitas kerja karyawan akan menurun sebanyak 0,012 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hal ini bertentangan dengan pendapat Simanjuntak (1985 dalam Ompusunggu 2016) yang menyatakan bahwa semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar sehingga produktivitas kerja semakin tinggi.

Nilai signifikansi t variabel umur yang diperoleh adalah 0,902. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,902 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel umur secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

Dalam penelitian ini faktor umur tidak terlalu mempengaruhi produktivitas kerja dikarenakan umur yang masih memasuki masa produktif antara 20-40 tahun dalam penelitian ini tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas kerja. Kemampuan karyawan secara keseluruhan pada umur produktif hampir sama, selain itu juga dipengaruhi dengan jenis pekerjaan yang tidak terlalu rumit sehingga tidak memerlukan keterampilan khusus.

2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet

Koefisien regresi tingkat pendidikan penyadap karet sebesar 0,462 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara tingkat pendidikan dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya tingkat pendidikan sebanyak 1 tahun, maka produktivitas kerja karyawan akan meningkat sebanyak 0,462 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Simanjuntak (1985 dalam Ompusunggu 2016) yang menyatakan bahwa pencapaian pendidikan akan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitasnya.

Nilai signifikansi t variabel tingkat pendidikan yang diperoleh adalah 0,006. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,006

> 0,05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel tingkat pendidikan secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

Dalam penelitian ini faktor tingkat pendidikan mempengaruhi produktivitas kerja karena dengan adanya peningkatan tingkat pendidikan, maka akan diikuti pula oleh peningkatan produktivitas kerja secara signifikan. Dengan adanya pendidikan yang

relatif tinggi maka pengetahuan karyawan akan semakin besar sehingga dapat dengan cepat menerima informasi dan dapat dengan cepat meningkatkan produktivitas kerja.

3. Pengaruh jumlah tanggungan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet

Koefisien regresi jumlah tanggungan penyadap karet sebesar -0,899 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik (negatif) antara jumlah tanggungan dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya jumlah tanggungan sebanyak 1 orang, maka produktivitas kerja karyawan akan menurun sebanyak 0,899 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Simanjuntak (1985 dalam Ompusunggu 2016) yang menyatakan bahwa bagi karyawan berpenghasilan kecil (dalam penelitian ini adalah penyadap karet), jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor penting untuk memotivasi peningkatan produktivitas kerja.

Nilai signifikansi t variabel jumlah tanggungan yang diperoleh adalah 0,047. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,047

> 0,05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya variabel jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

Dalam penelitian ini jumlah tanggungan berpengaruh secara siginifikan karena karyawan penyadap karet rata-rata memiliki 2-3 jumlah tanggungan. Sehingga penyadap karet harus memikirkan biaya untuk jumlah tanggungannya.

4. Pengaruh pengalaman bekerja terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet

Koefisien regresi pengalaman bekerja penyadap karet sebesar -0,079 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik (negatif) antara pengalaman bekerja dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya pengalaman bekerja sebanyak 1 tahun, maka produktivitas kerja karyawan akan menurun sebanyak 0,079 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hal ini bertentangan dengan pendapat Amron (2009) pengalaman kerja tercermin dari pekerja yang memiliki kemampuan bekerja pada tempat lain sebelumnya. Semakin banyak pengalaman yang didapatkan oleh seorang pekerja akan membuat pekerja semakin terlatih dan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya.

Nilai signifikansi t variabel pengalaman bekerja yang diperoleh adalah 0,475. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,475

> 0,05), maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya variabel pengalaman bekerja secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

Pengalaman bekerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet karena untuk mempelajari proses penyadapan, penyadap karet tidak memerlukan waktu yang sangat lama. Waktu yang diperlukan hanya berkisar dalam hitungan minggu untuk dapat menyadap dengan baik. Sehingga skill yang dimiliki karyawan penyadap karet rata-rata sama

5. Pengaruh gaji terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet

Koefisien regresi gaji penyadap karet sebesar 0,00002007 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara gaji dengan produktivitas

Koefisien regresi gaji penyadap karet sebesar 0,00002007 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara gaji dengan produktivitas