• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN RATING

3.3. Pengumpulan Data 1. Jenis Data

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

PT ATB mempunyai visi terwujudnya perusahaan yang unggul dan handal dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit sebagai kawasan agribisnis agroindustri terpadu untuk tercapainya kesejahteraan stakeholder.

Visi tersebut dijabarkan dalam misi berikut :

a. Membangun dan mengembangkan kebun plasma dan inti melalui pola kemitraan;

b. Mengembangkan perusahaan inti sebagai champion penghela pertumbuhan dan pengembangan kebun, serta pemasaran dan pengembangan hasil industri turunannya;

c. Mengembangkan industri pengolahan hasil utama maupun sampingan, serta industri penunjang lainnya.

4.2. Evaluasi Rencana Kemitraan PT. TB dan Petani

Evaluasi rencana kemitraan antara PT. Anugerah Tani Bersama (PT. ATB) dan petani dilakukan dengan melakukan analisis terhadap hasil SWOT dari masing-masing pihak. Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, kemudian prospek kemitraan inti plasma antara petani dan PT. ATB dinilai secara deskriptif.

Tabel 13. Deskripsi Faktor Internal dan Eksternal dari Petani, PT. ATB dan Kemitraan Petani – PT. ATB

Faktor Petani PT. ATB Kemitraan Petani-

PT. ATB A. Internal Kekuatan (Strengths) Hubungan masyarakat Lahan Kredibilitas mendapat akses modal Hubungan pemerintahan Keuangan Pemasaran Lahan Kredibilitas mendapat akses modal Hubungan masyarakat Hubungan pemerintah Keuangan Pemasaran Kelemahan (Weaknesses) Keuangan

Sarana dan prasarana

Produksi dan operasi

Budaya kebun petani

Pemasaran Pengalaman membangun kebun Lahan Pengalaman membangun kebun

36

Lanjutan Tabel 13.

Faktor Petani PT. ATB Kemitraan Petani-

PT. ATB B. Ekternal Peluang (Opportunities) Ketersediaan lahan Dukungan pemerintah Prospek kelapa sawit Komoditas andalan daerah Dukungan pemerintah daerah Ketersediaan lahan petani Dukungan perbankan

Prospek kelapa sawit

Budaya kerja (perusahaan) Kebijakan kredit revitalisasi Komoditas andalan daerah Dukungan pemerintah daerah Ketersediaan lahan petani Dukungan perbankan Prospek kelapa sawit Ancaman (Threats) Tren Ekonomi Situasi politik dan keamanan dunia Keberadaan LSM Daerah

Situasi politik dan keamanan dunia

Situasi politik dan keamanan dunia

Prospek kemitraan antara petani dan PT. ATB dikaji berdasarkan faktor-faktor SWOT secara deskriptif adalah :

4.2.1. Kekuatan (strengths)

a. Kredibilitas mendapat akses modal

Kredibilitas dalam mendapat akses modal menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan keuangan yang dirasakan oleh petani. Melalui kerjsama kemitraan, petani tidak perlu menyediakan dana tunai untuk dapat memiliki kebun kelapa sawit.

b. Sarana dan prasarana

Untuk menjamin legalitas dan kelancaran usaha serta mendapatkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam merealisasikan rencana investasinya, PT. ATB telah memperoleh izin-izin sebagai berikut : Izin Lokasi Perkebunan Bupati Muba, Izin Lokasi Bupati Muba, Surat Keterangan Domisili Perusahaan, Akte Pengesahan Dep.HAM, NPWP, Akte Notaris Rusnaldy, SH.

c. Hubungan pemerintah

Setiap pelaksanaan usaha tentunya tidak dapat terlepas dari peran dan dukungan pemerintah. Hubungan yang baik dengan pemerintah akan

membantu kelancaran perijinan dan kegiatan operasional usaha perkebunan.

d. Organisasi dan manajemen

Pola kerjasama kemitraan inti plasma dengan kepemilikan lahan oleh petani, pada umumnya dengan pola kerjasama bagi hasil (profit sharing). Petani sebagai ‘pemilik’ lahan, menyerahkan seluruh lahan kepada perusahaan inti untuk mendapatkan hak guna usaha (HGU) dan sebagai imbalannya, petani mendapatkan persetase pembagian keuntungan dari total keuntungan pengusahaan kebun kelapa sawit.

e. Visi dan misi kemitraan

Kejelasan aturan atau kesepakatan antara PT. ATB dengan petani, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak-pihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan.

f. Hubungan masyarakat

Hubungan masyarakat (Humas) yang baik merupakan sebuah landasan yang diperlukan bagi petani untuk dapat maju dan berkembang. Dengan hubungan masyarakat yang baik, maka dapat memberikan situasi kondusif dan aman dalam melaksanakan kegiatan usaha. Humas dengan petani dan perusahaan dapat menjadi tolok ukur respon masyarakat terhadap kegiatan kerjasama kemitraan.

g. Budaya kerja perusahaan

Program inti plasma dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit memerlukan keseriusan baik pihak petani selaku plasma yang mendapat bantuan dalam upaya mengembangkan usahanya, maupun pihak inti usaha besar atau menengah yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk membina dan mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.

38

h. SDM

Kemitraan ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian.

i. Keuangan

Ketersediaan akses untuk mendapat modal menjadi faktor yang mempengaruhi keuangan bagi usaha kemitraan. Melalui kerjasama kemitraan, dapat dibuka akses untuk memperoleh kredit Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA).

j. Lahan

Melalui kerjasama kemitraan, faktor lahan yang sebelumnya menjadi faktor kelemahan PT. ATB, mampu ditutupi dan menjadi salah satu faktor kekuatan. Potensi lahan plasma yang dimiliki petani adalah 4.800 Ha.

k. Pemasaran

Pemasaran produk hasil kebun kelapa sawit dirasakan sebagai kelemahan bagi petani. Namun dengan kerjasama kemitraan, pemasaran hasil kebun menjadi lebih baik, karena selain lebih mudah, hasil yang dipasarkan juga memiliki nilai tambah lebih melalui pengolahan di pabrik pengolahan Kelapa Sawit.

4.2.2. Kelemahan

a. Pengalaman membangun kebun

Kerjasama kemitraan antara petani dan PT. ATB masih memiliki kelemahan dalam pengalaman membangun kebun. PT. ATB memiliki latar belakang sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara, sedangkan secara demografis, masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA) mayoritas memiliki latar belakang budidaya tanaman karet (luas areal perkebunan karet rakyat 160.812 Ha dan luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat 20.575 Ha).

b. Penelitian dan pengembangan

Masih kurangnya penelitian dan pengembangan untuk mengatasi persoalan ketersediaan input produksi (bibit unggul, pupuk dan pestisida) yang selama ini menyebabkan rendahnya produktivitas sawit.

c. Sistem informasi manajemen

Keterbatasan sistem informasi manajemen menyebabkan petani tidak memiliki kemampuan untuk membangun kebun kelapa sawit dengan baik, misalnya, penerapan kultur teknis tidak tepat seperti penanaman, pemeliharaan, aplikasi pupuk, manajemen panen dan kesalahan dalam interpretasi kelas kesesuaian lahan.

4.2.3. Peluang

a. Dukungan pemerintah daerah

Dukungan pemerintah daerah diberikan kepada usaha perkebunan melalui kemudahan dalam pemberian ijin dengan pelayanan satu atap.

b. Ketersediaan lahan petani

Ketersediaan lahan yang lebih luas dalam usaha perkebunan, akan dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan perusahaan. selain itu, potensi kemungkinan terjadinya inefisiensi pabrik dapat diperkecil.

c. Dukungan perbankan

Dukungan dari pihak perbankan terkait dengan fasilitas kredit KKPA dapat dimanfaatkan hanya melalui kerjasama kemitraan. Dengan demikian, peluang untuk memperoleh tambahan modal usaha semakin luas.

d. Prospek kelapa sawit

Prospek kelapa sawit dinilai masih cukup besar, hal ini dapat dilihat dari terus meningkatnya konsumsi CPO. Konsumsi CPO dunia pada Desember 2008 (USDA, 2008) adalah 34.805.000 MT. Tren peningkatan konsumsi CPO dunia diperlihatkan dalam Gambar 6.

e. Penerimaan masyarakat petani

Luasnya areal perkebunan tanaman kelapa sawit rakyat merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi msayarakat kabupaten Musi Banyuasin.

f. Kebijakan kredit revitalisasi

Hubungan kerjasama antara kelompok petani/petani dengan perusahaan inti, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam

40

Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani merupakan plasma dan perusahaan besar sebagai inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma.

Gambar 6. Tren pertumbuhan konsumsi CPO Dunia (telah diolah kembali USDA, 2008)

g. Komoditas andalan daerah

Sawit merupakan salah satu komoditi andalan untuk produk perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin sehingga mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah daerah setempat.

h. Perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi informasi semakin pesat merupakan peluang bagi PT. ATB sehingga lebih mudah memonitor perkembangan teknologi budidaya dan perkembangan industri sawit agar produknya dapat disesuaikan dengan perkembangan jaman.

i. Budaya kebun petani

Pusat produksi di Kabupaten Musi Banyuasin sebagian besar menghasilkan komoditi pertanian dan perkebunan, sehingga budaya kebun merupakan halyang tidak asing lagi bagi masyarakat daerah tersebut.

4.2.4. Ancaman

a. Tren ekonomi

Risiko tren ekonomi yang mungkin dihadapi oleh petani dapat diminimalisir juga melalui program kemitraan, karena risiko usaha ditanggung secara bersama-sama.

b. Perubahan kultur masyarakat

Perubahan kultur masyarakat yang menyebabkan konflik sosial seperti ketidakharmonisan hubungan antara pekebun, masyarakat sekitar dan instasi terkait. Masalah-masalah sosial tersebut dapat berlanjut menjadi masalah lainnya seperti okupasi lahan, masalah ketersediaan lahan dan perizinan, serta tindakan kriminal seperti penjarahan produk.

c. Keberadaan LSM daerah

Secara umum, ancaman-ancaman yang mungkin muncul dari kondisi sebelum bermitra dapat diminimalisir melalui kerjasama kemitraan, yakni keberadaan LSM daerah. Potensi ancaman dari keberadaan LSM daerah dapat diminimalisir karena program kerjasama kemitraan merangkul pihak masyarakat petani setempat.

d. Situasi politik dan keamanan dunia

Kondisi politik dan keamanan dunia dinilai sebagai ancaman dalam kerjasama kemitraan. Kondisi tersebut tidak sepenuhnya dapat dikendalikan, baik oleh perusahaan maupun oleh petani. Kemungkinan kondisi politik dan keamanan dunia yang buruk (tidak stabil) dan isu-isu negatif seperti rencana pemberlakuan EU Directive on Renewable Energy and Fuel Quality (DREFQ), yaitu kebijakan baru Uni Eropa terkait dengan penggunaan energi terbarukan yang menilai minyak sawit (CPO) sebagai bahan baku biodiesel tidak berkualitas dan tidak ramah lingkungan pada tahun 2010, dinilai sebagai ancaman yang perlu untuk diantisipasi.

4.3. Analisis IFE dan EFE

Analisis internal dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan kerjasama kemitraan dan faktor kelemahan kerjasama kemitraan yang yang harus diperbaiki. Analisis eksternal dilakukan dengan tujuan menggabungkan

42

berbagai faktor peluang yang dapat menguntungkan kerjasama kemitraan dan faktor ancaman yang harus diwaspadai dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan. Hasil analisis eksternal dievaluasi dengan menggunakan matriks EFE dan hasil analisis internal dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE.

4.3.1. Faktor Lingkungan Internal

Hasil analisis terhadap faktor internal menunjukkan bahwa faktor kekuatan internal yang dimiliki dalam kerjasama kemitraan ini terletak pada lahan, pemasaran, keuangan, kredibilitas mendapat akses modal, hubungan pemerintah dan hubungan masyarakat. Sedangkan faktor yang dinilai menjadi kelemahan adalah pengalaman dalam membangun kebun. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat rating yang tinggi untuk kekuatan berdasarkan hasil olah data kuesioner yang diberikan terhadap responden, dan rating yang rendah untuk kelemahan. Hasil analisis matriks IFE ditunjukkan dalam Tabel 14.

Tabel 14. Analisis Faktor Internal

No Faktor Internal Bobot

(a) Rating (b) Skor (a x b) Kekuatan

1 Kredibilitas mendapat akses modal

0,070 4 0,28

2 Sarana dan prasarana 0,072 3 0,22

3 Hubungan pemerintahan 0,069 4 0,27

4 Organisasi dan manajemen 0,062 3 0,19

5 Visi dan misi kemitraan 0,065 3 0,19

6 Hubungan masyarakat 0,064 4 0,26

7 Budaya kerja perusahaan 0,060 3 0,18

8 SDM 0,065 3 0,19

9 Keuangan 0,071 4 0,29

10 Lahan 0,074 4 0,30

11 Pemasaran 0,073 4 0,29

12 Produksi dan operasi 0,074 3 0,22

Kelemahan

1 Pengalaman membangun kebun 0,072 1 0,07 2 Penelitian dan pengembangan 0,056 2 0,11 3 Sistem informasi manajemen 0,054 2 0,11

Dokumen terkait