• Tidak ada hasil yang ditemukan

Viskositas Campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Viskositas Campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F

Pada tabel 4 ditunjukkan hasil pengujian viskositas campuran SA-B dengan SA-E dan SA-B dengan SA-F. Suhu pada saat proses pencampuran adalah 300C. Konsentrasi Suspending Agent masing-masing adalah 4,52% (SA-B), 5,14%

(SA-F), dan 2,93% (SA-E). Masing-masing diencerkan dalam labu ukur 100 ml.

Tujuan dari pencampuran ini untuk mengetahui tingkat kestabilan dari masing-masing Suspending Agent ketika dilarutkan bercampur dengan Suspending Agent lainnya. Faktor kestabilan akan mempengaruhi PVC yang akan dihasilkan.

Tabel 4. Viskositas Campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F

No Pengenceran

Viskositas (cP)

SA-B : SA-E SA-B : SA-F

Brookfield Capillar Brookfield Brookfield 1

55 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa masing-masing Suspending Agent yaitu SA-B, SA-E, dan SA-F dicampur satu sama lain. Dilakukan pengenceran mulai dari 2 sampai dengan 64 kali. Didapat hasil masing-masing campuran SA-B:SA-E dan SA-B : SA-F nilai viskositas terbesar saat keadaan murni dan terkecil saat pengenceran 16 kali. Pada campuran SA-B : SA-E terbesar yaitu 24,39 cP dan terendah yaitu 1,362 cP. Sedangkan pada campuran SA-B : SA-F yaitu 25,38 cP dan terendah yaitu 1,356 cP. Hasil ini didapat dari pengukuran menggunakan Viscometer Brookfield. Suhu saat pengukuran ini konstan pada 300C.

Pengukuran dengan metode Capillar pada saat keadaan murni masing-masing campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F tidak bisa dilakukan, karena sistem alat ini tidak bisa membaca konsentrasi yang terlalu pekat. Nilai viskositas terbesar saat pengenceran 4 kali dan terkecil saat pengenceran 64 kali. Nilai viskositas terbesar campuran SA-B : SA-E yaitu 1,9505 cP, dan terendah 0,98 cP.

Sedangkan pada campuran SA-B : SA-F nilai viskositas terbesar 1,8315 cP dan terendah 0,9329 cP.

Pada Gambar 16 ditunjukkan hasil pengujian viskositas campuran SA-B dengan SA-E. SA-B berfungsi untuk menstabilkan proses polimerisasi pada reaksi kecepatan yang tinggi, karena untuk menstabilkan membran koloid. Sedangkan SA-E berfungsi sebagai pemisah membran koloid.

56 Gambar 16. Perbandingan viskositas metode Brookfield dan metode Capillar Campuran SA-B : SA-E

Pada gambar 16 terlihat nilai viskositas yang cenderung stabil pada saat pengenceran mulai dari 32 kali dan 64 kali. Pada metode Brookfield, nilai viskositas selalu terlihat lebih besar dibandingkan dengan metode Capillar. Hal ini dikarenakan pengukuran menggunakan alat ini dilakukan secara otomatis.

Pada saat keadaan murni, pengukuran hanya dapat dilakukan pada kecepatan 20 rpm. Dengan meningkatnya viskositas, maka kecepatan sedimentasi diperlambat.

Nilai maksimal pada metode Brookfield saat pengenceran 4 kali yaitu 2,298 cP dan terendah pada saat pengenceran 16 kali yaitu 1,362 cP. Sedangkan pada metode Capillar, nilai viskositas maksimal pada saat pengenceran 4 kali yaitu 1,9505 cP dan terendah pada saat pengenceran 64 kali yaitu 0,98 cP. Nilai viskositas cenderung menurun seiring berkurangnya kepekatan larutan.

Sebaliknya, semakin besar kepekatan, maka nilai viskositas semakin besar pula.

Viskositas dari plastisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk jumlah dan viskositas dari plasticizer (pemlastis) yang digunakan, ukuran partikel,

57 dan penyebaran resin yang digunakan, jumlah partikel padat lainnya, dan Suhu yang konstan (Grossman, 1998). Pada dasarnya makin besar viskositas suatu cairan, akan makin besar pula gaya per satuan luas (shering stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu, sehingga rate of shear harus sebanding langsung dengan shearing stress. Nilai viskositas juga dipengaruhi oleh penyebaran bobot molekul dan efeknya (Nichetti, et al, 1998).

Gambar 17 menunjukkan hasil pengujian viskositas campuran SA-B dengan SA-F. SA-B yang berfungsi untuk menstabilkan proses polimerisasi pada reaksi kecepatan yang tinggi, karena untuk menstabilkan membran koloid.

Sedangkan SA-F membentuk membran koloid yang sangat tidak stabil dikarenakan tingkat polimerisasi yang rendah.

Gambar 17. Perbandingan viskositas metode Brookfield dan metode Capillar Campuran SA-B : SA-F

Dari grafik pada gambar 17 terlihat hubungan antara tingkat konsentrasi dengan nilai viskositas. Semakin besar konsentrasi, nilai viskositas semakin besar pula. Pada saat keadaan semakin pekat, viskositas cenderung semakin meningkat.

Saat pengenceran 4 kali, didapat nilai dengan metode Brookfield sebesar 2,112 cP

58 dan terendah 1,356 cP. Sedangkan pada pengenceran 2 kali dan saat murni tidak tertera dalam grafik karena tidak bisa diperbandingkan dengan metode Capillar.

Nilai terendah pada pengenceran 16 kali bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pengadukan yang kurang stabil.

Pada metode Capillar, didapat nilai viskositas yang cenderung linear, artinya menurun setiap bertambahnya tingkat pengenceran. Saat pengenceran 4 kali, didapat nilai maksimal yaitu 1,8315 cP, dan terendah saat pengenceran 64 kali yaitu 0,9329 cP. Pengukuran menggunakan metode Capillar tidak bisa dilakukan pada pengenceran 2 kali dan saat murni karena faktor alat yang tidak bisa membaca atau mendeteksi larutan pekat dengan konsentrasi tinggi.

Pada saat larutan pekat, nilai viskositas tidak dapat terbaca sehingga pada grafik dimulai pada saat pengenceran 4 kali. Nilai yang didapat pada metode Capillar cenderung lebih kecil karena menggunakan sistem pengukuran manual melalui pengamatan langsung. Sedangkan menurut Kozlowski (2001), nilai viskositas yang dihasilkan menunjukan sifat thermoplastik, artinya polimer yang bisa dibentuk sesuai keinginan.

Pengukuran viskositas juga dapat menentukan determinasi dari distribusi bobot molekul (Tuminello, 1999). Viskositas polimer dalam pelarut sangat dipengaruhi berat molekul (distribusi berat molekul) polimer (Nichetti, 1998).

Suspending Agent digunakan untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat proses proses pengendapan. Masing-masing Suspending Agent mempunyai fungsi yang berbeda, dan kombinasi dari Suspending Agent mempengaruhi kestabilan dari proses polimerisasi dari ukuran partikel PVC.

59 4.3 Tegangan Permukaan

Setelah pengukuran dan pengujian viskositas menggunakan metode Brokfield dan capillar. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian dan pengukuran tegangan permukaan masing-masing SA-B, SA-E, dan SA-F. Berikut ini adalah hasil penelitian dengan tahapan pengenceran mulai dari yang murni sampai dengan 64 kali. Pertama yang diuji adalah larutan Suspending Agent masing-masing, dan kemudian pengukuran untuk pencampuran SA-B dengan SA-E dan SA-B dengan SA-F. Pengukuran dilakukan pada masing-masing Suspending Agent tunggal, dan selanjutnya pengukuran pada Suspending Agent campuran.

Seperti terlihat pada tabel 5 , hasil uji tegangan permukaan masing-masing Suspending Agent menggunakan instrumen Surface Tension Meter. Nilai yang didapat dalam satuan mN/m. Pengukuran dilakukan masing-masing 2 kali dan diambil nilai rata-ratanya.

60 Pada tabel 5, untuk SA-B didapat hasil tegangan permukaan maksimal pada saat pengenceran 4 kali senilai 45,6 mN/m dan terendah pada saat larutan murni yaitu 43,5 mN/m. Pada SA-E nilai maksimal pada saat pengenceran 64 kali yaitu 57,05 mN/m dan terendah 47 mN/m pada saat keadaan murni. Untuk SA-F nilai maksimal yaitu 43,6 mN/m pada saat pengenceran 16 kali dan terendah pada saat pengenceran 32 kali yaitu 41,45 mN/m. Nilai tegangan permukaan ideal yang dipakai diindustri adalah untuk SA-B 45,6 mN/m, SA-E 45,6 mN/m, dan SA-F 42,4 mN/m. Dari hasil percobaan menunjukkan angka yang tidak begitu terpaut jauh.

Pada saat keadaan murni, nilai tegangan permukaan cenderung semakin kecil. Sedangkan pada pengenceran lebih,tinggi nilainya semakin besar. Harga tegangan permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : suhu, tekanan, massa jenis dan konsentrasi zat terlarut. Tegangan permukaan semua zat cair turun bila suhu naik dan menjadi nol pada suhu kritis (Sukardjo, 2002). Tegangan Permukaan mempengaruhi bobot molekul (Gaines, 1969). Pengukuran bobot molekul juga merupakan salah satu cara dasar pengukuran dalam polimer.

Didapat bahwa nilai tegangan permukaan akan menurun seiring bertambahnya kepekatan larutan. Semakin pekat larutan maka nilai tegangan permukaan semakin mengecil. Nilai masing-masing tegangan permukaan SA-B, SA-E, dan SA-F ditunjukkan pada gambar 18 :

61 Gambar 18. Perbandingan Tegangan Permukaan SA-B, SA-E, dan SA-F

Berdasarkan gambar 18, pada SA-B terlihat bahwa nilai tegangan permukaan terkecil adalah 43,35 mN/m untuk kepekatan murni (tanpa pengenceran) dan maksimal pada pengenceran 4 kali yaitu 45,6 mN/m. Nilai yang dihasilkan untuk SA-B cenderung fluktuatif, artinya berubah-ubah tidak konstan, pada saat pengenceran 64 kali, nilai tegangan permukaan kembali menurun yaitu pada 44,90 mN/m. Hal ini bisa disebabkan karena faktor kestabilan SA-B yang rentan berubah terhadap pengadukan. Suspending Agent dibutuhkan dalam eksperimen penentuan ukuran droplet. Jika tidak ditambahkan Suspending Agent tersebut, tidak ada gelembung yang dapat terbentuk. Bhattacharya, et al (2003) melakukan percobaan yang hampir serupa dengan menggunakan PVA (Polivinil Alkohol) dan didapat kesimpulan bahwa nilai tegangan permukaan PVA akan menurun ketika konsentrasi bertambah.

62 Pengujian tegangan permukaan untuk SA-E menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. Nilai tegangan permukaan terkecil adalah 47 mN/m untuk kepekatan murni (tanpa pengenceran). Saat dilakukan pengenceran 64 kali, nilai maksimal didapat sebesar 57,05 mN/m. Oleh karena itu, semakin pekat larutan, maka nilai tegangan permukaan semakin menurun. Kecenderungan hubungan antara konsentrasi dengan nilai tegangan permukaan adalah konstan. Hal itu bisa dimungkinkan karena penggunaan SA-E yang merupakan jenis Suspending Agent yang paling stabil diantara Suspending Agent yang lainnya. Tegangan permukaan merupakan karakteristik spesifik suatu cairan yang bergantung pada berbagai faktor. Nilai paling efisien didapat ketika dalam larutan Suspending Agent tersebut tidak terdapat atau hanya dalam konsentrasi kecil pengotor.

Untuk SA-F didapatkan nilai tegangan permukaan lebih kecil. Tegangan permukaan SA-F maksimal pada saat pengenceran 16 kali yaitu 43,6 mN/m, sedangkan terendah pada saat pengenceran 32 kali yaitu 41,45 mN/m. Hasil yang didapat cenderung tidak stabil dan fluktuatif. Ketika konsentrasi rendah dan bobot molekul tinggi, nilai tegangan permukaan tidak tampak. Dalam percobaannya Gaines (1969), menjelaskan bahwa bobot molekul dengan komposisi tertentu mempengaruhi nilai tegangan permukaan.

Menurut Bhattacharya (2003), ada 3 aspek yang mempengaruhi tegangan permukaan ini, yaitu : Senyawa kimia dan konsentrasi dari tegangan muka polimer yang bobot molekulnya berbeda, Suhu, dan efek penambahan larutan PVA (Polivinil Alkohol) sebagai larutan standar Suspending Agent. Dalam penelitiannya didapat kesimpulan bahwa nilai tegangan permukaan dari suatu larutan cenderung menurun seiring dengan naiknya suhu, hal yang sama didapat

63 pula berdasarkan kesimpulan Sukardjo (2002). PVA (Polivinil Alkohol), yang sering digunakan sebagai pereaksi dalam uji yang berhubungan dengan Suspending agent karena molekul PVA memiliki afinitas yang tinggi dalam air.

Hubungan tegangan permukaan erat dengan bobot molekul dan Suhu.

4.4 Tegangan Permukaan Campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F Setelah pengujian tegangan permukaan masing-masing SA-B, SA-E, dan SA-F, dilanjutkan dengan pencampuran larutan Suspending agent masing-masing SA-B dengan SA-E dan SA-B dengan SA-F. Pada tabel 6, didapat hasil sebagai berikut.

Pengukuran dilakukan masing-masing 2 kali dan diambil nilai rata-ratanya.

Tabel 6. Tegangan Permukaan Campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F No Pengenceran SA-B : SA-E

Berdasarkan pada tabel 6, menunjukkan bahwa nilai tegangan permukaan maksimal untuk campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F yaitu pada saat pengenceran 64 kali atau saat kondisi paling encer yaitu sebesar 48,75 mN/m untuk SA-B : SA-E dan 43,2 m/Nm untuk SA-B : SA-F.

64 Nilai tegangan permukaan minimal untuk campuran SA-B : SA-E yaitu 43,55 mN/m dan untuk SA-B : SA-F yaitu 42,05 m/Nm yang terjadi pada saat keadaan murni. Kecenderungan hasil yang didapat bahwa semakin pekat larutan maka nilai tegangan permukaan akan semakin menurun. Sebaliknya semakin encer larutan maka nilai tegangan permukaan akan meningkat.

Nilai yang hampir sama didapatkan pula dalam percobaan Drelich et al (1998), dalam percobaannya didapat bahwa nilai tegangan permukaan pada suhu 200C adalah berkisar antara 42-45 mN/m. Suhu dan bobot molekul juga mempengaruhi kestabilan struktur polimer ini. Nilai masing-masing tegangan permukaan campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F seperti ditunjukkan pada gambar 19.

Gambar 19. Hubungan antara Tegangan Permukaan dengan pengenceran Campuran SA-B : SA-E dan SA-B : SA-F

Berdasarkan gambar 19, menunjukkan nilai tegangan permukaan SA-B dengan SA-F maksimal adalah 43,2 mN/m pada pengenceran 64 kali. Sedangkan nilai minimal pada saat keadaan murni yaitu 42,05 mN/m. Nilai yang didapat

65 cenderung fluktuatif, artinya tidak stabil, selalui berubah. Pada saat larutan semakin pekat, nilai tegangan permukaan semakin rendah. Sebaliknya saat larutan semakin encer, nilainya semakin meningkat. Tetapi ada nilai yang kembali menurun pada pengenceran 8 kali yaitu 42,25 mN/m.. Pencampuran SA-B dengan SA-F ini tidak menghasilkan formula yang stabil, hal ini dikarenakan faktor kestabilan SA-F yang rendah.

Sedangkan pada campuran SA-B dengan SA-E didapat nilai tegangan permukaan yang lebih stabil dan meningkat. Nilai tegangan permukaan maksimal pada saat pengenceran 64 kali yaitu 48,75 mN/m dan minimal pada saat keadaan murni yaitu 43,55 mN/m. Setelah pengujian Suspending Agent tunggal dan Suspending Agent campuran sebelumnya yang hanya melibatkan SA-B, SA-E, dan SA-F, dapat diambil kesimpulan bahwa SA-E merupakan Suspending Agent yang paling stabil, seperti terlihat pada nilai ideal yang dipakai diindustri yaitu nilai rataan sebesar 45,6 mN/m.

Dalam penelitian tegangan permukaan yang serupa yang dilakukan oleh Khan, et al (1988), menyimpulkan bahwa hubungan nilai tegangan permukaan dengan viskositas paling banyak dilakukan pada Suhu 300C. Dalam penelitian serupa sering digunakan PVA (Polivinil Alkohol), karena PVA merupakan polimer yang paling efisien digunakan sebagai stabilizer.

4.5. Microwatcher

Droplet didapat ketika pengadukan stabil dengan kecepatan 100-200 rpm selama kurang lebih 1 jam. Hasil yang didapat dari microwatcher menunjukan kondisi material dan melihat strukturnya (Oldrop, 2007). Pengujian microwatcher

66 juga memegang peranan penting untuk mengetahui karakterisasi larutan Suspending Agent yang paling efisien dipakai untuk produksi PVC.

Ukuran partikel akan terlihat melalui pengamatan pada microwatcher ini.

SA-E merupakan Suspending Agent yang paling stabil pada pengujian microwatcher, ditandai dengan stabilnya bentuk dan ukuran droplet ketika diamati pada waktu yang berbeda. Hasil pengamatan microwatcher SA-B seperti ditunjukkan pada gambar 20.

Gambar 20. Hasil microwatcher SA-B

Pada gambar 20, hasil pemoretan untuk SA-B menunjukkan droplet yang cukup stabil pada saat pengadukan 1 jam 15 menit, ditandai dengan stabilnya bentuk droplet. SA-B ini merupakan Suspending Agent primer yang mempunyai tingkat polimerisasi tinggi, larut dalam air dan bertindak sebagai stabilizer.

67 SA-B Berfungsi untuk menstabilkan proses polimerisasi pada reaksi kecepatan tinggi. Dihasilkan larutan VCM, air, dan SA-B yang tidak terlalu berpori. Pada saat pengadukan SA-B ini dilakukan secara terus-menerus dan dengan kecepatan tertentu pada suhu 300C. Penetapan suhu 300C adalah karena pada suhu ini merupakan karakterisitik dasar ketika dihubungkan dengan sifat-sifat dan pemrosesan polimer (Malcolm, 2001).

Dalam percobaannya, Bao, et al (2003) melakukan cara kerja dalam proses polimerisasi suspensi-emulsi dengan media air sebagai bahan utamanya. Didapat hasilnya bahwa air dengan rasio perbandingan yang kecil (0,1-0,6) bisa digunakan dalam polimerisasi suspensi-emulsi. Air yang tersuspensi, berfungsi sebagai droplet, yang selanjutnya berperan dalam proses pembuatan PVC. Ukuran droplet SA-B maksimal didapat sebesar ± 2 cm. Perkembangan droplet yang terjadi cenderung fluktuatif tidak stabil, artinya ukuran droplet berubah-ubah seiring waktu pengadukan. Semakin lama pengadukan ukuran droplet semakin besar dan dan jaraknya berdekatan.

Sedangkan untuk SA-F hasil pemotretan didapatkan seperti pada gambar 21. Formulasi SA-F, air, heptana menghasilkan ukuran droplet yang berbeda dari SA-B.Ukuran droplet standar 50 µm.

68 Gambar 21. Hasil microwatcher SA-F

Pada gambar 21, menunjukkan droplet yang lebih banyak berpori (bentuk droplet lebih kecil) daripada SA-B. Ini ditandai dengan kurang stabilnya bentuk droplet dalam pengamatan microwatcher. Membran koloid yang dibentuk sangat tidak stabil dikarenakan tingkat polimerisasi yang rendah. Ukuran droplet maksimal yaitu 2,5 cm pada saat pengadukan 1 jam. Akan tetapi, pada saat pengadukan lebih lama ukuran droplet menjadi tidak stabil. Dapat dilihat dari ukuran droplet yang tidak menentu. Kestabilan membran koloid tergantung dari tingkat polimerisasi. Dalam percobaan Bao, et al (2003), pada polimerisasi yang rendah, bagian dari partikel tidak dapat bercampur pada butiran droplet. Partikel yang menggumpal akan terpisah dari butiran droplet dan menyebabkan kekuatan dari partikel primer ini lemah.

69 Porositas dari droplet yang dihasilkan dapat meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi dari larutan medianya. Ukuran droplet normalnya adalah kurang lebih 2 cm. Zhang, et al (2002) berkesimpulan dalam percobaannya tentang proses sedimentasi polimerisasi, bahwa derajat porositas droplet dapat meningkat dengan polimerisasi pada suhu rendah (600C).

Pada gambar 22, menunjukkan hasil microwatcher SA-E pada saat pengadukan 1 jam dan seterusnya. Dilakukan pemotretan sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 2 jam. Saat pengadukan awal, droplet yang terjadi sudah stabil, hal ini terlihat dari pergerakan droplet yang tidak acak.

Gambar 22. Hasil microwatcher SA-E

Berdasarkan gambar 22, menunjukkan droplet yang stabil pada saat pengadukan konstan selama 2 jam. Saat pengadukan awal, droplet yang terjadi sudah stabil, hal ini terlihat dari pergerakan droplet yang teratur dan bentuk relatif

70 tetap. SA-E berfungsi sebagai pemisah antara membran koloid dengan SA-E yang sangat stabil pada proses polimerisasi bulk yang menghasilkan partikel PVC.

Umumnya, SA-E digunakan sebagai aditif dengan PVA untuk meningkatkan kepadatan proses polimerisasi bulk. Bentuk droplet yang cenderung konstan tidak berubah menandakan bahwa SA-E ini merupakan yang paling stabil dibandingkan dengan SA-B dan SA-F. Tingkat kestabilan dari semua jenis Suspending Agent tersebut adalah : SA(E) > SA(B) > SA(F).

Penelitian serupa yang dilakukan Xie, T.Y., et al (1991) menunjukkan hasil yang cenderung sama, bahwa tingkat kestabilan Suspending Agent adalah SA-E mempunyai kestabilan yang paling tinggi, dan SA-F dengan kestabilan yang paling rendah. Porositas dari droplet SA-E ini merupakan yang paling stabil dalam prosesnya. Hal ini dilihat dari keseimbangan dan kestabilan ukuran droplet dalam pengadukan polimerisasinya.

Untuk melihat tingkat kestabilan lebih jauh, dilakukan pencampuran larutan SA-B dengan SA-F. Pencampuran dilakukan dengan pengadukan dalam labo stirrer selama 1-2 jam. Akan terbentuk droplet dengan ukuran tertentu dari masing-masing campuran Suspending Agent. Tingkat kestabilan Suspending Agent akan terlihat dari bentuk droplet yang dihasilkan. Seperti pada gambar 23, hasil microwatcher SA-B dengan SA-F.

71 Gambar 23. Hasil microwatcher SA-B: SA-F

Berdasarkan gambar 23, menunjukkan campuran SA-B : SA-F dengan konsentrasi tertentu untuk melihat kestabilan lebih lanjut dari pengaruh masing-masing Suspending Agent. Hasil pemotretan microwatcher menunjukkan droplet yang lebih banyak berpori, ditandai dengan kurang stabilnya bentuk droplet.

Bentuk droplet dengan ukuran yang tidak beraturan dikarenakan pengaruh dari pengadukan dan karakterisasi salah satu Suspending Agent yang cenderung tidak stabil pada polimerisasi tingkat rendah. Pencampuran ini dilakukan pada suhu 300C dalam Labo Stirer yang diumpamakan sebagai reaktor mini dalam proses polimerisasi suspensi. Air sebagai medium pendispersi yang berfungsi sebagai droplet akan mempengaruhi kestabilan dan bentuk droplet yang terbentuk.

Campuran SA-B :SA-F ini cenderung tidak stabil karena ukuran droplet yang pecah dan berpori.

72 Sedangkan pada campuran SA-B : SA-E, dilakukan pada kondisi waktu dan pengadukan yang sama dengan SA-B : SA-F. Seperti ditunjukkan pada gambar 24.

Gambar 24. Hasil microwatcher SA-B : SA-E

. Pada gambar 24, menunjukkan droplet yang lebih teratur, ditandai dengan stabilnya bentuk droplet dalam pengamatan microwatcher. Bentuk droplet dengan rata-rata ukuran 2,5 cm memberikan kestabilan yang konstan. Kekuatan Suspending Agent bisa diukur dari seberapa halus bisa membuat droplet fase organik di dalam media air. Pengukuran diameter droplet yang dihasilkan dari suatu sistem campuran zat organik, air, dan Suspending Agent. Pada reaktor PVC, sistem tersebut berupa VCM, air, dan Suspending Agent.

Sedangkan pada penelitian ini dianalogikan di laboratorium, karena VCM itu berbahaya dan sulit ditangani, maka digunakan zat organik lain untuk mensimulasi sistem VCM, air , dan Suspending Agent tersebut. Sehingga

73 digunakan sistem heptana, air, dan Suspending Agent. Heptana digunakan karena mempunyai karakterisitik yang hampir sama dengan VCM, diantaranya mudah menguap. Parameter yang diukur sama, yaitu ukuran droplet yg dihasilkan.

Makin halus droplet, maka Suspending Agent nya semakin efektif bekerja.

Kecenderungan adanya partikel yang membentuk ukuran mikrometer yang lebih besar adalah dikarenakan terjadi proses polimerisasi yang cepat sehingga memungkinkan pada satu misel terkandung rantai polimer dalam jumlah banyak yang dapat menyebabkan misel tersebut tidak kuat dan misel pun pecah. Karena tidak terdapat misel yang menahan, ukuran partikel polimer yang dihasilkan menjadi besar (Budianto,et al., 2008).

4.6. Rheologi

Rheologi menjadi salah satu kriteria yang dipilih untuk menentukan jenis resin dan jenis plasticizer untuk memformulasikan PVC (Nakajima, 1991).

Rheologi juga mempunyai peranan penting untuk aplikasi teknologi pelapisan.

Terbukti dengan teknik yang cocok untuk mengkarakterisasi dari sifat-sifat senyawa yang bersifat plastis (Zadhoush, 2007). Rheologi dapat dijadikan penghubung antara rentang perbedaan struktur makromolekul dan produk yang dihasilkan. Rheologi mengukur dengan efektif satuan dari semua struktur yang dibuat, mulai dari campuran resin, penggabungan aditif, melalui campuran/pellet, dan yang terakhir untuk produk pabrikan (Driscoll, et al., 1987).

Uji rheologi dilakukan untuk mengetahui jenis aliran fluida yang terjadi pada masing-masing Suspending Agent. Untuk menentukan jenis aliran fluida sampel, terlebih dahulu dicari viskositasnya dari masing-masing sampel dengan

74 menggunakan viskositas metode Brookfield dan metode Capillar. Ditunjukkan hasil pengamatan rheologi melalui instrument Rheoscope untuk larutan Suspending Agent, masing -masing SA-B, SA-E, SA-F, campuran SA-B : SA-E, dan campuran SA-B: SA-F. Karakter dari PVC yang umumnya terbaca untuk pengujian rheologi ini adalah 77-2300C yang mengacu pada proses dari perubahan dan aliran diatas suhu transisi gelas (Tg= 770C). kekentalan dan elastisitas dari polimer ini berkisar pada Suhu 770C hingga 2300C.

Sifat dan karakter rheologi polimer dipengaruhi oleh campuran PVC dan bahan didalamnya, seperti stabilizer, lubricants, fillers, pigmen dan impact modifier. Semua bahan tersebut mempengaruhi PVC yang terbentuk termasuk

Sifat dan karakter rheologi polimer dipengaruhi oleh campuran PVC dan bahan didalamnya, seperti stabilizer, lubricants, fillers, pigmen dan impact modifier. Semua bahan tersebut mempengaruhi PVC yang terbentuk termasuk

Dokumen terkait