• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

3. Vulkanologi

a. Pengertian Vulkanisme

Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi. Kata vulkan berasal dari “vulcano”, suatu kawah gunung api di kepulauan Lipari di lepas pantai Italia. Juga berkaitan dengan nama Dewa Api Bangsa Yunani “Vulcanus”.

b. Istilah-istilah Vulkanisme

1) Vulkanologi adalah ilmu kebumian yang mempelajari gunung api.

23

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 156

24

Amir Hamzah Suleiman, Media Audio Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1981), hlm. 134

25

2) Kawah adalah lubang pada tubuh gunung api sebagai tempat keluarnya magma. Kawah yang cukup besar disebut kaldera. Bila kaldera terisi air yang cukup banyak maka akan terbentuk danau kawah atau danau vulkanik. Kawah dan kaldera yang ada di Indonesia, antara lain: Kawah Takubanperahu (Jawa Barat), Kawah Gunung Tengger (Jawa Tengah), dan Kaldera Gunung Batur (Bali).

c. Magma

Magma adalah meteri kental yang terbentuk di dalam kerak bumi atau di selimut batuan bagian atas. Merupakan persenyawaan yang sangat kompleks dari berbagai unsur, terutama berupa Silikat, air, dan gas-gas.Mungkin seluruhnya berupa cair atau mungkin juga kental. Magma dapat dibedakan berdasarkan perbedaan susunan mineral yang dikandung. Kandungan tersebut meliputi Magma Masam (Asam) dan Magma Basa. Magma Masam (Asam) atau dikenal juga sebagai Magma Silika adalah magma yang banyak mengandung mineral-mineral Silikat dan Feldspar, cukup banyak Natrium dan Kalium, kurang mineral Besi dan Magnesium. Umumnya mineral-mineralnya kurang berat. Kandungan gasnya tinggi, dan lebih kental. Biasanya menghasilkan ledakan dahsyat kerena tekanan gasnya besar. Magma tipe ini menghasilkan tipe gunung api komposit atau strato dan gunung api maar. Magma Basa, magma tergolong Basa (Mafic) adalah magma yang banyak mengandung mineral-mineral Besi dan Magnesium serta Kalsium, tetapi kurang mineral Silikat. Kandungan gasnya rendah dengan kekentalan rendah (encer). Biasanya letusan dari magma ini tidak begitu hebat, erupsinya bersifat effusif/ meleleh. Tipe gunung api yang dihasilkan oleh tipe Magma Basaltik adalah tipe gunung api perisai.

Menurut Bemmelen magma akan mengalami peristiwa hipodifferensiasi/ pemisahan magma, dimana magma yang bersifat asam akan bergerak keatas karena lebih ringan, sedangkan yang bersifat basa dibagian bawah. Gerakan pemisahan magma di dalam dapur magma tersebut akan menimbulkan gaya keatas, mendobrak batuan penyusun kerak bumi dan bila ada kesempatan akan muncul ke permukaan lewat celah-celah retakan atau lewat pipa gunung api

d. Tiga bentuk gunung api hasil erupsi sentral 1) Gunung Api Perisai

Gunung api ini terbentuk oleh aliran magma cair encer, sehingga pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh kesemua arah dalam jumlah besar dari satu kawah besar/ kawah pusat dan menutupi daerah yang luas yang relatif tipis. Sehingga bentuk gunung yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas dibandingkan dengan tingginya. Sifat magmanya basa dengan kentalan rendah dan kurang mengandung gas. Karena itu erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi secara effusif/ meleleh. Akibatnya lereng gunung api ini landai (2-10°) tingginya tidak terlalu tinggi dibanding diameternya, dan permukaan lereng halus. Contohnya adalah gunung api di Kepulauan Hawaii.

2) Gunung Api Kerucut

Gunung api ini dibangun oleh materi erupsi yang kebanyakan berupa piroklastik. Magmanya bersifat masam, lebih kental dan banyak mengandung gas sehingga erupsinya eksplosif/ meledak. Materi-meteri piroklastik itu akan diendapkan sedikit demi sedikit sampai terbentuk suatu kerucut gunung api. Kadang-kadang bahan erupsinya berganti-ganti antara piroklastik

dan lava sehingga kelihatannya berlapis-lapis. Gunung api demikian disebut Composite Cone atau kerucut campuran. Jadi bentuknya juga seperti kerucut dengan lereng curam (10-35°) kebanyakan gunung api di Indonesia termasuk dalam gunung api kerucut

3) Gunung Api Maar

Bentuk gunung yang tergolong Maar terbentuk kerena terjadi letusan eksplosif sebuah dapur magma yang relatif kecil dan dangkal, sehingga dengan satu kali erupsi saja habislah aktivitasnya. Bentuk gunung ini biasanya melingkar, disamping itu erupsi berupa gas sehingga di sekitar lubang kepundan habis terkikis oleh gas, dan biasanya meninggalkan lubang besar seperti kubangan. Erupsinya lemah dan sangat berbahaya karena gas-gas beracun yang dikeluarkan. Biasanya pada pertama kalinya terjadi ledakan dahsyat dan menghempaskan sebagian besar tubuh gunung, selanjutnya aktivitas gas lebih dominan. Contohnyya dijumpai Gunung Lamongan. e. Tipe Letusan Gunung Api

Letusan gunung api adalah suatu ketampakan gejala vulkanisme kearah permukaan/ suatu aspek kimia pemindahan tenaga kearah permukaan. Tipe letusan gunung api dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi kegiatan serta lokasi pusat kegiatan.

1) Berdasarkan bentuk dan lokasi pusat kegiatan

a) Letusan pusat yaitu erupsi yang melalui pipa kepundan gunung api

b) Letusan celah yaitu erupsi yang tidak melalui lubang kepundan gunung api melainkan meleleh keluar lewat retakan-retakan kerak bumi. Contoh: Plateau Pekka di India, dan Plateau Columbia, AS

a) Letusan pusat, lubang kepundan merupakan saluran utama bagi peletusan.

b) Leleran samping, terbentuk apabila magma yang membentuk Sill menerobos kepermukaan lereng gunung api.

c) Korok melingkar, terjadi ketika pipa kepundan tersumbat oleh magma yang membeku didalamnya, sehingga menghalangi keluarnya magma dan magma mencari jalan lain menerobos magma mencari jalan lain, menerobos batuan yang lebih lemah dan terbentuklan lubang kepundan yang baru. d) Letusan diluar pusat, terjadi dibagian kaki gunung

api dengan sistem saluran magma tersendiri yang tidak ada kaitannyan dengan lubang kepundan utama

f. Instruksi Magma

Yaitu proses penerobosan magma ke dalam litosfer tetapi tidak mampu mencapai permukaan bumi. Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan sebagai berikut.

1) Batolit, yaitu magma yang membeku di dalam dapur magma.

2) Lakolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari resapan magma dan membeku diantara dua lapisan batuan erbentuk lensa cembung.

3) Sill/ keeping intrusi, batuan beku yang terbentuk diantara dua lapisan batuan, berbentuk pipih dan melebar.

4) Gang/ dike, yaitu magma yang memotong lapisan batuan dengan arah tegak/ miring, berbentuk pipih dan melebar. 5) Apofisa, yaitu batuan beku yang bercabang-cabang

6) Diatrema, yaitu batuan pengisi pipa letusan, berbentuk silinder mulai dari dapur magma sampai kepermukaan bumi.

7) Lapolith, yaitu batuan beku yang mendesak lapisan di atas dan di bawahnya menjadi bentuk bikonveks.

8) Pacolith, yaitu jenis batuan beku yang mendesak lapisan di bawahnya sehingga membentuk suatu bentukan lenssa datar-cembung.

g. Gejala-Gejala Gunung Api Akan Meletus 1) Terjadinya getaran bumi;

2) Suhu disekitar kawah naik;

3) Sumber air tiba-tiba kurang atau kering; 4) Terdengar suara gemuruh;

5) Binatang di puncak turun ke lereng; dan 6) Pohon-pohon di sekitar kawah mongering. h. Gejala Pascavulkanik/ Post Vulkanik

Gejala pascavulkanik merupakan gejala yang masih terdapat dari sisa aktivitas vulkanisme pada gunung api mati/ gunung api beristirahat. Gejala tersebut antara lain:

1) Adanya sumber air panas; 2) Adanya sumber air mineral;

3) Geyser (mata air yang memancarkan air panas secara periodik);

4) Sumber gas;

5) Fumarol (uap air panas); dan 6) Solfatar (gas Hidrogen Sulfida).26

26

Ervina Bento, Vulkanisme, dalam http://ervinabento.blogspot.co.id/2011/12/materi-geografi-kelas-x-vulkanisme.html, diakses pada 27 Juni 2016

Dokumen terkait