• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penggunaan media pembelajaran tiga dimensi terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi pada materi vulkanologi (Kuasi Eksperimen di SMAN 1 Tarumajaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pengaruh penggunaan media pembelajaran tiga dimensi terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi pada materi vulkanologi (Kuasi Eksperimen di SMAN 1 Tarumajaya)"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

VULKANOLOGI

(Kuasi Eksperimen di SMAN 1 Tarumajaya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan IPS

Oleh:

Burhanuddin Hekmatyar NIM 1111015000061

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i Dimensi Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi Pada Materi Vulkanologi (Kuasi Experimen di SMAN 1 Tarumajaya)”. Program Studi Pendidikan IPS, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh media tiga dimensi terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi pada materi vulkanologi. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Tarumajaya.

Metode penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purpossive Sample. Sampel penelitian berjumlah 40 orang untuk kelas eksperimen dan 40 orang untuk kelas kontrol. Pengambilan data menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

Hasil penelitian ini terdapat pengaruh media pembelajaran tiga dimensi terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi pada materi vulkanologi. Hal ini juga di buktikan dari hasil perolehan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t yaitu diperoleh nilai thitung= 2,81 lebih besar dari ttabel=1,66 dengan taraf signifikan 0,05 atau 5%. Selain itu dilihat dari hasil perhitungan postes setelah diberikan perlakuan media pembelajaran tiga dimensi sebanyak dua pertemuan dengan nilai rata-rata 90, lebih tinggi dibandingkan dengan hasil perhitungan postes kelas kontrol dengan nilai rata-rata 86,37 yang diberikan perlakuan sebanyak empat kali pertemuan dengan menggunakan media pembelajaran dua dimensi.

(6)

ii

Volcanology (Quasi-Experiment in SMAN 1 Tarumajaya) ". Study Program of Social Science Education, Department of Geography, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

This research aimed to determine how the influence of three-dimensional medium on students learning outcomes in the subjects of geography, matter of volcanology. This research was held at SMAN 1 Tarumajaya.

The research method used in this research was a quasi-experimental methods. Sampling was done by using purpossive-sample technique. These samples included 40 peoples for experiment class and 40 peoples for control class. The data collection was conducted by using instrumental test of learning outcomes in the form of multiple choice in which the validity and reliability has been tested.

The research results shown that there were influence of three-dimensional learning medium on students learning outcomes in the subjects of geography, matter of volcanology. It was also proved from the hypothesis test results by using t-test, namely value of tcount = 2.81 were higher than value of ttable = 1.66 with a

significance level of 0.05 or 5%. In addition of post-test calculation that be given a treatment of three-dimensional learning medium in two meetings with an average value of 90, higher than the results of post-test calculation in control class with an average value of 86.37 that be given a treatment of four meetings by using two-dimensional learning medium.

(7)

iii

selalu memberikan rahmat dan hidayah‐Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Media Pembelajaran Tiga Dimensi Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Geografi Pada Materi Vulkanologi”. (Kuasi Eksperimen Di SMAN Tarumajaya). Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan dengan keterbatasan penulis baik itu dalam kemampuan maupun pengetahuan serta

pengalaman yang penulis miliki.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

4. Bapak Dr. Teuku Ramli Zakaria, M.A dan Moch. Noviadi Nugroho, M.Pd sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu, waktudan yang telah begitu sabar dalam memberikan bimbingan, pengarahan, serta motivasi selama penulisan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan 6. Bapak Abu Darda, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Tarumajaya yang

telah mengizinkan penulis melakukan penelitian guna penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Muhabar, S.Pd selaku guru Geografi SMAN 1 Tarumajaya yang telah

(8)

iv

mencurahkan kasih sayang dan do‟a yang selalu terucap untuk penulis.

10. Adik penulis Amin Hamzah Mahendra, dan Wirda Makiyah yang dengan tulus memberikan do‟a dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan skripsi sekaligus sahabatku camp gang buntu, Irul, Fauzi, Ijul, Emul, Hambali, Imam, Iwan, Naya, Anita, Desi, Retno dan teman-teman IPS Geografi 2011, terima kasih karena telah berbagi pikiran, tenaga, pengalaman, kesan susah senang, dan berkarya bersama-sama, semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua.

12. Sahabat‐sahabat Program Studi Pendidikan IPS 2011 yang telah memberikan banyak pengalaman dan warna kepada penulis tentang indahnya kebersamaan.

13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan adalah semata-mata keterbatasan ilmu yang penulis miliki.

Jakarta, 16 Maret 2016

(9)

v

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik ... 6

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ... 6

a. Pengertian Belajar ... 6

b. Jenis-Jenis Belajar ... 7

c. Pengertian Hasil Belajar ... 11

d. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 11

2. Media Pembelajaran Tiga Dimensi ... 13

a. Media Pembelajaran ... 13

b. Media Tiga Dimensi ... 19

3. Vulkanologi ... 21

B. Penelitian Relevan ... 27

C. Kerangka Berfikir ... 28

D. Hipotesis Penelitian ... 28

(10)

vi

C. Desain Penelitian ... 31

D. Populasi dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 32

E. Variabel Penelitian ... 33

1. Media Pembelajaran Tiga Dimensi ... 33

2. Hasil Belajar ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Instrumen Penelitian ... 35

1. Kisi-Kisi Intrumen Penelitian ... 35

2. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 36

3. Validasi Instrumen Penelitian ... 36

a. Uji Validitas ... 37

b. Uji Reliabilitas ... 37

c. Tingkat Kesukaran ... 38

d. Daya Pembeda ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 40

1. Uji Normalitas Gain ... 40

2. Uji Prasyarat Analisis Data ... 41

I. Uji Hipotesis ... 43

J. Hipotesis Statistik ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 45

1. Profil Sekolah ... 45

2. Data Hasil Belajar ... 45

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 47

(11)

vii

E. Keterbatasan Hasil Penelitian ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56 B. Saran-saran ... 56

(12)

viii

Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 31

Tabel 3.3 Jumlah Komposisi siswa ... 33

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 35

Tabel 3.5 Kategori Besarnya Reliabilitas ... 38

Tabel 3.6 Indeks Tingkat Kesukaran Soal ... 39

Tabel 3.7 Kriteria Daya Pembeda ... 40

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretes Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol 46 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Postes Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol 46 Tabel 4.3 Kategorisasi N-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 47

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Pretes ... 48

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Liliefors Postes ... 49

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Pretes ... 50

(13)

ix

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes

Lampiran 4 Uji Coba Soal Pretes dan Postes

Lampiran 5 Validasi Uji Coba Soal Pretes dan Postes Lampiran 6 Soal Pretes dan Postes

Lampiran 7 Perhitungan Distribusi Pretes Kontrol Lampiran 8 Perhitungan Distribusi Pretes Eksperimen Lampiran 9 Perhitungan Distribusi Postes Kontrol Lampiran 10 Perhitungan Distribusi Postes Eksperimen Lampiran 11 Uji Normalitas Gain

Lampiran 12 Uji Normalitas Data Lampiran 13 Uji Homogenitas Data Lampiran 14 Uji Hipotesis

(14)

1

Manusia tidak bisa dipisahkan dari pendidikan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran, melalui pendidikan manusia belajar sehingga terjadilah perubahan tingkah laku yang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula belum mengerti menjadi mengerti dan yang semula belum terampil menjadi terampil, belajar pula merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang selama hidupnya.

Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan sehingga

perhatian khusus diberikan untuk pembangunannya. Peningkatan kualitas pendidikan terus dilaksanakan, berbagai upaya diciptakan agar tercipta pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu dasar berkembangan suatu bangsa. Keberhasilan suatu bangsa dapat di tentukan oleh kualitas pendidikan dalam bangsa tersebut. Karena pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan pola pikir manusia sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Pasal 3 dipaparkan tentang Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab1.

1

(15)

Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan, untuk mencari dan menuntut ilmu pengetahuan. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada seluruh umat manusia untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang terkandung dalam al-Quran surat al-Mujaadilah ayat 11:

ٓ ي

ا ي أ

ٓٱ

ٓ ي ل

ٓ

ٓ ما ء

ٓ آ

ا ذإ

ٓ

ٓ ليق

ٓ

ٓ مك ل

ٓ

ٓ ا حس ف ت

ٓ

ىف

ٓٱ

ٓ ج ل

ٓل

ٓس

ٓٓ ف

ٱ

ٓ اح س ف

ٓ

ٓح س ف ي

ٓٱ

ّٓ

ٓ

ٓ مك ل

ٓ

ٓ ۖ

ٓ

ا ذإ

ٓ

ٓ ليق

ٓٱ

ٓ ا زش

ٓ

ٓ فٱ

ٓ ا زش

ٓ

ٓع ف ي

ٓٱ

ّٓ

ٓٱ

ٓ ي ل

ٓ

ٓ ا ما ء

ٓ

ٓ مك م

ٓ

ٓ ٱ

ٓ ي ل

ٓ

ٓ ا ت أ

ٓٱ

ٓ م لع ل

ٓ

ٓ ج د

ٓ ت

ٓ

ٓ ۖ

ٓ

ٓ ٱ

ّٓ

ٓ

ا ب

ٓ

ٓ ل ع ت

ٓ

ٓ ي ب خ

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”2 (QS: Al-Mujaadilah Ayat: 11)

Dalam dunia pendidikan banyak hal yang harus diperhatikan untuk

meningkatkan dan mengembangkan potensi siswa, selain guru dituntut untuk melakukan strategi-strategi khusus dengan memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode mempunyai peran yang besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa, akan ditentukan oleh relevansi penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Guru dapat memilih metode pembelajaran dengan memanfaatkan media-media yang dapat meningkatkan dan mengefektifkan proses pengajaran yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang dapat digunakan.

Siswa akan termotivasi dalam belajar jika seorang guru menarik dalam menyampaikan materi. Selain materi yang harus dikuasi oleh guru, dalam mengkondisikan kelas juga sangatlah penting dalam menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses belajar di kelas. Keterampilan guru dalam mengelola kelas harus diperhatikan agar sesuai dengan keadaan siswa dan dapat menimbulkan rasa nyaman para siswa selama pembelajaran berlangsung.

(16)

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam mencapai indikator pembelajaran. Suasana kelas yang menyenangkan pasti akan menghasilkan hal yang sangat berpengaruh dalam hasil belajar siswa. Guru berperan dalam proses optimalisasi diri siswa untuk manghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, tetapi seorang guru juga dituntut untuk mampu merencanakan dan menciptakan sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif. Sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya di kenal sebagai media pembelajaran.3

Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, artinya satu dengan yang lainnya saling terkait.

Ini menandakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, kemampuan guru dalam mengajar dan memanfaatkan media pembelajaran menentukan kemampuan anak didik dalam menguasai suatu konsep materi.

Kepentingan media pembelajaran bagi peningkatan kualitas pendidikan semakin tampak. Kelengkapan media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar, sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan siswa mudah memahaminya dengan baik. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh guru dalam menyampaikan materi. Dengan adanya perbedaan tersebut, hendaklah seorang guru mampu membuat sebuah perencanaan pembelajaran agar proses belajar dapat berjalan secara maksimal dan menghasilkan siswa yang berkualitas dan terhindar dari diskriminasi di dalam kelas.

Guru juga harus mampu melakukan pendekatan-pendekan kepada siswa agar dapat mengikuti proses belajar dengan baik. Dari beberapa

sekolah yang telah peneliti amati, banyak sekolah yang kurang

3

(17)

memanfaatkan media yang tersedia dan terkesan monoton. Dalam proses pembelajaran yang lebih sering menggunakan metode ceramah yang mana hanya guru yang aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan siswa hanya mendengar dan melihat apa yang guru sampaikan. Bahkan ada pula siswa yang faham materi hanya di kelas dan tidak mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran jika media yang digunakan tidak tepat maka akan menimbulkan hasil yang kurang baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran Geografi, guru dapat memilih dan menggunakan media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara fisik maupun mental sehingga materi yang diajarkan oleh guru menjadi lebih konkrit.

Ada banyak media yang dapat dilakukan dalam mendukung proses pembelajaran, salah satunya yaitu media tiga dimensi yang dapat membantu pemahaman siswa terkait materi yang masih abstark. Karena media tiga dimensi dapat menunjukan tampaknya suatu benda yang masih abstrak menjadi suatu benda yang bersifat konkrit. Dengan adanya latar belakang di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Media

Pembelajaran Tiga Dimensi Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata

Pelajaran Geografi Pada Materi Vulkanologi”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasikan masalahnya, yaitu :

1. Media yang digunakan kurang menarik bagi siswa.

2. Minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran rendah.

3. Hasil belajar pada pelajaran IPS Geografi masih tergolong rendah.

C. Pembatasan Masalah

(18)

terarah, maka masalah penelitian dibatasi pada pembahasan tentang Pembelajaran Geografi yang tidak maksimal dengan fokus penelitian pada siswa kelas X SMAN 1 Tarumajaya. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media tiga dimensi terhadap hasil belajar Geografi. Maka peneliti akan memberi perlakuan yang berbeda pada siswa yang diajarkan menggunakan media tiga dimensi dengan siswa yang menggunakan media dua dimensi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan indetifikasi masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh penggunaan media pembelajaran tiga dimensi terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi pada materi vulkanologi?

E. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengatahui pengaruh media pembelajaran tiga dimensi terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi pada materi vulkanologi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik kepada seluruh pihak yang terkait langsung kepada dunia pendidikan terutama bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Peneliti, sebagai bahan rujukan peneliti selanjutnya.

2. Guru, sebagai sumber informasi dalam pemilihan media yang tepat untuk pembelajaran.

3. Siswa, sebagai solusi motivasi dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.

(19)

6

A. Deskripsi Teoritik

1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Sardiman mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada manusia dari lahir sampai ke liang lahat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkahlaku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat kognitif, psikomotorik dan afektif.1

Sejalan dengan itu, Azhar Arsyad mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja”.2

Berdasarkan pengertian secara psikologis, Slameto berpendapat bahwa “belajar merupakan sutau proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku”.3

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan Perubahan tingkah laku akibat belajar dapat berupa perolehan perilaku yang baru atau perbaikan perilaku yang sudah ada. Perubahan tingkah laku

1

Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 2

2

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 1

3

(20)

yang ditimbulkan oleh belajar dapat perilaku yang baik (positif) atau perilaku yang buruk (negatif). Perubahan tinngkah laku sebagai hasil belajar terjadi melalui usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan.4

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan poroses perubahan tingkah laku baik yang positif ataupun yang negatif selama semasa hidup dimana yang awalnya tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak bisa menjadi bisa.

b. Jenis-Jenis Belajar

Slameto membagi jenis-jenis belajar menjadi 11 (sebelas),

yaitu:

1. Belajar Bagian (part learning, fractioned learning)

Belajar bagian biasa dilakukan oleh seorang yang menghadapi materi belajar yang lebih luas atau ekstensif, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa individu memecah seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian satu sama lain berdiri sendiri.

2. Belajar dengan Wawasan (learning by insight)

Konsep ini diperkenalkan oleh W. Kohler, salah satu seseorang tokoh Psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama pembicaraan psikologi belajar dan proses berpikir. Menurut Gestalt, teori wawasan merupakan proses mereorganisasi pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.

Sedangkan kaum neo-behaviorisme (antara lain C.E.

4

(21)

Osgood) menganggap wawasan sebagai salah satu bentuk atau wujud dari asosiasi stimulus-respons (S-R). Dalam pertentangan ini, barangkali jawaban yang memuaskaan adalah jawaban yang dikemukakan oleh G. A. Miller, yang menganjurkan behaviorisme subjektif. Menurut pendapatnya, wawasan barangkali merupakan kreasi dari “rencana penyelesaian” (meta program) yang mengontrol rencana-rencana subordinaasi lain (pola tingkah laku) yang telah terbentuk.

3. Belajar Diskriminatif (discriminative learning)

Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi atau stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek diminta untuk merespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.

4. Belajar Global atau Keseluruhan (global whole learning) Pada belajar global bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya. Metode belajar ini sering juga disebut metode Gestalt. 5. Belajar Insidental (incidental learning)

Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan (intensional). Sebab dalam belajar incidental para individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian, disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut incidental jika tidak ada instruksi atau petunjuk yang diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan kelak. Dalam kehidupan

(22)

merupakan bahan pembicaraan yang sangat menarik, khususnya sebagai bentuk belajar yang bertentangan dengan belajar intensional. Dari salah satu penelitian ditemukan bahawa dalam belajar insidental (dibandingkan dengan belajar intensional), jumlah frekuensi materi belajar yang diperlihatkan tidak memegang peranan penting, prestasi individu menurun dengan meningkatnya motivasi.

6. Belajar instrumental (instrumental learning)

Belajar instrumental, artinya reaksi-reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Dapat dikatan maka salah

satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah “pembentukan tingkah laku”. Individu diberi hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki, dan sebaliknya ia dihukum bila memperlihatkan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki. Sehingga akhirnya terbentuk tingkah laku tertentu.

7. Belajar Intensional (intentional learning)

Belajar intensional merupakan lawan dari belajar insidental. Jika dalam belajar insidental siswa tidak ada kehendak atau keinginan dalam belajar, lain halnya dengan belajar intesnional yang mengganggap bahwa belajar selalu pada tujuan.

8. Belajar Laten (latent learning)

Pada belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak terjadi secara langsung, sehingga

(23)

pembicaraan yang hangat di kalangan penganut behaviorisme, khususnya mengenai peranan faktor penguat dalam belajar. Rupanya penguat dianggap oleh penganut behaviorisme ini bukan faktor atau kondisi yang harus ada dalam belajar. Dalam penelitian mengenai ingatan, belajar laten ini diakui memang ada yaitu dalam bentuk belajar insidental.

9. Belajar Mental (mental learning)

Perubahan kemungkiinan tingkah laku yang terjadi di sini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini dangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan

operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi dari tingkah laku orang lain, membayangkan gerakan-gerakan orang lain dan lain-lain. 10. Belajar Produktif (productive learning)

R. Begius memberikan arti belajar produktif sebagai belajar dengan transfer yang maksimum. Belajar adalah mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu situasi ke situasi lain. belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip menyelesaikaan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.

11. Belajar Verbal (verbal learning)

Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal dengan melalui latihan dan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari

(24)

tidakbermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.5

c. Pengertian Hasil Belajar

Zaenal Arifin mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan gambaran tentang aapa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, kerumitan, dan harus digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu”.6

Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujun pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.7

d. Faktor yang Mempegaruhi Hasil Belajar

Menurut Nana Syaodih, “proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik yang bersifat fisik maupun psikis, dan faktor eksternal dalam lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan, ataupun masyarakat luas”.8 Ada berbagai model klasifikasi pembagian macam-macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar. Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis itu :

5

Slameto, op.cit., hlm. 5-8

6

Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 26

7

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 22

8

(25)

1) Motivasi, Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi.

2) Konsentrasi, Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. 3) Reaksi, Belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan

ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan, ketekunan dan kecermatan untuk menangkap fakta-fakta dan ide-ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya. Jadi kecepatan jiwa seseorang dalam memberikan respons pada suatu pelajaran merupakan faktor yang penting dalam belajar.

4) Organisasi, Belajar juga dapat dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian. Dalam hal ini, dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus (fakta-fakta, ide-ide). 5) Pemahaman, Pemahaman atau comprehension dapat

diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi.

6) Ulangan, Mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih besar. Hanya perlu ditegaskan bahwa kegiatan mengulang harus

disertai dengan pemikiran dan bertujuan.9

9

(26)

Menurut Abu Ahmadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 3 (tiga), yaitu:

1) Faktor raw input, yakni faktor murid atau anak itu sendiri dimana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.

2) Faktor environmental input, yakni faktor lingkungan, baik itu lingkungan alami atau lingkungan sosial.

3) Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari kurikulum, program atau bahan pengajaran, sarana dan fasilitas, dan guru (tenaga pengajar).10

2. Media Pembelajaran Tiga Dimensi

a. Media Pembelajaran

1) Pengertian Media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pngantar‟. Gerlach & Ely dalam Azhar Arsyad, bila dipahami secara garis media dapat berupa manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Guru, buku teks dan lingkungan sekolah juga merupakan media. Media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.11 Menurut Yudhi Munadi, yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan atau diciptakan secara terencana oleh guru atau pendidik.12

10

Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 103

11

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 3

12

(27)

Dari kedua pendapat di atas maka media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu tercapainya proses belajar mengajar. Dunia sekarang boleh dikatakan adalah dunia yang hidup dengan media. Kegiatan belajar mengajar telah bergerak menuju dikuranginya system penyampaian dengan ceramah, dan berpindah ke arah digunakannya banyak media.

2) Ciri Media Pembelajaran

Dari segi keampuhannya, cara pembuatnnya maupun cara penggunaannya setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu. Dalam kaitannya dengan keterampilan memilih media pengajaran seorang guru hendaknya memahami karakteristik berbagai media

pembelajaran.13

Rudi Bretz dalam skripsi Vivi Luthfiah mengidentifikasi ciri umum media menjadi tiga unsur pokok, yaitu suara, visual, dan gerak. Visual dibedakan menjadi tiga, yaitu gambar, garis dan simbol. Adapun ciri-ciri umum media pengajaran atau media pembelajaran menurut Dina Indriana dalam skripsi Vivi Luthfiah, antara lain pertama, sesuatu yang menjadi penekanan dalam media pengajaran adalah keperagaan yang berasal dari kata dasar “raga” (sesuatu yang dapat diindera, yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati), namun yang menjadi komponen utama indera adalah penglihatan dan pendengaran, media pengajaran merupakan bentuk komunikasi guru dan murid, media pengajaran merupakan alat bantu utama

13

(28)

dalam mengajar di dalam kelas, media pengajaran erat kaitannya dengan metode mengajar.14

Gerlach dan Ely mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapa-apat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya. Adapun tiga ciri media tersebut adalah sebagai berikut:

a) Ciri Fiksatif

Ciri ini mengambarkan kemampuan media merekam, menyimpan suatu peristiwa atau objek pada suatu waktu tertentu ditarsportasikan tanpa mengenal waktu, suatu objek yang telah direkam atau di ambil gambarnya dengan video atau video

camera dengan mudah dapat di produksi. Selain itu juga suatu objek dapat diurut dan disusun kembali menggunakan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, compact disk dan film.

Dengan ciri ini maka media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

b) Ciri Manipulatif

Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya, bagaimana proses

larva menjadi kepompong, kemudia menjadi

14

(29)

kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut. Di samping dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat manayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya, proses tsunami atau reaksi kimia dapat diamati memalui kemampuan manipulatif dari media.

c) Ciri Distributif

Memungkinkannya suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu merupakan

ciri distributif dari media. Distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi juga disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

Sekali informasi direkam format media apa saja, maka ia dapat direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.15 3) Fungsi Media Pembelajaran

Daryanto berpendapat, “media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Penyaluran media secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat

15

(30)

meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai”.16

Levied an Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

a) Fungsi Atensi

Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau materi pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka

sehingga mereka tidak memperhatikan. b) Fungsi Afektif

Fungsi afektif media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi menyangkut masalah social atau ras. c) Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkap bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d) Fungsi Kompensantoris

Fungsi kompensantoris media pembelajaran terlihat

dari hasil penelitian bahwa media visual

16

[image:30.595.101.514.185.737.2]
(31)

memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah atau lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.17

Pada pendidikan, media difungsikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran. Informasi yang terdapat dalam media harus melibatkan siswa agar proses pembelajaran berjalan baik. Media pembelajaran harus memberikan pengalaman yang menyenangkan dan dapat

memenuhi kebutuhan siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.18

4) Manfaat Media Pembelajaran

Kemp dan Dyton dalam Cecep Kusnadi dan Bambang Sujipto mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas, atau sebagai cara utama pembelajaran langsung, yaitu: penyampain pelajaran tidak kaku, pembelajaran bisa lebih menarik, pembelajaran menjadi lebih intensif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, maupun umpan balik dan penguatan, lama waktu pembelajaran yang digunakan dapat dipersingkat, karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak,

17

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, op.cit., hlm. 19-20

18

(32)
[image:32.595.100.515.143.727.2]

dan kemungkinan dapat diserap oleh siswa lebih besar, hasil belajar dapat ditingkatkan bila integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas, pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan atau diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu, sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan dan peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif.19

b. Media Tiga Dimensi

1) Pengertian Media Tiga Dimensi

Ryandra Ashar dalam skripsi Vivi Luthfiah berpedapat bahwa media tiga dimensi memiliki arti sebuah media yang tampilannya dapat diamati dari arah pandang mana saja dan mempunyai dimensi panjang, lebar dan tinggi/tebal, kebanyakan merupakan obek sesunguhnya (real object) atau miniature suatu objek, bukan foto, gambar atau lukisan. Beberapa contoh media tiga dimensi adalah model, prototype, bola, kotak, meja, kursi, mobil, rumah, gunung dan alam sekitar.20

Sejalan dengan itu, Daryanto mengemukakan bahwa media tiga dimensi adalah sekelompok media pembelajaran yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Kelompok media ini dapat berwujud sebagai benda asli, baik hidup maupun benda mati dan dapat pula berwujud mewakili benda aslinya. Benda asli yang berfungsi sebagai media pembelajaran dapat dibawa

19

Ibid.,

20

(33)

secara langsung ke dalam kelas atau siswa dapat belajar di luar kelas untuk melihat secara langsung dimana benda asli itu berada. Jika benda aslinya tidak memungkinkan untuk dibwa ke kelas maka benda tiruannya pun dapat berfungsi menjadi media pembelajaran yang efektif.21

Media tiga dimensi dapat diproduksi dengan mudah, tergolong sederhana dalam penggunaanya dan pemanfaatannya, hal tersebut karena tanpa harus memerlukan keahlain khusus, dapat dibuat oleh guru, bahan mudah diperoleh dilingkungan sekitar. Menurut Moedjiono dalam Daryanto, media sederhana tiga dimendi memiliki kelebihan-kelebihan diantaranya memberikan pengalaman secara langsung, menyajikan secara kongkrit dan menghindari verbalisme, dapat menunjukan objek secara utuh, baik kontruksi maupun cara kerjanya, dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas, dapat menunjukan alur suatu proses secara jelas. Namun demikian kelemahannya adalah tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang besar dan perawatannya rumit.22

Jadi dapat dikatakan bahwa media pembelajaran tiga dimensi dapat mempermudah guru dalam proses pembelajaran dalam menyampaikan materi. Tidak hanya guru, siswa pun dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran pun dapat terlaksana dengan baik.

Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pengajaran adalah model atau boneka. Model adalah tiruan dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil terlalu mahal, terlalu jarang, terlalu ruwet untuk dibawa kedalam kelas dan untuk dipelajari siswa dalam wujud aslinya. Sedangkan boneka merupakan jenis model

21

Daryanto, op.cit., hlm. 29

22

(34)

yang dipergunakan untuk memperlihatkan permainan.23

Amir Hamzah Sulaeman membagi media visual tiga dimensi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama dan kelompok kedua. Kelompok pertama, terdiri dari benda asli, model, alat tiruan sederhana atau mock-up dan barang contoh atau specimen dan kelompok kedua, yaitu

diorama pameran dan bak pasir.24 2) Jenis dan Karakteristik Media Tiga Dimensi

Setiap jenis media memiliki jenias dan karakteristik masing-masing, begitu juga dengan media tiga dimensi. Masing-masing menampilkan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Nana Sudjana mengatakan media tiga dimensi memiliki enam model, yakni model padat (solid model), model penampang (cutaway model), model susun

(build-up model), model kerja (working model), mock-up dan diorama.25

3. Vulkanologi

a. Pengertian Vulkanisme

Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi. Kata vulkan berasal dari “vulcano”, suatu kawah gunung api di kepulauan Lipari di lepas pantai Italia.

Juga berkaitan dengan nama Dewa Api Bangsa Yunani “Vulcanus”.

b. Istilah-istilah Vulkanisme

1) Vulkanologi adalah ilmu kebumian yang mempelajari gunung api.

23

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), hlm. 156

24

Amir Hamzah Suleiman, Media Audio Visual Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1981), hlm. 134

25

(35)

2) Kawah adalah lubang pada tubuh gunung api sebagai tempat keluarnya magma. Kawah yang cukup besar disebut kaldera. Bila kaldera terisi air yang cukup banyak maka akan terbentuk danau kawah atau danau vulkanik. Kawah dan kaldera yang ada di Indonesia, antara lain: Kawah Takubanperahu (Jawa Barat), Kawah Gunung Tengger (Jawa Tengah), dan Kaldera Gunung Batur (Bali).

c. Magma

Magma adalah meteri kental yang terbentuk di dalam kerak bumi atau di selimut batuan bagian atas. Merupakan persenyawaan yang sangat kompleks dari berbagai unsur, terutama berupa Silikat, air, dan gas-gas.Mungkin seluruhnya

berupa cair atau mungkin juga kental. Magma dapat dibedakan berdasarkan perbedaan susunan mineral yang dikandung. Kandungan tersebut meliputi Magma Masam (Asam) dan Magma Basa. Magma Masam (Asam) atau dikenal juga sebagai Magma Silika adalah magma yang banyak mengandung mineral-mineral Silikat dan Feldspar, cukup banyak Natrium dan Kalium, kurang mineral Besi dan Magnesium. Umumnya mineral-mineralnya kurang berat. Kandungan gasnya tinggi, dan lebih kental. Biasanya menghasilkan ledakan dahsyat kerena tekanan gasnya besar. Magma tipe ini menghasilkan tipe gunung api komposit atau strato dan gunung api maar. Magma Basa, magma tergolong Basa (Mafic) adalah magma yang banyak mengandung mineral-mineral Besi dan Magnesium serta Kalsium, tetapi kurang mineral Silikat. Kandungan gasnya rendah dengan kekentalan rendah (encer). Biasanya letusan dari magma ini tidak begitu hebat, erupsinya bersifat effusif/

(36)

Menurut Bemmelen magma akan mengalami peristiwa hipodifferensiasi/ pemisahan magma, dimana magma yang bersifat asam akan bergerak keatas karena lebih ringan, sedangkan yang bersifat basa dibagian bawah. Gerakan pemisahan magma di dalam dapur magma tersebut akan menimbulkan gaya keatas, mendobrak batuan penyusun kerak bumi dan bila ada kesempatan akan muncul ke permukaan lewat celah-celah retakan atau lewat pipa gunung api

d. Tiga bentuk gunung api hasil erupsi sentral 1) Gunung Api Perisai

Gunung api ini terbentuk oleh aliran magma cair encer, sehingga pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh kesemua arah dalam jumlah besar dari satu kawah

besar/ kawah pusat dan menutupi daerah yang luas yang relatif tipis. Sehingga bentuk gunung yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas dibandingkan dengan tingginya. Sifat magmanya basa dengan kentalan rendah dan kurang mengandung gas. Karena itu erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi secara effusif/ meleleh. Akibatnya lereng gunung api ini landai (2-10°) tingginya tidak terlalu tinggi dibanding diameternya, dan permukaan lereng halus. Contohnya adalah gunung api di Kepulauan Hawaii.

2) Gunung Api Kerucut

Gunung api ini dibangun oleh materi erupsi yang kebanyakan berupa piroklastik. Magmanya bersifat masam, lebih kental dan banyak mengandung gas sehingga erupsinya eksplosif/ meledak. Materi-meteri piroklastik itu akan diendapkan sedikit demi sedikit

(37)

dan lava sehingga kelihatannya berlapis-lapis. Gunung api demikian disebut Composite Cone atau kerucut campuran. Jadi bentuknya juga seperti kerucut dengan lereng curam (10-35°) kebanyakan gunung api di Indonesia termasuk dalam gunung api kerucut

3) Gunung Api Maar

Bentuk gunung yang tergolong Maar terbentuk kerena terjadi letusan eksplosif sebuah dapur magma yang relatif kecil dan dangkal, sehingga dengan satu kali erupsi saja habislah aktivitasnya. Bentuk gunung ini biasanya melingkar, disamping itu erupsi berupa gas sehingga di sekitar lubang kepundan habis terkikis oleh gas, dan biasanya meninggalkan lubang besar seperti kubangan.

Erupsinya lemah dan sangat berbahaya karena gas-gas beracun yang dikeluarkan. Biasanya pada pertama kalinya terjadi ledakan dahsyat dan menghempaskan sebagian besar tubuh gunung, selanjutnya aktivitas gas lebih dominan. Contohnyya dijumpai Gunung Lamongan. e. Tipe Letusan Gunung Api

Letusan gunung api adalah suatu ketampakan gejala vulkanisme kearah permukaan/ suatu aspek kimia pemindahan tenaga kearah permukaan. Tipe letusan gunung api dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi kegiatan serta lokasi pusat kegiatan.

1) Berdasarkan bentuk dan lokasi pusat kegiatan

a) Letusan pusat yaitu erupsi yang melalui pipa kepundan gunung api

b) Letusan celah yaitu erupsi yang tidak melalui lubang kepundan gunung api melainkan meleleh keluar lewat retakan-retakan kerak bumi. Contoh: Plateau

Pekka di India, dan Plateau Columbia, AS

(38)

a) Letusan pusat, lubang kepundan merupakan saluran utama bagi peletusan.

b) Leleran samping, terbentuk apabila magma yang membentuk Sill menerobos kepermukaan lereng gunung api.

c) Korok melingkar, terjadi ketika pipa kepundan tersumbat oleh magma yang membeku didalamnya, sehingga menghalangi keluarnya magma dan magma mencari jalan lain menerobos magma mencari jalan lain, menerobos batuan yang lebih lemah dan terbentuklan lubang kepundan yang baru. d) Letusan diluar pusat, terjadi dibagian kaki gunung

api dengan sistem saluran magma tersendiri yang

tidak ada kaitannyan dengan lubang kepundan utama

f. Instruksi Magma

Yaitu proses penerobosan magma ke dalam litosfer tetapi tidak mampu mencapai permukaan bumi. Intrusi magma menghasilkan bentukan-bentukan sebagai berikut.

1) Batolit, yaitu magma yang membeku di dalam dapur magma.

2) Lakolit, yaitu batuan beku yang terbentuk dari resapan magma dan membeku diantara dua lapisan batuan erbentuk lensa cembung.

3) Sill/ keeping intrusi, batuan beku yang terbentuk diantara dua lapisan batuan, berbentuk pipih dan melebar.

4) Gang/ dike, yaitu magma yang memotong lapisan batuan dengan arah tegak/ miring, berbentuk pipih dan melebar. 5) Apofisa, yaitu batuan beku yang bercabang-cabang

(39)

6) Diatrema, yaitu batuan pengisi pipa letusan, berbentuk silinder mulai dari dapur magma sampai kepermukaan bumi.

7) Lapolith, yaitu batuan beku yang mendesak lapisan di atas dan di bawahnya menjadi bentuk bikonveks.

8) Pacolith, yaitu jenis batuan beku yang mendesak lapisan di bawahnya sehingga membentuk suatu bentukan lenssa datar-cembung.

g. Gejala-Gejala Gunung Api Akan Meletus 1) Terjadinya getaran bumi;

2) Suhu disekitar kawah naik;

3) Sumber air tiba-tiba kurang atau kering; 4) Terdengar suara gemuruh;

5) Binatang di puncak turun ke lereng; dan 6) Pohon-pohon di sekitar kawah mongering. h. Gejala Pascavulkanik/ Post Vulkanik

Gejala pascavulkanik merupakan gejala yang masih terdapat dari sisa aktivitas vulkanisme pada gunung api mati/ gunung api beristirahat. Gejala tersebut antara lain:

1) Adanya sumber air panas; 2) Adanya sumber air mineral;

3) Geyser (mata air yang memancarkan air panas secara periodik);

4) Sumber gas;

5) Fumarol (uap air panas); dan 6) Solfatar (gas Hidrogen Sulfida).26

26

(40)

B. Penelitian Relevan

Berdasarkan penelusuran penulis di beberapa Universitas, penelitian objek kajian berupa pengaruh media pembelajaran tiga dimensi terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran geografi pada konsep vulkanologi belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dalam upaya menyusun skripsi ini dan berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut.

1. Vivi Luthfiah, mahasiswi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Biologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 menulis skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Tiga Dimensi Model Tiruan Terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas X Pada Konsep Virus”. Penelitian ini

menggunakan metode eksperimen semu dengan rancangan penelitian pretest-posttest control group design. Penelitian ini menunjukkan

bahwa adanya pengaruh penggunaan media tiga dimensi model tiruan terhadap hasil belajar biologi siswa kelas x pada konsep virus. Berdasarkan pengujian sampel menggunakam uji-t didapat bahwa nilaithitung > ttabe (4,07>1.67 ) pada taraf signifikan 0,05.

2. Asrotun, mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 20 menulis skripsi dengan judul “Penggunaan Media Tiga Dimensi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V MI Terpadu Fatahillah Cimanggis Depok. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui timgkat ketuntasan belajar siswa. siiklus I tingkat ketuntasan belajar siswa 63.3% dan

(41)

3. Lia Anggraeni Mahasiswa Program Studi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta tahun 2011 menulis skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Tiga Dimensi Terhadap Motivasi Belajar Biologi Siswa SMAN 18 Jakarta.

C. Kerangka Berpikir

Media tiga dimensi merupakan media yang memiliki bentuk menyerupai benda aslinya selain itu media tiga dimensi dapat mengecilkan atau memebesarkan objek belajar dalam ukuran yang memungkinkan objek tersebut mudah dipelajari. Media tiga dimensi dapat berubah sesuai dengan abstrak menjadi konkret dan sesuai dengan kompleks dan menjadi sederhana. Media ini dapat mengambarkan bagian dalam objek yang sulit di visualkan. Berdasarkan pemikkiran tersebut diharapkan pembelajaran

dengan menggunakan media tiga dimensi, materi ajar akan lebih jelas sehingga dapat dipahami oleh siswa. Dengan demikian diduga bahwa penggunaan media tiga dimensi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

D. Hipotesis Penelitian

(42)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Tarumajaya yang beralamat di Jalan Pahlawan Setia, Desa Pahlawan Setia, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Tempat penelitian ini diambil karena sesuai dengan latar belakang dan pengalaman peneliti.

2. Waktu penelitian

[image:42.595.106.510.183.733.2]

Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari penyusunan dan pengajuan proposal, observasi, pengajuan izin penelitian, menentukan dan menyusun instrumen, pengumpulan data sebagai kegiatan inti penelitian, pengolahan dan analisis data penelitian. Rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan selama 6 bulan.

Tabel 3.1

Waktu Penelitian

No Tahap

Penelitian

Waktu Penelitian

Juli Agustus September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Perencanaan

(43)

izin penelitian Penyusunan instrumen penelitian 2 Pelaksanaan

Proses penelitian 3 Penyelesaian

Proses analisis data Penyusunan laporan penelitian

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen.

Desain ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi untuk sepenuhnya mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu mengetahui perbedaan suatu variabel,

yaitu hasil belajar geografi dengan perlakuan yang berbeda.Peneliti menganalisis pengaruh yang terjadi antara variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan media tiga dimensisebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yang menggunakan media dua dimensi.Eksperimen merupakan kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang berhubungan dengan hipotesis yang diajukan, meneliti adanya akibat setelah subjek dikenai perlakuan pada variabel bebasnya.

Subjek diambil dari kelompok tertentu yang terbagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan dari metode ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh suatu variabel dengan variabel lain yang menjadi objek penelitian melalui pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data serta pengambilan kesimpulan.

1

(44)

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonequivalentpre-testt-posttest control group design (pre-test-post-test dua kelompok) merupakan desain penelitian yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.Alasan pengambilan desain penelitian ini adalah karena diberikan pre-test dan post-pre-test pada setiap group (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

[image:44.595.102.516.195.595.2]

Adapun desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini tertera dalam tabel berikut :

Tabel 3.2

Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

Keterangan :

X1 : Pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan media tiga dimensi

X2 : Pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan media dua dimensi

T1 : Hasil Pre-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol T2 : Hasil Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan kelompok yang akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kelompok yang menggunakan media tiga dimensisebagai kelompok eksperimen, sedangkan kelompok yang tidak menggunakan media tiga dimensi sebagai kelompok kontrol.

(45)

Setelah perlakuan, kedua kelompok diberikan post-test (T2), hasilnya kemudian dibandingkan dengan skor pre-test sehingga diperoleh gain, yaitu selisih antara skor pre-test dan post-test.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Syofian Siregar mengatakan bahwa, “populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya.Sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian”.2 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Tarumajaya ajaran 2014/2015. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 1 Tarumajaya tahun ajaran 2014/2015, yang berjumlah 291

orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau dengan teknik Purpossive Sample, yaitu pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.3Sampel ini diambil menggunakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti adalah rekomendasi dari guru geografi di SMAN 1 Tarumajaya yang menyarankan untuk memilih kelas X.1 dan X.2, yang berjumlah masing-masing kelas sebanyak 40 siswa, karena memiliki komposisi yang setara atau homogen, baik dilihat dari segi jumlah komposisi laki-laki dan perempuan, segi usia, dan kemampuan hasil belajar kelas.

2

Syofian Siregar, Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 56

3

(46)
[image:46.595.105.524.213.580.2]

Dengan teknik Purpossive Sample ini,menentukan dua kelas sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu kelas X.1 sebagai kelas Eksperimen dan kelas X.2 sebagai kelas kontrol,

Tabel 3.3

Jumlah Komposisi Siswa

No Komposisi X.1 X.2

1 L/P 15/25 17/23

2 Nilai Rata-Rata IPS 70,6 72,3

3 Usia 15-16 15-16

4 Lain-lain

Belum mendapatkan materi vulkanologi dengan

menggunakan media tiga dimensi

Belum mendapatkan materi vulkanologi dengan

menggunakan media dua dimensi.

Berdasarkan uraian data di atas, maka pada kelas pertama yaitu kelas X.1 sebagai kelas eksperimen yang akan diberikan pembelajaran dengan media tiga dimensidan kelas X.2 sebagai kelas kontrol yang akan diberikan pembelajaran dengan menggunakan media dua dimensi.

E. Variabel Penelitian

1. Media Pembelajaran tiga dimensi

a. Definisi Konsep

Media pembelajaran tiga dimensi merupakan sebuah media dimana guru menggunakan alat bantu yang menyerupai

benda aslinya (tiruan) dikarenakan obyek sesungguhnya tidak memungkinkan untuk dibawa ke kelas untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk tertarik ke proses pembelajaran dan membuat siswa aktif belajar.

b. Definisi Operasional

(47)

segala sisi, dikarenakan obyek sesungguhnya tidak memungkinkan di bawa kedalam kelas yang akan mampu membuat pengajaran yang sangat menarik diberikan kepada siswa.

2. Hasil Belajar Geografi

a. Definisi Konsep

Hasil belajar geografi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran geografi pada materi vulkanologi setelah mengalami proses pembelajaran.

b. Definisi Operasional

Hasil belajar geografi adalah skor tes diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan tes :

1. Pre-test dan Post-test

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.4Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes objektif sering juga disebut tes dikotomi karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0.Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang diperoleh dari data pre-test dan post-test berupa skor hasil belajar geografi pada materi vulkanologi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar geografi untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang diajarkan.Tes yang diberikan

adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda sebanyak 50 butir soal

4

(48)

dengan 4 pilihan jawaban.Sebelum tes ini diberikan, terlebih dahulu diujicobakan untuk diketahui validitas dan reabilitasnya.

G. Instrumen Penelitian

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

[image:48.595.106.531.185.753.2]

Adapun kisi-kisi instrumen tes sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Tes

Kompetensi Inti Kompetensi

Dasar Indikator No. Soal Jumlah

1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Mengembangkan perilaku dan menunjukkan sikap sebagai bagiandari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksisecara efektif dengan lingkungan sosial dan alam sertamenempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulandunia.

3. Memahami dan

menerapkan

pengetahuan faktual, konseptual,prosedur al dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,kenegar aan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, 1. Mensyukuri keberadaan diri sebagai warga negara Indonesia dengan pola pikir dan tindak dengan menunjukkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengembang kan perilaku responsif terhadap masalah yang ditimbulkan oleh dinamika litosfer, atmosfer dan hidrosfer. 3. Menganalisis dinamika litosfer dan pengaruhnya terhadap kehidupan.  Mengidentifikasi jenis-jenis batuan pembentuk lapisan kulit bumi

4, 1

 Mendeskripsikan

tentang bentuk muka bumi akibat proses tektonis

 Mengidentifikasi

gejala-gejala yang timbul akibat proses vulkanisme 1,2,3,6,8,9 ,10,11,12, 13,14,15,1 6,17,18,19 ,20,21,22, 23,24,25,2 6,27,28,29 ,30,31,32, 33,34,35,3 6,37,38,39 ,40,41,42, 43,44,45,4 6,47,48,49 ,50 47  Mendeskripsikan proses terjadinya gempa bumi dan tsunami

5, 1

 Menunjukkan bentuk

muka bumi akibat tenaga eksogen dan endogen

7, 1

 Membedakan

(49)

sertamenerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yangspesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkanmasala h.

4. Mengolah, menalar,

dan menyaji dalam ranah konkret dan ranahabstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuaikaidah keilmuan.  Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan

 Menganalisis dampak

degradasi lahan bagi kehidupan

 Menjelaskan proses

pembentukan tanah beserta faktor-faktornya

 Menjelaskan sifat

fisik, sifat kimia dan sifat biologis tanah

 Mengklasifikasi jenis

tanah di lingkungan sekolah

 Menunjukkan jenis

dan persebaran tanah pada peta Indonesia

 Menganalisis proses

terjadinya erosi tanah

 Mengidentifikasikan

usaha-usaha untuk mencegah kerusakan tanah

Jumlah 50

2. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu instrumen yang akan digunakan diuji pada kelompok siswa yang dianggap sudah mengikuti pokok bahasan yang akan disampaikan.

3. Validasi Instrumen Penelitian

Setelah dilakukan uji coba instrumen penelitian diukur tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda sehingga dapat dipertimbangkan apakah instrumen tersebut dapat dipakai atau

(50)

a. Uji Validitas

Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai dengan keadaan senyatanya.Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya.5Untuk mengukur validitas soal pada penelitian ini digunakan rumus koefisien korelasi biserial, karena data yang diperoleh dari soal hanya mempunyai dua alternatif jawaban, sehingga alat ukur yang tepat adalah koefisien korelasi biserial.Rumus koefisien korelasi biserial sebagai berikut:6

Keterangan:

Ypbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

P = proporsi siswa yang menjawab benar

q = proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p)

Kriteria pengujian jika harga rhitung> rtabel dengan taraf signifikan 5% (α = 0,05) maka alat tersebut valid, begitu pula sebaliknya jika harga rhitung< rtabel maka alat ukur tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto, “realibilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak

5

Suharsini Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 58

6

(51)

berarti.”7

Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat yang pengukur yang sama pula.8 Reabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan program ANATES. Sedangkan untuk menghitung reabilitas menggunakan

Kuder-Richardson atau yang dikenal K-R 20, yaitu: 9

Keterangan :

= Realibilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah 1-p ∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = Banyaknya item

[image:51.595.102.511.213.594.2]

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Tabel 3.5

Kategori Besarnya Reliabilitas

Nilai r 11 Keterang

Gambar

gambar memperlancar
gambar sebagai
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
tabel berikut :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pertama dari temen terus kemudian temen saya itu memberikan beberapa informasi mulai dari kontak personnya Englicious Chatime dan memberi informasi saya tentang twitter

PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN TUBAN.. TAHUN

Pada hari ini Jumat Tanggal Dua Puluh Enam Bulan April Tahun Dua Ribu Tiga Belas (26-04-2013), berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor 25-TU/PBJ-PDD/2013

Penggunaan Metode Card Sort Modifikasi untuk meningkatkan partisipasi kegiatan belajar Bahasa Inggris pada aspek writing siswa kelas V MI Islamiyah Mutihan Gantiwarno Klaten.

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan yang terkait dengan proses pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung berlangsungnya pembelajaran. Adapun tujuan

This paper presents a geometric approach for modelling tree roots with different Levels of Detail, suitable for analysis of the tree anchoring, potentially

Motivasi berasal dari kata “Movere” yang berarti dorongan atau daya penggerak, www. Dengan demikian maka motivasi belajar adalah suatu dorongan dalam diri manusia untuk

Selain itu cerita dalam komik disusun berdasarkan langkah-langkah Problem Based Learning, yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,