• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOKASI : RUANGAN KABID BERITA TVRI SUMUT

KONFIRMASI :

Sejauh ini, Bapak mungkin masih hitungan bulan nih Pak di Sumut, secara umum pendapat Bapak mengenai kualitas Sumut Dalam Berita seperti apa, Pak? Dari segi teknis boleh, dari segi kontennya boleh.

Kalau saya melihat selama 3 bulan saya di sini itu memang agak memang rendah daripada berita harian kita di sini. Baik pengelolaan berita apa namanya ... berita berkala, current affair maupun berita harian, untuk Seksi Produksi Berita juga lemah. Jadi kemarin di sini itu belum ada bagan struktur. Saya cuma melihat berita itu mulai berita hangat turun turun ke bawah. Harusnya dalam susunan berita kita itu kita buatkan segmen. Ya kan. Karena harus ada segmen itu, tatanannya harus kita buat. Jadi ahlinya sebenarnya ada di DE. Kemarin masih terdapat ... gak apa-apa ya kasus yang saya ungkap ya?

Gak apa-apa, Pak. Lebih riil.

Ada DE mengatakan „berita olahraga itu tempatnya dimana, apa selalu terakhir?‟ Tidak saya bilang, berita olahraga itu kadang-kadang bisa di tengah, tidak mutlak selalu di bawah, tinggal pengetahuan, sejauh mana pemahaman DE itu. Kalau berita mengenai prestasi itu pasti ga di bawah dong, kalau itu event, kejuaraan pasti di bawah. Kadang-kadang ini kan bertukar. Kalau saya membuat kebijakan, saya buatkan susunan, saya terlalu mencampuri teknis, ya kan. Sebenarnya DE itu adalah penanggung jawab, pimpinan redaksi pada ... Itu yang kemarin saya pelan- pelan rubah bahwa tidak mutlak berita olahraga itu di bawah, tidak mutlak seremoni itu selalu sebelum olahraga, ya kan. Itulah yang harus DE itu betul-betul cermati berita yang akan disiarkan. Kalau diserahkan Kabid semua mau periksa itu, coba kalau dari Kabid masuk Kasie, Kasie baru turun ke DE, DE turun anggota redaktur ini ini... Ga selesai.

Kalau dari segi struktur sebenarnya di dalam redaksi, DE koordinasi ke Kasie atau ...?

Kasie. Kalau pun Kasie belum ditemui, susah.. baru masuk ke Kabid, Kabid juga belum tentu, ada Kepsta. Tapi jenjangnya begitu, kalau selesai sampai di Kasie kenapa ke Kabid. Kalau selesai di Kabid kenapa ke Kepsta, itu jenjangnya. Kalau mendapat satu masalah di bawah, makanya saya bilang kemaren ini kan lucu juga yang di pertemuan, Kepala Seksi terlalu mencampuri DE, ga bisa. Kepala Seksi Produksi itu mengontrol, DE itu penentunya. Di situ yang tidak sinkron selama

ini. Jadi berita itu berjalannya seok-seok. Apa adanya. Terus disusun beritanya itu harus ... malah sebenarnya setiap hari itu harus ada DE dan Kepala Seksi harus rapat, apa topik kita hari ini.

Setiap hari ya, pak?

Setiap hari. Supaya berita itu tersusun, karena belum yang namanya teori ...

Agenda setting?

Bukan, agenda setting ya belum, ada sistem yang belum diterapkan teman-teman itu. News umbrella. Pohon berita. Hari ini kecelakaan pesawat di sini. Jangan cuma kecelakaan, ada pohonnya. Pohon beritanya, itu kecelakaan, coba ambil rantingnya, korbannya dibawa ke mana? Satu. Bagaimana keluarga korban? Dua. Apa lagi? Misalnya, bagaimana Dinas Perhubungan melihat kondisi ini? Ya kan. Perhubungan bisa bercabang lagi. Bagaimana kondisi lapangannya kalau di lapangan tergelincir. Termasuk dengan perusahaan yang mengelola bandara. Banyak bisa. Ini yang belum terjadi. Kalau itu ujian nasional, ujian nasional di mana? Cuma beda tempat, nah itu yang muncul. Ada yang muncul masalah lagi di manajemennya, bagaimana kondisi ujian satu, bagaimana orang yang ikut ujian, ternyata ada yang tuna netra. Pengembangannya begitu. Kemudian ada sistem komputerisasi. Yang saya lihat kemarin di sini ujian nasional cuma tempat beda SMA situ sama situ, isinya sama. Kalau DE-nya itu jeli, ngapain satu-satu. Ross. Pendek-pendek aja ya, Pak?

Sementara itu satu yang di baca jadi satu item mungkin, cuma dia panjang. Apa dampaknya terhadap penonton? Begitu dia liat muncul si Feby, muncul lagu ujian lagi, Feby muncul lagi ujian lagi. Coba kalau diross, ujian UMPTN yang berlangsung dilaksanakan di beberapa tempat, bacalah satu-satu. Kan dilihat satu item muncul Feby. Satu item muncul Feby, penonton itu-itu terus. Jadi memang berita Bidang Berita Sumut ini sudah lama sebenanya tapi mungkin ada yang kecil-kecil ga diperhatikan padahal di situ penting, termasuk rapat redaksi setiap hari. Supaya berita itu bisa tersusun. Nah grup ini ambil ini-nya, walaupun sama. Sama seperti tadi, semua ujian, tapi kalau semua ambil tempatnya, ujian itu sama cuma bedakan sekolah tempat dilaksanakannya itu.

Idealnya ada ada spesialisasi ya Pak?

Spesialisasi, redaksi itu harus, tapi ga mungkin kita wujudkan karena model antara PNS yang buat kacau.

Jadi faktor terbesar lebih ke sistem atau SDM-nya? Atau budaya organisasi? Dua-dua, dua-dua harus jalan. Kalau budaya mungkin enggak karena harus tegak lurus ya. Tapi dua-dua SDM itu menunjang, sistem menunjang, bagaimana sistem mau jalan kalau SDM-nya kurang, tidak memadai, ya kan. DE juga kalau tidak ada sistem ga bisa, ga efektif. Contoh, reporter kebanyakan ya okelah kalau misalnya ada yang pintar kamera bisa jalan satu orang, sekarang ada kameramen ga bisa bikin naskah ya kan, ada reporter ga bisa bawa kamera. Ini harus jalan dua-dua. Karena ini adalah media audiovisual, harus 2. Tapi saya bersyukur dengan perkembangan teknologi, gampang, cepat sudah bisa. Tapi si SDM-nya ga bisa, ga bisa mengikuti. Tarolah yang namanya kalau TVRI itu paling minim 3 orang, kalau live ya. Reporter, kameramen, dan teknik. Teknik ini harus

berkembang, bisa jadi transmisi, bisa jadi audio, bisa jadi lighting, orang teknik yang banyak fungsinya sebenarnya. Nah kalau ini berlaku yang namanya U-pack sekarang ga bisa lagi tuh banyak orang. Jadi SDM kita tidak pernah mau mensingkronkan peralatan, itu kelemahan kita. Orang teknik kamera sudah menyatu, audio ada lighting-nya, bisa record langsung dengan audio yang ... masih kita butuh orang audio.

Berangkat rame-rame Pak.

Berangkat rame-rame, ini yang tidak efektif. Satu berita lho, paket itu. Gimana mau jadi. Sekarang kita mengarah ke situ, yang namanya setiap hari kamis ya, jurnalistik warga.

Sebenarnya gatekeeper berita tiap hari DE juga Pak?

DE. Memutuskan itu DE. Fungsi Kepala Seksi mengontrol, jadi misalnya kontrol yang paling kecil Kepala Seksi itu durasi. Ini. Saya lihat setiap hari ini 54.30 katanya durasinya sampai disini. Ga pernah tepat. Karena apa? DE itu ga pernah liat 1 item itu berapa panjangnya. Cuma ditulis, dikira-kira. Kalau saya ini selalu saya patokan yang saya sudah bikin ya. Kalau di tempat kemarin, editor itu selalu menghitung, item pertama kapal pukat trawl di Belawan terbakar dia sudah tahu durasinya sekian dengan statement. Dia sudah tulis di sini. Item kedua tambah

lagi. Nah perkiraannya nanti „oo beritanya kalau Feby yang baca speed-nya

sekian. Itu tahu, ga pernah, dan di sini masih banyak istilahnya berita yang tidak dibaca reporter. Padahal menurut saya reporter itu wajib men-dubbing. Jangan orang lain.

Berarti DE fungsinya menyeleksi berita yang masuk setiap hari, nah kalau yang menentukan isu yang disoroti setiap hari harusnya siapa, Pak?

Ya itulah DE, koordinasi dengan Kepala Seksi. Kepala Bidang mendapat informasi, saya teruskan ke bawah ke Kepala Seksi „hei ada kapal kayaknya jatuh

di sana, ada kapal tenggelam tuh‟, „dimana pak?‟. Saya dapat dari handphone saya

mungkin dia tidak tahu. Itu fungsinya, karena saya tidak boleh terjun langsung ke teknis.

Jadi kapasitas Kabid Kasie sampai mana aja, Pak?

Kebijakannya itu, dari mulai pengaturannya itu, apakah pengaturan keuangannya, pengaturan personilnya. Isi berita itu sama sekali Kabid ga boleh campur, yang selama ini katanya Pak Herman itu campurin ke situ, salahlah. Ga bisa, strukturnya ada. Tangga jenjangnya ada, itu pula yang pelaksana di bawah jangan langsung ke saya. Itu juga yang kadang-kadang ga lihat ... saya katakan keliru, mungkin belum tahu, ya kasih tahu. Ada jenjang-jejangnya, tapi ya namanya isi berita, harus langsung ke bawah, ga boleh lagi saya „kok ada berita itu masuk‟, ga boleh. Selama itu dipertanggung jawabkan DE-nya, itu adalah hak kewenangan DE. Ini saling punya kewenangan disini, jangan dikempesi oleh struktur, jangan kasih masuk itu, bikin jelek-jelek nama TVRI.

berkontribusi terhadap keuangan kita?

Kan begini. Artinya bukan cuma itu, bukan dari BP. Kerjasamalah itu diakumulasi dalam siklus keuangan kita. Kalau itu ga pernah cukup. Ya kan. Kasih contoh, live cross. Satu kali anda ngomong di situ Feby sama orang tehnik 700 lebih, satu kali live cross. Berita diambil, dibayar oleh temen-teman itu 40 ribu berapa itu satu berita. Sudah berapa biayanya, 1 item. Jadi uang kita keluar untuk reporter dan kameramen, diolah lagi jadi live cross dibayar lagi pada orang lain. Termasuk teknik, termasuk Feby, termasuk pengarah acara di situ, satu berita, terlalu mahal. Makanya, tv swasta itu ga ada lagi, kalau dia sudah dapat di luar, langsung ke satelit selesai. Coba kita baru syuting dibayar reporter dengan kameramen. Kalau dia PNS dibayar gajinya, pulang bawa 1 berita, karena berita ini penting, suruh Bu Ranggini LC. Bayar lagi orang teknik,penyiar, lighting, pokoknya bayar. Berapa nilai 1 berita itu, gitu besarnya nilai itu. Karena kita belum bisa memanajemen berita itu cepat murah, apalagi istilahnya ada 4 itu, cepat murah efisien.. satu lagi. Itu yang bisa kita kelola dan yang namanya TVRI pendanaannya masih dari negara. Ga bs juga kita cuekin, coba kalau Feby kasih saya duit, terus saya malas- malasan gimana? Feby marah, itu yang tidak bisa kita independen.

Itu di semua stasiun masih kayak gitu kondisinya?

Semua, selama yang namanya TVRI, mau bolak balik namanya LPP, LPU apa namanya tetap tidak bisa, karena penganggarannya dari negara. Negara siapa negara? Termasuk pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah pusat.

Ini kan kita ada segmen Klasser Pak. Makanya kita buat di situ.

Kalau menurut Bapak segmen ini sendiri gimana, Pak?

Kalau sekarang dibutuhkan, kita masih butuhkan, artinya pertama saya membuat alasan kita kan.. saya sudah masuk ke pribadi saya juga ya, saya melepaskan apa ya, sifat jurnalistik saya, karena begini, kita sebagai warga negara tidak semua tv- tv yang ada di Indonesia ini membuat suasana kondusif. Karena apa? Ada tv-tv dibikin orang politik semua, hampir semua orang politik. Jadi bagaimana pun arahnya politik. Kalau kita masih netral dan kalau kita tidak ada, saya tidak tahu bagaimana, tidak ada yang bisa menetralkan, semua menjelekkan pemerintah. Kita sebagai orang pemerintah ya karena itu, ya harus ada posisi itu, tapi tidak boleh kita.. artinya ada balancing. Saya masih membutuhkan yang namanya berita berita pemerintah, cuma ada juga yang kadang-kadang jiwa jurnalistiknya tidak terpakai di situ, misalnya seremoni. Seremoni itu begitu, ada apanya. Tidak lagi membuat bahwa program ini begini sebenarnya, meskipun gambarnya orang duduk. Itu juga belum jalan. Gak apa-apa. Jadi begitu terbuka berita itu, layar terbuka cuma orang duduk, pastilah itu model-model kita yang begitu. Kalau saya setuju itu masih tetap ada, karena kita butuh juga uang, butuh informasi pembangunan, masyarakat juga butuh. Cuma masalahnya jangan duduknya, ini yang tidak dimengerti oleh teman-teman.

Jadi maksudnya tetap kita siarkan, tapi bagaimana mengolah naskahnya.. Bagaimana mengolah naskah pertama, kemudian yang kedua visualisasi karena ini juga kan selalu dengan visual. Jadi begini, misalnya simposium tentang

tanaman apa yang paling banyak di sini. Tanaman kopi. Kasihlah gambar kopi dulu, baru cerita itu kopi. Kopi terkenal di sini, karena ini sudah ekspor sampai sekian, gambarnya tentu kopi.

Cari insert lagi selain acara itu.

Kemudian setelah itu ada itu, durasi kan ada, anda bahaslah kopi dulu, itulah yang diseminarkan dalam seminar ini. Berceritalah tentang seminar, munculah orang duduk-duduk itu. Itu yang tidak ada, karena tidak ada petugas dokumentasi. Kurang lagi. SDM lagi, divisi SDM dan sistem itu. Kenapa? Begitu orang dokumentasi lihat „oh naskahnya Feby mengenai kopi, dia cari kopi‟. Di naskah itu sudah ditulis DE-nya begini misalnya, jadi misalnya kalau Feby lihat secara teknisnya ini 60. Itu tadi itu petugas dokumentasi sudah liat, dia baca sampai di sini „oh dia bahas tentang kopi. Kopi tadi kan? „ah disini.. disini orang duduk‟, ini yang belum ada. Jadi makanya selalu berita kita ga ketinggalan kok, cuma visualisasi ga kita upayakan, begitu terbuka langsung orang duduk, pidato ketuk palu gunting pita. Coba kalau diolah. Kopi dari ini misalnya, terangkan dulu sudah ekspor. Kalau perlu data-data statistik kan banyak. Makanya saya bilang kemarin buku data stastistik ada di sini, fungsinya ini sumber informasi, Sumut ada di sini semua. Itu yang tidak dimiliki, makanya sistem-SDM itu harus jalan. Ga bisa jalan sendiri-sendiri. Tadi saya bilang bagaimana kalau ga ada orang dokumentasi di situ?

Berarti semua berita hasil MOU kita dengan Walikota dan Pemprov pasti akan tayang Pak? Atau ada kemungkinan ...

Kalau itu kekuasaan DE. Kalau cuma apa ngapain. Tapi kan udah kerjasama Pak.

Ya kerjasama tidak mutlak, yang dikerjasamain itu jumlahnya. Kuantitasnya, bukan kualitasnya. Hak penyiaran ada pada TVRI, itu yang salah selama ini. Maunya orang siaran itu lah, aduuh.. Saya protes Kodam kemarin, katanya karena itu sudah kebiasaan Pak Manto begitu. Ga bisa. LPP ini lembaga besar. Pantas saya bilang kamu miskin semua diinjak-injak, ga ditakutin kan? Saya dapat, ini cerita lagi nih ya cerita luar, Dispennya Kodam menyurat eh bukan menyurat, menelepon kemarin kesini „Pak, kapan Pangdam ucapkan selamat puasa?‟ Emang kapan Pak Pangdam? „ya tolong menyurat Pak ke sini‟. Loh udah salah.

Jadi kita disuruh bikin surat?

Ga boleh dong, harusnya dia menyurat, kalaupun sudah kebiasaan yang lalu tidak bayar atau mau apa, nanti kita proses. Berdasarkan surat Pangdam nomor ... menginginkan ucapan selamat di TVRI. Maka kami mengundang bapak ... Harus ada dasarnya dulu, surat yang meminta ke kita, jangan dia suruh kita ngirim surat ke Pangdam supaya mengisi, salah.

Kayak kita ngemis ya Pak.

Ga bisa, kayak kemarin itu saya, kebiasaan Pak itu tuh sudah ... ga bisa. Kebiasaan terus robah. Ga boleh. Ada tata etika dalam lembaga. Itu yang kadang- kadang kita tidak sadari.

meminta khusus mengenai isi pemberitaan „tolong dibuat seperti ini lah‟. Ga ada, kalau pada saya kemudian saya tidak tahu. Tapi itu banyak, teman-teman reporter. Karena ini yang saya bilang tadi, DE itu fungsi reporter. Semestinya DE itu pengalamannya jadi reporter, tapi ga boleh lagi jadi reporter. Ada dendam satu. Kalau beritanya panjang, siapa yang motong, paling kontrol dari sini. Kalau ini kontrol ngamuklah dia, ini yang terjadi. Kalau saya itu, grup DE itu kerjanya cuma itu, independen pasti dia. Tapi ini satu minggu ganti, di situ ada dendam

nanti „oh iya Feby minggu lalu nyoret-nyoret saya punya naskah, tunggu lho aku

minggu depan‟, gitu. Ga bisa.

Pak kalau misalnya sekarang undangan-undangan dari perusahaan minta diliput, mereka nanya bayar berapa. Itu pasti kita terima semua ga Pak? Ya enggak, apa kontennya itu dulu, makanya saya bagi dulu di situ, dalam SKK itu berita biasa berapa, kalau berita itu sifaatnya advertorial ada tarifnya khusus kita, ga semua rata 500 kayak di sini. Itu. Mau panjang mau pendek sama, enggak. Kalau yang saya bikin, kalau itu berita perusahaan sifatnya advertorial boleh 90 detik tambah sound 1, kita sudah bikin makanya kalau tidak ada yang begini susah, tidak ada pedoman kita ini. Pedoman di sini tidak ada dicantumkan, harus ada. Kalau berita betul-betul berita pembangunan misalnya, informasi kepada masyarakat 500 aja bayarnya itu, apa lagi embel2-embelnya, jadi itulah tugas daripada DE itu, mengkontrol itu. Kembali ke segmen, segmen itu mulai faktual, berita terkini ya kan, istilahnya aktualita, kemudian informasi-informasi dari luar daerah Medan, itulah yang dari kontributor termasuk, kumpul 1 segmen ya kan. Ya kontributor juga kan tidak semua berita berbobot dia masuk, ada berita ringan, simpan di bawah. Berita tv itu kan piramida terbalik, mulai dari besar ke bawah, itu yang harus kita ikuti, itu ga boleh lepas dari ... kadang-kadang terjadi karena ya itulah yang saya bilang tadi sistem kita yang tidak jalan. Beritanya Pak Walikota, sudah reporter 2 tahun, akh tapi mungkin dari Humas „pak tolong ya

jangan terlalu di bawah‟, dikasihlah duit mungkin tambahan BP-nya, munculah di

berita kedua, yang padahalnya ga perlu dia di situ. Itu. Kadang-kadang masih muncul. Coba kalau DE independen, yang saya katakan itu yang memang tugasnya harus mengedit memeriksa. Jadi sistem dengan SDM tadi udah ya. Udah jelas kan, itu harus berjalan barengan.

Ada persentase ga dalam satu hari misalnya berita berbayar yang bisa kita terima limitnya sekian?

Bisa juga. Kalau saya tadi yang saya katakan, kalau saya ga butuh BP. Supaya kita independen beritanya. Betul-betul solid, apa yang diliat reporter itu, itulah yang anda naikkan. Tapi itu belum kita bisa laksanakan yang begitu, artinya kita masih punya keseimbangan.

Terkait isinya Pak. Terkait isi berita yang berbayar itu. Itu yang saya bilang tadi.

Kalau misalnya mereka menyampaikan undangan untuk diliput bisa ga mereka mengarahkan tone beritanya Pak?

Itulah keahlian daripada reporter sebenarnya, tapi reporter kita kan sudah kacau balau. Coba kau telepon, diarahkan ke situ, dia cari celahnya, dia lari ke sana, itu

yang namanya betul-betul reporter. Diarahkan pun pertanyaannya yang maunya Pak Andi, dia cari tetep ke pinggirnya itu karena fokusnya dia ke situ, ini kan kalau kita meliput itu sebenarnya apa yang sudah ada di ... banyak kan yang ga

sampai ke situ melihatnya, pertanyaannya apa satu „apa harapan bapak?‟ itu aja,

pasti. Yakin saya. Dia ga gali apa yang dia bawa dari otaknya, misalnya hari ini dia baca koran dulu, sumber informasi itu kan bukan cuma kita, kita baca kita lihat dulu dimana, berita kan ada, di koran ada, ya kan. Itu yang kita bawa. Sampai ke situ ketemu dengan siapa, Pak Walikota, walikota kan punya kebijakan tentang ini misalnya, sudah muncul. Sampai sana itu ya sosialisasi tentang KTP kepada para camat, reporternya ga tahu benang merahnya dimana, butuh statement, apa harapan bapak terhadap masyarakat yang akan mengurus KTP. Dangkal banget. Coba kalau dari pemikiran, KTP itu banyak persoalan, pertama dari sisi pembayaran, kedua cetaknya susah karena blankonya di pusat. Itu kan yang harus dibawa, meskipun yang akan dibicarakan di situ adalah KTP. Ya kan, itu sudah di sini (nunjuk kening), „Pak Wali itu banyak keluhan masyarakat, tentang blanko, ada masyarakat yang sudah mengurus sudah hampir 1 tahun tapi belum juga keluar sampai hari ini‟, harus berani itu tanya itu. Yang punya tanggung jawab kan Dinas Kependudukan, ujung-ujungnya Walikota, sekarang kau dapat bos-nya, kenapa ga tanya itu?

Itu belum ada di SDB ya Pak?

Saya belum liat, yang ada apa yang terjadi pada waktu itu. Hanya acaranya saja yang dikomentari?

Itulah pertanyaannya, „apa harapan bapak‟. Kaitannya dengan acara itu. Padahal kita boleh mengambil acara itu kupas yang lain, di sinilah saya lihat ini tidak jeli, apa yang dibuat pada saat itulah dibuat berita. Walikota Gubernur susah ditemuin, cari yang masalah apa yang kemarin, apa yang muncul di sana tanya dia, ambil