• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konstruksi Berita Layanan Publik Dalam Program “Sumut Dalam Berita” Televisi Republik Indonesia (Tvri) Sumatera Utara Periode Januari - Maret 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konstruksi Berita Layanan Publik Dalam Program “Sumut Dalam Berita” Televisi Republik Indonesia (Tvri) Sumatera Utara Periode Januari - Maret 2016"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

(2)
(3)
(4)

untuk suatu program atau acara, dll.

yang sedikit.

Kriteria jumlah dan materi iklan

Terbuka luas, 20% dari keseluruhan jam tayang.

Tidak boleh menerima iklan hard selling. Biasanya hanya sponsor

program. Maksimal 15 % dari keseluruhan jam tayang.

Iklan layanan masyarakat (public service

announcement). Bukan iklan hard selling. Biasanya berupa sponsor program. Maksimal 10 % dari keseluruhan jam tayang.

(5)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

No Topik Pertanyaan

1. Kebijakan Redaksi  Pendapat mengenai kualitas tayangan SDB selama ini?

Bagaimana bentuk komunikasi rutin dengan manajemen dan tim peliputan lapangan?

 Apa saja kebijakan-kebijakan yang berlaku di redaksi SDB yang harus dipatuhi?

 Anda ingin SDB dipersepsi seperti apa oleh publik?

Secara kongkrit, bagaimana peran anda sebagai Kepala Seksi dalam pembuatan kebijakan redaksi SDB?

 Bagaimana peran Kepala Bidang dalam

mengarahkan angle berita yang diliput oleh tim liputan?

Sejauh mana inisiatif tim peliputan diberi ruang?

 Pernahkah ada kasus pelanggaran kebijakan redaksi yang berakibat cukup serius?

 Sejauh mana kebijakan-kebijakan ini mengikat anggota redaksi dan tim peliputan?

2. Penyiaran Publik  Apakah setiap anggota redaksi dan tim peliputan paham mengenai konsep penyiaran publik?

 Aspek mana dari penyiaran publik yang harus diperhatikan anggota redaksi?

 Unsur-unsur apa yang seharusnya membedakan tayangan berita TVRI dengan berita televisi lain? 3. Ruang Publik  Siapa publik yang disasar TVRI?

(6)

 Sudahkah SDB menjadi ruang publik sesungguhnya?

 Apa kesulitan mewujudkan ruang publik dalam siaran SDB?

4. Nilai Berita  Apa yang menjadi nilai berita yang digunakan TVRI dalam menentukan sebuah isu / peristiwa layak diliput?

 Apakah isu nasional juga dijadikan berita di SDB?

 Ceritakan tentang MOU dengan pihak walikota dan gubernur tentang peliputan?

 Apa yang biasanya menyebabkan sebuah berita tidak bisa ditayangkan?

 Apakah semua undangan peliputan pasti diterima? Faktor apa yang mempengaruhi?

 Pendapat anda mengenai segmen Klasifikasi Seremonial?

 Pendapat anda mengenai berita yang membayar biaya produksi?

 Adakah persentase berita berbayar dalam setiap tayangan?

 Bagaimana penyusunan berita yang membayar biaya produksi terkait angle dan tone

pemberitaan? 5. Proses Produksi

Berita

Bagaimana menentukan agenda liputan setiap hari?

Mengapa tidak dilakukan rapat redaksi?

 Efektifkah komunikasi melalui grup Whatsapp? Cukup menggantikan rapat redaksi?

(7)

 Pihak mana saja yang setidaknya mempengaruhi isi siaran SDB?

 Siapa yang menjadi gatekeeper setiap berita yang masuk setiap hari?

 Apa sebenarnya fungsi dan peran desk editor?

 Apa kriteria yang harus dimiliki seorang desk editor?

 Apa kriteria yang harus dimiliki seorang reporter dan kameramen?

 TVRI menggunakan VJ, siapa yang layak menjadi VJ? Adakah pendidikan khusus?

 Sejauh mana tanggung jawab reporter? Kameramen? Editor? Redaksi?

 Apakah TVRI Sumut memberikan pendidikan khusus bagi reporter / kameramen?

 Mengapa editor seringkali menentukan petikan wawancara yang digunakan dalam berita?

 Siapa yang melakukan kontrol kualitas gambar dan isi liputan sampai akhirnya tayang?

 Apakah dilakukan evaluasi atas kualitas hasil tayang SDB?

6. Jurnalistik dan berita  Sudahkah SDB memenuhi kaidah jurnalistik yang baik dan benar?

Apakah yang masuk dalam kategori berita?

Sudahkah SDB melakukan verifikasi atau cover both side atas setiap pemberitaan? Teknisnya disiarkan di hari yang sama?

 Bagaimana pemberitaan SDB selama ini terhadap pemimpin daerah?

(8)

 Apakah SDB menyoroti kinerja ataupun kebijakan yang dihasilkan gubernur / walikota / bupati? Bagaimana tone pemberitaannya?

 Apakah SDB menyoroti kinerja anggota DPRD? Bagaimana tone pemberitaannya?

 Pernahkah muncul keberatan dari pihak-pihak tertentu terkait isi pemberitaan SDB?

 Sumber-sumber berita mana yang bisa dijadikan sebagai data valid bagi berita SDB?

7. Konten Lokal  Apa saja konten-konten lokal yang diangkat di SDB?

 Apakah porsi semua daerah di Sumut sama meratanya dalam pemberitaan SDB?

8. Shoemaker and Reese

Apakah latar belakang pengalaman reporter / kameramen mempengaruhi berita yang diliputnya?

 Apakah nilai atau kepercayaan yang dianut reporter / kameramen mempengaruhi liputannya?

 Apakah kepentingan pribadi tim peliputan / redaksi mempengaruhi berita yang diliputnya?

Bagaimana penyusunan berita dalam satu tayangan SDB? Adakah kategori / segmen?

 Adakah narasumber langganan yang sering dipakai dalam SDB?

(9)

TRANSKRIP WAWANCARA I INFORMAN I

DATA INFORMAN

NAMA : ZAINUDDIN LATUCONSINA

JABATAN : KEPALA STASIUN TVRI SUMATERA UTARA TANGGAL : 24 MEI 2016

WAKTU : 11.00 WIB – SELESAI

LOKASI : RUANGAN KEPALA STASIUN TVRI SUMUT

KONFIRMASI :

Sejauh ini, bagaimana penilaian Bapak terhadap SDB, dari segi kualitas dan teknis?

Ya kalau teman-teman yang diberi khusus untuk SDB dari sisi isi berita sudah memenuhi syarat. Syaratnya apa? Pertama berita yg aktual, berita yang akurat, berita yang penting juga ada, berita seremonial pun ada di situ, dan semuanya itu memenuhi 5W+1H.

Jadi kalau dibilang memuaskan, memuaskan ga, Pak? Kalau memuaskan itu dari mana dulu?

Penilaian Bapak dengan nilai, mungkin dari sisi jurnalistik, penyiaran publik yang bapak pahami.

Kalau isi siaran kan tadi kan sudah memenuhi 5W+1H, kemudian tidak melanggar kaidah-kaidah jurnalistik. Masih tetep mengacu pada kode etik jurnalistik, Undang-Undang Dasar. Kalaupun pemilu kita tetap mengacu pada aturan-aturan yang berlaku, misalnya pemilu kita harus berimbang, dari sisi itu memenuhi syarat memang siaran kita, khusus untuk Sumatera Utara.

Seberapa sering Bapak berbicara dengan pihak redaksi, entah itu Kabid, Kasie atau bahkan ke reporter dan kameramen?

Jadi di sini kan kita ada sistem kerja. Sistem kerja setiap minggu itu kita evaluasi hasil siaran. Dua kami seminggu. Hari Senin saya rapat dengan staf untuk mengevaluasi hasil kerja selama satu minggu yang lalu, kemudian hari Rabu rapat dengan Kepala Bidang, Kepala Seksi kemudian para redaktur kalau misal dibutuhkan pada saat itu. Kita rapat untuk mengevaluasi hasil kegiatan, apakah ada kesalahan kah ada kekurangan kah atau ada apa. Ada masalah apa yang dihadapi, setiap minggu ada dua kali kita, itu yang sudah pasti, yang rutin. Belum juga ada masalah yang timbul saat itu, langsung. Jadi lebih dari dua kali setiap minggu.

Itu yang dibahas apa biasanya, Pak?

(10)

Jadi itu biasanya mereka yang memberikan laporan atau Bapak juga mengawasi selama siaran?

Untuk mengevaluasi itu kan setiap siaran kita tugaskan Pengarah Acara Umum, PD umum. Ada masalah yang timbul di situ, misalnya satu kamera terlambat, kita evaluasi persoalannya apa. Berita terlambat 2 menit, kita bahas. Kalau under, kenapa under. Dan harus memenuhi 1 jam misalnya kalau SDB. Kita evaluasi semua, penyiar terlambat masalahnya apa, persoalannya apa. Itu yang kita evaluasi setiap dua kali seminggu kita bahas.

Kalau masalah kontennya, Bapak ikut mempertanyakan juga ga?

Setiap saat konten saya pantau, misalnya semalam saya memantau di situ ada kunjungan Menteri Sosial. Langsung kalau ada masalah : Oh korbannya berapa? 9 korban 7 meninggal? Apakah itu benar? Saya langsung evaluasi dan telepon. Kepala Seksi Berita maupun Kepala Bidang, pada saat itu juga. Jadi bukan hanya dua kali seminggu, setiap saat saya pantau. Kemarin kita SPI (Semangat Pagi Indonesia) ke Jakarta, saya langsung pantau TV streaming, “ini kenapa seperti ini, kenapa gambarnya masih.. padahal itu belum on”, jadi kita langsung evaluasi. Kalau ke kameramen dan reporter langsung Bapak sering ada komunikasi juga ga?

Ini kan sistem kerja, semestinya saya itu hanya sampai di Kepala Bidang, tidak sampai pada Kepala Seksi. Tapi untuk lebih cepat saya sering ke Kepala Bidang sekaligus Kepala Seksi, nanti Kepala Seksi ke bawah. Saya tetap mengacu pada sistem itu, supaya suara Kepala Seksi itu langsung dihargai. Karena apa yang disampaikan oleh Kepala Seksi itu merupakan suara Kepala Stasiun atau Kepala Bidang.

Pasti sudah mewakili itu, Pak?

Iya kalaupun salah, itu masalah. Nanti kita dengar persoalannya apa. Kalau itu tidak, langsung saya tegor kenapa seperti itu.

Kalau non formal pernah ga Pak ke bawah?

Sering, misalnya ada beberapa orang yang tidak digunakan padahal dia ahli di bidangnya. Saya ambil contoh, pada saat saya masuk pertama pada rapat redaksi berita, ada yang tidak digunakan. Pandia misalnya. Saya langsung perintahkan untuk pergunakan dia. Evaluasi berikutnya setelah struktur baru muncul, saya langsung pesan “gunakan orang ini ini ini”. Ternyata saat ini kan Pandia sudah menjadi produser. Tuti sudah menjadi Produser dan Pengarah Acara. Itu yang saya pantau langsung. Saya instruksikan “tidak boleh ada karyawan yang potensial diabaikan, yang tidak digunakan”. Sekarang ini kan hampir semua, walaupun masih ada satu dua yang tidak kerja. Itu pantauan secara langsung. Kalau dari pembahasan di evaluasi selama ini, keterbatasan yang dihadapi SDB apa, Pak? Fasilitas atau SDM.

(11)

Minggu itu kan ada kalanya juga susah dihubungi, akhirnya kerja keras. Itulah yang kita hadapi pada saat.. editor yang kita pakai hanya 2 orang, ada yang minta ijin, ada juga pada saat-saat tertentu bermasalah. Itu langsung disampaikan pada kita. Kita kan normalnya bekerja sampai jam 7 jam 8 sudah tutup, sementara berita-berita yang hangat yang penting dibutuhkan di Jakarta kita harus langsung kirim, saat itu juga kita harus kirim. Kita ambil contoh minggu kemarin sampai dengan 2 minggu yang lalu. Kita livecross berita-berita yang dari Sumut ditayangkan di Jakarta untuk kemarin saja hari Senin ada 7 item. Lima item di pagi hari sampai siang hari itu ada sekian item. Berarti kan harus disiapkan di malam hari. Dua hari Kepala Seksi tidak tidur mulai dari hari Jumat sampai Minggu karena dia update berita ke Jakarta.

Kalau dari segi isi SDB, pernahkah ada pihak-pihak luar yang datang ke Bapak meminta peliputan yang arahnya seperti ini, ya permintaan-permintaan khusus lah. Ada ga, Pak?

Ada, misalnya seremonial. Acara-acara kita kepantau karena kita TV publik. Menyampaikan hasil-hasil pembangunan yang terjadi. Misalnya ada acara hari ulang tahun BKN. Mereka telepon ya kita bantu. Karena termasuk kan berita-berita seremonial kita menyampaikan hasil-hasil pembangunan mulai dari instansi-instansi vertikal atau dari mana saja termasuk masyarakat kecil.

Itu semua yang meminta ke Bapak pasti diluluskan ga pak? Pertimbangan Bapak apa?

Harus menggunakan pertama surat. Kalau untuk berita-berita seremonial itu harus berbayar. Kenapa? Karena itu tidak masuk dalam berita hangat, itu termasuk dalam berita seremonial. Kalau pun itu seremonial kita bebankan satu item berita seremonial harus membayar 500 ribu. Adapun juga masyarakat kecil misalnya ada kegiatan keagamaan, ini kegiatan keagamaan bolehkah diliput? Yang penting ada surat. Surat itu ada isinya mohon ada bantuan, ya kita mengakomodir itu semua. Berarti selama semua permintaan memenuhi unsur itu bisa kita liput, Pak? Atau kita memperhatikan acaranya?

Ya kegiatan itu kan memenuhi unsur 5W+1H kan, apa kegiatannya, kapan kemudian waktunya kapan apa tujuannya. Kan semuanya memenuhi syarat. Berita itu kan ada hardnews ...

Misalnya gini Pak, ada organisasi-organisasi yang niatnya sebenarnya mau mendirikan misalnya Negara Islam. Nah mereka minta diliput, kita akan memenuhi itu juga ga sih Pak? Tapi mereka memenuhi unsur surat-surat, berbayar juga.

Ada beberapa, tidak hanya itu. Kalau itu kan baru pada saat mereka mau muncul dan menghilang. Tidak pernah mereka.. berita.. apa namanya.. yang dilarang itu, tidak pernah ada yang langsung meminta. Tapi pernah mereka audiensi. Mereka audiensi ya kita terima..

Organisasi apa pak?

(12)

kan melayani publik. Tapi selama mereka berkegiatan kita tidak pernah meliput kegiatan mereka. Dan tidak lama setelah itu langsung booming organisasi itu. Tapi ada organisasi juga yang dilarang oleh pemerintah itu. TVRI Pusat pun pernah ditegur oleh SPI. Itu kita perhatikan, mana organisasi yang dilarang oleh pemerintah tetap kita perhatikan, tidak boleh meliput kegiatan mereka. Kalaupun ada bisa diliput, kita perhatikan, selama tidak bertentangan dengan pemerintah, kita bisa siarkan.

Tapi sejauh ini belum ada ya Pak yang minta peliputan dari organisasi-organisasi seperti itu?

Yang dilarang belum, yang dilarang sampai hari ini belum. Instansi pemerintahan dan swasta bisa ya, Pak?

Kan itu publik, kalau publik itu mulai dari pemerintah, swasta, masyarakat, masyarakat menengah ke atas, masyarakat menengah ke bawah kita akomodir semua. Misalnya kegiatan-kegiatan ke-Islaman di daerah ini. Mereka butuh diliput tapi tidak punya anggaran. Oke boleh, yang penting ada surat yang menyatakan bahwa „kami tidak punya anggaran‟, ya kita meliput.

Oo itu bisa juga ya, Pak?

Bisa, yang penting ada surat. Karena kita setiap ada kegiatan seremonial disiarkan terus tidak ada pembayaran, kenapa? Kan ada surat, selama ada surat kita.. karena kita TV publik.

Kalau yang kerjasama resmi punya berapa sekarang, Pak?

Yang resmi secara tertulis ada dua. Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Propinsi dalam hal ini Dinas Kominfo Propinsi.

Perjanjiannya kita bertugas menyiarkan apa saja dari mereka, Pak?

Itu kan luas, bukan hanya berita, juga ada dialog. Kalau menyangkut berita, semua kegiatan Gubernur, Wakil Gubernur dan Sekda itu kita liput kegiatannya. Di luar itu tidak. Kalau Kepala Dinas silahkan bersurat untuk kita liput tapi berbayar. Kalau di pemerintah kota Walikota, Wakil Walikota dan Sekda.

Berarti apapun acara mereka..

Apapun kegiatan mereka, asalkan mereka telepon „tolong ini ada kegiatan untuk menerima tamu kehormatan atau ada kegiatan apa‟ itu kita liput.

Itu dalam kapasitas mereka terkait dengan jabatan publiknya ya, kalau pribadi enggak ya?

Kalau pribadi tidak. Kegiatan Pemerintah Kota, kegiatan-kegiatan apa, tapi hanya bertiga itu.

Kenapa sejauh ini hanya dua, Pak?

(13)

Di SDB kan ada segmen klasifikasi seremonial yang isinya berita-berita yang membayar biaya produksi. Tanggapan Bapak terkait segmen itu?

Makanya karena untuk melayani semua pihak karena kita ini TV publik, kita menerima itu. Dan kalaupun harus masuk, itu berbayar, kita muatkan dalam aturan. Boleh.

Itu memang ada aturan khusus dari pusat ya Pak untuk berita berbayar biaya produksi ini?

Itu secara nasional sejak tahun 90-an. Ada surat dari Direktur bahwa setiap kegiatan seremonial dari pemerintah pada tahun 80-an saja setiap item berita dibayar 100 ribu. Tapi dengan perkembangan ekonomi, perkembangan nilai uang saat ini kita muatkan dalam Satuan Kerabat Kerja aturan-aturan daerah. SKK. Setiap item berita seremonial harus dibayar 500 ribu.

Sebenarnya penggunaan dana biaya produksi itu seberapa persen sih Pak dari posisi seluruhnya anggaran kita?

Jauh, nol koma nol nol sekian persen dari anggaran yang dibutuhkan untuk membiayai TVRI Sumatera Utara.

Alokasinya untuk pemberitaan lagi dananya atau..

Tidak, semua uang yang masuk itu langsung disetor ke keuangan, termasuk salah satu sumber penerimaan non APBN.

Itu ada ditarget ga, Pak?

Ga bisa ditarget, karena tidak diwajibkan berita itu harus berbayar. Kalau kita targetkan hanya ada berita-berita tertentu yang tidak bisa disiarkan. Semestinya berita itu kan tidak berbayar. Tapi berita seremonial yang tidak memenuhi unsur berita yang sangat penting hanya kita boleh, sebagai TV publik, kita terima untuk melaporkan kegiatan-kegiatan pembangunan, hasil-hasil pembangunan lah seperti itu.

Seharusnya dalam siaran satu jam idealnya berapa banyak klasifikasi seremonial itu, Pak?

Sangat kecil, dari satu jam yang kita alokasikan untuk berita sangat kecil

Kalau misalnya dalam satu tayangan ada 30 item, kira-kiranya berapa berita?

Satu hari paling kalau lima itu kita bersyukur, tapi rata-rata kan tidak cukup lima kan untuk yang berbayar itu. Katakanlah kalau kita targetkan satu hari lima berita saja, dalam 1 tahun 5 kali 350 hari, banyak sekali. Ternyata kan tidak memenuhi syarat kan. Jadi kita tidak targetkan untuk berita.

Dalam satu siaran SDB sebenarnya unsur-unsur apa saja yang mempengaruhi?

(14)

Tapi kalau kepentingan, misal gini pak, tokoh-tokoh yang mungkin cukup dekat, punya hubungan baik dengan TVRI, apakah mungkin konten berita kita mengarah atau condong mendukung kepentingan tertentu atau seseorang?

TVRI selama ini, dan itu merupakan aturan, kalaupun mau angkat seseorang figur boleh, tapi harus seimbang.

Seimbangnya seperti apa?

Misalnya seseorang yang ingin jauh-jauh hari ingin siap-siap untuk mencalonkan diri sebagai salah satu calon gubernurlah, kemudian kita tahu ada juga yang lain juga, jadi boleh kita angkat yang satu, yang lain juga kita angkat. Tapi syaratnya harus memenuhi 5W+1H.

Jadi kalau misalnya baru muncul satu namalah pak di tataran lokal kita ya, kita ga akan angkat dia?

Boleh-boleh saja, dari sisi mana dulu. Prinsipnya harus seimbang. Kalau hanya dia sendiri terus orang tahu bahwa dia adalah tokoh boleh-boleh saja, sebagai tokoh. Apakah tokoh politik, tokoh masyarakat, pemerintah, boleh. Karena berita itu kan seorang tokoh boleh, tokoh di daerah. Dia sebagai tokoh politik di daerah, dia sebagai tokoh ilmuwan di daerah, boleh kita angkat.

Itu ga akan jadi tendensius? Publik menilai terlalu..

Tidak, dari sisi mana dulu kita angkat. Kalau hanya pribadi, tidak bisa.

Maksudnya hanya profil dia, kegiatan dia, ga bisa?

Ini tujuannya untuk apa dulu. Kan harus tujuannya untuk apa. Profil dia untuk persiapan calon Gubernur misalnya, orang kan belum tahu. Kalau dia sebagai tokoh, tokoh masyarakat orang tahu ya silakan saja, tokoh politik boleh-boleh saja, kan itu berita juga.

Itu bisa kita lakukan atas inisiatif TVRI atau itu dilakukan kalau ada permintaan dari tokoh itu, Pak?

Itu tergantung. Kalaupun dia mau minta, dan itu unsur pribadi, untuk apa itu? Tidak perlu. Apakah memenuhi syarat unsur berita? Kita kan bicara tentang berita. Profil ya kita masukkan dalam item yang lain, kan tidak bisa masuk dalam item berita.

Jadi menurut Bapak dari unsur-unsur yang macam-macam tadi porsi mana yang paling besar? Porsi bisnis? Dalam arti pemasukan secara ekonomi kita pertimbangan juga?

(15)

Menurut Bapak semua anggota redaksi misalnya Kabid, Kasie, reporter kameramen sudah memahami konsep itu belum, Pak?

Seorang reporter kameramen harus punya dasar-dasar itu. Pertama sebuah berita itu kan harus memenuhi 5W+1H. Kaidah-kaidah jurnalistik, kita masih tetap menggunakan kode etik jurnalistik itu masih ada. Kita masih menggunakan UU No 32, masih ada. Kita harus memenuhi syarat itu. Dan setiap reporter, kalau kita masuk itu harus ada diklat dulu jurnalistik. Itu yang diajarkan. Tidak boleh melanggar. Pada saat pemilu, kita harus baca dulu UU Pemilu. Tidak boleh memihak, harus netral. Kita lihat hasil pemilu, secara nasional TVRI tetap masih netral dan mendapat penghargaan dari KPI untuk tahun 2015. Kalau TV swasta kan masih berpihak. Kita lihat kalau TV One, dia mengarah ke siapa. Metro, ke siapa. TVRI masih tetap, dan mendapat penghargaan dari pemerintah, khususnya KPI Pusat, KPI Award untuk berita TVRI yang dapat.

Masih perlu ga sih Pak semua tim redaksi diberikan penyegaran secara rutin, diingatkan lagi? Karena kan ga semua menjalani diklat. Giliran kan.. Iya kalau setiap tahun itu kan ada penyegaran, saya yakin untuk berita saat ini hampir semua untuk pegawai tetap, karena semua pegawai tetap sudah mengikuti dasar-dasar jurnalistik. Hanya kemarin kita kirim yang belum jadi pegawai tetap pun kita kirim karena dia belum pernah ikut. Keri misalnya kemarin baru kembali, kita kirim. Yang lain yang tua-tua itu sudah tahu, sudah mengikuti dasar-dasar jurnalistik. Itu diajarkan, mulai dari kode etik, aturan-aturan. Setiap tahun itu ada rapat tentang pembahasan, misalnya menjelang pemilu, harus memenuhi syarat, aturan-aturan pemilu.

Tapi Bapak pernah mengarahkan secara khusus tone pemberitaan? “Coba

jangan ini yang dibahas, coba kalian lebih ke sininya lagi” gitu pernah ga, Pak?

Saya koordinasi dengan Kepala Bidang. Misalnya 3 hari yang lalu, setelah kita kirim berita-berita tentang gempa, kemudian satu pihak lagi ada penyerangan kapal-kapal, pembakaran kapal-kapal, kita arahkan ke sana. Ada 8 kapal yang menyelundup barang-barang ilegal, 2 ditangkap, 8 yang ... mereka juga tembak menembak, kita arahkan ke sana. Sama-sama saya dengan Kepala Bidang sama-sama kita “ayo yang tindak lanjut 8 kapal ini seperti apa”. Penembakan terhadap petugas bea cukai, kita arahkan ke sana.

Jadi Bapak mengingatkan juga ya? Iya sama-sama dengan Pak Kabid. Acuan tetap regulasi ya, Pak?

Iya regulasi, dan tidak diregulasi itu kita harus menjaga. Misalnya pemilihan walikota. Ada berapa calon? 3 katakanlah. Itu kan tidak diatur, tapi instruksi pimpinan khusus tetap harus berimbang beritanya, selalu mendampingi para calon-calon itu

(16)

Kalau memang ekonomi pada saat itu dia muncul, kita angkat yang panas pada saat itu, misalnya menjelang pada puasa harga-harga naik, ya kita angkat.

Kalau misalnya Pak, pemerintah secara nasional membuat keputusan terkait masalah BBM atau tarif dasar listrik. Nah posisi kita gimana nih Pak? Sementara publik resah. Kita lebih pro publik atau tetap menetralisir keputusan pemerintah atau gimana, Pak?

Kita tidak pro pada siapa-siapa, kita seimbang. Katakanlah kita ada aturan–aturan pemerintah, ya kita angkat pemerintah, wawancara pemerintah. Kita angkat lagi masyarakat tanggapan masyarakat seperti apa. Itu artinya berimbang.

Kita tidak berposisi ya, Pak?

Tidak berposisi pada siapa pun. Kalau masyarakat yang resah kita angkat masyarakat kembali, tanggapan pemerintah seperti apa. Itulah posisi TVRI seperti itu.

Tapi kita masih mungkin mengkritisi pemerintah ga sih, Pak?

Masih sejak UU No. 32 muncul, materi berita tidak lagi kita pertanggungjawabkan ke pemerintah. Kita pertanggungjawabkan ke KPID. Sejak saat itu juga kita tidak lagi takut pada pemerintah. Kalau saatnya kita kritik, kita kritik karena berita kita buat salah, bukan lagi pemerintah yang langsung tegor kita tapi KPID, aturannya seperti itu. Kalau sebelum tahun 2002, sebelum UU Penyiaran itu muncul kita masih patuh pada pemerintah, harus liput ini, harus tidak boleh seperti itu. Itulah pada saat itu posisi TVRI sebagai tv pemerintah. Sejak UU No. 32 Tahun 2002 kemudian Peraturan Pemerintah No 13 tentang LPP TVRI kita tidak lagi tergantung pada pemerintah. Kita dibiayai oleh negara, TVRI adalah tv negara, kita bertanggungjawab kepada presiden yang langsung mengangkat direksi kita, tanggung jawab tentang berita siaran itu ada pada KPID, tanggung jawab keuangan ada pada Departemen Keuangan. Pemerintah kita kerjasama.

Kalau misalnya di tataran lokal Pak kita kan kerjasama dengan gubernur, kita punya MOU dengan walikota, selama ini bisa enggak sih kita juga mengkritisi kerja mereka sementara kita punya kerjasama dengan mereka? Tidak pengaruh, kerjasama kan tidak mempengaruhi untuk mengkritisi mereka. Pernah ada keberatan enggak sih Pak dari pihak-pihak yang kita kerjasama itu?

(17)

Kalau terkait misalnya ada kasus-kasus, kasus hukumlah yang melibatkan tokoh-tokoh yg selama ini dekat dengan TVRI, kita berani siarkan juga gak, Pak?

Bukan hanya berani kita siarkan, kita kan tidak tergantung pada… Kita lihat Gubernur Gatot, kan kita dekat. Kita kerjasama dengan pemerintah tapi siaran tetap. DPR, kita siarkan bukan hanya lokal, nasional itu tergantung. Menyangkut berita, tidak tergantung pada siapa pun. Selama berita mengandung unsur 5W+1H dan berimbang itu siarkan. Kita tidak pernah menyoroti hanya satu pihak misalkan pemerintah. Kalau itu kaitannya dengan masyarakat kita harus juga dengan masyarakat, berimbang. Pemerintah, wawancara. Harus ambil juga masyarakat, swasta.

Sebenarnya Pak dari segi jurnalistik, gimana membedakan hasi tayangan kita dengan hasil tayangan tv-tv lain? Yang membedakan sebagai LPP. Kita masih mengakomodir semua unsur. Kita masih siarkan berita-berita yang hangat pada saat itu, apakah itu politik hukum bencana atau apa. Tapi kita juga masih menyiarkan siaran-siaran seremonial, tapi tetap seimbang. Kalau secara nasional kita mau lihat, maupun di daerah, kita tetap seimbang. Kita mencontoh menjelang pemilu, TVOne kalau kita lihat tentang Golkar ya TVOne lah, kalau bicara tentang .. itu bukan rahasia lagi. Dan kenapa TVRI mendapat penghargaan secara keseluruhan? Seluruh Indonesia, TVRI masih seimbang sampai hari ini. Jadi itu yang membedakan?

Itulah yang membedakan.

Apakah SDB sudah memenuhi aspek-aspek penyiaran publik itu, Pak? Sudah memenuhi syarat.

Apa kita sudah mewakili semua kepentingan ya, Pak? SDB sudah tercover semua ga sih, Pak? Etnis agama, kelompok?

(18)

Dari tadi bicara publik, publik siapa yang disasar TVRI?

Publik itu kan mulai dari pemerintah, kita bicara tentang Sumatera Utara publik itu gubernur, swasta, masyarakat, masyarakat menengah ke atas, masyarakat menengah ke bawah. Itulah publik, kita sasar semua.

Golongan juga, Pak? Iya, itulah publik. Etnis?

Termasuk. Masyarakat menengah ke bawah, masyarakat yang terabaikan, etnis, kecil-kecil, agama, kita seimbang. Itulah masyarakat. Agama? Mimbar agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Konghucu, ada 6 agama kita. Itulah masyarakat. Orang dewasa? Anak-anak?

Orang dewasa, anak-anak tapi bukan di berita, di siaran TVRI Sumatera Utara. Kita lihat dari acara-acara hiburan, ada acara anak-anak, remaja, ada budaya, ada lagu remaja juga, anak-anak juga ada. Itu siaran TVRI, karena tv publik kita. Kalau menurut evaluasi Bapak kita sudah benar-benar bisa jadi ruang publik ga sih Pak TVRI Sumatera Utara? Sudahkah ini bisa jadi tempat semua pihak bersuara tanpa melihat kelasnya?

Walaupun tidak semua, tapi kita berupaya untuk memenuhi semua. Karena semua tergantung pada anggaran, jadi anggaran yang tersedia yang masih katakanlah terbatas, kita akomodir dan kita melibatkan semua unsur itu masuk, untuk acara-acara siaran, bukan berita.

Kalau pengaruh keterbatasan anggaran ke berita ada ga, Pak?

Untuk pemberitaan sampai hari ini belum. Kita masih alokasikan sesuai kebutuhan, walaupun secara keseluruhan anggaran masih terbatas. Kita masih mengandalkan APBN, kerjasama itu tambahan. Apalagi berita itu tidak pengaruh, nol koma nol sekian persen dari anggaran TVRI, jadi tidak mempengaruhi. Tidak dibayarkan pun, tidak mempengaruhi kami, karena banyak yang kita bayar.

Jadi ga ada pun sebenarnya gapapa? Ga ada pun ga masalah.

Kesulitannya mewujudkan ini apa, Pak? Lebih ke fasilitas mungkin?

SDM-nya. SDM-nya kita lihat rata-rata SDM secara keseluruhan di atas 40 tahun. Itu sangat pengaruh?

Sangat pengaruh. sangat pengaruh. Satu pihak ada aturan tidak boleh kita merekrut pegawai. Di lain pihak, tenaga setiap saat, setiap tahun pensiun. Berarti dirata-rata di atas 45-50 tahun pegawai yang ada disini.

(19)

TRANSKRIP WAWANCARA II INFORMAN I

DATA INFORMAN

NAMA : ZAINUDDIN LATUCONSINA

JABATAN : KEPALA STASIUN TVRI SUMATERA UTARA TANGGAL : 22 JULI 2016

WAKTU : 13.30 WIB – SELESAI

LOKASI : RUANGAN KEPALA STASIUN TVRI SUMUT

KONFIRMASI :

Pak, ini kemarin kan berdasarkan wawancara dengan Kasie dan Kabid, ada beberapa hal yang saya simpulkan. Pertama, memang mereka mengakui bahwa dari segi sumber daya manusia SDB kondisinya saat ini masih kuranglah gitu Pak, dalam hal misalnya kualitasnya, kualitas DE, masing-masing profesi DE, reporter kameramen, teknis pembuatan naskah, editing. Menurut Bapak gimana Pak?

Kurangnya itu dilihat dari mana, sisi mana. Dibandingkan dengan yang mana. Di stasiunkah, atau dibandingkan secara nasional. Kalau dibandingkan secara stasiun, Sumut paling banyak dan berkualitas semua. Kalau dibandingkan dengan stasiun yang lain, misalnya tipe B atau tipe A lah Aceh, Medan termasuk yang besar dan masih banyak. Ini kan mesti dilihat dari sisi yang mana dulu kalau kurang itu. Kita lihat, stasiun B Riau dia punya jam tayangnya cukup tinggi. Tapi sumber daya manusianya kurang dari 100. 50 sekian. Mereka all out, semua kerja. Transmisi pun mereka kerja, kita 230, katakanlah di satuan transmisi 70 berarti masih ada 100 lebih. Tenaga saya yakin masih banyak, hanya kurang dioptimalkan, seperti itu.

Kalau dari segi kualitas Pak? Misalnya DE ini kan dia punya fungsi sentral di SDB setiap harinya, dia menentukan berita masuk keluar, mana yang tayang, susunannya seperti apa. Tapi mungkin dari segi kinerja kadang dianggap masih kuang jeli, atau mungkin banyak yang bisa di-press yang tidak penting. Terus dari segi reporter masalah pembuatan naskah misalnya Pak. Kalau dari segi kualitas gimana?

Kalau kualitas dilihat dari sisi pendidikan cukup tinggi. Cukup besar. Ini saya bandingkan dengan stasiun yang lain, bukan secara nasional. Di sini paling banyak, paling pendidikannya udah ikut diklat, tinggi. Tapi mungkin karena rutinitas dan saya bandingkan dengan yang lain cukup potensi

Tapi masalah rutinitas ini kan Pak ternyata memang karena mungkin mereka terjebak dengan rutinitas tiap hari ya Pak, udah biasa, bangun pagi pergi meliput ini udah begitu terus tiap hari, akhirnya menjadi agak susah untuk rubah misalnya Pak. Mau diperbaiki jadi "sudahlah, sudah biasa kayak gini kita".

(20)

Bapak mengakui itu terjadi ya Pak?

Kalau mau mengakui saya lihat kalau lihat dari layar ya, 1 jam ya 1 jam penuh. Itu persoalannya. Stasiun yang lain berita 1 jam ya ada kalanya syukur-syukur kalau 45 menit. Mau bandingkan dengan yang mana. Stasiun A di sini juga beritanya cukup bagus-bagus.

Jadi maksudnya kalau penilaian bapak sebenarnya..

Ini kita bandingkan dengan yang mana dulu. Mau stasiun Medan dibandingkan dengan stasiun nasional atau Jakarta, itu persoalan.

Kalau misalnya dari segi jurnalistik secara profesional Pak? Maksudnya kaidah-kaidah jurnalistik.

Mereka udah paham, yang DE itu semua kan udah ikut pendidikan diklat jurnalistik. Mereka tahu dan udah terlalu lama mereka udah tahu. Saya kan mau lihat dari stasiun yang lain kita pendidikan cukup tinggi dan berkualitas. Yang persoalannya mereka yang ada di sini kan udah umurnya di atas 40, beda dengan dibawah 30.

Itu mempengaruhi ga Pak SDM yang sudah senior-senior?

Bisa pengaruhi juga, tapi kan secara layar masih tetap terjaga dan masih full 1 jam. Tidak kurang

Berarti Bapak mengukurnya dari segi produktivitasnya bagus?

Saya kan lihat di layar dengan jumlah yang ada, dengan jam tayang yang 1 jam, terpenuhi 1 jam penuh. Kualitas mereka berpendidikan semua, dan senior. Jadi kita bandingkan yang mana. Kalau secara nansional ya beda. Karena muda-muda dan penerimaan jalan terus. Kita kan memanfaatkan yang saat ini, pertama tidak bisa menambah pegawai untuk pada saat ini. Kita manfaatkan kerjasama dengan kontributor. Dan di layar masih 1 jam beritanya tidak mengecewakan dan masuk nasional dihitung. Itu persoalannya di situ.

Pak idealnya siapa yang menentukan agenda liputan setiap hari Pak? Apakah Kasie ataukah Kasie koordinasi dengan DE atau ... kita mau memainkan apa misalnya.

Yang pasti itu setiap yang akan diliput itu diketahui oleh Kepala Bidang. Sampai Kepala Bidang itu harus tahu ya?

Harus tahu. Operasional kan Kepala Seksi. Lebih ke teknis gitu ya.

Iya. Kepala Seksilah yang harus mengatur liputan-liputan apa untuk besok. Tapi topik apa yang mau dimainkan itu ...

Bersama-sama. Dari topik yang muncul pada hari itu. Jadi Kabid Kasie dan ...

(21)

Kabid boleh terjun teknis ga Pak? Boleh.

Teknis maksudnya langsung mengatur ke bawah misalnya gitu?

Boleh tergantung dari kebutuhan. Tergantung dari kebutuhan pegawai di situ. Kalau dibawah masih bisa kerja yang baik ya ngapain juga Kepala Bidang harus turun, tetapi kalau tidak memungkinkan ya Kepala Bidang harus turun. Ini kan saya lihat ada kepala di stasiun B jumlah pegawai untuk pemberitaan itu 7 orang. Itu sudah termasuk Kepala Seksi.

Di SDB ini kan reporter atau tim liputan bebas, mereka punya inisitif sendiri untuk mencari berita, nah padahal mungkin sense of journalism-nya kan ketajamannya beda-beda kan Pak? Itu mengatasinya gimana Pak? Kuncinya di DE atau gimana?

Sebenarnya kalau bebas sih saya tidak ijinkan untuk bebas. Yang bilang bebas itu siapa.

Dalam arti kan inisiatif pribadi itu diberi ruang kan Pak?

Tidak bisa, semuanya harus terkoordinir. Kemarin rapat berapa kali saya kasih tahu bahwa yang seharusnya itu semua berita yang mau diliput itu harus diketahui oleh Kepala Seksi. Kenyataannya Kepala Seksi ini kan masih baru dan mereka sudah punya jalur sendiri-sendiri dan mereka jalan sendiri-sendiri. Bukan berarti kita restui, saya tidak mau untuk jalan sendiri. Boleh kalau punya jalur, udah telepon, tapi semua yang mau diliput itu harus diketahui oleh Kepala Seksi dan Kepala Bidang. Kemarin rapat dua kali saya sampaikan seperti itu. Kalau bebas saya tidak mengakui untuk bebas.

Jadi misalnya gini, kalau malam semuanya melaporkan dulu ya „kak besok saya rencana mau ngambil ini ya‟?

Iya, harus. Berapa kali mereka kan bebas, dan berapa orang yang masih maunya jalan sendiri. Tidak bisa, ini kan kantor, coba katakanlah misalnya ada satu momen di sana, Feby dapat info akan ke sana, kemudian Mela juga akan ke sana. Dan bisa 3 orang turun ke situ. Itu persoalannya di situ. Tidak boleh jalan sendiri.

Harus dikoordinir, „oke saya mau ke sini‟. „O itu kan sudah ada orang di sana,

kenapa turun lagi ke situ‟. Dia tidak bisa bebas, kalau bebas saya tidak mengakui itu kebebasan, semuanya harus diketahui oleh Kepala Seksi.

Jadi kalau ada ide mau meliput apa besok ... Harus dilaporkan.

Kan selama ini prakteknya udah ngambil baru lapor.

Itu yang saya tidak mau, tapi masih jalan seperti itu. Kita kan benahi pelan-pelan. Berapa kali rapat pertemuan saya tidak bebaskan untuk mau jalan sendiri. Karena memang kalau udah punya jalur, punya telepon udah ke sana. Harus lapor dulu besok saya mau liput kegiatan ini.

(22)

berita seremoni ini supaya tidak jadi berita yang gambarnya cuma orang duduk, cuma seminar gitu. Biar lebih menarik. Kesannya ga berita duduk-duduk aja Pak.

Kalau berita itu tidak dibayar ya tidak boleh yang duduk-duduk. Nah kalau namanya seremonial makanya karena ada duduk-duduk bayarlah. Orang juga kan mau serah terima, kalau swasta kan tidak di bayar. Makanya diambil aja dari sudut-sudut yang lain. Duduk-duduk, paling wawancara terus ambil gambar yang lain sesuaikan dengan ...

Maksudnya dari segi layar biar lebih menarik gitu Pak.

Tergantung, semestinya tidak boleh seperti itu duduk-duduk. Tapi kan orang bayar orang juga mau tampil, kelihatan, makanya dibayar. Kalau tidak dibayar ya tidak bisa seperti itu.

Karena berbayar itu ya Pak.

Makanya dikelompokkan tersendiri kan.

Pak, ini kan selain misalnya kalau berita yang berbayar mereka kan bayar biaya produksi resmi masuk ke kantor, kan kadang ada juga uang untuk kru lagi Pak di lapangan.

Itu kan tergantung apa yang orang lapangan. Kan boleh-boleh saja. Kiranya swasta itu tidak dapat dari di lapangan. Kita ini kan sama-sama reporter.

Tapi dari segi kebijakan tidak ada diatur ya Pak? Tidak. Tidak diatur.

Jadi, kalau kayak gitu Pak misalnya berarti ga masalah ya.

Ga masalah, kita tidak teror orang untuk harus bayar. Yang bayar ya resmi 500 itu. Ada dalam aturan kita, yang di luar itu silahkan aja kalau senang mau kasih silahkan, kalau tidak senang ya ...

Tapi itu kan mempengaruhi isi beritanya ga Pak? Ya isi berita itu yang 500 itu.

Karena sudah bayar itu ya Pak. Kemarin dari hasil wawancara juga, dari segi pendanaan kan masih sangat tergantung dari APBN, APBD.

Bukan tergantung, salah satu sumber pendapatan itu APBN.

Oke, nah seindependen apa TVRI kalau misalnya kita mungkin masih sumber pendapatannya dari APBN?

Dari sisi mana?

Dari segi jurnalistiknya. Jurnalistik gini ...

Tidak diintervensi.

(23)

menegur bukan pemerintah. Kalau pada masa pemerintahan dulu, masih Deppen, itu kalau salah berita salah gambar langsung ditegur dan bisa dikasih hukuman, sekarang ini kan kita bebas.

Walaupun pun dengan sumber pemasukan APBN, dari segi isi berita kita tidak dikontrol.

APBN itu kan uang rakyat, makanya publik, uang pajak masyarakat. Bukan punya pemerintah, itu uang negara. Itulah mempengaruhi. Salah satu karena ini tv publik, tv pemerintah, tv negara istilahnya, sekarang ini UU kan bukan dulu tv pemerintah, sekarang ini tv negara. Kita dibiayai oleh masyarakat oleh publik. Publik yang mana, melalui pajak, pajak masyarakat. Itulah yang sebagian dikasih kepada TVRI. Jadi kita tidak tergantung kepada pemerintah. Tetap kita boleh kritik pemerintah, apapun boleh kita asal jangan fitnah. Fitnah kan nanti ditegur oleh KPI bukan oleh pemerintah. Sama dengan swasta, salah sama-sama ditegur. Berarti menjamin kita tetap bisa independen.

Independen, kita tidak bertanggungjawab liputan ini ke pemerintah. Kita kan dibayai oleh negara. Kita tv negara. Kalau fitnah ya siapapun ya melanggar. Terakhir Pak. Kepentingan pribadi tim peliputan seringkali mempengaruhi beritanya. Misalnya dia udah punya hubungan baik sama Humas, atau dia sudah punya hubungan baik dengan yang punya tempat. Atau misalnya anaknya ujian nasional di sini, dia meliputnya di sekolah anaknya, atau gerejanya ada acara dia ngambilnya itu. Nah itu gimana Pak?

Itu kan seremoni ya?

Misalnya kalau kayak UN gitu kan enggak.

UN secara nasional boleh. Tapi kalau kegiatan sekolah kan itu dia dari apa dulu, gereja itu kan seremoni ya.

Tapi sampai mempengaruhi objektivitas mereka ga sih pak kalau sejauh ini Bapak lihat dari hasilnya?

Enggak, normal-normal saja, tidak pengaruh. Kalau emosional ya kan boleh-boleh asal tidak melanggar daripada aturan-aturan yang ada. Aturannya apa? Kalau itu seremonial ya harus bayar, dan itu kelompoknya seremonial. Orang tau kalau

seremonial kan tahu „Oh berita duduk-duduk‟.

Misalnya gini pak, ini kan dalam rangka UN. Bang Keri ngambil : ah karena sepupuku di situ, di situ ajalah kuambil, padahal di situ misalnya .. dia ga mencari apa yang masalah di UN ini, entah soal terlambat atau.. dia hanya karena gampang aja sepupunya di situ.

Enggaklah, berarti kan tidak mengandung unsur berita. Bukan dia liputkan sepupunya, kan beritanya bukan sepupunya.

Iya dia menceritakan UN di sekolah itu.

(24)

momen nasional. Silahkan dimana-mana nasional berita tentang UN, gambarnya boleh-boleh saja. Tidak mempengaruhi, yang penting isinya, isi berita itu kalau tidak memenuhi 5W+1H berarti kan bukan berita. Kalau ponakan dia ceritakan isi berita itu tentang keponakan, anaknya atau .. itu kan berarti tidak berita, tidak masuk dalam berita. Kalau gambarnya boleh, gambar apa saja boleh.

Sejauh ini enggak mengganggu ya Pak?

(25)

TRANSKRIP WAWANCARA III INFORMAN I

DATA INFORMAN

NAMA : ZAINUDDIN LATUCONSINA

JABATAN : KEPALA STASIUN TVRI SUMATERA UTARA TANGGAL : 1 AGUSTUS 2016

WAKTU : 14.30 WIB – SELESAI

LOKASI : RUANGAN KEPALA STASIUN TVRI SUMUT

KONFIRMASI :

Tujuan kita menjalin kerjasama dalam hal publikasi dengan Pemko dan Pemprov itu lebih kemana tujuannya?

Pertama TVRI ini kan tv publik Sumatera Utara dan tujuan utamanya adalah untuk menyiarkan kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah. Itu tujuan utamanya. Apapun kegiatannya harus diekspos. Syukur karena salah satu sumber pendapatan TVRI itu adalah APBN dan APBD. Sementara ada aturan tertentu yang mengatur Pemerintah Daerah tidak bisa memberikan bantuan secara ini kepada TVRI, yang berpeluang itu adalah kerjasama program dan berita. Yang cocok itulah yang kita kerjasamakan dengan Pemerintah Daerah.

Itu termasuk yang APBD itu ada di luar APBD itu, atau maksudnya APBD yang kerjasama itu?

Iya, kerjasama itu APBD itu. Untuk Pemerintah Daerah tidak bisa memberikan hibah kepada TVRI, yang bisa itu adalah kerjasama program dan berita, publikasi. Sebenarnya kalau dari sisi kebutuhannya kita lebih butuh mereka dalam hal mengisi konten kita atau mereka yang ...

Sama-sama, pertama kita mempublikasikan kegiatan-kegiatan pembangunan dan pemerintah daerah, baik di daerah maupun di pusat, kita publikasikan. Kemudian kita juga butuh biaya, dengan sumbangan itu kan menguntungkan kita karena APBN yang kita peroleh saat ini kan masih terbatas, perlu ada bantuan. Jadi karena sumber-sumber pendapatan TVRI itu ada lima, pertama iuran tapi sampai hari ini kan tidak jalan, APBN dan APBD itu kan undang-undang yang mengatur tentang itu. Kerjasama program, iklan dan sumbangan yang sah. Itu diatur dalam UU No 32 Tahun 2002 itu.

Jadi kalau persentasenya dari hasil kerjasama ini membantu kita dalam keuangan kita berapa persen?

Nol koma sekian persen, nol koma nol nol sekian persen. Jadi paling besar porsi kita dari mana pak?

(26)

Berarti hanya nol koma sekian persen pak?

Hitung-hitungannya dari APBN yang saat ini kan 27 koma miliar itu Cuma berapa ratus juta selama setahun. Itu juga dari pendapatan yang lain masih ada.

Dari hasil evaluasi bapak, hasil liputannya sudah sesuai dengan harapan belum pak tentang kegiatan-kegiatan pembangunan?

Iya minimal pertama dari sisi berita ga melesetlah, masih punya nilai beritanya. Kalau bapak memantau apa yang membedakan hasil liputan reporter yang satu dengan reporter yang lain?

Saya ga bisa menjawab itu karena ga setiap hari saya pantau secara detail siapa yang meliput acara ini dan naskahnya saya tidak periksa.

Berdasarkan pengalaman, sebenarnya yang mempengaruhi si A memilih isu ini hasil naskahnya seperti ini, faktor apa pak?

Kalau secara formalnya kan pertama diklat, pendidikan baik formal maupun non formal, yang kedua nanti baru pengembangan diri, apakah dia memenuhi pendidikan formalnya tinggi, diklat non formalnya itu banyak, tapi tergantung dia kembangkan diri, apakah dia kembangkan diri sesuai dengan perkembangan teknologi atau tidak.

Kalau misal unsur agama atau rasnya mempengaruhi ga pak?

Kalau itu tidak, orang berita itu ga tergantung daripada itu. Kenapa saya jawab seperti ini? Pengalaman saya selama di Ambon, masa konflik dari tahun 1999-2004 konflik itu mulai dari politik sampai agama, sampai SARA. Tapi untuk orang TVRI tidak pernah terpengaruh dengan itu. Isi beritanya tetap fakta yang ada di lapangan. Walaupun orang menilai bahwa ini.. menurut pemahaman katakanlah agama ini menilai itu menyeleweng tapi itu kan fakta yang ada seperti itu.

Jadi tidak ada dalam naskah kita cenderung ... Tidak ada. Kalau untuk di media itu tidak ..

Di TVRI bapak tidak menemukan itu juga ya pak?

Tidak ada, walaupun ada penilaiannya misalnya berita ini oleh agama ini, agama yang lain menilai bahwa itu tendensi tapi secara unsur-unsur beritanya tidak. Itu dia menyampaikan fakta yang ada.

Berarti dalam arti di TVRI prakteknya masih terjaga? Tetap terjaga.

Kalau masalah standar kerja di redaksi pak, kita sudah punya pakem kan ya atau tergantung daerah atau kebiasaan yang berlaku aja pak?

Sebenarnya SOP nya sudah ada. Itu detail pak?

(27)

kameramen berita, SOP nya sebelum dia mau keluar itu dia harus lihat dulu kameranya, lihat dulu batrenya, apa yang dibutuhkan di sana katakanlah lighting, kan harus siapkan dulu sebelum dia berangkat. SOP nya seperti itu. Demikian juga berita, untuk seorang reporter, reporter mau keluar saja dia harus siapkan apa yang dia butuhkan di lapangan, minimal ada buku, ada pulpen, kemudian apa kasusnya di sana. Apakah dia bisa siapkan diri untuk apa yang dia tanyakan di sana. Itu SOP sudah ada.

Tapi kalau dalam perjalanan sekarang kita udah bisa autopilot belum sih pak? Udah bisa jalan sendiri tanpa diingatkan lagi?

Iya, dengan pengalaman dan jam terbangnya ya, itu merupakan rutinitas, dia udah otomatis seperti itu.

Sejauh ini adakah tekanan dari pihak manajerial atau dari bapak pribadi sebagai kepala stasiun terhadap konten berita pak?

Ga ada itu, itu tergantung dari redaksi dan perkembangan, kita tidak harus seperti ini.

Mengarahkan misalnya pak? Janganlah terlalu banyak menggali menghajar isu ini, cobalah ... ada ga pak?

Untuk saat ini kan tidak, tapi ada hal-hal tertentu yang kita menghindari. Katakanlah organisasi yang tidak diakui oleh negara. Itu kita arahkan, janganlah mengekspos organisasi yang belum diakui, dan biasanya menentang pemerintah. Nah itu kita arahkan, jangan diekspos secara besar-besaran.

Tapi kalau misalnya karena ada pihak-pihak tertentu yang meminta ke bapak, bapak intervensi ke berita?

Ga ada. Tergantung dari lapangan, pakai standar standar normal.

Adakah tekanan-tekanan dalam arti karena kondisi keuangan begini jadi mempengaruhi pemberitaan pak?

Tidak ada seperti itu karena sumber pendapatan kita tidak semata-mata dari pemberitaan. Yang kita tekankan kalau berita itu baik adalah berita non seremonial. Tapi kalau ada kegiatan-kegiatan seremonial yang ada di situ ya tetap kita harus bayar.

Misalnya pak, adakah peliputan yang menjadi terhambat karena kita mengalami keterbatasan dana?

Untuk meng-cover semua daerah itu kita sudah buka kontributor di daerah. Kalau menyangkut dana memang karena tidak dianggarkan, oleh karena itu kita masih membuka peluang itu pun kan bayar kita, kita bayar kepada kontributor. Per item kita bayar. Itu kita udah alokasikan, jadi kalau menyangkut dana ya justru kontributor itulah yang kita bayar.

Jadi kalau hambatan peliputan karena masalah anggaran ga ada?

(28)

Apakah pengiklan atau orang yang memasang iklan di kita bisa mempengaruhi berita juga ga pak?

Iklan itu kan bukan berita.

Tapi misalnya kepentingan pengiklan gitu apakah bisa mempengaruhi? Ga bisa, ga ada kaitan. Iklan ya iklan, apakah iklan itu mau ditempatkan pada item berita boleh. Berapapun boleh asalkan jangan lebih dari 10 persen iklan dari item berita. Sepuluh persen atau 15 persen saya lupa diantara itu.

Kalau misalnya pejabat-pejabat lokal, mereka bisa mempengaruhi berita juga ga pak?

Ga bisa, Kepsta (Kepala Stasiun) aja ga bisa mempengaruhi berita, apalagi pejabat yang lain.

Ya misalnya gini pak, kita segan bikin berita yang agak mengekspos Kodam misalnya, mungkin ga pak?

Pejabat di luar TVRI? Ga ada, siapapun, Gubernur aja kita bisa. Selama itu faktanya seperti itu kita sampaikan, mereka tidak punya hak untuk intervensi media.

Walaupun punya hubungan baik dengan TVRI?

Iya, kalau itu salah kita tetap ekspos. Coba kita lihat Gubernur, hubungan baik kan? Selama ini kita kerjasama, tapi udah mantan. Dan faktanya seperti itu kita siarkan. Kalau tidak kita ditinggal oleh masyarakat.

Tapi pernah ada pihak yang keberatan ga pak?

Sampai hari ini belum ada, kan dalam undang-undang itu yang berhak koreksi kita terhadap berita baik berita maupun program siaran itu cuma SPI, pemerintah daerah tidak punya hak untuk mempengaruhi TVRI.

Takutnya pihak luar maish sering berpikiran „ah kalian kan tv pemerintah, masih punya mindset itu.

Tidak ada, itu dulu, sebelum lahirnya UU No 32 Tahun 2002. Siapapun dia tidak, kecuali KPI.

Gimana bapak melihat perencaan liputan selama ini? Sudah ada perencanaan matang, sudah fokus, agenda setting dalam sehari-hari?

Kalau yang normalnya itu setiap hari ada rapat redaksi, pengambil keputusan

„besok kita mau liput apa‟, acara-acara yang fokusnya apa. Itu normalnya, tapi

kalau saat ini kan tergantung pada perkembangan, perkembangan itu Kepala Bidang Berita dan Kepala Seksi melihat momen, momen itu kan tergantung fakta yang ada. Langsung diliput, dan saya lihat belum pernah ada momen yang besar kita lewatkan, selalu ada. Karena kita punya kontributor dimana-mana.

Jadi kalau misal untuk event-event khusus pak misalnya untuk lebaran, untuk UN, untuk arus mudik itu perencanaannya gimana? Kan itu udah terbaca ya pak untuk 2 minggu ke depan kita ...

(29)

Ter-cover karena perencanaan yang baik atau udah autopilot itu pak?

Ya seperti itu, kalau perencanaan kan untuk berita-berita berkala. Tapi untuk harian kan kita tidak bisa merencanakan sesuatu yang ... kalau seandainya kita tidak merencanakan, terus ada event yang sangat bagus, apa kita mau lewatkan sesuai dengan perencanaan kita? Kan tidak mungkin seperti itu.

Gimana seharusnya quality control terhadap kualitas berita? Maksudnya terhadap gambar, terhadap audio, terhadap statement sebelum siar? Siapa harusnya pak?

Itu kan teknisnya ada EIC di situ, istilahnya desk editor. Setiap naskah di situ dia harus membaca, kan SOP nya seorang reporter setelah kembali dari lapangan dia harus menulis naskah, naskah yang ada harus dia serahkan kepada EIC, apa yang perlu dicoret, dia punya hak untuk coret. Itu SOP nya seperti itu.

Itu kan naskah, tapi ka ga ngecek gambarnya ternyata terlalu gelap, atau

bluish atau ..

Itu SOP ada pada kameramen, setelah kameramen kembali dari lapangan, dia cek dulu hasilnya, itu SOP. Kameramen setelah kembali dari lapangan, dia harus ke VTR melihat hasilnya, cocok atau tidak cocok. Itu tugas dari kameramen.

Jadi kalau dia sendiri melihat gambarnya ga layak tayang ..

Dia tanggungjawab, atau kalau ada yang kurang dia harus ambil, itu SOP nya. Bukan di DE atau di PA ya pak?

PA itu nanti pada saat mau siar. PA tugasnya sebelum siar dia harus cek dulu,

mana beritanya, „oh ini item satu‟, dia harus mencek satu per satu, berita pertama

(30)

TRANSKRIP WAWANCARA I INFORMAN II

DATA INFORMAN

NAMA : ANDI AMRI ADNAN

JABATAN : KEPALA BIDANG BERITA TVRI SUMUT TANGGAL : 27 JUNI 2016

WAKTU : 12.30 WIB – SELESAI

LOKASI : RUANGAN KABID BERITA TVRI SUMUT

KONFIRMASI :

Sejauh ini, Bapak mungkin masih hitungan bulan nih Pak di Sumut, secara umum pendapat Bapak mengenai kualitas Sumut Dalam Berita seperti apa, Pak? Dari segi teknis boleh, dari segi kontennya boleh.

Kalau saya melihat selama 3 bulan saya di sini itu memang agak memang rendah daripada berita harian kita di sini. Baik pengelolaan berita apa namanya ... berita berkala, current affair maupun berita harian, untuk Seksi Produksi Berita juga lemah. Jadi kemarin di sini itu belum ada bagan struktur. Saya cuma melihat berita itu mulai berita hangat turun turun ke bawah. Harusnya dalam susunan berita kita itu kita buatkan segmen. Ya kan. Karena harus ada segmen itu, tatanannya harus kita buat. Jadi ahlinya sebenarnya ada di DE. Kemarin masih terdapat ... gak apa-apa ya kasus yang saya ungkap ya?

Gak apa-apa, Pak. Lebih riil.

Ada DE mengatakan „berita olahraga itu tempatnya dimana, apa selalu terakhir?‟ Tidak saya bilang, berita olahraga itu kadang-kadang bisa di tengah, tidak mutlak selalu di bawah, tinggal pengetahuan, sejauh mana pemahaman DE itu. Kalau berita mengenai prestasi itu pasti ga di bawah dong, kalau itu event, kejuaraan pasti di bawah. Kadang-kadang ini kan bertukar. Kalau saya membuat kebijakan, saya buatkan susunan, saya terlalu mencampuri teknis, ya kan. Sebenarnya DE itu adalah penanggung jawab, pimpinan redaksi pada ... Itu yang kemarin saya pelan-pelan rubah bahwa tidak mutlak berita olahraga itu di bawah, tidak mutlak seremoni itu selalu sebelum olahraga, ya kan. Itulah yang harus DE itu betul-betul cermati berita yang akan disiarkan. Kalau diserahkan Kabid semua mau periksa itu, coba kalau dari Kabid masuk Kasie, Kasie baru turun ke DE, DE turun anggota redaktur ini ini... Ga selesai.

Kalau dari segi struktur sebenarnya di dalam redaksi, DE koordinasi ke Kasie atau ...?

(31)

ini. Jadi berita itu berjalannya seok-seok. Apa adanya. Terus disusun beritanya itu harus ... malah sebenarnya setiap hari itu harus ada DE dan Kepala Seksi harus rapat, apa topik kita hari ini.

Setiap hari ya, pak?

Setiap hari. Supaya berita itu tersusun, karena belum yang namanya teori ...

Agenda setting?

Bukan, agenda setting ya belum, ada sistem yang belum diterapkan teman-teman itu. News umbrella. Pohon berita. Hari ini kecelakaan pesawat di sini. Jangan cuma kecelakaan, ada pohonnya. Pohon beritanya, itu kecelakaan, coba ambil rantingnya, korbannya dibawa ke mana? Satu. Bagaimana keluarga korban? Dua. Apa lagi? Misalnya, bagaimana Dinas Perhubungan melihat kondisi ini? Ya kan. Perhubungan bisa bercabang lagi. Bagaimana kondisi lapangannya kalau di lapangan tergelincir. Termasuk dengan perusahaan yang mengelola bandara. Banyak bisa. Ini yang belum terjadi. Kalau itu ujian nasional, ujian nasional di mana? Cuma beda tempat, nah itu yang muncul. Ada yang muncul masalah lagi di manajemennya, bagaimana kondisi ujian satu, bagaimana orang yang ikut ujian, ternyata ada yang tuna netra. Pengembangannya begitu. Kemudian ada sistem komputerisasi. Yang saya lihat kemarin di sini ujian nasional cuma tempat beda SMA situ sama situ, isinya sama. Kalau DE-nya itu jeli, ngapain satu-satu. Ross. Pendek-pendek aja ya, Pak?

Sementara itu satu yang di baca jadi satu item mungkin, cuma dia panjang. Apa dampaknya terhadap penonton? Begitu dia liat muncul si Feby, muncul lagu ujian lagi, Feby muncul lagi ujian lagi. Coba kalau diross, ujian UMPTN yang berlangsung dilaksanakan di beberapa tempat, bacalah satu-satu. Kan dilihat satu item muncul Feby. Satu item muncul Feby, penonton itu-itu terus. Jadi memang berita Bidang Berita Sumut ini sudah lama sebenanya tapi mungkin ada yang kecil-kecil ga diperhatikan padahal di situ penting, termasuk rapat redaksi setiap hari. Supaya berita itu bisa tersusun. Nah grup ini ambil ini-nya, walaupun sama. Sama seperti tadi, semua ujian, tapi kalau semua ambil tempatnya, ujian itu sama cuma bedakan sekolah tempat dilaksanakannya itu.

Idealnya ada ada spesialisasi ya Pak?

Spesialisasi, redaksi itu harus, tapi ga mungkin kita wujudkan karena model antara PNS yang buat kacau.

(32)

berkembang, bisa jadi transmisi, bisa jadi audio, bisa jadi lighting, orang teknik yang banyak fungsinya sebenarnya. Nah kalau ini berlaku yang namanya U-pack sekarang ga bisa lagi tuh banyak orang. Jadi SDM kita tidak pernah mau mensingkronkan peralatan, itu kelemahan kita. Orang teknik kamera sudah menyatu, audio ada lighting-nya, bisa record langsung dengan audio yang ... masih kita butuh orang audio.

Berangkat rame-rame Pak.

Berangkat rame-rame, ini yang tidak efektif. Satu berita lho, paket itu. Gimana mau jadi. Sekarang kita mengarah ke situ, yang namanya setiap hari kamis ya, jurnalistik warga.

Sebenarnya gatekeeper berita tiap hari DE juga Pak?

DE. Memutuskan itu DE. Fungsi Kepala Seksi mengontrol, jadi misalnya kontrol yang paling kecil Kepala Seksi itu durasi. Ini. Saya lihat setiap hari ini 54.30 katanya durasinya sampai disini. Ga pernah tepat. Karena apa? DE itu ga pernah liat 1 item itu berapa panjangnya. Cuma ditulis, dikira-kira. Kalau saya ini selalu saya patokan yang saya sudah bikin ya. Kalau di tempat kemarin, editor itu selalu menghitung, item pertama kapal pukat trawl di Belawan terbakar dia sudah tahu durasinya sekian dengan statement. Dia sudah tulis di sini. Item kedua tambah

lagi. Nah perkiraannya nanti „oo beritanya kalau Feby yang baca speed-nya

sekian. Itu tahu, ga pernah, dan di sini masih banyak istilahnya berita yang tidak dibaca reporter. Padahal menurut saya reporter itu wajib men-dubbing. Jangan orang lain.

Berarti DE fungsinya menyeleksi berita yang masuk setiap hari, nah kalau yang menentukan isu yang disoroti setiap hari harusnya siapa, Pak?

Ya itulah DE, koordinasi dengan Kepala Seksi. Kepala Bidang mendapat informasi, saya teruskan ke bawah ke Kepala Seksi „hei ada kapal kayaknya jatuh

di sana, ada kapal tenggelam tuh‟, „dimana pak?‟. Saya dapat dari handphone saya

mungkin dia tidak tahu. Itu fungsinya, karena saya tidak boleh terjun langsung ke teknis.

Jadi kapasitas Kabid Kasie sampai mana aja, Pak?

Kebijakannya itu, dari mulai pengaturannya itu, apakah pengaturan keuangannya, pengaturan personilnya. Isi berita itu sama sekali Kabid ga boleh campur, yang selama ini katanya Pak Herman itu campurin ke situ, salahlah. Ga bisa, strukturnya ada. Tangga jenjangnya ada, itu pula yang pelaksana di bawah jangan langsung ke saya. Itu juga yang kadang-kadang ga lihat ... saya katakan keliru, mungkin belum tahu, ya kasih tahu. Ada jenjang-jejangnya, tapi ya namanya isi berita, harus langsung ke bawah, ga boleh lagi saya „kok ada berita itu masuk‟, ga boleh. Selama itu dipertanggung jawabkan DE-nya, itu adalah hak kewenangan DE. Ini saling punya kewenangan disini, jangan dikempesi oleh struktur, jangan kasih masuk itu, bikin jelek-jelek nama TVRI.

(33)

berkontribusi terhadap keuangan kita?

Kan begini. Artinya bukan cuma itu, bukan dari BP. Kerjasamalah itu diakumulasi dalam siklus keuangan kita. Kalau itu ga pernah cukup. Ya kan. Kasih contoh, live cross. Satu kali anda ngomong di situ Feby sama orang tehnik 700 lebih, satu kali live cross. Berita diambil, dibayar oleh temen-teman itu 40 ribu berapa itu satu berita. Sudah berapa biayanya, 1 item. Jadi uang kita keluar untuk reporter dan kameramen, diolah lagi jadi live cross dibayar lagi pada orang lain. Termasuk teknik, termasuk Feby, termasuk pengarah acara di situ, satu berita, terlalu mahal. Makanya, tv swasta itu ga ada lagi, kalau dia sudah dapat di luar, langsung ke satelit selesai. Coba kita baru syuting dibayar reporter dengan kameramen. Kalau dia PNS dibayar gajinya, pulang bawa 1 berita, karena berita ini penting, suruh Bu Ranggini LC. Bayar lagi orang teknik,penyiar, lighting, pokoknya bayar. Berapa nilai 1 berita itu, gitu besarnya nilai itu. Karena kita belum bisa memanajemen berita itu cepat murah, apalagi istilahnya ada 4 itu, cepat murah efisien.. satu lagi. Itu yang bisa kita kelola dan yang namanya TVRI pendanaannya masih dari negara. Ga bs juga kita cuekin, coba kalau Feby kasih saya duit, terus saya malas-malasan gimana? Feby marah, itu yang tidak bisa kita independen.

Itu di semua stasiun masih kayak gitu kondisinya?

Semua, selama yang namanya TVRI, mau bolak balik namanya LPP, LPU apa namanya tetap tidak bisa, karena penganggarannya dari negara. Negara siapa negara? Termasuk pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah pusat.

Ini kan kita ada segmen Klasser Pak. Makanya kita buat di situ.

Kalau menurut Bapak segmen ini sendiri gimana, Pak?

Kalau sekarang dibutuhkan, kita masih butuhkan, artinya pertama saya membuat alasan kita kan.. saya sudah masuk ke pribadi saya juga ya, saya melepaskan apa ya, sifat jurnalistik saya, karena begini, kita sebagai warga negara tidak semua tv-tv yang ada di Indonesia ini membuat suasana kondusif. Karena apa? Ada tv-tv-tv-tv dibikin orang politik semua, hampir semua orang politik. Jadi bagaimana pun arahnya politik. Kalau kita masih netral dan kalau kita tidak ada, saya tidak tahu bagaimana, tidak ada yang bisa menetralkan, semua menjelekkan pemerintah. Kita sebagai orang pemerintah ya karena itu, ya harus ada posisi itu, tapi tidak boleh kita.. artinya ada balancing. Saya masih membutuhkan yang namanya berita berita pemerintah, cuma ada juga yang kadang-kadang jiwa jurnalistiknya tidak terpakai di situ, misalnya seremoni. Seremoni itu begitu, ada apanya. Tidak lagi membuat bahwa program ini begini sebenarnya, meskipun gambarnya orang duduk. Itu juga belum jalan. Gak apa-apa. Jadi begitu terbuka berita itu, layar terbuka cuma orang duduk, pastilah itu model-model kita yang begitu. Kalau saya setuju itu masih tetap ada, karena kita butuh juga uang, butuh informasi pembangunan, masyarakat juga butuh. Cuma masalahnya jangan duduknya, ini yang tidak dimengerti oleh teman-teman.

(34)

tanaman apa yang paling banyak di sini. Tanaman kopi. Kasihlah gambar kopi dulu, baru cerita itu kopi. Kopi terkenal di sini, karena ini sudah ekspor sampai sekian, gambarnya tentu kopi.

Cari insert lagi selain acara itu.

Kemudian setelah itu ada itu, durasi kan ada, anda bahaslah kopi dulu, itulah yang diseminarkan dalam seminar ini. Berceritalah tentang seminar, munculah orang duduk-duduk itu. Itu yang tidak ada, karena tidak ada petugas dokumentasi. Kurang lagi. SDM lagi, divisi SDM dan sistem itu. Kenapa? Begitu orang dokumentasi lihat „oh naskahnya Feby mengenai kopi, dia cari kopi‟. Di naskah itu sudah ditulis DE-nya begini misalnya, jadi misalnya kalau Feby lihat secara teknisnya ini 60. Itu tadi itu petugas dokumentasi sudah liat, dia baca sampai di sini „oh dia bahas tentang kopi. Kopi tadi kan? „ah disini.. disini orang duduk‟, ini yang belum ada. Jadi makanya selalu berita kita ga ketinggalan kok, cuma visualisasi ga kita upayakan, begitu terbuka langsung orang duduk, pidato ketuk palu gunting pita. Coba kalau diolah. Kopi dari ini misalnya, terangkan dulu sudah ekspor. Kalau perlu data-data statistik kan banyak. Makanya saya bilang kemarin buku data stastistik ada di sini, fungsinya ini sumber informasi, Sumut ada di sini semua. Itu yang tidak dimiliki, makanya sistem-SDM itu harus jalan. Ga bisa jalan sendiri-sendiri. Tadi saya bilang bagaimana kalau ga ada orang dokumentasi di situ?

Berarti semua berita hasil MOU kita dengan Walikota dan Pemprov pasti akan tayang Pak? Atau ada kemungkinan ...

Kalau itu kekuasaan DE. Kalau cuma apa ngapain. Tapi kan udah kerjasama Pak.

Ya kerjasama tidak mutlak, yang dikerjasamain itu jumlahnya. Kuantitasnya, bukan kualitasnya. Hak penyiaran ada pada TVRI, itu yang salah selama ini. Maunya orang siaran itu lah, aduuh.. Saya protes Kodam kemarin, katanya karena itu sudah kebiasaan Pak Manto begitu. Ga bisa. LPP ini lembaga besar. Pantas saya bilang kamu miskin semua diinjak-injak, ga ditakutin kan? Saya dapat, ini cerita lagi nih ya cerita luar, Dispennya Kodam menyurat eh bukan menyurat, menelepon kemarin kesini „Pak, kapan Pangdam ucapkan selamat puasa?‟ Emang kapan Pak Pangdam? „ya tolong menyurat Pak ke sini‟. Loh udah salah.

Jadi kita disuruh bikin surat?

Ga boleh dong, harusnya dia menyurat, kalaupun sudah kebiasaan yang lalu tidak bayar atau mau apa, nanti kita proses. Berdasarkan surat Pangdam nomor ... menginginkan ucapan selamat di TVRI. Maka kami mengundang bapak ... Harus ada dasarnya dulu, surat yang meminta ke kita, jangan dia suruh kita ngirim surat ke Pangdam supaya mengisi, salah.

Kayak kita ngemis ya Pak.

Ga bisa, kayak kemarin itu saya, kebiasaan Pak itu tuh sudah ... ga bisa. Kebiasaan terus robah. Ga boleh. Ada tata etika dalam lembaga. Itu yang kadang-kadang kita tidak sadari.

(35)

meminta khusus mengenai isi pemberitaan „tolong dibuat seperti ini lah‟. Ga ada, kalau pada saya kemudian saya tidak tahu. Tapi itu banyak, teman-teman reporter. Karena ini yang saya bilang tadi, DE itu fungsi reporter. Semestinya DE itu pengalamannya jadi reporter, tapi ga boleh lagi jadi reporter. Ada dendam satu. Kalau beritanya panjang, siapa yang motong, paling kontrol dari sini. Kalau ini kontrol ngamuklah dia, ini yang terjadi. Kalau saya itu, grup DE itu kerjanya cuma itu, independen pasti dia. Tapi ini satu minggu ganti, di situ ada dendam

nanti „oh iya Feby minggu lalu nyoret-nyoret saya punya naskah, tunggu lho aku

minggu depan‟, gitu. Ga bisa.

Pak kalau misalnya sekarang undangan-undangan dari perusahaan minta diliput, mereka nanya bayar berapa. Itu pasti kita terima semua ga Pak? Ya enggak, apa kontennya itu dulu, makanya saya bagi dulu di situ, dalam SKK itu berita biasa berapa, kalau berita itu sifaatnya advertorial ada tarifnya khusus kita, ga semua rata 500 kayak di sini. Itu. Mau panjang mau pendek sama, enggak. Kalau yang saya bikin, kalau itu berita perusahaan sifatnya advertorial boleh 90 detik tambah sound 1, kita sudah bikin makanya kalau tidak ada yang begini susah, tidak ada pedoman kita ini. Pedoman di sini tidak ada dicantumkan, harus ada. Kalau berita betul-betul berita pembangunan misalnya, informasi kepada masyarakat 500 aja bayarnya itu, apa lagi embel2-embelnya, jadi itulah tugas daripada DE itu, mengkontrol itu. Kembali ke segmen, segmen itu mulai faktual, berita terkini ya kan, istilahnya aktualita, kemudian informasi-informasi dari luar daerah Medan, itulah yang dari kontributor termasuk, kumpul 1 segmen ya kan. Ya kontributor juga kan tidak semua berita berbobot dia masuk, ada berita ringan, simpan di bawah. Berita tv itu kan piramida terbalik, mulai dari besar ke bawah, itu yang harus kita ikuti, itu ga boleh lepas dari ... kadang-kadang terjadi karena ya itulah yang saya bilang tadi sistem kita yang tidak jalan. Beritanya Pak Walikota, sudah reporter 2 tahun, akh tapi mungkin dari Humas „pak tolong ya

jangan terlalu di bawah‟, dikasihlah duit mungkin tambahan BP-nya, munculah di

berita kedua, yang padahalnya ga perlu dia di situ. Itu. Kadang-kadang masih muncul. Coba kalau DE independen, yang saya katakan itu yang memang tugasnya harus mengedit memeriksa. Jadi sistem dengan SDM tadi udah ya. Udah jelas kan, itu harus berjalan barengan.

Ada persentase ga dalam satu hari misalnya berita berbayar yang bisa kita terima limitnya sekian?

Bisa juga. Kalau saya tadi yang saya katakan, kalau saya ga butuh BP. Supaya kita independen beritanya. Betul-betul solid, apa yang diliat reporter itu, itulah yang anda naikkan. Tapi itu belum kita bisa laksanakan yang begitu, artinya kita masih punya keseimbangan.

Terkait isinya Pak. Terkait isi berita yang berbayar itu. Itu yang saya bilang tadi.

Kalau misalnya mereka menyampaikan undangan untuk diliput bisa ga mereka mengarahkan tone beritanya Pak?

Referensi

Dokumen terkait

Penguasaan guru SD di Kecamatan Pangkalan Baru terhadap masalah yang berkaitan dengan penyusunan tes akhir semester. Kesulitan terutama dirasakan pada saat para guru

PURWAKARTA CIKAMPEK CIBENG - BUNGURSARI CIKAMPEK (0264) 8222222 Y Y Y Adme 545 JAWA BARAT Purwakarta BHAKTI HUSADA II PURWAKARTA RS JL. RAYA SADANG SUBANG KP. KOMPLEK ANEKA JASA BLOK

Rendahnya produksi dari galur-galur tersebut dibandingkan dengan varietas L dan M yang merupakan tanaman pembanding diduga disebabkan karena daya tumbuhnya

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) pada November 2012, banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam jumlah pemberian bantuan

Kehadiran warga dalam keserempakan merupakan partisipasi dalam realitas peristiwa pertunjukan, warga suku Dayak Kanayatn yang hadir menyaksikan latihan sambil

Angket yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas instrumen dari butir-butir pernyataan-pernyataan. Dari uji coba angket akan

Radyculopathy dapat terjadi pada semua bagian radiks medula spinalis dan yang banyak dilaporkan adalah ruptur/herniasi pada diskus intervertebralis pada segemen cervikalis

Adapun luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mempublikasikan hasil penelitian bahwa kulit bawang merah mengandung senyawa flavonoid yang