• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Skor Variabel Penelitian

4. Warna Kemasan

Unsur lain dari kemasan adalah warna, sebagian besar produk mengandalkan permainan warna dalam kemasan untuk menarik konsumennya, memudahkan menemukan produk tersebut diantara ribuan produk disebuah toko dan memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Pemilihan warna adalah salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan respon dari pengunjung, karena warna adalah hal yang pertama dilihat oleh pengunjung (Idarmadi, 2003:2). Orang pertama-tama melihat warna kemasan. Bentuk, penampilan, produk dalam kemasan diperhatikan kemudian. Warna sangat vital pada penjualan secara spontan karena warna menarik perhatian pelanggan dan dapat menciptakan penjualan; ini juga sangat penting pada pembelanjaan di supermarket diman hany sedikit orang yang mempunyai waktu pertimbangan yang matang dan disutulah kemasan yang berdaya tarik pada pelanggan menjadi kemasan yang menjual (danger, 1992: 24). Warna memiliki konotasi indrawi yang sangat penting. Satu penelitian menguji satu merek deodorant rool-on yang dikemas dalam tiga tabung yang berbeda-beda. Kebanyakan responden menyimpulkan produk berwarna tertentu cepat mongering dan efektif, produk kedua memilik aroma yang kuat, dan produk ketiga tidak efektif dan bikin gatal. Reaksi konsumen bisa berbeda-beda padahal produknya identik. Ini terjadi hanya karena factor perbedaan warna kemasan saja (Sulaksana, 2003: 47).

5. Label kemasan

Pada konteks sekarang, pemberian label berhubungan dengan data yang harus mencakup pada kemasan, dan bukan pada signifikansi dari label yang dipasang pada kemasan karena sebagai lawan dari cetak langsung. Label pada kemasan terdiri atas informasi mengenai manfaat prodik, mengenai cara penyajian, mengenai komposisi produk, berat, tanda yang jelas mengenai bahaya, instruksi penyimpanan, harga, kode barang, dan isi kemasan (Danger, 1992 :137-138). Konsumen melakukan pembelian karena mereka mencari manfaat yang disediakan produk tersebut. Sehingga, tempat terbaik unttk menyampaikan manfaat-manfaat dari sebuah produk adalah pada bagian depan kemasan. Disinilah perusahaan dapat mengatakan pada konsumen bahwa mereknya memberikan manfaat yang diinginkan secara lebih baik dibandingkan produk-produk pesaing (Eric Schulz, 2003: 100). Termasuk didalamnya adalah komposisi dari produk, pada kemasan biasanya tercantum manfaat dari komposisi produknya. Tingginya kesadaran akan pentingnya sumber makanan sehat mendorong konsumen untuk mengetahui lebih banyak, bagaimana produk-produk tersebut dihasilkan dan cara menguji kadar nutrisinya. Tuntutan ini pula yang akhirnya membuat produsen membuka pintu lebar-lebar bagi kosumen, dan membeberkan rahasia atau teknik penanaman sumber pangan tersebut (Radio Singapore International, 2004). Informasi mengenai cara penyajian merupakan salah satu unsur yang banyak dijumpai dalam kemasan. Dalam sebuah kemasan harus tercantum

cara penyajian karena dengan tercantumnya kemudahan penyajiannya akan membantu konsumen dalam membuat produk tersebut dan mereka tidak akan mengalami kesulitan, jika tidak konsumen akan meninggalkan produk tersebut ( Eric Schulz, 2003: 101).

F. Fungsi Kemasan

Kemasan merupakan “pemicu” karena fungsinya langsung berhadapan dengan konsumen. Dengan demikian, kemasan harus dapat memberikan impresi spontan yang mempengaruhi tindakan positif konsumen ditempat penjualan (Christine Suharto Cenadi, 2000: 2).

Dulu, boleh jadi kemasan dari sebuah produk seperti kemasan produk makanan atau kemasan produk lainnya menitikberatkan fungsinya sekedar sebagai pembungkus. Tetapi, seiring dengan perkembangan jaman dan perilaku konsumen, kemudian fungsi kemasan pun menjadi berkembang lebih jauh dari hanya sekedar pembungkus (Wacan Mitra, 2003: 50).

Perluasan fungsi tersbut menurut Wacana Mitra (2003:50) antara lain meliputi : 1. Daya Tarik

Sebagus apapun kualitas suatu produk, jika dijual di pasar bebeas, niscaya tidaka akan memiliki daya tarik bagi kosumen jika dikemasa secara seadanya. Karena itu, pasar swalayan, menjadikan daya tarik kemasan sebagai salah satu penilaian terpenting diterima atau tidaknya produk supplier.

Kemasan yang didesain secara menarik mengesankan citra dan kualitas yang baik dari produk makanan yang di dalamnya.

3. Sarana Promosi

Untuk makanan yang lazim menerima pesanan seperti cake, cookies, dsb, kemasan dapat berfungsi sebagai sarana promosi yang cukup efektif. Karena itu, dalam kemasn perlu dicantumkan alamat lengkap produsen. Selain produk makanan seperti nama toko atau tempat penjualan dai sebuah produk juga dapat menjadikan kemasan sebagai saran promosi.

4. Meningkatkan Daya Beli

Dengan adanya kemasan produk makanan maupun minuman, akan memiliki waktu kadaluarsa yang lebih lama sehingga memungkinkan untuk dipasarkan ke wilayah yang jauh. Sebagai contoh, di kepualauan Riau banyak beredar layer cake merek Apollo produksi perusahaan Malaysia. Cake tersebut dikemas dalam plastik kualitas bagus dengan desain menarik ukuran kecil. 5. Gengsi Konsumen

Untuk produk tertentu yang ukurannya besar, kemasan cukup penting untuk menjaga gengsi konsumen yang menentengnya, Misal, menenteng donat dengan kemasan Dunkin Donuts tentu akan berbeda dengan menenteng donat dalam kemasan plastic kresek.

6. Praktis

Dengan kemasan, konsumen dapat dengan mudah dan praktis membawa produk seperti makanan atau minuman yang dibelinya kemana-mana. Karena

itu,bentuk makanan harus di desain dengan mempertimbangkan unsur kepraktisan.

G. Kelebihan dan Kekurangan Kemasan

Produk yang dikemas memiliki kelebihan dan kekurangan yang diantaranya adalah:

1. Kelebihan Kemasan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kemasan memiliki perluasan fungsi, dimana perluasan fungsi ini antara lain: Wacana Mitra (2003:50)

a. Menjadikan daya tarik bagi produk,

b. Meningkatkan citra produk di benak kosumen, c. Sebagai saran promosi,

d. Meningkatkan daya tahan produk, e. Menjaga gensi konsumen,

f. Praktis.

2. Kekurangan Kemasan

Salah satu kekurangan dari produk yang dikemas khusunya produk makanan dan minuman adalah (Dr. Ir. Ali Khomsan, 2001) karena penggunaan bahan tambahan makanan (BTM). Walaupun keberadaan BTM ini dapat memberikan keuntungan dan kelebihan pada produk makanan dan minuman, tetapi beberapa BTM ini ada yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia dan ada yang merugikan tubuh jika di konsumsi berlebihan atau dalam jangka

waktu yang panjang. Keberadaan BTM adalah untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya sungguh menakjubkan, penggunaan bahan pengawet yang paling banyak digunakan di Indonesia yang seperti dikatakan di atas akan nerbahaya jika dikonsumsi maupun merugikan tubuh jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang, yaitu:

a. Sulfit

Bahan pengawet sulfit dapat menyebabkan reaksi cukup fatal bagi mereka yang peka. Bagi penderita asma, sulfite dapat menyebabkan sesak nafas, gatal-gatal, dan bengkak. Sulfit digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Jenis produk seperti jus buah, sossi, dan acar kering sering menggunakan bahan pengawet ini.

b. Nitrit

Pada tahun 1989 terdapat kasu biscuit beracun yang menelan korban 38 jiwa manusia. Ini akibat mengkosumsi nitrit yang secara tidak sengaja ditambahkan pada makanan karena kekeliruan, Nitri adalah pengawet pada daging. Pada daging kalengan (corned) nitrit bisa digunakan dengan dosis 50 mg/kg

c. BHA atau BHT

Jika makanan diawetkan, umumnya akan kehilangan vitamin A dan E. kedua vitamin tersebut bersifat sebagai antioksidan dan untuk

mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan kerusakan. Penggunaan BHA/BHT juga sebagai antioksidan, namun sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa BHA/BHT sebenarnya kurang baik karena menyebabkan kelainan kromosom sel bagi orang yang alergi terhadap aspirin.

Kelemahan lain dari kemasan khususnya untuk kemasan pemanen atau tidak dapat di buka sebelum dibeli seperti kemasan makanan pada umumnya yang tidak transparan, konsumen tidak dapat melihat secara langsung produknya. Mereka hanya dapat melihat gambarnya pada kemasan saja, dalam keadaan demikian konsumen dapat saja dirugikan karena produk pada gambar bisa saja berbeda dengan pruduk yang sebenarnya yang terdapat dalam kemasan tersebut.

H. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha dkk., 1997).

Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran

masing-masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3) Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.

Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan.

Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut: (1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain; (2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis

individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung; (3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya

I. Model Prilaku Konsumen

Pemahaman terhadap prilaku konsumen sangat penting untuk keberhasilan system pemasaran perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus meneliti hubungan antara rangsangan pemasaran dengan tanggapan konsumen yang secara sederhana ditunjukan pada gambar berikut ( Philip Kotler,1985: 203).

Rangsangan dari luar Kotak hitam pembeli Keputusan pembeli

pemasaran Lain-lain Harga Produk Distribusi Promosi Ekonomi Tehnologi Politik Kebutuhan Crri-ciri pembeli Proses keputusan pembeli Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penjualan Waktu pembelian Jumlah pembelian

Gambar diatas menunjukan hubungan antara rangsangan pemasaran dengan tanggapan konsumen.

J. Persepsi Konsumen

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,

pendengaran penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suat penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.

Menurut Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kaanuk (1994 : 162), persepsi didefinisikan sebagai berikut: “the process by which an individual selects, organized, and interprest stimuli into a meaningful and coherent picture of the world.”

Dimana stimuli merupakan setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu sehinnga menghasilkan persepsi konsumen akan hal tersebut. Sedangkan persepsi konsumen merupakan suatu proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan.

Sedangkan menurut Micahel R. Solomon (1996), persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama.

Stimuli

Penglihatan, Suara, Bau, Rasa, dan Texture Tanggapan Interpretasi Perhatian Indera penerima Persepsi Pemberian arti Sensasi

Sumber : Micahel R. Solomon, “Consumer Behavior”,

Beberapa faktor perbedaan pandangan antar individu:

‰ Pengaruh tampilan fisik (physical apprearances). Dimana individu cenderung mengasosiasikan suatu bentuk fisik dari objek yang diamati termasuk satu pernyataan dan pandangan yang berlaku umum. Misalnya: warna putih menunjukkan sesuatu yang bersih, maka banyak pemasar memakai warna itu untuk produk pembersih pakaian ‰ Gaya meniru (stereotypes). Individu cenderung untuk mengartikan

sebuah gambar atau tampilan dalam pikiran mereka dari yang sesuai dengan stimuli yang mendorongnya. Misalnya: penampilan seorang figur atau idola yang menggunakan produk tertentu cenderung akan ditiru oleh konsumen

‰ Isyarat yang menyimpang (irrelevant cues). Jika pertimbangan yang dibutuhkan untuk membentuk keputusan dirasakan sulit, konsumen biasanya terpaksa mengambil keputusan dengan mempertimbangkan hal-hal diluar spesifikasi dasar produk tersebut. Misal: konsumen membeli mobil tidak didasarkan pada spesifikasi mobil tetapi hanya melihat model, warna, atau penampilan mobil itu.

‰ Kesan pertama (first impression). Kesan pertama cenderung diabadikan dalam benak konsumen. Mereka akan menangkap positif atau negatif dari suatu produk tergantung bagaimana produk itu memposisikannya dalam benak konsumen. Misal: memposisikan produk dengan harga yang paling murah

‰ Pengaruh penilaian (hallo effect). Persepsi seseorang cenderung dipengaruhi orang lain. Jika orang lain menganggap baik suatu produk, maka konsumen biasanya percaya atas penilaian itu.

K. Minat

Minat merupakan salah satu factor psikologis manusia yang sangat penting untuk kemajuan manusia dan keberhasilan diri seseorang. Minat juga merupakan pendorong bagi seseorang untuk terlibat secara aktif dan mengarahkan perhatian pada objek yang ia sukai.

Banyak factor yang mempengaruhi minat seseorang, diantaranya status social, tingkat ekonomi, umur, bakat, pengetahuan, pekerjaan, kepribadian, dan lain-lain. Selain itu juga, seseorang akan memiliki minat terhadap objek tertentu apabila sebelumnya telah memiliki persepsi positif terhadap objek itu. Persepsi merupakan penafsiran, pemberian makna, atau pengertian terhadap objek tertentu sebagai hasil suatu pengamatan (Agus Puji Susanto, 2007).

Definisi dari minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang pada bidang tersebut (Winkel,1987: 30).

Pendapat lain mengatakan bahwa minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap objek tertentu disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan objek tersebut (Bimo Walgito, 1997: 38).

L. Minat beli konsumen

Konsumen membentuk intensi untuk membeli produk atau jasa yang di sukai, dipengaruhi oleh :

1. Sikap atau pendirian orang lain.

Kekuatan pendirian orang lain dapat mengurangi alternative yang disukai seseorang tergantung pada intensitas pendirian negatif orang lain terhadap alternative yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain, dan semakin dekat orang lain tersebut, konsumen akan semakin menyesuaikan intensi pembeliannya.

2. Faktor situasi yang tidak diantisipasi

Konsumen membentuk suatu intensi pembelian atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Bila konsumen bertindak, tetapi factor situasi yang tidak terantisipasi terjadi, kemungkinan akan mengubah minat pembelian tersebut.

3. konsep diri atau kepribadian

Menurut Kotler ( 1996: 161), setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi perilaku membeli. Yang dimaksud kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan seseorang, yang menyebabkan terjadinya jawaban yang secara relatif tetap dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian orang biasanya digambarkan dengan istilah seperti: percaya diri, gampang mempengaruhi, berdiri

sendiri, menghargai orang lain, bersifat social, sifat membela diri dan dapat beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang bermanfaat untuk menganalisis perilaku penbeli dan berdasarkan hal itu kepribadian dapat diklasifikasi, dianalisis kuat-lemahnya korelasi antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek tertentu. Mislnya, sebuah perusahaan komputer pribadi mungkin menemukan bahwa banyak calon pembeli mempunyai kepribadian yang kuat dalam percaya diri, gampang mempengaruhi, dan mandiri. Hal ini berarti bahwa dapat dipakai suatu pendekatan periklanan yang memproyeksi kualitas-kualitas tersebut kepada orang-orang yang membeli atau memiliki komputer. 4. Motivasi

Aspek motivasi dapat mempengaruhi benak calon pembeli ketika akan melakukan keputusan pembelian. Seseorang menaruh minat untuk membeli suatu produk. Mengapa demikian? Apakah yang sebenarnya dia cari? Kebutuhan apakah yang coba ia puaskan?

Seseorang mempunyai beberapa kebutuhan yang berbeda pada suatu waktu. Kebutuhan dapat muncul dari fisiologis seperti lapar, dahaga, dan tidak nyaman. Dan sebagian muncul dari ketegangan psikologis seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri atau merasa diterima oleh lingkungannya.

Apakah seseorang membutuhkan suatu produk karena ia memang membutuhan hal itu sebagai kebutuhan fisiologis, atau hanya karena beberapa teman menggunakannya, maka ia juga ikut menggunakannya.

Dua macam bentuk kebutuhan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemasar atau perusahaan untuk menarik calon konsumen untuk melakukan pembelian ( Kotler, 1990:169)

M. Pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen

Kemasan kini disadari oleh produsen bukan lagi hanya memiliki fungsi melindungi dan membungkus produk. Persaingan produk yang semakin ketat di pasar mengharuskan produsen untuk berfikir keras meningkatkan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk maupun desainnya. Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena tertarik pada suatu produk karena alasan warna, bentuk dari kemasan. Belum lagi konsumen yang membeli karena impulse buying, gara-gara menariknya desain, atau bentuk kemasan suatu produk. Sehingga kemasan menjadi sangat efektif untuk mendorong konsumen membeli suatu produk. (Danger,1992) Sedangkan menurut Eric Sculz (2003), strategi kemasan itu sendiri adalah strategi pemasaran yang diciptakan, dikembangkan, dan dikendalikan oleh bagian pemasaran dari sebuah perusahaan untuk lebih memusatkan perhatiannya pada penciptaan, pengembangan kemasan dari sebuah produk, supaya kosumen dapat menemukan alasan-alasan paling kuat dan meyakinkan yang membuat mereka lebih memilih produk tersebut.

N. Kerangka pikir Merek pada kemasan Bentuk pada kemasan Gambar pada kemasan Label pada kemasan Evaluasi (Persepsi) Minat beli Warna pada kemasan O. Hipotesa

1. ada pengaruh faktor merek pada kemasan, gambar pada kemasan, bentuk kemasan, warna kemasan dan label pada kemasan secara bersama-sama terhadap minat beli konsumen.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan studi kasus yaitu penelitian terhadap beberapa objek yang populasinya terbatas sehingga kesimpulan yang akan ditarik terbatas pada objek yang diteliti saja, jadi tidak berlaku secara umum.

B. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian : Universitas Sanata Dharma Waktu penelitian : Bulan Maret 2008

C . Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diteliti adalah konsumen yang mengkonsumsi mie instant Indomie

2. Objek penelitian

Objek penelitian yang diteliti adalah faktor-faktor pada kemasan yang mempengaruhi minat beli konsumen

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa variable penelitian yang dikemukakan, yaitu

1. Variabel Independen

kemasan, mengukur kemasan, berupa pernyataan dan persepsi konsumen terhadap atribut kemasan (Merek pada kemasan, Gambar pada kemasan, Bentuk kemasan, Warna Kemasan, dan Label pada kemasan)

2. Variabel dependen

Minat beli, Mengukur minat beli konsumen terhadap produk secara keseluruhan

.

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan objek yang diteliti, dalam hal ini yang dianggap populasi adalah seluruh mahasiswa Sanata Dharma yang menjadi konsumen mie instant Indomie

.2. Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini penulis mengunakan rumus Sloven 1960 yang dikutip Sevila 1994 (Umar Husein,1998:78) perhitungannya sebagai berikut :

Diketahui populasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma periode 2006/2007 sebanyak 10.481 (sepuluh ribu empat ratus delapan puluh satu) Mahasiswa 2 1 Ne N n + = n = Ukuran Sampel

e = Persen kelonggaran,ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diiginkan 10%

N = Jumlah populasi sebanyak 10.481 mahasiwa

) 1 , 0 481 . 10 ( 1 481 . 10 2 × + = n 054 , 99 = n

Ukuran sampel yang didapat berdasarkan rumus diatas sebesar 99,054 orang Mahasiswa. Untuk mempermudah penelitian sehingga nantinya didapat data yang valid dan reliabel maka jumlah tersebut dibulatkan menjadi 100 orang Mahasiswa. Dengan berpijak dan berlandaskan hal diatas maka diputuskan dalam penelitian ini jumlah Mahasiswa yang akan dijadikan Responden sebanyak 100 orang Mahasiswa.

.3. Teknik pengambilan sampel

Teknik yang digunakan adalah metode purposive sampling dimana pengambilan elemen-elemen yang dimaksud dalam sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan representatif atau dapat mewakili populasi.

Selain itu untuk mempermudah dalam menyebarkan kuesioner maka digunakan metode insidental, yaitu responden yang diambil adalah orang-orang yang dapat dijumpai penulis saat penelitian dilakukan.

F. Data yang dibutuhkan

1. Data primer

Dalam penelitian ini data primer adalah data yang diperoleh dari responden berkaitan dengan minat untuk membeli mie instant Indomie

2. Data sekunder

Di dapat dari laporan perpustakaan Universitas Sanata Dharma, buku-buku teori, dll.

G . Metode pengumpulan Data

1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini konsumen yang mengkonsumsi mie Instan Indomie

2. Kuesioner

Yaitu membuat sejumlah pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh sejumlah data tentang identitas dan penilaian responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen. Untuk metode kuesioner daftar pertanyaan memiliki item sebagai variasi jawaban tiap variable untuk pertanyaan yang berhubungan dengan variable penelitian atau pertanyaan diberi alternatif jawaban 5 kategori dengan skor 1-5 yang sesuai dengan Skala Likert yaitu:

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju ( S ) c. Netral ( N ) d. Tidak Setuju ( TS) e. Sangat Tidak Setuju (STS)

H . Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Yaitu suatu alat pengukuran yang menunjukkan seberapa jauh suatu alat ukur

Dokumen terkait