ANALISIS PENGARUH KEMASAN TERHADAP MINAT
BELI KONSUMEN
Studi Kasus Pada Kemasan Mie Instan merek Indomie terhadap Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Disusun Oleh :
Nama : Ferdinand NIM : 032214072
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Halaman Persembahan
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :
á
Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya dan curahan
kasih-Nya
.
Papa dan Mama yang telah membesarkanku dengan penuh kasih
sayang. Semoga karya sederhana ini dapat menjadi salah satu
bagian dari wujud tanggung jawabku dalam menempuh
pendidikan tinggi
di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Adiku tersayang, Anastasia Selvina Lodi
Cintaku, Bintang Apriliana
Sahabat-sahabatku
*
Almamaterku tercinta.
Halaman Motto
•
Jika Tuhan memberikan sesuatu kepada kita untuk dilakukan,
maka Ia akan memberikan kekuatan untuk menyelesaikannya
juga.
•
Setia pada perkara-perkara kecil, maka kamu akan diberikan
perkara-perkara yang lebih besar dari Tuhan
•
Hanya ada satu hal yang lebih menyakitkan dari kesalahan,
dan itu adalah tidak belajar dari kesalahan.
•
Yang terbesar dari semua kekurangan adalah membayangkan
dirimu tidak mempunyai apa pun.
“
Life isn’t about finding yourself. But, life is about creating
yourself ”
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KEMASAN TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN
Studi Kasus Pada Kemasan Mie Instan merek Indomie
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menjelaskan pengaruh merek,
gambar, bentuk, warna dan label pada kemasan secara bersama-sama terhadap
minat beli konsumen; 2) untuk mengetahui atribut kemasan yang paling
mempengaruhi minat beli konsumen.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan kuisioner.
Analisis data terdiri dari dua bagian yaitu 1) analisis deskriptif untuk
mendeskripsikan identitas responden dan variabel-variabel penelitian; 2) analisis
regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh atribut-atribut kemasan secara
bersama-sama terhadap minat beli konsumen.
Hasi penelitian menunjukan 1) karakteristik responden yang memiliki
minat beli Indomie paling tinggi adalah responden dengan karakteristik sebagai
berikut: responden dengan jenis kelamin laki-laki, responden yang berusia 21
tahun – 25 tahun, dan responden yang memiliki uang saku per bulan Rp.
500.000,-; 2) variabel merek, gambar, bentuk, warna, dan label pada kemasan
secara bersama-sama mempengaruhi minat beli; 3) atribut kemasan yang paling
mempengaruhi minat beli konsumen adalah warna kemasan, 4) minat beli secara
bersama-sama dapat dijelaskan oleh variabel merek pada kemasan, gambar pada
kemasan, bentuk kemasan, warna kemasan, dan label kemasana sebesar 51,3 %,
sedangkan sisanya 48,7 % dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.. ≤
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF PACKAGING INFLUENCE ON CONSUMERS INTENTION TO BUY
A Case Study on Indomie instant noodle product
The purposes of this research are 1) Explain the impact of brand, picture,
share, color and label at packaging simultaneously on consumers intention to buy;
2) to identify packaging attribute that influence most on consumers intention to
buy.
The data collecting techniques applied are observation and questioner.
Data analysis involved are 1) descriptive analysis to describe respondents identity
and some research variables; 2) multiple linear regression analysis to identify the
packaging attributes that influence most on simultaneously to intention to buy
consumers.
Results of this research show 1) respondents who have the highest
intention to buy are male, age between 21 - 25 years, and have allowance less than
Rp. 500000,-; 2) brand, picture, share, colors, and label at packaging
simultaneously influence the consumers intention; 3) the attribute of packaging
that influences most on respondents intention to buy is packaging color, 4). brand,
picture, share, colors, and label packaging explain the respondents intention to
buy 51,3 %, while the rest of 48,7 % explained by other variables.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ANALISIS PENGARUH KEMASAN TERHADAP MINAT
BELI KONSUMEN ”, studi kasus pada kemasan mie instant merek Indomie terhadap mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Penulisan ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sanata
Dharma pada program studi Manajemen.
Selama penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S.; selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si.; selaku Ketua Program Studi
Manajemen Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak A. Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A. ; selaku Dosen Pembimbing I yang
telah berkenan membimbing dan memberikan saran dengan penuh kesabaran
hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. ; selaku Dosen Pembimbing II
yang telah berkenan membimbing dan memberikan saran dengan penuh
kesabaran hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Drs. Marianus M Modesir., M.M ; selaku dosen penguji.
6. Bapak Drs. A Triwanggono., M.S ; selaku dosen penguji
7. Seluruh Dosen Program studi Manajemen dan karyawan Universitas Sanata
Dharma yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di Universitas
Sanata Dharma.
8. Rekan-rekan mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membantu penulis mengisi kuisioner.
9. Kedua orang tuaku, Yohannes Ridwan Lodi dan Tiniaty Mursalim yang telah
memberikan doa, semangat, materiil dan semuanya untuk anakmu yang
bandel ini. Serta adikku Anastasia Selvina Lodi, tanpa kalian aku bukan
apa-apa.
10. Seluruh keluarga besar papa dan mamaku. Terima kasih atas semuanya.
11. My Lovely star, Bintang Apriliana yang selalu menemani, menyayangi dan
memberikanku semangat. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya
selama ini. Love you, mprit.
12. Teman-teman Manajemen angkatan 2003 yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu. Terima kasih atas semuanya..
13. Teman-teman Fakultas Ekonomi yang lain : Dominikus Heru, Fransiskus SM,
Primus, Fika Nurliana, Yanie, Sarah, Tias, Mba Agit, dll. Thanks For All.
14. Cansas Grandes Community : Wisnu “Jongos”, Indra “Indrug”, Aris, Gogon,
Edi Waskito, Lukas Pamungkas “Pak wiwied”, Toni “ Pak Ponco”, Sukro
“Pak Rendi”, Rendol “Pak Lukas”, Boy “Hero Str”, Amin, Agustinus Heru
Kristianto, Pram, Wawan “Supermen”, Agung “Sang Hero”, Ari “Grandong”
yang selalu telat, Jabrik “Pahlawanku”. Kita akan segera bertemu lagi.
15. Teman-teman kos Intan : Bu wiwied, Yeyen, Dita, Fifi, dll. Thanks for all.
16. Teman-teman AC. Anilop : Marcel, Pram “Grandes”, Heru “Benalu”, Dedi
“Bekam”, Bowo, Andre, LiLik, dll. Tengkyu.
17. Semua teman-temanku dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma. (Aku bingung, koq temen-temen ku malah lebih banyak anak teknik
daripada anak ekonominya yah?) Tapi, makasih yah buat semuanya.
18. Teman-teman dari Jakarta : Pandi “Pak polisi”, Ida, Catur, Viky PIS, Eldot,
Cupri, Yan, Riko, Ivan “domplax”, Ipin, Risman, Dhani, Simplisius Dioni,
Ruri, Beruk, Eko, Ella, Wawan, Mantri. Terima kasih yah semuanya.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan serta bantuannya guna penyusunan karya tulis ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan lebih
lanjut. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
pembaca.
Yogyakarta, 31 Mei 2008
Penulis
Ferdinand
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………..….. i
HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii
HALAMAN PENGESAHAN………..iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………..……iv
HALAMAN MOTTO ………... ………..…….v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..……vi
ABSTRAK.……..………...………....vii
ABSTRACT ..………...…viii
KATA PENGANTAR ………..…...ix
DAFTAR ISI ………...……. xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………..1
B. Rumusan Masalah ………... 5
C. Batasan Masalah ………...5
D. Tujuan Penelitian ………. 6
E. Manfaat Penelitian ……….. ……….. 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran ………. ………. …... 8
B. Produk ………... ………. 9
C. Kemasan …….. ………..11
D. Strategi Kemasan..………...13
E. Atribut Kemasan ……….14
F. Fungsi Kemasan ...… ………..………19
G. Kelebihan dan Kekurangan Kemasan.. ...………..21
H. Pengertian Perilaku Konsumen………23
I. Model Perilaku Konsumen ………...…..…23
J. Persepsi Konsumen………..25
K. Minat………28
L. Minat beli Konsumen………..29
M. Pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen………..31
N. Kerangka pikir……….32
O. Hipotesa………...…32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………...33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….33
C. Subjek dan Objek Penelitian ……….…..33
D. Variabel Penelitian ……….….33
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ………..……34
F. Data yang dibutuhkan ………...35
G. Metode Pengumpulan Data ……… 36
H. Teknik Pengujian Instrumen………... 37
1. Uji Validitas ………..37
2. Uji Reliabilitas ………..37
I. Metode Analisis Data ………..…….. 30
1. Analisis data secara kualitatif ……….……..38
2. Analisis data secara kuantitatif ……….39
3. Atribut yang paling berpengaruh………..…….41
4. Koefisien Determinasi ……….……… 42
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Universitas Sanata Dharma ( USD ) 1. Sejarah USD……… ……….……..…..43
2. Visi dan Misi USD………..….…..…46
3. Tujuan Pendidikan USD………... ………... 47
4. Lokasi ……… ...………...48
5. Fasilitas………..48
6. Jumlah mahasiswa USD …………...………...…..….. 49
B. PT.Indofood Sukses Makmur 1. Sejarah Perusahaan ………..………...……. 50
2. Visi Perusahaan dan Kegiatan Pemasaran …….………..… 51
3. Profil perusahaan……….. ………..…………..52
C. Indomie………56
1. Jenis-jenis Indomie………...………….56
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ……….. 59
1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………...60
2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia………...60
3. Distribusi Responden Berdasarkan Uang saku per bulan………..………61
4. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian……….62
5. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mengkonsumsi …………63
B. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……….………..64
1. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel merek pada kemasan………65
2. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel gambar pada kemasan…..…66
3. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel bentuk kemasan………67
4. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel warna kemasan………….…68
5. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel label pada kemasan……...…69
6. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel minat beli………..…70
C. Analisis Skor Variabel Penelitian………72
1. Merek pada kemasan……….73
2. Gambar pada kemasan………...74
3. Bentuk Kemasan………75
4. Warna Kemasan……….76
5. Label pada Kemasan………..77
6. Minat beli ………..78
a. Berdasarkan Jenis Kelamin………..79
b. Berdasarkan Usia ……….81
c. Berdasarkan uang saku per bulan……….84
d. Seluruh Responden………...88
D. Pengujian Hipotesis Penelitian ………..……...………. 89
E. Pembahasan ………... 94
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ………...………99
B. Saran ……….………..100
C. Keterbatasan Penelitian ………..102
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kemasan adalah pelindung dari suatu barang, baik barang biasa mau pun
barang-barang hasil produksi industri. Dalam dunia industri kemasan merupakan pemenuhan
suatu kebutuhan akibat adanya hubungan antara penghasil barang dengan masyarakat
pembeli. Untuk keperluan ini kemasan harus dapat menyandang beberapa fungsi
yang harus dimilikinya seperti:
1. Tempat atau wadah dalam bentuk tertentu dan dapat melindungi barang dari
kemungkinan rusak, sejak keluar dari pabrik sampai ke tangan pembeli,
bahkan masih dapat digunakan sebagai wadah setelah isi barang habis
terpakai, (dalam hal ini wadah tersebut masih menyandang fungsi iklannya).
2. Kemasan bukan hanya sebuah bungkus, tapi juga pelengkap rumah tangga;
sebush botol kecap bagus dengan etiketnya yang menarik dapat
menyemarakkan suasana tertentu di meja makan atau lemari di dapur; sebuah
tempat kertas lap “Klenex” yang didesain menarik dapat memperindah kamar
mandi dan botol parfum yang cantik memberikan kekhasan meja berhias
seorang gadis.
3. Mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citradiri dan
mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang
4. Kemasan mempunyai kemudahan dalam pemakaiannya (buka, tutup, pegang,
bawa) tanpa mengurangi mutu ketahanannya dalam melindungi barang.
5. Rupa luar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar
tentang jenis isi barang yang dikemas.
6. Perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan
tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman serta penempatan, demikian
pula penyusunan dalam lemari pajang.
7. Melalui bentuk dan tata rupa yang dimilikinya kemasan berfungsi sebagai
alat pemasar untuk mempertinggi daya jual barang. Dalam fungsi ini desain
bentuk-kemasan harus mendapat dukungan penuh dari unsur
desain-grafisnya, sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat
menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri.
Mengingat konsumen Indonesia yang sebagian besar masih terbatas kemampuan
melek hurufnya, maka sampai dengan pertengahan abad ini kita masih melihat
bahasa gambar sangat banyak dipergunakan di samping bahasa warna dan huruf. Hal
ini, dibuktikan dalam desain-desain merek-dagang, etiket kemasan, serta penggunaan
warna untuk memperkuat identitas produk tersebut.
Keberhasilan pemasaran suatu barang, tidak hanya ditentukan oleh mutu barang
serta usaha promosi yang dilakukan, tetapi juga dalam upaya yang sama oleh mutu
dan penampilan kemasan itu sendiri. Untuk kenyataan ini kita kenal filsafat
pemasaran yang sudah lazim sejak abad ke 19 di Inggris “the product is the
kemasan adalah bahagian yang tak terpisah dari barang produk, sehingga tidak
mengherankan bila sebuah biro perencanaan grafis bersikap “Kami tak dapat
menaikkan mutu barang produk, karena itu kami tingkatan kemasannya”.
Karena itu mutu lain dari sebuah kemasan dinilai dari kemampuannya dalam
memenuhi fungsi, di mana kemasan dituntut untuk memiliki daya tarik yang lebih
besar daripada barang yang dibungkus di dalamnya. Keberhasilan daya tarik
kemasan ditentukan oleh estetik yang menjadi bahan pertimbangan sejak awal
perencanaan bentuk kemasan, karena pada dasarnya nilai estetik harus terkandung
dalam keserasian antara bentuk dan penataan desain grafis tanpa melupakan kesan
jenis, ciri dan sifat barang yang diproduksi.
Bahasa desain grafis adalah bahasa visual, bahasa simbol yang diungkapkan
melalui gambar, bentuk, warna dan aksara. Grafis harus dapat mengantarkan pesan
yang ingin disampaikan oleh produsen barang lewat kemasan yang diciptakan; baik
informasi mengenai isi maupun penjelasan mengenai cara pemakaian produk
tersebut. Pemilihan tipe huruf yang berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu
saling menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak dengan teknik
percetakan yang baik, akan membawakan pesan yang langsung ataupun yang tidak
langsung dari barang tersebut terhadap kualitas dan nilainya. Gambar dan tulisan
(teks), tidak saja penting sebagai daya tarik tetapi terutama cergas untuk
berkomunikasi dengan konsumen tentang keterangan-keterangan yang diinginkan.
Dapat kita bayangkan persaingan ketat yang akan dihadapi oleh sebuah
berpuluh-puluh jumlahnya. Bagi kemasan yang mempergunakan unsur grafis dan
warna dengan lebih seksama tentu akan tampil sebagai pemikat utama bagi calon
pembeli. Apalagi bila disadari bahwa daya ingat manusia terhadap bentuk lebih
lamban dibanding terhadap warna dan orang dapat lupa terhadap nama sebuah
produk tapi sukar lupa terhadap warna kemasnya. Sebagai contoh hal ini jelas terlihat
pada kemasan film, Kodak (kuning), Fuji Color (hijau), Corned beef Cip/Pronas dan
sardencis (merah), Sari Ayu (coklat tua), Mustika Ratu (merah tua).
Kemudian seiring dengan derap kemajuan ekonomi kita, telah pula dimulai
menggiatkan ekspor maupun impor barang-barang produksi dalam negeri ke
berbagai negara. Upaya ini tentunya harus didukung oleh mutu barang dan sekaligus
mutu kemasannya yang berwibawa dan berdaya jual. Mengenai perencanaan
kemasan ini beberapa hal yang kiranya bisa diperhatikan untuk menjadi bahan
pertimbangan bagi para produsen dan perencana grafis Indonesia.
- Beberapa bentuk kemasan berikut grafisnya dari sebuah barang yang diproduksi
untuk pasar luar negeri sebaiknya tidak dibuat sama seperti yang dipasarkan untuk
dalam negeri.
- Peka dan faham terhadap berbagai ragam kebudayaan dunia sangat penting dalam
memperhitungkan desain kemas untuk ekspor. Hal ini didasari oleh adanya faktor
lingkungan setempat yang harus dipertimbangkan.
- Lazimnya kemasan yang akan dipasarkan telah melalui hasil riset di atas dan uji
grafisnya, mengingat tingginya fakta perbedaan iklim, bahasa, kemampuan
membaca, syarat perdagangan, pajak, lalu lintas pengiriman dan lain-lain.
- Setiap barang produk yang akan diekspor, haruslah juga melengkapi desain
kemasannya dengan persyaratan kode komputerisasi yang telah dipakai di
mana-mana, untuk memudahkan penghitungan harga.
- Harus pula mempertimbangkan penggunaan unsur simbolisme yang diucapkan
melalui bentuk dan warna. Hal ini disebabkan karena kebudayaan, kultur, dan ciri
khas daerah setempat yang berbeda-beda.
Perancangan desain kemasan yang sesuai akan mendorong konsumen
membeli suatu produk, sedangkan perancangan yang salah, malah akan mematikan
penjualan produk tersebut.
Dengan permasalahan diatas, penyusun tertarik untuk meneliti bagaimana
pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen, maka dalam penelitian ini penulis
mengambil judul “Analisis pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk merumuskan
1. Apakah merek pada kemasan, gambar pada kemasan, bentuk kemasan, warna kemasan dan label pada kemasan secara bersama-sama mempengaruhi minat beli konsumen?
2. Atribut kemasan manakah yang paling mempengaruhi minat beli
konsumen?
C. Batasan Masalah
Kemasan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kemasan primer pada
produk Mie instan Indomie
Faktor-faktor yang akan diteliti adalah :
1. Merek pada kemasan
2. Gambar pada kemasan
3. Bentuk kemasan
4. Warna Kemasan
5. Label kemasan
Dan konsumen yang dimaksud adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah merek pada kemasan, gambar pada kemasan, bentuk
kemasan, warna kemasan dan label pada kemasan secara bersama-sama mempengaruhi minat beli konsumen?
2. Untuk mengetahui atribut kemasan apakah yang paling mempengaruhi minat beli
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak perusahaan, penulisan ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
menjalankan kebijakan atau strategi perusahaan yang diterapkan saat ini. Penelitian
ini diharapkan membantu perusahaan agar dapat menggunakan kemasan secara
efektif, sehingga tujuan komunikasi dan promosi pemasaran perusahaan dapat
tercapai dan diterima dengan baik oleh konsumen. Penelitian ini juga diharapkan
membantu perusahaan untuk melihat respon atau persepsi konsumen terhadap atribut
suatu produk, yang dalam hal ini adalah kemasan, sehingga perusahaan dapat
menentukan kemasan yang sesuai dengan produknya secara efektif dan efisien.
2. Bagi penulis, penulisan ini merupakan penerapan disiplin ilmu yang telah didapat
selama ini.
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pemasaran
Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan
kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton,
1997).
Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai
suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun kelompok pembeli.
Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi sumber-sumber
dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial
perusahaan.
Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan
antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa
yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi:
kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai,
biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta
prospek.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan perusahaan
terhadap pemasarannya, yaitu: (1) Lingkungan Eksternal Sistem Pemasaran.
Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan
masyarakat dalam menerima atau menolak produk perusahaan, politik dan peraturan
pemerintah, keadaan perekonomian, kependudukan serta munculnya pesaing; (2)
Variabel Internal Sistem Pemasaran. Variabel ini dapat dikendalikan oleh
perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan pemasaran (kemampuan
produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen bauran pemasaran yang
meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi (Swastha, 2002).
B. Produk
Produk dapat di definisikan sebagai apa saja yang dapat memenuhi keinginan
atau kebutuhan dalam hal penggunaaan, konsumsi, atau akuisisi. Jadi, produk
termasuk objek (TV, radio, mobil), jasa (kesehatan, pendidikan), tempat (New York,
Bali), orang (Bill Clinton, Ronald Reagan), kegiatan (mengikuti konte, mengunjungi
klinik penurunan berat badan), dan ide (sudahkah anda memeluk anak anda hari
Produk harus dipandang sebagai pemecah masalah jika mereka dibeli karena manfaat
yang dihasilkannya, bukan karena produk itu semata ( Kotler & Amstrong, 2001:
264)
Atribut produk
Pengembangan suatu produk mengharuskan perusahaan memperhatikan
atribut-atribut produk apa saja yang hendak dikembangkan dan mana yang sebaiknya
dipertahankan. Sebab apabila suatu produk memiliki atribut atau sifat-sifat yang
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembelinya, maka produk tersebut dianggap
cocok oleh konsumen.Produk yang demikian akan menjadi produk yang berhasil.
Pengertian atribut produk menuru Indriyo Gitosudarmo (1995:188) adalah :
“ suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk-produk tersebut dapat memenuhikebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli.”
Sedangkan pengertian atribut produk menurut Tjiptoyono (1995 : 188) adalah:
“unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, harga, rasa, kemasan, warna, dan lain-lain.”
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
menimbulkan manfaat bagi produk tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen.
C. Kemasan
Kemasan meliputi juga berbagai variasi seprti pembungkus langsung yang
mungkin betul-betul diperlukan, dan karton atau bagian luar yang mempunyai fungsi
pajang serta fungsi distribusi
Setiap kemasan apapun sifatnya, membantu pengemasan memenuhi
peranannya dalam proses pemasaran. Kemasan ideal harus efektif melindungi isinya,
harus memberikan sumbangan yang realitas pada distribusi yang efektif, dan harus
dengan biaya yang efektif dalam pengertian tidak melebihi proporsi manfaatnya.
Bagaimanapun, fungsi yang paling penting adalah bagian yang berperan dalam
penjualan. Kemasan yang ideal secara bersama-sama dari segi fungsional, ekonomi,
dan penjualan Misalnya, kemasan tersebut harus mudah dipegang, mudah dibuka,
dan kelihatan bagus.
Kemasan seharusnya merupakan kesan singkat dari citra produk yang ingin
disampaikan oleh pabrik, dan kemasan haruslah terpadu dengan fungsi produk.
Memasukan identitas produk ke pikiran pelanggan merupakan bagian penting dari
pemasaran dan penjualan yang baik.
Kemasan memainkan peranan penting dalam identitas produk karena kemasan
merupakan penghubung yang penting antara pabrik, pengecer, dan pelanggan.
Kemasan merupakan bagian terpadu dari rencana pemasaran dan harus
• Membuat daya tarik pada kemasan dan produk isinya.
• Bertindak sebagai pengingat iklan produk
• Menciptakan dorongan untuk membeli produk, karena telah diiklankan.
• Mempromosikan citra merek jika memungkinkan
Sedangkan pengertian dari kemasan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Peter Salim & Yenny Salaim mengartikan kemasan sebagai berikut:
“ Bungkus yang seharusnya digunakan untuk melindungi barang dagangan, hasil produksi, dan sebagainya.”
Pendapat Eric Schulz ( 2003:114) mengenai kemasan adalah:
“ Kemasan adalah cara terbaik untuk menyampaikan kepada konsumen alas an yang paling menarik dan tak terbantahkan agar membeli produk anda”
Kemasan yang umum digunakan oleh perusahaan di bagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kemasan primer
Yang dimaksud sebagai kemasan primer adalah kemasan dari sebuah produk,
dengan kata lain kemasan primer adalah kemasan dari produk eceran atau
produk yang dijual satuan. Contoh dari kemasan primer adalah bolpoint,
pensil, kaset, minuman kaleng, dan produk lainnya yang dijual satuan.
Kemasan sekunder adalah kemasan dari kemasan primer. Kemasan sekunder
ini berisi lebih dari satu atau beberapa produk yang sudah memiliki kemasan.
Contohnya satu pak bolpoint, satu pack minuman kaleng, dan sebagainya.
3. Kemasan delivery
Kemasn delivery adalah kemasan yang digunakan untuk mengirim
produk-produk, jadi kemasan delivery ini berisi beberapa produk yang sudah dikemas
baik secara primer maupun sekunder. Contohnya satu krat bir, satu dus
Indomie, dan sebagainya.
D. Strategi Kemasan
Banyak bukti menunjukan bahwa iklan takkan mampu menjangkau semua
konsumen potensial dari sebuah produk, Bahkan kampanye atau iklan terbaik dan
termahal sekalipun hanya mampu menjangkau 70 persen dari target pemirsa.
Satu-satunya tempat dimana perusahaan dijamin dapat berbicara dengan konsumen
mengenai produknya adalah pada saat pembelian. Hanya pada saat konsumen berdiri
di dekat rak took dan siap untuk memilih, sementara produk dari perusahaan itu
tepajang pada bagian kompetitif, saat itulah perusahaan tersebut mendapat
kesempatan 100 persen untuk menyampaikan mengapa orang tersebut harus membeli
merknya dan bukan merk perusahaan orang lain. Disinilah mengapa strategi kemasan
perlu dikembangkan oleh sebuah perusahaan karena pengemasan adalah jalan terbaik
untuk mengkomunikasikan alasan-alasan paling kuat dan meyakinkan yang membuat
konsumen sampai pada saat mereka mengambil produk itu di rak toko ( Eric
Sculz,2003:100 )
Strategi kemasan itu sendiri adalah strategi pemasaran yang diciptakan,
dikembangkan, dan dikendalikan oleh bagian pemasaran dari sebuah perusahaan
untuk lebih memusatkan perhatiannya pada penciptaan, pengembangan kemasan dari
sebuah produk, supaya kosumen dapat menemukan alasan-alasan paling kuat dan
meyakinkan yang membuat mereka lebih memilih produk tersebut.
E. Atribut Kemasan
Kemasan merupakan pembungkus dari sebuah produk yang dimana pada
dewasa ini telah mengalami perluasan fungsi. Perluasan fungsi tersebut kemudian
menuntut kemasan untuk memilik atribut yang dapat membuat sebuah produk dapat
memenuhi harapan konsumennya dan dapat memudahkan konsumennya dalam
menggunakan maupun mengingat produk tersebut.
Atribut dari kemasan sebuah produk yang menurut penulis sering dijumpai dan
umum digunakan dalam kemasan, diantaranya adalah:
1. Merek pada kemasan
Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasi dari
hal-hal tersebut, yang dimaskudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa
dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
pesaing (Kotler, 2000:460). Merek atau yang paling sering disebut sebagai
nama sebuah produk, merupakan unsur yang paling penting dari sebuah
konsumennya, konsumen juga akan meragukan produk tersebut dikemudian
hari. Banyak orang bilang bahwa merek secara dominan diwakili oleh desain
visual yang mudah ditangkap artinya dan unik. Padahal kalau dipelajari lebih
dalam lagi, pengertian merek bukanlah demikian. Ada makna khusus dari
produk yang baru diluncurkan seperti yang dikemukakan oleh Marty
Neumeier ( 2003). Intinya adalah diferensiasi. Yakni sampai dimana produk
itu mampu membangun citra khusus, unik atau berbeda pada masyarakat
kosumen. Bila terdapat suatu citra merek produk, warna mereknya harus
diseleksi karena cocok untuk makanan, tetapi citra atau variasi yang berbeda
dapat dibedakan dengan panel berwarna yang sesuai agar mudah dibaca (
Danger, 1992: 198).
2. Gambar pada kemasan
Faktor yang paling penting dalam mencapai daya tarik pelanggan adalah daya
tarik visual, dan ini sama sekali terlepas dari sifat produk atau atribut lainnya
seperti penambahan rasa (Danger, 1992: 21). Gambar merupakan unsur yang
juga sering dijumpai pada kemasan sebuah produk. Gambar pada kemasan
dapat dijadikan daya tarik visual bagi sebuah kemasan, denga adanya gambar
yang menarik akan membuat konsumen tertarik dan akhirnya membeli
sebuah produk. Gambar ini juga digunakan sebagai ciri khas dari sebuah
produk yang dapat memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Seperti
yang telah dikemukakan oelh Marty Neumier (2003) bahwa desain grafis
dengan konsep jelas, taktis dan strategis sangat membantu para tenaga
dengan konsep visualisasi ini. Intinya adalah diferensiasi. Yakni produk itu
mampu membangun citra khusu, unik atau berbeda pada masyarakat
konsumen dengan gambar atau logo.
3. Bentuk kemasan
Bentuk sebuah kemasan merupakan pendorong utama yang membantu
menciptakan seluruh daya tarik visual. Bentuk sebuah kemasan tentu saja
berpengaruh terhadap penjualan, dan pengalaman ini menunjukan bahwa
perubahan bentuk dari sebuah kemasan menimbulkan suatu perbedaan
(Danger, 1992:23). Sebagian besar konsumen secara tidak langsung dalam
membeli sebuah produk memiliki beberapa kriteria diantaranya adalah bahwa
produk tersebut praktis atau mudah digunakan dan mudah pula untuk dibawa,
dibandingkan dengan bentuk yang tidak praktis dan sulit untuk dibawa
ditambah dengan ukuran yang besar. Selain itu, bentuk yang unik dan identik
dengan peusahaan, akan memudahkan mereka untuk menemukan produk
tersebut diantara ribuan produk di toko dan memudahkan untuk
mengingatnya (Eric Schulz, 2003:101-102). Untuk produk yang di pasarkan
di pasar swalayan atau toko, bentuk dan ukuran harus diperhitungkan karena
perusahaan hanya akan memiliki jatah beberapa persen saja dari keseluruhan
barang yang dijual di tempat tersebut. Dengan bentuk ukuran yang efisien
atau tidak banyak makan tempat, perusahaan tersebut akan dapat meletakan
produknya lebih banyak daripada produk lain yang sejenis di toko tersebut.
konsumen diantaranya adalah kemudahan pemakaian, kemudahan membawa
dan kemudahan penggunaannya.
4. Warna Kemasan
Unsur lain dari kemasan adalah warna, sebagian besar produk mengandalkan
permainan warna dalam kemasan untuk menarik konsumennya, memudahkan
menemukan produk tersebut diantara ribuan produk disebuah toko dan
memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Pemilihan warna adalah salah
satu hal yang sangat penting dalam menentukan respon dari pengunjung,
karena warna adalah hal yang pertama dilihat oleh pengunjung (Idarmadi,
2003:2). Orang pertama-tama melihat warna kemasan. Bentuk, penampilan,
produk dalam kemasan diperhatikan kemudian. Warna sangat vital pada
penjualan secara spontan karena warna menarik perhatian pelanggan dan
dapat menciptakan penjualan; ini juga sangat penting pada pembelanjaan di
supermarket diman hany sedikit orang yang mempunyai waktu pertimbangan
yang matang dan disutulah kemasan yang berdaya tarik pada pelanggan
menjadi kemasan yang menjual (danger, 1992: 24). Warna memiliki konotasi
indrawi yang sangat penting. Satu penelitian menguji satu merek deodorant
rool-on yang dikemas dalam tiga tabung yang berbeda-beda. Kebanyakan
responden menyimpulkan produk berwarna tertentu cepat mongering dan
efektif, produk kedua memilik aroma yang kuat, dan produk ketiga tidak
efektif dan bikin gatal. Reaksi konsumen bisa berbeda-beda padahal
produknya identik. Ini terjadi hanya karena factor perbedaan warna kemasan
5. Label kemasan
Pada konteks sekarang, pemberian label berhubungan dengan data yang harus
mencakup pada kemasan, dan bukan pada signifikansi dari label yang
dipasang pada kemasan karena sebagai lawan dari cetak langsung. Label pada
kemasan terdiri atas informasi mengenai manfaat prodik, mengenai cara
penyajian, mengenai komposisi produk, berat, tanda yang jelas mengenai
bahaya, instruksi penyimpanan, harga, kode barang, dan isi kemasan (Danger,
1992 :137-138). Konsumen melakukan pembelian karena mereka mencari
manfaat yang disediakan produk tersebut. Sehingga, tempat terbaik unttk
menyampaikan manfaat-manfaat dari sebuah produk adalah pada bagian
depan kemasan. Disinilah perusahaan dapat mengatakan pada konsumen
bahwa mereknya memberikan manfaat yang diinginkan secara lebih baik
dibandingkan produk-produk pesaing (Eric Schulz, 2003: 100). Termasuk
didalamnya adalah komposisi dari produk, pada kemasan biasanya tercantum
manfaat dari komposisi produknya. Tingginya kesadaran akan pentingnya
sumber makanan sehat mendorong konsumen untuk mengetahui lebih
banyak, bagaimana produk-produk tersebut dihasilkan dan cara menguji
kadar nutrisinya. Tuntutan ini pula yang akhirnya membuat produsen
membuka pintu lebar-lebar bagi kosumen, dan membeberkan rahasia atau
teknik penanaman sumber pangan tersebut (Radio Singapore International,
2004). Informasi mengenai cara penyajian merupakan salah satu unsur yang
cara penyajian karena dengan tercantumnya kemudahan penyajiannya akan
membantu konsumen dalam membuat produk tersebut dan mereka tidak akan
mengalami kesulitan, jika tidak konsumen akan meninggalkan produk
tersebut ( Eric Schulz, 2003: 101).
F. Fungsi Kemasan
Kemasan merupakan “pemicu” karena fungsinya langsung berhadapan
dengan konsumen. Dengan demikian, kemasan harus dapat memberikan impresi
spontan yang mempengaruhi tindakan positif konsumen ditempat penjualan
(Christine Suharto Cenadi, 2000: 2).
Dulu, boleh jadi kemasan dari sebuah produk seperti kemasan produk
makanan atau kemasan produk lainnya menitikberatkan fungsinya sekedar sebagai
pembungkus. Tetapi, seiring dengan perkembangan jaman dan perilaku konsumen,
kemudian fungsi kemasan pun menjadi berkembang lebih jauh dari hanya sekedar
pembungkus (Wacan Mitra, 2003: 50).
Perluasan fungsi tersbut menurut Wacana Mitra (2003:50) antara lain meliputi :
1. Daya Tarik
Sebagus apapun kualitas suatu produk, jika dijual di pasar bebeas, niscaya
tidaka akan memiliki daya tarik bagi kosumen jika dikemasa secara seadanya.
Karena itu, pasar swalayan, menjadikan daya tarik kemasan sebagai salah
satu penilaian terpenting diterima atau tidaknya produk supplier.
Kemasan yang didesain secara menarik mengesankan citra dan kualitas yang
baik dari produk makanan yang di dalamnya.
3. Sarana Promosi
Untuk makanan yang lazim menerima pesanan seperti cake, cookies, dsb,
kemasan dapat berfungsi sebagai sarana promosi yang cukup efektif. Karena
itu, dalam kemasn perlu dicantumkan alamat lengkap produsen. Selain
produk makanan seperti nama toko atau tempat penjualan dai sebuah produk
juga dapat menjadikan kemasan sebagai saran promosi.
4. Meningkatkan Daya Beli
Dengan adanya kemasan produk makanan maupun minuman, akan memiliki
waktu kadaluarsa yang lebih lama sehingga memungkinkan untuk dipasarkan
ke wilayah yang jauh. Sebagai contoh, di kepualauan Riau banyak beredar
layer cake merek Apollo produksi perusahaan Malaysia. Cake tersebut dikemas dalam plastik kualitas bagus dengan desain menarik ukuran kecil.
5. Gengsi Konsumen
Untuk produk tertentu yang ukurannya besar, kemasan cukup penting untuk
menjaga gengsi konsumen yang menentengnya, Misal, menenteng donat
dengan kemasan Dunkin Donuts tentu akan berbeda dengan menenteng donat
dalam kemasan plastic kresek.
6. Praktis
Dengan kemasan, konsumen dapat dengan mudah dan praktis membawa
itu,bentuk makanan harus di desain dengan mempertimbangkan unsur
kepraktisan.
G. Kelebihan dan Kekurangan Kemasan
Produk yang dikemas memiliki kelebihan dan kekurangan yang diantaranya
adalah:
1. Kelebihan Kemasan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kemasan memiliki
perluasan fungsi, dimana perluasan fungsi ini antara lain: Wacana Mitra
(2003:50)
a. Menjadikan daya tarik bagi produk,
b. Meningkatkan citra produk di benak kosumen,
c. Sebagai saran promosi,
d. Meningkatkan daya tahan produk,
e. Menjaga gensi konsumen,
f. Praktis.
2. Kekurangan Kemasan
Salah satu kekurangan dari produk yang dikemas khusunya produk makanan
dan minuman adalah (Dr. Ir. Ali Khomsan, 2001) karena penggunaan bahan
tambahan makanan (BTM). Walaupun keberadaan BTM ini dapat
memberikan keuntungan dan kelebihan pada produk makanan dan minuman,
tetapi beberapa BTM ini ada yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia
waktu yang panjang. Keberadaan BTM adalah untuk membuat makanan
tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih
sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya
sungguh menakjubkan, penggunaan bahan pengawet yang paling banyak
digunakan di Indonesia yang seperti dikatakan di atas akan nerbahaya jika
dikonsumsi maupun merugikan tubuh jika digunakan dalam jangka waktu
yang panjang, yaitu:
a. Sulfit
Bahan pengawet sulfit dapat menyebabkan reaksi cukup fatal bagi
mereka yang peka. Bagi penderita asma, sulfite dapat menyebabkan
sesak nafas, gatal-gatal, dan bengkak. Sulfit digunakan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Jenis produk seperti
jus buah, sossi, dan acar kering sering menggunakan bahan pengawet
ini.
b. Nitrit
Pada tahun 1989 terdapat kasu biscuit beracun yang menelan korban
38 jiwa manusia. Ini akibat mengkosumsi nitrit yang secara tidak
sengaja ditambahkan pada makanan karena kekeliruan, Nitri adalah
pengawet pada daging. Pada daging kalengan (corned) nitrit bisa
digunakan dengan dosis 50 mg/kg
c. BHA atau BHT
Jika makanan diawetkan, umumnya akan kehilangan vitamin A dan E.
mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan kerusakan.
Penggunaan BHA/BHT juga sebagai antioksidan, namun sudah ada
penelitian yang membuktikan bahwa BHA/BHT sebenarnya kurang
baik karena menyebabkan kelainan kromosom sel bagi orang yang
alergi terhadap aspirin.
Kelemahan lain dari kemasan khususnya untuk kemasan pemanen atau tidak
dapat di buka sebelum dibeli seperti kemasan makanan pada umumnya yang
tidak transparan, konsumen tidak dapat melihat secara langsung produknya.
Mereka hanya dapat melihat gambarnya pada kemasan saja, dalam keadaan
demikian konsumen dapat saja dirugikan karena produk pada gambar bisa
saja berbeda dengan pruduk yang sebenarnya yang terdapat dalam kemasan
tersebut.
H. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut (Swastha dkk., 1997).
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan
bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu.
Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun
kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian
masing-masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang
mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu yang
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang
diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3) Decider, adalah
yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana
membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian
sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang
dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap
suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program
pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor
ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi
perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program
promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut: (1)
Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha
memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya
terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah
dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal
individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini
sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak
dapat diamati secara langsung; (3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan
perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat
luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya
I. Model Prilaku Konsumen
Pemahaman terhadap prilaku konsumen sangat penting untuk keberhasilan
system pemasaran perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus meneliti hubungan
antara rangsangan pemasaran dengan tanggapan konsumen yang secara sederhana
ditunjukan pada gambar berikut ( Philip Kotler,1985: 203).
Rangsangan dari luar Kotak hitam pembeli Keputusan pembeli
pemasaran Lain-lain Harga Produk Distribusi Promosi Ekonomi Tehnologi Politik Kebutuhan Crri-ciri pembeli Proses keputusan pembeli Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penjualan Waktu pembelian Jumlah pembelian
Gambar diatas menunjukan hubungan antara rangsangan pemasaran dengan
tanggapan konsumen.
J. Persepsi Konsumen
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
pendengaran penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami
persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suat
penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi.
Menurut Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kaanuk (1994 : 162), persepsi
didefinisikan sebagai berikut: “the process by which an individual selects, organized,
and interprest stimuli into a meaningful and coherent picture of the world.”
Dimana stimuli merupakan setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang
dapat mempengaruhi tanggapan individu sehinnga menghasilkan persepsi konsumen
akan hal tersebut. Sedangkan persepsi konsumen merupakan suatu proses bagaimana
stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan.
Sedangkan menurut Micahel R. Solomon (1996), persepsi adalah proses yang
digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan
menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia
yang memiliki arti. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang
sama.
Stimuli
Penglihatan, Suara, Bau, Rasa, dan Texture
Tanggapan Interpretasi Perhatian Indera penerima
Persepsi Pemberian arti
Sensasi
Sumber : Micahel R. Solomon, “Consumer Behavior”,
Beberapa faktor perbedaan pandangan antar individu:
Pengaruh tampilan fisik (physical apprearances). Dimana individu
cenderung mengasosiasikan suatu bentuk fisik dari objek yang
diamati termasuk satu pernyataan dan pandangan yang berlaku umum.
Misalnya: warna putih menunjukkan sesuatu yang bersih, maka
banyak pemasar memakai warna itu untuk produk pembersih pakaian
Gaya meniru (stereotypes). Individu cenderung untuk mengartikan
sebuah gambar atau tampilan dalam pikiran mereka dari yang sesuai
dengan stimuli yang mendorongnya. Misalnya: penampilan seorang
figur atau idola yang menggunakan produk tertentu cenderung akan
ditiru oleh konsumen
Isyarat yang menyimpang (irrelevant cues). Jika pertimbangan yang
dibutuhkan untuk membentuk keputusan dirasakan sulit, konsumen
biasanya terpaksa mengambil keputusan dengan mempertimbangkan
hal-hal diluar spesifikasi dasar produk tersebut. Misal: konsumen
membeli mobil tidak didasarkan pada spesifikasi mobil tetapi hanya
melihat model, warna, atau penampilan mobil itu.
Kesan pertama (first impression). Kesan pertama cenderung
diabadikan dalam benak konsumen. Mereka akan menangkap positif
atau negatif dari suatu produk tergantung bagaimana produk itu
memposisikannya dalam benak konsumen. Misal: memposisikan
Pengaruh penilaian (hallo effect). Persepsi seseorang cenderung
dipengaruhi orang lain. Jika orang lain menganggap baik suatu
produk, maka konsumen biasanya percaya atas penilaian itu.
K. Minat
Minat merupakan salah satu factor psikologis manusia yang sangat penting untuk
kemajuan manusia dan keberhasilan diri seseorang. Minat juga merupakan
pendorong bagi seseorang untuk terlibat secara aktif dan mengarahkan perhatian
pada objek yang ia sukai.
Banyak factor yang mempengaruhi minat seseorang, diantaranya status social,
tingkat ekonomi, umur, bakat, pengetahuan, pekerjaan, kepribadian, dan lain-lain.
Selain itu juga, seseorang akan memiliki minat terhadap objek tertentu apabila
sebelumnya telah memiliki persepsi positif terhadap objek itu. Persepsi merupakan
penafsiran, pemberian makna, atau pengertian terhadap objek tertentu sebagai hasil
suatu pengamatan (Agus Puji Susanto, 2007).
Definisi dari minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek
untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang pada bidang tersebut (Winkel,1987: 30).
L. Minat beli konsumen
Konsumen membentuk intensi untuk membeli produk atau jasa yang di sukai,
dipengaruhi oleh :
1. Sikap atau pendirian orang lain.
Kekuatan pendirian orang lain dapat mengurangi alternative yang disukai
seseorang tergantung pada intensitas pendirian negatif orang lain terhadap
alternative yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk
menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain, dan
semakin dekat orang lain tersebut, konsumen akan semakin
menyesuaikan intensi pembeliannya.
2. Faktor situasi yang tidak diantisipasi
Konsumen membentuk suatu intensi pembelian atas dasar faktor-faktor
seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan
manfaat produk yang diharapkan. Bila konsumen bertindak, tetapi factor
situasi yang tidak terantisipasi terjadi, kemungkinan akan mengubah
minat pembelian tersebut.
3. konsep diri atau kepribadian
Menurut Kotler ( 1996: 161), setiap orang mempunyai kepribadian yang
berbeda yang akan mempengaruhi perilaku membeli. Yang dimaksud
kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan seseorang, yang
menyebabkan terjadinya jawaban yang secara relatif tetap dan bertahan
lama terhadap lingkungannya. Kepribadian orang biasanya digambarkan
sendiri, menghargai orang lain, bersifat social, sifat membela diri dan
dapat beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang bermanfaat
untuk menganalisis perilaku penbeli dan berdasarkan hal itu kepribadian
dapat diklasifikasi, dianalisis kuat-lemahnya korelasi antara tipe
kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek tertentu. Mislnya,
sebuah perusahaan komputer pribadi mungkin menemukan bahwa banyak
calon pembeli mempunyai kepribadian yang kuat dalam percaya diri,
gampang mempengaruhi, dan mandiri. Hal ini berarti bahwa dapat
dipakai suatu pendekatan periklanan yang memproyeksi kualitas-kualitas
tersebut kepada orang-orang yang membeli atau memiliki komputer.
4. Motivasi
Aspek motivasi dapat mempengaruhi benak calon pembeli ketika akan
melakukan keputusan pembelian. Seseorang menaruh minat untuk
membeli suatu produk. Mengapa demikian? Apakah yang sebenarnya dia
cari? Kebutuhan apakah yang coba ia puaskan?
Seseorang mempunyai beberapa kebutuhan yang berbeda pada suatu
waktu. Kebutuhan dapat muncul dari fisiologis seperti lapar, dahaga, dan
tidak nyaman. Dan sebagian muncul dari ketegangan psikologis seperti
kebutuhan untuk diakui, harga diri atau merasa diterima oleh
lingkungannya.
Apakah seseorang membutuhkan suatu produk karena ia memang
membutuhan hal itu sebagai kebutuhan fisiologis, atau hanya karena
Dua macam bentuk kebutuhan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemasar
atau perusahaan untuk menarik calon konsumen untuk melakukan
pembelian ( Kotler, 1990:169)
M. Pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen
Kemasan kini disadari oleh produsen bukan lagi hanya memiliki fungsi
melindungi dan membungkus produk. Persaingan produk yang semakin ketat di
pasar mengharuskan produsen untuk berfikir keras meningkatkan fungsi kemasan
untuk dapat memberikan daya tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna,
grafis, bentuk maupun desainnya. Banyak konsumen yang membeli secara sadar
akan suatu produk karena tertarik pada suatu produk karena alasan warna, bentuk
dari kemasan. Belum lagi konsumen yang membeli karena impulse buying, gara-gara
menariknya desain, atau bentuk kemasan suatu produk. Sehingga kemasan menjadi
sangat efektif untuk mendorong konsumen membeli suatu produk. (Danger,1992)
Sedangkan menurut Eric Sculz (2003), strategi kemasan itu sendiri adalah strategi
pemasaran yang diciptakan, dikembangkan, dan dikendalikan oleh bagian pemasaran
dari sebuah perusahaan untuk lebih memusatkan perhatiannya pada penciptaan,
pengembangan kemasan dari sebuah produk, supaya kosumen dapat menemukan
alasan-alasan paling kuat dan meyakinkan yang membuat mereka lebih memilih
N. Kerangka pikir
Merek pada kemasan
Bentuk pada kemasan Gambar pada
kemasan
Label pada kemasan
Evaluasi (Persepsi)
Minat beli
Warna pada kemasan
O. Hipotesa
1. ada pengaruh faktor merek pada kemasan, gambar pada kemasan, bentuk
kemasan, warna kemasan dan label pada kemasan secara bersama-sama terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan studi kasus yaitu penelitian terhadap beberapa objek yang populasinya terbatas sehingga kesimpulan yang akan ditarik terbatas pada
objek yang diteliti saja, jadi tidak berlaku secara umum.
B. Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian : Universitas Sanata Dharma Waktu penelitian : Bulan Maret 2008
C . Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diteliti adalah konsumen yang mengkonsumsi mie instant Indomie
2. Objek penelitian
Objek penelitian yang diteliti adalah faktor-faktor pada kemasan yang
mempengaruhi minat beli konsumen
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
kemasan, mengukur kemasan, berupa pernyataan dan persepsi konsumen
terhadap atribut kemasan (Merek pada kemasan, Gambar pada kemasan, Bentuk kemasan, Warna Kemasan, dan Label pada kemasan)
2. Variabel dependen
Minat beli, Mengukur minat beli konsumen terhadap produk secara keseluruhan
.
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan objek yang diteliti, dalam hal ini yang dianggap populasi adalah seluruh mahasiswa Sanata Dharma yang
menjadi konsumen mie instant Indomie .2. Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini penulis mengunakan
rumus Sloven 1960 yang dikutip Sevila 1994 (Umar Husein,1998:78) perhitungannya sebagai berikut :
Diketahui populasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma periode 2006/2007 sebanyak 10.481 (sepuluh ribu empat ratus delapan puluh satu) Mahasiswa
2
1 Ne N n
+ =
e = Persen kelonggaran,ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diiginkan 10%
N = Jumlah populasi sebanyak 10.481 mahasiwa
) 1 , 0 481 . 10 ( 1 481 . 10 2 × + = n 054 , 99 = n
Ukuran sampel yang didapat berdasarkan rumus diatas sebesar 99,054 orang Mahasiswa. Untuk mempermudah penelitian sehingga nantinya didapat data yang valid dan reliabel maka jumlah tersebut dibulatkan menjadi 100 orang
Mahasiswa. Dengan berpijak dan berlandaskan hal diatas maka diputuskan dalam penelitian ini jumlah Mahasiswa yang akan dijadikan Responden
sebanyak 100 orang Mahasiswa. .3. Teknik pengambilan sampel
Teknik yang digunakan adalah metode purposive sampling dimana
pengambilan elemen-elemen yang dimaksud dalam sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan representatif atau dapat mewakili populasi.
Selain itu untuk mempermudah dalam menyebarkan kuesioner maka digunakan metode insidental, yaitu responden yang diambil adalah orang-orang yang dapat dijumpai penulis saat penelitian dilakukan.
F. Data yang dibutuhkan
1. Data primer
2. Data sekunder
Di dapat dari laporan perpustakaan Universitas Sanata Dharma, buku-buku
teori, dll.
G . Metode pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini konsumen yang mengkonsumsi mie Instan Indomie
2. Kuesioner
Yaitu membuat sejumlah pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh sejumlah data tentang identitas dan penilaian
responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen. Untuk metode kuesioner daftar pertanyaan memiliki item sebagai variasi jawaban tiap variable untuk pertanyaan yang berhubungan dengan variable
penelitian atau pertanyaan diberi alternatif jawaban 5 kategori dengan skor 1-5 yang sesuai dengan Skala Likert yaitu:
a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju ( S ) c. Netral ( N )
H . Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Yaitu suatu alat pengukuran yang menunjukkan seberapa jauh suatu alat ukur memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya dengan menggunakan teknik Korelasi Product moment:
)
)
(
(
)
(
(
)
)(
(
2 2 2 2y
y
N
x
X
N
y
x
xy
N
rxy
∑
−
∑
∑
−
∑
∑
∑
−
∑
=
X : Nilai masing-masing butir per item
Y : Nilai seluruh butir item
RXY: Korelasi product Moment
Jika r hitung > r table dengan taraf keyakinan 95 % maka instrument
dikatakan valid
Jika r hitung < r table dengan taraf keyakinan 95 % maka instumen dikatakan
invalid
2. Uji Reliabilitas
Analisis reliabiliatas digunakan untuk menunjukan adanya penyesuaian
antara sesuatu yang diukur dengan jenis alat yang digunakan. Untuk
mengujinya dapat digunakan rumus Cronbach’s Alpha (α) sebagai berikut:
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ Σ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −
= 22
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyak butir pertanyaan
= varians total 2
t σ
2 = jumlah varians butir
b σ
Σ
(α) = 0.05
Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilfrod (Azwar,2004:98), yaitu
1. kurang dari 0,20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan. 2. 0,20 - <0,40 : Hubungan yang kecil tidak erat
3. 0,40 - <0,70 : Hubungan yang cukup erat 4. 0,70 - <0,90 : Hubungan yang erat (reliabel)
5. 0,90 - <1,00 : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel)
6. 1,00 : Hubungan yang sangat sempurna
I. Metode Analisis Data
1. Analisis data secara kualitatif
Analisis ini digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi minat
beli. Untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen digunakan alat kuesioner. Karena kuesioner masih merupakan data kualitatif,
tertinggi (sangat positif) sampai pasa terendah (sangat negatif). Adapun kriteriapenilaian/pembobotannya sebagai berikut:
Sangat Setuju (SS) = skor 5 Setuju ( S ) = skor 4 Netral ( N ) = skor 3
Tidak Setuju ( TS) =skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1
2. Analisis data secara kuantitatif
a) Untuk menguji hipotesa yaitu faktor Merek, Gambar pada kemasan, Bentuk kemasan, Warna Kemasan, dan Label kemasan secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat beli konsumen, maka diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Mencari persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan rumus:
Y= b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4+b5x5
Keterangan: Y = minat beli
X1= merek
X2= gambar pada kemasan
a = konstanta
b1 = koefisien regresi X1
b2 = koefisien regresi X2 b3 = koefisien regresi X3 b4 = koefisien regresi X4
b5 = koefisien regresi X5
2) Untuk mencari pengaruh variabel bebas X1, X2, X3, X4,dan X5 terhadap
variabel tergantung yaitu jumlah tabungan (Y) digunakan rumus:
∑
∑
+
∑
+
∑
+
∑
+
∑
=
1
1
2
2
3
2
3
4
4
5
5
)
5
,
4
,
3
,
2
,
1
(
y
y
x
b
y
x
b
y
x
b
y
x
b
y
x
b
ry
keterangan:Ry (1,2,3,4,5) = koefisien korelasi
b1,b2,b3,b4,b5 = koefisien regresi x1,x2,x3,x4,x5 X1 = merek
X2 = gambar pada kemasan
X3 = bentuk kemasan X4 = warna kemasan
3) Untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak, maka diadakan uji F:
(
)
(
2)
2 1 1 R m m N R Freg − − − = keterangan:F regresi = harga F regresi yang dicari N = banyaknya subjek yang telibat m = banyaknya prediktor
R² = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktor
Langkah-langkah:
• Perumusan hipotesis
HO : secara bersama-sama variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
HA : secara bersama-sama variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
• Menentukan nilai kriris dalam distribusi F dengan tingkat signifikasi( α) adalah 5 % dan derajat bebasnya ( k; n-k-1)
• Menghitung nilai F hitung dengan program SPSS • Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa:
b) Untuk menjawab masalah kedua yaitu atribut kemasan manakah yang paling mempengaruhi minat beli konsumen, dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi
persamaan regresi beganda. Koefisien persamaan regresi berganda yang signifikan (level of significant 5%) dan terbesarlah yang paling mempengaruhi minat beli konsumen.
3. Koefisien Determinasi
Derajat ketetapan atau koefisien determinasi yaitu untuk mengetahui seberapa besar variasi dalam varaiabel dependent (minat beli) yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independent ( merek pada kemasan, gambar pada kemasan,
bentuk kemasan, warna kemasan, dan label kemasan) secara bersama-sama. Adapun rumus yang digunakan ( Algiafri, 1997: 36) adalah:
∑
∑
+
∑
+
∑
+
∑
+
∑
=
22
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SEJARAH USD
Sejarah berdirinya Universitas Sanata Dharma, diawali dengan Perguruan
Tinggi Pendidikan Guru Sanana Dharma (PTPG-SD). Selanjutnya PTPG tersebut
mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan
didunia pendidikan.
PTPG Sanata Dharma (1955 – 1958)
Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh Prof.
Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI) pada tahun
1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo Societas Jesus
(Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.). Waktu itu Ordo ini telah membuka
kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik (Yayasan De Britto) di Yogyakarta yang dikelola
oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang
dikelola oleh pater W.J. Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J.
Dengan dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater
Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus
PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah
pada tanggal 17 Desember 1955.
Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 Jurusan, yaitu Bahasa
Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat Yesus
menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma
dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan
Nama “Sanata Dharma” diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu
itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor
Wali Gereja Indonesia. “Sanata Dharma” sebenarnya dibaca “Sanyata Dharma”, yang
berarti “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”. Kebaktian dan
pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria et Eclessia).
FKIP Sanata Dharma (1958 – 1965)
Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini
Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG
menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah
menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan merupakan
bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini
Sanata Dharma berhasil memperoleh status “disamakan” dengan negeri berdasarkan
SK Menteri PTIP No.1 / 1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77 / 1962 tanggal 11
Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP
IKIP Sanata Dharma (1965 - 1993)
Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas Katolik
Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata Dharma sebagai
sebuah institusi pendidikan, FKIP Santa Dharma berubah menjadi IKIP Sanata
Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No. 237 / B – Swt / U / 1965. Surat Keputusan
ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965.
Selain melaksanakan Program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana),
IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program Diploma I,
II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS,
dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya
dibika program Diploma II PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar).
Universitas Sanata Dharma (1993 sampai sekarang)
Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK
Mendikbud No. 46 / D / O / 1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi
Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan
perkembangan ini USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru
sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan
teknologi.