• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen : studi kasus pada kemasan mie instan merk Indomie terhadap mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen : studi kasus pada kemasan mie instan merk Indomie terhadap mahasiswa Universitas Sanata Dharma - USD Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KEMASAN TERHADAP MINAT

BELI KONSUMEN

Studi Kasus Pada Kemasan Mie Instan merek Indomie terhadap Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :

Nama : Ferdinand NIM : 032214072

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Halaman Persembahan

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

á

Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya dan curahan

kasih-Nya

.

Papa dan Mama yang telah membesarkanku dengan penuh kasih

sayang. Semoga karya sederhana ini dapat menjadi salah satu

bagian dari wujud tanggung jawabku dalam menempuh

pendidikan tinggi

di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Adiku tersayang, Anastasia Selvina Lodi

Cintaku, Bintang Apriliana

Sahabat-sahabatku

*

Almamaterku tercinta.

(5)

Halaman Motto

Jika Tuhan memberikan sesuatu kepada kita untuk dilakukan,

maka Ia akan memberikan kekuatan untuk menyelesaikannya

juga.

Setia pada perkara-perkara kecil, maka kamu akan diberikan

perkara-perkara yang lebih besar dari Tuhan

Hanya ada satu hal yang lebih menyakitkan dari kesalahan,

dan itu adalah tidak belajar dari kesalahan.

Yang terbesar dari semua kekurangan adalah membayangkan

dirimu tidak mempunyai apa pun.

Life isn’t about finding yourself. But, life is about creating

yourself ”

(6)
(7)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KEMASAN TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN

Studi Kasus Pada Kemasan Mie Instan merek Indomie

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk menjelaskan pengaruh merek,

gambar, bentuk, warna dan label pada kemasan secara bersama-sama terhadap

minat beli konsumen; 2) untuk mengetahui atribut kemasan yang paling

mempengaruhi minat beli konsumen.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan kuisioner.

Analisis data terdiri dari dua bagian yaitu 1) analisis deskriptif untuk

mendeskripsikan identitas responden dan variabel-variabel penelitian; 2) analisis

regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh atribut-atribut kemasan secara

bersama-sama terhadap minat beli konsumen.

Hasi penelitian menunjukan 1) karakteristik responden yang memiliki

minat beli Indomie paling tinggi adalah responden dengan karakteristik sebagai

berikut: responden dengan jenis kelamin laki-laki, responden yang berusia 21

tahun – 25 tahun, dan responden yang memiliki uang saku per bulan Rp.

500.000,-; 2) variabel merek, gambar, bentuk, warna, dan label pada kemasan

secara bersama-sama mempengaruhi minat beli; 3) atribut kemasan yang paling

mempengaruhi minat beli konsumen adalah warna kemasan, 4) minat beli secara

bersama-sama dapat dijelaskan oleh variabel merek pada kemasan, gambar pada

kemasan, bentuk kemasan, warna kemasan, dan label kemasana sebesar 51,3 %,

sedangkan sisanya 48,7 % dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.. ≤

(8)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF PACKAGING INFLUENCE ON CONSUMERS INTENTION TO BUY

A Case Study on Indomie instant noodle product

The purposes of this research are 1) Explain the impact of brand, picture,

share, color and label at packaging simultaneously on consumers intention to buy;

2) to identify packaging attribute that influence most on consumers intention to

buy.

The data collecting techniques applied are observation and questioner.

Data analysis involved are 1) descriptive analysis to describe respondents identity

and some research variables; 2) multiple linear regression analysis to identify the

packaging attributes that influence most on simultaneously to intention to buy

consumers.

Results of this research show 1) respondents who have the highest

intention to buy are male, age between 21 - 25 years, and have allowance less than

Rp. 500000,-; 2) brand, picture, share, colors, and label at packaging

simultaneously influence the consumers intention; 3) the attribute of packaging

that influences most on respondents intention to buy is packaging color, 4). brand,

picture, share, colors, and label packaging explain the respondents intention to

buy 51,3 %, while the rest of 48,7 % explained by other variables.

(9)
(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ANALISIS PENGARUH KEMASAN TERHADAP MINAT

BELI KONSUMEN ”, studi kasus pada kemasan mie instant merek Indomie terhadap mahasiswa Universitas Sanata Dharma. Penulisan ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Sanata

Dharma pada program studi Manajemen.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Alex Kahu Lantum, M.S.; selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. G. Hendra Poerwanto, M.Si.; selaku Ketua Program Studi

Manajemen Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak A. Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A. ; selaku Dosen Pembimbing I yang

telah berkenan membimbing dan memberikan saran dengan penuh kesabaran

hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak V. Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. ; selaku Dosen Pembimbing II

yang telah berkenan membimbing dan memberikan saran dengan penuh

kesabaran hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Marianus M Modesir., M.M ; selaku dosen penguji.

(11)

6. Bapak Drs. A Triwanggono., M.S ; selaku dosen penguji

7. Seluruh Dosen Program studi Manajemen dan karyawan Universitas Sanata

Dharma yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di Universitas

Sanata Dharma.

8. Rekan-rekan mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membantu penulis mengisi kuisioner.

9. Kedua orang tuaku, Yohannes Ridwan Lodi dan Tiniaty Mursalim yang telah

memberikan doa, semangat, materiil dan semuanya untuk anakmu yang

bandel ini. Serta adikku Anastasia Selvina Lodi, tanpa kalian aku bukan

apa-apa.

10. Seluruh keluarga besar papa dan mamaku. Terima kasih atas semuanya.

11. My Lovely star, Bintang Apriliana yang selalu menemani, menyayangi dan

memberikanku semangat. Terima kasih atas kebersamaan dan dukungannya

selama ini. Love you, mprit.

12. Teman-teman Manajemen angkatan 2003 yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas semuanya..

13. Teman-teman Fakultas Ekonomi yang lain : Dominikus Heru, Fransiskus SM,

Primus, Fika Nurliana, Yanie, Sarah, Tias, Mba Agit, dll. Thanks For All.

14. Cansas Grandes Community : Wisnu “Jongos”, Indra “Indrug”, Aris, Gogon,

Edi Waskito, Lukas Pamungkas “Pak wiwied”, Toni “ Pak Ponco”, Sukro

“Pak Rendi”, Rendol “Pak Lukas”, Boy “Hero Str”, Amin, Agustinus Heru

Kristianto, Pram, Wawan “Supermen”, Agung “Sang Hero”, Ari “Grandong”

yang selalu telat, Jabrik “Pahlawanku”. Kita akan segera bertemu lagi.

(12)

15. Teman-teman kos Intan : Bu wiwied, Yeyen, Dita, Fifi, dll. Thanks for all.

16. Teman-teman AC. Anilop : Marcel, Pram “Grandes”, Heru “Benalu”, Dedi

“Bekam”, Bowo, Andre, LiLik, dll. Tengkyu.

17. Semua teman-temanku dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata

Dharma. (Aku bingung, koq temen-temen ku malah lebih banyak anak teknik

daripada anak ekonominya yah?) Tapi, makasih yah buat semuanya.

18. Teman-teman dari Jakarta : Pandi “Pak polisi”, Ida, Catur, Viky PIS, Eldot,

Cupri, Yan, Riko, Ivan “domplax”, Ipin, Risman, Dhani, Simplisius Dioni,

Ruri, Beruk, Eko, Ella, Wawan, Mantri. Terima kasih yah semuanya.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan serta bantuannya guna penyusunan karya tulis ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan lebih

lanjut. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi

pembaca.

Yogyakarta, 31 Mei 2008

Penulis

Ferdinand

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………..….. i

HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………..iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..……iv

HALAMAN MOTTO ………... ………..…….v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………..……vi

ABSTRAK.……..………...………....vii

ABSTRACT ..………...…viii

KATA PENGANTAR ………..…...ix

DAFTAR ISI ………...……. xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………..1

B. Rumusan Masalah ………... 5

C. Batasan Masalah ………...5

D. Tujuan Penelitian ………. 6

E. Manfaat Penelitian ……….. ……….. 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran ………. ………. …... 8

(14)

B. Produk ………... ………. 9

C. Kemasan …….. ………..11

D. Strategi Kemasan..………...13

E. Atribut Kemasan ……….14

F. Fungsi Kemasan ...… ………..………19

G. Kelebihan dan Kekurangan Kemasan.. ...………..21

H. Pengertian Perilaku Konsumen………23

I. Model Perilaku Konsumen ………...…..…23

J. Persepsi Konsumen………..25

K. Minat………28

L. Minat beli Konsumen………..29

M. Pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen………..31

N. Kerangka pikir……….32

O. Hipotesa………...…32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………...33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….33

C. Subjek dan Objek Penelitian ……….…..33

D. Variabel Penelitian ……….….33

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ………..……34

F. Data yang dibutuhkan ………...35

(15)

G. Metode Pengumpulan Data ……… 36

H. Teknik Pengujian Instrumen………... 37

1. Uji Validitas ………..37

2. Uji Reliabilitas ………..37

I. Metode Analisis Data ………..…….. 30

1. Analisis data secara kualitatif ……….……..38

2. Analisis data secara kuantitatif ……….39

3. Atribut yang paling berpengaruh………..…….41

4. Koefisien Determinasi ……….……… 42

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Universitas Sanata Dharma ( USD ) 1. Sejarah USD……… ……….……..…..43

2. Visi dan Misi USD………..….…..…46

3. Tujuan Pendidikan USD………... ………... 47

4. Lokasi ……… ...………...48

5. Fasilitas………..48

6. Jumlah mahasiswa USD …………...………...…..….. 49

B. PT.Indofood Sukses Makmur 1. Sejarah Perusahaan ………..………...……. 50

2. Visi Perusahaan dan Kegiatan Pemasaran …….………..… 51

3. Profil perusahaan……….. ………..…………..52

(16)

C. Indomie………56

1. Jenis-jenis Indomie………...………….56

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ……….. 59

1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………...60

2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia………...60

3. Distribusi Responden Berdasarkan Uang saku per bulan………..………61

4. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pembelian……….62

5. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Mengkonsumsi …………63

B. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……….………..64

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel merek pada kemasan………65

2. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel gambar pada kemasan…..…66

3. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel bentuk kemasan………67

4. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel warna kemasan………….…68

5. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel label pada kemasan……...…69

6. Analisis Validitas dan Reliabilitas variabel minat beli………..…70

C. Analisis Skor Variabel Penelitian………72

1. Merek pada kemasan……….73

2. Gambar pada kemasan………...74

3. Bentuk Kemasan………75

4. Warna Kemasan……….76

5. Label pada Kemasan………..77

(17)

6. Minat beli ………..78

a. Berdasarkan Jenis Kelamin………..79

b. Berdasarkan Usia ……….81

c. Berdasarkan uang saku per bulan……….84

d. Seluruh Responden………...88

D. Pengujian Hipotesis Penelitian ………..……...………. 89

E. Pembahasan ………... 94

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ………...………99

B. Saran ……….………..100

C. Keterbatasan Penelitian ………..102

Daftar Pustaka

Lampiran

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemasan adalah pelindung dari suatu barang, baik barang biasa mau pun

barang-barang hasil produksi industri. Dalam dunia industri kemasan merupakan pemenuhan

suatu kebutuhan akibat adanya hubungan antara penghasil barang dengan masyarakat

pembeli. Untuk keperluan ini kemasan harus dapat menyandang beberapa fungsi

yang harus dimilikinya seperti:

1. Tempat atau wadah dalam bentuk tertentu dan dapat melindungi barang dari

kemungkinan rusak, sejak keluar dari pabrik sampai ke tangan pembeli,

bahkan masih dapat digunakan sebagai wadah setelah isi barang habis

terpakai, (dalam hal ini wadah tersebut masih menyandang fungsi iklannya).

2. Kemasan bukan hanya sebuah bungkus, tapi juga pelengkap rumah tangga;

sebush botol kecap bagus dengan etiketnya yang menarik dapat

menyemarakkan suasana tertentu di meja makan atau lemari di dapur; sebuah

tempat kertas lap “Klenex” yang didesain menarik dapat memperindah kamar

mandi dan botol parfum yang cantik memberikan kekhasan meja berhias

seorang gadis.

3. Mutu kemasan dapat menumbuhkan kepercayaan dan pelengkap citradiri dan

mempengaruhi calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap barang

(19)

4. Kemasan mempunyai kemudahan dalam pemakaiannya (buka, tutup, pegang,

bawa) tanpa mengurangi mutu ketahanannya dalam melindungi barang.

5. Rupa luar kemasan harus sesegera mungkin menimbulkan kesan yang benar

tentang jenis isi barang yang dikemas.

6. Perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk, sehingga efisien dan

tidak sulit dalam hal pengepakan, pengiriman serta penempatan, demikian

pula penyusunan dalam lemari pajang.

7. Melalui bentuk dan tata rupa yang dimilikinya kemasan berfungsi sebagai

alat pemasar untuk mempertinggi daya jual barang. Dalam fungsi ini desain

bentuk-kemasan harus mendapat dukungan penuh dari unsur

desain-grafisnya, sehingga bentuk kemasan selain menarik harus dapat

menyampaikan keterangan dan pesan-pesannya sendiri.

Mengingat konsumen Indonesia yang sebagian besar masih terbatas kemampuan

melek hurufnya, maka sampai dengan pertengahan abad ini kita masih melihat

bahasa gambar sangat banyak dipergunakan di samping bahasa warna dan huruf. Hal

ini, dibuktikan dalam desain-desain merek-dagang, etiket kemasan, serta penggunaan

warna untuk memperkuat identitas produk tersebut.

Keberhasilan pemasaran suatu barang, tidak hanya ditentukan oleh mutu barang

serta usaha promosi yang dilakukan, tetapi juga dalam upaya yang sama oleh mutu

dan penampilan kemasan itu sendiri. Untuk kenyataan ini kita kenal filsafat

pemasaran yang sudah lazim sejak abad ke 19 di Inggris “the product is the

(20)

kemasan adalah bahagian yang tak terpisah dari barang produk, sehingga tidak

mengherankan bila sebuah biro perencanaan grafis bersikap “Kami tak dapat

menaikkan mutu barang produk, karena itu kami tingkatan kemasannya”.

Karena itu mutu lain dari sebuah kemasan dinilai dari kemampuannya dalam

memenuhi fungsi, di mana kemasan dituntut untuk memiliki daya tarik yang lebih

besar daripada barang yang dibungkus di dalamnya. Keberhasilan daya tarik

kemasan ditentukan oleh estetik yang menjadi bahan pertimbangan sejak awal

perencanaan bentuk kemasan, karena pada dasarnya nilai estetik harus terkandung

dalam keserasian antara bentuk dan penataan desain grafis tanpa melupakan kesan

jenis, ciri dan sifat barang yang diproduksi.

Bahasa desain grafis adalah bahasa visual, bahasa simbol yang diungkapkan

melalui gambar, bentuk, warna dan aksara. Grafis harus dapat mengantarkan pesan

yang ingin disampaikan oleh produsen barang lewat kemasan yang diciptakan; baik

informasi mengenai isi maupun penjelasan mengenai cara pemakaian produk

tersebut. Pemilihan tipe huruf yang berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu

saling menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak dengan teknik

percetakan yang baik, akan membawakan pesan yang langsung ataupun yang tidak

langsung dari barang tersebut terhadap kualitas dan nilainya. Gambar dan tulisan

(teks), tidak saja penting sebagai daya tarik tetapi terutama cergas untuk

berkomunikasi dengan konsumen tentang keterangan-keterangan yang diinginkan.

Dapat kita bayangkan persaingan ketat yang akan dihadapi oleh sebuah

(21)

berpuluh-puluh jumlahnya. Bagi kemasan yang mempergunakan unsur grafis dan

warna dengan lebih seksama tentu akan tampil sebagai pemikat utama bagi calon

pembeli. Apalagi bila disadari bahwa daya ingat manusia terhadap bentuk lebih

lamban dibanding terhadap warna dan orang dapat lupa terhadap nama sebuah

produk tapi sukar lupa terhadap warna kemasnya. Sebagai contoh hal ini jelas terlihat

pada kemasan film, Kodak (kuning), Fuji Color (hijau), Corned beef Cip/Pronas dan

sardencis (merah), Sari Ayu (coklat tua), Mustika Ratu (merah tua).

Kemudian seiring dengan derap kemajuan ekonomi kita, telah pula dimulai

menggiatkan ekspor maupun impor barang-barang produksi dalam negeri ke

berbagai negara. Upaya ini tentunya harus didukung oleh mutu barang dan sekaligus

mutu kemasannya yang berwibawa dan berdaya jual. Mengenai perencanaan

kemasan ini beberapa hal yang kiranya bisa diperhatikan untuk menjadi bahan

pertimbangan bagi para produsen dan perencana grafis Indonesia.

- Beberapa bentuk kemasan berikut grafisnya dari sebuah barang yang diproduksi

untuk pasar luar negeri sebaiknya tidak dibuat sama seperti yang dipasarkan untuk

dalam negeri.

- Peka dan faham terhadap berbagai ragam kebudayaan dunia sangat penting dalam

memperhitungkan desain kemas untuk ekspor. Hal ini didasari oleh adanya faktor

lingkungan setempat yang harus dipertimbangkan.

- Lazimnya kemasan yang akan dipasarkan telah melalui hasil riset di atas dan uji

(22)

grafisnya, mengingat tingginya fakta perbedaan iklim, bahasa, kemampuan

membaca, syarat perdagangan, pajak, lalu lintas pengiriman dan lain-lain.

- Setiap barang produk yang akan diekspor, haruslah juga melengkapi desain

kemasannya dengan persyaratan kode komputerisasi yang telah dipakai di

mana-mana, untuk memudahkan penghitungan harga.

- Harus pula mempertimbangkan penggunaan unsur simbolisme yang diucapkan

melalui bentuk dan warna. Hal ini disebabkan karena kebudayaan, kultur, dan ciri

khas daerah setempat yang berbeda-beda.

Perancangan desain kemasan yang sesuai akan mendorong konsumen

membeli suatu produk, sedangkan perancangan yang salah, malah akan mematikan

penjualan produk tersebut.

Dengan permasalahan diatas, penyusun tertarik untuk meneliti bagaimana

pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen, maka dalam penelitian ini penulis

mengambil judul “Analisis pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk merumuskan

(23)

1. Apakah merek pada kemasan, gambar pada kemasan, bentuk kemasan, warna kemasan dan label pada kemasan secara bersama-sama mempengaruhi minat beli konsumen?

2. Atribut kemasan manakah yang paling mempengaruhi minat beli

konsumen?

C. Batasan Masalah

Kemasan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kemasan primer pada

produk Mie instan Indomie

Faktor-faktor yang akan diteliti adalah :

1. Merek pada kemasan

2. Gambar pada kemasan

3. Bentuk kemasan

4. Warna Kemasan

5. Label kemasan

Dan konsumen yang dimaksud adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah merek pada kemasan, gambar pada kemasan, bentuk

kemasan, warna kemasan dan label pada kemasan secara bersama-sama mempengaruhi minat beli konsumen?

2. Untuk mengetahui atribut kemasan apakah yang paling mempengaruhi minat beli

(24)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak perusahaan, penulisan ini dapat dijadikan pertimbangan untuk

menjalankan kebijakan atau strategi perusahaan yang diterapkan saat ini. Penelitian

ini diharapkan membantu perusahaan agar dapat menggunakan kemasan secara

efektif, sehingga tujuan komunikasi dan promosi pemasaran perusahaan dapat

tercapai dan diterima dengan baik oleh konsumen. Penelitian ini juga diharapkan

membantu perusahaan untuk melihat respon atau persepsi konsumen terhadap atribut

suatu produk, yang dalam hal ini adalah kemasan, sehingga perusahaan dapat

menentukan kemasan yang sesuai dengan produknya secara efektif dan efisien.

2. Bagi penulis, penulisan ini merupakan penerapan disiplin ilmu yang telah didapat

selama ini.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pemasaran

Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari

kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan

kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton,

1997).

Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai

suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan

barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun kelompok pembeli.

Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi sumber-sumber

dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial

perusahaan.

Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses

sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan

produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan

antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa

yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan

(26)

Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi:

kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai,

biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta

prospek.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan perusahaan

terhadap pemasarannya, yaitu: (1) Lingkungan Eksternal Sistem Pemasaran.

Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan

masyarakat dalam menerima atau menolak produk perusahaan, politik dan peraturan

pemerintah, keadaan perekonomian, kependudukan serta munculnya pesaing; (2)

Variabel Internal Sistem Pemasaran. Variabel ini dapat dikendalikan oleh

perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan pemasaran (kemampuan

produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen bauran pemasaran yang

meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi (Swastha, 2002).

B. Produk

Produk dapat di definisikan sebagai apa saja yang dapat memenuhi keinginan

atau kebutuhan dalam hal penggunaaan, konsumsi, atau akuisisi. Jadi, produk

termasuk objek (TV, radio, mobil), jasa (kesehatan, pendidikan), tempat (New York,

Bali), orang (Bill Clinton, Ronald Reagan), kegiatan (mengikuti konte, mengunjungi

klinik penurunan berat badan), dan ide (sudahkah anda memeluk anak anda hari

(27)

Produk harus dipandang sebagai pemecah masalah jika mereka dibeli karena manfaat

yang dihasilkannya, bukan karena produk itu semata ( Kotler & Amstrong, 2001:

264)

Atribut produk

Pengembangan suatu produk mengharuskan perusahaan memperhatikan

atribut-atribut produk apa saja yang hendak dikembangkan dan mana yang sebaiknya

dipertahankan. Sebab apabila suatu produk memiliki atribut atau sifat-sifat yang

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembelinya, maka produk tersebut dianggap

cocok oleh konsumen.Produk yang demikian akan menjadi produk yang berhasil.

Pengertian atribut produk menuru Indriyo Gitosudarmo (1995:188) adalah :

“ suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk-produk tersebut dapat memenuhikebutuhan dan keinginan yang diharapkan oleh pembeli.”

Sedangkan pengertian atribut produk menurut Tjiptoyono (1995 : 188) adalah:

“unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, harga, rasa, kemasan, warna, dan lain-lain.”

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

(28)

menimbulkan manfaat bagi produk tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan

dan keinginan konsumen.

C. Kemasan

Kemasan meliputi juga berbagai variasi seprti pembungkus langsung yang

mungkin betul-betul diperlukan, dan karton atau bagian luar yang mempunyai fungsi

pajang serta fungsi distribusi

Setiap kemasan apapun sifatnya, membantu pengemasan memenuhi

peranannya dalam proses pemasaran. Kemasan ideal harus efektif melindungi isinya,

harus memberikan sumbangan yang realitas pada distribusi yang efektif, dan harus

dengan biaya yang efektif dalam pengertian tidak melebihi proporsi manfaatnya.

Bagaimanapun, fungsi yang paling penting adalah bagian yang berperan dalam

penjualan. Kemasan yang ideal secara bersama-sama dari segi fungsional, ekonomi,

dan penjualan Misalnya, kemasan tersebut harus mudah dipegang, mudah dibuka,

dan kelihatan bagus.

Kemasan seharusnya merupakan kesan singkat dari citra produk yang ingin

disampaikan oleh pabrik, dan kemasan haruslah terpadu dengan fungsi produk.

Memasukan identitas produk ke pikiran pelanggan merupakan bagian penting dari

pemasaran dan penjualan yang baik.

Kemasan memainkan peranan penting dalam identitas produk karena kemasan

merupakan penghubung yang penting antara pabrik, pengecer, dan pelanggan.

Kemasan merupakan bagian terpadu dari rencana pemasaran dan harus

(29)

• Membuat daya tarik pada kemasan dan produk isinya.

• Bertindak sebagai pengingat iklan produk

• Menciptakan dorongan untuk membeli produk, karena telah diiklankan.

• Mempromosikan citra merek jika memungkinkan

Sedangkan pengertian dari kemasan menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Peter Salim & Yenny Salaim mengartikan kemasan sebagai berikut:

“ Bungkus yang seharusnya digunakan untuk melindungi barang dagangan, hasil produksi, dan sebagainya.”

Pendapat Eric Schulz ( 2003:114) mengenai kemasan adalah:

“ Kemasan adalah cara terbaik untuk menyampaikan kepada konsumen alas an yang paling menarik dan tak terbantahkan agar membeli produk anda”

Kemasan yang umum digunakan oleh perusahaan di bagi menjadi tiga, yaitu:

1. Kemasan primer

Yang dimaksud sebagai kemasan primer adalah kemasan dari sebuah produk,

dengan kata lain kemasan primer adalah kemasan dari produk eceran atau

produk yang dijual satuan. Contoh dari kemasan primer adalah bolpoint,

pensil, kaset, minuman kaleng, dan produk lainnya yang dijual satuan.

(30)

Kemasan sekunder adalah kemasan dari kemasan primer. Kemasan sekunder

ini berisi lebih dari satu atau beberapa produk yang sudah memiliki kemasan.

Contohnya satu pak bolpoint, satu pack minuman kaleng, dan sebagainya.

3. Kemasan delivery

Kemasn delivery adalah kemasan yang digunakan untuk mengirim

produk-produk, jadi kemasan delivery ini berisi beberapa produk yang sudah dikemas

baik secara primer maupun sekunder. Contohnya satu krat bir, satu dus

Indomie, dan sebagainya.

D. Strategi Kemasan

Banyak bukti menunjukan bahwa iklan takkan mampu menjangkau semua

konsumen potensial dari sebuah produk, Bahkan kampanye atau iklan terbaik dan

termahal sekalipun hanya mampu menjangkau 70 persen dari target pemirsa.

Satu-satunya tempat dimana perusahaan dijamin dapat berbicara dengan konsumen

mengenai produknya adalah pada saat pembelian. Hanya pada saat konsumen berdiri

di dekat rak took dan siap untuk memilih, sementara produk dari perusahaan itu

tepajang pada bagian kompetitif, saat itulah perusahaan tersebut mendapat

kesempatan 100 persen untuk menyampaikan mengapa orang tersebut harus membeli

merknya dan bukan merk perusahaan orang lain. Disinilah mengapa strategi kemasan

perlu dikembangkan oleh sebuah perusahaan karena pengemasan adalah jalan terbaik

untuk mengkomunikasikan alasan-alasan paling kuat dan meyakinkan yang membuat

(31)

konsumen sampai pada saat mereka mengambil produk itu di rak toko ( Eric

Sculz,2003:100 )

Strategi kemasan itu sendiri adalah strategi pemasaran yang diciptakan,

dikembangkan, dan dikendalikan oleh bagian pemasaran dari sebuah perusahaan

untuk lebih memusatkan perhatiannya pada penciptaan, pengembangan kemasan dari

sebuah produk, supaya kosumen dapat menemukan alasan-alasan paling kuat dan

meyakinkan yang membuat mereka lebih memilih produk tersebut.

E. Atribut Kemasan

Kemasan merupakan pembungkus dari sebuah produk yang dimana pada

dewasa ini telah mengalami perluasan fungsi. Perluasan fungsi tersebut kemudian

menuntut kemasan untuk memilik atribut yang dapat membuat sebuah produk dapat

memenuhi harapan konsumennya dan dapat memudahkan konsumennya dalam

menggunakan maupun mengingat produk tersebut.

Atribut dari kemasan sebuah produk yang menurut penulis sering dijumpai dan

umum digunakan dalam kemasan, diantaranya adalah:

1. Merek pada kemasan

Merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasi dari

hal-hal tersebut, yang dimaskudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa

dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk

pesaing (Kotler, 2000:460). Merek atau yang paling sering disebut sebagai

nama sebuah produk, merupakan unsur yang paling penting dari sebuah

(32)

konsumennya, konsumen juga akan meragukan produk tersebut dikemudian

hari. Banyak orang bilang bahwa merek secara dominan diwakili oleh desain

visual yang mudah ditangkap artinya dan unik. Padahal kalau dipelajari lebih

dalam lagi, pengertian merek bukanlah demikian. Ada makna khusus dari

produk yang baru diluncurkan seperti yang dikemukakan oleh Marty

Neumeier ( 2003). Intinya adalah diferensiasi. Yakni sampai dimana produk

itu mampu membangun citra khusus, unik atau berbeda pada masyarakat

kosumen. Bila terdapat suatu citra merek produk, warna mereknya harus

diseleksi karena cocok untuk makanan, tetapi citra atau variasi yang berbeda

dapat dibedakan dengan panel berwarna yang sesuai agar mudah dibaca (

Danger, 1992: 198).

2. Gambar pada kemasan

Faktor yang paling penting dalam mencapai daya tarik pelanggan adalah daya

tarik visual, dan ini sama sekali terlepas dari sifat produk atau atribut lainnya

seperti penambahan rasa (Danger, 1992: 21). Gambar merupakan unsur yang

juga sering dijumpai pada kemasan sebuah produk. Gambar pada kemasan

dapat dijadikan daya tarik visual bagi sebuah kemasan, denga adanya gambar

yang menarik akan membuat konsumen tertarik dan akhirnya membeli

sebuah produk. Gambar ini juga digunakan sebagai ciri khas dari sebuah

produk yang dapat memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Seperti

yang telah dikemukakan oelh Marty Neumier (2003) bahwa desain grafis

dengan konsep jelas, taktis dan strategis sangat membantu para tenaga

(33)

dengan konsep visualisasi ini. Intinya adalah diferensiasi. Yakni produk itu

mampu membangun citra khusu, unik atau berbeda pada masyarakat

konsumen dengan gambar atau logo.

3. Bentuk kemasan

Bentuk sebuah kemasan merupakan pendorong utama yang membantu

menciptakan seluruh daya tarik visual. Bentuk sebuah kemasan tentu saja

berpengaruh terhadap penjualan, dan pengalaman ini menunjukan bahwa

perubahan bentuk dari sebuah kemasan menimbulkan suatu perbedaan

(Danger, 1992:23). Sebagian besar konsumen secara tidak langsung dalam

membeli sebuah produk memiliki beberapa kriteria diantaranya adalah bahwa

produk tersebut praktis atau mudah digunakan dan mudah pula untuk dibawa,

dibandingkan dengan bentuk yang tidak praktis dan sulit untuk dibawa

ditambah dengan ukuran yang besar. Selain itu, bentuk yang unik dan identik

dengan peusahaan, akan memudahkan mereka untuk menemukan produk

tersebut diantara ribuan produk di toko dan memudahkan untuk

mengingatnya (Eric Schulz, 2003:101-102). Untuk produk yang di pasarkan

di pasar swalayan atau toko, bentuk dan ukuran harus diperhitungkan karena

perusahaan hanya akan memiliki jatah beberapa persen saja dari keseluruhan

barang yang dijual di tempat tersebut. Dengan bentuk ukuran yang efisien

atau tidak banyak makan tempat, perusahaan tersebut akan dapat meletakan

produknya lebih banyak daripada produk lain yang sejenis di toko tersebut.

(34)

konsumen diantaranya adalah kemudahan pemakaian, kemudahan membawa

dan kemudahan penggunaannya.

4. Warna Kemasan

Unsur lain dari kemasan adalah warna, sebagian besar produk mengandalkan

permainan warna dalam kemasan untuk menarik konsumennya, memudahkan

menemukan produk tersebut diantara ribuan produk disebuah toko dan

memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Pemilihan warna adalah salah

satu hal yang sangat penting dalam menentukan respon dari pengunjung,

karena warna adalah hal yang pertama dilihat oleh pengunjung (Idarmadi,

2003:2). Orang pertama-tama melihat warna kemasan. Bentuk, penampilan,

produk dalam kemasan diperhatikan kemudian. Warna sangat vital pada

penjualan secara spontan karena warna menarik perhatian pelanggan dan

dapat menciptakan penjualan; ini juga sangat penting pada pembelanjaan di

supermarket diman hany sedikit orang yang mempunyai waktu pertimbangan

yang matang dan disutulah kemasan yang berdaya tarik pada pelanggan

menjadi kemasan yang menjual (danger, 1992: 24). Warna memiliki konotasi

indrawi yang sangat penting. Satu penelitian menguji satu merek deodorant

rool-on yang dikemas dalam tiga tabung yang berbeda-beda. Kebanyakan

responden menyimpulkan produk berwarna tertentu cepat mongering dan

efektif, produk kedua memilik aroma yang kuat, dan produk ketiga tidak

efektif dan bikin gatal. Reaksi konsumen bisa berbeda-beda padahal

produknya identik. Ini terjadi hanya karena factor perbedaan warna kemasan

(35)

5. Label kemasan

Pada konteks sekarang, pemberian label berhubungan dengan data yang harus

mencakup pada kemasan, dan bukan pada signifikansi dari label yang

dipasang pada kemasan karena sebagai lawan dari cetak langsung. Label pada

kemasan terdiri atas informasi mengenai manfaat prodik, mengenai cara

penyajian, mengenai komposisi produk, berat, tanda yang jelas mengenai

bahaya, instruksi penyimpanan, harga, kode barang, dan isi kemasan (Danger,

1992 :137-138). Konsumen melakukan pembelian karena mereka mencari

manfaat yang disediakan produk tersebut. Sehingga, tempat terbaik unttk

menyampaikan manfaat-manfaat dari sebuah produk adalah pada bagian

depan kemasan. Disinilah perusahaan dapat mengatakan pada konsumen

bahwa mereknya memberikan manfaat yang diinginkan secara lebih baik

dibandingkan produk-produk pesaing (Eric Schulz, 2003: 100). Termasuk

didalamnya adalah komposisi dari produk, pada kemasan biasanya tercantum

manfaat dari komposisi produknya. Tingginya kesadaran akan pentingnya

sumber makanan sehat mendorong konsumen untuk mengetahui lebih

banyak, bagaimana produk-produk tersebut dihasilkan dan cara menguji

kadar nutrisinya. Tuntutan ini pula yang akhirnya membuat produsen

membuka pintu lebar-lebar bagi kosumen, dan membeberkan rahasia atau

teknik penanaman sumber pangan tersebut (Radio Singapore International,

2004). Informasi mengenai cara penyajian merupakan salah satu unsur yang

(36)

cara penyajian karena dengan tercantumnya kemudahan penyajiannya akan

membantu konsumen dalam membuat produk tersebut dan mereka tidak akan

mengalami kesulitan, jika tidak konsumen akan meninggalkan produk

tersebut ( Eric Schulz, 2003: 101).

F. Fungsi Kemasan

Kemasan merupakan “pemicu” karena fungsinya langsung berhadapan

dengan konsumen. Dengan demikian, kemasan harus dapat memberikan impresi

spontan yang mempengaruhi tindakan positif konsumen ditempat penjualan

(Christine Suharto Cenadi, 2000: 2).

Dulu, boleh jadi kemasan dari sebuah produk seperti kemasan produk

makanan atau kemasan produk lainnya menitikberatkan fungsinya sekedar sebagai

pembungkus. Tetapi, seiring dengan perkembangan jaman dan perilaku konsumen,

kemudian fungsi kemasan pun menjadi berkembang lebih jauh dari hanya sekedar

pembungkus (Wacan Mitra, 2003: 50).

Perluasan fungsi tersbut menurut Wacana Mitra (2003:50) antara lain meliputi :

1. Daya Tarik

Sebagus apapun kualitas suatu produk, jika dijual di pasar bebeas, niscaya

tidaka akan memiliki daya tarik bagi kosumen jika dikemasa secara seadanya.

Karena itu, pasar swalayan, menjadikan daya tarik kemasan sebagai salah

satu penilaian terpenting diterima atau tidaknya produk supplier.

(37)

Kemasan yang didesain secara menarik mengesankan citra dan kualitas yang

baik dari produk makanan yang di dalamnya.

3. Sarana Promosi

Untuk makanan yang lazim menerima pesanan seperti cake, cookies, dsb,

kemasan dapat berfungsi sebagai sarana promosi yang cukup efektif. Karena

itu, dalam kemasn perlu dicantumkan alamat lengkap produsen. Selain

produk makanan seperti nama toko atau tempat penjualan dai sebuah produk

juga dapat menjadikan kemasan sebagai saran promosi.

4. Meningkatkan Daya Beli

Dengan adanya kemasan produk makanan maupun minuman, akan memiliki

waktu kadaluarsa yang lebih lama sehingga memungkinkan untuk dipasarkan

ke wilayah yang jauh. Sebagai contoh, di kepualauan Riau banyak beredar

layer cake merek Apollo produksi perusahaan Malaysia. Cake tersebut dikemas dalam plastik kualitas bagus dengan desain menarik ukuran kecil.

5. Gengsi Konsumen

Untuk produk tertentu yang ukurannya besar, kemasan cukup penting untuk

menjaga gengsi konsumen yang menentengnya, Misal, menenteng donat

dengan kemasan Dunkin Donuts tentu akan berbeda dengan menenteng donat

dalam kemasan plastic kresek.

6. Praktis

Dengan kemasan, konsumen dapat dengan mudah dan praktis membawa

(38)

itu,bentuk makanan harus di desain dengan mempertimbangkan unsur

kepraktisan.

G. Kelebihan dan Kekurangan Kemasan

Produk yang dikemas memiliki kelebihan dan kekurangan yang diantaranya

adalah:

1. Kelebihan Kemasan

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kemasan memiliki

perluasan fungsi, dimana perluasan fungsi ini antara lain: Wacana Mitra

(2003:50)

a. Menjadikan daya tarik bagi produk,

b. Meningkatkan citra produk di benak kosumen,

c. Sebagai saran promosi,

d. Meningkatkan daya tahan produk,

e. Menjaga gensi konsumen,

f. Praktis.

2. Kekurangan Kemasan

Salah satu kekurangan dari produk yang dikemas khusunya produk makanan

dan minuman adalah (Dr. Ir. Ali Khomsan, 2001) karena penggunaan bahan

tambahan makanan (BTM). Walaupun keberadaan BTM ini dapat

memberikan keuntungan dan kelebihan pada produk makanan dan minuman,

tetapi beberapa BTM ini ada yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia

(39)

waktu yang panjang. Keberadaan BTM adalah untuk membuat makanan

tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih

sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya

sungguh menakjubkan, penggunaan bahan pengawet yang paling banyak

digunakan di Indonesia yang seperti dikatakan di atas akan nerbahaya jika

dikonsumsi maupun merugikan tubuh jika digunakan dalam jangka waktu

yang panjang, yaitu:

a. Sulfit

Bahan pengawet sulfit dapat menyebabkan reaksi cukup fatal bagi

mereka yang peka. Bagi penderita asma, sulfite dapat menyebabkan

sesak nafas, gatal-gatal, dan bengkak. Sulfit digunakan untuk

menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Jenis produk seperti

jus buah, sossi, dan acar kering sering menggunakan bahan pengawet

ini.

b. Nitrit

Pada tahun 1989 terdapat kasu biscuit beracun yang menelan korban

38 jiwa manusia. Ini akibat mengkosumsi nitrit yang secara tidak

sengaja ditambahkan pada makanan karena kekeliruan, Nitri adalah

pengawet pada daging. Pada daging kalengan (corned) nitrit bisa

digunakan dengan dosis 50 mg/kg

c. BHA atau BHT

Jika makanan diawetkan, umumnya akan kehilangan vitamin A dan E.

(40)

mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan kerusakan.

Penggunaan BHA/BHT juga sebagai antioksidan, namun sudah ada

penelitian yang membuktikan bahwa BHA/BHT sebenarnya kurang

baik karena menyebabkan kelainan kromosom sel bagi orang yang

alergi terhadap aspirin.

Kelemahan lain dari kemasan khususnya untuk kemasan pemanen atau tidak

dapat di buka sebelum dibeli seperti kemasan makanan pada umumnya yang

tidak transparan, konsumen tidak dapat melihat secara langsung produknya.

Mereka hanya dapat melihat gambarnya pada kemasan saja, dalam keadaan

demikian konsumen dapat saja dirugikan karena produk pada gambar bisa

saja berbeda dengan pruduk yang sebenarnya yang terdapat dalam kemasan

tersebut.

H. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung

terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya

proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan

tersebut (Swastha dkk., 1997).

Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan

bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu.

Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun

kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian

(41)

masing-masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah individu yang

mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer, adalah individu yang

berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang

diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak; (3) Decider, adalah

yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana

membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi pembelian

sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang

dibeli.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap

suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program

pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor

ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.

Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa

membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi

perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program

promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan.

Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut: (1)

Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha

memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya

terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah

dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal

(42)

individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini

sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak

dapat diamati secara langsung; (3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan

perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat

luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya

I. Model Prilaku Konsumen

Pemahaman terhadap prilaku konsumen sangat penting untuk keberhasilan

system pemasaran perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus meneliti hubungan

antara rangsangan pemasaran dengan tanggapan konsumen yang secara sederhana

ditunjukan pada gambar berikut ( Philip Kotler,1985: 203).

Rangsangan dari luar Kotak hitam pembeli Keputusan pembeli

pemasaran Lain-lain Harga Produk Distribusi Promosi Ekonomi Tehnologi Politik Kebutuhan Crri-ciri pembeli Proses keputusan pembeli Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penjualan Waktu pembelian Jumlah pembelian

Gambar diatas menunjukan hubungan antara rangsangan pemasaran dengan

tanggapan konsumen.

J. Persepsi Konsumen

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap

(43)

pendengaran penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami

persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suat

penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar

terhadap situasi.

Menurut Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kaanuk (1994 : 162), persepsi

didefinisikan sebagai berikut: “the process by which an individual selects, organized,

and interprest stimuli into a meaningful and coherent picture of the world.”

Dimana stimuli merupakan setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang

dapat mempengaruhi tanggapan individu sehinnga menghasilkan persepsi konsumen

akan hal tersebut. Sedangkan persepsi konsumen merupakan suatu proses bagaimana

stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan.

Sedangkan menurut Micahel R. Solomon (1996), persepsi adalah proses yang

digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan

menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia

yang memiliki arti. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang

sama.

Stimuli

Penglihatan, Suara, Bau, Rasa, dan Texture

Tanggapan Interpretasi Perhatian Indera penerima

Persepsi Pemberian arti

Sensasi

Sumber : Micahel R. Solomon, “Consumer Behavior”,

(44)

Beberapa faktor perbedaan pandangan antar individu:

‰ Pengaruh tampilan fisik (physical apprearances). Dimana individu

cenderung mengasosiasikan suatu bentuk fisik dari objek yang

diamati termasuk satu pernyataan dan pandangan yang berlaku umum.

Misalnya: warna putih menunjukkan sesuatu yang bersih, maka

banyak pemasar memakai warna itu untuk produk pembersih pakaian

‰ Gaya meniru (stereotypes). Individu cenderung untuk mengartikan

sebuah gambar atau tampilan dalam pikiran mereka dari yang sesuai

dengan stimuli yang mendorongnya. Misalnya: penampilan seorang

figur atau idola yang menggunakan produk tertentu cenderung akan

ditiru oleh konsumen

‰ Isyarat yang menyimpang (irrelevant cues). Jika pertimbangan yang

dibutuhkan untuk membentuk keputusan dirasakan sulit, konsumen

biasanya terpaksa mengambil keputusan dengan mempertimbangkan

hal-hal diluar spesifikasi dasar produk tersebut. Misal: konsumen

membeli mobil tidak didasarkan pada spesifikasi mobil tetapi hanya

melihat model, warna, atau penampilan mobil itu.

‰ Kesan pertama (first impression). Kesan pertama cenderung

diabadikan dalam benak konsumen. Mereka akan menangkap positif

atau negatif dari suatu produk tergantung bagaimana produk itu

memposisikannya dalam benak konsumen. Misal: memposisikan

(45)

‰ Pengaruh penilaian (hallo effect). Persepsi seseorang cenderung

dipengaruhi orang lain. Jika orang lain menganggap baik suatu

produk, maka konsumen biasanya percaya atas penilaian itu.

K. Minat

Minat merupakan salah satu factor psikologis manusia yang sangat penting untuk

kemajuan manusia dan keberhasilan diri seseorang. Minat juga merupakan

pendorong bagi seseorang untuk terlibat secara aktif dan mengarahkan perhatian

pada objek yang ia sukai.

Banyak factor yang mempengaruhi minat seseorang, diantaranya status social,

tingkat ekonomi, umur, bakat, pengetahuan, pekerjaan, kepribadian, dan lain-lain.

Selain itu juga, seseorang akan memiliki minat terhadap objek tertentu apabila

sebelumnya telah memiliki persepsi positif terhadap objek itu. Persepsi merupakan

penafsiran, pemberian makna, atau pengertian terhadap objek tertentu sebagai hasil

suatu pengamatan (Agus Puji Susanto, 2007).

Definisi dari minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subjek

untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang pada bidang tersebut (Winkel,1987: 30).

(46)

L. Minat beli konsumen

Konsumen membentuk intensi untuk membeli produk atau jasa yang di sukai,

dipengaruhi oleh :

1. Sikap atau pendirian orang lain.

Kekuatan pendirian orang lain dapat mengurangi alternative yang disukai

seseorang tergantung pada intensitas pendirian negatif orang lain terhadap

alternative yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk

menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain, dan

semakin dekat orang lain tersebut, konsumen akan semakin

menyesuaikan intensi pembeliannya.

2. Faktor situasi yang tidak diantisipasi

Konsumen membentuk suatu intensi pembelian atas dasar faktor-faktor

seperti pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan

manfaat produk yang diharapkan. Bila konsumen bertindak, tetapi factor

situasi yang tidak terantisipasi terjadi, kemungkinan akan mengubah

minat pembelian tersebut.

3. konsep diri atau kepribadian

Menurut Kotler ( 1996: 161), setiap orang mempunyai kepribadian yang

berbeda yang akan mempengaruhi perilaku membeli. Yang dimaksud

kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan seseorang, yang

menyebabkan terjadinya jawaban yang secara relatif tetap dan bertahan

lama terhadap lingkungannya. Kepribadian orang biasanya digambarkan

(47)

sendiri, menghargai orang lain, bersifat social, sifat membela diri dan

dapat beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang bermanfaat

untuk menganalisis perilaku penbeli dan berdasarkan hal itu kepribadian

dapat diklasifikasi, dianalisis kuat-lemahnya korelasi antara tipe

kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek tertentu. Mislnya,

sebuah perusahaan komputer pribadi mungkin menemukan bahwa banyak

calon pembeli mempunyai kepribadian yang kuat dalam percaya diri,

gampang mempengaruhi, dan mandiri. Hal ini berarti bahwa dapat

dipakai suatu pendekatan periklanan yang memproyeksi kualitas-kualitas

tersebut kepada orang-orang yang membeli atau memiliki komputer.

4. Motivasi

Aspek motivasi dapat mempengaruhi benak calon pembeli ketika akan

melakukan keputusan pembelian. Seseorang menaruh minat untuk

membeli suatu produk. Mengapa demikian? Apakah yang sebenarnya dia

cari? Kebutuhan apakah yang coba ia puaskan?

Seseorang mempunyai beberapa kebutuhan yang berbeda pada suatu

waktu. Kebutuhan dapat muncul dari fisiologis seperti lapar, dahaga, dan

tidak nyaman. Dan sebagian muncul dari ketegangan psikologis seperti

kebutuhan untuk diakui, harga diri atau merasa diterima oleh

lingkungannya.

Apakah seseorang membutuhkan suatu produk karena ia memang

membutuhan hal itu sebagai kebutuhan fisiologis, atau hanya karena

(48)

Dua macam bentuk kebutuhan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemasar

atau perusahaan untuk menarik calon konsumen untuk melakukan

pembelian ( Kotler, 1990:169)

M. Pengaruh kemasan terhadap minat beli konsumen

Kemasan kini disadari oleh produsen bukan lagi hanya memiliki fungsi

melindungi dan membungkus produk. Persaingan produk yang semakin ketat di

pasar mengharuskan produsen untuk berfikir keras meningkatkan fungsi kemasan

untuk dapat memberikan daya tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna,

grafis, bentuk maupun desainnya. Banyak konsumen yang membeli secara sadar

akan suatu produk karena tertarik pada suatu produk karena alasan warna, bentuk

dari kemasan. Belum lagi konsumen yang membeli karena impulse buying, gara-gara

menariknya desain, atau bentuk kemasan suatu produk. Sehingga kemasan menjadi

sangat efektif untuk mendorong konsumen membeli suatu produk. (Danger,1992)

Sedangkan menurut Eric Sculz (2003), strategi kemasan itu sendiri adalah strategi

pemasaran yang diciptakan, dikembangkan, dan dikendalikan oleh bagian pemasaran

dari sebuah perusahaan untuk lebih memusatkan perhatiannya pada penciptaan,

pengembangan kemasan dari sebuah produk, supaya kosumen dapat menemukan

alasan-alasan paling kuat dan meyakinkan yang membuat mereka lebih memilih

(49)

N. Kerangka pikir

Merek pada kemasan

Bentuk pada kemasan Gambar pada

kemasan

Label pada kemasan

Evaluasi (Persepsi)

Minat beli

Warna pada kemasan

O. Hipotesa

1. ada pengaruh faktor merek pada kemasan, gambar pada kemasan, bentuk

kemasan, warna kemasan dan label pada kemasan secara bersama-sama terhadap

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan studi kasus yaitu penelitian terhadap beberapa objek yang populasinya terbatas sehingga kesimpulan yang akan ditarik terbatas pada

objek yang diteliti saja, jadi tidak berlaku secara umum.

B. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian : Universitas Sanata Dharma Waktu penelitian : Bulan Maret 2008

C . Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diteliti adalah konsumen yang mengkonsumsi mie instant Indomie

2. Objek penelitian

Objek penelitian yang diteliti adalah faktor-faktor pada kemasan yang

mempengaruhi minat beli konsumen

D. Variabel Penelitian

(51)

1. Variabel Independen

kemasan, mengukur kemasan, berupa pernyataan dan persepsi konsumen

terhadap atribut kemasan (Merek pada kemasan, Gambar pada kemasan, Bentuk kemasan, Warna Kemasan, dan Label pada kemasan)

2. Variabel dependen

Minat beli, Mengukur minat beli konsumen terhadap produk secara keseluruhan

.

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan objek yang diteliti, dalam hal ini yang dianggap populasi adalah seluruh mahasiswa Sanata Dharma yang

menjadi konsumen mie instant Indomie .2. Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini penulis mengunakan

rumus Sloven 1960 yang dikutip Sevila 1994 (Umar Husein,1998:78) perhitungannya sebagai berikut :

Diketahui populasi Mahasiswa Universitas Sanata Dharma periode 2006/2007 sebanyak 10.481 (sepuluh ribu empat ratus delapan puluh satu) Mahasiswa

2

1 Ne N n

+ =

(52)

e = Persen kelonggaran,ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diiginkan 10%

N = Jumlah populasi sebanyak 10.481 mahasiwa

) 1 , 0 481 . 10 ( 1 481 . 10 2 × + = n 054 , 99 = n

Ukuran sampel yang didapat berdasarkan rumus diatas sebesar 99,054 orang Mahasiswa. Untuk mempermudah penelitian sehingga nantinya didapat data yang valid dan reliabel maka jumlah tersebut dibulatkan menjadi 100 orang

Mahasiswa. Dengan berpijak dan berlandaskan hal diatas maka diputuskan dalam penelitian ini jumlah Mahasiswa yang akan dijadikan Responden

sebanyak 100 orang Mahasiswa. .3. Teknik pengambilan sampel

Teknik yang digunakan adalah metode purposive sampling dimana

pengambilan elemen-elemen yang dimaksud dalam sampel dilakukan dengan sengaja, dengan catatan representatif atau dapat mewakili populasi.

Selain itu untuk mempermudah dalam menyebarkan kuesioner maka digunakan metode insidental, yaitu responden yang diambil adalah orang-orang yang dapat dijumpai penulis saat penelitian dilakukan.

F. Data yang dibutuhkan

1. Data primer

(53)

2. Data sekunder

Di dapat dari laporan perpustakaan Universitas Sanata Dharma, buku-buku

teori, dll.

G . Metode pengumpulan Data

1. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

langsung terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini konsumen yang mengkonsumsi mie Instan Indomie

2. Kuesioner

Yaitu membuat sejumlah pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk memperoleh sejumlah data tentang identitas dan penilaian

responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen. Untuk metode kuesioner daftar pertanyaan memiliki item sebagai variasi jawaban tiap variable untuk pertanyaan yang berhubungan dengan variable

penelitian atau pertanyaan diberi alternatif jawaban 5 kategori dengan skor 1-5 yang sesuai dengan Skala Likert yaitu:

a. Sangat Setuju (SS) b. Setuju ( S ) c. Netral ( N )

(54)

H . Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Yaitu suatu alat pengukuran yang menunjukkan seberapa jauh suatu alat ukur memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya dengan menggunakan teknik Korelasi Product moment:

)

)

(

(

)

(

(

)

)(

(

2 2 2 2

y

y

N

x

X

N

y

x

xy

N

rxy

=

X : Nilai masing-masing butir per item

Y : Nilai seluruh butir item

RXY: Korelasi product Moment

Jika r hitung > r table dengan taraf keyakinan 95 % maka instrument

dikatakan valid

Jika r hitung < r table dengan taraf keyakinan 95 % maka instumen dikatakan

invalid

2. Uji Reliabilitas

Analisis reliabiliatas digunakan untuk menunjukan adanya penyesuaian

antara sesuatu yang diukur dengan jenis alat yang digunakan. Untuk

mengujinya dapat digunakan rumus Cronbach’s Alpha (α) sebagai berikut:

⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ Σ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −

= 22

(55)

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan

= varians total 2

t σ

2 = jumlah varians butir

b σ

Σ

(α) = 0.05

Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, maka untuk menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria Guilfrod (Azwar,2004:98), yaitu

1. kurang dari 0,20 : Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan. 2. 0,20 - <0,40 : Hubungan yang kecil tidak erat

3. 0,40 - <0,70 : Hubungan yang cukup erat 4. 0,70 - <0,90 : Hubungan yang erat (reliabel)

5. 0,90 - <1,00 : Hubungan yang sangat erat (sangat reliabel)

6. 1,00 : Hubungan yang sangat sempurna

I. Metode Analisis Data

1. Analisis data secara kualitatif

Analisis ini digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi minat

beli. Untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen digunakan alat kuesioner. Karena kuesioner masih merupakan data kualitatif,

(56)

tertinggi (sangat positif) sampai pasa terendah (sangat negatif). Adapun kriteriapenilaian/pembobotannya sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) = skor 5 Setuju ( S ) = skor 4 Netral ( N ) = skor 3

Tidak Setuju ( TS) =skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = skor 1

2. Analisis data secara kuantitatif

a) Untuk menguji hipotesa yaitu faktor Merek, Gambar pada kemasan, Bentuk kemasan, Warna Kemasan, dan Label kemasan secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat beli konsumen, maka diperlukan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Mencari persamaan regresi linear berganda dengan menggunakan rumus:

Y= b0 + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4+b5x5

Keterangan: Y = minat beli

X1= merek

X2= gambar pada kemasan

(57)

a = konstanta

b1 = koefisien regresi X1

b2 = koefisien regresi X2 b3 = koefisien regresi X3 b4 = koefisien regresi X4

b5 = koefisien regresi X5

2) Untuk mencari pengaruh variabel bebas X1, X2, X3, X4,dan X5 terhadap

variabel tergantung yaitu jumlah tabungan (Y) digunakan rumus:

+

+

+

+

=

1

1

2

2

3

2

3

4

4

5

5

)

5

,

4

,

3

,

2

,

1

(

y

y

x

b

y

x

b

y

x

b

y

x

b

y

x

b

ry

keterangan:

Ry (1,2,3,4,5) = koefisien korelasi

b1,b2,b3,b4,b5 = koefisien regresi x1,x2,x3,x4,x5 X1 = merek

X2 = gambar pada kemasan

X3 = bentuk kemasan X4 = warna kemasan

(58)

3) Untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak, maka diadakan uji F:

(

)

(

2

)

2 1 1 R m m N R Freg − − − = keterangan:

F regresi = harga F regresi yang dicari N = banyaknya subjek yang telibat m = banyaknya prediktor

R² = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktor

Langkah-langkah:

• Perumusan hipotesis

HO : secara bersama-sama variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

HA : secara bersama-sama variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

• Menentukan nilai kriris dalam distribusi F dengan tingkat signifikasi( α) adalah 5 % dan derajat bebasnya ( k; n-k-1)

• Menghitung nilai F hitung dengan program SPSS • Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa:

(59)

b) Untuk menjawab masalah kedua yaitu atribut kemasan manakah yang paling mempengaruhi minat beli konsumen, dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi

persamaan regresi beganda. Koefisien persamaan regresi berganda yang signifikan (level of significant 5%) dan terbesarlah yang paling mempengaruhi minat beli konsumen.

3. Koefisien Determinasi

Derajat ketetapan atau koefisien determinasi yaitu untuk mengetahui seberapa besar variasi dalam varaiabel dependent (minat beli) yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independent ( merek pada kemasan, gambar pada kemasan,

bentuk kemasan, warna kemasan, dan label kemasan) secara bersama-sama. Adapun rumus yang digunakan ( Algiafri, 1997: 36) adalah:

+

+

+

+

=

2

2

1

1

2

2

3

3

4

4

5

5

(60)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. UNIVERSITAS SANATA DHARMA

SEJARAH USD

Sejarah berdirinya Universitas Sanata Dharma, diawali dengan Perguruan

Tinggi Pendidikan Guru Sanana Dharma (PTPG-SD). Selanjutnya PTPG tersebut

mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan

didunia pendidikan.

PTPG Sanata Dharma (1955 – 1958)

Ide untuk mendirikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) oleh Prof.

Moh. Yamin, S.H. (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI) pada tahun

1950-an disambut baik oleh para imam Katolik, terutama Ordo Societas Jesus

(Serikat Yesus yang lazim disingkat S.J.). Waktu itu Ordo ini telah membuka

kursus-kursus B1, antara lain B1 Mendidik (Yayasan De Britto) di Yogyakarta yang dikelola

oleh Pater H. Loeff, S.J. dan B1 Bahasa Inggris (Yayasan Loyola) di Semarang yang

dikelola oleh pater W.J. Van der Meulen, S.J. dan Pater H. Bastiaanse, S.J.

Dengan dukungan dari Conggregatio de Propaganda Fide, selanjutnya Pater

Kester yang waktu itu menjabat sebagai Superior Misionaris Serikat Yesus

(61)

PTPG Sanata Dharma pada tanggal 20 Oktober 1955 dan diresmikan oleh pemerintah

pada tanggal 17 Desember 1955.

Pada awalnya PTPG Sanata Dharma mempunyai 4 Jurusan, yaitu Bahasa

Inggris, Sejarah, IPA, dan Ilmu Mendidik. Para pembesar misi Serikat Yesus

menunjuk Pater Prof. Nicolaus Driyarkara, S.J. menjadi Dekan PTPG Sanata Dharma

dan Pater H. Loeff sebagai Wakil Dekan

Nama “Sanata Dharma” diciptakan oleh Pater K. Looymans, S.J. yang waktu

itu menjadi pejabat Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan di Kantor

Wali Gereja Indonesia. “Sanata Dharma” sebenarnya dibaca “Sanyata Dharma”, yang

berarti “kebaktian yang sebenarnya” atau “pelayanan yang nyata”. Kebaktian dan

pelayanan itu ditujukan kepada tanah air dan gereja (Pro Patria et Eclessia).

FKIP Sanata Dharma (1958 – 1965)

Untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan pemerintah, dalam hal ini

Kementrian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan tentang perubahan PTPG

menjadi FKIP, maka PTPG Sanata Dharma pada bulan November 1958 berubah

menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan) Sanata Dharma dan merupakan

bagian dari Universitas Katolik Indonesia cabang Yogyakarta. Pada masa FKIP ini

Sanata Dharma berhasil memperoleh status “disamakan” dengan negeri berdasarkan

SK Menteri PTIP No.1 / 1961 pada tanggal 6 Mei 1961 jo No. 77 / 1962 tanggal 11

Juli 1962. Walaupun bagian dari Universitas Katolik Indonesia, secara de facto FKIP

(62)

IKIP Sanata Dharma (1965 - 1993)

Untuk mengatasi kerancuan antara menjadi bagian dari Universitas Katolik

Indonesia cabang Yogyakarta dengan kemandirian FKIP Sanata Dharma sebagai

sebuah institusi pendidikan, FKIP Santa Dharma berubah menjadi IKIP Sanata

Dharma berdasarkan SK Menteri PTIP No. 237 / B – Swt / U / 1965. Surat Keputusan

ini berlaku mulai tanggal 1 September 1965.

Selain melaksanakan Program S1 (sebelumnya Sarjana Muda dan Sarjana),

IKIP Sanata Dharma juga dipercaya pemerintah untuk mengelola Program Diploma I,

II, dan III untuk jurusan Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPS,

dan PMP. Berbagai program Diploma ini ditutup pada tahun 1990 dan selanjutnya

dibika program Diploma II PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar).

Universitas Sanata Dharma (1993 sampai sekarang)

Akhirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan kebutuhan

masyarakat serta kemajuan zaman, tanggal 20 April 1993 sesuai dengan SK

Mendikbud No. 46 / D / O / 1993, IKIP Sanata Dharma dikembangkan menjadi

Universitas Sanata Dharma atau lebih dikenal dengan nama USD. Dengan

perkembangan ini USD diharapkan tetap dapat memajukan sistem pendidikan guru

sekaligus berpartisipasi dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

(63)

Gambar

Gambar diatas menunjukan hubungan antara rangsangan pemasaran dengan
Gambar pada
Tabel V. 2
tabel V.6 validitas butir pernyataan Persepsi terhadap merek pada kemasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen dalam membeli suatu produk terletak pada kemasan yang menarik, biasanya dilihat dari beberapa pertimbangan

Beberapa faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen dalam membeli suatu produk terletak pada kemasan yang menarik, biasanya dilihat dari beberapa pertimbangan

Atribut Warna Kemasan berpengaruh signifikan terhadap Minat Beli konsumen dalam pembelian produk Mie ABC Cup, karena dari perhitungan tersebut diperoleh hasil dari nilai

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh pencantuman label halal pada kemasan mie instan terhadap minat beli, dimana label halal yang

Kesimpulan yang didapatkan menunjukkan secara simultan dan parsial variabel produk, harga, tempat, dan promosi mempengaruhi minat beli konsumen, variabel yang paling

Citra merek (X 1 ) dan kemasan (X 2 ) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap minat beli (Y) sebesar 59,2% dan sisanya merupakan dari variabel lain yang tidak diuji

diterapkan dan dioperasionalkan dalam produksi, sehingga pada waktu aplikasinya sangat efisien bahkan beban biaya bare pun dapat terhindarkan. Selain warna kemasan

peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “ Pengaruh Warna Kemasan, Bahan Kemasan, Desain Kemasan Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen Mie