HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Deskripsi Tentang Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Proses Belajar MengajarProses Belajar Mengajar
2. Hasil Wawancara
a Pelaksanaan dan Pengembangan Pembelajaran dalam KBK
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga teijadi perubahan perilaku yang lebih
56
baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun ekstemal.
Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes, proses, post tes. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang digunakan oleh guru di SMA Negeri 2 Boyolali dalam proses belajar dan mengajar disesuaikan dengan metode pada materi yang akan disampaikan, pernyataan di sampaikan oleh bapak Munzayin selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang sudah menerapkan dalam mengajar. Menurut keterangan dari bapak Munzayin untuk melaksanaan pembelajaran agar bisa maksimal pada setiap mata pelajaran harus disesuaikan dengan metode pada materi yang akan disampaikan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran setiap guru harus dapat mengembangkan program pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Seperti paparan dari bapak Munzayin,
“Bahwa pengembangan program pembelajaran dalam kurikulum berbasis kompetensi dapat dikembangkan sesuai dengan lingkungan sekolah, kehidupan keluarga peserta didik dan masyarakat sekitar”.1
1 Wawancara dengan Bapa Munzayin (Guru PAI kelas XI) pada hari Rabu, 14 September 2005 pukul 09.30 WIB.
Sedangkan menurut bapak Sujiman
“Bahwa dalam pengembangan program bersifat ilmiah, sesuai - dengan konaisi siswa, sistematis yang mencakup beberapa nai dintaranya: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembeiejaran, aiokasi waktu dan sumber ba'nan / aiat " 2
Pengembangan program yang dilaksanakan dapat dilihat dari bagaimana guru menggunakan sistem KBK dalam belajar. Guru menyampaikan materi disesuaikan dengan kemampuan siswa dan tidak memaksakan kemampuannya dalam menerima dan memahami materi pelajaran Jika siswa ada yang belum paham tentang materi yang diberikan, guru selalu mengulanginya yang kemudian didiskusikan bersama.
Berdasarkan keterangan diatas, bahwa pelaksanaan dan pengembangan program dalam proses pembelajaran di SMA sudah diterapkan sesuai dengan program sekolah dan disesuaikan kemampuan peserta didik. Sehingga dalam merealisasikan program tersebut akan lebih mudah dan berjalan dengan lancar. Faktor lingkungan pun sangat berpengaruh sekali untuk kelancaran pelaksanaan dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. Faktor-faktor lain yang dominan dalam pelaksanaan dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah sarana dan prasarana, kemampuan guru dan keadaan siswa. Kegiatan yang
2Wawancara denaan Bapak Suiiman (Guru PAI kelas X) pada hari Kamis. 15 September 2005 pukul 10.00 WIB.
58
dilaksanakan dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi antara lain:
1) Kegiatan Awal
Menurut informasi yang saya peroleh setiap pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai dengan pre tes. Karena dengan diadakannya pre tes siswa akan lebih bersungguh-sungguh dalam belajar. Seperti keterangan dari bapak Munzayin” saya selalu mengadakan evaluasi sebelum pelajaran dimulai, seperti misalnya siswa saya beri tugas menghafal ayat-ayat A1 Qur’an, kemudian saya beri pertanyaan satu per satu tentang materi yang sudah diberikan, kenapa hal itu saya lakukan karena pre tes itu merupakan kegiatan yang penting dalam proses belajar, kegunaan pre tes banyak sekali diantaranya: untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, mengetahui tingkat kemajuan peserta didik, untuk mengetahui kemampuan awal peseta didik”.
Menurut keterangan diatas bahwa setiap awal proses belajar lebih baik dimulai dengan pre tes, dengan ini akan lebih mudah untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam menerima pelajaran dan melatih siswa untuk berfikir serta belajar lebih serius dalam menerima pelajaran.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses dari pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan melalui modul. Dalam hal ini guru dituntut aktivitas dan kreativitasnya dalam menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang (kondusif) menyenangkan. Sehingga dalam belajar peserta didik akan merasa lebih nyaman untuk menerima pelajaran. Proses pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan mandiri, sedang guru sebagai fasilitator dan motivator yang memberikan penjelasan-penjelasan singkat tentang materi pelajaran, kemudian siswa disuruh untuk memahami dan mendiskusikannya.
Berdasarkan data pengamatan penelitian ditemukan fakta bahwa dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Boyolali dilaksanakan dengan menggunakan metode yang bervariasi. Seperti yang diutarakan oleh bapak Sujiman di dalam mengajar saya menggunakan metode membaca bersama-sama, ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas, dan unjuk kerja. Dalam mengajar saya lebih sering menggunakan metode membaca dan diskusi, karena kedua metode tersebut akan dapat melatih siswa dalam memahami suatu bacaan dan persoalan-persoalan yang muncul.3 Sedangkan keterangan dari bapak Munzayin tentang metode yang di gunakan”
3Wawancara dengan Bapak Suiiman pada hari Kamis. 15 September 2005 pukul 10.00 WIB.
60
saya menggunakan metode tugas individu, diskusi pemecahan masalah, demonstrasi. Metode yang lebih banyak saya gunakan dalam mengajar adalah tugas dan diskusi, di dalam mengajar saya juga mengadakan praktek ibadah supaya siswa dapat terbiasa melaksanakan dan mengamalkan ibadah yang sudah dipelajarinnya dalam kehidupan sehari-hari”.4
Deskripsi informasi diatas, mengisyaratkan bahwa didalam mengajar guru-guru banyak menggunakan metode diskusi, karena lebih mudah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merespon dan memahami materi yang telah dipelajarinya. Siswa akan dapat berimajinasi dan bekerja sama untuk meningkatkan pemahamannya. Didalam mengajar guru kadang-kadang melaksanakan proses pembelajaran diluar kelas supaya suasana belajar tidak jenuh dan membosankan sehingga siswa akan lebih merasa senang dan tidak bosan dalam belajar.
3) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pembelajaran yang dilakukan oleh para pengajar adalah mengadakan evaluasi (post tes) terhadap siswa tentang materi yang dipelajari. Apakah siswa benar-benar memahami materi atau tidak. Dalam kegiatan akhir ini tidak semua pengajar mengadakan post tes tergantung pada materi pelajaran yang disampaikan.
WIB.
Post tes ini dilakukan gum untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, dan juga digunakan untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, pengayaan dan mengetahui kesulitan belajar siswa, ini keterangan dari salah satu gum yang tergabung dalam tim KBK.
b. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang dilakukan gum dalam setiap mata pelajaran adalah ulangan harian dan ulangan umum yang terdiri dari ujian tengah semester dan ujuan akhir semesteran. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran. Ulangan harian dilakukan minimal tiga kali dalam setiap semester. Ulangan harian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki program pembelajaran, sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik. Ujian tengah semester dilakukan pada pertengahan semester, sedangkan ujian akhir dilaksanakan pada akhir semester setelah akhir program pembelajaran.
Berdasarkan data wawancara, bahwa evaluasi hasil belajar yang digunakan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam menggunakan prosedur lisan dan tertulis, seperti yang diutarakan oleh bapak Musadi “ evaluasi
62
hasil belajar dalam pembelajaran yang saya lakukan dengan prosedur lisan dan tertulis, sedang jenis tagihannya dengan test harian dan tugas individu. Test harian dilakukan secara periodik pada akhir pembelajaran kompetensi dasar tertentu, sedangkan tugas individu diberikan pada siswa dalam waktu-waktu dan kebutuhan tertentu dalam berbagai bentuk seperti membuat paper, membuat resume, mengeriakan soal-soal latihan”.5
Evaluasi hasil belajar yang digunakan oleh bapak Munzayin dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah dengan cara ulangan blok, kuis, tugas individu dan tugas kelompok. Ulangan blok dilakukan dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu, seperti UAS (ujian tengah semester), tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui nilai tuntas peserta didik, jika belum mencapai ketuntasan bapak Munzayin mengadakan remidial.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
1) Faktor Pendukung Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan hasil wawancara, bahwa faktor-faktor pendukung proser pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah: sarana dan prasarana seperti (buku panduan(LKS), A1 Qur’an, IQRO’, tempat
’wawancara denaan Baoa Musadi (Guru PAI kelas IIII Dada hari Sabtu. 18 September -J05 pukul 08.30 WIB.
ibadah), kesiapan siswa untuk menerima pelajaran, kesiapan gum dalam memberikan materi.
2) Faktor penghambat Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menurut keterangan dalam penelitian, bahwa aktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Boyolali adalah belum adanya buku paket dari pemerintah.
d. Pandangan Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar dan mengajar yang akan memudahkan para pengajar dalam menyampaikan materi pelajaran. Kurikulum itu sendiri sangat penting sekali dalam suatu lembaga pendidikan, tanpa kurikulum yang jelas rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan dengan lancar.
Seiring dengan perubahan waktu dan teknologi, di dalam dunia pendidikan pun mengalami perubahan kurikulum. Untuk mengantisipasi perubahan tersebut SMA Negeri 2 Boyolali telah mencoba menerapkan kurikulum yang bam yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi mempakan perengkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang hams dicapai siswa. Sudah hampir dua tahun sekolah ini menerapkan kurikulum 2004, tetapi belum semua kelas dan semua mata pelajaran menggunakan kurikulum yang bam, hal ini dikarenakan belum semua
64
guru mendapatkan pembinaan dan pemahaman yang mendalam tentang kurikulum berbasis kompetensi.
Pemahaman guru tentang kurikulum berbasis kompetensi sangat bervariasi seperti yang dinyatakan oleh bapak Muzayin dan bapak Sujiman yang sudah menggunakan KBK dalam mengajar, yaitu” bahwa kurikulum berbasis kompetensi merupakan kurikulum yang menghendaki pendidikan itu disesuaikan dengan kompetensi tkemamouan) peserta didik.6 Sedangkan menurut bapak Sujiman bahwa kurikulum berbasis kompetensi itu sangat positif, sebab pendidikan berbasis kompetensi merupakan pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan”.7 Menurut pemyataan diatas bahwa kurikulum berbasis kompetensi lebih ditekankan pada pencapaian suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
Sedangkan menurut pendapat dari beberapa siswa kelas XI tentang kurikulum berbasis kompetensi dan implementasinya dalam proses pembelajaran menyatakan, bahwa “Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah suatu kurikulum yang bertujuan untuk menggali kemampuan-kemampuan yang ada pada diri seseorang, karena dengan sistem ini seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Ada juga yang mengatakan bahwa di dalam belajar itu diterapkan
6Wawancara dengan Bat>a Munzavin oada hari Rabu. 14 September 2005 pukul 09.30
..IB,
Wawancara dengan Bapak Sujiman pada hari Kamis, 15 September 2005 pukul 10.00
sistem kurikulum berbasis kompetensi memang baik untuk meningkatkan kualitas pelajar karena disini siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam segala bidang mata pelajaran”.
Dalam pelaksanaan proses belejar mengajar di SMA Negeri 2 Boyolali ada perubahan setelah menggunakan sistem kurikulum berbasis kompetensi, tetapi dalam mengajar belum semua guru menggunakan kurikulum berbasis kompetensi, ini dikarenakan belum semua guru mendapat pelatihan tentang kurikulum berbasis kompetensi. Ada perbedaan dalam mengajar antara guru yang sudah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi dan yang belum. Ketika mengajar guru lebih serius dalam menyampaikan materi dan sungguh- sungguh dalam mengevaluasi siswa dalam belajar. Guru hanya memberikan poin-poin materi pelajaran kemudian siswa diminta mencari permasalahan untuk didiskusikan bersama, dalam proses belajar mengajar pada kurikulum berbasis kompetensi siswa banyak diberikan praktek supaya kompetensi siswa lebih berkembang, aspek yang dinilai dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah psikomotorik, knowledge. Sedangkan yang belum, guru memberikan materi kemudian siswanya mendengar dan mencatat, aspek yang dinilai adalah pengetahuan dan kemampuan saja tidak begitu memperhatikan keterampilan siswa.
Berdasarkan diskripsi diatas menunjukkan bahwa kurikulum berbasis kompetensi sangat cocok sekali untuk meningkatkan
66
semangat dan memotivasi siswa dalam belajar, karena didalam kurikulum terdapat sistem dan strategi khusus untuk mencapai suatu kompetensi (kemampuan) tertentu.
Di dalam pelaksanaan (implementasi) kurikulum berbasis kompetensi harus terlebih dulu diketahui arah dan tujuan, serta sarana dan prasarana yang mendukung harus tersedia, sehingga dalam pelaksaannya itu akan lebih mudah dan lebih maksimal dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 2 Boyolali dilaksanakan sesuai dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan kemampuan yang dimiliki siswa dan para pengajarnya.
Yang melatarbelakangi implementasi kurikulum berbasis kompetensi di SMA Negeri 2 Boyolali adalah ingin mencoba melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi, ingin mengadakan perubahan dalam sistem pembelajaran supaya menghasilkan lulusan yang berkualitas dan berkompeten, hal ini dipaparkan oleh Tim KBK. Keberhasilan implementasi kurikulum berbasis kompetensi tergantung pada sumber daya pendidikan yang mendukung yaitu sarana dan prasarana, kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran harus benar-benar menguasai bahan ajar yang ingin disampaikan dan dapat memahami karakter dari siswa.
e. Analisis Hasil Wawancara
Berdasarkanj hasil wawancara di atas, penulis dapat menganalisis bahwa dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMAN 2 Boyolali sudah baik. Kegiatan proses belajar dan mengajar sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Tetapi dalam pelaksanaan proses pembelajaran belum maksimal, karena sarana dan prasarana belum lengkap, sehingga perlu adanya realisasi sarana dan prasarana serta upaya untuk melengkapinya.
Dalam pelaksanaan dan pengembangan program guru sebagai pelaksanaj sudah melaksanakan dengan baik. Dan dalam pelaksanaan itu guru melaksanakan dalam tiga kegiatan yang digunakan untuk memberikan pemahaman materi pelajaran kepada siswa, dan dalam menyampaikan materi menggunakan metode-metode yang sesuai dengan kemampuan siswa.
Di dalam evaluasi hasil belajara sudah dilaksanakan sesuai dengan kriteria-kriteria yang diharapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jika ada siswa yang belum mencapai ketuntasan dalam belajar diadakan remedia dan pengayaan, supaya siswa dapat mencapai ketuntasan dan memperoleh kompetensi yang sesuai dengan yang
BABY