IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI PADA PROSES PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Studi Kasus pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Boyolali
Tahun 2005 / 2006)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd.I)
Dalam Ilmu Tarbiyah
ANIK SUFYARANI NIM : 111 01 082
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
Websile . m vw stainsalatiga.ac.id E -inail. adirunistrasi@stainsalatiga.ac.id
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 18 Januari 2006
Penulis,
ANIK SUFYARANI NIM : 111 01 082
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
JL Stadion 03 Telp. 0298 323706 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
Drs. Djoko Sutopo
Dosen STAIN SALATIGA
Jl. Stadion No. 03 Salatiga
NOTA PEMBIMBING
Program : Pendidikan Agama Islam
Judul : IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS
KOMPETENSI PADA PROSES PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus pada
Kelas XI SMA N 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2005/2006)
S A L A T I G A
Jl. Stadion No. 3 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706
PENGESAHAN
Skripsi saudari: ANIK SUFYARANI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 111 01 082 yang beijudul: IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA PROSES PEMBELAJARAN (Studi Kasus Materi Pendidikan Agama Islam pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Boyolali Tahun 2005/2006) telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Selasa tanggal: 28 Pebruari 2006 M yang bertepatan dengan tanggal: 29 Muharram 1427 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
MOT.ZO
Pendidiltan udalalt salull satu cara pcmbumian nilai-nilai ifanij mulia buyi svtiap insuit mattusia
O I V «'i I ' fJ jJl <Ojl *_S „■
-* \ S J w** j \ J w** ^ -/•*
"A lla h a ban ttie n in y y ik a n beherapa d e ra ja t Ira p i o ra n y -o ra n y r/a n y b e rilm u " [M Mu\ada\\ab : 11/
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Ayah, Ibuku tercinta yang telah mendidik, mengasuh dan mengarahkan
dengan sabar, ikhlas dan atas segala do'anya dan dukungannya.
2. Kakak-kakakku tersayang yang sudah memperjuangkan kuliahku.
3. Adik-adikku tersayang
4. Kekasihku yang selalu memberikan pengertian, perhatian dan motivasinya
dalam menyelesaikan skripsi.
5. Teman-teman dekat yang tak dapat ku sebutkan satu persatu yang telah
memberikan dorongan hingga terselesaikannya skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
tel all melimpahkan segala karunia, kenikmatan, hidayah, serta inayahnya yang
diberikan kepada seluruh alam semesta, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari qiamat nanti.
Kemudian dalam penulisan skripsi ini tidak akan lepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis tidak lupa menyampaikan
terima kasih dari berbagai pihak, terutama yang telah membantu dalam proses
studi dan penulisan skripsi ini.
1. Drs. Badwan, M.Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.
2. Drs. Djoko Sutopo, selaku pembimbinga yang dengan kerelaan hati dan
kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap skripsi
ini.
3. Semua Dosen dan staf akademik Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Salatiga.
4. Kepala Kantor Kesbang dan Linmas Kota Boyolali yang telah memberikan
ijin kepada penulis.
5. Drs. Tri wahyudi, selaku kepada Sekolah SMA Negeri 2 Boyolali, yang telah
memberikan ijin serta bantuan kepada penulis dalam mengumpulkan data
sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
7. Teman-teman dekatku, Dini, Anis, Maryati, Wigati, Ismi, Poppy, Yuli, Heni,
dam masih banyak yang tidak penulis sebutkan yang telah memberi motivasi
demi terselesaikannya skripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2001 yang telah memberikan dukungan kepada
penulis.
9. Dot com
Semoga bimbingan, bantuan dan saran yang telah diberikan kepada
penulis menjadi amalaan yang utama dan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Saran dan kritik dari pembaca senantiasa penulis harapkan semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN DEKLARASI... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii
HALAMAN A PENGESAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR IS I... ix
BAB I : PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Penjelasan Istilah... 5
C. Rumusan Masalah... 8
D. Tujuan Penelitian... 9
E. Manfaat Penelitan... 10
F. Sistematikan Penulisan Skripsi... 10
BAB II : LANDASAN TEORI A. Kurikulum Berbasis Kompetensi... 12
1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi... 12
2. Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi ... 14
3. Komponen-Komponen KBK... 17
4. Prinsip Pengembangan... 18
B. Proses Pembelajaran PAI dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi... 24
1. Pengertian Proses Pembelajaran PAI... 24
2. Tahap-Tahap Pembelajaran PAI... 26
3. Prinsip Pembelajaran PA I... 28
C. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi... 30
1. Pengertian Implementasi KBK... 30
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi KBK.... 31
3. Kegiatan Pokok Implementasi KBK... 32
a. Pengembangan Program... 32
b. Pelaksanaan Pembelajaran... 34
c. Evaluasi Hasil Belajar... 37
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 40
B. Penetapan Subyek Penelitian... 42
C. Teknik Pengumpulan Data... 43
D Tekni s Anal i si s Data... 44
E. Tahap-Tahap Penelitian... 46
BAB IV : HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Informasi SMA Negeri 2 Boyolali... 48
1. Keadaan SMA Negeri 2 Boyolali ... 48
2. Keadaan Sarana dan Prasarana... 50
3. Keadaan Gum SMA Negeri 2 Boyolali... 51
4. Keadaan Karyawan SMA Negeri 2 Boyolali... 52
5. Keadaan Siswa SMA Negeri 2 Boyolali... 52
B. Deskripsi Tentang Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Dalam Proses Belajar Mengajar ... 54
1. Hasil Observasi... 55
2. Hasil Wawancara... 55
a. Pelaksanaan dan Pengembangan Pembelajaran dalam KBK... 55
b. Evaluasi Hasil Belajar... 61
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi... 62
d. Padangan Tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi... 63
e. Analisis Hasil Wawancara... 67
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan... 68
B. Saran-Saran... 70
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan berusaha untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungj awab.
Kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan aktif yang
ditunjukkan siswa menyangkut aspek kognitif, skills maupun pematangan
sikap kepribadian serta budi pekerti seperti rasa tanggung jawab, jujur,
menghargai pendapat atau karya orang lain. Dalam hal ini guru sebagai
pengajar harus mampu membuat desain proses pembelajaran ke arah kegiatan
tersebut.
Seiring dengan perubahan waktu dan perubahan teknologi, dalam
dunia pendidikanpun mengalami perubahan kurikulum, yaitu dari kurikulum
1994 beserta suplemennya dikembangkan menjadi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Meskipun saat ini Kurikulum Berbasis Kompetensi belum
diberlakukan secara Nasional, namun dampaknya sudah terasa. Semangat para
praktisi pendidikan yang menggebu dalam rangka mengantisipasi
diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi ini mengisyaratkan
perlunya sosialisasi intensif tentang implementasinya.
2
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan
oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu. Dengan demikian, implementasi kurikulum dapat menumbuhkan
tanggungjawab, dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan
mempengaruhi kebijakan umum (public policy), serta memberanikan diri
berperan serta dal am berbagai kegiatan, baik di sekolah maupun di
masvarakat.1
Pemaknaan kurikulum berbasis kompetensi dapat dilihat bahwa
tujuan pembelajaran tidak hanya terbatas pada perolehan pengetahuan tetapi
juga ditekankan pada keterampilan dan perilaku siswa, secara tradisional telah
menjadi ”bahan pokok” materi pengujian. Keterampilan proses yang dalam
kurikulum 1994 masih ditekankan untuk mencapai kompetensi, keterampilan
tersebut dijadikan bagian integral tujuan pembelajaran yang dapat diukur.
Pembaharuan kurikulum ini membawa konsekuensi bahwa penilaian
hasil belajar tidak hanya berdasarkan ‘paper and p e n ’ yang artinya kertas dan
bolpoin. Kinerja siswa baik yang berhubungan dengan sikap, ketrampilan dan
nilai menjadi pertimbangan utama dalam menentukan sejauhmana hasil
belajar seorang siswa.
Kurikulum berbasis kompetensi mengisyaratkan bahwa pendidik harus
mengubah paradigma Teaching (mengajar) menjadi Learning (belajar)
maksudnya mengalami perubahan yakni yang semula dalam kegiatan belajar
dan mengajar berperan sebagai “pemberi informasi” kini peran tersebut
bergeser keperan yang lebih menekankan pada proses berfikir siswanya. Kalau
dalam pembelajaran menekankan pada hasil, kini harus menekankan pada
proses.
Dengan melihat fenomena di lapangan tentang dunia pendidikan harus
diakui bahwa dalam rangka menyambut persaingan di era globalisasi perlu
disiapkan sumber daya manusia yang benar-benar kompeten di segala bidang.
Sehingga kualitas manusia Indonesia tangguh menghadapi era global.
Kurikulum berbasis kompetensi sebagai penyempuma kurikulum sebelumnya
diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Pada saat ini belum semua sekolah menerapkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi pada proses pembelajarannya. Seperti implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi di SMA Negeri 2 Boyolali. Juga belum semua kelas dan
semua mata pelajaran menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi karena
belum semua guru mendapat pengarahan tentang Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Kelas yang belum menggunakan Kurikulum Berbasis
Kompetensi adalah kelas III, dan yang sudah kelas X dan XI. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam sebelum Kurikulum Berbasis Kompetensi guru
berperan sebagai pemberi informasi dan menekankan pada hasil. Guru
4
pelajaran yang telah diperoleh tidak langsung dipraktekkan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang menggunakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator dan lebih menekankan pada prosesnya. Guru hanya memberikan
garis besarnya saja. Sedangkan siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif
dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh siswa disuruh menghafal ayat Al-
Qur'an sebelum pelajaran dimulai.
Penerapan kurikulum ini diharapkan dapat menghidupkan kegiatan
belajar mengajar yang selama ini dianggap mati. Hal ini disebabkan karena
siswa kurang aktif dalam proses pembelajarannya dan hanya menjadi siswa
DDCH (Duduk, Dengar, Catat dan Hafal). Kurikulum berbasis kompetensi ini
akan menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Di sini siswa
berusaha menemukan sendiri, sementara para guru hanya berperan sebagai
fasilitator dan motivator apabila siswa menemukan kesulitan dalam
belajarnya.
Dengan latar belakang di atas maka penulis menetapkan judul skripsi
IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA
PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi
B. Penjelasan Istilah
Untuk memperjelas maksud judul diatas dan supaya terhindar dari
kesalahan penafsiran, maka perlu penulis jelaskan sesuai dengan interpretasi
yang dimaksudkan.
1. Implementasi
Implementasi artinya pelaksanaan, penerapan sesuatu yang
memberikan dampak atau efek.2 Implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan
praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, ketrampilan maupun nilai, dan sikap.
2. Kurikulum
Kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar dan mengajar dibawah bimbingan dan
tanggungjawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya.3
3. Berbasis
Berbasis artinya berdasarkan pada atau berfokus pada. Berbasis
maksudnya berdasarkan pada suatu ketentuan atau aturan yang sudah
ditetapkan sebagai acuan dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan.
‘Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Ke-2,
Balai Pustaka, him. 3 74
6
4. Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Menurut Me Ashan kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya untuk
menunjang keberhasilan.4 Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi
mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki
oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran
sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Jadi yang dimaksud dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
adalah suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan
kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar
performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.5 Kurikulum
berbasis kompetensi diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan
dengan penuh tanggung jawab. * 3
5. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep dan
kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas
pembelajaran sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi
tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi
kurukulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis
dalam bentuk pembelajaran.6
6. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena
tak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai
kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan
hasil belajar yang lebih baik. Pembelajaran pada dasamya adalah interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik dalam situasi
pendidikan.7
7. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang berupa
bimbingan anak didik setelah selesai mengikuti kegiatan dapat memahami
dan menghayati ajaran-ajaran agama Islam sekaligus mengamalkannya
ajaran-ajaranm agama Islam sekaligus mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
6Ibid., hlm.9?
8
Pengertian tersebut di atas selaras dengan apa yang telah
dikemukakan oleh Zakiah Darajat, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan dengan melalui ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan
dan usaha terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
r
pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta
menjadikan agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.8
Pendidikan agama Islam juga dapat diartikan sebagai usaha sadar
untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.9
C. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang masalah diatas rumusan masalah yang
akan diteliti adalah Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi pada
proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Boyolali. Adapun rinciannya adalah
sebagai berikut:
8Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1991, him. 86.
1. Bagaimana pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi?.
2. Bagaimana pelaksanaan evaluasi hasil belajar dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi?.
3. Bagaimana metode pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi?.
4. Faktor pendukung yang tersedia dalam implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi?.
5. Faktor penghambat yang dominant dalam implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi?.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi ini
dilaksanakan pada proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Boyolali.
1. Untuk mengetahui pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran pada
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi hasil belajar dalam Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
3. Untuk mengetahui metode pembelajaran yang digunakan dalam
10
4. Untuk mengetahui faktor pendukung yang tersedia dalam implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
5. Untuk mengetahui faktor penghambat yang dominan dalam implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis,memberikan pemahaman kepada pelaksanaan pendidikan
khususnya bagi guru tentang pentingnya implementasi kurikulum berbasis
kompetensi pada proses pembelajaran tahun ajaran 2005 / 2006.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan masukan kepada kepala sekolah tentang deskripsi
partisipasi pada guru dalam implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi pada proses pembelajaran.
b. Meningkatkan pengetahuan bagi penulis.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I : Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Perumusan
Masalah,Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sitematika
Penulisan.
BAB II : Berisi tentang landasan teori yang digunakan sebagai dasar
BAB III
BAB IV
BABY
: Berisi tentang Metode Penelitian yang digunakan untuk
mendapatkan data dan informasi yang di pelukan dalam
penelitian.
: Berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang Deskripsi
informasi SMA Negeri 2 Boyolali dan Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompentensi pada proses pembelajaran
di SMA Negeri 2 Boyolali.
BAB n
LANDASAN TEORI
A. Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan
pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi serta proses
pendidikan. Menurut Beauchamp dalam Nana Syaodih Sukmadinata
mendefinisikan kurikulum sebagai suatu rencana pendidikan atau
pengajaran, pelaksanaan rencana itu sudah masuk pengajaran. Menurut
Donal dalam Nana Syaodih kurikulum merupakan suatu rencana yang
memberi pedoman atau pegangan dalam proses belajar dan mengajar.1
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses pembelajaran di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajamya.
Kompetensi adalah kemampuan akademis, keterampilan hidup,
pengembangan moral, pembentukan karakter yang kuat, kebiasaan hidup
sehat, semangat, bekerjasama dan apresiasi estetika terhadap dunia
sekitamya. Menurut Finch dan Crunkilton dalam E. Mulyasa mengartikan
kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap,
dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat
1 Sukmadinata Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Remaja Rosdakaiva. Bandung, 1997, him 5
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan
tertentu.2 Pertamina korporat dalam Andi Haris Prabawa dan Siti Zuhriah
Arianti mendifmisikan kompetensi sebagai bentuk motif, sikap,
keterampilan, pengetahuan, perilaku atau karakteristik pribadi lain yang
penting untuk melaksanakan pekerjaan yang membedakan antara kinerja
rata-rata dengan kinerja superior. Pertamina korporat merupakan cabang
perusahaan pertamina yang sahamnya sebagian milik pertamina dan
sebagian milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).3
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilam dan nilai-nilai dasar yang direkfleksikan dan terns menerus
yang memungkinkan seseorang menjadi kompeten, artinya dia memiliki
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Untuk mewujudkan kompetensi peserta didik di perlukan
kurikulum yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan
(kompetensi), kurikulum yang dimaksud adalah kurikulum berbasis
kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai suatu
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas standar dengan performansinnya
tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
2E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosdakarya, Bandung. 2003. him 38.
> \
14
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang hams dicapai siswa, penilaian, kegiatan
yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Kurikulum
berbasis kompetensi diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan
dengan penuh tanggung jawab.
2. Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi yang diterbitkan oleh pusat
kurikulum badan peneliti dan pengembangan Departemen Pendidikan
Nasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal.
b. Berorientasi pada hasil belajar siswa
c. Penyampaian mata pelajaran dengan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
d. Sumber belajar bukan hanya gum tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan dan pencapaian suatu kompetensi.
Berdasarkan ciri di atas dapat diidentifikasikan enam karakteristik
1) Sistem Belajar dengan Modul
Kurikulum berbasis kompetensi menggunakan modul sebagai
sistem pembelajaran. Dalam hal ini modul merupakan paket belajar
mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang
direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan belajar. Modul adalah suatu prosrs pembelajaran
mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis,
operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai
dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Tujuan utama
sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas maupun tenaga
guna mencapai tujuan secara optimal.
2) Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Dalam kurikulum berbasis kompetensi guru tidak lagi berperan
sebagai aktor / aktris utama dalam pembelajaran, karena pembelajaran
dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber belajar.
Sumber balajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat
memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperolah
sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dalam
proses belajar mengajar.
3) Pengalaman Lapangan
Kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada
16
dengan peserta didik. Pengalaman lapangan dapat secara sistematis
melibatkan masyarakat yang berperan sebagai pemakai produk
pendidikan dalam pengembangan program, aktivitas dan evaluai
pembelajaran.
4) Strategi Belajar Individual Personal
Belajar individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar
peserta didik, sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif
berdasarkan keunikan peserta didik. Individualisasi dan personalisasi
dalam kurikulum berbasis kompetensi tidak hanya sekedar
individualisasi dalam pembelajaran. Untuk memenuhi kebutuhan
kognitif peserta didik, tetapi mencakup respon terhadap perasaan
pribadi dan kebutuhan pertumbuhan psikososial peserta didik.
5) Kemudahan Belajar
Kemudahan belajar diberikan melalui kombinasi antara
pembelajaran individual personal dengan pengalaman lapangan dan
pembelajaran secara tim. Hal ini dilakukan melalui berbagai saluran
komunikasi yang dirancang untuk itu seperti: video, televise, radio,
bulletin, jumal dan surat kabar.
6) Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat
dilaksanakan dalam kelas, dengan asumsi bahwa dalam kondisi yang
tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan
yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil maksimal,
pembelajaran hams dilakukan secara sistematis.4
Dengan karakteristik tersebut, maka gum sebagai pelaksana
kurikulum diharapkan mampu menerapkan pada siswa dalam proses
pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran Kurikulum Berbasis
Kompetensi ditentukan oleh gum dan siswa sebagai pendidik dan terdidik.
Gum hams dapat melaksanakan proses pembelajaran secara sistematis
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Dengan
kondisi yang sesuai / tetap semua siswa akan mampu belajar dengan baik
dan memperoleh hasil yang maksimal.
3. Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi
Setiap komponen kurikulum berbasis kompetensi saling bertalian
erat antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya.
Komponen-komponen itu antara lain:
1) Kurikulum dan Hasil Belajar
Menurut rencana pengembangan kompetensi peserta didik yang
perlu dicapai secara keselumhan. Kurikulum dan hasil belajar memuat
kompetensi, hasil belajar dan indikator dari TK sampai jenjang sekolah
menengah.
2) Penilaian Berbasis Kelas
Memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian
berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten, sebagai akuntabilitas
18
publik melalui identifikasi / hasil belajar yang telah dicapai,
pemyataan yang hams dan telah dicapai, pemyataan yang jelas tentang
standar yang hams dan telah dicapai serta kemajuan belajar siswa dan
pelapor.
3) Kegiatan Belajar dan Mengajar
Menumt gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran
yang digunakan untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta
gagasan-gagasan paedagogis dan andragogis agar tidak mekanistis.
4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis kompetensi
Memuat berbagai pola pemberdayaan tenaga kependidikan dan
sumber daya lain untuk meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini
dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum,
pengembangan perangkat kurikulum, pembinaan tenaga kependidikan
dan pengembangan sistem informasi kurikulum.
4. Prinsip Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sesuai dengan kondisi Negara, kebutuhan masyarakat dengan
berbagai perkembagan serta pembahan yang sedang berlangsung dewasa
ini, maka dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) perlu
memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut .
a. Keimanan, Nilai dan Budi Pekerti Luhur
Keyakinan dan nilai- nilai yang dianut masyarakat berpengaruh
pada sikap dan kehidupannya. Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti
b. Penguatan Integritas Nasional
Penguatan integrasi nasional dicapai melalui pendidikan yang
memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang majemuk
dan kemajuan peradaban Bangsa Indonesia dalam tatanan peradaban
dunia yang multikultur dan multibahasa.
c. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
Keseimbangan pengalaman belajar siswa yang meliputi etika,
logika, estetika dan kinestetika sangat dipertimbangkan dalam
penyusunan kurikulum dan hasil belajar.
d. Kesamaan Memperoleh Kesempatan
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua siswa untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat diutamakan.
Seluruh siswa dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang
beruntung secara ekonomi dan social yang memerlukan bantuan
khusus, berbakat dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat
sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
e. Adap Pengetahuan dan Teknologi Informasi
Kemampuan berpikir dan belajar dengan mengakses, memilih
dan menilai pengetahuan untuk mengetahui situasi yang cepat berubah
dan penuh ketidakpastian merupakan kompetensi penting dalam
20
f. Pengembangan Keterampilan Hidup
Kurikulum perlu memasukkan unsur keterampilan hidup agar
siswa memiliki keterampilan, sikap dan perilaku adaptif, kooperatif
serta kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan
sehari-hari secara efektif.
g. Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan berlanjut sepanjang hidup manusia untuk
mengembangkan, menambah kesadaran dan selalu belajar memahami
dunia yang selalu berubah dalam berbagai bidang.
h. Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan
Komprehensip
Upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerjasama dan
menilai diri sendiri sangat perlu diutamakan agar siswa mampu
membnagun pemahaman dan pengetahuannya. Penilaian berkelanjutan
dan komprehensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian
upaya tersebut.
i. Pendekatan Menyeluruh dan Kemiteraan
Semua pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan
nilai dari TK sampai kelas XII. Pendekatan yang digunakan dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar berfokus pada kebutuhan siswa
yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu.5
Prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi di atas dapat dijadikan
sebagai pertimbangan oleh guru dalam pendidikan. Karena dengan prinsip
tersebut guru dapat menyesuaikan kebutuhan siswa dalam memperoleh
pendidikan, dan siswa itu akan tahu apa yang dapat dilakukan untuk
menghadapi kehidupan yang akan datang. Di dalam implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang lebih ditekankan adalah bagaimana
siswa itu memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dapat
diaktualisasikan dalam kehidupan di masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini harus lebih
intensif dan sistematis supaya memperoleh hasil yang maksimal.
5. Paradigma Kurikulum Berbasis Kompetensi
Paradigma kurikulum berbasis kompetensi difokuskan menjadi
empat pilar pendidikan yang juga sedang dikembangkan oleh UNESCO,
yaitu:
a. Learning to do, yaitu pengembangan pembelajaran yang akan
memperdayakan siswa agar mau dapat dan mampu berbuat untuk
memperkaya pengalaman belajarnya dengan meningkatkan interaksi
dengan lingkungan fisikdan sosialnya.
b. Learning to know, yaitu pengembangan pembelajaran yang
memungkinkan siswa membangun pemahaman dan pengetahuannya.
c. Learning to be, yaitu pengembangan pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk membangun kepercayaan diri sekaligus
22
d. Learning to live together, yaitu pengembangan pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menumbuhkan sikap-sikap positif
terhadap keragaman dan kemajemukan kehiduoan.6
Penerapan paradigma ini diharapkan mampu menjawab tantangan
pendidikan dimasa mendatang. Meskipun untuk mencapai pembelajaran
efektif sesuai dengan pilar-pilar pendidikan di atas menyiratkan tugas guru
menjadi “lebih berat”, namun paradigma ini sebenamya memberikan
kesempatan kepada para guru untuk lebih kreatif dalam mengembangkan
pembelajaran.
6. Indikator Keberhasilan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Keberhasilan kurikulum berbasis kompetensi yang dalam
pengembangannya memberikan kewenangan sangat besar kepada sekolah
melalui pengambilan keputusan partisipatif, sangat ditentukan oleh kepala
sekolah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa dan masyarakat yang
terlibat secara langsung dalam pengelolaan sekolah. Keberhasilan tersebut
antara lain dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
a. Adanya peningkatan mutu pendidikan, yang dapat dicapai oleh sekolah
melalui kemandirian dan inisiatif kepala sekolah dan guru dalam
mengelola dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia.
b. Adanya peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan
penggunaan sumber-sumber pendidikan, melalui pembagian tanggung
jawab yang jelas, transparan dan demokratis.
c. Adanya peningkatan perhatian serta partisipasi warga dan masyarakat
sekitar sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran
yang dicapai melalui pengambilan keputusan bersama.
d. Adanya peningkatan tanggung jawab sekolah kepada pemerintah,
orang tua, peserta didik dan masyarakat pada umumnya berkaitan
dengan mutu sekolah, baik dalam intra maupun ektra kurikuler.
e. Adanya kompetisi yang sehat antar sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua
peserta didik, masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
f. Tumbuhnya kemandirian dan kurangnya ketergantungan dikalangan
warga sekolah, bersifat adaptif dan proaktif serta memiliki jiwa
kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif dan berani mengambil resiko).
g. Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih
menekankan pada belajar mengetahui (learning to know), belajar
berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be)
dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together).
h. Terciptanya iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib, sehingga
pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan
{enjoyable learning).
i. Adanya proses evaluasi secara teratur ditujukan untuk memanfaatkan
hasil evaluasi belajar bagi perbaikan dan penyempurnaan proses
pembelajaran di sekolah.7
24
Dengan indikator keberhasilan Kurikulum Berbasis Kompetensi di
atas dapat dijadikan pedoman oleh lembaga pendidikan yang sudah
menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk meningkatkan dan
memperbaiki pengelolaan sekolah. Dengan pengelolaan sekolah yang baik
akan dapat mencapai mutu pendidikan yang berkualitas dan akan
mendapat dukungan dari masyarakat dalam meningatkan pendidikan di
sekolah. Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui kemandirian,
inisiatif kepala sekolah dan guru dalam mengelola dan mendayagunakan
sumber-sumber yang tersedia.
B. Proses Pembelajaran PAI dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Pengertian Proses Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut
keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta
didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Saylor (1981:227)
dalam Mulyasa, E (2004) mengatakan bahwa “Innstruction is thus the
implementation o f curriculum plan, usually, but not necessarily, involving
teaching in the sence o f student, teacher interaction in an educational
s e t ti n gDalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar
penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk
kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah
menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan pengggunaan
media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode mengajar,
keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan
menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran.
Menurut aliran humanistik pembelajaran adalah memberikan
kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pembelajaran dan cara
mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Tentu saja
kerangkannya tidak keluar dari kerangka belajar. Setidaknya guru dengan
kerangka humanistik dapat memberikan layanan belajar yang
menyenangkan bagi murid, sedangkan bahan belajar tetap berasal dari
kurikulum yang berlaku, hanya gaya mengajar dengan penuh tekanan dan
ancaman dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Pembelajaran menurut
aliran kognitif adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang
dipelajari. Ini sesuai dengan pengertian belajar menurut aliran kognitif
yang menekankan pada kemampuan kognisi (mengenal) pada individu
yang belajar.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga teijadi perubahan perilaku
kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang teijadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik.
26
Jadi dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang dilakukan secara sadar dan sengaja, dengan tujuan membantu siswa,
supaya memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu
tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah
laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau
norma yang berfimgsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.
2. Tahap-tahap Pembelajaran PAI
Tahap-tahap pembelajaran didalam kurikulum berbasis kompetensi
yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan awal pembelajaran
Kegiatan awal pembelajaran, yaitu memberikan motivasi
kepada siswa dengan cara menggali pengetahuan awal siswa tentang
topik yang sedang dibahas. Secara konkrit, cara ini dapat berupa
demonstrasi yang dilakukan guru atau dengan melibatkan siswa untuk
menunjukkan fenomena alam. Cara lain, yaitu dengan memberikan
ilustrasi atau gambaran fenomena nyata yang mungkin pemah dialami
siswa. Langkah akhir pada tahap ini adalah memunculkan pertanyaan
yang berkaitan dengan demonstrasi atau ilustrasi yang telah dilakukan
mengarah pada tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan inti pembelajaran
Kegiatan inti pembelajaran, yaitu siswa diberi kesempatan
untuk melakukan ekplorasi sederhana. Ekplorasi lebih diartikan
mengembangkan kemampuan mengamati, menyelidiki fenomena
(sesuai rancangan guru), menyusun pengamatan serta
mengkomunikasikan hasil pengamatannya dalam rangka menjawab
pertanyaan yang muncul pada tahap pertama, sebagai konsep yang
siswa temukan. Kemudian guru memberikan penegasan atau
penguatan terhadap konsep yang telah dibahas oleh siswa. Penegasan
atau penguatan guru memegang peranan penting untuk meyakinkan
siswa terhadap hasil belajar yang telah dipelajarinya.
c. Penutup pembelajaran
Penutup pembelajaran, yaitu pengembangan. Pada tahap ini
guru dapat memberikan pengembangan terhadap konsep yang telah
dipahami siswa atau nilai-nilai yang telah dipelajari siswa.
Pengembangan dapat berupa aplikasi konsep yang dikaitkan dengan
altematif pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, evaluasi sebagai
balikan atau dapat juga pemberian tugas.8
Tahap-tahap pembelajaran sangat penting sekali bagi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Dengan tahap tersebut guru dapat
mengetahui dan mengukur pemahaman dan pengetahuan siswa dalam
menerima materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan
dapat benar-benar menguasai materi pelajaran sehingga dalam
menyampaikan, dan memberikan pemahaman pada siswa akan lebih
mudah, dan siswa dapat menerima materi tanpa ada kesulitan.
28
Keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada bagaimana guru
menggunakan metode pembelajaran dan bagaimana evaluasi yang
dilaksanakan dalam penilaian hasil belajar siswa.
3. Prinsip Pembelajaran Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Prinsip pembelajaran didalam kurikulum berbasis kompetensi yaitu
sebagai berikut:
a. Berpusat Pada Siwa
Proses pembelajaran hendaknya berfokus pada siswa sebagai
subyek belajar dengan segala karakteristiknya: gaya belajar, bakat,
minat, motivasi dan latar belakang.
b. Learning by doing
Proses pembelajaran hendaknya menciptakan kesempatan
kepada siswa untuk mengalami secara nyata hal-hal yang dipelajari,
terkait dengan kehidupan dan dunia kerja.
c. Mengembangkan Kemampuan Sosial
Proses pembelajaran hendaknya menciptakan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi sosial secara baik: bertanya, diskusi,
bekerjasama dalam rangka untuk meningkatkan pemahaman.
d. Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan Fitrah Bertuhan
Proses pembelajaran hendaknya inkuiri siswa untuk ingin tahu,
berimajinasi, untuk membentuk pribadi peka, kritis, mandiri dan
e. Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah
Proses pembelajaran hendaknya mendorong keterampilan
pemecahan masalah.
f. Mengembangkan Masalah Secara Ilmiah
Proses pembelajaran hendaknya mendorong siswa untuk bebas
berkreasi.
g. Mengembangkan Kemampuan menggunakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK)
Proses pembelajaran hendaknya mendorong siswa untuk
memperoleh informasi dari multi media, setidaknya dalam penggunaan
materi dan penggunaan media pembelajaran.
h. Menumbuhkan kesadaran sebagai Warga Negara Indonesia (WNI)
yang baik
Proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai-nilai moral,
sosial yang membekali siswa untuk menjadi Warga Negara Indonesia
yang baik dan bertanggung jawab.
i. Belajar Sepanjang Hayat (life long learning)
Proses pembelajaran hendaknya mendorong siswa untuk mau
terus belajar, menimba ilmu, meningkatkan diri dan mengingat dirinya
30
j. Memadukan kompetisi, kerjasama dan solidaritas
Proses pembelajaran hendaknya mendorong siswa untuk secara
seimbang (sehat berkompetisi, kerjasama dan memupuk rasa
solidaritas).9
C. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan
konsep, ide, program / tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran /
aktivitas-aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok
orang yang di harapkan untuk berubah. Dapat diartikan juga bahwa
implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator
sebagai pengembang kurikulum, dan peserta didik sebagai subyek belajar.
Dapat juga dikemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah
operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis)
menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
implementasi kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial)
dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai
seperangkat kom petensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh tiga factor
yaitu sebagai berikut:
a. Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasannya bagi pengguna lapangan.
b. Strategi implementasi, yaitu setrategi yang digunakan dalam
implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya,
penyediaan buku kurikulum dan kegiatan-kegiatan yang dapat
mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
c. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap guru terhadap kurikulum serta
kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran.
Disisi lain, Mars mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi
implementasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1. Dukungan kepala sekolah
2. Dukungan rekan sejawat guru
3. Dukungan internal yang datang dari dalam diri guru sendiri
Dari berbagai faktor tersebut, guru merupakan faktor penentu
disamping faktor-faktor lain. Dengan kata lain keberhasilan implementasi
kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh guru, karena bagaimanapun
baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugas dengan
baik, maka hasil implementasi kurikulum (pembelajaran) tidak akan
32
3. Kegiatan Pokok Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dalam garis besamya implementasi kurikulum berbasis
kompetensi mencakup tiga pokok yaitu sebagai berikut:
a. Pengembangan Program
Pengembangan program didalam kurikulum berbasis kompetensi
mencakup kegiatan sebagai berikut yaitu, pengembangan program
tahunan, program semester, program modul (pokok bahasan), program
mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial serta
bimbingan dan konseling.
1) Program Tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru
pelajaran yang bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni
program semester, program mingguan dan program harian atau
program pembelajaran setiap pokok bahasan, yang dalam
kurikulum berbasis kompetensi dikenal modul.
2) Program Semester
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-
hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai oleh semester tersebut.
Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.
pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang
direncanakan dan keterangan-keterangan
3) Program Modul (pokok Bahasan)
Program modul umumnya dikembangkan dari setiap
kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan. Program
ini merupakan penjabaran dari program semester. Pada umumnya
modul berisikan tentang lembar kegiatan peserta didik, lembar
kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban dan kunci
jawaban. Dengan demikian, siswa bisa belajar mandiri tidak harus
didampingi oleh guru, kegiatan guru cukup menyiapkan modul dan
membantu peserta yang menghadapi kesulitan belajar.
4) Program Mingguan dan Harian
Program ini merupakan penjabaran dari program semester
dan program modul. Melalui program ini dapat diketahui tujuan
yang ingin dicapai dan yang perlu diulang bagi setiap peserta didik.
Melalui program ini juga diidentifikasi kemajuan belajar setiap
peserta didik, sehingga dapat diketahui peserta didik yangmendapat
kesulitan dalam setiap modul yang dikerjakan dan peserta didik
yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata kelas. Bagi siswa
yang cepat bisa diberikan pengayaan sedang bagi yang lambat
dilakukan pengulangan modul untuk menapai tujuan yang belum
34
5) Program Pengayaan dan Remedial
Program ini merupakan pelengkap dan penjabaran dari
program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap
kegiatan belajar dan tugas-tugas modul, hasil tes dan ulangan dapat
diperoleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik. Hasil
analisis ini dapat dipadukan dengan catatan yang ada pada program
harian dan mingguan untuk digunakan sebagai tindak lanjut proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Program ini juga
mengidentifikasi modul yang perlu diulang, peserta didik yang
wajib mengikuti remedial dan yang mengikuti program pengayaan
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak
sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang
dari dalam diri individu maupun faktor ekstemal yang datang dari
lingkungan. Dalam proses pembelajaran, tugas yang paling utama
adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran
didalam kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga hal yaitu
1) Pre Tes
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan
pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pre
tes memegang peranan cukup penting dalam proses pembelajaran.
Fungsi pre tes ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena
dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-
soal yang harus peserta didik jawab / kerjakan.
b) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat
dilakukan dengan membandingkan hasil pre tes dengan post
tes.
c) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh
peserta didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik
dalam proses pembelajaran.
d) Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran
dimulai, tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan
dan perhatian khusus.
2) Proses
Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan dari
pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana tujuan-tujuan
perlu di lakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal ini tentu
saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptan
lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran dikatakan efektif
apabila peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik,
maupun sosialnya.
Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar (75%) peserta
didik terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun mental dalam
proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan yang
tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri
sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila teijadi perubahan perilaku yang positif pada
peserta didik seluruhnya atau sebagian besar (75%). Untuk itu
perlu dikembangkan pengalaman belajar yang kondusif untuk
mambentuk manusia yang berkualitas tinggi, baik mental, moral
maupun fisik.
3) Post Tes
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan
post tes. Post tes memiliki banyak kegunaan, terutama dalam
melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post tes yaitu sebagai
berikut:
a) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan
antara hasil pre tes dan post tes.
b) Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat
diketahui oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan yang
belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi yang
belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum
menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali
(remedial teaching).
c) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan
remedial, peserta didik yang perlu mengetahui pengayaan dan
untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul
(kesulitan belajar).
d) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap
komponen-komponen modul dan proses pembelajaran yang
telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan
maupun evaluasi.10
c. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis
kompetensi dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar,
penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking dan
penilaian program.
38
1) Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan
umum dan ujian akhir. Penilaian kelas dilakukan oleh gum untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa
kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran dan penentuan kenaikan kelas.
2) Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui
kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang di perlukan
dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program
remedial). Tes kemampuan dilakukan setiap tahun.
3) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran
diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran
secara utuh dan menyeluruh mengenai ketentuan belajar peserta
didik satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja
dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat
Belajar (STTB) tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian
pada akhir jenjang sekolah.
4) Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur
kinerja yang sedang berjalan, proses dan hasil untuk mencapai
berkesinambungan, sehingga peserta didik dapat mencapai satuan
tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan
usaha dan keuletannya.
Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang
pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara
nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. Hal ini
dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru dan
kinerja sekolah.
5) Penilaian Program
Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan
Nasional dan Dinas Pendidikan secara berkesinambungan.
Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
kurikulum dengan dasar, fungsi, tujuan pendidikan nasional dan
kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan
kema.iuan zaman.11
B A B m
METODE PENELITIAN
Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk
memperoleh data yang akurat, untuk itu diperlukan adanya suatu metode
penelitian. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.
Metode penelitian adalah cara untuk melakukan pengamatan dengan
pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan-tahapan yang disusun secara
ilmiah untuk mencari, menyusun dan menganalisis serta menyimpulkan data-data,
sehingga dapat dipergunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran sesuatu pengetahuan.1
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk memperoleh pemahaman yang substantive dan komprehensif
tentang permasalahan yang dikaji, penelitian ini menerapkan pendekatan
kualitatif. Adapun asumsi yang mendasari pemilihan pendekatan ini adalah
bahwa pendekatan kualitatif memiliki kemampuan mengungkap data yang
tersirat dan terselubung dengan cara memahami kerangka acuan dari pelaku
perbuatan itu sendiri. Pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya
pada proses penyimpulan induktif artinya data dikumpulkan, dianalisis,
diabstraksikan dan akan muncul teori-teori sebagai dinamika hubungan antar
fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Penekanan
1 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. IKIP Yogyakarta, 1994, him. 151
pendekatan kualitatif yaitu pada usaha menjawab pertanyaan penelitian
melalui cara-cara berfikir ilmiah dan argumentative. Bagi kelompok
penganut kaum fenomenologi mengutamakan keinginan untuk meneliti
bagaimana manusia melukiskan aktivitasnya dan menghayati dunianya. Jadi,
pemahaman kualitatif diarahkan pada keadaan sebagaimana subjek
memahaminya.
Melalui pendekatan kualitatif diharapkan dapat melihat secara
mendalam berdasarkan perspektif emik tentang kebenaran sebuah perubahan
pelaksanaan rencana pendidikan dalam proses pembelajaran pada kurikulum
berbasis kompetensi.
Pendekatan kualitatif diarahkan untuk melihat dan memahami proses
pembelajaran yang dilaksanakan dalam kurikulum berbasis kompetensi.
Dalam hal ini peneliti mengamati proses pembelajaran mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum berbais kompetensi. Penelitian
ini juga mengungkap bagaimana para pengajar melaksanakan dan
mengembangkan program kurikulum berbasis kompetensi dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif. Penelitian
diskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan yang ada
sekarang berdasarkan data-data, penelitian ini juga menyajikan data,
menganalisis dan menginterpretasi. Penelitian ini berusaha memberikan
42
penelitian diskriptif yaitu untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang
dihadapi sekarang dan untuk menggambarkan situasi atau kejadian.
Penelitian diskriptif ini melakukan analisa hanya sampai pada taraf
diskriptif, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik
sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Simpulan
yang diberikan jelas atas dasar faktualnya sehingga semuanya dapat
dikembalikan langsung pada data yang diperoleh.
B. Penetapan Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan di SMA Negeri 2
Boyolali, ditemukan suatu fenomena bahwa disana telah menerapkan
(mengimplementasikan) kurikulum berbasis kompetensi dalam proses
pembelajaran. Selanjutnya, penetapan subjek penelitian dibedakan atas
kelompok responden dan kelompok informan sehingga keduanya dapat
dimanfaatkan secara optimal dan proporsional. Adapun perbedaan prinsip
kedua kelompok subjek tersebut adalah:
1. Responden
Subjek yang dikelompokkan sebagai responden adalah mereka
yang mengungkapkan data penelitian atas pemahaman dan perilaku
tentang dirinya sendiri. Dengan demikian data yang terhimpun dalam
penelitian diperoleh dari subjek yag bersangkutan secara langsung, baik
adalah siswa-siswi, para pengajar Pendidikan Agama Islam dan kepala
sekolah SMANegeri 2 Boyolali.
2. Informan
Subjek yang dikelompokkan sebagai informan adalah mereka yang
tahu informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan implementasi
kurikulum berbasis kompetensi dan proses pembelajaran dalam
Pendidikan Agama Islam. Meskipun mereka juga pengajar juga, tetapi
dalam hal ini informasi yang dimintakan darinya bukan tentang dirinya
melainkan orang lain. Informasi yang diberikan digunakan sebagai
petunjuk pengembangan pertanyaan dan uji validitas data.
C. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik,
pengamatan dan wawancara. Dalam pelaksanaannya, peneliti secara
langsung menggali data dan informasi melalui para responden dan informan.
Peneliti akan melihat, mendengarkan, berinteraksi, bertanya, minta
penjelasan para responden maupun para informan.
1. Observasi
Teknik observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala
yang diselidiki. Data observasi yang diperoleh merupakan data faktual,
cermat, dan terinci mengenai keadaan di sekolah, kegiatan guru, situasi
44
pembelajaran terjadi. Jenis observasi yangdilakukan dalam penelitian ini
yaitu observasi sistematik. Observasi sistematik adalah observasi yang
diselenggarakan dengan menentukan secara sistematik, factor-faktor
yang akan di observasi lengkap dengan kategorinnya. Adapun aspek
yang diamati meliputi cara belajar siswa dan cara mengajar guru
2. Wawancara
Teknik wawncara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka
mendegarkan secara langsung informasi atau keterangan. Wawancara ini
digunakan untuk memperoleh informasi tentang implementasi kurikulum
berbasis kompetensi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMANegeri 2 Boyolali.
Wawancara dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan siswa
kelas XI SMA Negeri 2 Boyolali.
D. Teknik Analisis Data
Secara umum, penelitian dengan metode kualitatif merupakan
penelitian non-hipotesis, sehingga tidak perlu merumuskan hipotesis.
Maka proses analisis datanya, seperti yang dikemukakan Moleong Lexy
kategori dan susunan uraian dasar, sehingga dapat menemukan hipotesis
kerja yang disarankan oleh data.2
Secara prosedural, data yang diperoleh dengan mengoptimalkan
metode penelitian yang digunakan, direduksi, disajikan, disimpulkan dan
diverifikasi. Hasil reduksi data tersebut kemudian diverbalkan dan dipilah-
pilah menurut kategori datanya. Sebelumnya, dipersiapkan antisipasi
terhadap kemungkinan reduksi data serta merumuskan konsep.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisi yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan
kemudian mengorganisaSikan data sehingga dapat mengarah pada
simpulan akhir. Tahapan berikutnya adalah penyajian data dilakukan
dalam rangka upaya pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang
tersusun. Tahapan ini tidak boleh terlepas dari analisis, sehingga data
dapat tersaji rapi dan sistematik. Sesudah data tersaji, maka proses
penarikan simpulan-simpulan dilakukan sejak penelitian bermula sampai
berakhir, seluruh data yang telah tereduksi dan tersaji, diteliti dan ditinjau
ulang sehingga data yang diperoleh teruji validitasnya.
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan yaitu
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
digunakan yaitu triangulasi dengan sumber.