• Tidak ada hasil yang ditemukan

WHY IS BAR IMPORTANT? KENAPA BAR PENTING?

Dalam dokumen Ranguman Teori Akuntansi Uas (Halaman 40-47)

Terdapat beberapa alasan yang sangat bagus bahwa BAR sangat pentig untuk praktisi akuntasi dan yang lain :

 Telah catat pada awal chapter ini bagaimana kelompok penelitian akuntansi yang lain seperti pasar modal dan teori agensi tidak memperlengkapi dengan jawaban pertanyaan tentang bagaimana orang-orang menggunakan dan memproses informasi akuntansi. Untuk mengisi kekosongan membutuhkan penelitian yang secara spesifik menguji aktivitas pengambilan keputusan yang menyiapkan (penyaji), pengguna, dan auditor informasi akuntansi.

 BAR dapat memberikan arti berharga dalam jenis cara yang berbeda pada hasil, proses, dan reaksi pengambil keputusan pada fakta-fakta (keterangan) informasi akuntansi dan metode komunikasi. Kita dapat menggunakannya untuk memperbaiki pengambilan keputusan dalam berbagai macam cara.

 BAR berpotensi menyediakan informasi yang bermanfaat untuk regulator akuntansi seperti Australian Accounting Standart Board (AASB). Sebagai tujuan pokok akuntansi adalah untuk menyediakan informasi ‘bermanfaat untuk keputusan’, anggota AASB terus berhadapan dengan masalah dimana metode akuntansi dan apa tipe pengungkapan yang akan terbukti ‘bermanfaat’ untuk pengguna laporan keuangan (financial statement).

 BAR juga dapat mengarahkan pada efisiensi dalampraktek kerja akuntan dan profesi yang yang lain. Seperti, keahlian senior dan pengalaman anggota sebuah perusahaan akuntansi dapat dicatat dan

dimanfaatkan oleh metode BAR untuk mengembangkan sistem keahlian yang terkomputerisasi untuk suatu variasi dalam konteks pengambilan keputusan (decision making).

Development of behavioural accounting research - Pengembangan penelitian akuntansi perilaku (BAR)

Istilah BAR pertama kali muncul dalam literatur pa tahun 1967, tetapi penelitian HJT menjadi pondasinya dalam literature psikologi dengan karya seminal Ward Edward pada tahun 1954. Aplikasi penelitian pada akuntansi dan auditing dapat terima tahun 1974 ketika Ashton mempublikasikan sebuah studi percobaan (experimental) pertimbangan internal control oleh auditor.

Perkembangan penelitian HJT dalam akuntansi memberikan banyak pada adaptasi metode penelitian telah digunakan dengan baik dalam literatur psikologi, model Brunswik lens. Teknik ini mewakili pendekatan penelitian baru yang sangat kuat yang dapat diaplikasikan pada pertanyaan lama yang memperhatikan pengguna data.

Dasar tujuan penelitian HJT adalah untuk menjelaskan cara yang orang-orang gunakan dan bagian proses informasi akuntansi (dan yang lain) dalam suatu fakta konteks pengambilan keputusan. Kita gambarkan proses pengambilan keputusan seseorang adalah sebuah ‘model’. Sehingga, contohnya, kita mungkin menggunakan penelitian teknik HJT terhadap ‘model’ (atau menggambarkan) cara yang petugas pinjaman bank proses dengan berbagai cara pokok informasi akuntansi (atau ‘isyarat’ seperti yang mereka sebutkan) seperti laba dan angka arus kas untuk suatu keputusan tentang apakah untuk menyetujui suatu pinjaman dari suatu perusahaan.

Walaupun model brunswik lens metode yang mendominasi untuk pongembangan model pembuatan keputusan, juga terdapat dua pendekatan penelitian. Satu di sebut ‘process tracing’, yang lain diketahui sebagai paradingma ‘probabilistic judgement’, dimana dalam memprosess keputusan mewakili kemungkinan pernyataan berdasarkan pada dalil Baye. 3 Pendekatan yang lain untuk menjelaskan (modelling) pembuatan keputusan adalah: availability, anchoring dan adjusment, dan expert judgment

Model Brunswik Lens

Sejak pertengahan tahun 1970, model brunswik lens telah digunakan sebagai kerangka analitis dan dasar untuk pendapat penelitian yang paling memerlukan ramalan (seperti kebangrutan) dan/atau evaluasi (seperti pengendalian internal). Peneliti menggunakan model lens untuk menginvestigasi hubungan dari beberapa keping informasi dan keputusan. Keputusan ataupun prediksi dengan melihat

kesamaan dari respon terhadap informasi tersebut. Pengambilan keputusan dipandang seperti melihat dari lensa informasi yang secara probability terkait dengan kejadian untuk mencapai kesimpulan tentang kejadian tersebut.

Dalam membentuk model ini, subjek diminta untuk memberi keputusan untuk beberapa jenis kasus berdasarkan informasi yang sama. Sebagai contoh, mereka dapat ditanya untuk memperkirakan apakah sebuah perusahaan mungkin gagal dengan rasio- rasio keusangan yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian sebuah model linier akan dibentuk untuk mempresentasikan bagaimana informasi diproses oleh individual. Kemudian sebuah analisis regresi digunakan dengan menetapkan dependent variable dan independent variable untuk mendapatkan sebuah model.

Dengan Brunswik lens model peneliti dapat mendapatkan seberapa penting sebuah informasi dalam model tersebut, apakah signifikan bagi model atau tidak. Selain itu model juga dapat menentukan hubungan dari pengambil keputusan dengan informasi bagi mereka. Selain itu kita juga dapat tahu pentingnya informasi dari sudut pandang yang berbeda, misalkan seorang manajer melihat bahwa profit merupakan informasi yang sangat penting padahal stakeholder tidak melihat profit sebagai informasi yang sangat penting. Dengan demikian kita dapat merubah pola pandang manajamen untuk menghasilkan hasil yang lebih baik. Penggunaan model ini telah membuka jalan bagi penemuan penting sebagai berikut :

 Pola dalam penggunaan informasi dalam berbagai model

 Pembobotan yang digunakan pengambil keputusan atas informasi

 Akurasi dari pengambil keputusan dari berbagai bidang dalam memprediksi dan mengevaluasi  Konsistensi dari pengambilan keputusan

 Tingkat sudut pandang yang dimiliki pengambil keputusan mengenai pola data Process Tracing Methods

Model pengambilan keputusan yang diturunkan dengan menggunakan model lens Brunswik biasanya memilki kekuatan prediktif yang baik. Model lens merupakan prediktor yang lebih baik karena model statistic lens memindahkan banyak random error yang biasanya terdapat dalam prasangka manusia yang misalnya diakibatkan rasa lelah, sakit, ataupun kurangnya kosentrasi, namun, model ini juga memiki keterbatasan karena bukan prediktor yang baik mengenai bagaimana sebenarnya manusia membuat keputusan.

Pengetahuan mengenai proses dan cara pengambilan keputusan oleh manusai dapat membantu menemukan kelemahan dari proses tersebut sehingga kelemahan tersebut dapat dihilangkan. Hal ini dapat menghasilkan prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Dalam process tracing, pengambilan keputusan diberikan serangkaian studi kasus untuk di analisis, tetapi kali ini mereka diminta untuk mendeskripsikan secara verbal setiap langkah yang dilalui dalam pengambilan keputusan. Kemudian deskripsi verbal tersebut direkam dan dianalisis untuk menghasilkan decision tree untuk menggambarkan proses pengambilan keputusan tadi.

Decision tree yang diturunkan dari metode process tracing secara intuitif adalah deksriptor yang baik mengenai proses pengambilan keputusan manusia . namun, relative terhadap model lens Brunswik, metode process tracing tidak selalu merupakan prediktor yang baik. Hal ini karena pembuat keputusan seringkali mengalami kesulitan dalam menjelaskan semua langkah yang mereka lalui.

Peneliti mencoba mengatasi keterbatasan kedua model tersebut dengan menkombinasikan kekuatan deskriptif dan prediktif dua pendekatan tersebut, misalnya dengan sebuah teknik statistic yang dikenal sebagai classification and regression trees (CART). CART menggunakan metode statistik untuk membagi (memisahkan) ouput prasangka pembuat keputusan ke dalam noda-noda yang memaksimalkan kekuatan model untuk memprediksi secara tepat klasifikasi kasus-kasus yang berbeda kedalam tipe keputusan yang tepat. CART mengkombinasikan kekuatan dominan untuk secara tepat mengklafikasikan rekomendasi analisis dengan dekskriptor intuitif tentang proses pengambilan keputusan mereka.

Probabilistic Judgement

Model ini berguna untuk melihat situasi akuntansi dimana kepercayaan awal mengenai prediksi atau evaluasi harus direvisi ketika ada bukti baru. Model ini berpendapat bahwa cara yang paling tepat secara normative untuk merevisi kepercayaan awal ini, dinyatakan sebagai probabilitas subjektif, adalah dengan mengaplikasikan teorama Bayes (sebuah tenet dasar mengenai teori kondisional probabilitas). Teorema Bayes menyatakan bahwa probabilitas revisi karena adanya bukti tambahan sama dengan kepercayaan awal dikalikan dengan seberapa banyak ekspektasi awal harus direvisi. Revisi yang melibatkan auditor dan akuntan memberikan bukti bahwa akuntan dan auditor memilki serangkaian rules of thumb karena kompleksitas tipe judgement yang harus mereka buat dengan keterbatasan informasi yang mereka miliki.

Lens Model Studies --- The Evidence

Dengan menggunakan model lens sebagai alat riset memungkinkan adanya analisis konsistensi judgement, apakah model perilaku manusia dapat memprediksi lebih akurat daripada manusia itu sendiri. Model ini juga memungkinkan analisis kemampuan petunjuk untuk memprediksi event dalam pertanyaan. Selain itu, model ini juga memberikan insight mengenai derajat konsensus antara pembuat keputusa.

Bukti secara konsistensi menunjukkan bahwa manusia mampu untuk mengembangkan prinsip-prinsip atau model-model untuk memecahkan kesuksesan/kegagalan tugas menggunakan rasio keuangan, tetapi mereka tidak mampu melakukan hal tersebut ketika model mereka sendiri digunakan secara matematis. Hal ini karena mereka menjadi tidak memperhatikan petunjuk dan merek menjadi tidak konsistensi dalam mengaplikasikan aturan keputusan mereka akibat faktor kelelahan dan kebosanan.

Abdel-Khalik dan El-Sheshai menyimpulkan bahwa pilihan informasi manusialah, bukan proses pemilihan ptunjuk, yang membatasi akurasi. Simnett dan Trotman menemukan bahwa meskipun subjek telah dapat menggunakan performa ketika diminta untuk mengaplikasikan pembobotan petunjuk idela. Penulis-penulis ini menyimpulkan bahwa ketika manusia tidak bisa memilih rasio mereka sendiri, kinerja pemrosesan informasi merek menurun.

Ketika jumlah informasi meningkat, awalnya penggunaan dan intgrasi informasi menigkat. Namun, pada titik tertentu, tambahan informasi menyebabkan penurunan jumlah informasi terintegrasi kedalam tugas pengambilan keputusan. Chewning dan Harrell menemukan bukti teori tersebut ketika seseorang diberikan lebih dari 8 petunjuk (rasio keuangna). Libby berpendapat bahwa tambahan petunjuk yang tidak valid ke dalam serangkaian petunjuk yang lebih valid akan menurunkan performa, namun riset lain tidak mendeteksi adanya hubungan tersebut.

Process Tracing Studies ---- The Evidence

Model lens Brunswik secara implisit memperlakukan proses pengambilan keputusan sebagai kombinasi linier dari informasi petunjuk sedangkan decision tree yang diturunkan dari process tracing menerangkan langkah-langkah pengambilan keputusan dimana isi informasi sebuah data berinteraksi dengan informasi lainnya dari data tersebut. Larcker dan lessig menemukan bahwa process tracing

model lebih baik daripada model statistic liner, tetapi selling and shank menemukan hasil sebaliknya ketika kedua pendekatan ini dibandingkan dalam sebuah tugas yang melibatkan prediksi kebangkrutan.

Kompleksitas pengambilan keputusan yang dilakukan manusia berarti dibutuhkan riset yang lebih dalam untuk memahami tipe karakteristik keputusan untuk menentukan gaya pemrosesan informasi yang [aling seusai.

Format and Presentation Of Financial Statements

Pada tahun 1976 Libby mengobservasi bahwa ada tiga pilihan dasar yang ada untuk meningkatkan pengambilan keputusan :

1. Mengubah presentasi dan jumlah informasi 2. Memberikan pendidikan ke pembuat keputusan

3. Mengganti pembuat keputusan dengan model of themselves atau dengan ideal or with on ideal cueweighting model

Dengan pentingnya saran yang pertama terhadap akuntan, auditor, regulator dan pembuat standar, terdapat penelitian kecil yang dialkukan untuk menemukan format presentasi akuntansi yang ideal. Studi yang dialakukan cenderung untuk memeriksa perubahan yang radikal terhadap penyajian laporan keuangan dalam bentuk grafik multidimensional. The lens model berguna dalam memeriksa isu penyajian laporan keuangan yang sama baiknya dengan analisa predictive judgement. The lens model mengijinkan untuk analisa kekakuratan human judgement dalam menentukan sejauh mana dimana individu mendeteksi tugas judgement yang penting dan secara konsistensi menggunakan kebijakan judgement. Jika perubahan format informasi menghasilkan peningkatan kedua karakteristik tersebut maka human judgement seharusnya meningkat.

Chernoff fces menggambarkan perubahan dalam kondisi keuangan. Mukanya dibangun dengan mapping transformed variabel keuangan menjadi bentuk muka. Mathematical precision diwujudkan dengan panjangnya hidung, angle alis dan bentuk mulut digunakan untuk merepresentasikan perubahan kondisi keuangan dari suatu periode ke periode berikutnya. Pendekatan grafik multidimensional akan menjadi berguna ketika ketersidiaan biaya atau data membuat model statistik yang tidak mungkin dibangun, terutama jika hasilnya menggunakan grafik multidimensional yang sama sedikit bagusnya dengan hasil dari model. Saat ini preparers laporan keuangan tidak lagi menyiapkan grafik seperti muka

chernoof tetapi dengan penggunaan warna dan grafik yang lebih konvesioanl. Penggunaan grafik yang bervariasi dan bentuk tabular akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Laporan dalam bentuk grafik berguna untuk tingkat kompleksitas yang rendah sedangkan laporan dalam bentuk tabular untuk tingkat kompleksitas yang tinggi. Tidak ada bentuk penyajian yang terbaik di semua situasi. Dalam konteks pengauditan, ricchiute menemukan bahwa judgement mengenai penyesuaian terhadap akun dipengaruhi oleh cara penyajian informasi ke auditor visual dan atau auditory.

So dan smith menginvestigasi dampak dari warna grafik, jenis kelamin, kerumitan dari tugas, dan perbedaan format presentasi dalam preditive accuracy dengan sample undergraduate business students. Hasilnya adalah grafik yang berwarna tidak efektif ketika tugasnya kompleks dan wanita lebih tertarik terhadap grafik yang berwarna. Penelitian yang lain dilakukan dengan mengajak decision makers bekerja dengan satu dari seperangkat data; kombinasi tabel dan bar charts, atau table dengan muka chernoff atau hanya dengan table. Ketika situasi dimana complexity dari informasi tinggi, penggunaan hanya dengan tabel membawa kepada keakuratan yang lebih tinggi, penggunaan grafik dan pictorial representatations data membawa kepada penurunan dari keefektifan pengguna dari pembuatan keputusan. Alasannya adalah decision maker memilih pilihan yang lebih mudah ketika situasi kompleks, tetapi graphical dan pictorical yang mewakili data terkadang lebih abstrak dan kurang detail dibandingkan informasi yang disajikan dalam bentuk tabel

Probabilistic Judgement Studies ---- The Evidence

Dalam banyak konteks akuntansi dan terutama pengauditan tidak ada solusi yang benar dengan penilaian yang dapat dibandingkan untuk menilai akurasi dari mereka. Satu cara untuk mengatasi kurangnya benchmarks dalam penilaian kinerja adalah memeriksa konsensus mengenai keputusan tertentu di sejumlah pembuat keputusan. Cara yang lain adalah menggunakan model matematik atau statistika. Penelitian HJT dalam model ini telah secara konsistensi didemonstrasikan bahwa manusia mempunyai keahlian yang bervariasi dan tugas yang berbeda, merevisi probabilitas mereka ke tingkat yang lebih rendah daripada teori Bayes’s. konservatisme ini telah dihubungkan ke penggunaan rules of thumb dan bias yang diadopsikan sebagai sarana mempermudah judgements yang kompleks agar manusia bisa mengatasi.

Three rules of thumb

Aturan ini menyatakan bahwa ketika penilaian probabilitas berasal dari populasi. Penilaian orang akan ditentukan dengan sejauh mana item mewakili populasi. Item atau kejadian yang dilihat oleh pembuat keputusan more representative akan dinilai mempunyai probabilitas yang lebih besar kejadiannya daripada yang less representative. Peneliti menunjukkan bahwa penggunaan rule of thumb dapat membawa kepada keputusan yang miskin karena pembuat keputusan mengabaikan data lain yang relevan yang bukan bagian dari stereotype.

 Availability

Ketersediaan rule of thumb mengacu kepada probabilitas suatu kejadian berdasarkan kemudahan contoh-contoh seperti yang ada di pikiran. Probabilitas yang berhubungan dengan kejadian yang sensasional biasnya overestimated.

 Anchoring and adjustment

Mengacu kepada proses judgement secara umum dimana proses awalnya dihasilkan atau diberikan repons seperti jangkar dan informasi lain digunakan untuk menyesuaikan respons. Akibat dari rule of thumb adalah kemungkinan penyesuaian yang tidak mencukupi dalam perubahan keadaan.

Dalam dokumen Ranguman Teori Akuntansi Uas (Halaman 40-47)