• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah Rawan Bencana

Dalam dokumen RKPD Kota Pasuruan Tahun 2015 DAFTAR ISI (Halaman 24-42)

Mengingat kondisi kemiringan permukaan tanah dan ketinggian dari permukaan laut yang dimiliki, maka keberadaan sungai di Kota Pasuruan disamping menguntungkan juga merugikan karena pada musim penghujan rawan banjir terutama di sekitar aliran sungai. Hal ini disebabkan karena di daerah tersebut terdapat bagian yang agak cekung, sehingga menghambat pembuangan air ke laut.

Gambar 2.2

Peta Kawasan Rawan Bencana Kota Pasuruan

jalur sungai-sungai besar (warna biru), yaitu: Sungai Welang, Sungai Petung dan Sungai Gembong.

2.1.1.4. Demografi

Jumlah penduduk Kota Pasuruan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 208.322 jiwa, yang terdiri dari 104.172 jiwa penduduk laki-laki dan 104.150 jiwa penduduk perempuan dengan angka kenaikan 10,09 persen dibanding tahun sebelumnya. Dari jumlah penduduk tersebut, maka kepadatan penduduk untuk wilayah Kota Pasuruan adalah 5.903 jiwa per km2. Adapun sebaran penduduk berdasarkan kecamatan/kelurahan, jenis kelamin dan rasio jenis kelamin dapat disajikan sebagaimana pada tabel 2.2.

Tabel 2.2

Penduduk Akhir tahun Berdasarkan Kecamatan/Kelurahan, Jenis kelamin dan Rasio Jenis Kelamin

2013

No. Kecamatan/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 010. Gadingrejo 23.138 22.554 45.682 102,54 020. Purworejo 29.180 29.048 58.228 100,45 030. Bugulkidul 15.351 15.463 30.814 99,27 040. Panggungrejo 36.513 37.085 73.598 98,45 Jumlah Total 104.172 104.150 208.322 100,02

Sumber: Dispendukcapil Kota Pasuruan, 2014

Data pada tabel 2.2 menunjukkan bahwa persebaran penduduk relatif memusat di Kecamatan Panggungrejo sebesar 73.598 jiwa atau 35,33%. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Kecamatan Purworejo yang sebelumnya merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Pasuruan, masuk ke dalam wilayah Kecamatan Panggungrejo setelah dilaksanakannya pemekaran. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Purworejo sebesar 58.228 jiwa atau 27,95%, Kecamatan Bugul Kidul sebesar 30.814 jiwa atau 14,79% dan Kecamatan Gadingrejo sebesar 45.682 jiwa atau 21,93%.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga.

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kota Pasuruan terletak di jalur utama yang menghubungkan pusat perekonomian Jawa Timur di Kota Surabaya dengan Bali sebagai pusat budaya dan pariwisata dengan melalui jalur industri di Kota dan Kabupaten Probolinggo dan kota maupun kabupaten lain di sekitarnya di wilayah Jawa Timur. Hal ini menjadikan Kota Pasuruan sebagai salah satu wilayah yang penting dalam konstelasi perekonomian Jawa Timur.

Kegiatan perekonomian di Kota Pasuruan didukung oleh beberapa sektor, diantaranya perdagangan, angkutan dan komunikasi, industri, pertanian, jasa, dan lain sebagainya. Posisinya yang berada pada jalur strategis, menyebabkan sektor perdagangan berkembang pesat dan didukung oleh sektor industri yang berkesinambungan.

Sampai dengan saat ini, Pemerintah Kota mengelola 6 pasar tradisional, yang terbagi atas: 1) 5 pasar umum, yakni pasar yang memperjualbelikan sembilan bahan pokok, meliputi: Pasar Besar, Pasar Kebonagung, Pasar Gadingrejo, Pasar Karangketug, serta Pasar Poncol; dan 1 pasar komoditas, yang khusus memperjualbelikan komoditas mebel, yakni Pasar Bukir.

Pada gambar 2.3 dapat dilihat banyaknya pedagang (orang) pasar di Kota Pasuruan yang mengalami fluktuasi dan mengalami peningkatan sebelum mengalami penurunan pada satu tahun terakhir. Sepanjang tahun 2008-2013, banyaknya pedagang mencapai angka tertinggi pada tahun 2011 sebesar 4.092 pedagang sebelum akhirnya mengalami penurunan dan sedikit meningkat pada tahun 2013 menjadi 2.987 pedagang.

Gambar 2.3

Banyaknya Pedagang (Orang) Pasar di Kota Pasuruan Tahun 2008 - 2013

Berdasarkan jumlah pedagang yang menempati ruko, los, kios dan non kios, maka diketahui tingkat hunian pasar. Dengan kapasitas yang tidak berubah, maka fluktuasi jumlah pedagang juga mengakibatkan fluktuasi tingkat hunian pasar, dari 67% pada tahun 2011 menjadi 58% pada tahun 2013.

Kondisi ini patut menjadi perhatian

stakeholders

pembangunan ekonomi, mengingat kinerja sektor perdagangan memiliki peran penting dalam struktur ekonomi yang bertipe sekunder-tersier. Penurunan kinerja ini juga kontradiktif dengan upaya Pemerintah Kota yang senantiasa meningkatkan kelayakan sarana-prasarana pasar dan menjadikan sektor perdagangan sebagai salah satu sektor dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan.

Sektor industri utama dari Kota Pasuruan adalah industri kimia agro dan hasil hutan, dalam hal ini industri yang menonjol adalah industri mebel. Usaha mebel banyak dijumpai di wilayah selatan Kota Pasuruan yang meliputi Kelurahan Bukir, Kelurahan Sebani, Kelurahan Krapyakrejo, Kelurahan Randusari, Kelurahan Gentong, Kelurahan Petahunan serta Kelurahan Karangketug. Disamping terkenal dengan produk mebel di wilayah selatan dan barat Kota Pasuruan, industri pengecoran logam banyak dijumpai di wilayah utara Kota Pasuruan, yang meliputi Kelurahan Mayangan dan Kelurahan Trajeng. Berbagai produksi industri pengecoran logam antara lain cetakan kue, miniatur sepeda (sebagai hiasan/sovenir), spare part dan aksesoris sepeda motor dan mobil, mata cangkul, sabit, dan lain-lain.

2.576 2.983 3.773 4.092 2.660 2.987 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pada tabel 2.3 di bawah ini dapat kita lihat banyaknya industri formal dan non formal berdasarkan jenis industrinya di Kota Pasuruan. Dari dua jenis industri yang ada, mayoritas bergerak pada sektor non formal. Berturut-turut industri kimia agro dan hasil hutan (IKAH) dan industri logam mesin elektronika dan aneka (ILMEA) pada tahun 2013 sebanyak 1.847 jenis dan 2.735 jenis dari 4.582 jenis total keseluruhan industri yang ada di Kota Pasuruan, baik Industri Formal maupun Industri Non Formal. Hal ini menunjukkan industri pada sektor formal perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah sehingga nilainya meningkat.

Tabel 2.3

Banyaknya Industri Formal dan Non Formal Menurut Jenis Industri Tahun 2013

No. Jenis Industri Formal Non Formal Jumlah

1. Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan (IKAH) 530 1.847 2.377

2. Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka (ILMEA)

757 2.735 3.492

Kota Pasuruan 745 1.287 4.582

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan, 2014

Secara regional, Kota Pasuruan diharapkan dapat menjadi penghubung antara produsen dan pasar produk industri kecil dan kerajinan yang berasal dari Kota Pasuruan sendiri maupun industri kecil dan kerajinan yang berasal dari Kabupaten Pasuruan dan wilayah lain di sekitarnya. Sehingga dapat meningkatkan dan memajukan industri yang ada dan pada akhirnya juga akan berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang ada di Kota Pasuruan.

Tabel 2.4

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Rp.milyar) Tahun 2010-2013 Kota Pasuruan

No. Sektor 2010 2011 2012 2013

(Rp) % (Rp) % (Rp) % Rp %

1 Pertanian 103,818 3,92 110,29 3,71 117,056 3,47 117.321 3,46

No. Sektor 2010 2011 2012 2013

(Rp) % (Rp) % (Rp) % Rp %

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 59,353 2,24 64,517 2,17 70,710 2,10 71.734 2,11

5 Konstruksi 211,443 7,99 237,961 8,01 268,639 7,97 269.564 7,98

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 955,423 36,11 1.107,40 37,27 1.279,961 37,95 1.280.321 37,91

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 334,076 12,63 373,912 12,58 424,603 12,59 425.876 12,60 8 Keuangan Sewa dan Jasa

Perusahaan 216,905 8,20 237,523 7,99 266,160 7,89 267.230 7,91

9 Jasa-Jasa 311,188 11,76 342,469 11,53 384,678 11,41 388.678 11,23

PDRB 2.645,51 100 2.971,34 100 3 .372,43 100 3.964.07 100

Sumber: BPS Kota Pasuruan, 2014

Tabel 2.5

Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Rp.milyar) Tahun 2010-2013 Kota Pasuruan

No. Sektor 2010 2011 2012 2013

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

1 Pertanian 45,019 4,03 45,701 3,85 46,731 3,70 47.321 3,65

2 Pertambangan dan Penggalian 1,454 0,13 1,435 0,12 1,420 0,11 1.421 0,10 3 Industri Pengolahan 184,262 16,49 193,549 16,30 202,449 16,02 209.675 16,01 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 28,763 2,57 30,116 2,54 31,814 2,52 32.231 2,50

5 Konstruksi 81,508 7,30 87,893 7,40 94,596 7,48 99.342 7,53

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 396,404 35,48 426,73 35,93 461,083 36,48 488.987 36,92 7 Pengangkutan dan Komunikasi 152,615 13,66 161,495 13,60 170,867 13,52 179.342 13,55 8 Keuangan Sewa dan Jasa

Perusahaan 95,167 8,52 101,091 8,51 107,680 8,52 113.765 8,53

9 Jasa-Jasa 132,115 11,82 139,576 11,75 147,335 11,66 154.267 11,62

PDRB 1.117,30 100 1.187,58 100 1.263,97 100 1.436,46 100

Sumber: BPS Kota Pasuruan, 2014

Perkembangan ekonomi Kota Pasuruan tercermin dari perkembangan angka PDRB ADHB dan PDRB ADHK seperti yang tercantum pada tabel 2.4 dan tabel 2.5 Selama lima tahun terakhir, pada PDRB ADHB menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Hal ini selain diakibatkan oleh peningkatan produksi barang dan jasa juga dipengaruhi oleh faktor perubahan harga.

Perkembangan ekonomi Kota Pasuruan dari tahun ke tahun mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini ditandai dengan terus meningkatnya total PDRB Kota Pasuruan setiap tahunnya baik atas dasar harga berlaku maupun atas harga dasar konstan. Dalam lima tahun terakhir, PDRB Kota Pasuruan terus mengalami peningkatan.

Jika ditinjau atas dasar harga berlaku, nilai PDRB tahun 2011 mencapai 2,97 triliun rupiah dan mengalami peningkatan menjadi 3,96 triliun rupiah pada tahun 2013, atau sebesar 13,79 persen. Naiknya nilai total PDRB atas dasar harga berlaku selain disebabkan oleh naiknya nilai produksi di beberapa sektor ekonomi juga tidak terlepas dari naiknya harga barang-barang dan jasa.

Sama halnya dengan atas dasar harga konstan, nilai PDRB tahun 2011 mengalami peningkatan dari 1,18 triliun rupiah menjadi 1,43 triliun rupiah atau meningkat sebesar 6,84 persen. Kenaikan nilai PDRB ini murni disebabkan oleh meningkatnya nilai produksi di beberapa sektor ekonomi dan sudah terlepas dari pengaruh faktor perubahan harga yang terjadi di tiap-tiap tahun.

Secara umum, kenakan nilai PDRB selama lima tahun terakhir diharapkan mampu memberikan gambaran peningkatan kondisi perekonomian masyarakat yang adil dan merata, khususnya masyarakat di Kota Pasuruan. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah Kota Pasuruan mulai menunjukkan hasil yang berarti.

Gambar 2.4

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Pasuruan Tahun 2009-2013

Sumber: BPS Kota Pasuruan

Pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan selama kurun waktu tahun 2009-2013 terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun Peningkatan angka pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan ini memberikan dampak yang baik bagi perkembangan sektor perekonomian di Kota Pasuruan. Berturut-turut dari tahun 2010 angka pertumbuhan meningkat dari 5,66 menjadi 6,29% pada

5,03% 5,66% 6,29% 6,43% 6,59% 0,00% 1,00% 2,00% 3,00% 4,00% 5,00% 6,00% 7,00% 2009 2010 2011 2012 2013

tahun 2013 mencapai angka 6,59%, hal ini disebabkan oleh upaya peningkatan UMKM yang merupakan salah satu sektor utama dalam perekonomian di Kota Pasuruan. Akibatnya, meski tidak sedikit UMKM yang gulung tikar akibat kelesuan pasar komoditas utama, namun cukup banyak pula yang berhasil eksis dan berkembang di tengah kelesuan pasar.

2.1.2.2 . Fokus Kesejahteraan Sosial a. Pendidikan

Pendidikan bermutu merupakan salah satu hakikat pembangunan sebuah bangsa, termasuk di dalamnya pembangunan di lingkup kabupaten/kota. Pendidikan bermutu dapat melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing sebagai salah satu

input

dari proses pembangunan. Tanpa pendidikan yang bermutu tidak mungkin pembangunan dapat terwujud dengan baik.

Titik berat dari pembangunan di bidang pendidikan antara lain: upaya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan partisipasi anak usia sekolah, pengembangan pendidikan luar sekolah (PLS), pengembangan sekolah alternatif, serta peningkatan kualitas dan pemerataan tenaga pendidik.

Tabel 2.7

Perkembangan Pendidikan di Kota Pasuruan Tahun 2009-2013 No. Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

1 Angka Buta Huruf Persen 3,93 3,93 0 1,31 1,02

2 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 8,80 8,69 8,74 12,08 12,09

3 Indeks Pendidikan Indeks 84,08 - - - -

4 Angka Partisipasi Kasar (APK)

PAUD Persen 88,70 78,77 44,03 45,94 47,45

SD/MI Persen 125,93 125,95 125,97 125,98 125,99

SLTP/MTs Persen 97,81 97,86 97,88 97,91 97,99

SLTA/MA Persen 98,00 98,09 98,11 98,26 98,32

5 Angka Partisipasi Murni

PAUD Persen 79,00 70,87 - - -

SD/MI Persen 111,67 112,64 114,35 109,69 109,72

SLTP/MTs Persen 68,74 67,53 69,30 69,76 69,78

SLTA/MA Persen 62,33 61,51 69,26 67,51 67,67

6 Angka Putus Sekolah

No. Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013

SMP Persen 0,12 0,24 0,23 0,52 0,46

SMA Persen 1,04 2,26 1,54 1,22 1,16

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pasuruan, 2014

Berdasarkan data pada tabel 2.7 diatas, secara umum perkembangan kinerja pendidikan menunjukkan kondisi yang cukup prospektif. Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SD yang mencapai angka lebih dari 100. Capaian ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah dasar di Kota Pasuruan tidak hanya menerima anak usia SD yang berasal dari Kota Pasuruan, tetapi juga dari luar Kota Pasuruan, yaitu Kabupaten Pasuruan dan sekitarnya. Kondisi ini patut untuk diperhatikan, mengingat belum seluruh anak usia 7-12 tahun di Kota Pasuruan telah mengenyam pendidikan SD.

b. Kesehatan

Sebagaimana halnya dengan pembangunan pendidikan, pembangunan di bidang kesehatan juga memiliki peran yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan kesehatan Kota Pasuruan secara umum menunjukkan hasil yang terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari capaian kerja indikator utama pembangunan kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2009-2013, sebagaimana tersaji dalam tabel 2.8.

Tabel 2.8

Perkembangan Kesehatan di Kota Pasuruan Tahun 2009-2013

No. Uraian Satuan 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1. Angka Harapan

Hidup (AHH) Tahun 66,95 66,70 66,37 66,41 - - 2. Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 bayi lahir hidup 6,91 6,13 6,71 6,47 9,38 8,98 3. Angka Kematian Ibu (AKI) /1.000 bayi lahir hidup 0,83 0,84 0,559 0,563 0,800 0,780 4. Prosentase KEP (kekurangan energi protein) pada balita Persentase 13,03 12,38 10,73 8,49 8,21 8,13

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pasuruan 2014

Dari data pada tabel 2.8 diatas, hal yang perlu mendapat perhatian khusus adalah angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Kedua angka ini terus mengalami fluktuasi, hingga pada puncaknya tahun 2012 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Peningkatan angka kematian bayi disebabkan oleh masalah yang terjadi pada bayi baru lahir/neonatal (umur 0-28 hari). Masalah neonatal ini meliputi asfiksia (kesulitan bernafas saat lahir), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), infeksi, diare dan penumonia. Sementara itu, peningkatan angka kematian ibu dapat disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu. Sementara itu prosentase kekurangan energi protein pada balita mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan kebutuhan energi protein pada balita mulai mendapat perhatian dan penanganan khusus dari pemerintah.

c. Ketenagakerjaan dan Kemiskinan

Tenaga kerja memiliki peran penting dalam menunjang perekonomian daerah sebagai salah satu faktor produksi. Oleh karena itu Pemerintah kota memiliki komitmen tinggi dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan yang antara lain, kinerjanya tercermin dalam Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK); sebagaimana tersaji dalam tabel 2.9.

Tabel 2.9

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) Kota Pasuruan Tahun 2009–2013

Tahun TPAK (%) TPT (%) TKK (%) 2009 66,78 7,57 92,43 2010 63,29 7,23 92,77 2011 68,72 4,92 95,08 2012 67,97 4,34 95,66 2013 69,01 4,23 95,52

Sumber: Inkesra Kota Pasuruan Tahun 2014

TPAK Kota Pasuruan menunjukkan perkembangan yang positif pada tahun 2013, dengan mengalami kenaikan angka dari 51,77% pada tahun 2011 menjadi 69,01% pada tahun 2013. TPT yang mengalami penurunan dari 4,92%

pada tahun 2011 menjadi 4,23% pada tahun 2013 dan penurunan angka TKK dari 95,08% pada tahun 2011 menjadi 95,52% pada tahun 2013.

Perkembangan indikator bidang ketenagakerjaan yang kontradiktif ini perlu mendapat analisa dan penanganan khusus dari Pemerintah Kota Pasuruan, mengingat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan salah satu indikator yang mengalami perubahan yang cukup drastis.

Sesuai dengan tema yang diambil Pemerintah Kota Pasuruan dalam RKPD tahun 2015 ini, Pemerintah Kota Pasuruan dalam hal ini Dinas Koperasi, Perindustrian Dan Perdagangan sebagai salah satu instansi yang berperan penting dalam menggalakkan perekonomian di Kota Pasuruan, melakukan analisis terhadap sektor perindustrian dan perdagangan mengenai bentuk usaha dan industri apa saja yang dapat berkembang dengan baik dan belum memiliki cukup banyak peminat di Kota Pasuruan. Bentuk usaha dan industri tersebut dikembangkan dan dilakukan pelatihan khusus sehingga masyarakat Kota Pasuruan yang memiliki potensi di bidang ini mampu membuka lapangan kerja baru sehingga secara tidak langsung upaya ini mampu meningkatkan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Kota Pasuruan.

d. Sosial

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Kota Pasuruan, maka kompleksitas dan kuantitas penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) juga turut meningkat sejalan perkembangan perubahan sosial masyarakat. Penanganan PMKS, jika tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas, dan berdampak pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat, serta dapat mendorong terjadinya konflik sosial.

Pemerintah Kota Pasuruan telah melaksanakan program peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui beberapa kegiatan pembinaan, pengembangan dan penyantunan. Kegiatan tersebut berupa upaya-upaya pengentasan masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), pada tahun 2012 jumlah PMKS masih menunjukkan kecenderungan meningkat terutama pada keluarga yang rentan secara ekonomi, keluarga yang berumah tidak layak huni dan keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Capaian kinerja Urusan Sosial Kota Pasuruan dapat dilihat pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10

Capaian Kinerja Urusan Sosial Kota Pasuruan Tahun 2009-2013

No. Uraian Capaian

2009 2010 2011 2012 2013

1 Rasio PMKS Tertangani dengan Jumlah

PMS (%) 5,15 4,67 5,135 5,35 5,67

2 Rasio Jumlah Unit Rumah yang Dibantu Perbaikannya dengan Jumlah Rumah Tak Layak Huni (%)

8,33 5,55 15,68 15,71 15,89 Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Pasuruan, 2014

Pada tabel 2.10 diatas, capaian kinerja urusan sosial Kota Pasuruan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Rasio PMKS tertangani dengan jumlah PMS misalnya, mengalami penurunan dari 5,15% pada tahun 2009 menjadi 4,67% pada tahun 2010. Namun, pada tahun 2011 mengalami kenaikan kembali menjadi 5,135%. Peningkatan rasio PMKS kembali terjadi pada tahun 2013 menjadi 5,67%.

Sementara itu hal yang sama juga terjadi pada rasio jumlah unit rumah yang dibantu perbaikannya dengan jumlah rumah tak layak huni yang

menurun dari 8,33% pada tahun 2009 menjadi 5,55% pada tahun 2010 dan kembali mengalami kenaikan pada tahun 2013 menjadi 15,89%. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan mulai mengalami perkembangan yang positif dari tahun ke tahun.

Perkembangan sosial yang ada tidak sejalan dengan kebutuhan akan sarana sosial keagamaan yang belum mengalami peningkatan. Pada tahun 2013, tempat peribadatan di Kota Pasuruan terdiri dari 99 buah masjid, 735 buah langgar/musholla, 10 buah gereja dan 1 buah vihara. Pada tahun 2013 banyaknya tempat peribadatan di Kota Pasuruan tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Pada umumnya, semua program kesejahteraan sosial di Kota Pasuruan memiliki tujuan akhir yang sama, yaitu menjamin standar hidup yang memadai bagi semua anggota masyarakat dan mengatasi masalah kesejahteraan sosial. Beberapa kategori penyandang masalah sosial di antaranya adalah pengemis, gelandangan, anak jalanan, tuna susila, kekerasan pada anak, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

trafficking

pada anak dan perempuan dan lain sebagainya.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi masyarakat rentan, termasuk bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Namun, jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial ini tidak semakin berkurang.

Menurut kriteria BPS Jawa Timur garis kemiskinan Kota Pasuruan adalah Rp.175.427,- per bulan per kapita dan merupakan persentase urutan ke 10 terbesar di Jawa Timur. Artinya, dengan garis kemiskinan yang relatif rendah tersebut masih banyak di antara masyarakat Kota Pasuruan yang belum sejahtera sehingga diperlukan upaya yang lebih intensif dan berkelanjutan untuk pengentasannya.

Salah satu cara penanggulangan kemiskinan dan pengangguran di Kota Pasuruan adalah dengan melaksanakan program transmigrasi, yang dilaksanakan secara mandiri. Dalam hal ini Pemerintah kota hanya menjadi fasilitator dalam penempatan transmigran tersebut. Jumlah transmigran yang

lipat dari tahun sebelumnya. Dari tahun 2009-2010 jumlah transmigran yang diberangkatkan cenderung konstan, berjumlah 10 kepala keluarga. Pada tahun 2011 jumlahnya mengalami peningkatan menjadi 15 kepala keluarga. Sementara itu pada tahun 2012 dan 2013 angka transmigran konstan menjadi 30 kepala keluarga. Berikut ini tabel 2.11 yang menyajikan jumlah transmigran yang diberangkatkan pada tahun 2008-2012.

Tabel 2.11

Capaian Kinerja Urusan Transmigrasi Kota Pasuruan Tahun 2009–2013

No. Uraian Capaian

2009 2010 2011 2012 2013

1 Jumlah Transmigran yang

Diberangkatkan (KK) 10 10 15 30 30

Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Pasuruan, 2014

2.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Masyarakat Kota Pasuruan merupakan masyarakat multi etnis, bagian dari masyarakat Jawa Timur terdiri dari Jawa dan Madura. Hal ini memberikan dampak terhadap perkembangan kesenian dan kebudayaan di Kota Pasuruan, namun mampu menghargai nilai-nilai adat dan budaya masing-masing serta terbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kehidupan mereka relatif rukun dan damai sebagai suatu kesatuan warga masyarakat.

Sementara itu, Pemerintah Kota Pasuruan mempunyai komitmen yang cukup tinggi terhadap budaya dan kesenian. Salah satu perwujudannnya, Pemerintah Kota Pasuruan melalui sanggar seni tari mengikuti lomba-lomba dan kompetisi budaya baik di tingkat propinsi maupun di tingkat nasional dalam menunjukkan kondisi yang sangat kondusif bagi pelaksanaan pembangunan di bidang kebudayaan.

Kentalnya nuansa islam di Kota Pasuruan sedikit banyak membawa pengaruh pada perkembangan seni dan budaya. Diantara pertunjukan seni yang tumbuh subur di tengah masyarakat adalah Hadrah. Hampir di setiap kelurahan dapat dengan mudah dijumpai kelompok masyarakat penggiat kesenian bernuansa islam ini. Kesenian ini juga selalu ditampilkan sebagai salah satu hiburan pada acara-acara pemerintahan.

Selain Hadrah, kesenian lesung merupakan salah satu kesenian masyarakat Kota Pasuruan yang sedang giat digalakkan oleh pemerintah. Lomba lesung ini menjadi agenda rutin pemerintah pada setiap peringatan Hari Jadi Kota Pasuruan pada bulan Februari, sebab kesenian ini merupakan salah satu kesenian turun temurun yang sesuai dengan hakikat masyarakat Kota Pasuruan sebagai bagian dari negara agraris.

Beberapa bentuk kesenian daerah lain yang ada di Kota Pasuruan dan mampu dipertahankan kelestariannya diantaranya adalah: seni tari (Tari Terbang Bandung) yang berpusat di Kelurahan Wirogunan; seni musik atau seni suara (Kote’an Lesung) yang berpusat di desa Blandongan; seni drama atau theater (Teater Terbang bandung) yang juga berpusat di Kelurahan Wirogunan; tari kreasi baru (Yudha Manggala, Merak Abyor, Kencring Wirasari, Egol Kenes, Krida Siwi Suropati, Paksi Kepodang, Keprok Egrang, Terbang Pasuruan, Terbangan Suropati, Wirnini, Tong-Tong Temor, Wirasari, Terbangan Suropati, Paraben Paseser, Dhejung Agoyang, Paraben Leter, Kembang Dhes’a); Barongsai (Liang-Liong); Seni Hadrah dan Albanjari; Japin; dan Pencak Silat.

Keberadaan kesenian daerah di atas sangat bergantung kepada kebijakan dan upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan dan meningkatkan potensi kesenian daerah. Beberapa bentuk pengembangan dan peningkatan potensi kesenian dan budaya Kota Pasuruan tersebut yang dilakukan oleh Pemerintah daerah diantaranya adalah: Citra Peduli Budaya, yang diselenggarakan dalam rangka ulang tahun Sanggar Seni Dhrama Budaya; Pesta Petik Laut di Selat Madura; Pagelaran Seni Budaya Pesisir yang menampilkan Pameran Lukisan dan Mading; Festival Pasoeroean Djaman Bijen; Festival Padang Bulan dan Festival Lomba Tari Terbang Bandung. Penyelenggaraan kegiatan tersebut tidak hanya difokuskan pada peran dan partisipasi masyarakat, tetapi juga difokuskan pada peran dan partisipasi anak-anak usia sekolah dalam rangka pengenalan dan menumbuhkan kecintaan pada budaya daerah sejak dini.

Dalam proses pengembangan dan peningkatan kesenian dan budaya, Kota Pasuruan menghadapi masalah kualitas hidup dalam masyarakat.

kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Derajat kesehatan tidak dapat dilihat dari satu sisi saja, tetapi merupakan gabungan dari berbagai indikator yang berkaitan satu sama lain. Demikian juga dengan pendidikan yang meskipun telah ditingkatkan baik dari segi kualitas dan kuantitas namun dengan biaya pendidikan yang semakin meningkat menyebabkan hal tersebut tidak mampu

Dalam dokumen RKPD Kota Pasuruan Tahun 2015 DAFTAR ISI (Halaman 24-42)

Dokumen terkait