• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wujudkan Perdamaian Dunia

Dalam dokumen MERSELA v.01 DES15 PAGES 250116 (Halaman 32-40)

DOK. SETWAPRES > JERI WONGIYANTO

Tugas yang tidak pernah berakhir demi bangsa dan negara selalu dilakoninya dengan ketulusan. Tanggungjawab yang besar selalu dipikulnya dengan pancaran senyum yang dimilikinya. Lawatan kerja ke New York, Amerika Serikat (AS) mewakili Pemerintah, memberikan makna tersendiri bagi citra Indonesia karena di sanalah Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengemukakan pandangannya tentang peran aktif Indonesia mewujudkan perdamaian dunia di hadapan negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Bersama Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi, Menteri Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani dan Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek, Wapres melakukan lawatannya pada 23 September – 4 Oktober 2015.

Sidang Umum PBB dimulai dengan Upacara Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pembangunan Berkelanjutan 2015, di General Assembly Hall, Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat, tanggal 25 September 2015. Upacara pembukaan ditandai dengan sambutan Paus Fransiskus dan pemenang Nobel Peace Prize, Malala Yousafzai. Penayangan video oleh NASA mengenai Manusia dan Planet, serta penampilan penyanyi Isabel Shakira dan Angelique Kidjo memberi warna pada acara tersebut.

Dalam pidatonya, Paus Fransiskus mendesak para pemimpin dunia untuk mengatasi perubahan iklim dan kemiskinan serta melindungi pengungsi yang melarikan diri untuk menghindari konflik. Paus mengatakan, penyalahgunaan dan penghancuran

lingkungan hidup merupakan proses marjinalisasi ekonomi dan sosial terus menerus terhadap masyarakat yang kurang beruntung dan melawan HAM. “Marjinalisasi ekonomi dan sosial merupakan penyangkalan total atas persaudaraan umat manusia serta merupakan pelanggaran berat terhadap HAM dan lingkungan hidup,” kata Paus berbahasa Spanyol. Dalam kesempatan itu Paus juga mendesak para pemimpin negara untuk melakukan upaya konkret dalam melestarikan lingkungan. Selain itu juga mencari solusi dalam berbagai isu sosial seperti perdagangan manusia, penjualan organ dan jaringan tubuh manusia, eksploitasi seksual anak-anak perempuan dan laki-laki, perbudakan, termasuk prostitusi, perdagangan narkoba dan senjata, terorisme, serta kejahatan internasional terorganisir.

Pembukaan Sidang Umum PBB

Pertemuan yang diselenggarakan pada tanggal 28 September ini merupakan inisiatif Presiden AS Barrack Obama. Pertemuan ini menjadi agenda yang sangat penting mengingat ekstremisme garis keras dalam segala bentuknya, termasuk terorisme, telah menjadi ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan internasional.

Di hadapan Obama dan para pemimpin dunia lainnya, Wapres menyampaikan, bahwa ideologi radikalisme seringkali berawal dari negara-negara yang kebebasan sipil dan politiknya dibatasi, serta ruang untuk menyampaikan perbedaan pendapat sangat kecil. Benih terorisme juga berkembang ketika terjadi ketidakadilan sosial, marjinalisasi, kemiskinan yang merajalela, dan konflik yang berkepanjangan. Disinilah kelompok-kelompok radikal mulai menyebarkan pemahaman ideologinya. “Melalui penyalahgunaan konsep jihad, ideologi seperti ini sering menjual mimpi akan hidup yang lebih baik di surga karena hidup di dunia penuh keputusasaan dan suram,” ungkap Wapres. Namun, Wapres mengingatkan, ISIS yang pertama kali tumbuh di Irak

tak lepas dari pengaruh lanjutan intervensi asing yang bertujuan membawa demokrasi ke wilayah tersebut. Sayangnya, penggulingan para penguasa otoriter secara paksa sering mengakibatkan hilangnya legitimasi politik dan kosongnya kekuasaan di banyak negara yang kemudian dieksploitasi oleh kelompok ekstremis. “Para pemimpin yang baru terpilih sering kali gagal mewujudkan stabilitas karena mereka tidak mendapat dukungan politik secara luas, sementara struktur pemerintah yang lemah tidak dapat berfungsi secara efektif,” ucap Wapres.

Oleh karena itu, Wapres mengajak para pemimpin yang hadir untuk meningkatkan upaya, baik pribadi maupun bersama. Berdasarkan pengalaman Indonesia, upaya-upaya ini harus melibatkan banyak pemangku kepentingan, termasuk masyarakat. Hal ini penting guna mendukung upaya pemerintah memperkuat suara kelompok moderat dan juga menggaungkan pesan melawan ideologi teroris. “Dukungan terhadap toleransi dan sikap moderat menjadi penting, terutama bagi generasi muda kita guna mencegah mereka agar tidak teradikalisasi,” tegas Wapres.

Agenda Wapres lainnya dalam Sidang Umum PBB menghadiri pertemuan pemimpin dunia untuk membahas posisi penting pasukan perdamaian di wilayah-wilayah berkonflik. Dalam ajang Pertemuan Tingkat Tinggi Pemelihara Perdamaian (Leaders Summit on Peacekeeping) yang diselenggarakan tanggal 28 September tersebut, Wapres Jusuf Kalla mendapat kehormatan berpidato dihadapan Presiden Obama dan 50 perwakilan negara yang memiliki pasukan perdamaian. Dalam pidatonya, Wapres memaparkan kinerja pasukan perdamaian dari Indonesia. Indonesia menjadi negara penyumbang pasukan perdamaian paling konsisten yang dimulai dengan misi di Sinai pada 1957 dan di Kongo pada 1960.

Wapres juga menyampaikan bahwa Indonesia telah menjadi tuan rumah bagi Pertemuan Regional Asia Pasifik tentang Pemelihara Perdamaian (Asia-Pacific Regional Meeting on Peacekeeping) di Jakarta Juli lalu. “Saya berbangga hati untuk mengatakan bahwa pertemuan tersebut telah mampu mencapai tujuannya,” ucap Wapres.

Sejumlah isu penting diangkat pada Pertemuan Jakarta itu, antara lain: Pertama, pertemuan membahas isu utama tentang perhatian bersama untuk berkontribusi dalam penjagaan perdamaian PBB. Kedua, PBB diminta memberikan kejelasan terkait mandat misi, terutama mengenai pembedaan antara penjagaan perdamaian dan penegakan perdamaian. Ketiga, perlu ada konsultasi antara Departemen Operasi Pemelihara Perdamaian PBB (Department of Peacekeeping Operations) dan negara-negara yang ikut dalam seluruh tahap penyusunan mandat.

Pada kesempatan itu, Wapres menegaskan bahwa Indonesia akan senantiasa berkontribusi dalam penjagaan perdamaian PBB di masa depan. Saat ini, sudah ada 2.730 personil tentara dan polisi Indonesia di 9 misi. Bahkan, Rais Abin, pernah dinobatkan sebagai Komandan Pasukan Peacekeeping Force United Nations. Dengan target 4.000 penjaga perdamaian hingga tahun 2019, baru-baru ini Pemerintah Indonesia mendirikan suatu pusat keamanan dan pemelihara perdamaian untuk melatih para calon pemelihara perdamaian, termasuk peserta dari negara-negara sahabat. “Dalam menghadapi ancaman terkini terhadap keamanan internasional, kita harus bekerja keras untuk meningkatkan kerjasama internasional dan sikap saling percaya antar negara,” tegas Wapres.

Namun, lanjut Wapres, yang lebih penting adalah mengedepankan pencegahan konflik di dalam negara itu sendiri. “Secara internal, negara dapat mencegah terjadinya konflik dan munculnya radikalisme antara lain dengan memastikan terwujudnya keadilan sosial, pembangunan ekonomi yang lebih adil, proses politik yang inklusif dan partisipatif, serta tata pemerintahan yang baik,” ujarnya.

Kehadiran Wapres Jusuf Kalla dalam KTT tersebut untuk berbagi dengan para pemimpin negara sangatlah tepat, mengingat pengalamannya sebagai “juru damai” sudah diakui dunia. Selain menjadi sosok utama yang berhasil mendamaikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Indonesia, Wapres juga terlibat dalam sejumlah perundingan damai di tingkat internasional, seperti perundingan damai Moro Islamic Liberation Front dengan Pemerintah Filipina.

Pertemuan Tingkat Tinggi tentang Pemelihara Perdamaian

DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Pertemuan Pemimpin Dunia tentang Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Pertemuan tentang kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan juga menjadi agenda yang turut dihadiri Wapres Jusuf Kalla. Pertemuan yang digelar pada 27 September 2015 ini merupakan pertemuan bersejarah karena untuk pertama kalinya komitmen terhadap perempuan dan anak perempuan dibahas pada tingkat kepala negara dan pemerintahan di PBB.

Kita harus memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang setara dan inklusif, partisipasi yang lebih besar, berikut kendali dan manfaat yang lebih baik dari semua sektor yang ada,” kata Wapres dalam sambutannya.

Untuk mencapai tujuan ini, lanjut Wapres, Indonesia berfokus pada tiga area penting. Pertama, meningkatkan partisipasi dan representasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan, antara lain dengan mendorong lebih banyak perempuan berada dalam posisi kepemimpinan tingkat atas di seluruh sektor pembangunan manusia. Kedua, mengurangi

rata-rata kematian ibu melahirkan dengan memperluas akses terhadap layanan kesehatan reproduksi. Ketiga, menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di keluarga dan masyarakat, termasuk kaum pria, untuk memerangi kejahatan ini. DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Agenda lain yang diikuti Wapres Jusuf Kalla adalah menghadiri pertemuan Tingkat Tinggi Meja Bundar pada tanggal 26 September 2015. Pertemuan membahas dinamisme baru dalam Kerjasama Selatan-Selatan untuk melaksanakan Agenda Pembangunan Pasca-2015. Pertemuan ini dihadiri oleh 18 (delapan belas) negara dan 9 (sembilan) organisasi yang dipandang aktif mengusung Kerjasama Selatan-Selatan, termasuk Indonesia. Pertemuan ini merupakan inisiatif Presiden Tiongkok Xi Jinping. Dalam kesempatan tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan bahwa Kerjasama Selatan- Selatan (KSS) perlu diselaraskan dengan Agenda Pembangunan Pasca-2015 dengan tetap berpegang pada prinsip awal yang dimandatkan oleh Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955. Hingga saat ini, Indonesia telah melakukan sekitar 400 program pelatihan pengembangan kapasitas bagi lebih dari 4.000 peserta dari negara-negara di Asia, Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin. “Sungguh kami melihat bahwa KSS terus memegang posisi kunci dalam merangkul berbagai pemangku kepentingan dari belahan bumi selatan untuk membentuk kemitraan global,” ujar Wapres.

Sebagai tindak lanjut KAA 2015, Indonesia juga berkomitmen untuk membangun Pusat Asia-Afrika dalam waktu dekat. Pusat ini ditujukan sebagai dukungan institusional untuk menindaklanjuti Kemitraan Strategis Asia-Afrika Baru di berbagai wilayah interaksi, seperti G-to-G (pemerintah dengan pemerintah), B-to-B (bisnis dengan bisnis), dan P-to-P (masyarakat dengan masyarakat).

(The Doha Trade Round) untuk mendukung sistem perdagangan multilateral yang adil. Krisis ebola juga menunjukkan kebutuhan memperbaiki sistem kesehatan dunia. Begitu juga jumlah pengangguran yang masih tinggi. “Kita harus bekerja sama dalam mewujudkan perdamaian dan kemakmuran demi rakyat kita,” ucap Wapres.

Wapres menegaskan PBB harus melakukan reformasi menjadi organisasi yang inklusif dan transparan. Berbagai upaya perbaikan antara lain bahwa melalui Konferensi Perubahan Iklim di Paris, Perancis, harus menghasilkan kesepakatan batas peningkatan temperatur dunia harus di bawah 2°C. Sementara, untuk memperkecil kesenjangan global, Kerjasama Selatan- Selatan juga menjadi alat yang sangat penting. Selain itu Wapres juga menyampaikan pembentukan “The Asian Africa Centre” sebagai tindak lanjut Peringatan 60 tahun KTT Asia Afrika di Jakarta dan Bandung. Debat tahunan sidang umum PBB ke-70 yang dihadiri Wapres Jusuf Kalla kali ini, bertepatan dengan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Dalam pertemuan ini, Wapres pun mengenakan batik biru lengan panjang. Enam tahun lalu, tepatnya 2 Oktober 2009, Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menetapkan batik Indonesia sebagai warisan dunia. Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri Debat Tahunan

Sidang Umum PBB ke-70 pada tanggal 2 Oktober 2015. Wapres mendapat giliran ke-18 dari 33 kepala negara atau utusan pemerintah negara anggota PBB yang berpidato pada hari tersebut. Wapres menyampaikan soal peran Indonesia dalam pasukan pemelihara perdamaian PBB di berbagai belahan dunia yang sedang dilanda konflik, dengan personil 2.700 prajurit. Wapres menekankan kepeduliannya pada kemajuan kecil yang dicapai oleh Komisi Perlucutan Senjata PBB (The United Nations Disarmament Commission). Masyarakat internasional pun menjadi saksi atas masa-masa kelam migrasi manusia dan para pengungsi. Untuk itu Wapres mengajak pemimpin yang hadir untuk bersama-sama mencegah tersebarnya radikalisme dan terorisme serta mendukung kedaulatan Palestina. “Terkait dengan Palestina, kita harus memastikan lahirnya negara Palestina yang berdaulat dan merdeka,” tegas Wapres.

Wapres menambahkan disparitas dan ketimpangan ekonomi juga masih berlangsung, dialami oleh lebih 800 juta penduduk dunia yang menderita karena kekurangan pangan. Di banyak belahan dunia, kaum perempuan, anak-anak, para lanjut usia, kalangan disabilitas, dan kaum minoritas masih termajinalkan. Di bidang perdagangan, belum ada solusi kongkret dari Putaran Perdagangan Doha

Debat Tahunan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Ke-70

DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Ditengah lawatannya menghadiri Sidang Umum PBB, Wapres Jusuf Kalla berkesempatan melakukan pertemuan bilateral dengan empat Kepala Negara, yakni dengan Presiden Latvia Raimonds Vejonis, Presiden Kroasia Kolinda Grabar Kitarovic, Perdana Menteri Luksemburg dan Ratu Belanda Queen Maxima.

Pertemuan Bilateral

Selanjutnya, pada 29 September 2015 Wapres Jusuf Kalla melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Luksemburg Xavier Bettel. Wapres meminta Luksemburg mendukung Indonesia mendapatkan bebas-visa Schengen, sebagaimana Indonesia telah membebaskan visa bagi warga negara Luksemburg untuk mengunjungi Nusantara. Disamping itu dibahas pula kerjasama terkait satelit. Menurut Wapres Luksemburg sangat kuat di bidang manajemen satelit. Mereka memiliki sekitar 80 slot satelit yang nantinya akan dijelajahi Indonesia untuk digunakan, mengingat saat ini Indonesia hanya memiliki empat satelit beroperasi. Usulan Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB juga dibahas dalam pertemuan tersebut.

DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Pertemuan dengan Presiden Kroasia Kolinda Grabar Kitarovic digelar pada 28 September 2015 dengan agenda pertemuan membahas penanganan pengungsi dan dukungan usulan Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Kitarovic adalah perempuan pertama yang menjadi Presiden Kroasia yang menjabat sejak bulan Februari 2015 lalu, sebagai Presiden ke-4 Republik Kroasia. DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Presiden Latvia Raimonds Vejonis adalah Kepala Negara pertama yang diagendakan dalam pertemuan dengan Wapres Jusuf Kalla dan digelar pada 26 September 2015. Dalam pertemuan tersebut dibahas peningkatan kerjasama bidang ekonomi, diantaranya dengan mewujudkan perjanjian layanan udara bagi kedua maskapai penerbangan, Latvia dan Indonesia. Sementara untuk meningkatkan kerjasama kekonsuleran seperti fasilitas bebas visa, Wapres berharap sebaliknya agar warga Indonesia yang akan berkunjung ke negara-negara di kawasan Schengen mendapat kemudahan untuk meningkatkan pariwisata dan perdagangan. Pada kesempatan tersebut juga disepakati akan dibukanya kantor perwakilan (kedutaan besar) kedua negara, serta akan saling mendukung dalam keanggotaan tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Di hari yang sama, Wapres Jusuf Kalla juga melakukan pertemuan bilateral dengan Ratu Belanda Queen Maxima dalam kapasitasnya sebagai Sekretaris Jenderal PBB Advokat khusus untuk Keuangan Inklusif untuk Pembangunan (UN Secretary-General’s Special Advocate for Inclusive Finance for Development). Pertemuan Maxima dengan Wapres untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki semua perhatian pada inklusif keuangan untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Queen Maxima adalah juru bicara terkemuka yang memainkan peranan penting dalam jasa keuangan khususnya mengentaskan kemiskinan, mendorong pertumbuhan ekonomi yang adil, dan melanjutkan tujuan pembangunan yang beragam termasuk kelestarian lingkungan, keamanan pangan, air bersih, kesehatan yang baik dan pendidikan universal. Dalam pertemuan Wapres menyampaikan, bahwa Indonesia sudah serius dalam melaksanakan kebijakan inklusif keuangan untuk UKM, sebagaimana terbukti dalam manajemen Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah program yang didukung pemerintah yang bertujuan untuk menyalurkan kredit mikro kepada pemilik usaha kecil di seluruh negeri pada tingkat bunga yang lebih rendah daripada kebanyakan pinjaman mikro lainnya.

DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Dalam upaya peningkatan kerjasama bidang ekonomi dan investasi antara Indonesia - Amerika, pada 28 September 2015 Wapres Jusuf Kalla bertemu dengan komunitas bisnis Amerika Serikat (AS) di New York, dari berbagai perusahaan berbadan hukum dan organisasi yang memberikan kontribusi langsung kepada peningkatan hubungan ekonomi Indonesia - AS. Sebagai penyelenggara adalah American- Indonesian Chamber of Commerce (AICC) dan US- ASEAN Business Council (USABC).

Wapres Jusuf Kalla selain menyampaikan pokok- pokok prioritas kebijakan ekonomi Pemerintahan Indonesia serta berbagai gebrakan baru dalam rangka mengurangi hambatan berinvestasi di Indonesia, deregulasi, dan pentingnya kontribusi investasi, juga menyatakan pentingnya kerjasama ekonomi antar kedua negara. “Kerjasama ekonomi antara kedua negara sangat penting dan saya menyampaikan penghargaan atas investasi dan partisipasi yang telah dilakukan oleh komunitas bisnis Amerika Serikat di Indonesia,” ungkap Wapres.

Sementara itu, pihak AS mengapresiasi peran Wapres Jusuf Kalla dalam membantu Presiden Joko Widodo, sehingga terlihat upaya yang sangat serius dari Pemerintah Indonesia untuk melakukan deregulasi atas berbagai kebijakan yang mempersulit masuknya investasi ke Indonesia serta fokus yang sangat tinggi dalam memperkuat infrastruktur dan pengadaan listrik dalam lima tahun ke depan.

Pertemuan dengan Komunitas Bisnis Amerika Serikat

Wakil-wakil dari komunitas bisnis AS menyampaikan kesiapannya untuk terus memberikan kontribusi dalam pengembangan ekonomi kedua negara khususnya ikut memberikan kontribusi positif terhadap berbagai program ekonomi Pemerintah Indonesia. Selain itu, kunjungan Wakil Presiden RI ini dipandang memiliki makna strategis dan menjadi bagian integral dalam rangka memperkuat momentum peningkatan kerjasama ekonomi kedua negara hingga pada puncaknya ditandai dengan kunjungan Presiden RI ke Washington D.C., pada akhir Oktober 2015.

Dalam pertemuan tersebut, beberapa hal yang mengemuka antara lain adalah, Pertama, keinginan Pemerintah Indonesia untuk memperbanyak produk yang dihasilkan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih besar. Kedua, Pemerintah Indonesia berupaya membatasi ekspor bahan mentah dan meningkatkan nilai tambah bahan yang diekspor.

Ketiga, meningkatkan kepastian (assurances) kepada pelaku bisnis agar lebih nyaman melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, serta guna mendorong berbagai paket deregulasi, ekonomi kreatif, dan banyaknya turis yang datang ke Indonesia.

Kemungkinan munculnya berbagai kendala dalam hubungan ekonomi dan investasi kedua negara diyakini akan dapat diatasi, karena pelaku bisnis AS mengakui komitmen dan kredibilitas Presiden dan Wakil Presiden RI yang telah memiliki pemahaman dan sangat mengetahui kebutuhan para pelaku bisnis.

DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

Sebelum menghadiri Sidang Umum PBB, lawatan Wapres Jusuf Kalla ke New York, Amerika Serikat diawali dengan melaksanakan sholat Idul Adha di Masjid Al Hikmah, New York pada 24 September 2015. Didampingi Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Menlu Retno LP Marsudi, serta bersama-sama dengan sekitar 500 masyarakat Indonesia dan komunitas Muslim dari negara lain, Wapres melaksanakan shalat bersama dalam suasana khusyuk dan kekeluargaan. Dalam kesempatan tersebut, Imam Shamsi Ali

yang memimpin jalannya sholat, dalam khutbahnya menyampaikan bahwa semua manusia berderajat sama di hadapan Tuhan sehingga diharapkan menjaga kerukunan dan hidup saling tolong-menolong.

Selepas sholat, Wapres melayani permintaan wawancara dari berbagai awak media Indonesia dan mengungkapkan rasa senangnya dapat beribadah dengan masyarakat Indonesia di New York. Sebelum meninggalkan Masjid Al Hikmah, Wapres dan rombongan menikmati makanan khas lebaran. (SK/TH)

Sholat Idul Adha bersama 500 Masyarakat Indonesia dan Komunitas Muslim Negara Lain Silaturahmi dengan Masyarakat Indonesia

Dalam lawatannya, Wapres Jusuf Kalla tidak lupa bersilaturahmi dan berbicara di depan 100 perwakilan masyarakat Indonesia di Pantai Timur AS di Ruang Pancasila, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), New York pada 24 September 2015. “Pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hanya dengan bersatu maka Indonesia dapat maju dan menciptakan inovasi-inovasi,” tutur Wapres.

Wapres Jusuf Kalla menyampaikan langkah-langkah kebijakan yang telah dilakukan untuk memajukan ekonomi Indonesia. Dalam kesempatan tersebut dilakukan pula dialog dengan perwakilan masyarakat Indonesia, yang dipandu oleh Konsulat Jenderal RI New York. Dialog diikuti dengan penuh antusias oleh semua yang hadir, mulai dari tokoh agama, tokoh kedaerahan, sesepuh, mahasiswa, profesional, juga pengusaha. Di samping itu, dihadiri pula oleh perwakilan instansi pemerintah RI dari KJRI, Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI), dan perbankan.

Berbagai pertanyaan diajukan kepada Wapres, diantaranya dari perwakilan Perkumpulan Warga Kristiani Indonesia (Perwakrin) New York, Soeko Prasetyo, yang mempertanyakan tentang perkembangan undang-undang dwi kewarganegaraan dan fasilitas kesehatan. Menjawab petanyaan tersebut, menurut Wapres, beberapa kebijakan seperti bebas visa akan disusulkan dengan kebijakan lain dan terdapat beberapa pertimbangan resiprokal yang perlu diperhatikan. Selain itu terdapat pula pertanyaan yang berkaitan dengan

DOK. SETW APRES > JERI W ONGIY ANT O

perdagangan dan infrastruktur. Wapres menjelaskan bahwa peningkatan infrastruktur di Indonesia harus mempertimbangkan berbagai hal seperti kearifan lokal, Hak Azazi Manusia (HAM), dan demokrasi. Pemerintah telah mengupayakan peningkatan infrastruktur untuk mendorong perekonomian dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

PROF. DR. AZYUMARDI AZRA, MA

Dalam dokumen MERSELA v.01 DES15 PAGES 250116 (Halaman 32-40)

Dokumen terkait