• Tidak ada hasil yang ditemukan

YANG BERPENGARUH TERHADAP PERUSAHAAN

Dalam dokumen 2016 view (Halaman 140-144)

Laporan Tahunan 2016 | PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN TENGAH

106

e. Pengelola wajib memiliki struktur organisasi dan sumber daya manusia yang memadai dan melakukan evaluasi secara berkala terhadap standar nasional, dengan memerhatikan prinsip keamanan, efisiensi, kepentingan nasional, dan tata kelola baik

Peraturan Bank Indonesia No.

18/21/PBI/2016 perihal Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur

Hal-hal yang diatur

a. Pelapor dapat menyampaikan Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur secara online melalui kantor Pelapor yang bersangkutan atau kantor pusat atau kantor cabang lainnya dari Pelapor dimaksud dengan tetap menggunakan sandi kantor Pelapor yang bersangkutan;

b. Pihak yang dapat meminta Informasi Debitur terdiri atas Pelapor Debitur, Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan atau pihak lain

c. Pelapor wajib menyampaikan informasi kepada Debitur terkait pelaporan Penyediaan Dana ke dalam Sistem Informasi Debitur;

d. Penambahan definisi mengenai Informasi Debitur dan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan.

POJK

No.56/POJK.03/2016

perihal Kepemilikan Saham Bank Umum

Hal-hal yang diatur

a. Dalam rangka penataan struktur kepemilikan, OJK menetapkan batas maksimum kepemilikan saham pada Bank berdasarkan :

- Kategori Pemegang Saham; dan - Keterkaitan antar Pemegang Saham

b. Batas maksimum kepemilikan saham pada Bank bagi setiap kategori pemegang saham ditetapkan :

- 40% dari Modal Bank, untuk kategori Pemegang Saham berupa Badan Hukum Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank; - 30% dari Modal Bank, untuk Kategori Pemegang Saham berupa Badan

Hukum bukan Lembaga Keuangan; dan

- 20% dari Modal Bank, untuk Kategori Pemegang Saham perorangan (25% untuk Bank Umum Syariah).

c. Bagi Pemerintah Daerah yang telah memiliki saham bank pembangunan daerah dapat menyesuaikan dengan batas maksimum kepemilikan saham; d. Dalam hal bank pembangunan daerah memperoleh penilaian tingkat

kesehatan bank dan/atau penilaian Tata Kelola dengan Peringkat 3, Peringkat 4 atau Peringkat 5 dan memerlukan tambahan modal maka : - Penambahan modal diutamakan berasal dari Investor yang tidak terkait

dengan Pemerintah Daerah; dan

- Pemerintah Daerah dapat tetap mempertahankan kepemilikan Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Saham mayoritas.

POJK No. 55/POJK.03/2016

perihal Penerapan Tata Kelola bagi Bank Umum

Hal-hal yang diatur

a. Secara umum POJK ini menggantikan istilah Good Corporate Governance menjadi Tata Kelola yang baik

b. Bank wajib menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola yang baik dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi; c. Penerapan prinsip-prinsip tata kelola yang baik paling sedikit diwujudkan

dalam :

- Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris; - Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite dan satuan kerja yang

menjalankan fungsi pengendalian intern;

- Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern, dan audit ekstern; - Penerapan manajemen resiko;

- Penyediaan dana pada pihak terkait dan penyediaan dana besar; - Rencana stategis, dan;

Laporan Tahunan 2016 | PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN TENGAH

107

d. Otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaian terhadap penerapan Tata Kelola Bank;

e. Diatur mengenai Jumlah, Komposisi, Kriteria, dan Independensi Direksi; f. Diatur mengenai tugas dan tanggung jawab Direksi atas perencanaan ke

pengurusan Bank;

g. Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui Direksi dengan memperhatikan pengawasan sesuai tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;

h. Diatur mengenai Jumlah, Komposisi, Kriteria, dan Independensi Dewan Komisaris;

i. Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja yang bersifat mengikat bagi setiap anggota Dewan Komisaris;

j. Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan secara berkala paling sedikit 4(empat) kali dalam 1(satu) tahun;

k. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab, Dewan Komisaris wajib membentuk paling sedikit:

- Komite audit;

- Komite pemantau risiko, dan

- Komite remunerasi dan nominasi.

l. Bank wajib memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan Otoritas Jasa Keuangan dan peraturan perundang-undangan lain;

m. Bank wajib menerapkan fungsi audit intern secara efektif dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana ketentuan yang mengatur mengenai penugasan direktur kepatuhan (compliance director) dan penerapan standar pelaksanaan fungsi audit intern bank umum;

n. Bank wajib menuju akuntan publik dan kantor akuntan publik yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan dalam pelaksanaan audit laporan keuangan Bank; o. Bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif, yang disesuaikan

dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan Bank dengan berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai penerapan manajemen resiko bagi bank umum;

p. Bank wajub menyusun rencana trategi dalam bentuk rencana korporasi (corporate plan) dan rencana bisnis (business plan);

q. Dalam rangka pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan dangan tata cara, jenis, dan cangkupan sebagaimana dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai transparansi dan publikasi laporan bank;

r. Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan oleh Direksi dan kualitas proses pengawasan oleh Dewan Komisaris. Bank wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan pelaporan internal yang didukun goleh system informasi manajemen yang memadai;

1.

Dalam rangka meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan oleh Direksi dan kualitas proses pengawasan oleh Dewan Komisaris, Bank wajib memastikan ketersediaan dan kecukupan pelaporan internal yang didukung oleh sistem informasi manajemen yang memadai.

SE BI No. 18/28/DPU

perihal Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya

Hal-hal yang diatur

a. Masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia tentang Uang Rupiah yang diragukan keasliannya;

Laporan Tahunan 2016 | PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN TENGAH

108

b. Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam huruf a meliputi:

- Bank atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank untuk melakukan pengolahan Uang Rupiah; dan

- Pihak selain Bank (persediaan, badan hukum, dan lembaga yang melakukan fungsi penyelidikan dan penyidikan

c. Dalam hal Uang Rupiah yang diragukan keasliannya diperoleh dari kegiatan layanan kas (front office), Bank harus melakukan hal sebagai berikut:

- Menahan uang rupiah yang diragukan keasliannya yang diterima dari

nasabah;

- Mencatat identitas lengkap nasabah yang menyerahkan, menyetorkan,

atau menukarkan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya, dan memberikan tanda terima atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada nasabah;

- Menginformasikan kepada nasabah bahwa Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tidak dikembalikan untuk keperluan klarifikasi kepada Bank Indonesia; dan

- Menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya dengan

tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tersebut seperti merobek, memotong, dan mencoret-coret.

d. Dalam hal Uang Rupiah yang diragukan keasliannya diperoleh dari kegiatan pengelolahan uang rupiah atau berasal dari pihak lain yang ditunjuk oleh Bank untuk melakukan kegiatan pengolahan Uang Rupiah (back office) maka Bank harus menjaga kondisi fisik Uang Rupiah yang diragukan keaslianya dengan tidak merusak fisik Uang Rupiah yang diragukan keasliannya tersebut seperti merobek, memotong, dan mencoret-coret. e. Bank juga harus menjaga agar Uang Rupiah yang diragukan keasliannya

tidak diedarkan kembali.

f. Pihak lain yang ditunjuk oleh Bank dalam memperlakukan Uang Rupiah yang diragukan keasliannya apabila menerima atau menemukan Uang Rupiah agar tidak menyetorkan kepada Bank Indonesia, menjaga kondisi fisik uang, melaporkan kepada Bank dan menyerahkan fisik uang Rupiah kepada Bank atau menerima klarifikasi kepada Bank Indonesia atas persetujuan Bank.

g. Bank Indonesia menyampaikan informasi hasil penelitian atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya kepada masyarakat paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak Bank Indonesia menerima permintaan klarifikasi dan dapat lebih dari itu apabila diperlukan penelitian lebih mendalam dengan memberitahukan secara tertulis kepada pihak yang mengajukan klarifikasi; h. Berdasarkan hasil penelitian atas Uang Rupiah yang diragukan keasliannya,

Bank Indonesia memberikan penggantian atas Uang Rupiah yang dinyatakan asli sebesar nilai nominal;

i. Bank Indonesia tidak memberikan penggantian dan tidak mengembangkan fisik Uang Rupiah yang dinyatakan tidak asli.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

18/POJK.03/2016 tanggal 16 Maret 2016

Perihal Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum

2.

Hal-hal yang diatur :

a. Penerapan Manajemen Risiko paling sedikit mencakup : 1) Pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;

2) Kecukupan kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko serta penetapan Limit Risiko;

3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko, serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan 4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Laporan Tahunan 2016 | PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN TENGAH

109

b. Dalam rangka pelaksanaan proses dan Sistem Manajemen Risiko yang efektif, Bank wajib membentuk :

1) Komite Manajemen Risiko; dan 2) Satuan Kerja Manajemen Risiko.

c. Bank wajib menyampaikan laporan produk atau aktivitas baru kepada Otoritas Jasa Keuangan, yang terdiri atas :

1) Laporan rencana penerbitan produk atau pelaksanaan aktivitas baru; dan

2) Laporan realisasi penerbitan produk atau pelaksanaan aktivitas baru.

KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG DITERAPKAN PERUSAHAAN PADA TAHUN

Dalam dokumen 2016 view (Halaman 140-144)