• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Otoritas Jasa Keuangan sebagai Pengawas dalam Kegiatan Layanan Perbankan Tanpa Kantor (branchless banking)

KAJIAN YURIDIS OTORITAS JASA KEUANGAN SEBAGAI PENGAWAS DALAM KEGIATAN LAYANAN PERBANKAN TANPA

B. Kajian Yuridis Otoritas Jasa Keuangan sebagai Pengawas dalam Kegiatan Layanan Perbankan Tanpa Kantor (branchless banking)

Sejak akhir tahun 2013, pengawasan perbankan telah beralih dari BI kepada OJK. Dengan bergabungnya pengawasan perbankan yang merupakan bagian penting dalam industri jasa keuangan di Indonesia, maka pengawasan

130

Pasal 8 Peraturan OJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

131 Pasal 9 Peraturan OJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

terhadap industri jasa keuangan secara terintegrasi telah dimulai oleh OJK. Hal ini selain diamanatkan dalam undang-undang juga merupakan jawaban atas kecenderungan integrasi dan interkoneksi yang semakin kuat di industri keuangan. OJK mempunyai tekad dan komitmen yang tinggi untuk melanjutkan sekaligus meningkatkan fungsi pengaturan dan pengawasan industri keuangan, termasuk dengan meningkatkan komunikasi dengan para pelaku industri untuk mendapat masukan dan input untuk pengembangan industri keuangan ke depan.

Otoritas Jasa Keuangan memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, menetapkan peraturan, melaksanakan pengawasan bank serta mengenakan sanksi terhadap bank. Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia agar tercipta sistem perbankan yang sehat secara menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik, berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional. Kewenangan untuk mengawasi (right to control) dalam perbankan terbagi 2 (dua), yaitu :132

1. Pengawasan bank secara langsung (on-site supervision) terdiri dari pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank;

132 Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, Booklet Perbankan Indonesia 2014, (Jakarta: OJK, 2014), hlm. 25.

2. Pengawasan tidak langsung (off-site supervision) yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya.

Tugas Pengawasan yang dijalankan oleh OJK dilakukan dengan sistem pengawasannya dengan menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu:133

1. Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision/ CBS), yaitu pemantauan kepatuhan bank terhadap ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank di masa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip kehati-hatian. Pengawasan terhadap pemenuhan aspek kepatuhan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan Pengawasan Bank berdasarkan Risiko;

2. Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision/ RBS), yaitu pengawasan bank yang menggunakan strategi dan metodologi berdasarkan risiko yang memungkinkan pengawas bank dapat mendeteksi risiko yang signifikan secara dini dan mengambil tindakan pengawasan yang sesuai dan tepat waktu.

Program Laku Pandai yang dikeluarkan oleh OJK tidak luput dari pengawasan OJK. Hal ini bisa terlihat dalam berbagai ketentuan yang diatur dalam Peraturan OJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif dan ditindak lanjuti dengan Surat Edaran Otoritas

133

Jasa Keuangan Nomor 6/Seojk.03/2015 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif Oleh Bank.

Pengawasan berdasarkan kepatuhan tercermin bahwa dalam menyelenggarakan Laku Pandai, bank yang akan menjadi penyelenggara Laku Pandai selain harus memenuhi persyaratan juga harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari OJK. Bank yang telah mendapatkan persetujuan dari OJK selanjutnya disebut sebagai bank penyelenggara. Bank yang ingin menyelenggarakan Laku Pandai harus mencantumkan rencana penyelenggaraan laku pandai dalam Rencana Bisnis Bank (selanjutnya disebut dengan RBB) tahun yang bersangkutan, yang paling sedikit memuat informasi dan penjelasan sebagai berikut:134

1. jenis dan gambaran umum penyelenggaraan Laku Pandai;

2. rencana waktu penyelenggaraan Laku Pandai mulai dilaksanakan;

3. keterkaitan penyelenggaraan Laku Pandai dengan strategi bisnis dan manfaat yang diharapkan oleh Bank Penyelenggara;

4. identifikasi risiko yang timbul dari dan mitigasi risiko yang disiapkan untuk penyelenggaraan Laku Pandai; dan

5. jumlah dan jenis Agen yang ditargetkan per tahun selama 3 (tiga) tahun pertama penyelenggaraan dan untuk kerjasama pada tahun pertama disertai dengan rincian lokasi kabupaten/kota.

134 Point III Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/Seojk.03/2015 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif Oleh Bank.

Bank selanjutnya harus mengajukan surat permohonan persetujuan disertai dengan dokumen pendukung yang paling sedikit memuat informasi sebagai berikut:135

1. informasi umum mengenai penyelenggaraan Laku Pandai meliputi antara lain penjelasan produk yang akan disediakan dalam laku pandai, rencana waktu penerbitan produk, target pasar dan/atau nasabah, dan rencana atau target nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun pertama;

2. manfaat, biaya dan risiko bagi bank;

3. manfaat, biaya dan risiko bagi nasabah dan agen;

4. rencana cakupan layanan agen termasuk klasifikasinya dan wilayah operasional agen;

5. prosedur pelaksanaan (Standard Operating Procedure/SOP), struktur organisasi dan kewenangan, termasuk pengawasan dari kantor pusat dan/atau kantor Bank di daerah yang menjadi target lokasi agen;

6. hasil analisis dari identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian terhadap risiko yang melekat pada penyelenggaraan Laku Pandai dan rencana mitigasi risikonya, antara lain hasil analisis aspek hukum atas penyelenggaraan Laku Pandai;

7. rencana kebijakan dan prosedur terkait dengan penerapan program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (selanjutnya disebut dengan APU dan PPT) termasuk program APU dan PPT yang dijalankan oleh agen;

135

8. dokumen atau konsep dokumen dalam rangka:

a. transparansi dan edukasi kepada agen dan nasabah meliputi antara lain perjanjian antara Bank dengan nasabah dan/atau agen, brosur, leaflet, dan/atau formulir aplikasi

b. kesiapan infrastruktur teknologi informasi,

c. kesiapan penerapan manajemen risiko khususnya untuk memastikan terpenuhinya prinsip-prinsip pengamanan informasi;

9. sistem informasi akuntansi termasuk penjelasan singkat mengenai keterkaitan sistem informasi akuntansi kegiatan laku pandai dengan sistem informasi akuntansi Bank secara menyeluruh, dan/atau sistem pencatatan administrasi; 10.hasil pemeriksaan dan pendapat dari pihak independen atas karakteristik

produk, dan kecukupan pengamanan teknologi informasi terkait laku pandai serta kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan best practices di bidang teknologi informasi.

Bank harus mengajukan permohonan persetujuan untuk menyelenggarakan laku pandai paling cepat 60 (enam puluh) hari sebelum target waktu penyelenggaraan laku pandai dengan disertai dokumen pendukung.136 OJK memberikan persetujuan atas permohonan penyelenggaraan laku pandai setelah mempertimbangkan kelengkapan dokumen dan analisis terhadap kemampuan bank, pemenuhan persyaratan, dan kesesuaian dengan karakteristik penyelenggaraan laku pandai yang akan dilakukan oleh Bank. Bank yang telah

136

disetujui untuk menyelenggarakan Laku Pandai harus mulai melakukan kegiatan paling lama 6 (enam) bulan sejak persetujuan diberikan.137

Pengawasan berdasarkan resiko dalam Laku Pandai tercermin bahwa Bank wajib menerapkan prinsip-prinsip pengendalian pengamanan data nasabah dan transaksi e-banking pada sistem elektronik untuk penyelenggaraan Laku Pandai sebagaimana dimaksud dalam ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi bagi bank. Dalam pelaksanaan prinsip keaslian (authentication), Bank penyelenggara laku pandai paling sedikit menetapkan dua faktor keaslian (two factor authentication). Dalam pelaksanaan prinsip tidak dapat diingkari (non repudiation), Bank penyelenggara laku pandai paling sedikit menerapkan messaging security dan end to end encryption.138

Peraturan OJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif juga mengatur ketentuan pelaporan Bank kepada OJK sebagai bentuk pengawasan. Bank yang telah memperoleh persetujuan menjadi penyelenggara Laku Pandai wajib menyampaikan:139

1. laporan realisasi penyelenggaraan laku pandai untuk pertama kali, paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah laku pandai dilaksanakan;

2. laporan rencana kerjasama dengan agen dalam rangka penyelenggaraan laku pandai setiap tahun dicantumkan dalam RBB tahun yang bersangkutan; dan

137 Pasal 14 ayat (4) POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

138

Pasal 33 POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

139 Pasal 35 POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

3. laporan realisasi kerjasama dengan agen sebagaimana dimaksud pada huruf b disampaikan bersamaan dengan laporan realisasi RBB sebagaimana ketentuan yang berlaku.

Bank penyelenggara Laku Pandai wajib menyampaikan laporan perkembangan penyelenggaraan laku pandai. 140 Laporan perkembangan penyelenggaraan laku pandai disampaikan secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember. 141 Laporan perkembangan penyelenggaraan Laku Pandai disampaikan paling lambat setiap tanggal 15 (lima belas) setelah akhir bulan laporan.142 Dalam hal tanggal 15 (lima belas) jatuh pada hari libur, laporan paling lambat disampaikan pada hari kerja terakhir sebelumnya.143

Laporan perkembangan penyelenggaraan Laku Pandai disampaikan secara

online.144 Selama penyampaian laporan secara online sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) belum dapat dilakukan, Bank menyampaikan hardcopy dan softcopy laporan secara offline kepada OJK.145 Laporan rencana kerjasama pertama kali dengan agen berbadan hukum yang telah bekerjasama dengan bank penyelenggara

140

Pasal 36 ayat (1) POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

141 Pasal 36 ayat (2) POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

142

Pasal 36 ayat (3) POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

143 Pasal 36 ayat (4) POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

144

Pasal 36 ayat (5) POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

145 Pasal 36 ayat (6) POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

lain yang kegiatan usahanya sejenis wajib disampaikan paling cepat 7 (tujuh) hari kerja sebelum kerjasama dilakukan.146

146 Pasal 37 POJK No. 19/POJK.03/2014 Tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam Rangka Keuangan Inklusif.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN