• Tidak ada hasil yang ditemukan

ZAMAN KEMERDEKAAN (17 Agustus 1945) 31

Dalam dokumen 116207204 Biografi Bustaman Rahim. pdf (Halaman 32-56)

Awal tahun 1944 Pemerintahan Jepang mengumumkan akan mencari pemuda-pemuda berumur antara 16 tahun sampai 22 tahun untuk dilatih menjadi tentara Hei-ho. Tentara Hei- ho adalah tentara yang dipersiapkan mendampingi tentara Jepang untuk menyerang negara- negara lain yang belum ditaklukkan oleh tentara Jepang seperti Bangkok, Vietnam dan lain- lain.

Para pendaftar akan di test dan bila diterima akan dilatih sebagai Hei-ho di Padang. Pada masa latihan masih diberi kesempatan pulang ke kampung bertemu dengan orang tua sekali dalam sebulan. Pada saat mereka pulang dengan pakaian seragam tentara Jepang, kepala digunduli kelihatan gagah dan menarik. Pelatihan berlangsung selama 6 bulan, dan pada bulan terakhir mereka diperbolehkan pulang kampung memakai pedang samurai di pinggangnya. Pemandangan seperti itu menambah keinginan banyak anak-anak muda untuk mengikutinya menjadi tentara Jepang. Selesai pelatihan mereka ditugaskan bersama-sama dengan tentara Jepang asli untuk tujuan penyerangan ke negara-negara lain dan akhirnya banyak yang tidak pulang dan tidak tentu rimbanya. Penugasan ini tidak pernah dibertitahukan kepada keluarga di kampung. Dari kampung kita saja ada 4 orang yang diterima sebagai Hei-ho, tidak seorang pun yang pulang dengan selamat dan tidak diketahui di mana meninggalnya sampai sekarang.

Pada awal tahun l945, ada lagi pengumuman bahwa Pemerintahan Jepang akan menerima pemuda-pemuda yang berminat untuk menjadi tentara dengan sebutan Giu-gun. Giu-gun adalah tentara yang dipersiapkan untuk bertugas di dalam negeri. Pengumuman itu di sebar luaskan melalui mesjid-mesjid pada saat shalat Jumat. Bagi yang berminat supaya mendaftarkan diri di kantor Camat di Biaro. Pada waktu yang ditentukan para peminat akan ditest kesehatan, semangat dan lain-lain. Bagi yang lulus test, akan segera di panggil untuk dilatih selama 4 bulan. Latihan Giu-gun cukup di Bukittinggi saja sedangkan latihan Hei-ho dilakukan di Padang. Latihan Hei-ho relatif lebih keras dibandingkan dengan latihan yang diberikan kepada Giu-gun.

Waktu itu saya belum tamat sekolah di STOPIO. Tidak mudah untuk mencari pekerjaan sambil sekolah di masa itu, praktis masih banyak waktu lowong. Sambil menunggu kesempatan dan peluang yang ada, saya ikut-ikut berjualan kacang goreng dengan Nawawi, sepupu saya dari pihak bapak dan kakak sebapak dengan Sartuni. Nawawi lebih tua dari saya 1 tahun dan dia sudah lama berdagang kacang goreng di kampung kita. Dia beli kacang goreng mentah dan dia goreng sendiri.

Setelah mengetahui bahwa ada kesempatan untuk menjadi tentara Giu-Gun, langsung niat tersebut saya sampaikan ke Bapak saya. Mendengar niat saya untuk menjadi tentara Giu- Gun tersebut beliau diam saja tidak menjawab, setuju atau tidak. Biasanya bila beliau diam berarti beliau tidak setuju. Beliau takut untuk melarang, karena kalau melarang orang masuk tentara Jepang bisa dianggap anti Jepang dan itu akibatnya sangat buruk. Orang tersebut bisa ditangkap dan di masukkan penjara tanpa proses pengadilan.

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 32

Lama saya berpikir antara mendaftar atau tidak, tetapi hati ini ingin sekali, dan dari ibu sudah mendapat persetujuan. Akhirnya saya mendaftar juga dan bapak saya pun tahu bahwa saya sudah mendaftar. Allah rupanya tidak mengizinkan dan saya tidak lulus test karena tinggi badan saya waktu itu tidak memenuhi syarat.

Penghidupan masyarakat di kampung kita pada waktu itu umumnya pengrajin terompa kayu dengan nama tangkelek. Untuk memperluas pemasaran tangkelek masyarakat mendirikan koperasi dengan nama Koperasi Pengrajin Tangkelek Parit Putus(KPTP) Bapak saya waktu itu memegang agen penjualan KPTP untuk kota Padang Panjang dan sekitarnya. Di Padang Panjang beliau menyewa sebuah kiosk ukuran 3 x 3 mt2 untuk penjualan tangkelek. Setelah beliau mendengar bahwa saya tidak lulus test masuk Giu-gun, beliau menyuruh saya menjaga kiosk tersebut dan aktif menjajakan tangkelek ke pasar-pasar kecil di sekeliling Padang Panjang pada tiap-tiap hari pasar. Seperti Padang Panjang ramainya hanya sekali dalam seminggu yaitu tiap-tiap hari Senin saja, sedangkan Pasar Solok ramainya hari Selasa dan pasar Pitalah ramainya hari Rabu dan seterusnya.

Di situlah pertama kali saya belajar hidup mandiri jauh dari orang tua dan keluarga. Tidur di dalam kiosk disela-sela tangkelek. Kalau mau mandi atau ke WC, kiosk dikunci dan berjalan kaki dulu beberapa puluh meter ke WC umum atau ke mesjid yang terdekat. Walaupun demikian hati dan perasaan saya senang karena dipercaya oleh Bapak. Saya pun aktif menjajakan tangkelek ke pasar-pasar kecil disekitar Padang Panjang. Pagi-pagi bangun, selesai shalat Subuh mempersiapkan beberapa kodi tangkelek rupa-rupa ukuran yang akan dibawa ke pasar yang ramai pada hari itu. Tangkelek tersebut dipikul ke bahu dan dibawa ke stasion kereta api, karena umumnya pasar-pasar kecil yang gampang di datangi hanya menggunakan jasa kereta api.

Di salah satu pagi sewaktu saya pergi ke pasar Pitalah sebagaimana biasa naik kereta api. Dalam perjalanan saya mendapat musibah, yaitu secara tidak disengaja saya meletakkan tangan saya di jendela kereta api, tiba-tiba pintu jendelanya jatuh dari atas dan menimpa ujung jari manis saya sebelah kanan. Sehingga kuku jari manis saya pecah dan menjadi kenang-kenangan sampai hari tua.

Proklamasi Kemerdekaan RI

Kalau tidak salah bulan puasa pada tahun 1945, jatuh pada bulan Agustus. Setelah shalat tarawih di mesjid pada tanggal 17 malam orang-orang heboh memberitakan bahwa Jepang telah kalah perang dan Indonesia sudah merdeka. Sukarno-Hatta telah memproklamirkan kemerdekaan tadi pagi kata orang yang mendengar radio tadi sore. Waktu itu belum banyak orang yang mempunyai radio di rumahnya. Seperti di Parit Putus hanya beberapa orang saja yang mempunyai pesawat radio di rumahnya. Keluarga kita termasuk salah seorang yang tidak mempunyai pesawat radio di rumah. Kalau dihitung di seluruh Parit Putus tidak lebih dari 5 rumah, orang yang mempunyai radio di rumahnya. Radio waktu itu masih dianggap langka dan mewah.

Berita tersebut ditanggapi bermacam-macam ragam. Bagi orang-orang tua yang selalu berhati-hati mengatakan, janganlah berita itu diterima dulu dengan gembira. Mungkin ini

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 33

provokasi dari Jepang untuk mencari musuh-musuhnya yang anti Jepang. Setiap malam setelah berita tersebut tersebar, maka rumah orang-orang yang mempunyai radio selalu di padati oleh masyarakat muda dan tua untuk mengetahui tindak lanjutnya dari proklamasi kemerdekaan itu.

Setelah yakin bahwa betul-betul Indonesia sudah merdeka, dan sesuai dengan instruksi- instruksi dari Pemerintah Pusat melalui radio, maka beberapa pemuka masyarakat berinisiatif menggalang kekuatan dari segi keamanan. Mula-mula dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR belum berbentuk organisasi, masih dalam bentuk kelompok ronda yang bersenjatakan bambu runcing, parang, pisau dan lain-lain, tetapi sudah berani menahan dan memeriksa kendaraan lewat untuk mengetahui apa saja bawaan mereka. Kondisi ini tidak berlangsung lama hanya beberapa bulan saja setelah kemerdekaan. Setelah itu ada instruksi dari pusat agar kegiatan tersebut dikordinir dan dilebur menjadi Tentara Keamanan .Rakyat (TKR) melalui seleksi. Organisasi TKR juga belum teratur rapi, orang bisa masuk dan keluar seenaknya belum ada ikatan dalam bentuk hak dan kewajiban seperti gaji dan lain-lain. Dari TKR dilebur lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). TRI inilah yang menjadi cikal bakal TNI sekarang.

Sejak awal puasa suplay tangkelek ke Padang Panjang sudah mulai menurun. Saya praktis lebih banyak tinggal di kampung dibanding dengan di Padang Panjang. Di kampung saya selalu ikut aktif dalam kegiatan masyarakat seperti BKR, dan TKR sebagai tenaga juniornya.

Administrasi pemerintahan waktu itu masih dalam transisi. Yaitu tentara sekutu yang menang perang dunia kedua masuk Indonesia untuk melucuti persenjataan tentara Jepang yang ada di Indonesia. Pada awal tentara sekutu masuk ke Indonesia cukup mendapat penghormatan dan simpati dari masyarakat, karena yakin setelah tentara sekutu selesai dengan tugasnya, dia akan keluar dari Indonesia.

Setelah perang dunia kedua usai, maka tentara Inggeris sebagai salah satu sekutu yang menang perang mengembalikan tentara-tentaranya yang berasal dari beberapa negara jajahannya seperti India, Malaya (sekarang Malaysia) dan lain-lain ke negara masing- masing. Setelah dikembalikan ke negaranya mereka diberi cuti panjang untuk dan melapor kembali ke kesatuannya setelah kembali. Termasuk dalam rombongan tersebut kakak sepupu saya dari pihak bapak bernama Ismail Hassan warga Malaya yang menjadi Angkatan Laut Inggeris dan ikut perang dunia kedua. Beliau pulang ke Malaya untuk bertemu dengan bapak dan ibundanya serta kakak dan kemanakan-kemanakannya. Ternyata tidak seorang pun yang ada di Johore Baharu. Beliau sejak meletus perang dunia kedua ikut angkatan laut Inggeris berperang dan tidak pernah berkirim surat maupun menerima surat. Ternyata kakaknya beserta dua orang kemenakannya telah mendahuluinya berpulang ke rahmatullah di Johore Baharu sedangkan bapaknya dan ibundanya beserta dua orang kemenakan lainnya sudah pulang ke Bukittingi. Kira-kira dua tahun sampai di Bukittinggi ayahanda beliau pun pulang ke ramatullah dengan cara mendadak setelah selesai shalat Subuh di mushola Lurah.

Setelah sampai di Johore Baharu tidak seorang pun yang beliau temui, maka beliau berinisiatif untuk pulang ke Bukittinggi dengan menggunakan fasilitas tentara sekutu yang kebetulan bertugas di Indonesia. Di tiap-tiap pos penjagaan sekutu yang beliau lewati, beliau

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 34

mendapat penghormatan selaku bawahan ke atasan. Saya tidak tahu apa pangkat beliau di Angkatan Laut Inggeris waktu itu. Selama di kampung kira-kira 15 hari beliau melihat dan merasakan bagaimana semangat kemerdekaan melanda bangsa Indonesia. Beliau kembali ke Malaya juga menggunakan fasilitas tentara sekutu.

Tidak sampai 3 bulan setelah itu, kakanda Ismail Hassan pulang lagi ke Bukittinggi, tetapi sebagai seorang sipil, tanpa pakaian dinas angkatan laut Inggeris. Beliau pun pulang melalui jalan laut ke Pekanbaru dan dari Pekanbaru menggunakan bus umum ke Bukittinggi. Setelah beberapa hari beliau di Kampung beliau pergi ke Pariaman menghubungi komandan Angkatan Laut untuk Sumatra Barat. Beliau diangkat menjadi Komandan Pendidikan dengan pangkat Kapten. Pangkat tertinggi di Angkatan Laut Pariaman waktu itu baru sampai Mayor.

Setelah beliau bertugas beberapa bulan di Pariaman, mulailah ikut mamanda Yubhar, diterima menjadi anggota Angkatan Laut dan tidak lama setelah itu menyusul Sartuni dan Nawawi yang masih sepupu beliau dari pihak bapak. Hanya saja Nawawi dan Sartuni tidak bertahan lama di sana. Tidak sampai 3 hari sudah pulang kembali, karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan tentara di asrama.

Misi tentara sekutu mula-mula murni untuk melucuti persenjataan tentara Jepang di Indonesia, tetapi selang beberapa lama berubah menjadi antek-antek pemerintah Belanda. Kenyataannya tentara sekutu tersebut membawa tentara Belanda ke Indonesia untuk kembali menjajah Indonesia. Akal bulus sekutu ini tercium oleh para pemimpin Indonesia, maka terjadilah perlawanan yang keras antara geriliawan Indonesia melawan tentara sekutu di mana di dalamnya ada tentara Belanda dengan sebutan NICA.

Menjadi Angkatan Laut di Pariaman

Sekali dalam sebulan biasanya kakanda Ismail Hassan pulang kampung. Satu ketika pernah saya kemukakan kepada beliau bahwa saya berminat untuk menjadi Angkatan Laut. Beliau melarang, nanti seperti Sartuni dan Nawawi pula nanti, tetapi kalau mau mencoba boleh, nanti saya tempatkan dulu sebagai staf Pendidikan. Setelah beberapa bulan dan ternyata sanggup, baru masuk latihan kadet Angkatan Laut. Kadet adalah sejenis akademi tetapi hanya 1 tahun. Penerimaan kadet hanya sekali dalam setahun. Saran tersebut saya terima dan mulailah saya menjadi anggota Angkatan Laut pada awal tahun 1947. Semangat juang waktu itu sedang bergelora, sehingga tidak pernah menanyakan gaji dan tidak pernah minta gaji. Saya lupa apakah saya digaji waktu itu atau tidak, yang jelas kalau makan dan minum pagi dikasih sebagaimana tentara lainnya.

Pertengahan tahun 1947 tentara NICA yang tadinya masih berada di Kota Padang mulai masuk ke pedalaman beberapa puluh kilometer dari kota Padang. Perluasan kekuasaan tersebut terkenal dengan istilah clash pertama. Kota Pariaman praktis terisolir karena jalan raya yang menghubungkan Bukittinggi ke Pariaman tidak aman lagi akibat gangguan keamanan dari tentara NICA. Akhirnya berakhirlah karir saya di Angkatan Laut Pariaman dan cita-cita untuk menjadi kadet Angkatan Laut kandas oleh situasi yang tidak mengizinkan.

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 35

Moto yang selalu lengket dibenak saya “Joint the navy to see the world ” terpaksa gone with the wind.

Waktu itu kakanda Ismail Hassan sedang berangkat ke Singapore mencari senjata untuk dibarter dengan kina dari Indonesia. Saya tidak mengetahui kesulitan apa yang beliau hadapi di Singapore sehingga beliau tidak dapat kembali ke Indonesia. Tidak lama setelah itu Angkatan Laut Pariaman tidak kedengaran lagi bagaimana kesudahannya. Yang pasti adalah setelah penyerahan kemerdekaan setiap anggota Angkatan Laut Pariaman yang melapor ke Markas Besar Angkatan Laut Jakarta pasti diterima kembali dengan pangkat yang sama. Pindah Menjadi Anggota Badan Penyelidik di Bukittinggi.

Kembali saya menganggur tinggal di kampung bergabung dengan penghuni surau tinggi. Agusman waktu itu sudah bekerja di Badan Penyelidik. Badan Penyelidik adalah badan intelligen salah satu organ dari TRI Brigade Banteng yang dikomandani oleh Ismail Lengah. Kepala Badan Penyelidik waktu itu adalah Leon Salim dan wakilnya adalah Mansur Thaib (kakak satu bapak dengan Amir Thaib SH).

Melihat saya menganggur saya diajak oleh Agusman untuk sama-sama bekerja di Badan Penyelidik di Bagian Administrasi. Kebetulan saya diterima karena saya dianggap mahir dalam hal ketik mengetik. Di sinilah baru pertama kali saya merasa menerima gaji dan pembagian beras sebanyak 18 kg. setiap bulan untuk yang bujang. Besarnya gaji saya lupa tetapi yang jelas tidak lagi meminta kepada orang tua untuk ongkos pulang pergi ke kantor. Pembagian beras yang 18 kg itu saya pikul sampai ke pemberhentian bendi untuk di bawa pulang dan diserahkan kepada ibunda. Alangkah senangnya hati beliau melihat anaknya sudah bekerja dan sudah menghasilkan untuk keluarga walaupun sedikit.

Banyak juga orang kampung kita bekerja di Badan Penyelidik waktu itu. Yang seangkatan dengan saya ada tiga orang, yaitu Agusman, Syamsulbahri, dan saya. Sedangkan angkatan di atas kami banyak, mungkin ada 6 orang termasuk mamanda Ginam Gelar Kari Pamuncak, yang pada clash kedua menjadi komandan saya.

Jam kerja di Badan Penyelidik biasanya teratur kecuali lembur, yaitu masuk jam 7.00 pagi pulang jam 14.00 siang. Petangnya saya manfaatkan untuk ikut sekolah di KSM. di SMP 1 sekarang. KSM adalah kependekan dari Kursus Sekolah Menengah. KSM adalah sejenis kursus yang akan mempersiapkan siswa-siswanya dapat mengikuti ujian ekstranai di SMP negeri. Alhamdulillah berkat mengikuti kursus tersebut saya diberi kesempatan untuk mengikuti ujian ekstranei di SMP I sebelah kantor Pos Bukittingi awal Desember l948. Kebetulan waktu ujian saya satu kelas dengan bako saya Almarhum Ir Zukirna Dahlan. Saya duduk di bagian depan kelas dan dia duduk di bagian belakang. Kira-kira setengah waktu ujian terpakai di mana saya sedang pikir-pikir mencari jawaban soal Zukirna sudah keluar ruangan. Saya pikir dia akan pergi ke toilet, ternyata dia tidak kembali lagi, rupanya dia sudah selesai mengerjakan seluruh soal. Memang Zukirna anak yang pintar dan cerdas. Dia mengikuti sekolah reguler dan tidak sambilan seperti saya.

Malangnya, akhir Desember l948. tentara NICA menduduki kota Bukittinggi, dan terjadilah bumi hangus dan pengungsian besar-besaran ke daerah pegunungan seperti ke

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 36

gunung Merapi atau kedaerah Bukit Barisan di Kamang. Saya tidak sempat melihat hasil ujian tersebut, apakah lulus atau tidak. Kejadian ujian standard V di English College School berulang kembali, di mana hasil ujiannya tidak diketahui sampai sekarang. Allah lah yang maha tahu.

Kenang-kenangan yang tidak dapat dilupakan

Selama saya bekerja di Badan Penyelidik (BP), banyak pengalaman yang saya timba, seperti membuat surat menyurat, mengatur tata letak kalimat dan lain-lain. Kantor Badan Penyelidik lokasinya di Jalan Ujung Karang yaitu jalan raya menuju Benteng Fort de Kok yang terkenal dengan pemandangan yang indah di Bukittinggi. Anggota Badan Penyelidik yang di lapangan biasanya dipilih orang-orang pintar, pemberani, dan kasar. Bila ditemukan indikasi dan ada bukti awal seseorang yang pro Belanda yang waktu itu dikenal Kooperatif dan non kooperatif (pro kemerdekaan) orang tersebut ditangkap dan di bawa ke kantor BP di Ujung Karang. Bila itu terjadi berarti sudah menghadapi malapetaka besar, karena jarang orang yang keluar dari sana utuh seperti masuk pertama kali atau tidak kembali sama sekali. Waktu itu nyawa tidak begitu berharga seperti sekarang di mana ada pengadilan Negeri, pengadilan HAM, pengadilan militer, pengadilan ad-hoc dan lain-lain, untuk memelihara martabat manusia. Soal culik menculik sudah biasa dan tidak ada tempat mengadu. Kantor Badan Penyelidik Ujung Karang terkenal untuk yang demikian dan ditakuti masyarakat sekitar Sumbar.

Pada suatu hari saya menerima surat dari Bapak saya yang sedang berada di Pekan baru bersama abang Ahmad Tadjuddin. Belum pernah beliau mengirim surat kepada saya selama ini , karena memang surat-menyurat waktu itu masih belum membudaya seperti sekarang. Isi surat tersebut mengatakan bahwa di Pekanbaru sekarang susah mendapatkan beras untuk makan, kalau dapat usahakan mengirim beras dari kampung. Memang kebutuhan beras dan sayur-sayuran selama ini untuk Pekanbaru dikirim dari Sumbar, karena daerah Riau umumnya tidak cocok untuk persawahan. Waktu itu sedang ada larangan orang mengangkut beras dari Sumbar ke Pakanbaru dan dijaga ketat diperbatasan Sumbar dan Riau. Bila kedapatan membawa beras tanpa surat izin dari yang berwajib walaupun hanya sekarung saja sudah cukup untuk ditangkap dan berasnya disita.

Dalam kondisi yang demikian saya memberanikan diri mengirim beras sekarung ke Pekanbaru. Saya titipkan melalui sopir bus yang akan berangkat disertai surat keterangan dari kantor Badan Penyelidik. Surat keterangan ini asli tetapi palsu, yaitu pakai kop surat Badan Penyelidik dan stempel Badan Penyelidik tetapi tanda tangan wakil kepala Badan Penyelidik (Mansur Thaib) saya palsukan. Setelah beras tersebut diterima dan dibawa oleh sopir bus, sejak itu saya dihantu-hantui ketakutan bila pemalsuan tersebut sampai ketahuan oleh atasan saya yang tanda tangannya saya tiru.

Ketakutan dan penyesalan timbul karena sadar jika perbuatan saya tersebut diketahui oleh atasan saya, yang tanda tangannya saya tiru, saya tidak dapat membayangkan siksaan yang akan saya terima. Kejadian ini menjadi trauma yang mendalam dan bertahun-tahun. Bahkan dalam tahun l961 rasa penyesalan dan ketakutan itu masih ada dan saya pergi ke ahli jiwa di Bandung yang terkenal yaitu Dr. Sumantri praktek dekat Gedung Sate. Di sana saya lama di intervew dan diberi penjelasan bahwa masing-masing kita mempunyai jiwa yang

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 37

berbeda-beda. Beliau memberi nasehat supaya jadikanlah kejadian ini sebagai pelajaran yang sangat berharga dan terakhir supaya tidak tersiksa terus menerus. Ada beberapa kali saya konsultasi dengan Dr. Sumantri dan Alhamdulillah penderitaan tersebut banyak berkurang tetapi tidak habis sama sekali.

Saya bersyukur bahwa dalam tahun l988 pak Mansur Thaib yang tanda tangan beliau saya tiru tersebut kebetulan datang ke Bandung berobat ke Dr. Handi ahli saraf yang praktek di Wastukancana No.23. Pak Mansur Thaib mampir ke rumah kita dan pada suatu kesempatan saya ceritakan kejadian sekian puluh tahun yang lalu dan saya minta maaf, beliaupun memaafkan. Semoga Allah mengampuni saya dan beliau. Amin.!.

Bumi Hangus di Bukittinggi, terkenal dengan istilah Clash ke Dua/agresi militer kedua Pada akhir bulan Desember l948, siang harinya telah banyak dibicarakan orang bahwa tentara Belanda sudah sampai di Padang Panjang. Tentara kita dan geriliawan sudah di tarik mundur sebagian ke Batusangkar, sebagian ke Sijunjung, dan sebagian lagi ke arah gunung merapi yang menghadap ke Padang Panjang

Sore harinya kami mendapat instruksi lisan dari masing-masing komandan kesatuan, agar masing-masing berusaha menyelamatkan diri ke daerah pedalaman dan sambil

Dalam dokumen 116207204 Biografi Bustaman Rahim. pdf (Halaman 32-56)