• Tidak ada hasil yang ditemukan

116207204 Biografi Bustaman Rahim. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "116207204 Biografi Bustaman Rahim. pdf"

Copied!
294
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 1

Otobiografi

Mengenal

dan

Mengenang

(3)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 2

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

K A T A P E N G A N T A R

Segala puji hanyalah bagi Allah. Kami memuji, meminta pertolongan, dan memohon ampun kepada Nya. Kami juga berlindung kepada Nya dari segala kejelekan nafsu dan amalan diri. Siapa saja yang dianugerahi Nya petunjuk, maka tidak ada kesesatan baginya, dan barang siapa yang disesatkan Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Saya bersaksi bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah, tuhan yang tiada sekutu bagi Nya. Dan saya bersaksi pula bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan Nya.

Disalah satu pagi dalam bulan Oktober 2003 salah seorang anak dan menantu sedang berada di Bandung. Pada waktu minum pagi bersama, kami ngobrol kanan kiri tanpa arah, dan kebetulan pembicaraan menyasar ke masa kecil saya. Masa kecil saya tidaklah seperti masa kecil anak-anak umumnya di masa itu atau anak-anak di masa sekarang. Kalau dapat disimpulkan dalam kata-kata yang pendek adalah “seperti anak yatim yang bukan yatim”. Dalam pembicaraan itu ada yang mengusulkan agar saya membuat sedikit tulisan tentang Riwayat Hidup saya yang dianggap unik dan baik untuk diketahui oleh anak-anak dan cucu-cucu dikemudian hari.

Setelah berpikir agak lama dan pertimbangan yang mendalam, (takut akan masuk kedalam golongan ria yang dilarang oleh agama). Akhirnya saya sampai pada keputusan, bahwa lebih banyak positif dibanding negatifnya bila permintaan tersebut saya penuhi. Dengan memohon perlindungan dan petujuk kepada Allah Swt, saya mulai menyusun tulisan ini walupun dengan bahasa dan kata-kata yang jauh dari sempurna.

Pertimbangan-pertimbangan positif yang saya maksudkan ialah, rasa syukur dan terima kasih saya atas besarnya Rahmat dan Nikmat yang diberikan Allah Swt, kepada saya dalam segala bidang seperti:

Untuk diri dan keluarga:

- Pengetahuan agama, yang semula hanya pandai membaca Al Quran, sampai pandai membaca sebagian besar arti Al-Quran.

- Pendekatan diri kepada Allah Swt, yang semula hanya rutin shalat, puasa, dan yang wajib lain-lainnya. Sekarang banyak mengerjakan yang sunat-sunat. Sejak April 1992 Insya Allah rutin mengerjakan puasa Senin & Kamis, dan beberapa tahun terakhir menjaga diri selalu dalam keadaan berudhu.

(4)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 3

- Sumber Daya Manusia, yang semula hanya dua orang (suami istri), sekarang bertambah dengan 8 orang anak ditambah 8 orang menantu dan 13 orang cucu. Alhamdillah semuanya dengan tingkat pendidikan yang memadai.

- Kesehatan, yang semula sering menderita sakit yang cukup berbahaya, Alhamdullah di usia menjalani 77 tahun belum mempunyai keluhan-keluhan yang berarti.

- Rezeki materi yang diberikan Allah Swt, yang hanya dengan modal mesin tik tua berangkat dari kampung pertama kali, Alhamdulillah sampai mempunyai beberapa asset di tiga Kota Jakarta, Bandung, dan Bukittinggi yang Insya Allah dapat diwariskan kepada anak-anak dan cucu-cucu.

- Dan lain-lain terlalu banyak untuk disebut satu persatu. Allah Swt lah yang mengetahui

Untuk Kecamatan dan Desa:

- Bersama perantau Jakarta dan Bandung mendirikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ampek Angkek Candung berkantor di Tanjung Alam, Bukittinggi.

- Bersama ibunda Hj. Saeran binti Datuk Sati mendirikan Taman Pengajian Al Qur`an di Parit Putus berlantai dua dengan nama Baitul Rahim.

Untuk Bangsa dan Negara:

- Ikut berjuang menegakkan dan membela Kemerdekaan Indonesia dalam perjuangan fisik melawan penjajahan Belanda selama masa revolusi.

Tulisan ini juga dimaksudkan memenuhi perintah Allah di dalam Al-Quran Surat ke 93 Ayat 11, yang artinya berbunyi:

Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya”

Dengan penuh rasa syukur dan berdoa apabila ada yang saya lakukan selama ini berfaedah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt, semoga diikuti oleh anak-anak dan cucu-cucu dibelakang hari. Sehingga misi kita dilahirkan ke dunia untuk mengabdi kepada Nya mendapat Ridha dari Nya.

“DI DUNIA HASANAH, DI AKHIRAT HASANAH DAN TERHINDAR DARI API NERAKA”.

(5)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 4

Saya bersyukur kepada Allah Swt, yang telah mempercayakan kepada saya 8 orang anak-anak. Relatif semuanya patuh dan tidak ada yang merepotkan orang tuanya, ditambah dengan 8 orang menantu yang kesemuanya baik-baik dan penuh pengertian. Kepada kalian Bapak berpesan, di atas pundak kalian terletak amanah untuk memimpin bahtera hidup ini sesuai dengan keinginan Allah Swt, semoga kamu semua menjadi manusia yang saleh dan salehah, berguna bagi agamanya, berguna bagi bangsanya, minimal berguna bagi keluarganya. Amin !

Kepada almarhum ayahanda Marahimin gelar Pakih Sinaro dan kepada ibunda almarhumah Hj. Saeran binti Datuk Sati. Ananda sungguh berutang budi kepada bapak berdua, dan tidak mungkin dapat dibalas. Ananda yakin seyakin-yakinya bahwa bapak berdua telah bebuat maksimal untuk memenuhi kewajiban bapak berdua kepada ananda, hanya kondisi bapak berdua waktu itu sampai di situ. Semoga Allah membalasnya dan ananda tetap mendoakan bapak dan bunda, karena tanpa bimbingan bapak berdua tak mungkin ananda menikmati kehidupan seperti sekarang ini. Amin. Ya Allah, maafkanlah segala kesalahan ayah bunda kami, dan kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka mengasihi hambamu ini selagi kecil. Amin !

Mungkin didalam tulisan ini terdapat uraian, atau penjelasan kejadian yang tidak persis seperti yang sebenarya diwaktu itu, maka itu bukanlah suatu kebohongan yang disengaja, tetapi adalah suatu ke alpaan dan kekhilafan selaku manusia. Hal tersebut terjadi karena antara kejadian dan penulisan ini, telah berjarak berpuluh dan belasan tahun yang lalu. Mohon dimaklumi dan di maafkan, agar tidak menjadi beban bagi penulis dibelakang hari.

Akhinya kepada Allah kita bertawakkal dan kepadanya kita akan kembali. Hidup di dunia hanya persinggahan sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan abadi. Saya berterima kasih kepada anak-anak yang memberikan ide dan dorongan beserta memberikan sebuah lap top untuk memepersiapkan tulisan ini. Terima kasih saya juga kepada adinda Satriadi yang telah mendesign cover yang tidak terpikirkan tadinya. Saya juga berterima kssih kepada Hery Guswara yang telah malakukan edit dan print awal tulisan ini. Semoga semunya itu diterima Allah Swt, sebagai amal saleh yang akan mendapat ganjaran di belakang hari. Amin.

Bandung, Februari 2005/Muharam 1426.

(6)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 5

KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat serta salam kepada manusia paling sempurna nabi kita Muhammad Salallahu Allaihi Wassalam junjungan seluruh manusia serta keluarga, sahabat, dan keturunannya. Wa ba’du.

Alhamdulillah, kami pun turut bersyukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rampungnya karya tulis dengan jangka waktu kurang dari dua belas bulan. Insya Allah, buku ini dapat menjadi salah satu pengingat kami untuk terus memegang teguh akidah agama Islam seperti yang selalu ayahanda ingatkan dan contohkan kepada kita semua. Buku ini, selain mengingatkan kami putra-putranya kepada kejadian-kejadian dimasa kecil, juga mengungkapkan banyak lagi hal-hal lain yang kami sendiri belum mengetahuinya. Setelah membaca buku ini, kami semakin sadar bahwa perjuangan orang tua kami sangatlah penuh dengan suka, duka, dan cobaan. Hanya keyakinan beliau terhadap luasnya rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang membuatnya tetap giat beribadah, tegar dalam menghadapi segala cobaan, dan terus menimba ilmu serta tidak mau membuang-buang waktu untuk hal yang tidak bermanfaat. Semua hal tersebut tetap beliau laksanakan sampai sekarang. Subhanallah.

Yang paling berkesan bagi kami setelah membaca buku ini adalah bahwa ayahanda selalu memberikan pendidikan dan contoh untuk mencintai dan menghormati orang tua dalam kondisi apapun, pola pikir beliau yang senantiasa konstruktif dan inovatif terhadap perkembangan umat dan tidak pernah rentan terhadap cita-cita beliau untuk berkarya karena beliau yakin akan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan senantiasa menolong niat baik umatnya, dan terbukti dengan berdirinya TPA Baitul Rahim, Kantor Akuntan Publik, dan BPRS Ampek Angkek Candung. Pada saat ini yang kami tau masih ada lagi beberapa rencana besar berskala nasional yang beliau akan beliau jalankan. Ayahanda juga selalu mencoba untuk menjalin tali silaturahmi dengan siapa pun. Selain itu, yang paling utama, ayahanda selalu ajarkan kepada kami agar senantiasa membantu orang yang memerlukan kemudian lupakan apa telah dilakukan, terakhir disiplin dengan waktu merupakan pedoman beliau, terutama dengan sholat lima waktu, seperti yang diajarkan oleh Rasullulah Salallahu Allaihi Wassalam. Beliaupun dengan konsisten menjalankan himbauan beliau dengan cara selalu sholat magrib berjamaah di rumah walaupun sesibuk apapun beliau. Kebiasaan kami sewaktu kecil inipun beliau anjurkan agar diterapkan di keluarga kami, bukan hanya untuk melatih kami berdisiplin dengan waktu tetapi juga untuk melatih kita menjadi imam bagi keluarga dan mempererat hubungan emosional antara sesama anggota keluarga. Subhanallah.

(7)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 6

aktifitas rutin beliau merawat kekasih setianya ibunda kami, yang kami yakin perjuangan ayahanda tidak luput dari pengorbanan ibunda yang setia sejak awal perkawinan sampai sekarang, dimana kondisisi kesehatan beliau yang mulai menurun. Rasanya kami sebagai anak-anaknya tidak mungkin dapat membalas kasih sayang dan perhatian beliau. Kami juga merasa malu kalau tidak dapat membahagiakan dan memberikan kasih sayang pada saat sekarang terhadap pasangan yang kami hormati, anak-anak dan keturunan kami sampai akhir hayat, insya Allah. Amien ya Allah.

Akhir kata, kami mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Kami yakin bahwa ayahanda menulis buku ini tidak bermaksud untuk riya atau niat buruk lainnya tetapi hanya untuk beramar ma’ruf nahi munkar - mengingatkan kita semua terus berjuang di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mudah-mudahan dengan terbitnya buku ini tidak hanya bermanfaat bagi kami, tetapi yang terpenting para pembaca pun dapat mengambil suri tauladan dari perjalanan hidup ayahanda dalam menjalani hidup ini.

Billahi taufik wal hidayah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Ananda: Herry Bustaman Menantu: Novia Reswita

Hermen Bustaman Elviana Ezeddin

Herdadi Bustaman Nuzlianti Fitri

Hersamsi Bustaman Santi Setiawati K.

Herlambang Bustaman Alfa Camrilla

Herawan Bustaman Intan Dwi Rahmianti

Herwin Bustaman Teti Kurniati

(8)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 7

Sambutan Chaerman Raeman

Membaca perjalanan hidup kakanda mulai dari masa kanak-kanak sampai mempensiunkan diri, yang begitu berliku-liku dan penuh tantangan dan halangan, tentu setiap pembacanya sampai pada kesimpulan, bahwa semua sukses dan keberhasilan yang kakanda peroleh tidak lain berkat keuletan, kejujuran dan kerja keras dengan selalu memohon rahmat dan pertolongan Allah SWT.

Sebagai self-made man, kakanda telah berhasil membuktikannya dengan bermodalkan :

1. Keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT. Dengan mematuhi dan melaksanakan perintah dan ajarannya serta menjauhi segala laranganNya;

2. Menjalin dan memelihara silaturrahmi diantara ummat, terutama antara ummat seiman baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam dunia usaha yang pada gilirannya akan menimbulkan rasa kebersamaan dan saling membantu terutama dalam keadaan yang sulit;

3. Menghormati dan mengabdi pada kedua orang tua serta menghormati orang tua dan atau orang yang dituakan dalam lingkungan kerja dan masyarakat serta mengasihi dan membantu dalam lingkungan kerja dan masyarakat serta mengasihi dan membantu yang muda dimana perlu;

4. Berkeyakinan akan pertolongan Allah SWT. dengan bekerja keras, penuh disiplin dan kejujuran sambil memanjatkan doa kepada Allah SWT;

5. Kepedulian yang tinggi terhadap pentingnya ilmu pengetahuan melalui pendidikan sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Semoga suri tauladan yang kakanda berikan diatas dapat diamalkan dan ditingkatkan oleh anak-anak dan cucu-cucu kakanda serta generasi penerus lainnya.

Wassalam adinda

(9)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 8

PAK BUS MERUPAKAN SOSOK PRIBADI YANG MENARIK DAN MENGESANKAN.

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta inayah-Nya, pada saat ini kita masih diberi kesempatan menyaksikan hasil karya beliau pada usia yang ke 76 tahun.

Pak Bus (begitu panggilan sehari-hari beliau) merupakan sosok pribadi yang menarik dan mengesankan, dengan bobot keilmuan yang cukup tinggi. Kehadiran beliau di tengah keluarga dan masyarakat tidak diragukan lagi lewat perhatian dan bakti sosial yang tinggi kepada anak-anak, keponakan, saudara dekat dan jauh, lingkungan kecil dan besar serta organisasi daerah dan organisasi lainnya..

Pak Bus adalah seorang tokoh yang memiliki kharisma dan senantiasa komitmen dengan perjuangan di dalam mengembangkan syiar Islam dan cenderung bersikap tegas berdasarkan prinsip yang diyakini serta menyatakan pendapatnya tentang berbagai persoalan pelik dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan keterus-terangan.

Tidaklah berlebihan apabila dikatakan bahwa Pak Bus merupakan figur yang dikenal dalam bahasa adat yang berbunyi : “Pai tampek batanyo, pulang tampek babarito,” artinya” Tempat meminta nasehat dan pertimbangan ketika akan meminta pekerjaan dan tempat memberi laporan tatkala pekerjaan selesai.

Pengabdian Pak Bus terhadap pengembangan agama dan kehidupan bangsa dalam mewujudkan insan-insan berkualitas yang bertakwa kepada Allah SWT. Semoga menjadi suri tauladan bagi kita bersama.

(10)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 9

Daftar Isi

K A T A P E N G A N T A R ... 2 

KATA SAMBUTAN ... 5 

1. MASA PENJAJAHAN BELANDA ... 12 

Umum ... 12 

Keadaan Kampung dan Keluarga Kita. ... 13 

2. SILSILAH KETURUNAN ... 14 

Pihak Ayah. ... 15 

Pihak Ibu ... 16 

3. MASA KANAK-KANAK ... 20 

Di Parit Putus ... 21 

Sekolah Melayu di Batu Empat Kota Tinggi Malaysia. ... 23 

Sekolah Inggris Di Johore Baharu Malaysia ... 23 

Penjajahan Jepang ... 26 

4. PULANG KE BUKITTINGGI (1943) ... 27 

Sekolah di STOPIO... 27 

Belajar Agama Islam di Ampang Gadang ... 29 

Mengaji di Surau Tinggi. ... 29 

5. ZAMAN KEMERDEKAAN (17 Agustus 1945) ... 31 

Proklamasi Kemerdekaan RI ... 32 

Menjadi Angkatan Laut di Pariaman ... 34 

Pindah Menjadi Anggota Badan Penyelidik di Bukittinggi. ... 35 

Kenang-kenangan yang tidak dapat dilupakan ... 36 

Bumi Hangus di Bukittinggi, terkenal dengan istilah Clash ke Dua/agresi militer kedua 37  6. BERGERILIA DI GUNUNG MERAPI (MASA CLASH KEDUA 1948-1949) ... 39 

Menyelamatkan Orang Tua Mengungsi ke Kamang Hilir. ... 39 

Menderita Penyakit Kulit Muka di Bonjol Alam ... 42 

Memimpin Pasukan Selaku Wakil Komandan Seksi di Ampek Angkek Candung... 44 

Menghadang Konvoi Belanda di Labuh Luruih (Padang Tarok) ... 49 

Pembunuhan Masal di Simpang Parit Putus oleh Tentara Belanda ... 50 

Diangkat sebagai Komandan Front Penyerangan Pos Belanda di Baso dan Batu Taba ... 52 

7. MASA CEASE FIRE (Awal l950) ... 55 

Diserang oleh Seksi lain karena salah faham ... 59 

Ditarik ke Markas Kompi Guntur di Sungai Puar langsung dibawah Yusuf Black Cat dan Aga Kartanagara. ... 60 

8. MASA PENYERAHAN KEDAULATAN RI (27 Desember l949) ... 63 

Dari Gunung Merapi pindah ke Bukittinggi ... 63 

Kesempatan untuk pergi latihan ke Cimahi sebagai salah seorang Wakil dari Brigade Banteng ... 64 

Menjual Mesin Tik untuk modal ke Malaysia. ... 66 

9. BELAJAR MANDIRI TUJUAN MALAYSIA (Pertengahan l950) ... 68 

Nasehat dari Residen Riau Djamin Datuk Bagindo. ... 69 

Putar Haluan ke Jakarta. ... 71 

Menompang di Gang 101 Tanjung Priok... 74 

(11)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 10

10. BEKERJA DI PERUSAHAAN SWASTA SAMBIL BELAJAR (Awal 1952) ... 79 

Sekolah di SMA Demobilisan. ... 80 

Ujian Tata Buku Bond A. ... 82 

Ibunda Datang dari Kampung Membawa Adik Untuk di Sekolahkan ... 86 

11. PINDAH KE BANDUNG (AWAL l953 –PERTENGAHAN 1954) ... 88 

Mengurus Pensiun Bekas-Bekas Pejuang Sesuai Dengan Peratuan Pemerintah ... 90 

Membuka Foto Studio... 97 

Mendirikan Perusahaan Konpeksi. ... 99 

Melangsungkan Pernikahan Oktober l953 ... 106 

Dirawat di Rumah Sakit Sanatorium Cipaganti ... 118 

Pulang Kampung Bersama Adik ... 121 

12. BEKERJA DI BUKITTINGGI ( 1954 – Pertengahan 1956) ... 122 

Pengalaman Sebagai Juru Buku (Boekhouder) di PT Nusantara ... 124 

Kepala Cabang PT Nusantara di Rengat ... 128 

Ikut Kampanye Dalam Pemilu Pertama (1955) ... 129 

Gagal Total Sebagai Suatu Hikmah ... 134 

13. BERANGKAT KE JAKARTA DENGAN SATU TEKAD (SEPTEMBER 1956) ... 137 

Bekerja di PT Tritunggal (Distributor Ban Goodyear) ... 141 

Bekerja di PT Teknik Umum di Bagian Pembukuan... 143 

Pindah ke Cabang PT Teknik Umum Bandung di Bagian Pembukuan... 144 

Mengikuti Kursus Tata Buku B dan Lulus Ujian Bond ... 147 

Pindah ke PT Teknik Umum Jakarta di Unit Siemens (Bagian Keuangan) ... 149 

Kuliah di Akademi Perniagaan Indonesia Business Administration (1959-1961) ... 150 

Pindah ke Bagian Perdagangan PT Teknik Umum Pusat ... 153 

14. PINDAH KE PT.TEKNIK UMUM CABANG BANDUNG SEBAGAI KEPALA PERDAGANGAN (1962 – 1970) ... 155 

Kuliah di Universitas Pajajaran Jurusan Business Adminisration ... 158 

Pindah ke Extension Karena Konflik dengan Dosen (Selesai 1965) ... 160 

Diangkat Menjadi Direktur Muda PT Teknik Umum Cabang Bandung ... 164 

Berkebun Cabe dan Bawang di Cisandaan Garut ... 165 

Menjajaki Untuk Berimigrasi ke Malaysia ... 168 

Kembali Kuliah di Unversitas Pajajaran Jurusan Akuntansi (1969 – 1971) ... 181 

Pindah Rumah Dari Gempol Wetan ke Jl. Wastukancana Bandung (1968) ... 184 

Berhenti dari PT Teknik Umum (Akhir l970) ... 185 

Mendapat Tawaran dari Kodam VI Untuk Kembali Aktif di Angkatan Darat Sebagai Tenaga Akuntan ... 186 

15. USAHA SENDIRI DENGAN NAMA PT PAGARMAS ... 189 

Order Pertama dari Balai Penelitian Tanaman Industri IPB Bogor ... 190 

Bergerak Dalam Bidang Kontraktor Termasuk Instalatur Listrik ... 193 

Order Terakhir Micro Wave Dari Telkom di Tanjung Gadang Sumbar ... 208 

16. IZIN MEMBUKA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DARI DEPARTEMEN KEUANGAN (APRIL 1973) ... 212 

Membuka Kantor Cabang KAP di Jakarta (1974). ... 214 

Menunaikan Ibadah Haji Bersama Ibunda (1975) ... 217 

Membuka Kantor Cabang KAP di Padang (1978) ... 226 

(12)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 11

Mendirikan PT. Cipta Daya Guna Mandiri bergerak dalam bidang Konsultan(1984) ... 232 

Mendirikan Mushola di Kampung yang dipakai TPA (Taman Pengajian Al Qur’an -1985) ... 235  Menunggu Ibunda Sakit Sampai Melepas Beliau Berpulang ke Rahmatullah ... 238  di Bukittinggi (22 April 1992) ... 238  Bermukim di Mekah Selama 101 Hari Bersama Istri dan Bako (Awal Puasa sampai selesai ibadah Haji – 1993) ... 242  17. MEMPENSIUNKAN DIRI DARI KANTOR AKUNTAN PUBLIK (l993) ... 254 

(13)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 12

1. MASA PENJAJAHAN BELANDA

Pengaruh Belanda sudah mulai masuk ke Sumatra Barat sejak akhir abad ke 17, yang mulai dari beberapa pelabuhan pantai terutama di Padang. Dari sana VOC bisa mendapatkan emas dan lada yang ditukarkan dengan kain dari India. Inilah awal cikal bakal penjajahan Belanda di Sumatra Barat. Sekalipun sejak itu terus menerus mendapat perlawanan keras dari pemuka-pemuka agama yang terkenal dengan perang Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bondjol 1772-1864, perlawanan Tuanku nan Renceh di Kamang, Tuanku Pariaman di daerah Maninjau, Lawang, Andalas dan lain-lain.

Penjajahan ini berlangsung terus sampai akhir tahun l941. Jepang mengusir Belanda dari Indonesia. Namun, Indonesia masih tetap menjadi negara jajahan hanya saja dari Pemerintah Belanda pindah ke pemerintah Jepang yang lebih kejam dari penjajahan Belanda.

Umum

Selama tiga setengah abad penjajahan Belanda khususnya di Sumatra Barat tidak banyak kemajuan yang diperdapat masyarakat. Kesempatan sekolah sangat susah kalau bukan dari keturunan pejabat/pegawai Belanda. Pada tahun l920, dari jumlah penduduk Sumatra Barat 1,7 juta orang yang pernah mendapat pendidikan di sekolah hanya berkisar antara 2 – 3 persen saja. Alternatif lainnya yang terbuka adalah mengaji di surau-surau yang mengarahkan tulis baca huruf arab. Tidak aneh kalau pada generasi ayah dan ibu saya umumnya orang buta huruf latin dan umunya mereka mahir menulis tulisan dan membaca tulisan Arab berbahasa Indonesia Melayu.

Penghidupan masyarakat waktu itu umumnya bertani, khusus padi, palawija, dan tanaman muda lainya. Di beberapa daerah seperti di Pasaman, Lubuk Basung, Sijunjung dan lain-lain ada tanaman paksa seperti kopi yang diwajibkan oleh Pemerintah Belanda yang hasilnya dijual murah ke Pemerintah Belanda untuk dikirim ke negaranya.

Kecuali pertanian kehidupan masyarakat lainnya bidang kerajinan yang terkelompok di desa masing-masing. Sebagai contoh di daerah Sungai Puar umumnya kerajinan bidang pandai besi, di Lawang dan Bukit Batabuh kerajinan gula tebu (saka), di Ampek Angkek Candung konpeksi dan sulam-sulaman, dan lain-lain.

(14)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 13

Keadaan Kampung dan Keluarga Kita.

Masyarakat kampung kitiga waktu itu umumnya bertani, khusus padi, sayur-sayuran, dan tanaman muda lainnya. Kebetulan di kampung kita tidak ada tanaman paksa seperti kopi yang diwajibkan oleh Pemerintah Belanda. Kegiatan masyarakat lainnya di kampung kita bagi laki-laki adalah kerajinan membuat terompa kayu yang disebut tangkelek. Di waktu itu alas kaki kecuali sepatu dan sendal kulit, tangkelek adalah alternatif yang disenangi, karena murah dan praktis untuk keperluan sehari-hari. Sendal jepit belum ada waktu itu. Setiap pengrajin rata-rata dapat menghasilkan 4 kodi tangkelek seminggu, yang dijual di pasar Bukittingi setiap hari Sabtu dan hari Rabu, karena dua hari itu merupakan hari pasar di kota Bukittinggi.

Hari pasar adalah hari orang ramai jual beli di pasar. Kecuali dua hari itu relatif Bukittinggi sepi dari pembeli dan penjual, walaupun toko-toko dan kedai-kedai tetap dibuka. Setiap Jumat sore sampai malam kalau kita berdiri di simpang Parit Putus maka kita akan melihat ratusan kodi tangkelek diangkut dengan gerobak roda tiga yang didorong oleh manusia menuju Pasar Bukittinggi.Paling sedikit ada 60% laki-laki di Parit Putus yang menggantungkan kehidupannya dalam kerajinan tangkelek ini.

Bagi wanita dan ibu-ibu kita di kampung umumnya membuat dan menjual karupuk baguak. Proses pembuatan karupuk baguak ini melalui beberapa langkah. Langkah pertama ialah tepung ubi itu diaduk dengan air dan diberi bumbu yang diperlukan. Digulung dalam bentuk lemang dimasukkan ke dalam blek minyak tanah yang bersih dan direbus sampai matang. Setelah matang lemang-lemang tersebut di iris-iris dan dijemur dengan meng atai di atas tikar di lapangan yang kena cahaya matahari. Menjemur itu kalau sedang panas terik bisa sehari kering siap di goreng, jika tidak ada panas terik biasanya memerlukan waktu dua hari.

Langkah berikutnya adalah menggoreng dan memasukkannya ke dalam katiding berukuran bundar diameter 1 meter dengan tinggi juga 1 meter yang tiap-tiap hari Sabtu dan hari Rabu subuh-subuh dijunjung di kepala dengan jalan kaki menuju pasar Bukittinggi berjarak 4 km. Pulang sore-sore mendekati magrib dengan tetap jalan kaki dengan katiding di kepala masing-masing, yang sudah diisi dengan bahan makanan mentah untuk dimasak sampai hari pasar berikutnya. Kira-kira 20% dari ibu-ibu kita yang ikut membantu kehidupan keluarganya memilih profesi ini, sedangkan yang lainnya ada juga yang memilih profesi menerima upah jahitan yang diterima dari para pengusaha konpeksi yang umumnya berada di luar kampung kita.

(15)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 14

2. SILSILAH KETURUNAN

Allah mentakdirkan kami (Bapak dan Mamah) lahir di alam Minangkabau. Ada sastrawan yang berpendapat bahwa luas alam Minangkabau itu identik dengan wilayah Propinsi Sumatra Barat, dengan inti tiga Kabupaten. Ketiga Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Agam dengan Ibu kotanya Bukittinggi (dulu). Kabupaten Limapuluh Kota dengan ibu kotanya Payakumbuh, dan Kabupaten Tanah Datar dengan ibu kotanya Batu Sangkar. Ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa alam Minangkabau itu hanya tiga kabupaten inti itu saja. Biarkanlah perbedaan itu tetap menjadi perbedaan karena tidak diperlukan dalam silsilah kita ini.

Yang perlu kita perhatikan bahwa di alam Minangkabau tradisional menyimpan beberapa keunikan dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia maupun di dunia umumnya. Di antara keunikan itu adalah:

Bidang keturunan; Keturunan di Minangkabau berdasarkan garis ibu, bukan berdasarkan garis bapak, matrineal bukan patrineal. Keunikan ini pernah saya tanyakan kepada Dr. Jamil di Bukittinggi. Beliau menjawab, karena laki-laki Minangkabau itu pada umumnya perantau, dan kadang-kadang meninggalkan isterinya di kampung bertahun-tahun, hanya sekali-sekali saja pulang kekampung. Setelah dia berhasil di rantau baru membawa istrinya ke rantau. Bila dalam kondisi demikian si suami yang sedang dirantau mendapat fitnah, yang mengatakan bahwa isterinya kelihatan berselingkuh dengan laki-laki lain, maka bisa saja si suami membantah bahwa anak yang dikandung atau yang dilahirkan isterinya bukan anaknya. Tetapi si istri dalam hal bagaimanapun tidak mungkin memungkiri bahwa anak yang dia lahirkan itu bukan anaknya.

Bidang warisan; Yang berhak menerima warisan dari harta pusaka tinggi adalah anak wanita 100%. Anak laki-laki tidak berhak sedikit pun. Hak laki-laki terhadap harta tinggi adalah memelihara dan mengambil hasilnya sekadar yang diperlukan untuk kehidupannya. Yang dimakud dengan harta tinggi adalah harta pusaka yang diterima turun temurun yang berasal dari harta pasukuan. Bukan harta yang dapat dihasilkan oleh ibu dan bapak dalam perkawinan yang disebut harta pusaka rendah. Untuk harta pusaka rendah ini berlaku hukum waris menurut Islam.

Kedua jenis keunikan ini terlihat bagaimana masyarakat Minangkabau menempatkan kaum perempuan pada tempat yang paling aman secara ekonomis. Oleh sebab itu seorang wanita di Minangkabau jarang sekali yang tidak punya tanah dan rumah untuk tempat tinggal, karena kepentingan papan dijamin oleh adat sejak dahulu. Sekarang sudah mulai berubah sesuai dengan kemajuan pendidikan dan pemikiran dan lain-lain.

(16)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 15

dan tidak boleh saling mengawini, sekali pun tidak dapat memperlihatkan silsilah keturunan yang meyakinkan. Demikian itu sebagian dari adat Minangkabau yang berlaku dizaman saya.

Di kampung kita ada 6 buah suku yaitu suku Koto, (suku saya), suku Guci (suku mamah), suku Simabur (suku Bapak saya), suku Piliang (suku bapak mamah), suku Jambak (suku datok saya dari pihak bapak), dan suku Pisang yang di kampung kita hanya sedikit, dan kebetulan kita tidak ada ikatan perkawinan dengan suku Pisang ini. Jenis suku ini tidak selalu sama di tiap-tiap kampung, kadang-kadang di kampung kita ada, di kampung lain tidak ada, dan dikampung lain ada, di kampung kita tidak ada.

Pihak Ayah.

Ayah saya bernama Marahimin gelar Pakih Sinaro. Beliau adalah guru mengaji di desa kita Parit Putus. Kedisiplinan yang diajarkan dan diterapkan kepada kami sangat berpengaruh dan mendukung kehidupan dan karir saya. Insya Allah sampai ke akhir hayat. Bila beliau tidak senang dengan sesuatu pekerjaan kami, beliau menegur dengan tiga langkah. Pertama beliau memperhatikan saja pekerjaan kami itu tanpa berbicara sedikit pun. Beliau mengharapkan kita mengerti bahwa pekerjaan itu tidak beliau sukai dan kita berhenti dari pekerjaan itu. Beliau tidak menjelaskan dan memberikan argumentasi kenapa pekerjaan itu tidak beliau senangi, kita harus bisa mencari dan menduga-duga sendiri kenapa beliau tidak senang dengan pekerjaan itu. Bila kita masih belum menghentikan pekerjaan itu.

Langkah berikutnya ialah dengan menyindir. Pada satu ketika semasa penjajahan Jepang (sebelum kemerdekaan) di kampung kita sedang musim orang memelihara anjing untuk berburu babi di gunung merapi dan di tempat lain. Sayapun ikut-ikutan memelihara anjing seperti teman-teman seangkatan waktu itu. Salah satu sore anjing itu, saya bawa jalan-jalan ke simpang Parit Putus seakan-akan ingin pamer ke teman-teman bahwa saya punya anjing bagus. Ayah saya waktu itu sedang berdagang rokok di salah satu petak kedai kepunyaan beliau di simpang Parit Putus.

Melihat saya memegang tali anjing, beliau panggil saya dan suruh saya menunggu karena ada yang mau dikatakan. Bukan saya yang dipanggil ke tempat beliau tetapi beliau yang mendatangi saya, karena di kedai beliau waktu itu sedang banyak orang. Setelah beliau sampai dekat saya, lama beliau memperhatikan anjing saya. Saya sudah merasakan bahwa masalahnya adalah masalah anjing yang mungkin beliau tidak senang. Badan saya sudah mulai panas dingin dan siap-siap menerima amarah beliau. Dalam keheningan itu beliau berkata. “Lain kali kalau mau membeli sapi sebaiknya kasih tahu saya dahulu, jangan pandai-pandai saja membeli sendiri”. Setelah mengatakan itu beliau langsung pergi.

(17)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 16

Tidak lama setelah itu, saya ceritakan ke abang Ahmad Tadjuddin tentang kejadian itu, beliau mendengar langsung tertawa dan bercerita bahwa beliau pun pernah mendapat sindiran yang hampir sama. Cerita beliau begini. Abang Ahmad Tadjuddin memang tidak senang merokok, hanya saja pada satu ketika beliau iseng diberi teman rokok, langsung beliau bakar dan menghisap rokok itu. Kebetulan bapak lewat di situ dan beliau melihat abang merokok. Beliau pura-pura minta api dari rokok abang tersebut. Abang menyangka bahwa bapak betul-betul akan merokok dan tidak membawa korek api.

Memang di kampung kita biasa orang meminta api dari api rokok orang yang sedang dihisap. Setelah menyalakan rokoknya sendiri, rokok orang tersebut dikembalikan lagi ke pemiliknya Apa yang terjadi, ternyata setelah bapak menyalakan api rokok bapak, rokok abang yang dipinjam tadi tidak dikembalikan kepada abang, tetapi rokok itu beliau injak-injak di hadapan abang tanpa bicara sepatah pun, dan langsung pergi. Demikian sedikit pengenalan tentang bapak kami. Semoga Allah menerima segala amal ibadah beliau dan mengampuni segala dosa beliau. Amin !.

Suku bapak Simabur, nama ibunda beliau adalah Kambeh dan nama bapak beliau adalah Khalid dari suku Jambak. Beliau berempat bersaudara, yang paling tua wanita nama Leha yaitu nenek maktuo Nurbeiti sekarang. Nomor dua laki-laki nama Kari Ayat yaitu ayahnya abang Ismail Hasan yang di Kuala Lumpur. Nomor tiga laki-laki nama Sakban ayahnya pak Toni, dan yang nomor empat atau yang bungsu adalah ayah saya Marahimin gelar Pakih Sinaro. Tidak ada catatan tentang kelahiran dan kematian beliau, hanya saja yang mendekati kebenaran adalah kematian beliau pada bulan Desember l950 dalam umur lebih kurang 60 tahun. Jika dihitung mundur maka kira-kira beliau lahir tahun 1890.

Dari satu ayah, saya bertiga bersaudara yang hidup sampai besar. Yang paling tua adalah kakanda Ahmad Tadjuddin almarhum yaitu bapaknya Herawarti dan lain-lain. Nomor dua adalah saya dan yang bungsu adalah wanita nama Djamilah yang sekarang ada di Duri Riau.

Pihak Ibu

Saya dilahirkan dari seorang ibu yang bernama Saeran. Saya bangga, bahagia, dan bersyukur dilahirkan oleh seorang ibu yang berbudi mulia, walaupun buta huruf latin tetapi tidak tulisan dan bacaan Arab. Kami anak-anak memanggil beliau dengan sebutan biai.

(18)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 17

1 Nenek Siti Urai 1968

Menjelang umur menjelang sembilan tahun saya sudah berpisah dengan beliau pergi mengikuti ayah saya di Kota Tinggi Malaysia dan sekolah di Johore Bahru. Seumur itu tidak banyak yang dapat terekam oleh otak yang dapat diceritakan dalam buku ini. Ketemu lagi dengan beliau menjelang umur lima belas tahun setelah pulang dari Johore Bahru tahun 1943. Sejak itulah saya kembali dekat dan mengenal beliau. Tidak berlebihan kalau di atas saya mengatakan beliau adalah seorang ibu yang berbudi mulia, minimal menurut pandangan saya dengan kesan-kesan sebagai berikut:

(19)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 18

2. Beliau adalah seorang penyabar. Sejak saya berumur limabelas tahun sampai beliau meninggal belum pernah saya mendengar atau melihat beliau marah kepada kami atau kepada siapa pun. Kalau ada sesuatu perbuatan kami yang salah paling-paling beliau menasehati dengan baik dan mengatakan (“kalau tidak percaya lihat saja nanti yang akan merasakan akibatnya kalian juga”) Pernah sekali saya melihat beliau berselisih dengan pemilik tanah sebelah jalan raya rumah beliau di kampung. Menurut beliau terlalu lebar di patok oleh pihak sebelah sehingga mengambil tanah beliau sekitar satu meter ke dalam dengan panjang lebih kurang 30 meter. Akhirnya beliau mengalah dan mengatakan patok sajalah seberapa menurut kamu, karena tanah ini kan milik Allah yang nanti akan kita pertanggungjawabkan. Redalah perselisihan waktu itu sekali pun orang itu sudah mengeluarkan kata-kata kasar, tetapi tidak beliau ladeni. Orang itu mematok yang menurut beliau telah dirugikan lebih kurang 30 M2. Setelah orang itu pergi saya tanyakan kepada beliau kenapa biai diam saja. Beliau menjawab singkat, “kalau orang sudah gila, masa kita menjadi gila pula”. Setelah saya tua sekarang baru saya tahu bahwa yang beliau amalkan adalah ayat Al-Quran S.3.134 yang mengatakan ciri-ciri orang bertakwa adalah antara lain menahan diri dari amarah.

3. Suka memberi dan tidak kikir. Beliau sering mengatakan kepada kami bahwa dunia ini enaknya hanya sampai di kerongkongan saja, setelah itu habis. Sedangkan yang untuk kita adalah apa yang kita berikan atau kita sedekahkan itu. Ini beliau buktikan sampai akhir hayat beliau masih menampung seorang anak yatim tetangga di depan rumah beliau di kampung, sekali pun untuk biaya pakainnya dan uang sekolahnya beliau mintakan dari anak-anak beliau.

(20)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 19

2. Tafsir yang digunakan

(21)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 20

3. MASA KANAK-KANAK

Menurut ibunda saya, saya lahir tanggal 15 Agustus l928, hari Selasa tengah malam. Penentuan tanggal tersebut bukan atas dasar catatan tertulis yang dikenal waktu itu dengan istilah hijrat atau berdasarkan akte kelahiran seperti zaman sekarang. Tetapi ibunda mengatakan bahwa kamu lahir 11 hari setelah si Agusman lahir. Agusman adalah tetangga kami di kampung, anak seorang guru Sekolah Sambungan (Sekolah Dasar sekarang).

Setelah saya telusuri dan melihat hijrat sdr Agusman diketahui bahwa dia lahir tanggal 4 Agustus l928. Dengan menghitung 11 hari kedepan setelah tanggal 4 Agustus maka ketemulah tanggal 15 Agustus l928 sebagai tanggal yang diyakni sebagai tanggal kelahiran saya. Tanggal yang pasti Allah lah yang maha mengetahui.

Saya baru mengetahui bahwa saya lahir tanggal 15 Agustus l928, seperti diatas setalah saya pulang dari Malaysia pada tahun l942. Setelah saya berumur 14 tahun, waktu sekolah di Malaysia, tanggal kelahiran saya dikatakan tanggal 8 Agustus l928.

Nama asal yang diberikan oleh orang tua saya waktu lahir adalah Bustamam, bukan Bustaman. Waktu sekolah di Malaysia nama saya tercatat, Bustamam bin Pakih Sinaro, karena nama orang tua saya di dalam Kartu Penduduk disana adalah Paikih Sinaro. Sekolah di Bukittinggi dan di SMA I Jalan Budi Utomo Jakarta (yang hanyaa beberapa bulan saja) menggunakan nama Bustamam saja, tanpa embel-embel dibelakangnya.

Tambahan Rahim dibelakang adalah potongan akhir nama orang tua saya dari asal Marahimin, dengan menghilangkan dua huruf awal dan dua huruf akhir, yang berarti penyayang. Itu baru dimulai pada saat kursus tata buku Bond A di Jakarta tahun 1952, setelah berumur 23 tahun. Lengkapnya adalah Bustamam Rahim. Nama ini tetap sampai pada ijazah Fakultas Sosial Politik di UNPAD jurusan Adiministrasi Niaga, tahun 1966. Karena jurusan Administrasi Niaga di Fakultas Sosial Polotik di bekukan tahun l969, maka semua ijazah Administrasi Niaga yang pernah di terbitkan di konversi menjadi ijazah Jurusan Ekonomi Perusahaan dalam Fakultas Ekonomi UNPAD.

(22)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 21

Di Parit Putus

Menurut ibunda, ayah saya meninggalkan ibu sewaktu saya masih berumur beberapa bulan. Saya termasuk salah seorang di antara sekian banyak anak-anak di kampung kita yang tidak sempat merasakan kasih sayang dari seorang bapak dimasa kecil. Pertama kali saya bertemu dan mengenal ayah setelah saya menjelang umur 9 tahun di tahun l937 di Kota Tinggi, Johore Baharu.

Alhamdulillah saya merasakan kasih sayang yang luar biasa dari nenek saya, mungkin karena saya adalah cucu pertama beliau waktu itu, sedangkan ibu saya sibuk dengan mencari nafkah sebagai pembuat dan penjual kerupuk baguak. Kerupuk baguak adalah kerupuk yang dibuat dari tepung ubi kayu. Bahan bakunya dapat dibeli di pasar Bukittinggi. Pembuat dan penjual karupuak baguak sudah menjadi profesi ibu-ibu maupun gadis-gadis di kampung kita dizaman itu.

Begitu sayangnya nenek kepada saya, sampai saya berumur 8 tahun. Kalau makan masih disuapin, bahkan beliau telaten menyuapi saya, sekali pun saya sedang tidur. Saya pun terlatih makan sedang terlalap tidur. Di luar sadar mulut terbuka setelah habis nasi yang dikunyah yang berada di dalam mulut, dan menutup kembali setelah nasi masuk ke mulut. Demikian seterusnya sampai kenyang, dan setelah kenyang saya pun terbangun. Semoga Allah menerima segala amal ibadah beliau dan mengampuni segala kesalahan beliau. Amin !

Saya tidak sempat membalas jasa beliau walaupun agak sedikit. Hanya ada satu kenang-kenangan manis yang mengobati penasaran saya itu. Dalam tahun l966, kebetulan beliau menderita penyakit kulit di leher dan tengkuk. Penyakit kulit tersebut begitu menyakitkan dan merasa sangat tersiksa sampai beliau menceritakan kepada ibunda, kalau si Tamam mau membawa saya ke Bandung untuk mengobati penyakit saya ini mau saya pergi berobat ke sana. Oleh ibunda permintaan nenek ini beliau sampaikan kepada saya. Mendengar perkataan nenek tersebut alangkah gembiranya hati saya, karena nenek sejak gadis beliau tidak pernah pergi ke mana-mana jangankan ke Bandung, ke pasar Bukittinggi saja beliau jarang sekali pergi. Kalau pergi ke pasar Bukittinggi beliau memilih jalan kaki tidak pernah naik bendi (delman). Kendaraan di kampung kita paling top waktu iti baru tingkat bendi, tidak ada oplet seperti sekarang.

(23)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 22

Umur 6 tahun saya dimasukkan ke sekolah oleh paktuo saya yang bernama pak Sakban (bapaknya Sartuni) bersama-sama dengan anaknya bernama Nawawi di Sekolah Standar kepunyaan .Muhammadiah. Jarak antara sekolah dengan rumah kita di Kampung kira-kira 2 km, yaitu di desa Pinang Baririk Liwat Tanjung Alam ke arah Payakumbuh. Saya kebetulan satu kelas dengan Proff. DR Zakiah Drajat, hanya saja otak yang berbeda. Dia sampai mencapai gelar Prof. Dr, sedangkan saya begini-begini saja. Namun demikian saya bersyukur kepada Allah Swt, bila saya bandingkan dengan teman-teman saya seangkatan yang lain. Alhamdulillah kakak bapak saya sungguh memperhatikan keperluan sekolah saya di waktu itu. Kalau pada saat menghadapi hari lebaran beliau membawa saya bersama-sama dengan anak-anaknya (Nawawi dan Sartuni) ke pasar Bukittinggi membeli baju, sepatu, dan kopiah baru. Dalam memilih kopiah dan sepatu beliau menyarankan untuk memilih ukuran yang lebih besar supaya satu atau dua tahun ke depan masih dapat dipergunakan dan tidak perlu membeli kopiah dan sepatu baru. Kaki dan kepala anak-anak akan cepat bertambah besar dan akan pas di tahun mendatang kata beliau.

Kami sebagai anak-anak menerima saja alasan beliau itu tanpa berani memprotes sedikitpun. Kami pun tidak merasa malu bahkan merasa bangga memakai sepatu dan kopiah yang lebih besar dari ukuran sebenarnya pada hari lebaran. Pola pemikiran dan kehidupan demikian tidak hanya pada keluarga kita saja tetapi sudah menyeluruh, karena kehidupan yang serba susah.

Saya sekolah di Sekolah Standar tidak sampai tamat, karena dalam tahun l937 umur 9 tahun, sedang duduk di kelas tiga saya di bawa ke Malaysia oleh ibu tiri saya. Ibu tiri saya adalah ibunda dari kakanda Ahmad Tajudin (ayah Herawati Taman Sari) bernama Raiyah. Beliau pulang ke Bukitinggi dari Kota Tinggi (Johore Baharu) untuk menjemput kakanda Jaraniah yang akan di djodohkan dengan kakanda Ahmad Tadjuddin yang waktu itu menunggu di Kota Tinggi.

Ibu saya tidak keberatan melepas saya pergi merantau, karena beliau mengharapkan Insya Allah saya menjadi anak yang berguna di belakang hari. Hanya saja nenek saya yang sedih berpisah. Konon kabarnya setiap kali beliau ingat saya beliau menangis sedih,dan setiap mendengar ada orang yang akan berangkat ke Malaysia beliau selalu membuatkan rendang itik untuk saya, karena itulah makanan favorit saya.

Kami berangkat ke Malaysia berempat orang, yaitu bunda Raiyah, kakanda Jaraniah, adik ibunda Basir namanya dan saya sendiri. Waktu itu perjalanan dari Bukittinggi ke Kota Tinggi memakan waktu 7 hari karena transportasi belum seperti sekarang. Contohnya dari Bukittinggi ke Pekanbaru saja memakan waktu 2 hari. Di Pekanbaru menunggu dulu perahu layar yang akan berangkat ke Bengkalis, karena di Bengkalis ada adik ibunda Raiyah yang bekerja di Bea Cukai, mamanda Darwis nama beliau. Di sana kami bermalam 2 malam, setelah itu baru berangkat ke Singapore juga dengan perahu kecil, yang hanya dapat memuat belasan orang.

(24)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 23

keterampilan di Johore Baharu. Di Johore Baharu kami menginap semalam. Waktu bangun pagi keesokan harinya saya teringat kampung, teringat nenek dan ibunda di kampung, langsung menangis dan tersedu-sedu. Saya pun dipujuk ibunda Raiyah dan diajak main-main oleh mamanda Basir yang sama-sama baru datang dari Kampung. Besoknya kami langsung ke Kota Tinggi. Jarak antara Johore Bahru dan Batu Empat Kota Tinggi lebih kurang 40 mile.

Sekolah Melayu di Batu Empat Kota Tinggi Malaysia.

Itulah pertemuan dan perkenalan saya pertama kali dengan ayah. Ayah saya orangnya pendiam. Beliau berbicara sekadar yang perlu saja. Tidak ada canda dan guyon seperti bapak-bapak zaman sekarang dengan anak-anaknya. Saya lebih banyak berkomunikasi dengan ibunda Raiyah, kakanda Ahmad Tadjudddin. Dari ibunda Raiyah saya merasakan kasih sayang seperti ibu kandung sendiri. Kepada beliaulah saya mengadu segala sesuatu dan tempat meminta apa-apa yang diperlukan..Tidak demikian halnya dengan ayah saya.

Ayah saya waktu itu berjualan buku-buku agama yang beliau bawa dari Bukittinggi. Beliau mempunyai seorang teman bernama Moh. Zen yang menjadi guru di sekolah Melayu di Lukut Batu Empat. Moh. Zen juga berasal dari Sumatra Barat. Jarak antara Batu Empat ke Lukut lebih kurang 1 mile, hanya saja jalannya menuju sekolah masih hutan belukar. Kalau mau berangkat atau pulang sekolah mesti menunggu rombongan empat atau lima orang, karena masih ada binatang-binatang buas di sana. Atas bantuan Moh. Zen saya lansung di terima sekolah, kalau tidak salah waktu itu pertengahan tahun ajaran. Pada kenaikan kelas saya di pindahkan ke sekolah Inggeris di Johore Bahru dikenal dengan Ngeheng Primary School. Saya di titipkan di rumah kakanda Dasima di Kampung Wadi Hasan. Jarak antara Kampung Wadi Hasan dan Ngeheng Primary School hanya lebih kurang 1 mile.

Sekolah Inggris Di Johore Baharu Malaysia

Ngeheng Primary School adalah tingkat pertama dari sembilan tingkat yang harus diliwati untuk mendapatkan ijazah English College School yang bergengsi di masa itu. Datok Husen Onn Mantan Perdana Menteri Malaysia adalah salah seorang almamater English College School. Lanjutan dari English College School adalah Stanford University di England atau setingkatnya. Untuk di Malaysia waktu itu belum ada yang lebih tinggi dari itu. Sekolah ini khusus untuk pria saja dan disediakan untuk warga Negara Malaysia, atau dapat juga melalui bersumpah bahwa yang bersangkutan benar kelahiran Malaysia.

Sebelum saya masuk sekolah di situ kebetulan anak tiri dari kakanda Dasima nama Anwar bin Jamil telah lebih dahulu sekolah di situ dengan cara yang sama. Dia satu kelas di atas saya dan lokasi sekolahnya di Bukit Zahrah. Untuk kelas 2 sampai kelas 4 lokasi sekolahnya di Bukit Zahrah. Kelas 5 sampai 9 lokasinya di English College School di pinggir pantai Johore Baharu.

(25)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 24

pindah ke Bukit Zahrah School. Di sana saya sudah bersama-sama satu sekolah dengan Anwar Jamil yang waktu itu duduk di kelas 4.

Lokasi Bukit Zahrah ini lebih jauh dari Ngeheng Primary School. Lebih kurang 2 mile dari Kampong Wadi Hasan. Tetapi karena sudah ada teman untuk sama-sama pergi dan pulang maka jauhnya itu tidak kami rasakan.

Uang sekolah di Bukit Zahrah 1 Ringgit 10 sen Malaysia dengan rincian 1 Ringgit untuk uang sekolah dan buku-buku pelajaran, buku-buku tulis, dan alat-alat tulis lengkap untuk satu tahun pelajaran, sehingga tidak ada yang perlu dibeli. Sedangkan yang 10 sen, adalah untuk uang olah raga termasuk pakaian olah raga. Murid-murid di sekolah dibagi empat kelompok yang ditandai dengan warna hijau, kuning, biru, dan merah. Setiap tahun dari keempat kelompok ini di perlombakan dan mencari juara ditiap-tiap jenis oleh raga. Yang menang mendapat piala bergilir merupakan suatu kebanggaan. Saya termasuk kelompok kuning yang kadang-kadang kalah dan kadang-kadang menang.

Setiap Jumat kira-kira jam 5 pagi saya dan Anwar sudah pergi mengunjungi 3 buah rumah Syekh keturunan Arab yang tempatnya berjauhan. Rumah syekh ini adalah rumah panggung. Jadi kita menaiki tangga dulu baru sampai ke rumah syekh tersebut. Di tengah-tengah rumah, syekh duduk di kursi sambil membagi-bagi uang sebesar 10 sen ringgit per anak. Anak-anak setelah menerima duit mencium tangan syekh tersebut dengan ucapan terima kasih langsung pulang untuk pergi lagi ke rumah syekh yang lain. Di tangga sudah ratusan anak-anak yang antri menunggu giliran untuk menerima sedekah sebesar 10 sen setiap anak. Tidak ada pikiran untuk kembali antri di belakang untuk mendapatkan pembagian 10 sen berikutnya. Anak-anak takut konon syekh itu adalah orang keramat yang setelah membagikan uang-uang tersebut, kabarnya dia kembali ke mekah dan nanti hari Jumat depan datang lagi untuk membagi-bagikan sedekah kepada anak-anak. Wallahu Aklam (Allah yang Maha Tahu).

Rumah kakanda Dasima tidak begitu besar, hanya terdiri dari satu ruangan depan ukuran lebih kurang 6 x 8 mt dan satu kamar tidur ukuran lebih kurang 6 x 6 mt, dapur, dan kamar mandi. Yang tinggal di rumah tersebut terdiri dari ibunda Sawiyah (ibunda kakanda Dasima) sekali sekali pak tuo saya bernama Kari Hayat (Bapaknya kakanda Ismail Hassan dan kakanda Dasima) kakanda Ismail Hassan, Anwar Jamil, dan saya.

Anak kakanda Dasima waktu itu baru ada seorang yaitu M.Noor Jamil yang masih bayi. Ibunda Sawiyah dan lainnya mengambil tempat tidur di ruang depan dengan mengembangkan kasur waktu mau tidur dan menggulungnya di pagi hari. Saya dan Anwar mengambil tempat di gang antara ruang depan dan dapur dengan bekal tikar dan bantal. Malam di kembangkan dan pagi di gulung dan di simpan dikamar kakanda Dasima.

(26)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 25

piring, mamarut kelapa dan lain-lain. Latihan di rumah kakanda Dasima tersebut bermanfaat untuk kehidupan kami di kemudian hari, menjadi lebih rapi dan lebih mandiri.

Setiap liburan panjang sekali setahun pada bulan Desember saya pergi ke Batu Empat Kota Tinggi ke tempat Ayah dan Bunda Raiyah dengan menumpang mobil kantor pos yang sudah dititipkan oleh ayah. Waktu itu ayah sudah membuka kedai kopiah di Kota Tinggi. Alhamdulillah kedai kopiah beliau termasuk yang dikenal di Kota Tinggi, tempat pejabat-pejabat setingkat kota kecil itu memesan kopiah.

Liburan pendek pertengahan tahun l940 saya tidak pulang ke Kota Tinggi. Waktu itu saya sudah berumur 12 tahun dan belum disunat. Kawan-kawan di sekolah sering bercerita bahwa mereka sudah disunat, sedangkan saya belum dan tidak ada yang mengingatkan. Pada kesempatan libur pendek itu, dengan membawa surat dari sekolah, saya pergi sendiri ke rumah sakit dan minta disunat..

Dirumah sakit saya ditanya dan diperiksa seperlunya, langsung disuruh masuk ke ruangan operasi. Saya waktu itu masih memakai celana sekolah dan disuruh tidur di meja operasi, diatasnya ada kaca besar dapat melihat apa yang dikerjakan oleh dokter yang menyunat. Saya hanya merasakan sakit pada saat injeksi pertama dan setelah itu saya dapat melihat dokter melakukan pekejaannya sampai selesai. Setelah selesai saya disuruh kembali memakai celana, tanpa membayar satu sen pun. Saya disuruh pulang dengan dibekali obat untuk dipakai besok setelah dibersihkan pagi hari. Saya pulang naik beca yang ditarik oleh manusia. Sesampai di rumah kakanda Dasima menggeleng-geleng dan marah karena tidak memberitahukan lebih dahulu. Saya minta maaf karena tidak mau menyusahkan dan besok paginya saya besihkan sendiri dan saya beri obat dan diverban sendiri. Alhamdulillah selamat dan setelah 3 hari sembuh total.

Liburan Desember l940 saya juga pulang ke Batu Empat Kota Tinggi. Kalau di tahun-tahun sebelumnya, liburan di Kota Tinggi saya nikmati dengan bekerja membantu ayah di kedai songkok di Kota Tinggi atau ikut memotong getah di Lukut Batu Empat. Memotong getah adalah menakik kulit pohon getah supaya keluar getahnya yang dinamakan latex. Pekerjaan ini harus dilakukan sebelum matahari terbit supaya banyak getahnya keluar. Jika dilakukan setelah matahari terbit maka getahnya tidak banyak keluar. Latex getah itu sesudah dicampur dengan cuka didiamkan sampai jam 2.00 sore setelah itu siap digiling menjadi lempengan-lempengan berukuran 40 x 60 cm.

(27)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 26

Liburan Desember l941 saya pulang ke Batu Empat Kota Tinggi. Dalam masa liburan panjang ini tentara Jepang menyerang dan memasuki Malaysia. Banyak orang-orang Cina dibunuh` oleh tentara Jepang. Asal ketemu bangsa Cina tidak pandang laki-laki atau perempuan, besar atau kecil langsung di bunuh. Banyak sekali kita menemukan mayat-mayat Cina di piggir-pinggir jalan, atau di pinggir-pinggir sungai. Rakyat terpaksa bergotong-royong menguburkan mayat-mayat Cina tersebut. Penyakit kolera pun merambah dibanyak daerah, bahkan di Batu Empat itu tiap-tiap hari menguburkan orang mati akibat penyakit kolera. Bahkan seseorang yang paginya menguburkan orang mati karena kolera, sorenya yang mengantarkan orang itu yang dikuburkan karena mati akibat kolera. Begitu cepat penyakit itu membunuh mangsanya. Di waktu itulah kakanda Dasima bersama 2 orang anak beliau meninggal di Johore Bahru. Alhamdulillah kami sekeluarga di Batu Empat selamat dari malapetaka itu.

Sejak itu English College School di tutup dan kami bertahan tinggal di Batu Empat. Saya tidak sempat melihat hasil ujian kelas 5, karena biasanya hasil ujian diumumkan setelah masuk tahun ajaran baru. Sampai saat kami pulang ke Bukittinggi kegiatan English College belum dibuka kembali. Sampai sekarang saya tidak tahu hasil ujian naik kelas tersebut.

Penjajahan Jepang

Beberapa bulan setelah penyerangan Jepang tersebut keadaan masih kacau. Kehidupan rakyat sangat susah, penyakit kolera merajalela tanpa obat-obat. Untuk menjamin kehidupan keluarga, abang dan saya berjaja keliling dengan menggunakan sepeda ke kampong-kampong. Dari pedalaman kami membeli durian, petai atau hasil pertanian lainnya dibawa dengan sepeda ke Kota Tinggi. Jarak antara tempat membeli hasil petanian ke Kota Tinggi kira-kira 6 mile melalui jalan mendaki dan menurun. Pulangnya kami membawa minyak kelapa atau keperluan dapur lainnya untuk dijajakan ke kampong-kampong di pedalaman.

Malamnya saya belajar mengaji dengan ayah. Inilah saat saya merasakan belajar mengaji yang intensif, walaupun tiap-tiap mengaji biasanya menangis karena dimarahi setiap ada kesalahan.

Kehidupan begini kami jalani beberapa bulan sampai akhnirnya ayah memutuskan untuk pulang kampong. Waktu itu saya minta kepada ayah dan abang, biarlah saya tinggal di situ menunggu keadaan normal untuk terus melanjutkan sekolah. Tetapi usul ini tidak disetujui oleh ayah dengan alasan sekarang kita sama-sama pulang dulu, dan sekiranya nanti keadaan sudah normal kita sama-sama kembali ke sini.

(28)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 27

4. PULANG KE BUKITTINGGI (1943)

Di Bukittinggi saya menjadi orang baru lagi. Teman-teman lama suka mentertawakan saya, karena bahasa saya sudah berubah dibanding dengan waktu berangkat dulu. Bahkan menjadi ejekan. Kecuali bahasa saya yang menjadi perhatian mereka, yang lain adalah potongan celana pendek sekolah saya, berbeda dengan potongan celana pendek anak-anak sekolah di kampong kita masa itu. Potongan celana pendek anak-anak sekolah disana di bagian pahanya agak melebar, sedangkan potongan celana pendek anak-anak sekolah di kampung kita menyempit. Menurut mereka celana anak-anak sekolah disana adalah celana panjang bapaknya saja yang dipotong yang dijadikan celana sekolahnya. Sedangkan kita di sini memang sengaja dibuat untuk celana sekolah katanya. Kata-kata begini mula-mula menyakitkan hati, tetapi sekalian lucu. Alhamdulillah, suasana demikian tidak berlangsung lama, dan dalam beberapa bulan sudah reda dan biasa lagi.

Sekolah di STOPIO

Di Bukittinggi kegiatan pemerintahan Jepang sudah mulai bergerak. Sekolah-sekolah umum pemerintah, sekolah-sekolah agama, dan sekolah-sekolah kejuruan sudah mulai dibuka. Ibu kandung saya menyarankan supaya masuk sekolah agama di Parabek. Yaitu bekas sekolah mantan wakil Presiden RI. Adam Malik. Bapak saya tidak menyetujui. Menurut beliau kalau sekolah di sana kamu akan menjadi tukang pidato dan tidak banyak ilmu agama yang akan kamu peroleh. Kalau memang akan belajar ilmu agama nanti saya bawa kepada kakak saya H. Djalal di Ampang Gadang. Di situlah tempat kamu belajar agama. H. Djalal adalah ulama terkenal di sekitar Bukittinggi masa itu, dan beliau adalah satu pasukuan Simabur dari satu nenek beberapa lapis ke atas dengan bapak saya. Pak H. Djalal adalah ayah Prof. DR Hasjim Djalal bekas Dubes RI di Jerman dan sekarang menjabat sebagai salah seorang anggota Komisi Konsititusi RI.

Sekolah pilihan lain adalah Cugakko. Cugakko adalah sekolah menegah umum sama dengan MULO di zaman Belanda atau SMP sekarang. Setelah saya sampaikan ke ibunda niat saya akan memasuki sekolah tersebut, beliau tidak segera menjawab. Terlihat dari raut wajah beliau kesedihan, dan setelah saya tanyakan lagi, beliau menjawab, “sekolah itu kan sekolah lama baru dapat bekerja, sedangkan kita kan orang miskin dan tidak akan sanggup membiayai selama itu. Lebih baik cari saja sekolah yang akan segera dapat bekerja supaya bisa membantu ibu”

Mendengar jawaban ibunda tersebut niat akan masuk Cugakko tidak saya sampaikan ke bapak, karena yakin bahwa bapak juga akan menjawab demikian. Kebetulan tetangga saya di kampung Agusman, yang dijadikan rujukan oleh ibunda tentang penentuan tanggal kelahiran saya sudah masuk sekolah STOPIO

(29)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 28

Kehidupan rakyat di zaman penjajahan Jepang sangat susah. Tidak ada kegiatan ekonomi. .Semua orang bertani. Orang yang tadinya pegawai, pedagang, bahkan anak-anak sekolah pun separoh dari jam belajarnya disuruh bertani. Yang ditanam adalah bahan makanan dan sayur-sayuran, seperti padi, ketela-ketela kayu maupun ketela jalar. Hasilnya separoh diambil paksa oleh tentara Jepang. Kehidupan rakyat dalam kemiskinan dan ketakutan. Tentara Jepang memang terkenal kejam, contohnya, bila kita jalan meliwati pos penjagaan tentara Jepang tidak membungkuk/sayokere, kita langsung di panggil dan ditampar/bagero neh. Bila kita mencoba mengelak maka pukulan akan bertambah-tambah dan jika ada indikasi akan melawan yang bersangkutan dapat dibawa ketempat pembunuhan dan langsung dipancung dengan pedang samurai. Tempat pembunuhan waktu itu dikenal di Gadut dekat dengan lapangan pacuan kuda, kira-kira 4 km. dari Bukittinggi.

Cara mereka membunuh, kita disuruh menggali lobang terlebih dahulu. Setelah lobang digali dengan kedalaman yang cukup, kita disuruh duduk dipinggir lobang tersebut dan dengan satu kali pancung, terlepaslah kepala dari leher. Setelah itu kita ditendang ke dalam lobang yang kita gali sendiri. Tidak ada pengadilan waktu itu apalagi pengadilan Hak Asasi Manusia. Hukum berada di tangan tentara fasis yaitu tentara Jepang dan tentara Jerman pada perang dunia kedua.

Hasil padi rakyat diambil paksa oleh tentara Jepang. Umumnya rakyat makan nasi sekali sehari, yang sekali lagi rakyat makan ketela atau umbi-umbian. Bahkan kalau orang memakan durian, tidak saja daging duriannya yang dimakan, tetapi biji-bijinya pun di rebus untuk di makan. Penyakit busung lapar menjadi pemandangan sehari-hari dan berada di mana-mana, yaitu badan kurus, perut buncit, kaki kecil, mata cekung, muka sembab dan pandangan layu.

Pakaian pun menyedihkan. Jarang orang berpakain 4-5 stel kalau bukan pegawai pemerintah Belanda sebelumnya. Umumnya rakyat biasa di masa itu hanya berpakain 2 – 3 stel. Untuk menghemat pemakaian (supaya tidak cepat kotor), maka bila memakai kemeja lehernya dilapisi dengan sapu tangan supaya tidak lekas kotor. Demikian juga dengan celana supaya tidak lekas robek dibagian pantatnya dilapisi dengan kain yang hampir sewarna, dibentuk seperti bundaran dibagian pantat celana. Ini sudah menjadi pandangan umum, dan tidak ada yang merasa malu waktu itu.

Bahkan sudah banyak orang-orang yang membuat karung goni atau kulit kayu dijadikan celana. Tikar rumput pun dijadikan selimut. Demikian penderitaan rakyat selama penjajahan Jepang tiga setengah tahun.

(30)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 29

Tempat praktek atau belajar mengukur adalah di daerah Kota Gadang sampai ke Sianok. Untuk mencapai kedua tempat tersebut jalan kaki melalui ngarai Sianok yang terkenal curam dan dalam dengan jarak lebih kurang 4 km dari kota Bukittinggi. Sedangkan jarak dari Kampung kita ke Bukittinggi juga 4 km. Berarti rata-rata kami kalau mau pergi sekolah harus berjalan kaki minimal 8 km sehari. Empat hari dalam seminggu pada hari-hari praktek kami berjalan 16 km. pulang pergi naik turun Ngarai yang dalam. Pulang sekolah sudah sore kira-kira jam 4.00 baru makan nasi, sekalian sebagai makan siang dan makan malam. Waktu itu tidak ada pilihan lain.

Alhamdulillah, Allah memberi kekuatan kepada umatnya jika umatnya bersungguh-sungguh dan istiqamah. Akhirnya saya tamat dari STOPIO akhir tahun 1944. Ijazah STOPIO lah merupakan ijazah pertama yang saya peroleh di samping ijazah mengetik yang telah saya dapat melalui kursus 3 bulan di balai kursus ASAHI Bukittinggi sebelumnya.

Belajar Agama Islam di Ampang Gadang

Sesuai dengan janji ayah akan membawa saya belajar agama di surau (musolla) Bapak H. Jalal di Ampang Gadang, beliau tepati. Tidak lama setelah saya bersekolah di STOPIO, di salah satu sore beliau mengajak saya ke sana dengan berjalan kaki. Jarak Parit Putus dengan Ampang Gadang tidak begitu jauh, kira 2 km. Sesampai di sana saya melihat ada kira-kira 15 orang murid yang sedang duduk membuat bundaran sedang mengaji. Umumnya yang belajar mengaji di situ lebih tua dari saya sekitar 3 – 4 tahun. Setelah selesai pengajian beliau pun berbasa basi dengan ayah seperlunya. Ayah mengatakan kepada Bapak H. Djalal bahwa saya ingin ikut belajar mengaji di surau beliau. Bapak H. Djalal menerima dan menasihati saya supaya rajin datang dan rajin mengulang-ulang pelajaran, seperti pepatah orang, “hafal kaji karena di ulang-ulang, hafal jalan karena sering di tempuh.

Allah menentukan lain. Tidak sampai sebulan saya berulang-ulang belajar ke surau beliau tiga kali seminggu. Murid-murid yang semula ada 15 orang ternyata satu persatu mengundurkan diri dengan berbagai alasan dan tinggal 3 orang saja dengan saya. Tambahan murid baru tidak ada. Akhirnya kami pun hilang semangat dan pengajian itu bubar.

Mengaji di Surau Tinggi.

Waktu saya pulang dari Malaysia, saya sudah berumur 15 tahun dan belum lancar membaca Alquran. Memang tragis, Ibu kandung saya adalah seorang guru mengaji Alquran di kampung, khusus perempuan. Ibu anak-anak (isteri saya) salah seorang murid beliau diwaktu itu. Beliau mengajar Alquran di malam hari. Jadi umumnya murid-murid beliau menginap di rumah, karena untuk pulang ke rumah masing-masing di malam hari takut karena gelap dan tidak ada lampu jalan dan beresiko.

(31)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 30

surau-surau oleh ulama-ulama yang terkenal. Menurut kakanda Ahmad Tajuddin bapak pergi mengaji di beberapa tempat di Batusangkar, dan beberapa tempat di Payakumbuh, dimana beliau dengar ada ulama yang terkenal beliau pergi ke sana. Untuk bekal hidup beliau kabarnya pak etek beliau yang membelanjai. Pak etek beliau termasuk orang kaya di waktu itu. Bahkan sampai membuatkan surau/musola yang dikenal dengan surau tinggi untuk beliau tempati mengajar agama di kampung. Dinamakan surau tinggi, karena surau itu belantai dua, dibuat sebagian badan surau tersebut berada di atas kolam ikan dan separoh lagi di atas daratan.

Dilantai atas merupakan ruangan lepas tempat anak-anak muda laki-laki tidur malam. Di Minangkabau waktu itu ada satu tradisi di mana anak-anak laki-laki kalau sudah bermur 8 tahun ke atas dianjurkan tidak lagi tidur malam di rumah orang tuanya. Dia diungsikan ke surau-surau, mesjid-mesjid atau dangau/pondok di ladang-ladang. Mereka dibekali dengan sehelai tikar rumput, sebuah bantal, dan sehelai selimut terbuat dari kain marekan/grey sekarang. Bagi yang tidak mau tidur di surau, dia akan diejek oleh teman-teman sebayanya dengan mengatakan tidak punya malu karena sudah besar masih tidur sama ibu juga.

Mereka berangkat ke surau biasanya sudah makan malam sebelum magrib. Masing-masing patungan dulu membeli minyak tanah untuk bahan bakar lampu tempel di surau. Disurau sesudah Magrib belajar mengaji berkelompok-kelompok sesuai dengan tingkatnya. Belajar mengaji tidak membayar dan tidak ada kewajiban apa-apa asal membawa perlengkapannya. Guru-guru mengaji sukarela tidak dibayar dan tidak ada kewajiban apa-apa asal mau belajar.

Selesai mengaji masing-masing melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan keperluannya. Bagi yang masih sekolah mereka menghafal pelajaran, menyelesaikan pekerjaan rumah dan lain-lain. Bagi yang tidak sekolah membaca buku-buku cerita legenda lama, seperti Cindur Mato, Bujang Pamenan dan lain-lain. Membaca legenda lama itu dengan dilagukan, bagi yang pandai melagukan sangat mengasyikkan dan biasanya sampai pagi. Mirip cerita wayang kalau di Jawa. Bagi yang menganggur mereka menghabiskan waktu dengan bermain catur, remi dan lain-lain. Di musim terang bulan ada juga yang berkreatif belajar bela diri yaitu bersilat. Kehidupan di surau berlanjut sampai seseorang melangsungkan pernikahan atau merantau. Bila seseorang bercerai dengan istrinya, biasanya dia kembali lagi tidur disurau, seperti sebelumnya.

(32)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 31

5. ZAMAN KEMERDEKAAN (17 Agustus 1945)

Awal tahun 1944 Pemerintahan Jepang mengumumkan akan mencari pemuda-pemuda berumur antara 16 tahun sampai 22 tahun untuk dilatih menjadi tentara ho. Tentara Hei-ho adalah tentara yang dipersiapkan mendampingi tentara Jepang untuk menyerang negara-negara lain yang belum ditaklukkan oleh tentara Jepang seperti Bangkok, Vietnam dan lain-lain.

Para pendaftar akan di test dan bila diterima akan dilatih sebagai Hei-ho di Padang. Pada masa latihan masih diberi kesempatan pulang ke kampung bertemu dengan orang tua sekali dalam sebulan. Pada saat mereka pulang dengan pakaian seragam tentara Jepang, kepala digunduli kelihatan gagah dan menarik. Pelatihan berlangsung selama 6 bulan, dan pada bulan terakhir mereka diperbolehkan pulang kampung memakai pedang samurai di pinggangnya. Pemandangan seperti itu menambah keinginan banyak anak-anak muda untuk mengikutinya menjadi tentara Jepang. Selesai pelatihan mereka ditugaskan bersama-sama dengan tentara Jepang asli untuk tujuan penyerangan ke negara-negara lain dan akhirnya banyak yang tidak pulang dan tidak tentu rimbanya. Penugasan ini tidak pernah dibertitahukan kepada keluarga di kampung. Dari kampung kita saja ada 4 orang yang diterima sebagai Hei-ho, tidak seorang pun yang pulang dengan selamat dan tidak diketahui di mana meninggalnya sampai sekarang.

Pada awal tahun l945, ada lagi pengumuman bahwa Pemerintahan Jepang akan menerima pemuda-pemuda yang berminat untuk menjadi tentara dengan sebutan Giu-gun. Giu-gun adalah tentara yang dipersiapkan untuk bertugas di dalam negeri. Pengumuman itu di sebar luaskan melalui mesjid-mesjid pada saat shalat Jumat. Bagi yang berminat supaya mendaftarkan diri di kantor Camat di Biaro. Pada waktu yang ditentukan para peminat akan ditest kesehatan, semangat dan lain-lain. Bagi yang lulus test, akan segera di panggil untuk dilatih selama 4 bulan. Latihan Giu-gun cukup di Bukittinggi saja sedangkan latihan Hei-ho dilakukan di Padang. Latihan Hei-ho relatif lebih keras dibandingkan dengan latihan yang diberikan kepada Giu-gun.

Waktu itu saya belum tamat sekolah di STOPIO. Tidak mudah untuk mencari pekerjaan sambil sekolah di masa itu, praktis masih banyak waktu lowong. Sambil menunggu kesempatan dan peluang yang ada, saya ikut-ikut berjualan kacang goreng dengan Nawawi, sepupu saya dari pihak bapak dan kakak sebapak dengan Sartuni. Nawawi lebih tua dari saya 1 tahun dan dia sudah lama berdagang kacang goreng di kampung kita. Dia beli kacang goreng mentah dan dia goreng sendiri.

(33)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 32

Lama saya berpikir antara mendaftar atau tidak, tetapi hati ini ingin sekali, dan dari ibu sudah mendapat persetujuan. Akhirnya saya mendaftar juga dan bapak saya pun tahu bahwa saya sudah mendaftar. Allah rupanya tidak mengizinkan dan saya tidak lulus test karena tinggi badan saya waktu itu tidak memenuhi syarat.

Penghidupan masyarakat di kampung kita pada waktu itu umumnya pengrajin terompa kayu dengan nama tangkelek. Untuk memperluas pemasaran tangkelek masyarakat mendirikan koperasi dengan nama Koperasi Pengrajin Tangkelek Parit Putus(KPTP) Bapak saya waktu itu memegang agen penjualan KPTP untuk kota Padang Panjang dan sekitarnya. Di Padang Panjang beliau menyewa sebuah kiosk ukuran 3 x 3 mt2 untuk penjualan tangkelek. Setelah beliau mendengar bahwa saya tidak lulus test masuk Giu-gun, beliau menyuruh saya menjaga kiosk tersebut dan aktif menjajakan tangkelek ke pasar-pasar kecil di sekeliling Padang Panjang pada tiap-tiap hari pasar. Seperti Padang Panjang ramainya hanya sekali dalam seminggu yaitu tiap-tiap hari Senin saja, sedangkan Pasar Solok ramainya hari Selasa dan pasar Pitalah ramainya hari Rabu dan seterusnya.

Di situlah pertama kali saya belajar hidup mandiri jauh dari orang tua dan keluarga. Tidur di dalam kiosk disela-sela tangkelek. Kalau mau mandi atau ke WC, kiosk dikunci dan berjalan kaki dulu beberapa puluh meter ke WC umum atau ke mesjid yang terdekat. Walaupun demikian hati dan perasaan saya senang karena dipercaya oleh Bapak. Saya pun aktif menjajakan tangkelek ke pasar-pasar kecil disekitar Padang Panjang. Pagi-pagi bangun, selesai shalat Subuh mempersiapkan beberapa kodi tangkelek rupa-rupa ukuran yang akan dibawa ke pasar yang ramai pada hari itu. Tangkelek tersebut dipikul ke bahu dan dibawa ke stasion kereta api, karena umumnya pasar-pasar kecil yang gampang di datangi hanya menggunakan jasa kereta api.

Di salah satu pagi sewaktu saya pergi ke pasar Pitalah sebagaimana biasa naik kereta api. Dalam perjalanan saya mendapat musibah, yaitu secara tidak disengaja saya meletakkan tangan saya di jendela kereta api, tiba-tiba pintu jendelanya jatuh dari atas dan menimpa ujung jari manis saya sebelah kanan. Sehingga kuku jari manis saya pecah dan menjadi kenang-kenangan sampai hari tua.

Proklamasi Kemerdekaan RI

Kalau tidak salah bulan puasa pada tahun 1945, jatuh pada bulan Agustus. Setelah shalat tarawih di mesjid pada tanggal 17 malam orang-orang heboh memberitakan bahwa Jepang telah kalah perang dan Indonesia sudah merdeka. Sukarno-Hatta telah memproklamirkan kemerdekaan tadi pagi kata orang yang mendengar radio tadi sore. Waktu itu belum banyak orang yang mempunyai radio di rumahnya. Seperti di Parit Putus hanya beberapa orang saja yang mempunyai pesawat radio di rumahnya. Keluarga kita termasuk salah seorang yang tidak mempunyai pesawat radio di rumah. Kalau dihitung di seluruh Parit Putus tidak lebih dari 5 rumah, orang yang mempunyai radio di rumahnya. Radio waktu itu masih dianggap langka dan mewah.

(34)

MengenaldanMengenangDrs.H.BustamanRahimAkt. 33

provokasi dari Jepang untuk mencari musuh-musuhnya yang anti Jepang. Setiap malam setelah berita tersebut tersebar, maka rumah orang-orang yang mempunyai radio selalu di padati oleh masyarakat muda dan tua untuk mengetahui tindak lanjutnya dari proklamasi kemerdekaan itu.

Setelah yakin bahwa betul-betul Indonesia sudah merdeka, dan sesuai dengan instruksi-instruksi dari Pemerintah Pusat melalui radio, maka beberapa pemuka masyarakat berinisiatif menggalang kekuatan dari segi keamanan. Mula-mula dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). BKR belum berbentuk organisasi, masih dalam bentuk kelompok ronda yang bersenjatakan bambu runcing, parang, pisau dan lain-lain, tetapi sudah berani menahan dan memeriksa kendaraan lewat untuk mengetahui apa saja bawaan mereka. Kondisi ini tidak berlangsung lama hanya beberapa bulan saja setelah kemerdekaan. Setelah itu ada instruksi dari pusat agar kegiatan tersebut dikordinir dan dilebur menjadi Tentara Keamanan .Rakyat (TKR) melalui seleksi. Organisasi TKR juga belum teratur rapi, orang bisa masuk dan keluar seenaknya belum ada ikatan dalam bentuk hak dan kewajiban seperti gaji dan lain-lain. Dari TKR dilebur lagi menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). TRI inilah yang menjadi cikal bakal TNI sekarang.

Sejak awal puasa suplay tangkelek ke Padang Panjang sudah mulai menurun. Saya praktis lebih banyak tinggal di kampung dibanding dengan di Padang Panjang. Di kampung saya selalu ikut aktif dalam kegiatan masyarakat seperti BKR, dan TKR sebagai tenaga juniornya.

Administrasi pemerintahan waktu itu masih dalam transisi. Yaitu tentara sekutu yang menang perang dunia kedua masuk Indonesia untuk melucuti persenjataan tentara Jepang yang ada di Indonesia. Pada awal tentara sekutu masuk ke Indonesia cukup mendapat penghormatan dan simpati dari masyarakat, karena yakin setelah tentara sekutu selesai dengan tugasnya, dia akan keluar dari Indonesia.

Setelah perang dunia kedua usai, maka tentara Inggeris sebagai salah satu sekutu yang menang perang mengembalikan tentara-tentaranya yang berasal dari beberapa negara jajahannya seperti India, Malaya (sekarang Malaysia) dan lain-lain ke negara masing-masing. Setelah dikembalikan ke negaranya mereka diberi cuti panjang untuk dan melapor kembali ke kesatuannya setelah kembali. Termasuk dalam rombongan tersebut kakak sepupu saya dari pihak bapak bernama Ismail Hassan warga Malaya yang menjadi Angkatan Laut Inggeris dan ikut perang dunia kedua. Beliau pulang ke Malaya untuk bertemu dengan bapak dan ibundanya serta kakak dan kemanakan-kemanakannya. Ternyata tidak seorang pun yang ada di Johore Baharu. Beliau sejak meletus perang dunia kedua ikut angkatan laut Inggeris berperang dan tidak pernah berkirim surat maupun menerima surat. Ternyata kakaknya beserta dua orang kemenakannya telah mendahuluinya berpulang ke rahmatullah di Johore Baharu sedangkan bapaknya dan ibundanya beserta dua orang kemenakan lainnya sudah pulang ke Bukittingi. Kira-kira dua tahun sampai di Bukittinggi ayahanda beliau pun pulang ke ramatullah dengan cara mendadak setelah selesai shalat Subuh di mushola Lurah.

Referensi

Dokumen terkait

Berendah hati banyak manfaat Dalam bergaul orang kan hormat Saudara suka sahabat mendekat Hidup beramai semakin erat Manfaatnya dapat dunia akhirat Tunjuk Ajar Melayu mengajarkan agar

Berdasarkan hasil uraian di atas, maka dari itu penulis perlu membuat laporan kerja praktik lapangan (LKP) dengan judul “Strategi Pemasaran Dalam Meningkatkan

Dalam UU Wakaf, pasal 62 yang menjelaskan tentang penyelesaian sengketa mengenai wakaf, disebutkan apabila penyelesian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan di analisis didapatkan biaya bahan material yang diperlukan untuk pekerjaan pasangan dinding bata ringan dan pasangan

Manfaat dari dilaksanakannya Ujian Nasional yaitu: (1) pemetaan mutu satuan dan/atau program pendidikan, (2) seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, (3) penentuan

Sedangkan dari sisi manufacturers, brand merupakan hal penting, disebabkan karena menjadi identifikasi untuk menyederhanakan handling atau tracing, perlindungan hak cipta,

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan poteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien

Gambar 4 menjelaskan model konseptual yang dilakukan pada perancangan perbaikan layanan E-commerce Cotton.go dengan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment).. Gambar