• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNSUR UNSUR KEBUDAYAAN DAYAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UNSUR UNSUR KEBUDAYAAN DAYAK"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

UNSUR – UNSUR KEBUDAYAAN DAYAK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Budaya Nusantara

Disusun oleh

Euis Ulfah Nurlatifah (15)

KELAS 5A

DIPLOMA III AKUNTANSI 2016

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

Jalan Bintaro Utama Sektor V, Tangerang Selatan 15222

A. Sistem Bahasa

Bahasa yang sering dipakai oleh suku dayak dalam kehidupan sehari-hari dibagi 2, yaitu :

1. Bahasa Pengantar

Seperti pada umumnya bagian negara Indonesia yang merdeka lainnya, masyarakat Kalimantan Tengah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia telah digunakan untuk sebagai bahasa pengantar di Pemerintahan dan pendidikan.

2. Bahasa sehari-hari

Keberagaman etnis dan suku bangsa menyebabkan Bahsa Indonesia dipengaruhi oleh berbagai dialeg. Namun kebanyakan bahasa daerah ini hanya digunakan dalam lingkungan keluarga dan tempat tinggal, tidak digunakan secara resmi sebagai bahasa pengantar di pemerintahan maupun pendidikan. Sebagian besar suku Kalimantan Tengah terdiri dari suku bangsa Dayak. Suku bangsa dayak sendiri terdiri atas beberapa sub-suku bangsa. Bahasa Dayak Ngaju adalah bahasa dayak yang paling luas digunakan di Kalimantan Tengah, terutama didaerah sungai Kahayan dan Kapuas, bahasa Dayak Ngaju juga terbagi lagi dalam berbagai dialeg seperti seperti bahasa Dayak Katingan dan Rungan. Selain itu bahasa bahasa Ma’anyan dan Ot’danum juga banyak digunakan. Bahasa Ma’anyan banyak digunakan didaerah aliran sungai Barito dan sekitarnya sedangkan bahasa Ot’danum banyak digunakan oleh suku dayak Ot’danum di hulu sungai Kahayan dan Bahasa Barito timur bagian Tengah-Selatan.

B. Tatanan Sosial

Secara umum,stratifikasi masyarakat tradisional dayak di kalimantan barat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan merdeka dan golongan budak. Dalam konsep masyarakat dayak tradisional di kenal bermacam-macam istilah lokal, seperti utus, jalahan, bumuh, baboh, dan ungkup. Secara umum, masyarakat tradisional dayak terbagi atas dua golongan besar,yaitu golongan merdeka dan budak.Namun demikian secara umum,terdapat golongan yang tidak dilihat dari sisi tinggi rendahnya keturunan,tetapi pada fungsi sosialnya,seperti golongan balian (imam).

1. Golongan Merdeka

o Utus gatung atau utus tatau

Golongan ini dipandang sebagai golongan bangsawan tinggi,kaya,dan sempurna. Mereka dianggap sebagai pewaris keturunan orang besar dan keturunan langsung keilahian, terutama tampak dari kekayaan yang mereka miliki.

kepala adat dan pemimpin masyarakat. Utus gantung juga dianggap sebagai anak matahari dan manusia tinggang sebagai identifikasi dari mahatara.

o Utus rendah atau utus pehe-belum

Golongan ini meskipun masuk dalam golongan merdeka,mereka masih dibedakan dalam kedudukan sosial ekonominya.mereka dianggap berasal dari keilahian secara tidak langsung.penama an utus ini dalam bahasa dayak mengandung nilai sosila, meskipun mereka tidak banyak memiliki kekayaan harta pusaka suci yang menghubungkan dengan keilahian. Mereka hanya memiliki harta pusaka yang nilainya rendah.dari golongan ini bermula munculnya para balian dan basir (imam).mereka juga dinamakan anak bulan dan manusia tambon yang dididentifikasikan dengan bawin jata.

2. Golongan Budak

Sebenarnya kelas budak ini tidak ada.kelas ini baru muncul semenjak terjadi perkembangan masyarakat itu sendiri.menurut cerita lokal dayak, golongan tersebut muncul terkait dengan cerita religius mereka. Konon, manusia diturunkan dari alam atas ke bumi dan golongan budak ini harus turun dengan susah payah,melalui tiang kayu yang menghubungkan dunia.sedangkan golongan merdeka turun dengan menggunakan bahama hitam dan bahama bulau lengkap dengan peralatannya.

o Rewar adalah budak yang secara turun-temurun adalah kepunyaan tuannya.Menurut adat,golongan rewar adalah mereka yang muncul akibat hukuman terhadap pelanggaran-pelanggaran adat yang berat dan kalah perang. o Djipen adalah budak akibat utang.djipen akan kembali bebas setelah ia dapat

membayar utangnya dan akan dikembalikan segala hak dan kewajibannya sebagai seorang merdeka. Orang dayak percaya bahwa budak memang dilahirkan sebagai pailenge (kaki-tangan) tuannya.oleh karena itu semasa hidupnya sampai kealam baka,ia harus memanggil pemiliknya dg sebutan tempongku,sangiangku (tuanku).meraka juga tidak boleh / dilarang mendirikan rumah di dalam kampung melainkan di daerah perbatasan kampung atau di dalam hutan sekitar kampung.

C. Mata pencaharian

Mata pencaharian bagi orang Dayak di Kalimantan Tengah terdiri atas empat macam, yaitu berladang, berburu, mencari hasil hutan dan ikan, menganyam. Dalam berladang mereka mengembangkan suatu sistem kerja sam dengan cara membentuk kelompok gotong-royong yang biasanya berdasarkan hubungan tetanggaan atau persahabatan. Masing-masing kelompok terdiri atas 12-15 orang yang secara bergiliran membuka hutan bagi-bagi ladang masing-masing anggota. Apabila kekurangan tenaga kerja laki-laki maka kaum wanita dapat menggantikan pekerjaan kasar itu, misalnya membuka hutan,

membersihkan semak-semak, dan menebang pohon-pohon. Siklus pengerjaan ladang di Kalimantan sebagai berikut :

1. Pada bulan Mei, Juni atau Julio rang menebang pho-pohon di hutan, setelah penebangan batang kayu, cabang, ranting, serta daun dibiarkan mengering selama 2 bualan.

3. Waktu menanam dilakukan pada bulan Oktober.

Bulan Februari dan Maret, tibalah musim panen, sedangkan untuk membuka ladang kembali, orang Dayak melihat tanda-tanda alam seperti bintang dan sebagainya serta memperhatikan alamat-alamat yang diberikan oleh burung-burung atau binatang-binatang liar tertentu. Jika tanda-tanda ini tidak dihiraukan maka bencana kelaparan akibat gagalnya panen akan menimpa desa. Alat yang sering digunakan untuk menganyam adalah kulit rotan yang berupa tikar. Pakaian asli Dayak adalah Cawat yang terbuat dari kulit kayu.

D. Sistem Pengetahuan

1. Dalam berpakaian dulu orang suku Dayak sering menggunakan ewah (cawat) untuk pakaian asli laki-laki Dayak yang terbuat dari kulit kayu dan Kaum wanita memakai sarung dan baju yang terbuat dari kulit kayu, sedangkan pada masa sekarang orang Dayak di Kalimantan Tengah Sudah berpakaian legkap seperti : laki-laki memakai hem dan celana dan kaum wanita memakai sarung dan kebaya atau bagi anak muda memakai rok potongan Eropa.

2. Zaman dulu para wanita sering menggunakan anting yang banyak agar semakin panjangnya daun telinga semakin cantik wanita tersebut, para lelakinya sering menggunakan tato bahwa semakin banyaknya tato ditubuh lelaki tersebut maka ia akan terliahat gagah dan ganteng.

3. Terkadang mereka sering menggunakan bahasa inggris untuk komunikasi tetapi masih bersifat pasif.

4. Menggandalkan atau menggunakan rasi bintang untuk mengetahui apakah cocok untuk bertanam atau berladang.

1. Seni Tato dan Telinga Panjang

Seni tato dan telinga panjang menjadi ciri khas atau identitas yang sangat menonjol sebagai penduduk asli Kalimantan. Dengan ciri khas dan identitas itulah yang membuat suku Dayak di kenal luas hingga dunia internasional dan menjadi salah satu kebanggan budaya yang ada di Indonesa. Namun tradisi ini sekarang justru semakin ditinggalkan dan nyaris punah. Trend dunia fashion telah mengikis budaya tersebut . Kalaupun ada yang bertahan, hanya sebagian kecil golongan generasi tua suku Dayak yang berumur di atas 60 tahun. Generasi suku Dayak diatas tahun 80-an bahkan generasi sekarang mengaku malu. Di Kalimantan Timur untuk bisa menemui wanita suku Dayak yang masih mempertahankan budaya telinga panjang sangat sulit. Karena kini hanya bisa ditemui dipedalaman Kalimantan Timur dengan menempuh jalur melewati sungai yang memakan waktu berhari-hari. Karena gaya hidup suku Dayak memang lebih akrab dengan hutan maupun gua. Untuk melestarikan budaya, tradsi maupun adat suku Dayak Pemerintah Kota Samarinda membangun perkampungan budaya suku Dayak yang diberi nama Kampung Budaya Pampang. Di desa ini ada sekitar 1000 warga suku Dayak yang masih mempertahankan budaya, tradisi maupun adat.

2. Upacara Tiwah

Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia. Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung).

3. Dunia Supranatural

Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan ditemukan.

4. Mangkok merah

Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya. Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu. Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti. Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah. Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia. Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan “Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).

5. Proses Penguburan Suku Dayak Maanyan

sebuah tempat bernama cupu. Semua perangkat itu dinamakan rapu yang pada waktu penguburan si mati nanti diletakkan di atas permukaan kubur dengan kedalaman kurang lebih setengah meter. Tepat tengah malam pukul 24.00 mayat dimasukkan ke dalam rarung sambil dibunyikan gong berkali-kali yang istilahnya nyolok. Pada waktu itu akan hadir wadian, pasambe, damang, pengulu adat, kepala desa, mantir dan sanak keluarga lainnya untuk menghadapi pemasukan mayat ke dalam rarung. Pasambe bertugas menyiapkan semua keperluan dan perbekalan serta peralatan bagi si mati yang nantinya disertakan bersamanya ke dalam kuburan. Sedangkan Wadian bertugas menuturkan semua nasihat dan petunjuk agar amirue (roh/arwah) si mati tidak sesat di perjalanan dan bisa sampai di dunia baru. Wadian di sini juga bertugas memberi makan si mati dengan makanan yang telah disediakan disertai dengan sirih kinangan, tembakau dan lain-lain. Jika penuturan wadian telah selesai tibalah saatnya orang berangkat mengantar peti mati ke kuburan. Pada saat itu sanak keluarganya menangisi keberangkatan sebagai cinta kasih sayang kepada si mati. Menunjukkan ketidakinginan untuk berpisah tetapi apa daya tatau matei telah sampai dan rasa haru mengingat semua perbuatan dan budi baik si mati selagi berada di dunia fana.

6. Seni Musik

Tidak jauh beda dengan seni tari, seni musik suku Dayak didominasi musik-musik ritual. Musik itu merupakan alat berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada roh-roh. Beberapa jenis alat musik suku Dayak adalah prahi, gimar, tuukng tuat, pampong, genikng, glunikng, jatung tutup, kadire, klentangan, dan lain-lain. Masuknya Islam memberi pengaruh dalam seni musik Dayak, dengan dikenalnya musik tingkilan dan hadrah. Musik Tingkilan menyerupai seni musik gambus dan lagu yang dinyanyikan disebut betingkilan yang berarti ‘bersahut-sahutan’. Dibawakan oleh dua orang pria-wanita dengan isi lagu berupa nasihat, pujian, atau sindiran.

Berikut adalah beberapa kesenian musik suku Dayak

a. Ngendau ialah senda gurau yang dilagukan. Biasanya dilakukan oleh para remaja baik laki-laki ataupun perempuan secara bersaut-sautan.

b. Kalalai-lalai ialah nyanyian yang disertai tari-tarian Suku Dayak Mamadi daerah Kotawaringin.

c. Natum ialah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan.

d. Natum Pangpangal ialah ratap tangis kesedihan pada saat terjadi kematian anggota keluarga yang dilagukan.

e. Dodoi ialah nyanyian ketika sedang berkayuh diperahu atau dirakit. f. Dondong ialah nyanyian pada saat menanam padi dan memotong padi. g. Marung ialah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan meriah.

h. Ngandan ialah nyanyian yang dinyanyikan oleh para lanjut usia yang ditujukan kepada generasi muda sebagai pujian, sanjungan dan rasa kasih sayang.

i. Mansana Bandar. Mansana artinya cerita epik yang dilagukan. Bandar ialah nama seorang tokoh yang sangat dipuja dizamannya. Bandar hidup di zaman lewu uju dan diyakini bahwa tokoh Bandar bukan hanya sekedar mitos. Hingga saat ini orang-orang tertentu yang bernazar kepada tokoh Bandar. Keharuman namanya karena pada kepribadiannya yang sangat simpatik dan menarik, disamping memiliki sifat kepahlawanan dan kesaktian yang tiada duanya. Banyak sansana tercipta untuk memuji dan mengagungkan tokoh Bandar ini, namun dengan versi yang berbeda-beda.

k. Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan pada tamu.

l. Kandan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan saut menyaut baik oleh laki-laki atau perempuan dalam suatu pesta perkawinan. Apabila pesta yang diadakan untuk menyambut tamu yang dihormati maka kalimat-kalimat yang dilantunkan lebih bersifat kalimat pujian, sanjungan, doa dan harapan mereka pada tamu yang dihormati tersebut. Tradisi ini biasa ditemukan pada Suku Dayak Siang atau Murung di Kecamatan Siang dan Murung, Kabupaten Barito Hulu.

m. Dedeo atau Ngaloak sama dengan Kandan hanya istilahnya saja yangberbeda, karena Dedeo atau Ngaloak adalah tradisi Suku Dayak DusunTengah didaerah Barito Tengah, Kalimantan Tengah.

n. Salengot ialah pantun berirama yang biasa diadakan pada pesta pernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang oleh adat untuk dilaksanakan. Salengot khusus dilakukan oleh laki-laki dalam menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan kedua mempelai tersebut.

7. Seni Drama

Drama tradisional ditemukan pada masyarakat Kutai dalam bentuk kesenian Mamanda. Drama ini memainkan lakon kerajaan dan dimainkan dalam upacara adat seperti perkawinan atau khitanan. Bentuk pementasannya menyerupai ludruk atau ketoprak.

8. Seni Rupa

Seni rupa Dayak terlihat pada seni pahat dan patung yang didominasi motif-motif hias setempat yang banyak mengambil ciri alam dan roh dewa-dewa dan digunakan dalam upacara adat. Ada macam-macam patung dengan ragam fungsi, di antaranya sebagai berikut.

Patung azimat yang dianggap berkhasiat mengobati penyakit.Patung kelengkapan upacara.Patung blontang, semacam patung totem di masyarakat Indian. Selain itu, seni rupa Dayak terlihat pada seni kriya tradisional seperti kelembit (perisai), ulap doyo (kain adat), anjat (tas anyaman), bening aban (kain gendongan), seraong (topi), dan lain-lain. Kesenian suku Dayak adalah bagian dari kekayaan budaya Nusantara yang layak dibanggakan.

9. Tari-Tarian

a. Tari Gantar

Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

b. Tari Kancet Papatai / Tari Perang

peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

c. Tari Kancet Ledo / Tari Gong

Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin. Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

d. Tari Kancet Lasan

Menggambarkan kehidupan sehari-hari burung Enggang, burung yang dimuliakan oleh suku Dayak Kenyah karena dianggap sebagai tanda keagungan dan kepahlawanan. Tari Kancet Lasan merupakan tarian tunggal wanita suku Dayak Kenyah yang sama gerak dan posisinya seperti Tari Kancet Ledo, namun si penari tidak mempergunakan gong dan bulu-bulu burung Enggang dan juga si penari banyak mempergunakan posisi merendah dan berjongkok atau duduk dengan lutut menyentuh lantai. Tarian ini lebih ditekankan pada gerak-gerak burung Enggang ketika terbang melayang dan hinggap bertengger di dahan pohon.

e. Tari Leleng

Tarian ini menceritakan seorang gadis bernama Utan Along yang akan dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya dengan pemuda yang tak dicintainya. Utan Along akhirnya melarikan diri kedalam hutan. Tarian gadis suku Dayak Kenyah ini ditarikan dengan diiringi nyanyian lagu Leleng.

f. Tari Hudoq Kita’

jenis topeng dalam tari Hudoq Kita’, yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.

g. Tari Serumpai

Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).

h. Tari Belian Bawo

Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.

i. Tari Kuyang

Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

j. Tari Pecuk Kina

Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.

k. Tari Datun

Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.

l. Tari Ngerangkau

Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga menimbulkan irama tertentu.

m. Tari Baraga’ Bagantar

F. Teknologi

Dalam kehidupan sehari-hari orang suku Dayak sudah menggunakan alat-alat yang sudah sedikit maju (berkembang) seperti dalam berburu orang dayak sudah memakai alat-alat yang berkembang seperti :

1. Sipet / Sumpitan Merupakan senjata utama suku dayak. Bentuknya bulat dan berdiameter 2-3 cm, panjang 1,5 – 2,5 meter, ditengah- tengahnya berlubang dengan diameter lubang ¼ – ¾ cm yang digunakan untuk memasukan anak sumpitan (Damek).Ujung atas ada tombak yang terbuat dari batu gunung yang diikat dengan rotan dan telah di anyam. Anak sumpit disebut damek, dan telep adalah tempat anak sumpitan.

2. Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.

3. Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1 – 2 meter dengan lebar 30 – 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai tempat pegangan.

4. Mandau Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.

5. Dohong Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basi.

G. Religi

besar, pohon-pohon besar, hutan belukar, air , dan sebagainya. Ganan itu terbagi kedalam 2 golongan, yaitu golongan roh baik (ngaju sangyang nayu-nayu) dan golongan roh-roh jahat (seperti ngaju taloh, kambe, dan sebagainya). Selain ganan terdapat pula golongan mahluk halus yang mempunyai suatu peranan peting dalam kehidupan orang dayak yaitu roh nenek moyang (ngaju liau). Menurut mereka jiwa (ngaju hambaruan) orang yang mati meninggalkan tubuh dan menempati alam sekeliling tempat tinggal manusia sebagai liau sebelum kembali kepada dewa tertinggi yang disebut Ranying. Kepercayaan terhadap roh nenek moyang dan mahluk-mahluk halus tersebut terwujud dalam bentuk keagamaan dan upacara-upacara yang dilakukan seperti upacara menyambut kelahiran anak, upacara memandikan bayi untuk pertama kalinya, upacara memotong rambut bayi, upacara mengubur, dan upacara pembakaran mayat. Upacar pembakaran mayat pada orang ngaju menyebutnya tiwah (Ot Danum daro Ma’anyam Ijambe ). Pada upacara itu tulang belulang (terutama tengkoraknya) semua kaum kerabat yang telah meninggal di gali lagi dan dipindahkan ke suatu tempat pemakaman tetap, berupa bangunan berukiran indah yang disebut sandung.

H. Kebudayaan fisik

1. Rumah Adat

Rumah adat Kalimantan Tengah dinamakan rumah betang. Rumah itu panjang bawah kolongnya digunakan untuk bertenun dan menumbuk padi dan dihuni oleh ±20 kepala keluarga. Rumah terdiri atas 6 kamar, antara lain untuk menyimpan alat-alat perang, kamar untuk pendidikan gadis, tempat sesajian, tempat upacara adat dan agama, tempat penginapan dan ruang tamu. Pada kiri kamam ujung atap dihiasi tombak sebagai penolak mara bahaya.

2. Pakaian Adat

enggang dan harimau untuk para bangsawan, serta motif tumbuhan untuk masyarakat biasa. Adapun untuk baju sapei sapaq yang dikenakan sebagai pakaian adat Kalimantan Timur khas pria dayak sebetulnya tidak memiliki perbedaan mencolok dengan baju ta’a. Baju sapei sapaq memiliki motif yang sama dengan baju ta’a. Hanya saja bawahannya tentu tidak berupa rok, melainkan celana pendek yang bernama Abeq kaboq. Selain itu, para pria dayak juga menggunakan kelengkapan lain berupa senjata tradisional yaitu perisai dan mandau sebagai sarana perlindungan diri.

3. Alat Musik Tradisional

permukannya harus sama, agar suara bisa bergetar merata, sehingga mengehasilkan suara yang cekup lama dan nyaring ketika dipetik.

I. Objek wisata

a) Air Terjun Tanah Merah

Air Terjun Tanah Merah berada di Dusun Purwosari, Kecamatan Samarida Utara, atau sekitar 14 km dari pusat kota

Samarinda. Tempat wisata ini mudah sekali diakses dengan kendaraan umum, Anda hanya perlu naik angkot jurusan Pasar Segiri – Sungai Siring. Air terjun dengan tinggi 15 meter ini tergolong unik. Air yang mengalir akan terlihat jernih dan bersih, namun saat di bawah, air akan berubah menjadi keruh kemerahan. Hal ini dikarenakan tanah di sini berjenis gambut. Meskipun begitu, tempat wisata di Samarinda ini masih banyak dikunjungi wisatawan

terutama saat akhir pekan. Jika tak ingin bermain air dan basah, Anda bisa duduk di gazebo sambil menikmati keindahan air terjun ini. Selain bersantai di gazebo, Anda juga bisa memuaskan perut di warung makan sekitar. Jika membawa anak kecil, di kawasan air terjun ini juga disediakan area bermain anak.

b) Desa Budaya Pampang

Desa ini dihuni oleh suku Dayak Kenyah. Pada akhir pekan, tempat wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan luar kota maupun luar negeri. Setiap hari Minggu, pada pukul 13:00 – 15:00 diadakan pertunjukan seni di lamin atau gedung pertemuan desa. Gedung ini unik karena berupa rumah adat Dayak dengan ukiran khas suku. Menariknya, pada saat sedang berlangsung pertunjukan seni, seluruh warga desa akan mengenakan pakaian adatnya. Anda juga bisa menyewa pakaian adat untuk berfoto dengan latar rumah adat Dayak. Selain itu, di desa ini juga ada toko suvenir yang menjual beragam kerajinan warga setempat.

c) Kebun Raya Unmul Samarinda

Kebun Raya Unmul Samarinda berjarak 10 km dari pusat kota Samarinda. Tempat wisata ini merupakan hutan

menggunakan andong. Selain itu, tempat wisata di Samarinda ini juga memiliki kebun binatang mini dan museum kayu yang berisi informasi mengenai jenis-jenis kayu di

Kalimantan.

d) Telaga Permai Batu Besaung

Tempat wisata di Samarinda ini merupakan sebuah kawasan hijau yang biasa digunakan sebagai lokasi berkemah. Meskipun tidak berkemah di sini, namun Anda maih bisa menikmati keindahan Telaga Permai Batu Besaung ini. Tanah di kawasan ini memiliki ketinggian yang bervariasi sehingga sungai yang melaluinya jadi menyerupai air terjun pendek.

e) Pulau Kumala

Pulau Kumala merupakan tempat wisata di Samarinda yang berada di tengah Sungai Mahakam. Pulau ini berasal dari pengendapan lumpur sungai. Jika dilihat, bentuknya memanjang menyerupai perahu yang

terbalik. Tempat wisata ini disebut mirip dengan Taman Mini Indonesia Indah yang berada di Jakarta. Hal ini dikarenakan Pulau Kumala juga menggambarkan budaya Kalimantan mulai dari bangunan adat, candi dan juga patung lembu. Selain bangunan bernilai budaya setempat, di sini juga terdapat wahana permainan modern seperti sky tower setinggi 75 meter, kereta mini, kereta gantung dan juga komemdi putar. Jika ingin menginap, ada DJS Resort yang menyediakan cottage dan kolam renang. Tempat wisata ini berada di sebelah barat kota Tenggarong, kabupaten Kutai Kartanegara, atau 27 dari kota Samarinda. Untuk mencapai Pulau Kumala, Anda bisa menyeberang menggunakan perahu motor atau kereta gantung dari Tenggarong.

Tempat wisata ini berada tak jauh dari Kebun Raya Unmul Samarinda , tepatnya di jalur Samarinda – Bontang KM 15. Di Taman Rekreasi Lembah Hijau terdapat camping ground, flying fox, replika hutan,

kolam renang, arena bermain anak, gazebo, kolam pancing dan kafetaria. Selain menjadi tempat wisata di Samarinda yang banyak dikunjungi oleh keluarga, taman ini juga biasa digunakan sebagai lokasi outbound untuk anak sekolah dan karyawan dari banyak perusahaan.

g) Masjid Islamic Center Samarinda

Masjid ini terletak di Kelurahan Teluk Lerong Ulu, Samarinda. Dibangun pada tahun 2001 dan diresmikan pada tahun 2008, Masjid Islamic Center menjadi salah satu tempat wisata religi yang paling banyak dikunjungi di kota ini. Arsitektur masjid terinspirasi dari Hagia Sophia di Turki, misalnya pada kubah besarnya yang bermotif. Masjid ini memiliki satu menara utama setinggi

99 meter yang disesuaikan dengan asmaul husna, dan enam menara dengan ukuran lebih pendek yang melambangkan rukun iman. Selain itu, anak tangga menuju ke lantai utama masjid berjumlah 33 buah, jumlah yang sama dengan butiran tasbih. Pada malam hari, Masjid Islamic Center Samarinda terlihat sangat cantik dari kejauhan dengan latar Sungai Mahakam.

h) Kampung Tenun Samarinda

Salah satu yang khas dari kota Samarinda adalah kain tenunnya. Kain tenun khas Samarinda memiliki motif kotak-kotak yang cantik. Jika ingin membeli kain tenun ini sebagai oleh-oleh, silakan datang ke Kecamatan Samarinda Seberang. Ada dua kampung yang menjadi pusat kerajinan ini yaitu Kampung Baqa dan Kampung Masjid. Kedua kampung ini menjadi tempat wisata bagi pengunjung dari luar kota. Di sini, selain membeli kain, Anda juga bisa melihat proses

kain tenun, dibutuhkan waktu 3 sampai 7 hari sesuai tingkat kesulitan motif yang diinginkan. Tak mengherankan jika harganya bisa mencapai ratusan hingga jutaan rupiah untuk tiap helainya. Jika Anda ingin motif yang berbeda dari yang lain, Anda bisa memesannya terlebih dahulu.

i) Air Terjun Pinang Seribu

Air terjun ini terletak di Kelurahan Sempaja Utara, Samarinda Utara. Air Terjun Pinang Seribu memiliki bentuk yang unik karena berupa undakan seperti anak tangga dan bisa dinaiki. Airnya mengalir tidak terlalu deras sehingga relatif aman untuk bermain bersama anak-anak. Di sini juga terdapat banyak

gazebo untuk bersantai sambil menikmati makan siang Anda. Jika masih ingin berada di tempat wisata ini lebih lama, Anda bisa menginap di villa yang ada di kawasan ini. j) Pulau Beras Basah

Pulau Beras Basah berada di Bontang, Kalimantan Timur, tepatnya di Selat Makassar. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Samarinda untuk mencapai tempat wisata ini. Pemandangan pasir putih dan air jernih kebiruan akan membuat Anda melupakan perjalanan panjang menuju ke sini. Anda juga akan disambut oleh sebuah mercusuar tinggi yang sudah tak terpakai. Keindahan pulau ini tak hanya sebatas pasir putih dan panorama pantainya, alam bawah laut Pulau Beras Basah tak bisa dilewatkan.

J. Legenda

1. Legenda Mustika Ular Suku Dayak

Menurut pakar kebudayaan Tanah Borneo, Dalmasius Madrah T, pada dasarnya, ilmu magis dibagi menjadi dua bagian; Yakni; Ilmu Magis Panas; ilmu yang dipakai atau dapat mencelakakan orang yang disukai. Contoh dari ilmu ini adalah rasutn dan bongkaaq eqaau yang sangat mematikan. Sedang yang tidak membahayakan namun digolongkan dalam ilmu magis panas adalah ilmu kebal. Sementara, Ilmu Magis Dingin; ilmu yang berfungsi untuk mengantisipasi, menangkal, dan mengobati ilmu magis yang dipasang atau dikirim oleh pihak lawan. Bahkan, bisa juga digunakan untuk pengobatan penyakit madis. Seperti biasa, bagi seseorang yang berniat mendapatkan ilmu tersebut di atas,

2. Kisah Panglima Burung

Mungkin anda ada yang sudah pernah mendengar atau bahkan belum pernah mendengar sama sekali tokoh supranatural suku dayak kalimantan yang sangat fenomenal,dialah Panglima Burung, (foto disamping bukan foto sang panglima burung,hanya photo edit) sang pejuang pembela suku dayak dari segala penindasan,pamornya begitu meledak saat terjadi kerusuhan etnis disampit beberapa waktu lalu,sesaat lagi kita akan telusuri siapakah sang panglima suku dayak ini,silahkan di simak. Dalam masyarakat Dayak, dipercaya ada suatu makhluk yang disebut-sebut sangat Agung, Sakti, Ksatria, dan Berwibawa. Sosok tersebut konon menghuni gunung di pedalaman Kalimantan, dan sosok tersebut selalu bersinggungan dengan alam gaib. Kemudian sosok yang sangat di dewakan tersebut oleh orang dayak dianggap sebagai Pemimpin spiritual, panglima perang, guru, dan tetua yang diagungkan. Ialah panglima perang Dayak, Panglima Burung, yang disebut Pangkalima oleh orang Dayak pedalaman. Ada banyak sekali versi cerita mengenai sosok ini, terutama setelah namanya mencuat saat kerusuhan Sambas dan Sampit. Ada yang menyebutkan ia telah hidup selama beratus-ratus tahun dan tinggal di perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Ada pula kabar tentang Panglima Burung yang berwujud gaib dan bisa berbentuk laki-laki atau perempuan tergantung situasi. Juga mengenai sosok Panglima Burung yang merupakan tokoh masyarakat Dayak yang telah tiada, namun rohnya dapat diajak berkomunikasi lewat suatu ritual. Hingga cerita yang menyebutkan ia adalah penjelmaan dari Burung Enggang, burung yang dianggap keramat dan suci di Kalimantan. Ada juga versi yang menceritakan bahwa Panglima Burung adalah gelar yang diberikan kepada seorang Panglima di tanah Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Kehidupan sehari-hari panglima ini seperti orang biasa (cuma tidak menikah) dan sosok panglimanya akan hadir jika terjadi kekacauan di tanah Dayak. Begitu juga dengan Panglima Naga. Panglima Naga adalah warga Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Panglima Naga sudah berpulang, namun beliau memiliki keponakan dan keluarga. Salah satu Keponakan Panglima Naga adalah anggota Dewan Kabupaten Sekadau 2004-2009. Jadi Panglima Burung, Panglima Naga adalah sosok yang benar-benar ada. Begitu versi yang di ceritakan. Selain

banyaknya versi cerita, di penjuru Kalimantan juga ada banyak orang yang mengaku sebagai Panglima Burung, entah di Tarakan, Sampit, atau pun Pontianak. Namun setiap pengakuan itu hanya diyakini dengan tiga cara yang berbeda; ada yang percaya, ada yang tidak percaya, dan ada yang ragu-ragu. Belum ada bukti otentik yang memastikan salah satunya adalah

benar-benar Panglima Burung yang sejati.

sangat pas menggambarkan apa dan siapa itu Penglima Burung. Ia adalah sosok yang menggambarkan orang Dayak secara umum. Panglima Burung adalah perlambang orang Dayak. Baik itu sifatnya, tindak-tanduknya, dan segala sesuatu tentang dirinya.

mereka yakini. Antara lain tidak mengotori kesucian tempat ibadah agama manapun dengan merusaknya atau membunuh di dalamnya. Karena kekerasan dalam masyarakat Dayak ditempatkan sebagai opsi atau pilihan terakhir, saat kesabaran sudah habis dan jalan damai tak bisa lagi ditempuh, begitu yang mereka yakini dalam sudut pandang mereka. Pembunuhan, dan kegiatan mengayau, dalam hati kecil mereka itu tak boleh dilakukan, tetapi karena didesak ke pilihan terakhir dan untuk mengubah apa yang menurut mereka salah, itu memang harus dilakukan. Dan inilah budaya kekerasan yang sebenarnya patut ditakuti itu. Kemisteriusan memang sangat identik dengan orang Dayak. Stereotipe ganas dan kejam pun masih melekat. Memang tidak semuanya baik, karena ada banyak juga kekurangannya dan kesalahannya. Terlebih lagi kekerasan, yang apapun bentuk dan alasannya entah itu balas dendam, ekonomi, kesenjangan sosial, dan lain-lain tetap saja tidak dapat dibenarkan. Mata dibalas mata hanya akan berujung pada kebutaan bagi semuanya. Terlepas dari segala macam legenda dan mitos, atau nyata tidaknya tokoh tersebut. Amun ikam kada maulah sual awan ulun, ulun gen kada handak jua bahual lawan pian malah ulun maangkat dingsanak awan pian, begitu yang di ucapkan orang kalimantan khususnya orang Banjar untuk menggambarkan sikap dari orang-orang Dayak.

Daftar Pustaka

Efendi, Yusuf. 2011. Penggolongan Masyarakat dalam Pengetahuan Orang Dayak di Kalimantan Barat. http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2704/penggolongan-masyarakat-dalam-pengetahuan-orang-dayak-di-kalimantan-barat. Diakses pada 25 November 2016.

Chandra, Dako. 2013. Macam – Macam Kesenian Suku Dayak.

http://yupaetnika.blogspot.co.id/2013/04/macam-macam-kesenian-suku-dayak.html. Diakses pada 25 November 2016.

Badawi, Muhammad. 2015. Suku Dayak Kalimantan, Sejarah dan Keunikannya.

http://nettik.net/fakta-suku-dayak-kalimantan/. Diakses pada 25 November 2016.

Unik, Aneh. 2013. Legenda Mustika Ular Suku Dayak.

http://www.anehdidunia.com/2013/08/legenda-mustika-ular-suku-dayak.html. Diakses pada 25 November 2016.

Nurhizkhy, Dzikra. 2014. 7 UNSUR KEBUDAYAAN SUKU DAYAK.

https://www.academia.edu/9627633/7_UNSUR_KEBUDAYAAN_SUKU_DAYAK_ MAKALAH_Diajukan_untuk_memenuhi_salah_satu_tugas_mata_kuliah_Studi_Mas yarakat_Indonesia. Diakses pada 25 November 2016.

Irmayanti, Ade. 2012. PELAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT DAYAK

TRADISIONAL. http://irma-mintuna.blogspot.co.id/2012/01/pelapisan-sosial-dalam-masyarakat-dayak.html. Diakses pada 25 November 2016.

Nuur Fauziah, Anis. 2013. Tradisi Kebiasaan Suku Dayak.

Abidin. 2013. Misteri Panglima Burung.

http://pusakakalimantan.blogspot.co.id/2013/07/misteri-panglima-burung.html. Diakses pada 27 November 2016.

sukudayak30. 2013. “Sampek” Alat Musik Tradisional Suku Dayak.

https://dayakculture.wordpress.com/2013/01/13/sampek-alat-musik-tradisional-suku-dayak/. Diakses pada 27 November 2016.

novianti, melly. 2016. 7 pakaian adat kalimantan timur suku dayak dan kutai beserta

 

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga , dekonstruksi ngayau pada suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah memiliki dua implikasi, yaitu (1) terhadap ruang kesadaran baru yang dibangun oleh masyarakat

Bahasa yang digunakan oleh suku Dayak Ngaju adalah bahasa Dayak Ngaju atau bahasa Ngaju, yang juga digunakan sebagai lingua franca di Kalimantan

Penutur ash yang ekabahasawan pada umumnya adalah penutur bahasa Bulungan yang tidak berpendidikan, seperti petani, nelayan atau buruh besar lainnya, sedngkan penutur asli yang

Nilai- nilai pada falsafah Huma Betang secara umum dikenal oleh masyarakat Kalimantan Tengah adalah nilai toleransi, saling menghargai dan saling menghormati

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, bahasa Negara, bahasa persatuan, dan bahasa resmi Negara Republik Indonesia sekaligus sebagai bahasa pengantar di sekolah

bahasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) huruf a diwujudkan dengan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan,

Seperti yang dilakukan oleh LMMDD-KT yang sejak awal tahun 2005 sudah melakukan pendampingan masyarakat adat yang tersingkir akibat masuknya investor di Kalimantan

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, bahasa Negara, bahasa persatuan, dan bahasa resmi Negara Republik Indonesia sekaligus sebagai bahasa pengantar di sekolah