• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF PADA SISWA KELAS IV B SD N 1 METRO UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF PADA SISWA KELAS IV B SD N 1 METRO UTARA"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF

PADA SISWA KELAS IV B SD N 1 METRO UTARA

Oleh SULIHAWATI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik nontes dan tes dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas, sikap, keterampilan siswa, dan kinerja guru serta soal tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata

aktivitas siswa pada siklus I 49,51 dengan kategori “Cukup Aktif”, siklus II 60,84 dengan kategori “Aktif”, dan siklus III 75,25 dengan kategori “Aktif”. Nilai rata -rata sikap siswa pada siklus I 57,81 dengan kategori “Belum Terlihat”, siklus II 65,23 dengan kategori “Mulai Terlihat”, dan siklus III 77,5 dengan kategori

“Mulai Membudaya”. Nilai rata-rata keterampilan siswa pada siklus I 51,64

dengan kategori “Kurang Terampil”, siklus II 60,86 dengan kategori “Cukup Terampil”, dan siklus III 75 dengan kategori “Terampil”. Nilai rata-rata

pengetahuan siswa pada siklus I 65,41 dengan kategori “Cukup”, siklus II 69,26 dengan kategori “Cukup”, dan siklus III 76,53 dengan kategori “Baik.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Sulihawati lahir di Tangerang, Provinsi

Banten, pada tanggal 22 September 1990. Peneliti adalah anak

pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ali Terin

(Alm) dan IbuSri Supatmi.

Pendidikan Sekolah Dasar peneliti, di SD N 6 Metro Utara dan lulus pada

tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama peneliti, di SMP N 8 Metro

dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan Sekolah Menengah Atas peneliti, di SMA

N 3 Metro dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2010 peneliti terdaftar sebagai

mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

(7)

MOTO

“Raih keinginan dengan usaha terbaik,

berdoa, dan bersabar”

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah Swt., sholawat dan salam untuk panutan

terbaik Rasulullah Saw., dan mengucap bismillah, rangkaian kalimat bukti

perjuangan selama kurang lebih 4 tahun kupersembahkan untuk:

Ibunda Sri Supatmi tercinta, sang motivator dan semangat terbesar dalam

hidupku, yang selalu mendoakan untuk keberhasilan-ku. Karyaku ini

kupersembahkan untuk Ibunda tecinta sebagai hadiah kecil

untuk pengorbanan yang tak ternilai.

Adik kandung Ibunda tercinta “Om No”, terima kasih atas kepercayaan,

dukungan, serta bantuan yang diberikan kapan pun dibutuhkan

sehingga peneliti bisa menikmati pendidikan hingga saat ini.

Adikku tercinta “Yuliyanda” terima kasih atas pengertian dan dukungannya.

(9)

x SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, kasih

sayang serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model

Pembelajaran Kreatif-Produktif Pada Siswa Kelas IV B SD N 1 Metro Utara”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti

menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas

Lampung yang mengesahkan ijazah dan gelar sarjana kami, sehingga peneliti

termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah mengesahkan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung yang telah menyetujui penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah

memilih dan memilah serta menyetujui judul-judul skripsi kami, sehingga

(10)

xi

memotivasi dan mengingatkan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh peneliti.

6. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

sekaligus Dosen Pembimbing II yang dalam penulisan skripsi ini telah

banyak memberikan arahan dan masukan berarti bagi peneliti sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu kapan saja dalam membimbing dan memberikan masukan

berarti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak

memberikan masukan dan membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

10. Ibu Mundriyani, S. Pd. SD., selaku Kepala SD N I Metro Utara, yang telah

mengizinkan peneliti untuk meneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

11. Ibu Rahma Lili Nur I.S., A.Ma., selaku Wali Kelas IV B yang banyak

membantu dan memberikan saran serta masukan kepada peneliti dalam

kelancaran penyusunan skripsi ini.

12. Siswa-siswi kelas IV B SD N I Metro Utara yang telah berpartisipasi aktif

sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan skripsi ini dapat diselesaikan.

13. Sahabat serta Saudara yang peneliti temukan karena Alloh Swt., Serlia

(11)

xii

Fatimah, sebagai tempat berbagi cerita dan keluhan bersama, tempat meminta

saran, kritikan, pendapat serta masukan, dan yang selalu mengingatkan dalam

kebaikan, terima kasih karena telah menjadikanku bagian dari kalian.

14. Rekan-rekan mahasiswa Program S-1 PGSD angkatan 2010, terima kasih

kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini, terutama

keluarga besar Semester B (Sherli, Reni, Riri, Mayang, Rimba, Dita

Erwidiya, Cahya Sari, Dita Tricandria, Rizka, Veridiana, Putu, Surani, Mega,

Nyoman, Ratna, Hardiana, Saras, Risty, Marlita, Zulia, Syaiful, Suhardi,

Sisworo, Fahmi, Aji, Akmal, Bagus, dan Fauzi), masing-masing dari kalian

memiliki cerita yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-satu.

15. Adik-adik dan Kakak Tingkat yang dipertemukan Alloh Swt., dalam sebuah

rumah bernama “ LSO-Formasi PGSD Metro-FPPI FKIP Unila” terima kasih

atas motivasi dan dukungannya dalam setiap kesempatan.

16.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang

telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat

kekeliruan, baik tulisan maupun isinya. Namun, peneliti berharap semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan dunia pendidikan

khususnya ke-SD-an.

Metro, 20 Juni 2014 Peneliti

Sulihawati

(12)

xiii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSYARATAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

A.Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 8

1. Landasan Pengembangan ... 8

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 9

3. Kelebihan dan Kelemahan ... 13

B.Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar ... 15

1. Pengertian Belajar ... 15

2. Pengertian Pembelajaran ... 16

3. Pembelajaran Tematik ... 17

C.Aktivitas Belajar ... 20

D.Kinerja Guru ... 22

1. Kompetensi Pedagogik ... 23

(13)

xiv

4. Kompetensi Profesional... 24

E. Hasil Belajar ... 25

1. Pengertian Hasil Belajar ... 25

2. Jenis-jenis Hasil Belajar ... 26

1) Ranah Afektif (Sikap) ... 26

2) Ranah Psikomotor (Keterampilan) ... 28

3) Ranah Kognitif (Pengetahuan) ... 29

F. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A.Jenis Penelitian ... 31

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 40

G.Indikator Keberhasilan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Profil SD N 1 Metro Utara ... 53

B.Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 55

1. Siklus I ... 55

c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 62

d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 63

e. Pengetahuan Siswa ... 65

f. Refleksi Siklus I ... 66

g. Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus II ... 68

2. Siklus II ... 70

1) Perencanaan ... 70

2) Pelaksanaan ... 70

(14)

xv

3) Hasil Penelitian Siklus II ... 74

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 74

b. Kinerja Guru ... 75

c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 76

d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 77

e. Pengetahuan Siswa ... 79

f. Refleksi Siklus II ... 80

g. Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus III ... 82

3. Siklus III ... 83

c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 89

d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 90

e. Pengetahuan Siswa ... 92

f. Refleksi Siklus III ... 93

4) Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 94

a. Rekapitulasi Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I-III .. 94

b. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Siklus I-III ... 96

c. Rekapitulasi Hasil Sikap Sosial Siswa Siklus I-III ... 97

d. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Berdiskusi Siswa Siklus I-III ... 98

e. Rekapitulasi Hasil Pengetahuan Siswa Siklus I-III ... 100

C.Pembahasan ... 101

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 101

2. Kinerja Guru ... 102

3. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 103

4. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 104

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran ... 12

3.1 Indikator penilaian aktivitas belajar siswa ... 34

3.2 Indikator penilaian kinerja guru ... 35

3.3 Indikator penilaian sikap siswa ... 36

3.4 Indikator penilaian keterampilan siswa ... 37

3.5 Kategori aktivitas siswa ... 38

3.6 Kategori kinerja guru ... 39

3.7 Kategori sikap siswa ... 39

3.8 Kategori keterampilan ... 39

3.9 Kriteria persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan ... 40

4.1 Keadaan guru dan karyawan SD N 1 Metro Utara ... 54

4.2 Jadwal pelaksanaan penelitian ... 55

4.3 Nilai aktivitas belajar siswa siklus I ... 59

4.4 Nilai kinerja guru siklus I ... 61

4.5 Nilai sikap sosial siswa siklus I ... 62

4.6 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus I ... 63

4.7 Nilai pengetahuan siswa siklus I ... 65

4.8 Nilai aktivitas belajar siswa siklus II ... 74

4.9 Nilai kinerja guru siklus II ... 75

4.10 Nilai sikap sosial siswa siklus II ... 76

4.11 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus II... 78

4.12 Nilai pengetahuan siswa siklus II ... 79

4.13 Nilai aktivitas belajar siswa siklus III ... 87

4.14 Nilai kinerja guru siklus III ... 88

4.15 Nilai sikap sosial siswa siklus III ... 89

4.16 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus III ... 90

4.17 Nilai pengetahuan siswa siklus III ... 92

4.18 Rekapitulasi hasil aktivitas belajar siswa siklus I-III ... 95

4.19 Rekapitulasi hasil kinerja guru siklus I-III ... 96

4.20 Rekapitulasi hasil sikap sosial siswa siklus I-III ... 97

4.21 Rekapitulasi hasil keterampilan siswa siklus I-III ... 98

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Rangkuman langkah-langkah model pembelajaran kreatif-produktif ... 12

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pondasi terkuat dalam sebuah negara. Indonesia

menganggap pendidikan sebagai faktor penting dalam pembangunan nasional

di Indonesia, karena pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia yang

berkualitas sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi aktif seseorang terhadap

semua situasi yang terjadi di lingkungan sekitar, sehingga terjadi perubahan

perilaku. Sedangkan, pembelajaran adalah penyediaan situasi yang

mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Sani (2013: v) menyatakan bahwa pembelajaran kreatif dan inovatif

seharusnya dilakukan guru dalam upaya menghasilkan peserta didik yang

(18)

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas peserta didik ketika belajar

dan kreativitas yang dihasilkan oleh peserta didik setelah mengikuti

pembelajaran. Selain itu, menurut Rusman (2012: 325) pembelajaran dikatakan

efektif jika memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga membentuk

kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai

secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan siswa secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak

kegiatan pembelajaran yang justru menghambat aktivitas dan kreativitas

peserta didik. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran yang hanya menekankan

pada penguasaan aspek pengetahuan tanpa diimbangi dengan penguasaan sikap

dan keterampilan.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV B SD N 1 Metro Utara

pada hari Selasa 22 September 2013, diperoleh keterangan bahwa pelaksanaan

pembelajaran yang menerapkan Kurikulum 2013 masih terdapat beberapa

kendala dan masalah. Masalah pertama adalah aktivitas siswa yang terlihat

kurang aktif sesuai dengan tuntutan pembelajaran berbasis pendekatann ilmiah

(scientific approach). Sebagian besar siswa terlihat kurang antusias dalam

kegiatan pembelajaran, khususnya pada kegiatan diskusi. Kegiatan diskusi

hanya terlihat aktivitas siswa dalam menyampaikan hasil pekerjaan kelompok,

tanpa adanya respon/tanggapan maupun pertanyaan dari kelompok lain.

Masalah kedua adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV B jika

dibandingkan dengan kelas IV A dan IV C, khususnya pengetahuan siswa pada

hasil ujian akhir semester (UAS) ganjil, yaitu rata-rata nilai kelas hanya 58.

(19)

keberhasilan pembelajaran yang dicanangkan Kemendikbud adalah mencapai

rata-rata klasikal ≥ 75 (Mulyasa, 2013: 131). SD N 1 Metro Utara menetapkan

standar pencapaian minimal setiap kompetensi siswa, yaitu sebesar ≥ 66.

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa disebabkan karena guru

mengalami kesulitan dalam mengembangkan buku guru dan buku siswa dari

Kemendikbud. Bahan ajar yang disediakan masih terlalu sempit dan menuntut

guru untuk mencari sumber lain dan mengembangkannya. Selain itu, guru

kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

ilmiah karena kurangnya referensi tentang berbagai metode yang dapat

digunakan dalam pendekatan tersebut. Kemudian siswa kurang dibiasakan

mencari, menggali, mengembangkan, dan menghasilkan informasi dari sumber

lain. Sebagian besar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa berasal dari

pemahaman materi pelajaran yang bersifat ingatan, karena siswa dituntut untuk

menerima hal–hal yang dianggap penting oleh guru dan menghafalnya.

Kondisi demikian merupakan salah satu yang menyebabkan aktivitas dan

kreativitas peserta didik terhambat atau tidak dapat berkembang secara optimal.

Tentu hal ini kurang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam Kurikulum

2013 yang berbasis aktivitas siswa, agar membentuk sikap melalui

pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki siswa dari kegiatan pembelajaran

dengan pendekatan ilmiah.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka sebaiknya guru lebih sering

menggunakan model, metode, strategi, atau teknik pembelajaran yang

mengajak siswa ke arah proses pemahaman konsep secara keseluruhan melalui

(20)

mampu mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kreatif-produktif.

Menurut Solihatin (2012: 161) model pembelajaran kreatif-produktif

merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai

pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar.

Menurut Zulkifli (2011: 1) model pembelajaran kreatif-produktif

merangsang siswa untuk lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat

suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak

gagasan yang sangat menarik selama pembelajaran disertai usaha-usaha yang

dapat menciptakan sesuatu yang bermakna. Dengan demikian, model

pembelajaran kreatif-produktif merupakan salah satu alternatif yang

dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik

dengan penilaian autentik berbasis pendekatan ilmiah.

Rusman (2012: 111) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan

pembelajaran sangat bergantung dari pemanfaatan potensi yang dimiliki siswa

itu sendiri. Oleh karena itu, keaktifan siswa merupakan salah satu kunci

keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu, Bloom (Suprijono,

2011: 50) menyatakan bahwa metode sangat penting dipilih sesuai dengan

konsep yang akan dipelajari siswa. Dalam pelaksanaannya, metode dapat

mempermudah siswa menyerap materi ajar dan juga dapat membantu guru

memudahkan penyajian materi kepada siswa. Penggunaan metode juga

diharapkan dapat mengembangkan ketiga aspek perkembangan siswa yang

(21)

Model pembelajaran kreatif produktif pernah diterapkan oleh guru kelas

IV B SD N 1 Metro Utara, namun belum maksimal. Masalah yang timbul

adalah karena guru belum memahami secara jelas langkah-langkah

pembelajaran yang harus dilaksanakan. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak

tercapai dan siswa terlihat pasif dalam pembelajaran.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul:

“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran

Kreatif-Produktif Pada Siswa Kelas IV B SD N 1 Metro Utara”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Masih banyak kegiatan pembelajaran yang menghambat aktivitas dan

kreativitas siswa karena guru hanya menekankan pada aspek pengetahuan.

2. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk mencari, menggali,

mengembangkan, dan menghasilkan pengetahuan sendiri.

3. Guru masih kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.

4. Guru masih kesulitan dalam menerapkan dan memilih metode pembelajaran

yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

5. Guru belum terbiasa menerapkan pendekatan ilmiah.

6. Penerapan model pembelajaran kreatif-produktif belum maksimal.

7. Rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah, terutama pada kegiatan diskusi kelompok.

(22)

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan

masalah penelitian. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan aktivitas dan

hasil belajar melalui model pembelajaran kreatif-produktif pada siswa kelas IV

B SD N 1 Metro Utara.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa melalui model pembelajaran

kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas siswa melalui model pembelajaran kreatif-produktif

pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran

kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV B SD N 1

(23)

1. Secara Teoritis

Dapat dijadikan referensi atau masukan dalam kepustakaan pendidikan

dan menambah kajian ilmu tentang model pembelajaran yang dapat

mengaktifkan dan mengembangkan kreativitas siswa.

2. Secara Praktis

1) Siswa

Dapat terlibat secara aktif dalam mencari, menggali, menghasilkan,

dan mengembangkan pengetahuan sendiri, sehingga ketiga kompetensi

siswa berkembang secara utuh/holistik .

2) Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam

menggunakan berbagai metode yang dapat digunakan dalam

pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah yang dianjurkan dalam

Kurikulum 2013, sehingga meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan profesional guru.

3) Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya

meningkatkan mutu pembelajaran di SD N 1 Metro Utara sehingga

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Model PembelajaranKreatif-Produktif

1. Landasan Pengembangan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam

pembelajaran dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi siswa di

dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif bagi siswa

akan sangat membantu dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran

yang diinginkan akan tercapai.

Kreativitas dan produktivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan.

Kreativitas akan membuat seseorang menghasilkan atau meningkatkan

produktivitas. Wena (2013: 138) menyatakan bahwa kreativitas terkait

langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam

pemecahan masalah. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran hal

tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

Menurut Solihatin (2012: 161) model pembelajaran kreatif-produktif

merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai

pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antara lain: belajar aktif,

(25)

dari setiap pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan suatu

model yang memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas untuk

menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap

konsep yang sedang dikaji.

Beberapa karakteristik kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran

kreatif-produktif menurut Solihatin (2012: 161) adalah sebagai berikut.

1) Keterlibatan peserta didik secara intelektual dan emosional dalam setiap kegiatan pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada siswa, untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji, serta menafsirkan hasil eksplorasinya. Eksplorasi ini memungkinkan siswa untuk melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.

2) Siswa didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi konsep yang

sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Tujuannya adalah agar konsep tidak langsung ditransfer dari guru ke siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan. Selain itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap topik/konsep/masalah yang sama dan untuk mempertahankan sudut pandangnya dengan menggunakan argumentasi relevan yang merupakan salah satu realisasi hakikat kontruktivisme dalam pembelajaran.

3) Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanggung jawab

menyelesaikan tugas bersama yang dilakukan dalam kegiatan eksplorasi, interpretasi dan rekreasi. Peserta didik juga diharapkan membantu temannya yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Kebersamaan dalam menyelesaikan tugas merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman peserta didik.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kreatif-Produktif

Menurut Solihatin (2012: 164-167), kegiatan pembelajaran

kreatif-produktif dibagi menjadi lima langkah, yaitu; orientasi, eksplorasi,

interpretasi, rekreasi, dan evaluasi. Setiap langkah dalam pembelajaran

kreatif-produktif dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru dengan

(26)

1) Orientasi

Setiap pembelajaran selalu diawali guru dengan mengomunikasikan

tujuan pembelajaran, materi, langkah-langkah pembelajaran atau hasil

akhir yang diharapkan setelah melakuakan kegiatan pembelajaran. Tahap

orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat

memberi arah dan petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran

yang akan dilaksanakan.

2) Eksplorasi

Langkah pada tahap ini, yaitu siswa melakukan eksplorasi terhadap

masalah atau konsep yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara,

menonton pertunjukan, browsing melalui internet, dan sebagainya.

Kegiatan eksplorasi lebih menuntut kepada aktivitas siswa karena siswa

terlibat dan berinteraksi secara langsung dengan sumber belajar. Hal ini

sesuai dengan Kurikulum 2013 yang berbasis aktivitas siswa. Selain itu

dikuatkan dengan pendapat Black (Wena, 2013: 141) yang menyatakan

bahwa melalui kegiatan eksplorasi siswa akan dirangsang untuk

meningkatkan rasa ingin tahu (curiosity) dan hal tersebut dapat memacu

kegiatan belajar selanjutnya.

3) Interpretasi

Tahap interpretasi dilaksanakan setelah kegiatan eksplorasi, yaitu

hasilnya diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab,

simulasi atau bahkan berupa percobaan kembali jika hal itu diperlukan.

(27)

karena mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis,

dan evaluasi), sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah.

4) Rekreasi

Pada tahap ini, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang

mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang

dikaji menurut kreasinya masing-masing. Karena menurut Clegg &

Berch (Wena, 2013: 141) pada setiap akhir suatu pembelajaran,

sebaiknya siswa dituntut untuk mampu menghasilkan sesuatu sehingga

apa yang telah dipelajarinya menjadi bermakna, lebih-lebih untuk

memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari.

Hasil rekreasi sebagai produk kreatif dapat dipersentasikan,

didemonstrasikan, dipajang atau ditindaklanjuti.

5) Evaluasi

Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir

pembelajaran. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan

mengamati sikap, kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi,

kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan

pandangan/argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul

tanggung jawab bersama. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah

evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa, di samping tes

tentang penguasaan konsep pada akhir pembelajaran.

Selain Solihatin (2012: 164-167), Wena (2013: 143) dan

Suryosubroto (2009: 131) juga menguraikan langkah-langkah model

(28)

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kreatif-produktif menurut Wena (2013: 143).

No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Orientasi

3 Interpretasi Membimbing, fasilitator, mengarahkan

5 Evaluasi Mengevaluasi, memberi balikan

Mendiskusikan hasil evaluasi

Gambar 2.1 Rangkuman langkah-langkah model pembelajaran kreatif-produktif menurut Suryosubroto (2009: 131).

Langkah-langkah pembelajaran kreatif-produktif dari Wena (2013: 143)

pada tabel 2.1 terdapat lima langkah seperti yang disebutkan oleh Solihatin

(2012: 164-167), yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi, dan

evaluasi. Masing-masing langkah pada umumnya memiliki persamaan.

Sedangkan berdasarkan gambar 2.1, langkah-langkah pembelajaran model

Orientasi

Garis besar tugas dan penilaian

Interpretasi

Bahas, hayati karakter, gali tema dan nilai Eksplorasi

Cari, baca, bacakan, dengarkan, saksikan

Rekreasi

Gubah dalam bentuk lisan (puisi, prosa, drama, cerita bergambar, dll)

(29)

pembelajaran kreatif-produktif menurut Suryosubroto (2009: 131) terdiri

dari empat langkah, yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan rekreasi.

Pada dasarnya, keempat langkah yang disebutkan oleh Suryosubroto

memiliki kesamaan dengan langkah-langkah yang disebutkan sebelumnya

oleh Solihatin (2012: 164-167) dan Wena (2013: 143). Hanya saja

Suryosubroto tidak menyebutkan langkah evaluasi.

Namun, menurut Suryosubroto (2009: 129) tahap evaluasi perlu

dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran dan hasil

belajar yang diperoleh siswa setelah selesai melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Selain itu, evaluasi digunakan untuk mengetahui pencapaian

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menggunakan

langkah-langkah pembelajaran yang disebutkan oleh Wena (2013: 143).

Langkah-langkah yang disebutkan oleh Wena sama dengan Langkah-langkah yang disebutkan

oleh Solihatin (2012: 164-167) dan lebih jelas menggambarkan kegiatan

antara guru dan siswa.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

1) Kelebihan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model

pembelajaran kreatif-produktif menurut Solihatin (2012: 163-164) antara

lain: (1) pemahaman terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu,

(2) kemampuan menerapkan konsep atau memecahkan masalah, dan (3)

(30)

Sedangkan dampak pengiring (nurturant effects) model pembelajaran

kreatif produktif yang diharapkan dapat dibentuk adalah kemampuan

berpikir kritis, bertanggung jawab, serta bekerja sama, yang merupakan

tujuan jangka panjang. Kelebihan model pembelajaran kreatif produktif

menurut WordPress (http://deo.wordpress.com: 2011) sebagai berikut.

1) Siswa terlibat secara aktif, baik intelektual maupun emosional.

2) Melalui tahap-tahap kegiatan dalam model pembelajaran

kreatif-produktif, siswa akan mendapat kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan sumber belajar, sehingga kesempatan untuk membentuk pengetahuan sendiri terbuka lebar.

3) Melalui kegiatan rekreasi, kreativitas siswa akan terpacu untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berdasarkan pemahaman siswa terhadap konsep yang sedang dikaji.

4) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sepanjang pembelajaran, memungkinkan dilakukannya penilaian secara utuh dan komprehensif, di samping siswa mendapat kesempatan untuk menampilkan pemahamanannya dalam berbagai bentuk.

2) Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif

Menurut Solihatin (2012: 167) model pembelajaran kreatif-produktif

juga tidak terlepas dari kelemahan di samping kelebihan yang dimiliki.

Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan guru dan siswa

untuk terlibat dalam model pembelajaran ini, karena sangat berbeda dari

pembelajaran tradisional. Guru yang terbiasa menyampaikan materi

melalui ceramah, mungkin memerlukan waktu untuk dapat

berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Siswa yang terbiasa mendengarkan

penjelasan yang diberikan guru harus mengubah kebiasaan tersebut

menjadi aktif mencari sendiri sumber belajar yang dibutuhkan.

Kelemahan yang telah diuraikan sebenarnya bukan merupakan

(31)

kepada ketidaksiapan lapangan. Pada dasarnya, model ini tidak memiliki

kelemahan, hanya saja kelemahan itu baru muncul ketika model ini

diterapkan. Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan model

ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat

memacu kreativitas, sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran.

B.Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD)

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang akan terus dialami oleh manusia

sepanjang hidupnya. Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi

tahu merupakan hasil dari proses belajar. Para ahli kontruktivisme

(Suprijono, 2011: 39) menekankan pada belajar autentik. Belajar autentik

adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata.

Belajar bukan sekadar mempelajari teks-teks (tekstual), yang terpenting

adalah menghubungkan teks dengan kondisi nyata atau konstekstual.

Rusman (2012: 134) menyatakan bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam

berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekadar menghafal,

melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Saud, dkk.

(2006: 3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman

dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar contohnya adalah berubahnya

pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, kecakapan atau kemampuan.

(32)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka belajar adalah suatu

proses perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman individu yang

didapatkan karena adanya interaksi dengan segala sesuatu yang ada di

lingkungan sekitar individu. Perubahan yang dialami dapat berupa

perubahan sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

2. Pengertian Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan

siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.

Rusman (2012: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,

dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Husamah

(2013: 34) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya

membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan penataan

upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata

dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang

dicapainya hasil belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka pembelajaran adalah suatu

kegiatan interaksi antara guru, siswa maupun sumber belajar yang dilakukan

sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan berbagai metode

maupun strategi yang telah direncanakan serta disesuaikan dengan

lingkungan sekitar siswa. Tujuan dari pembelajaran adalah munculnya

(33)

3. Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang dengan tujuan untuk

mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai

pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan

afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pengembangan Kurikulum

2013 difokuskan kepada pembentukan kompetensi dan karakter peserta

didik, berupa panduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat

didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep

yang dipelajarinya secara konstektual.

Susanto (2013: 86) menyatakan bahwa karakteristik anak usia SD

adalah suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah

terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya.

Dengan demikian, pembelajaran di SD diusahakan agar tercipta suasana

yang kondusif dan menyenangkan. Selain itu, dunia anak adalah dunia nyata

dan tingkat perkembangan anak selalu dimulai dari tahap berpikir nyata

dalam kehidupan sehari-hari yang memandang objek yang ada di

sekelilingnya secara utuh. Untuk itu, pembelajaran hendaknya dimulai dari

lingkungan terdekat anak, yaitu dari diri sendiri kemudian dikembangkan

kepada keluarga dan sekolah.

Piaget (Susanto, 2013: 76) menyatakan bahwa perkembangan kognitif

atau pengetahuan anak usia SD berada pada tahap operasional konkret, yaitu

memahami peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi di lingkungan sekitar

(34)

mendapatkan pengetahuan dari peristiwa nyata yang dialami. Keaktifan

anak tidak hanya berdampak kepada perolehan pengetahuan, namun

keterampilan dan sikap anak pun ikut berkembang. Dengan demikian,

proses pembelajaran melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan

keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Menurut Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh (Tim Penyusun, 2013: iii), pencapaian kompetensi terpadu seperti rumusan di atas, menuntut pendekatan pembelajaran tematik terpadu, yaitu mempelajari semua mata pelajaran secara terpadu melalui tema-tema kehidupan yang dijumpai peserta didik sehari-hari. Materi-materi mata pelajaran-mata pelajaran dikaitkan satu sama lain sebagai satu kesatuan membentuk pembelajaran multi disipliner dan inter-disipliner untuk menghindari tumpang tindih dan ketidakselarasan antar-materi mata pelajaran. Tujuannya adalah tercapainya efisiensi materi yang harus dipelajari dan efektivitas penyerapannya oleh peserta didik. Selain itu, pembelajaran tematik terpadu juga mengharapkan adanya penilaian secara autentik untuk menilai pencapaian ketiga kompetensi tersebut.

Berdasarkan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses,

karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 adalah menggunakan

pembelajaran tematik terpadu. Istilah pembelajaran terpadu berasal dari

kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach.

Menurut Kemendikbud (2013: 193) pembelajaran tematik terpadu

dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.

Saud, dkk. (2006: 5) berpendapat bahwa pada perspektif bahasa,

pembelajaran terpadu sering diartikan sebagai pendekatan tematik (thematic

approach). Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012: 254), yaitu

bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran

terpadu (intregated instrucrion) yang merupakan suatu sistem pembelajaran

yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif

(35)

holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada

praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat

perkembangan siswa.

Trianto (2010: 82) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu/tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain baik dalam satu bidang studi atau lebih dan dengan pengalaman belajar siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkan.

Selain itu, proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan

pendekatan ilmiah (scientific approach). Prof. Sudarwan (Kemendikbud,

2013: 201) menyatakan bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan

dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan

tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan

dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Hal ini dimaksudkan

untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan

memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa

informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada

informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang

diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam

mencari tahu dari berbagai sumber, bukan diberi tahu.

Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

pada Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan

(36)

perubahan zaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancanglah sebuah

pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan ilmiah dan penilaian

secara autentik untuk semua jenjang pendidikan termasuk jenjang SD.

C.Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran dikatakan sedang berlangsung apabila ada aktivitas di

dalamnya. Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan

belajar siswa. Setiap orang yang belajar harus beraktivitas, tanpa ada aktivitas

maka proses belajar tidak akan terjadi secara maksimal. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat Meier (Rusman, 2012: 389) yang mengemukakan bahwa

belajar harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika

belajar, dan memanfaatkan indra siswa sebanyak mungkin, serta membuat

seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Hal tersebut berarti bahwa

ketika seseorang belajar maka secara otomatis dia sedang beraktivitas.

Selain itu, Rusman (2012: 325) berpendapat bahwa pembelajaran

dikatakan efektif jika memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga

membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang

ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan siswa

secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Kemendikbud (Mulyasa, 2013: 131) menentukan bahwa pembentukan kompetensi/karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya/ setidak-tidaknya sebagian besar ≥75% dari peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu, proses pembentukan kompetensi atau karakter dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar ≥75% dari peserta didik.

Hanafiah & Suhana (2010: 23) menyatakan bahwa aktivitas pembelajaran

(37)

rohani sehingga akselerasi perubahan perilaku siswa dapat terjadi secara cepat,

tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun

psikomotor. Aktivitas tersebut menurut Dierich (Hanafiah & Suhana, 2010: 24)

di antaranya adalah seperti berikut.

1) Kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2) Kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta/prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.

3) Kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan dan diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4) Kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5) Kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart,

diagram, peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7) Kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis faktor-faktor, melibatkan hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8) Kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Maslow & Bruner (Rusman, 2012: 398) memberikan landasan

pembelajaran berorientasi aktivitas siswa melalui pembelajaran kolaboratif,

yaitu menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi tugas yang menuntut

siswa untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya, merupakan cara

yang bagus untuk menempatkan kebutuhan sosial siswa. Siswa cenderung

lebih terlibat dalam kegiatan belajar karena siswa mengerjakannya

bersama-sama. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.

Selain itu, para ahli kontruktivis (Rusman, 2012: 202) menekankan

(38)

belajar. Dengan kelompok belajar, memberikan kesempatan kepada siswa

secara aktif untuk mengemukakan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada

teman, melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian

pandangan siswa sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar merupakan segala kegiatan baik fisik maupun psikis yang dilakukan

siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Penelitian ini mengususkan penelitian aktivitas siswa, yaitu aktivitas siswa

berinteraksi dalam kegiatan diskusi. Sebagaimana diketahui bahwa aktivitas

siswa dalam kegiatan diskusi melibatkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan

visual, lisan, mendengarkan, dan lain-lain sesuai dengan pendapat Dierich

(Hanafiah & Suhana, 2010: 24).

D.Kinerja Guru

Guru memiliki peranan penting dalam pendidikan. Perencanaan

pembelajaran yang dilakukan guru akan berimbas kepada hasil belajar yang

diperoleh siswa. Agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang ingin dicapai, maka guru harus memiliki berbagai keterampilan/kinerja

yang menunjang dari profesinya tersebut.

Kinerja menurut Rusman (2012: 50) adalah performance atau unjuk kerja.

(39)

Sedangkan menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru dapat diartikan

sebagai prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh

guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Adapun yang

dimaksud dengan kinerja mengajar guru adalah seperangkat perilaku nyata

yang ditunjukkan guru sesuai dengan tugasnya sebagi pendidik.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru (Rusman, 2012: 54-58) standar kompetensi guru dikembangkan secara

utuh ke dalam empat kompetensi sebagai berikut.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimiliki peserta didik.

2. Kompetensi Kepribadian

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,

memengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota

masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan

menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru

dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang kedisiplinan diri,

belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, mematuhi aturan/tata

tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil apabila

(40)

3. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu

dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru

perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka

pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Karena dengan dimilikinya

kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan

berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan para orang tua

siswa, guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial tersebut

meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul,

simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

4. Kompetensi Profesional

Kemampuan profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru

dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan

kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena

itu, guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Kemampuan

profesional tersebut adalah: (1) penyampaian pembelajaran, yaitu guru

sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses

pembelajaran, (2)-pelaksanakan pembelajaran, yaitu guru harus selalu

mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode/strategi yang tepat,

menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,

mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep

yang benar menggunakan multimedia, (3)-dalam proses pembalajaran, yaitu

guru harus memerhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu

(41)

korelasi, dan sebagainya, dan (4) dalam hal evaluasi, yaitu secara teori dan

praktik guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin

diukurnya, maka alat ukur tersebut harus benar dan tepat.

Keempat kompetensi yang telah dijelaskan di atas diperlukan guru sebagai

bentuk profesionalitas guru agar dapat menjalankan tugasnya. Profesionalisme

guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sani (2013: v) yang menyatakan bahwa tingkat keberhasilan guru

dapat dilihat dari keberhasilan peserta didik. Selain itu, kualitas pembelajaran

dapat dilihat dari aktivitas peserta didik ketika belajar dan kreativitas yang

dihasilkan oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kineja

guru adalah suatu kemampuan yang diperlihatkan oleh guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kinerja tersebut di antaranya adalah

kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar yang

berkenaan dengan kompetensi profesinal guru.

E.Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang

bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa.

Sebelum melaksanakan penilaian, seorang guru harus tahu apa yang harus

dinilai serta bagaimana cara menilainya. Secara sederhana, hasil belajar

(42)

Menurut Sudjana (2012: 22) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman

belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang mencapai tujuan

pembelajaran atau tujuan instruksional. Senada dengan Sudjana, Susanto

(2013: 5) berpendapat bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Dengan demikian, untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa

dapat dilakukan serangkaian tes yang dirancang sesuai dengan kebutuhan

pengetahuan yang ingin diketahui.

2. Jenis-jenis Hasil Belajar

1) Ranah Afektif (Sikap)

Taksonomi ranah afektif dikembangkan oleh David R. Krathwohl,

dkk. (Sudijono, 2011: 54). Sikap menurut Fishbein & Ajzen (Kunandar,

2013: 108) merupakan suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon

secara positif/negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang.

Menurut Kunandar (2013: 99) sikap adalah ekspresi dari nilai-nilai

atau pandangan hidup seseorang yang bermula dari perasaan suka atau

tidak suka dan berkaitan dengan kecenderungan seseorang dalam

merespon sesuatu atau objek. Selain itu, Sardiman (Susanto, 2013: 11)

mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan

sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia

(43)

merujuk kepada perbuatan, perilaku atau tindakan seseorang. Sikap

seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki

penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri belajar afektif akan tampak

pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya

terhadap mata pelajaran yang sedang dipelajari, kedisiplinannya dalam

mengikuti pelajaran di sekolah, penghargaan dan rasa hormatnya

terhadap guru, dan sebagainya.

Sikap dalam Kurikulum 2013 yang dirumuskan oleh Kemendikbud

dibagi menjadi dua (Kunandar, 2013: 124), yaitu sikap spiritual yang

merupakan Kompetensi Inti 1 (KI 1) dan sikap sosial yang merupakan

Kompetensi Inti 2 (KI 2). Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial

harus mengacu kepada indikator yang dirinci dari kompetensi dasar (KD)

serta kompetensi inti (KI) yang ada di kerangka dasar dan struktur

kurikulum untuk setiap jenjang. Oleh karena itu, guru harus merinci

setiap KD dari KI menjadi indikator pencapaian sikap spiritual dan sosial

yang nantinya akan dinilai oleh guru dalam bentuk perilaku peserta didik.

Hasil belajar afektif yang dinilai dalam penelitian ini adalah sikap

sosial siswa dalam diskusi kelompok. Sebagaimana pendapat Dierich

(Hanafiah & Suhana, 2010: 24) bahwa aktivitas siswa melibatkan

berbagai kegiatan baik fisik maupun psikis. Berkaitan dengan psikis,

kegiatan diskusi dapat membentuk sikap siswa di antaranya adalah sikap

menghargai pendapat teman, sikap toleransi, sikap kesopanan, dan

lain-lain. Indikator penilaian sikap dalam penelitian ini terdiri dari sikap siswa

(44)

kesopanan siswa dalam memberikan kritikan, kemauan membantu teman

yang mengalami kesulitan dalam mengemukakan pendapat (empati), dan

sikap kesabaran untuk mendengarkan usulan teman Kemendikbud

(Kunandar, 2013: 112).

2) Ranah Psikomotor (Keterampilan)

Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan, (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu. Simpson (Sudijono, 2011: 57) menyatakan bahwa hasil belajar

psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan, (skill) atau kemampuan

bertindak individual.

Kunandar (2013: 249) mengemukakan bahwa ranah psikomotor

dapat dicapai melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya

kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti bahwa kompetensi keterampilan

adalah sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan.

Keterampilan menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam tugas atau

sekumpulan tugas tertentu.

Sejalan dengan Kunandar, Kemendikbud-(Kunandar, 2013: 251)

menjelaskan kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan yang tidak

dapat dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3). Karena kompetensi

pengetahuan menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan tersebut

dan kompetensi keterampilan menunjukkan peserta didik bisa/mampu

tentang keilmuan tersebut. Hasil belajar psikomotor yang dinilai dalam

penelitian ini adalah keterampilan berdiskusi. Indikatornya terdiri dari

(45)

penguasaan pengetahuan/materi, keberanian, dan antusias siswa

(Kemendikbud, 2013: 282).

3) Ranah Kognitif (Pengetahuan)

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak.

Menurut Sudjana (2012: 22) kognitif berkenaan dengan hasil belajar

intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut

kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif

tingkat tinggi. Sedangkan Bloom (Sudijono, 2011: 49), mengemukakan

bahwa segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk

dalam ranah kognitif, yang terdiri dari enam jenjang proses berpikir,

mulai dari jenjang terendah hingga jenjang yang paling tinggi.

Penilaian kompetensi pengetahuan (Kunandar, 2013: 159) adalah

penilaian yang dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian/

penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi

ingatan/hafalan, pemahaman, penerapan, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi. Berikut adalah cara menilai aspek pengetahuan/kognitif peserta

didik.

a) Tes Tertulis

Tes tertulis merupakan tes yang soal dan jawaban yang diberikan

kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes tertulis dalam bentuk apapun

sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu

(46)

b)Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru

secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan

tersebut secara ucap, sehingga menimbulkan keberanian peserta didik.

c) Tes Penugasan

Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang

dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu maupun kelompok

sesuai dengan karakteristik tugasnya.

Penilaian pengetahuan yang peneliti gunakan adalah tes tertulis

berupa kegiatan mensuplai jawaban, yaitu berupa soal pilihan jamak,

isian singkat, dan essai serta penugasan berupa pekerjaan rumah.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas, yaitu: “Apabila dalam pembelajaran tematik

menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif dengan langkah-langkah

yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan classroom action

research.. Menurut Arikunto S. (2011: 3) PTK adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan

dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan

oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Guru

melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan

pada dirinya. Pemberian tindakan yang dilakukan oleh guru menyangkut

penyajian strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil

melalui sebuah tindakan. Tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai

memperoleh informasi yang mantap tentang pelaksanaan metode tersebut.

B.Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti

dengan guru. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa dan guru kelas

IV B SD N 1 Metro Utara dengan jumlah 32 siswa yang terdiri 19 siswa

(48)

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV B SD N 1 Metro Utara, di Jalan

Pattimura Nomor 136 Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Metro Utara, Kota

Metro.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/

2014 selama kurang lebih 6 bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari

perencanaan sampai pelaporan hasil penelitian (bulan Januari-Juni 2014).

C.Teknik Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan

instrumen penelitian yaitu dengan teknik tes dan nontes.

1. Teknik Nontes

Menurut Poerwanti (2008: 1-34) teknik nontes digunakan untuk

mengobservasi atau mengamati kegiatan siswa dan guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Teknik nontes digunakan sebagai pelengkap

dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan

keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih

menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak. Teknik nontes pada

penelitian ini digunakan untuk menilai aktivitas siswa, kinerja guru, serta

sikap, dan keterampilan siswa.

2. Teknik Tes

Teknik tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang diberikan

(49)

perbuatan. Tes menurut Sudjana (2012: 35) pada umumnya digunakan

untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar

kognitif/pengetahuan berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran

sesuai tujuan pendidikan dan pengajaran. Teknik tes ini akan

menghasilkan data yang bersifat kuantitatif berupa nilai-nilai siswa untuk

mengetahui hasil belajar domain kognitif atau pengetahuan dalam

pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif.

D.Alat Pengumpulan Data

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas

siswa, kinerja guru, serta sikap, dan keterampilan siswa kelas IV B SD N 1

Metro Utara pada pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran

kreatif-produktif. Adapun instrumen yang digunakan untuk menilai aktivitas

siswa, kinerja guru, sikap, dan keterampilan siswa, yaitu:

1) Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas

siswa berinteraksi dalam kegiatan diskusi. Aktivitas siswa berinteraksi

dalam kegiatan diskusi melibatkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan

visual, lisan, mendengarkan dan lain-lain sebagaimana pendapat Dierich

(Hanafiah & Suhana, 2010: 24).

Selain itu, para ahli kontruktivis (Rusman, 2012: 202) menekankan

pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan

kelompok belajar, yang memberikan kesempatan kepada siswa secara

(50)

yang akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas

bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan siswa sendiri. Dengan

demikian, indikator untuk menilai aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi

kelompok terdiri dari kerja sama, keaktifan, tanggung jawab, dan sikap

menghargai pendapat.

Tabel 3.1 Indikator penilaian aktivitas belajar siswa

Aktivitas yang diamati

Aspek yang

dinilai Indikator Skor

Aktivitas

2. Mengerjakan tugas dengan memaksakan pendapat

3. Mengerjakan tugas bersama-sama namun belum mau menerima saran dan pendapat teman lain

4. Mengerjakan tugas dan berdiskusi bersama dalam mengerjakan tugas

1. Diam saja dan tidak melakukan apa pun 2. Sesekali bertanya dan tidak aktif dalam

mencari informasi

3. Sesekali bertanya namun aktif mencari informasi

4. Sering bertanya, mau bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, aktif mencari informasi

1. Jika tidak pernah/tidak mau

mendengarkan pendapat/saran dari teman 2. Mau mendengarkan pendapat teman tetapi

belum menerima jika pendapatnya tidak diterima

3. Mau mendengarkan pendapat teman tetapi tidak memaksakan pendapatnya untuk diterima

4. Menerima dan mau mendengarkan

pendapat teman dan rela jika pendapatnya tidak diterima

3. Melaksanakan tugas bersama-sama, namum tidak sampai selesai diserahkan kepada teman yang lain

4. Melaksanakan diskusi bersama-sama dan menyelesaikan tugas sampai selesai

Gambar

Tabel
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kreatif-produktif menurut Wena (2013: 143)
Tabel 3.1 Indikator penilaian aktivitas belajar siswa
Tabel 3.2 Indikator penilaian kinerja guru
+6

Referensi

Dokumen terkait

Keaktifan peserta didik dalam kegiatan visual, lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, motorik, mental dan emosional sebelum penelitian siswa yang kurang aktif 0%, cukup aktif

Menurut Hamdani (2010:89) pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam

Diperoleh data bahwa dalam pembelajaran masih banyak hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh Kelompok

Lembar panduan observasi, digunakan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran active learning tipe index card match ( ICM ) pada pembelajaran IPS

Hasil belajar peserta didik kelas II pada mata pelajaran IPA melalui metode kerja kelompok pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.. kesulitan dalam belajar sehingga belum

Tujuan utama dari penelitian ini adalah: mendeskripsikan langkah- langkah penggunaan strategi pembe- lajaran kreatif-produktif dengan metode diskusi buzz group dan

Kata Kunci: Model CPS, media kartu bergambar, kemampuan berpikir kreatif Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, keterampilan

(3) Peningkatan aktivitas belajar peserta didik dengan menggunakan pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan aktivitas peserta didik kelas IV SDS Subsidi