ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF
PADA SISWA KELAS IV B SD N 1 METRO UTARA
Oleh SULIHAWATI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data diperoleh melalui teknik nontes dan tes dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas, sikap, keterampilan siswa, dan kinerja guru serta soal tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Data dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
Perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Nilai rata-rata
aktivitas siswa pada siklus I 49,51 dengan kategori “Cukup Aktif”, siklus II 60,84 dengan kategori “Aktif”, dan siklus III 75,25 dengan kategori “Aktif”. Nilai rata -rata sikap siswa pada siklus I 57,81 dengan kategori “Belum Terlihat”, siklus II 65,23 dengan kategori “Mulai Terlihat”, dan siklus III 77,5 dengan kategori
“Mulai Membudaya”. Nilai rata-rata keterampilan siswa pada siklus I 51,64
dengan kategori “Kurang Terampil”, siklus II 60,86 dengan kategori “Cukup Terampil”, dan siklus III 75 dengan kategori “Terampil”. Nilai rata-rata
pengetahuan siswa pada siklus I 65,41 dengan kategori “Cukup”, siklus II 69,26 dengan kategori “Cukup”, dan siklus III 76,53 dengan kategori “Baik.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Sulihawati lahir di Tangerang, Provinsi
Banten, pada tanggal 22 September 1990. Peneliti adalah anak
pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Ali Terin
(Alm) dan IbuSri Supatmi.
Pendidikan Sekolah Dasar peneliti, di SD N 6 Metro Utara dan lulus pada
tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama peneliti, di SMP N 8 Metro
dan lulus pada tahun 2006. Pendidikan Sekolah Menengah Atas peneliti, di SMA
N 3 Metro dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2010 peneliti terdaftar sebagai
mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
MOTO
“Raih keinginan dengan usaha terbaik,
berdoa, dan bersabar”
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur kepada Allah Swt., sholawat dan salam untuk panutan
terbaik Rasulullah Saw., dan mengucap bismillah, rangkaian kalimat bukti
perjuangan selama kurang lebih 4 tahun kupersembahkan untuk:
Ibunda Sri Supatmi tercinta, sang motivator dan semangat terbesar dalam
hidupku, yang selalu mendoakan untuk keberhasilan-ku. Karyaku ini
kupersembahkan untuk Ibunda tecinta sebagai hadiah kecil
untuk pengorbanan yang tak ternilai.
Adik kandung Ibunda tercinta “Om No”, terima kasih atas kepercayaan,
dukungan, serta bantuan yang diberikan kapan pun dibutuhkan
sehingga peneliti bisa menikmati pendidikan hingga saat ini.
Adikku tercinta “Yuliyanda” terima kasih atas pengertian dan dukungannya.
x SANWACANA
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat, kasih
sayang serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model
Pembelajaran Kreatif-Produktif Pada Siswa Kelas IV B SD N 1 Metro Utara”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan di Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas
Lampung yang mengesahkan ijazah dan gelar sarjana kami, sehingga peneliti
termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung yang telah mengesahkan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung yang telah menyetujui penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah
memilih dan memilah serta menyetujui judul-judul skripsi kami, sehingga
xi
memotivasi dan mengingatkan untuk tidak menunda-nunda pekerjaan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh peneliti.
6. Ibu Dr. Hj. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
sekaligus Dosen Pembimbing II yang dalam penulisan skripsi ini telah
banyak memberikan arahan dan masukan berarti bagi peneliti sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Bapak Drs. Siswantoro, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu kapan saja dalam membimbing dan memberikan masukan
berarti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
8. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak
memberikan masukan dan membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
10. Ibu Mundriyani, S. Pd. SD., selaku Kepala SD N I Metro Utara, yang telah
mengizinkan peneliti untuk meneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
11. Ibu Rahma Lili Nur I.S., A.Ma., selaku Wali Kelas IV B yang banyak
membantu dan memberikan saran serta masukan kepada peneliti dalam
kelancaran penyusunan skripsi ini.
12. Siswa-siswi kelas IV B SD N I Metro Utara yang telah berpartisipasi aktif
sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan skripsi ini dapat diselesaikan.
13. Sahabat serta Saudara yang peneliti temukan karena Alloh Swt., Serlia
xii
Fatimah, sebagai tempat berbagi cerita dan keluhan bersama, tempat meminta
saran, kritikan, pendapat serta masukan, dan yang selalu mengingatkan dalam
kebaikan, terima kasih karena telah menjadikanku bagian dari kalian.
14. Rekan-rekan mahasiswa Program S-1 PGSD angkatan 2010, terima kasih
kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini, terutama
keluarga besar Semester B (Sherli, Reni, Riri, Mayang, Rimba, Dita
Erwidiya, Cahya Sari, Dita Tricandria, Rizka, Veridiana, Putu, Surani, Mega,
Nyoman, Ratna, Hardiana, Saras, Risty, Marlita, Zulia, Syaiful, Suhardi,
Sisworo, Fahmi, Aji, Akmal, Bagus, dan Fauzi), masing-masing dari kalian
memiliki cerita yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-satu.
15. Adik-adik dan Kakak Tingkat yang dipertemukan Alloh Swt., dalam sebuah
rumah bernama “ LSO-Formasi PGSD Metro-FPPI FKIP Unila” terima kasih
atas motivasi dan dukungannya dalam setiap kesempatan.
16.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang
telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini mungkin masih terdapat
kekeliruan, baik tulisan maupun isinya. Namun, peneliti berharap semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan peningkatan dunia pendidikan
khususnya ke-SD-an.
Metro, 20 Juni 2014 Peneliti
Sulihawati
xiii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSYARATAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
A.Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 8
1. Landasan Pengembangan ... 8
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kreatif-Produktif ... 9
3. Kelebihan dan Kelemahan ... 13
B.Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar ... 15
1. Pengertian Belajar ... 15
2. Pengertian Pembelajaran ... 16
3. Pembelajaran Tematik ... 17
C.Aktivitas Belajar ... 20
D.Kinerja Guru ... 22
1. Kompetensi Pedagogik ... 23
xiv
4. Kompetensi Profesional... 24
E. Hasil Belajar ... 25
1. Pengertian Hasil Belajar ... 25
2. Jenis-jenis Hasil Belajar ... 26
1) Ranah Afektif (Sikap) ... 26
2) Ranah Psikomotor (Keterampilan) ... 28
3) Ranah Kognitif (Pengetahuan) ... 29
F. Hipotesis Tindakan ... 30
BAB III METODE PENELITIAN... 31
A.Jenis Penelitian ... 31
F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 40
G.Indikator Keberhasilan ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A.Profil SD N 1 Metro Utara ... 53
B.Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 55
1. Siklus I ... 55
c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 62
d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 63
e. Pengetahuan Siswa ... 65
f. Refleksi Siklus I ... 66
g. Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus II ... 68
2. Siklus II ... 70
1) Perencanaan ... 70
2) Pelaksanaan ... 70
xv
3) Hasil Penelitian Siklus II ... 74
a. Aktivitas Belajar Siswa ... 74
b. Kinerja Guru ... 75
c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 76
d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 77
e. Pengetahuan Siswa ... 79
f. Refleksi Siklus II ... 80
g. Saran Perbaikan/Tindakan Kelas untuk Siklus III ... 82
3. Siklus III ... 83
c. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 89
d. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 90
e. Pengetahuan Siswa ... 92
f. Refleksi Siklus III ... 93
4) Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 94
a. Rekapitulasi Hasil Aktivitas Belajar Siswa Siklus I-III .. 94
b. Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Siklus I-III ... 96
c. Rekapitulasi Hasil Sikap Sosial Siswa Siklus I-III ... 97
d. Rekapitulasi Hasil Keterampilan Berdiskusi Siswa Siklus I-III ... 98
e. Rekapitulasi Hasil Pengetahuan Siswa Siklus I-III ... 100
C.Pembahasan ... 101
1. Aktivitas Belajar Siswa ... 101
2. Kinerja Guru ... 102
3. Sikap Sosial Siswa dalam Diskusi Kelompok ... 103
4. Keterampilan Berdiskusi Siswa ... 104
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran ... 12
3.1 Indikator penilaian aktivitas belajar siswa ... 34
3.2 Indikator penilaian kinerja guru ... 35
3.3 Indikator penilaian sikap siswa ... 36
3.4 Indikator penilaian keterampilan siswa ... 37
3.5 Kategori aktivitas siswa ... 38
3.6 Kategori kinerja guru ... 39
3.7 Kategori sikap siswa ... 39
3.8 Kategori keterampilan ... 39
3.9 Kriteria persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan ... 40
4.1 Keadaan guru dan karyawan SD N 1 Metro Utara ... 54
4.2 Jadwal pelaksanaan penelitian ... 55
4.3 Nilai aktivitas belajar siswa siklus I ... 59
4.4 Nilai kinerja guru siklus I ... 61
4.5 Nilai sikap sosial siswa siklus I ... 62
4.6 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus I ... 63
4.7 Nilai pengetahuan siswa siklus I ... 65
4.8 Nilai aktivitas belajar siswa siklus II ... 74
4.9 Nilai kinerja guru siklus II ... 75
4.10 Nilai sikap sosial siswa siklus II ... 76
4.11 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus II... 78
4.12 Nilai pengetahuan siswa siklus II ... 79
4.13 Nilai aktivitas belajar siswa siklus III ... 87
4.14 Nilai kinerja guru siklus III ... 88
4.15 Nilai sikap sosial siswa siklus III ... 89
4.16 Nilai keterampilan berdiskusi siswa siklus III ... 90
4.17 Nilai pengetahuan siswa siklus III ... 92
4.18 Rekapitulasi hasil aktivitas belajar siswa siklus I-III ... 95
4.19 Rekapitulasi hasil kinerja guru siklus I-III ... 96
4.20 Rekapitulasi hasil sikap sosial siswa siklus I-III ... 97
4.21 Rekapitulasi hasil keterampilan siswa siklus I-III ... 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Rangkuman langkah-langkah model pembelajaran kreatif-produktif ... 12
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan pondasi terkuat dalam sebuah negara. Indonesia
menganggap pendidikan sebagai faktor penting dalam pembangunan nasional
di Indonesia, karena pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia yang
berkualitas sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi aktif seseorang terhadap
semua situasi yang terjadi di lingkungan sekitar, sehingga terjadi perubahan
perilaku. Sedangkan, pembelajaran adalah penyediaan situasi yang
mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.
Sani (2013: v) menyatakan bahwa pembelajaran kreatif dan inovatif
seharusnya dilakukan guru dalam upaya menghasilkan peserta didik yang
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas peserta didik ketika belajar
dan kreativitas yang dihasilkan oleh peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran. Selain itu, menurut Rusman (2012: 325) pembelajaran dikatakan
efektif jika memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga membentuk
kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai
secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan siswa secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Namun dalam pelaksanaannya, masih banyak
kegiatan pembelajaran yang justru menghambat aktivitas dan kreativitas
peserta didik. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran yang hanya menekankan
pada penguasaan aspek pengetahuan tanpa diimbangi dengan penguasaan sikap
dan keterampilan.
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV B SD N 1 Metro Utara
pada hari Selasa 22 September 2013, diperoleh keterangan bahwa pelaksanaan
pembelajaran yang menerapkan Kurikulum 2013 masih terdapat beberapa
kendala dan masalah. Masalah pertama adalah aktivitas siswa yang terlihat
kurang aktif sesuai dengan tuntutan pembelajaran berbasis pendekatann ilmiah
(scientific approach). Sebagian besar siswa terlihat kurang antusias dalam
kegiatan pembelajaran, khususnya pada kegiatan diskusi. Kegiatan diskusi
hanya terlihat aktivitas siswa dalam menyampaikan hasil pekerjaan kelompok,
tanpa adanya respon/tanggapan maupun pertanyaan dari kelompok lain.
Masalah kedua adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas IV B jika
dibandingkan dengan kelas IV A dan IV C, khususnya pengetahuan siswa pada
hasil ujian akhir semester (UAS) ganjil, yaitu rata-rata nilai kelas hanya 58.
keberhasilan pembelajaran yang dicanangkan Kemendikbud adalah mencapai
rata-rata klasikal ≥ 75 (Mulyasa, 2013: 131). SD N 1 Metro Utara menetapkan
standar pencapaian minimal setiap kompetensi siswa, yaitu sebesar ≥ 66.
Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa disebabkan karena guru
mengalami kesulitan dalam mengembangkan buku guru dan buku siswa dari
Kemendikbud. Bahan ajar yang disediakan masih terlalu sempit dan menuntut
guru untuk mencari sumber lain dan mengembangkannya. Selain itu, guru
kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah karena kurangnya referensi tentang berbagai metode yang dapat
digunakan dalam pendekatan tersebut. Kemudian siswa kurang dibiasakan
mencari, menggali, mengembangkan, dan menghasilkan informasi dari sumber
lain. Sebagian besar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa berasal dari
pemahaman materi pelajaran yang bersifat ingatan, karena siswa dituntut untuk
menerima hal–hal yang dianggap penting oleh guru dan menghafalnya.
Kondisi demikian merupakan salah satu yang menyebabkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik terhambat atau tidak dapat berkembang secara optimal.
Tentu hal ini kurang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam Kurikulum
2013 yang berbasis aktivitas siswa, agar membentuk sikap melalui
pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki siswa dari kegiatan pembelajaran
dengan pendekatan ilmiah.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka sebaiknya guru lebih sering
menggunakan model, metode, strategi, atau teknik pembelajaran yang
mengajak siswa ke arah proses pemahaman konsep secara keseluruhan melalui
mampu mengaktifkan siswa adalah model pembelajaran kreatif-produktif.
Menurut Solihatin (2012: 161) model pembelajaran kreatif-produktif
merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai
pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar.
Menurut Zulkifli (2011: 1) model pembelajaran kreatif-produktif
merangsang siswa untuk lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat
suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak
gagasan yang sangat menarik selama pembelajaran disertai usaha-usaha yang
dapat menciptakan sesuatu yang bermakna. Dengan demikian, model
pembelajaran kreatif-produktif merupakan salah satu alternatif yang
dimungkinkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran serta
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik
dengan penilaian autentik berbasis pendekatan ilmiah.
Rusman (2012: 111) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran sangat bergantung dari pemanfaatan potensi yang dimiliki siswa
itu sendiri. Oleh karena itu, keaktifan siswa merupakan salah satu kunci
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu, Bloom (Suprijono,
2011: 50) menyatakan bahwa metode sangat penting dipilih sesuai dengan
konsep yang akan dipelajari siswa. Dalam pelaksanaannya, metode dapat
mempermudah siswa menyerap materi ajar dan juga dapat membantu guru
memudahkan penyajian materi kepada siswa. Penggunaan metode juga
diharapkan dapat mengembangkan ketiga aspek perkembangan siswa yang
Model pembelajaran kreatif produktif pernah diterapkan oleh guru kelas
IV B SD N 1 Metro Utara, namun belum maksimal. Masalah yang timbul
adalah karena guru belum memahami secara jelas langkah-langkah
pembelajaran yang harus dilaksanakan. Akibatnya, tujuan pembelajaran tidak
tercapai dan siswa terlihat pasif dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul:
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran
Kreatif-Produktif Pada Siswa Kelas IV B SD N 1 Metro Utara”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Masih banyak kegiatan pembelajaran yang menghambat aktivitas dan
kreativitas siswa karena guru hanya menekankan pada aspek pengetahuan.
2. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk mencari, menggali,
mengembangkan, dan menghasilkan pengetahuan sendiri.
3. Guru masih kesulitan dalam mengembangkan bahan ajar.
4. Guru masih kesulitan dalam menerapkan dan memilih metode pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
5. Guru belum terbiasa menerapkan pendekatan ilmiah.
6. Penerapan model pembelajaran kreatif-produktif belum maksimal.
7. Rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, terutama pada kegiatan diskusi kelompok.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu adanya pembatasan
masalah penelitian. Penelitian ini difokuskan pada peningkatan aktivitas dan
hasil belajar melalui model pembelajaran kreatif-produktif pada siswa kelas IV
B SD N 1 Metro Utara.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa melalui model pembelajaran
kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara?
2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara?
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan aktivitas siswa melalui model pembelajaran kreatif-produktif
pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara.
2. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran
kreatif-produktif pada siswa kelas IV B SD N 1 Metro Utara.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV B SD N 1
1. Secara Teoritis
Dapat dijadikan referensi atau masukan dalam kepustakaan pendidikan
dan menambah kajian ilmu tentang model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan dan mengembangkan kreativitas siswa.
2. Secara Praktis
1) Siswa
Dapat terlibat secara aktif dalam mencari, menggali, menghasilkan,
dan mengembangkan pengetahuan sendiri, sehingga ketiga kompetensi
siswa berkembang secara utuh/holistik .
2) Guru
Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam
menggunakan berbagai metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah yang dianjurkan dalam
Kurikulum 2013, sehingga meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan profesional guru.
3) Sekolah
Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran di SD N 1 Metro Utara sehingga
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Model PembelajaranKreatif-Produktif
1. Landasan Pengembangan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif
Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam
pembelajaran dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi siswa di
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif bagi siswa
akan sangat membantu dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
yang diinginkan akan tercapai.
Kreativitas dan produktivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan.
Kreativitas akan membuat seseorang menghasilkan atau meningkatkan
produktivitas. Wena (2013: 138) menyatakan bahwa kreativitas terkait
langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian esensial dalam
pemecahan masalah. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran hal
tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.
Menurut Solihatin (2012: 161) model pembelajaran kreatif-produktif
merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai
pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar. Pendekatan tersebut antara lain: belajar aktif,
dari setiap pendekatan tersebut diintegrasikan sehingga menghasilkan suatu
model yang memungkinkan siswa mengembangkan kreativitas untuk
menghasilkan produk yang bersumber dari pemahaman mereka terhadap
konsep yang sedang dikaji.
Beberapa karakteristik kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran
kreatif-produktif menurut Solihatin (2012: 161) adalah sebagai berikut.
1) Keterlibatan peserta didik secara intelektual dan emosional dalam setiap kegiatan pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada siswa, untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu yang sedang dikaji, serta menafsirkan hasil eksplorasinya. Eksplorasi ini memungkinkan siswa untuk melakukan interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya sendiri sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.
2) Siswa didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi konsep yang
sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau percobaan. Tujuannya adalah agar konsep tidak langsung ditransfer dari guru ke siswa, tetapi dibentuk sendiri oleh siswa melalui pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan. Selain itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap topik/konsep/masalah yang sama dan untuk mempertahankan sudut pandangnya dengan menggunakan argumentasi relevan yang merupakan salah satu realisasi hakikat kontruktivisme dalam pembelajaran.
3) Peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanggung jawab
menyelesaikan tugas bersama yang dilakukan dalam kegiatan eksplorasi, interpretasi dan rekreasi. Peserta didik juga diharapkan membantu temannya yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas. Kebersamaan dalam menyelesaikan tugas merupakan arena interaksi yang memperkaya pengalaman peserta didik.
2. Langkah-langkah Pembelajaran Kreatif-Produktif
Menurut Solihatin (2012: 164-167), kegiatan pembelajaran
kreatif-produktif dibagi menjadi lima langkah, yaitu; orientasi, eksplorasi,
interpretasi, rekreasi, dan evaluasi. Setiap langkah dalam pembelajaran
kreatif-produktif dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru dengan
1) Orientasi
Setiap pembelajaran selalu diawali guru dengan mengomunikasikan
tujuan pembelajaran, materi, langkah-langkah pembelajaran atau hasil
akhir yang diharapkan setelah melakuakan kegiatan pembelajaran. Tahap
orientasi sangat penting dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat
memberi arah dan petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
2) Eksplorasi
Langkah pada tahap ini, yaitu siswa melakukan eksplorasi terhadap
masalah atau konsep yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti membaca, melakukan observasi, wawancara,
menonton pertunjukan, browsing melalui internet, dan sebagainya.
Kegiatan eksplorasi lebih menuntut kepada aktivitas siswa karena siswa
terlibat dan berinteraksi secara langsung dengan sumber belajar. Hal ini
sesuai dengan Kurikulum 2013 yang berbasis aktivitas siswa. Selain itu
dikuatkan dengan pendapat Black (Wena, 2013: 141) yang menyatakan
bahwa melalui kegiatan eksplorasi siswa akan dirangsang untuk
meningkatkan rasa ingin tahu (curiosity) dan hal tersebut dapat memacu
kegiatan belajar selanjutnya.
3) Interpretasi
Tahap interpretasi dilaksanakan setelah kegiatan eksplorasi, yaitu
hasilnya diinterpretasikan melalui kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab,
simulasi atau bahkan berupa percobaan kembali jika hal itu diperlukan.
karena mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis,
dan evaluasi), sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah.
4) Rekreasi
Pada tahap ini, siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu yang
mencerminkan pemahamannya terhadap konsep/topik/masalah yang
dikaji menurut kreasinya masing-masing. Karena menurut Clegg &
Berch (Wena, 2013: 141) pada setiap akhir suatu pembelajaran,
sebaiknya siswa dituntut untuk mampu menghasilkan sesuatu sehingga
apa yang telah dipelajarinya menjadi bermakna, lebih-lebih untuk
memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari.
Hasil rekreasi sebagai produk kreatif dapat dipersentasikan,
didemonstrasikan, dipajang atau ditindaklanjuti.
5) Evaluasi
Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran dan pada akhir
pembelajaran. Selama proses pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan
mengamati sikap, kesungguhan mengerjakan tugas, hasil eksplorasi,
kemampuan berpikir kritis dan logis dalam memberikan
pandangan/argumentasi, kemauan untuk bekerja sama dan memikul
tanggung jawab bersama. Evaluasi pada akhir pembelajaran adalah
evaluasi terhadap produk kreatif yang dihasilkan siswa, di samping tes
tentang penguasaan konsep pada akhir pembelajaran.
Selain Solihatin (2012: 164-167), Wena (2013: 143) dan
Suryosubroto (2009: 131) juga menguraikan langkah-langkah model
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kreatif-produktif menurut Wena (2013: 143).
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Orientasi
3 Interpretasi Membimbing, fasilitator, mengarahkan
5 Evaluasi Mengevaluasi, memberi balikan
Mendiskusikan hasil evaluasi
Gambar 2.1 Rangkuman langkah-langkah model pembelajaran kreatif-produktif menurut Suryosubroto (2009: 131).
Langkah-langkah pembelajaran kreatif-produktif dari Wena (2013: 143)
pada tabel 2.1 terdapat lima langkah seperti yang disebutkan oleh Solihatin
(2012: 164-167), yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi, rekreasi, dan
evaluasi. Masing-masing langkah pada umumnya memiliki persamaan.
Sedangkan berdasarkan gambar 2.1, langkah-langkah pembelajaran model
Orientasi
Garis besar tugas dan penilaian
Interpretasi
Bahas, hayati karakter, gali tema dan nilai Eksplorasi
Cari, baca, bacakan, dengarkan, saksikan
Rekreasi
Gubah dalam bentuk lisan (puisi, prosa, drama, cerita bergambar, dll)
pembelajaran kreatif-produktif menurut Suryosubroto (2009: 131) terdiri
dari empat langkah, yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi, dan rekreasi.
Pada dasarnya, keempat langkah yang disebutkan oleh Suryosubroto
memiliki kesamaan dengan langkah-langkah yang disebutkan sebelumnya
oleh Solihatin (2012: 164-167) dan Wena (2013: 143). Hanya saja
Suryosubroto tidak menyebutkan langkah evaluasi.
Namun, menurut Suryosubroto (2009: 129) tahap evaluasi perlu
dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran dan hasil
belajar yang diperoleh siswa setelah selesai melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Selain itu, evaluasi digunakan untuk mengetahui pencapaian
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menggunakan
langkah-langkah pembelajaran yang disebutkan oleh Wena (2013: 143).
Langkah-langkah yang disebutkan oleh Wena sama dengan Langkah-langkah yang disebutkan
oleh Solihatin (2012: 164-167) dan lebih jelas menggambarkan kegiatan
antara guru dan siswa.
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif
1) Kelebihan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif
Dampak instruksional yang dapat dicapai melalui model
pembelajaran kreatif-produktif menurut Solihatin (2012: 163-164) antara
lain: (1) pemahaman terhadap suatu nilai, konsep, atau masalah tertentu,
(2) kemampuan menerapkan konsep atau memecahkan masalah, dan (3)
Sedangkan dampak pengiring (nurturant effects) model pembelajaran
kreatif produktif yang diharapkan dapat dibentuk adalah kemampuan
berpikir kritis, bertanggung jawab, serta bekerja sama, yang merupakan
tujuan jangka panjang. Kelebihan model pembelajaran kreatif produktif
menurut WordPress (http://deo.wordpress.com: 2011) sebagai berikut.
1) Siswa terlibat secara aktif, baik intelektual maupun emosional.
2) Melalui tahap-tahap kegiatan dalam model pembelajaran
kreatif-produktif, siswa akan mendapat kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan sumber belajar, sehingga kesempatan untuk membentuk pengetahuan sendiri terbuka lebar.
3) Melalui kegiatan rekreasi, kreativitas siswa akan terpacu untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berdasarkan pemahaman siswa terhadap konsep yang sedang dikaji.
4) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sepanjang pembelajaran, memungkinkan dilakukannya penilaian secara utuh dan komprehensif, di samping siswa mendapat kesempatan untuk menampilkan pemahamanannya dalam berbagai bentuk.
2) Kelemahan Model Pembelajaran Kreatif-Produktif
Menurut Solihatin (2012: 167) model pembelajaran kreatif-produktif
juga tidak terlepas dari kelemahan di samping kelebihan yang dimiliki.
Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan guru dan siswa
untuk terlibat dalam model pembelajaran ini, karena sangat berbeda dari
pembelajaran tradisional. Guru yang terbiasa menyampaikan materi
melalui ceramah, mungkin memerlukan waktu untuk dapat
berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Siswa yang terbiasa mendengarkan
penjelasan yang diberikan guru harus mengubah kebiasaan tersebut
menjadi aktif mencari sendiri sumber belajar yang dibutuhkan.
Kelemahan yang telah diuraikan sebenarnya bukan merupakan
kepada ketidaksiapan lapangan. Pada dasarnya, model ini tidak memiliki
kelemahan, hanya saja kelemahan itu baru muncul ketika model ini
diterapkan. Jika kelemahan dapat diminimalkan, maka kekuatan model
ini akan membuahkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat
memacu kreativitas, sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran.
B.Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar (SD)
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang akan terus dialami oleh manusia
sepanjang hidupnya. Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi
tahu merupakan hasil dari proses belajar. Para ahli kontruktivisme
(Suprijono, 2011: 39) menekankan pada belajar autentik. Belajar autentik
adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata.
Belajar bukan sekadar mempelajari teks-teks (tekstual), yang terpenting
adalah menghubungkan teks dengan kondisi nyata atau konstekstual.
Rusman (2012: 134) menyatakan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekadar menghafal,
melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. Saud, dkk.
(2006: 3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman
dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar contohnya adalah berubahnya
pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, kecakapan atau kemampuan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman individu yang
didapatkan karena adanya interaksi dengan segala sesuatu yang ada di
lingkungan sekitar individu. Perubahan yang dialami dapat berupa
perubahan sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
2. Pengertian Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Rusman (2012: 3) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan,
dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Husamah
(2013: 34) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan upaya
membelajarkan siswa dan perancangan pembelajaran merupakan penataan
upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata
dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang
dicapainya hasil belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka pembelajaran adalah suatu
kegiatan interaksi antara guru, siswa maupun sumber belajar yang dilakukan
sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan berbagai metode
maupun strategi yang telah direncanakan serta disesuaikan dengan
lingkungan sekitar siswa. Tujuan dari pembelajaran adalah munculnya
3. Pembelajaran Tematik
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dirancang dengan tujuan untuk
mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Pengembangan Kurikulum
2013 difokuskan kepada pembentukan kompetensi dan karakter peserta
didik, berupa panduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat
didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep
yang dipelajarinya secara konstektual.
Susanto (2013: 86) menyatakan bahwa karakteristik anak usia SD
adalah suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah
terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya.
Dengan demikian, pembelajaran di SD diusahakan agar tercipta suasana
yang kondusif dan menyenangkan. Selain itu, dunia anak adalah dunia nyata
dan tingkat perkembangan anak selalu dimulai dari tahap berpikir nyata
dalam kehidupan sehari-hari yang memandang objek yang ada di
sekelilingnya secara utuh. Untuk itu, pembelajaran hendaknya dimulai dari
lingkungan terdekat anak, yaitu dari diri sendiri kemudian dikembangkan
kepada keluarga dan sekolah.
Piaget (Susanto, 2013: 76) menyatakan bahwa perkembangan kognitif
atau pengetahuan anak usia SD berada pada tahap operasional konkret, yaitu
memahami peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi di lingkungan sekitar
mendapatkan pengetahuan dari peristiwa nyata yang dialami. Keaktifan
anak tidak hanya berdampak kepada perolehan pengetahuan, namun
keterampilan dan sikap anak pun ikut berkembang. Dengan demikian,
proses pembelajaran melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan
keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Menurut Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh (Tim Penyusun, 2013: iii), pencapaian kompetensi terpadu seperti rumusan di atas, menuntut pendekatan pembelajaran tematik terpadu, yaitu mempelajari semua mata pelajaran secara terpadu melalui tema-tema kehidupan yang dijumpai peserta didik sehari-hari. Materi-materi mata pelajaran-mata pelajaran dikaitkan satu sama lain sebagai satu kesatuan membentuk pembelajaran multi disipliner dan inter-disipliner untuk menghindari tumpang tindih dan ketidakselarasan antar-materi mata pelajaran. Tujuannya adalah tercapainya efisiensi materi yang harus dipelajari dan efektivitas penyerapannya oleh peserta didik. Selain itu, pembelajaran tematik terpadu juga mengharapkan adanya penilaian secara autentik untuk menilai pencapaian ketiga kompetensi tersebut.
Berdasarkan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses,
karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 adalah menggunakan
pembelajaran tematik terpadu. Istilah pembelajaran terpadu berasal dari
kata integrated teaching and learning atau integrated curriculum approach.
Menurut Kemendikbud (2013: 193) pembelajaran tematik terpadu
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.
Saud, dkk. (2006: 5) berpendapat bahwa pada perspektif bahasa,
pembelajaran terpadu sering diartikan sebagai pendekatan tematik (thematic
approach). Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012: 254), yaitu
bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran
terpadu (intregated instrucrion) yang merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif
holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran terpadu berorientasi pada
praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat
perkembangan siswa.
Trianto (2010: 82) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu/tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain baik dalam satu bidang studi atau lebih dan dengan pengalaman belajar siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkan.
Selain itu, proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan
pendekatan ilmiah (scientific approach). Prof. Sudarwan (Kemendikbud,
2013: 201) menyatakan bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan
tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal dan
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang
diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam
mencari tahu dari berbagai sumber, bukan diberi tahu.
Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
pada Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dan
perubahan zaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancanglah sebuah
pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan ilmiah dan penilaian
secara autentik untuk semua jenjang pendidikan termasuk jenjang SD.
C.Aktivitas Belajar
Proses pembelajaran dikatakan sedang berlangsung apabila ada aktivitas di
dalamnya. Aktivitas belajar merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
belajar siswa. Setiap orang yang belajar harus beraktivitas, tanpa ada aktivitas
maka proses belajar tidak akan terjadi secara maksimal. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Meier (Rusman, 2012: 389) yang mengemukakan bahwa
belajar harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan fisik ketika
belajar, dan memanfaatkan indra siswa sebanyak mungkin, serta membuat
seluruh tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar. Hal tersebut berarti bahwa
ketika seseorang belajar maka secara otomatis dia sedang beraktivitas.
Selain itu, Rusman (2012: 325) berpendapat bahwa pembelajaran
dikatakan efektif jika memberikan pengalaman baru kepada siswa sehingga
membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang
ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan siswa
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Kemendikbud (Mulyasa, 2013: 131) menentukan bahwa pembentukan kompetensi/karakter dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya/ setidak-tidaknya sebagian besar ≥75% dari peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran. Selain itu, proses pembentukan kompetensi atau karakter dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar ≥75% dari peserta didik.
Hanafiah & Suhana (2010: 23) menyatakan bahwa aktivitas pembelajaran
rohani sehingga akselerasi perubahan perilaku siswa dapat terjadi secara cepat,
tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor. Aktivitas tersebut menurut Dierich (Hanafiah & Suhana, 2010: 24)
di antaranya adalah seperti berikut.
1) Kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2) Kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta/prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.
3) Kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan dan diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.
4) Kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.
5) Kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart,
diagram, peta, dan pola.
6) Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.
7) Kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, melibatkan hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
8) Kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.
Maslow & Bruner (Rusman, 2012: 398) memberikan landasan
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa melalui pembelajaran kolaboratif,
yaitu menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi tugas yang menuntut
siswa untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya, merupakan cara
yang bagus untuk menempatkan kebutuhan sosial siswa. Siswa cenderung
lebih terlibat dalam kegiatan belajar karena siswa mengerjakannya
bersama-sama. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif.
Selain itu, para ahli kontruktivis (Rusman, 2012: 202) menekankan
belajar. Dengan kelompok belajar, memberikan kesempatan kepada siswa
secara aktif untuk mengemukakan sesuatu yang dipikirkan siswa kepada
teman, melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian
pandangan siswa sendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar merupakan segala kegiatan baik fisik maupun psikis yang dilakukan
siswa dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Penelitian ini mengususkan penelitian aktivitas siswa, yaitu aktivitas siswa
berinteraksi dalam kegiatan diskusi. Sebagaimana diketahui bahwa aktivitas
siswa dalam kegiatan diskusi melibatkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan
visual, lisan, mendengarkan, dan lain-lain sesuai dengan pendapat Dierich
(Hanafiah & Suhana, 2010: 24).
D.Kinerja Guru
Guru memiliki peranan penting dalam pendidikan. Perencanaan
pembelajaran yang dilakukan guru akan berimbas kepada hasil belajar yang
diperoleh siswa. Agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, maka guru harus memiliki berbagai keterampilan/kinerja
yang menunjang dari profesinya tersebut.
Kinerja menurut Rusman (2012: 50) adalah performance atau unjuk kerja.
Sedangkan menurut Susanto (2013: 29) kinerja guru dapat diartikan
sebagai prestasi, hasil, atau kemampuan yang dicapai atau diperlihatkan oleh
guru dalam melaksanakan tugas pendidikan dalam pembelajaran. Adapun yang
dimaksud dengan kinerja mengajar guru adalah seperangkat perilaku nyata
yang ditunjukkan guru sesuai dengan tugasnya sebagi pendidik.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru (Rusman, 2012: 54-58) standar kompetensi guru dikembangkan secara
utuh ke dalam empat kompetensi sebagai berikut.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan,
memengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan
menghasilkan sikap mental, watak, dan kepribadian siswa yang kuat. Guru
dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang kedisiplinan diri,
belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, mematuhi aturan/tata
tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil apabila
3. Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru
perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka
pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Karena dengan dimilikinya
kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan
berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan para orang tua
siswa, guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial tersebut
meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul,
simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.
4. Kompetensi Profesional
Kemampuan profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan
kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena
itu, guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Kemampuan
profesional tersebut adalah: (1) penyampaian pembelajaran, yaitu guru
sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses
pembelajaran, (2)-pelaksanakan pembelajaran, yaitu guru harus selalu
mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode/strategi yang tepat,
menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya,
mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep
yang benar menggunakan multimedia, (3)-dalam proses pembalajaran, yaitu
guru harus memerhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu
korelasi, dan sebagainya, dan (4) dalam hal evaluasi, yaitu secara teori dan
praktik guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
diukurnya, maka alat ukur tersebut harus benar dan tepat.
Keempat kompetensi yang telah dijelaskan di atas diperlukan guru sebagai
bentuk profesionalitas guru agar dapat menjalankan tugasnya. Profesionalisme
guru sangat menentukan keberhasilan peserta didik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sani (2013: v) yang menyatakan bahwa tingkat keberhasilan guru
dapat dilihat dari keberhasilan peserta didik. Selain itu, kualitas pembelajaran
dapat dilihat dari aktivitas peserta didik ketika belajar dan kreativitas yang
dihasilkan oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kineja
guru adalah suatu kemampuan yang diperlihatkan oleh guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kinerja tersebut di antaranya adalah
kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan menilai hasil belajar yang
berkenaan dengan kompetensi profesinal guru.
E.Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Kegiatan akhir dalam pembelajaran adalah proses evaluasi yang
bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang telah diperoleh siswa.
Sebelum melaksanakan penilaian, seorang guru harus tahu apa yang harus
dinilai serta bagaimana cara menilainya. Secara sederhana, hasil belajar
Menurut Sudjana (2012: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman
belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang mencapai tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional. Senada dengan Sudjana, Susanto
(2013: 5) berpendapat bahwa hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dengan demikian, untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa
dapat dilakukan serangkaian tes yang dirancang sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang ingin diketahui.
2. Jenis-jenis Hasil Belajar
1) Ranah Afektif (Sikap)
Taksonomi ranah afektif dikembangkan oleh David R. Krathwohl,
dkk. (Sudijono, 2011: 54). Sikap menurut Fishbein & Ajzen (Kunandar,
2013: 108) merupakan suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon
secara positif/negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang.
Menurut Kunandar (2013: 99) sikap adalah ekspresi dari nilai-nilai
atau pandangan hidup seseorang yang bermula dari perasaan suka atau
tidak suka dan berkaitan dengan kecenderungan seseorang dalam
merespon sesuatu atau objek. Selain itu, Sardiman (Susanto, 2013: 11)
mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan untuk melakukan
sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia
merujuk kepada perbuatan, perilaku atau tindakan seseorang. Sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki
penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri belajar afektif akan tampak
pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya
terhadap mata pelajaran yang sedang dipelajari, kedisiplinannya dalam
mengikuti pelajaran di sekolah, penghargaan dan rasa hormatnya
terhadap guru, dan sebagainya.
Sikap dalam Kurikulum 2013 yang dirumuskan oleh Kemendikbud
dibagi menjadi dua (Kunandar, 2013: 124), yaitu sikap spiritual yang
merupakan Kompetensi Inti 1 (KI 1) dan sikap sosial yang merupakan
Kompetensi Inti 2 (KI 2). Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial
harus mengacu kepada indikator yang dirinci dari kompetensi dasar (KD)
serta kompetensi inti (KI) yang ada di kerangka dasar dan struktur
kurikulum untuk setiap jenjang. Oleh karena itu, guru harus merinci
setiap KD dari KI menjadi indikator pencapaian sikap spiritual dan sosial
yang nantinya akan dinilai oleh guru dalam bentuk perilaku peserta didik.
Hasil belajar afektif yang dinilai dalam penelitian ini adalah sikap
sosial siswa dalam diskusi kelompok. Sebagaimana pendapat Dierich
(Hanafiah & Suhana, 2010: 24) bahwa aktivitas siswa melibatkan
berbagai kegiatan baik fisik maupun psikis. Berkaitan dengan psikis,
kegiatan diskusi dapat membentuk sikap siswa di antaranya adalah sikap
menghargai pendapat teman, sikap toleransi, sikap kesopanan, dan
lain-lain. Indikator penilaian sikap dalam penelitian ini terdiri dari sikap siswa
kesopanan siswa dalam memberikan kritikan, kemauan membantu teman
yang mengalami kesulitan dalam mengemukakan pendapat (empati), dan
sikap kesabaran untuk mendengarkan usulan teman Kemendikbud
(Kunandar, 2013: 112).
2) Ranah Psikomotor (Keterampilan)
Ranah psikomotor berkaitan dengan keterampilan, (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Simpson (Sudijono, 2011: 57) menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan, (skill) atau kemampuan
bertindak individual.
Kunandar (2013: 249) mengemukakan bahwa ranah psikomotor
dapat dicapai melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya
kompetensi pengetahuan. Hal ini berarti bahwa kompetensi keterampilan
adalah sebagai implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan.
Keterampilan menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam tugas atau
sekumpulan tugas tertentu.
Sejalan dengan Kunandar, Kemendikbud-(Kunandar, 2013: 251)
menjelaskan kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan yang tidak
dapat dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3). Karena kompetensi
pengetahuan menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan tersebut
dan kompetensi keterampilan menunjukkan peserta didik bisa/mampu
tentang keilmuan tersebut. Hasil belajar psikomotor yang dinilai dalam
penelitian ini adalah keterampilan berdiskusi. Indikatornya terdiri dari
penguasaan pengetahuan/materi, keberanian, dan antusias siswa
(Kemendikbud, 2013: 282).
3) Ranah Kognitif (Pengetahuan)
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental otak.
Menurut Sudjana (2012: 22) kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi. Sedangkan Bloom (Sudijono, 2011: 49), mengemukakan
bahwa segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif, yang terdiri dari enam jenjang proses berpikir,
mulai dari jenjang terendah hingga jenjang yang paling tinggi.
Penilaian kompetensi pengetahuan (Kunandar, 2013: 159) adalah
penilaian yang dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian/
penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi
ingatan/hafalan, pemahaman, penerapan, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Berikut adalah cara menilai aspek pengetahuan/kognitif peserta
didik.
a) Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan tes yang soal dan jawaban yang diberikan
kepada siswa dalam bentuk tulisan. Tes tertulis dalam bentuk apapun
sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu
b)Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru
secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan
tersebut secara ucap, sehingga menimbulkan keberanian peserta didik.
c) Tes Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang
dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu maupun kelompok
sesuai dengan karakteristik tugasnya.
Penilaian pengetahuan yang peneliti gunakan adalah tes tertulis
berupa kegiatan mensuplai jawaban, yaitu berupa soal pilihan jamak,
isian singkat, dan essai serta penugasan berupa pekerjaan rumah.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian tindakan kelas, yaitu: “Apabila dalam pembelajaran tematik
menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif dengan langkah-langkah
yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan classroom action
research.. Menurut Arikunto S. (2011: 3) PTK adalah suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan
oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Guru
melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan
pada dirinya. Pemberian tindakan yang dilakukan oleh guru menyangkut
penyajian strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil
melalui sebuah tindakan. Tindakan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai
memperoleh informasi yang mantap tentang pelaksanaan metode tersebut.
B.Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti
dengan guru. Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa dan guru kelas
IV B SD N 1 Metro Utara dengan jumlah 32 siswa yang terdiri 19 siswa
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV B SD N 1 Metro Utara, di Jalan
Pattimura Nomor 136 Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Metro Utara, Kota
Metro.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/
2014 selama kurang lebih 6 bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari
perencanaan sampai pelaporan hasil penelitian (bulan Januari-Juni 2014).
C.Teknik Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan
instrumen penelitian yaitu dengan teknik tes dan nontes.
1. Teknik Nontes
Menurut Poerwanti (2008: 1-34) teknik nontes digunakan untuk
mengobservasi atau mengamati kegiatan siswa dan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Teknik nontes digunakan sebagai pelengkap
dan digunakan sebagai pertimbangan tambahan dalam pengambilan
keputusan penentuan kualitas hasil belajar, teknik ini dapat bersifat lebih
menyeluruh pada semua aspek kehidupan anak. Teknik nontes pada
penelitian ini digunakan untuk menilai aktivitas siswa, kinerja guru, serta
sikap, dan keterampilan siswa.
2. Teknik Tes
Teknik tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang diberikan
perbuatan. Tes menurut Sudjana (2012: 35) pada umumnya digunakan
untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif/pengetahuan berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran
sesuai tujuan pendidikan dan pengajaran. Teknik tes ini akan
menghasilkan data yang bersifat kuantitatif berupa nilai-nilai siswa untuk
mengetahui hasil belajar domain kognitif atau pengetahuan dalam
pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kreatif-produktif.
D.Alat Pengumpulan Data
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas
siswa, kinerja guru, serta sikap, dan keterampilan siswa kelas IV B SD N 1
Metro Utara pada pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran
kreatif-produktif. Adapun instrumen yang digunakan untuk menilai aktivitas
siswa, kinerja guru, sikap, dan keterampilan siswa, yaitu:
1) Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas
siswa berinteraksi dalam kegiatan diskusi. Aktivitas siswa berinteraksi
dalam kegiatan diskusi melibatkan berbagai kegiatan, seperti kegiatan
visual, lisan, mendengarkan dan lain-lain sebagaimana pendapat Dierich
(Hanafiah & Suhana, 2010: 24).
Selain itu, para ahli kontruktivis (Rusman, 2012: 202) menekankan
pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan
kelompok belajar, yang memberikan kesempatan kepada siswa secara
yang akan membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas
bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan siswa sendiri. Dengan
demikian, indikator untuk menilai aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi
kelompok terdiri dari kerja sama, keaktifan, tanggung jawab, dan sikap
menghargai pendapat.
Tabel 3.1 Indikator penilaian aktivitas belajar siswa
Aktivitas yang diamati
Aspek yang
dinilai Indikator Skor
Aktivitas
2. Mengerjakan tugas dengan memaksakan pendapat
3. Mengerjakan tugas bersama-sama namun belum mau menerima saran dan pendapat teman lain
4. Mengerjakan tugas dan berdiskusi bersama dalam mengerjakan tugas
1. Diam saja dan tidak melakukan apa pun 2. Sesekali bertanya dan tidak aktif dalam
mencari informasi
3. Sesekali bertanya namun aktif mencari informasi
4. Sering bertanya, mau bekerja sama dalam menyelesaikan tugas, aktif mencari informasi
1. Jika tidak pernah/tidak mau
mendengarkan pendapat/saran dari teman 2. Mau mendengarkan pendapat teman tetapi
belum menerima jika pendapatnya tidak diterima
3. Mau mendengarkan pendapat teman tetapi tidak memaksakan pendapatnya untuk diterima
4. Menerima dan mau mendengarkan
pendapat teman dan rela jika pendapatnya tidak diterima
3. Melaksanakan tugas bersama-sama, namum tidak sampai selesai diserahkan kepada teman yang lain
4. Melaksanakan diskusi bersama-sama dan menyelesaikan tugas sampai selesai