• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS REPRESENTASI KIMIA PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI

Oleh

FADLILAH ARIF H

(3)

maupun siswa untuk setiap aspeknya, termasuk dalam kriteria sangat tinggi yang berarti bahwa LKS hasil pengembangan ini memiliki kualitas sangat baik.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A.Lembar Kerja Siswa ... 9

B.Manfaat, Tujuan dan Fungsi LKS ... 9

C.Kriteria LKS Yang Baik ... 11

D.Pengembangan LKS ... 13

E. Representasi Kimia ... 17

F. Konsep ... 19

G.Analisis Konsep ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A.Metode dan Subyek Penelitian ... 26

(8)

C.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 31

D.Instrumen Penelitian ... 33

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Pengolahan Data ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A.Hasil Penelitian ... 39

B.Hasil Pengembangan LKS ... 43

C.Pembahasan ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 59

A.Simpulan ... 59

B.Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63

1. Pemetaan SK dan KD ... 64

2. Silabus ... 75

3. RPP ... 86

4. Hasil wawancara Analisis Kebutuhan pada Guru ... 121

5. Hasil wawancara Analisis Kebutuhan pada Siswa ... 126

6. Hasil Validasi Kesesuaian Isi... 130

7. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Kesesuaian Isi ... 133

8. Hasil Validasi Konstruksi ... 135

9. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Kesesuaian Isi ... 137

(9)

11. Persentase dan Kriteria Hasil Validasi Keterbacaan ... 141

12. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Kesesuaian Isi Pada guru ... 143

13. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Kemenarikan Pada guru ... 145

14. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Keterbacaan Pada guru ... 147

15. Tabulasi Jawaban Angket Keterbacaan Uji Coba Terbatas Pada Siswa ... 149

16. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Keterbacaan Pada Siswa ... 152

17. Tabulasi Jawaban Angket Kemenarikan Uji Coba Terbatas Pada Siswa ... 153

18. Persentase dan Kriteria Hasil Uji Coba Terbatas Kemenarikan Pada Siswa ... 156

19. Hasil Wawancara Uji Coba Terbatas Pada Siswa ... 158

20. Daftar Hadir Seminar Proposal ... 159

21. Surat Izin Penelitian ... 160

22. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 161

(10)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keaga-maan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keteram-pilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia semuanya diharapkan sejalan yang direncanakan oleh pemerintah di dalam kurikulum yang berlaku.

(11)

mulai dimasukkannya pembahasan mengenai kimia ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di jenjang Sekolah Menengah Pertama.

Di dalam BSNP (2006) bahan kajian IPA untuk SMP/MTs pada kurikulum KTSP meliputi aspek-aspek makhluk hidup dan proses kehidupan; materi dan sifatnya; energi dan perubahannya; dan bumi dan alam semesta. Materi kimia yang ada di dalam bahan kajian tersebut salah satunya yaitu pada aspek materi dan sifatnya. Salah satu pokok bahasan kimia yang dibahas di kelas VIII yaitu tentang partikel materi.

(12)

Di dalam proses pembelajaran, terdapat dua unsur yang penting yaitu metode me-ngajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan karena pemilih-an salah satu metode mengajar tertentu akpemilih-an memengaruhi jenis media ypemilih-ang se-suai untuk digunakan. Menurut Hamalik dalam Arsyad (2008) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat mem-bangkitkan keinginan dan minat yang baru, memmem-bangkitkan motivasi dan rang-sangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Salah satu media yang dapat digunakan di dalam proses pembela-jaran yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS).

Salah satu sumber belajar dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa maupun guru dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan partikel materi ada-lah LKS. Menurut Arsyad dalam Widjajanti (2010) LKS termasuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi visual. Penggunaan LKS yang menarik diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar pada pokok bahasan partikel materi. LKS dapat dikatakan sebagai media pembelajaran yang baik jika disusun mengacu pada syarat didaktik, kon-struksi, dan teknis

(13)

menjelaskan fenomena tersebut dibutuhkan representasi submikroskopik dan sim-bolik. Untuk mempermudah melakukan penjelasan terhadap fenomena kimia di level makroskopik maka dapat digunakan representasi simbolik. Sedangkan re-presentasi submikroskopik dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena kimia yang terjadi di tingkat molekuler, atau dengan kata lain pada representasi ini digu-nakan untuk menghubungkan fenomena yang abstrak menjadi nyata. Untuk dapat membelajarkan siswa mengenai fenomena kimia seperti partikel materi, maka da-pat digunakan media pembelajaran yang berbasis representasi kimia.

Jika pada pembelajaran pokok bahasan partikel materi digunakan LKS yang ber-basis presentasi kimia, maka pada pembelajaran tersebut seharusnya dapat memu-dahkan siswa dan guru. Siswa akan lebih paham karena mendapat gambaran dari pokok bahasan partikel materi yang bersifat abstrak. Guru pun dapat lebih mudah dalam mengarahkan siswanya untuk menemukan konsep-konsep pada pokok ba-hasan partikel materi ini. Dengan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep mengenai partikel materi dengan menggunakan LKS dapat membuat siswa lebih aktif di dalam pembelajaran di dalam kelas.

(14)

guru beranggapan bahwa dengan menjelaskan dengan langsung pokok bahasan partikel materi yang abstrak ini akan lebih cepat untuk dipahami siswa.

Seharusnya guru dapat menyusun LKS sendiri, sehingga LKS yang digunakan dapat sesuai dengan indikator pembelajaran yang telah dibuat di dalam RPP. Na-mun berdasarkan hasil studi lapangan diketahui bahwa sebagian besar guru masih menggunakan LKS yang beredar di pasaran, sehingga LKS yang digunakan pun tidak sesuai dengan urutan indikator pembelajaran.

Penggunaan LKS yang baik seharusnya dapat mengembangkan kemampuan ko-munikasi dan jiwa sosial siswa melalui berbagai tampilan media dan kegiatan sis-wa yang ada di dalam LKS. Namun berdasarkan hasil studi lapangan yang telah dilakukan terlihat bahwa LKS yang digunakan sebagian besar hanya terdiri dari rangkuman materi dan latihan-latihan soal yang dikerjakan untuk masing-masing siswa. Di dalam LKS tersebut sudah menggunakan gambar submikroskopik wa-laupun hanya ada di awal penjelasan konsep dan tidak dibahas secara lebih lanjut. Selain itu, gambar tersebut hanya terdiri dari warna hitam dan putih sehingga bagi siswa gambar tersebut tidak menarik untuk dipelajari. Sebagian besar siswa me-ngatakan bahwa bahasa yang digunakan di dalam LKS mudah untuk dimengerti, namun masih terdapat istilah-istilah baru yang mereka belum ketahui artinya. Se-bagai salah satu sumber belajar, siswa yang menggunakan LKS tersebut merasa dapat lebih mengerti penjelasan yang ada di dalam LKS.

(15)

antara representasi level submikroskopik dengan kedua level representasi lainnya. Secara umum, dapat dikatakan bahwa LKS yang digunakan di dalam pembelajar-an IPA Terpadu pada pokok bahaspembelajar-an partikel materi masih terdapat bpembelajar-anyak keku-rangan dalam membantu siswa untuk lebih aktif dalam menemukan konsep pada pokok bahasan partikel materi.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka diperlukan LKS berbasis representasi ki-mia untuk membantu guru dan siswa pada pembelajaran pokok bahasan partikel materi. Oleh karena itu dilakukanlah penelitian yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Representasi Pada Pembelajaran Partikel Materi.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana karakteristik LKS berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi yang dikembangkan?

2. Bagaimana tanggapan guru terhadap LKS berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi yang dikembangkan?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi yang dikembangkan?

4. Apa sajakah kendala-kendala yang ditemui ketika menggembangkan LKS berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi?

C. Tujuan Penelitian

(16)

1. Mengembangkan LKS berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi.

2. Mendeskripsikan karakteristik LKS berbasis representasi kimia yang dikem-bangkan pada pokok bahasan partikel materi.

3. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap LKS berbasis representasi kimia yang dikembangkan pada pokok bahasan partikel materi.

4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia yang dikembangkan pada pokok bahasan partikel materi.

5. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui ketika mengembangkan LKS ber-basis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain yaitu:

1. Sebagai salah satu pilihan media pembelajaran yang akan digunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran pada pokok bahasan partikel materi yang efektif dan efisien.

2. Sebagai salah satu media pembelajaran yang diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep yang ada pada pokok bahasan partikel materi.

3. Menjadi informasi bagi sekolah sebagai salah satu upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

(17)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengembangan LKS yang akan dilakukan merupakan upaya menyusun LKS yang berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi dan mengevaluasi LKS hasil pengembangan.

2. Lembar kerja siswa berbasis representasi kimia merupakan media pembela-jaran berlandaskan tugas yang disusun untuk merepresentasikan pokok bahasan partikel materi.

3. Representasi adalah suatu cara untuk mengekspresikan objek, kejadian, feno-mena atau konsep-konsep abstrak. Representasi tersebut terdiri dari tiga level, yakni representasi makroskopis, submikroskopis dan simbolik.

4. Representasi makroskopis berupa benda atau gambar benda yang mengandung atom, ion dan molekul.

5. Representasi submikroskopis berupa gambar model atom, ion, dan molekul. 6. Representasi simbolik berupa simbol unsur atau senyawa di alam.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembar Kerja Siswa

Menurut Suyanto, dkk (2011), Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Sesuatu yang dipelajari sangat beragam, seperti melakukan percobaan, mengiden-tifikasi bagian-bagian, membuat tabel, melakukan pengamatan, menggunakan mikroskop atau alat pengamatan lainnya dan menuliskan atau menggambar hasil pengamatannya, melakukan pengukuran dan mencatat data hasil pengukurannya, menganalisis data hasil pengukuran, dan menarik kesimpulan.

Menurut Arsyad di dalam Widjajanti (2010) mengungkapkan bahwa LKS ter-masuk media cetak hasil pengembangan teknologi cetak yang berupa buku dan berisi materi visual. Keberadaan LKS dapat memberikan pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar.

B. Manfaat, Tujuan, dan Fungsi LKS

Menurut Prianto dan Harnoko dalam Sunyono (2008), manfaat dan tujuan LKS antara lain yaitu:

(19)

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pembelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. 6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui

kegiatan pembelajaran.

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Fungsi LKS menurut Widjajanti (2008) yaitu :

a) merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar

b) dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik

c) dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa d) dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas

e) membantu siswa dapat lebih aktif dlam proses belajar mengajar f) dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi,

sis-tematis mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa

g) dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu

h) dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kece-patan belajarnya

i) dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin

j) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

Fungsi LKS menurut Suyanto, dkk (2011) yaitu sebagai berikut: 1. Sebagai panduan siswa di dalam melakukan kegiatan belajar.

(20)

3. Sebagai lembar diskusi, di mana LKS berisi sejumlah pertanyaan yang menun-tun siswa melakukan diskusi dalam rangka konseptualisasi.

4. Sebagai lembar penemuan (discovery), di mana siswa mengekspresikan temu-annya berupa hal-hal baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya.

5. Sebagai wahana untuk melatih siswa berfikir lebih kritis dalam kegiatan belajar mengajar.

6. Meningkatkan minat siswa untuk belajar jika kegiatan belajar yang dipandu melalui LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar serta menarik perhati-an siswa.

C. Kriteria LKS yang baik

Menurut Darmodjo dan Kaligis dalam Widjajanti (2008), keberadaan LKS mem-beri pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyu-sunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik.

1. Syarat- syarat didaktik

(21)

2. Syarat konstruksi

Berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS.

3. Syarat teknis

Menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS.

Menurut Widjajanti (2010), secara rinci aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh suatu LKS agar dapat dikategorikan menjadi LKS yang baik adalah :

a) Pendekatan penulisan adalah penekanan keterampilan proses dan kemampuan mengajak siswa aktif dalam pembelajaran.

b) Kebenaran konsep adalah menyangkut kesesuaian antara konsep yang dija-barkan dalam LKS dengan pendapat ahli kimia dan kebenaran materi setiap materi pokok.

c) Kedalaman konsep terdiri dari muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta dan kedalaman materi sesuai dengan kompetensi siswa berdasarkan KTSP.

d) Keluasan Konsep adalah kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam Kurikulum KTSP, hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari dan informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman.

e) Kejelasan kalimat adalah berhubungan dengan penggunaan kalimat yang tidak menimbulkan makna ganda serta mudah dipahami.

(22)

g) Evaluasi belajar yang disusun dapat mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara mendalam.

h) Kegiatan siswa / percobaan kimia yang disusun dapat memberikan

pengalaman langsung, mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta serta tingkat kesesuaian kegiatan siswa / percobaan kimia dengan materi pokok KTSP.

i) Keterlaksanaan meliputi kesesuaian materi pokok dengan alokasi waktu di sekolah dan kegiatan siswa / percobaan kimia dapat dilaksanakan.

j) Penampilan Fisik yaitu desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik buku baik, kejelasan tulisan dan gambar dan dapat mendorong minat baca siswa.

D. Pengembangan LKS

Komponen yang diungkapkan dalam Suyanto, dkk (2011) antara lain yaitu seperti berikut:

1. Nomor LKS, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah guru mengenal dan menggunakannya. Misalnya untuk kelas VIII, KD, 1 dan kegiatan 1, nomor LKS-nya adalah LKS VIII.1.1. Dengan nomor tersebut guru langsung tahu kelas, KD, dan kegiatannya.

2. Judul Kegiatan, berisi topik kegiatan sesuai dengan KD, seperti Partikel Materi.

3. Tujuan, adalah tujuan belajar sesuai dengan KD.

(23)

5. Prosedur Kerja, berisi petunjuk kerja untuk siswa yang berfungsi mempermudah siswa melakukan kegiatan belajar.

6. Tabel Data, berisi tabel di mana siswa dapat mencatat hasil pengamatan atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data, maka bisa diganti dengan kotak kosong di mana siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung.

7. Bahan diskusi, berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.

Widjajanti (2008) menjabarkan syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis di dalam penyusunan LKS yang baik.

Syarat – Syarat Didaktik Penyusunan LKS

LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

a) Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran

b) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep

c) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP

d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa

e) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi. Syarat Konstruksi Penyusunan LKS

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan

kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu anak didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu :

a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu:

(1) Hindarkan kalimat kompleks.

(2) Hindarkan “kata-kata tak jelas” misalnya “mungkin”, “kira-kira”. (3) Hindarkan kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda.

(4) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif. c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan

(24)

kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu.

d) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas.

e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa.

f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai dimana anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa.

g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan.

h) Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat “formal” atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak.

i) Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat. j) Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. k) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya.

Syarat Teknis Penyusunan LKS a) Tulisan

(1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

(2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah.

(3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.

(4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa.

(5) Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

b) Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. c) Penampilan

(25)

Menurut Hermawan di dalam Widjajanti (2008), kualitas LKS kimia yang disusun juga memenuhi aspek- aspek penilaian yang meliputi:

a) Aspek Pendekatan Penulisan

1) Menekankan keterampilan proses

2) Menghubungkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kehidupan 3) Mengajak siswa aktif dalam pembelajaran

b) Aspek Kebenaran Konsep Kimia

1) Kesesuaian konsep dengan konsep yang dikemukakan oleh ahli kimia

2) Kebenaran susunan materi tiap bab dan prasyarat yang digunakan c) Aspek Kedalaman Konsep

1) Muatan latar belakang sejarah penemuan konsep, hukum, atau fakta 2) Kedalaman materi sesuai dengan kompetensi siswa berdasarkan

Kurikulum KTSP d) Aspek Keluasan Konsep

1) Kesesuaian konsep dengan materi pokok dalam Kurikulum KTSP SMP

2) Hubungan konsep dengan kehidupan sehari-hari

3) Informasi yang dikemukakan mengikuti perkembangan zaman e) Aspek Kejelasan Kalimat

1) Kalimat tidak menimbulkan makna ganda 2) Kalimat yang digunakan mudah dipahami f) Aspek Kebahasaan

1) Bahasa yang digunakan mengajak siswa interaktif 2) Bahasa yang digunakan baku dan menarik

g) Aspek Penilaian Hasil Belajar

1) Mengukur kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik 2) Mengukur kemampuan siswa secara mendalam dan berdasarkan

standar kompetensi yang ditentukan oleh Kurikulum KTSP h) Aspek Kegiatan Siswa / Percobaan Kimia

1) Memberikan pengalaman langsung

2) Mendorong siswa menyimpulkan konsep, hukum atau fakta 3) Kesesuaian kegiatan siswa / percobaan kimia dengan materi

pelajaran dalam Kurikulum KTSP SMP i) Aspek Keterlaksanaan

1) Materi pokok sesuai dengan alokasi waktu di sekolah 2) Kegiatan siswa / percobaan kimia dapat dilaksanakan j) Aspek Penampilan Fisik

1) Desain yang meliputi konsistensi, format, organisasi, dan daya tarik buku baik

2) Kejelasan tulisan dan gambar

(26)

E. Representasi Kimia

Menurut The Australian Concise Oxford Dictionary (Chittleborough, 2004), representasi adalah sesuatu yang dapat menggambarkan yang lain. McKendree dkk. (Nakhleh, 2008), representasi adalah struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu keadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu pemandangan.

Johnstone 1982;1983 (Chittleborough, 2004) membagi representasi ilmu kimia ke dalam tiga level, yaitu :

1. Level makroskopik yaitu diperoleh melalui fenomena nyata yang mungkin langsung atau tidak langsung menjadi bagian pengalaman siswa sehari-hari, yang dapat dilihat atau dipersepsi panca indra. Contohnya perubahan warna, suhu, pH larutan, pembentukan gas dan endapan yang dapat diobservasi keti-ka suatu reaksi kimia berlangsung.

2. Level sub mikroskopik terdiri dari fenomena kimia yang nyata, yang menun-jukkan tingkat partikular sehingga tidak bisa dilihat. Representasi sub mik-roskopik sangat terkait erat dengan model teoritis yang melandasi penjelasan level partikel. Model representasi pada level ini diekspresikan secara sim-bolik mulai dari yang sederhana hingga menggunakan teknologi komputer, yaitu dengan kata-kata, gambar dua dimensi, dan gambar tiga dimensi baik diam maupun bergerak (animasi) atau simulasi.

(27)

Johnstone (1982) dalam Chittleborough (2004) menganjurkan untuk mengguna-kan berbagai macam representasi, menggunamengguna-kan ketiga level secara serempak sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang penting dari apa yang telah di-hasilkan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Farida, dkk. dalam Proceding The 4th international Seminar on Science Education (2010) yaitu:

The three levels of chemical representation are containing

inter-connectedness information. While the macroscopic observable chemical phenomena are the basis of chemistry, explanations of these phenomena usually rely on the symbolic and submicroscopic level of representations. Consequently, the ability of learners to understand the role of each level of chemical representation and the ability to transfer from one level to another is an important aspect of generating understandable explanations.

Ketiga level representasi kimia tersebut dapat dihubungkan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1. Tiga level representasi kimia

Dalam proses pembelajaran kimia, penting untuk memulai dari level makroskopis dan simbolik sebab keduanya terlihat dan dapat dikonkritkan dengan contoh. Namun, Johnstone (2000) dalam Chittleborough (2004) mengatakan bahwa level submikroskopik merupakan level yang tersulit sebab menggambarkan level mole-kular suatu materi, termasuk partikel seperti elektron, atom, dan molekul.

Makroskopik

(28)

Ainsworth (2008) dalam Sunyono (2012) membuktikan bahwa banyak represen-tasi dapat memainkan tiga peranan utama. Pertama, mereka dapat saling me-lengkapi. Kedua, suatu representasi yang lazim tidak dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu representasi yang lebih tidak lazim. Ketiga, suatu kombinasi repre-sentasi dapat bekerja bersama membantu siswa/pembelajar menyusun suatu pemahaman yang lebih dalam tentang suatu topik yang dipelajari (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Taksonomi fungsional dari multipel representasi (Ainsworth dalam Sunyono, 2012)

F. Konsep

Menurut Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Oleh sebab itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.

Function of

(29)
(30)

ANALISIS KONSEP PARTIKEL MATERI

Atribut Konsep Posisi Konsep Contoh NonContoh

Kritis Variabel

Super-ordinat

Koordinat Sub-ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Materi Benda yang

(31)
(32)

sama

abstrak molekul

(33)

molekul

Molekul Molekul

(34)

atas unsur

abstrak Kation

(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Subyek Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan. Menurut Sugiyono (2010), metode penelitian dan pengem-bangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk ter-tentu dan menguji keefektifan produk. Secara singkat, langkah-langkah penggu-naan metode penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall (1989) dalam Sukmadinata (2011) digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D)

Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap uji coba terbatas. Subyek pene-litian ini pada tahap studi pendahuluan yaitu 72 siswa SMP yang telah

mempela-Potensi dan masalah

Pengumpulan data

Desain produk Validasi desain

Revisi desain Uji coba

produk Revisi produk

Uji coba pemakaian

Revisi produk Uji coba pemakaian

(36)

jari pokok bahasan partikel materi dan 13 guru mata pelajaran IPA Terpadu kelas VIII yang berada di 12 SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu. Subyek penelitian pada tahap uji coba terbatas yaitu 15 siswa SMP Negeri yang telah mempelajari pokok bahasan partikel materi dan guru mata IPA Terpadu kelas VIII di salah satu SMP Negeri di kabupaten Pringsewu.

B.Alur Penelitian

Alur penelitian adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Rancangan LKS Partikel Materi Berbasis Representasi kimia Pengembangan LKS

Penyusunan Rancangan LKS Partikel Materi

Validasi Ahli Revisi

- Analisis SK dan KD

- Pengembangan Silabus

- Pembuatan Analisis Konsep

- Pembuatan RPP

- Literatur tentang LKS

Wawancara guru dan siswa di dua belas SMP Negeri di Kabupaten Pringsewu mengenai penggunaan LKS yang digunakan dalam proses pembelajaran.

- Analisis LKS yang digunakan

oleh guru dan siswa. Analisis Kebutuhan

Studi Kepustakaan/Literatur Studi Lapangan

Uji Coba Terbatas

Hasil Revisi Berdasarkan Hasil Uji Coba Terbatas

Analisis Data dan Pembahasan

Kesimpulan

(37)

Penjelasan alur di atas adalah sebagai berikut:

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan adalah tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tuju-an dari Tuju-analisis kebutuhTuju-an adalah memperoleh informasi tentTuju-ang kondisi yTuju-ang ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar untuk produk LKS yang dikem-bangkan. Analisis kebutuhan terdiri dari:

a) Studi Kepustakaan

Studi ini ditujukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teo-ritis yang memperkuat suatu produk yang akan dikembangkan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan analisis konsep, RPP, dan mencari literatur tentang LKS. Dalam tahap ini juga dilakukan analisis terhadap Standar Isi (SI), yang meliputi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran IPA khu-susnya pada pokok bahasan partikel materi yang terdapat pada KTSP.

Selanjutnya, menganalisis LKS IPA Terpadu yang beredar di pasaran maupun yang digunakan oleh para guru dan siswa untuk pokok bahasan partikel materi, analisis yang dilakukan meliputi aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, aspek konstruksi, aspek keterbacaan, identifikasi kelebihan dan kekurangan LKS tersebut.

b) Studi Lapangan

(38)

Wawancara pada studi lapangan dilakukan di 12 SMP Negeri di kabupaten Pring-sewu pada tanggal 29 April sampai 17 Mei 2013. Studi lapangan dilakukan de-ngan mewawancarai satu atau dua orang perwakilan guru mata pelajaran IPA Ter-padu dan enam perwakilan siswa pada masing-masing sekolah tersebut. Sebelum dilakukan wawancara tersebut, langkah yang dilakukan adalah penyusunan pedo-man wawancara analisis kebutuhan pengembangan LKS berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi untuk guru dan siswa agar wawancara lebih terarah. Analisis terhadap LKS dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi LKS pada pokok bahasan partikel materi yang sudah ada yang diperoleh guru ataupun yang beredar di pasaran.

(39)

Teknik sampling berdasarkan klaster dan strata ini digunakan melalui dua tahap yaitu tahap pertama menentukan masing-masing empat SMP Negeri di kabupaten Pringseewu yang bermutu rendah, sedang dan tinggi. Tahap berikutnya menentu-kan enam perwakilan siswa yang telah mempelajari pokok bahasan partikel materi dan satu atau dua perwakilan guru IPA Terpadu kelas VIII yang ada pada masing-masing SMP Negeri tersebut secara sampling juga, yakni melalui simple random sampling yaitu pengambilan sampel siswa dan guru secara acak.

2. Pengembangan Produk

a) Penyusunan Produk Awal

1) Penyusunan LKS partikel materi berbasis representasi kimia

Penyusunan LKS dilakukan dengan mengacu pada referensi yang terkait dengan pengembangan LKS serta hasil dari analisis kebutuhan yang telah dilakukan. Setelah selesai dilakukan penyusunan LKS partikel materi berbasis representasi, selanjutnya LKS tersebut divalidasi oleh satu orang ahli atau pakar di bidang kimia. Validasi ini dilakukan untuk menilai aspek konstruksi, aspek keterbacaan dan aspek kesesuaian isi dengan kurikulum.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan setelah pelaksanaan uji ahli adalah seba-gai berikut:

i) Melakukan analisis terhadap hasil uji ahli.

ii)Melakukan perbaikan/revisi berdasarkan analisis hasil uji ahli. iii)Mengkonsultasikan hasil perbaikan.

(40)

Instrumen penelitian yang disusun meliputi angket uji aspek kesesuaian dengan kurikulum, aspek konstruksi untuk guru, serta angket uji keterbacaan untuk siswa. Sama halnya dengan LKS yang telah dikembangkan, instrumen penelitian yang telah disusun kemudian divalidasi oleh pembimbing. Tujuannya untuk mengeta-hui kesesuaian instrumen penelitian dengan rumusan masalah penelitian.

b) Uji Coba Terbatas

Setelah dihasilkan LKS partikel materi berbasis representasi kimia yang telah divalidasi oleh ahli, dilakukan uji coba terbatas pada satu guru SMP kelas VIII dan 15 siswa SMP kelas VIII di salah satu SMP Negeri di kabupaten Pringsewu untuk mengetahui kelayakan LKS, melalui uji aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, aspek konstruksi dan keterbacaan.

c) Revisi LKS

Tahap akhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah revisi dan penyempurnaan LKS partikel materi berbasis representasi kimia. Revisi dilakukan berdasarkan hasil uji coba terbatas, yaitu uji aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, uji aspek konstruksi, dan uji aspek keterbacaan LKS yang telah dikembangkan.

C.Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap persiapan a) Menganalisis kurikulum.

(41)

d) Menganalisis LKS yang telah beredar di pasaran dan beberapa LKS IPA Terpadu yang sering digunakan di pasaran.

e) Menganalisis LKS yang digunakan oleh guru dan siswa di sekolah. f) Menentukan submateri pokok yang terdapat pada pokok bahasan partikel

materi.

g) Mengembangkan LKS partikel materi berbasis representasi kimia yang sudah disesuaikan dengan kurikulum.

h) Menyusun instrumen validasi ahli untuk mengukur aspek konstruksi, kesesuai-an isi dengkesesuai-an kurikulum dkesesuai-an aspek keterbacakesesuai-an.

i) Menyusun instrumen penelitian untuk guru untuk mengukur aspek kesesuaian isi dengan kurikulum dan aspek konstruksi.

j) Menyusun instrumen untuk siswa untuk mengukur aspek keterbacaan k) Memvalidasi instumen yang telah disusun

l) Memperbaiki instrumen penelitian yang telah divalidasi oleh pembimbing m)Memvalidasi LKS yang telah disusun

n) Memperbaiki LKS

2. Tahap pengumpulan data

Pada tahap pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Pengujian aspek kesesuaian isi dengan kurikulum melalui pengisian angket uji kesesuaian isi dengan kurikulum oleh guru.

(42)

3. Tahap akhir

a) Menganalisis hasil penelitian mengenai aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, aspek konstruksi, dan aspek keterbacaan.

b) Merevisi LKS

c) Mengambil kesimpulan d) Menyusun skripsi

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh untuk me-ngumpulkan data. Berdasarkan pada tujuan penelitian dan bagan alur penelitian, dirancang dan disusun instrumen-instrumen sebagai berikut:

1. Instrumen pada studi pendahuluan a) Instrumen analisis kebutuhan untuk guru.

Instrumen ini berbentuk pedoman wawancara terhadap guru yang disusun untuk mengetahui LKS seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan LKS berbasis representrasi kimia. b) Instrumen analisis kebutuhan untuk siswa.

Instrumen ini berbentuk pedoman wawancara terhadap siswa yang disusun untuk mengetahui LKS seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berfungsi untuk memberi masukan dalam pengembangan LKS berbasis representasi kimia.

2. Instrumen pada validasi ahli

(43)

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui kesesuaian isi LKS dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), kesesuaian indika-tor, materi, penggambaran representasi dan kurva, serta kesesuaian urutan materi dengan indikator. Hasil dari validasi kesesuaian isi ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau tepatnya revisi pada LKS berbasis

representasi kimia.

b) Instrumen validasi aspek konstruksi.

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui apakah konstruksi LKS berbasis representasi kimia telah sesuai dengan sintaks model pembelajaran Guided Discovery. Hasil dari validasi konstruksi LKS ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau tepatnya revisi pada LKS berbasis represen-tasi kimia.

c) Instrumen validasi aspek keterbacaan.

Instrumen ini berbentuk angket dan disusun untuk mengetahui apakah LKS berba-sis representasi kimia ini dapat terbaca dengan baik dilihat dari segi ukuran dan pemilihan jenis huruf, tata letak, serta pewajahan LKS. Hasil dari validasi ke-terbacaan LKS ini akan berfungsi sebagai masukan dalam pengembangan atau tepatnya revisi pada LKS berbasis representasi kimia.

3. Instrumen pada uji coba terbatas a) Instrumen penilaian guru

(44)

bahan pertimbangan perbaikan LKS. Aspek kesesuaian isi dan keterbacaan yang dinilai sama halnya pada penilaian LKS oleh pakar (validator). Aspek kemena-rikan yang dinilai adalah kemenakemena-rikan dari desain LKS berbasis representasi hasil dari pengembangan dari segi pewarnaan, tata letak, maupun cover LKS yang dikembangkan.

b) Instrumen respon siswa

Instrumen ini berbentuk angket dan didalamnya terdapat pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk menilai keterbacaan dan kemenarikan desain LKS yang dikembangkan. Dalam angket ini pula dilengkapi dengan kolom komentar yang dimaksudkan memberikan ruang kepada siswa untuk memberi masukan. Aspek keterbacaan yang dinilai adalah kesesuaian penggunaan jenis dan ukuran huruf, penggunaan kalimat dan bahasa yang sesuai, maupun tata letak bagian-bagian LKS yang dikembangkan. Aspek kemenarikan yang dinilai adalah kemenarikan dari desain LKS berbasis keterampilan proses sains hasil pengembangan baik dari segi pewarnaan, tata letak, maupun cover LKS.

c) Instrumen wawancara respon siswa.

Instrumen ini berbentuk pedoman wawancara siswa yang disusun untuk menge-tahui respon siswa yang tidak terakomodasi oleh angket terhadap LKS berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi.

E.Prosedur Pengumpulan Data

(45)

untuk ditanggapi. Pada penelitian ini, angket yang digunakan yatu berupa angket dengan jawaban tertutup yaitu jawaban sangat setuju (SS), setuju (ST), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) serta ditanggapi dengan memberi saran pada kolom yang telah disediakan.

Observasi adalah kegiatan memperhatikan sesuatu dengan mata. Observasi dila-kukan untuk menganalisis LKS yang digunakan oleh guru di dalam membelajar-kan pokok bahasan partikel materi. Wawancara adalah dialog yang dilakumembelajar-kan pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai. Wawancara pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur dengan mengguna-kan pedoman wawancara dengan jawaban yang terbuka.

Pada uji terbatas, wawancara akan dilakukan terhadap siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap LKS yang telah dikembangkan, yang tidak

terakomodasi pada pernyataan angket.

Angket digunakan pada saat validasi dan pada uji coba terbatas LKS berbasis representasi kimia pada pokok bahasan partikel materi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, validasi LKS berbasis representasi oleh pakar pen-didikan kimia dilakukan untuk mengetahui kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan LKS yang dikembangkan. Validasi dilakukan dengan memper-lihatkan LKS, kemudian meminta validator untuk mengisi angket validasi kesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan LKS berbasis representasi kimia yang telah

(46)

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah menganalisis angket dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemberian skor

Angket dibuat menggunakan pernyataan positif dengan rentang Skala Likert se-perti tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Skor Angket Berdasarkan Skala Likert

Pernyataan Skor

SS

Pengolahan skor angket adalah sebagai berikut : a) Menentukan batas skor

Skor = bobot jawaban x jumlah responden

i) Batas skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) Skor = 5 x jumlah responden

ii) Batas skor untuk pernyataan Setuju (S) Skor = 4 x jumlah responden

iii) Batas skor untuk pernyataan Kurang Setuju (KS) Skor = 3 x jumlah responden

(47)

v) Batas skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 x jumlah responden

b) Menghitung persentase respon

c) Kriteria interpretasi skor

Setelah mendapatkan persentase respon, maka dapat ditentukan kategori aspek yang diukur dengan menggunakan kriteria interpretasi skor sebagai berikut : Tabel 3.2. Kriteria interpretase skor

Rentang Persentase

Kategori 81 % - 100 % Sangat kuat

61 % - 80 % Kuat

41 % - 60 % Cukup

21 % - 40 % Lemah

(48)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah dihasilkannya lembar kerja siswa (LKS) ber-basis representasi kimia pada pembelajaran patikel materi. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. LKS berbasis representasi kimia pada pembelajaran partikel materi memiliki karakteristik yaitu : a) mampu merepresentasikan konsep abstrak pada pokok bahasan partikel materi, b) memiliki representasi makroskopik, submikros-kopik dan simbolik, c) memiliki tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan sintaks model pembelajaran guided discovery, d) memiliki bagian-bagian berupa i) bagian pendahuluan yang terdiri dari halaman depan, halaman dalam, kata pengantar dan daftar isi, ii) bagian isi yang terdiri dari LKS 1, LKS 2 serta LKS 3, dan iii) bagian penutup yang terdiri dari evaluasi, daftar pustaka, dan halaman belakang, 5) memiliki tingkat kesesuaian isi yang yaitu sebesar 81,82%, tingkat kesesuaian konstruksi sebesar 88,00% , dan tingkat keterbaca-an sebesar 82,00% yketerbaca-ang semuketerbaca-anya termasuk dalam katagori sketerbaca-angat tinggi. 2. Penilaian guru terhadap LKS berbasis representasi kimia pada pembelajaran

(49)

persentase nilai rata-rata aspek kesesuaian isi sebesar 94,54%, kemenarikan sebesar 95,00%, dan keterbacaan sebesar 96,00%.

3. Tanggapan siswa terhadap LKS berbasis representasi kimia pada pembelajaran pertikel materi yang dikembangkan adalah sudah sangat baik dengan persen-tase nilai rata-rata aspek keterbacaan sebesar 88,00%, dan kemenarikan sebesar 85,21%.

a. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan LKS berbasis represen-tasi kimia pada pembelajaran pertikel materi ini adalah 1) Terbatasnya faktor finansial dalam pengembangan LKS, 2) Sulitnya menggambarkan level submi-kroskopik dari kumpulan molekul-molekul urea, 3) Sering terjadi error pada program Ms. Word yang digunakan sehingga hasil yang dicetak tidak sesuai dengan desain yang terlihat pada monitor komputer dan 4) Sulitnya menentu-kan waktu untuk bisa bertemu dengan validator.

B.Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan agar :

1. LKS berbasis representasi kimia pada pembelajaran pertikel materi yang di-kembangkan ini hanya dilakukan sampai uji secara terbatas dan revisi setelah uji coba secara terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektifitasnya secara luas.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. PT. Raja grafindo Persada. Jakarta. Basuki, A dan Liliasari. 2009. Upaya Guru dan Pemahaman Siswa Pada

Pembelajaran Kimia di SMP. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. FKIP UNILA. Bandar Lampung.

Chittleborough, G. D. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing students’ Metal Models of Chemical Phenomena. Curtin University of Technology.

BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. SPs-UPI. Bandung.

Farida, I., Liliasari, D.H. Widyantoro, dan W. Sopandi. 2010. Representational competence’s profile of pre-service chemistry teachers in chemical problem solving. Seminar Proceding the Fourth International Seminar on Science Education. 30 October 2010. Bandung. C2-2.

Nakhleh, M. B., Lowrey, K. A., & Mitchell, R. C. J. 1996. Narrowing the Gap Between Concepts and Algorithms in Freshman Chemistry. Chemical Education, 73 (8) , 758-762

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”. Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

(51)

________. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). Aura Printing. Bandar Lampung.

Suyanto, S., Paidi, dan Wilujeng I. 2011. Lembar Kerja Siswa (LKS).

Disampaikan dalam acara Pembekalan guru daerah terluar, terluar, dan tertinggal di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta tanggal 26

Nopember-6 Desember 2011. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/lain-lain/dr-insih-wilujeng-mpd/LEMBAR%20KERJA%20SISWA.docx

Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah ini disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan judul

“PELATIHAN PENYUSUNAN LKS MATA PELAJARAN KIMIA

BERDASARKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI GURU SMK/MAK di Ruang Sidang Kimia FMIPA UNY pada tanggal 22 Agustus 2008. Di akses dari

http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-ms-dr/kualitas-lks.pdf

__________. 2010. Penilaian Lembar Kerja Siswa Materi Konsep Atom, Ion dan Molekul. Makalah disajikan pada Kegiatan Pelatihan Penilaian Lembar Kerja Siswa Bagi Guru Mata Pelajaran Kimia. Di akses dari

Gambar

Gambar 2.1. Tiga level representasi kimia
Gambar 2.2. Taksonomi fungsional dari multipel representasi (Ainsworth dalam Sunyono, 2012)
Gambar 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development (R&D)
Gambar 3.2. Alur Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran perlu pemantauan dan evaluasi agar apa yang dilaksanakan oleh dosen menjadi lebih terarah dan sesuai dengan standar yang

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui : 1) kompetensi pedagogik guru PPKn dalam memilih materi pembelajaran KD 3.3 “memahami tata urutan peraturan perundang-undangan

 Analiza rezultata mjerenja Vickersove tvrdoće pokazala je da su sva tri primijenjena matematička modela prikladna za analizu utjecaja opterećenja na Vickersovu

[r]

Yang bertanda tangan di bawah ini saya Erina Permata Ambarwati , menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh Persepsi Harga Dan Kualitas Produk

Hasil penelitian dengan menggunakan metode Regresi Data Panel dengan pendekatan Fixed Effect Model menunjukkan bahwa variabel nilai tukar dan Corruption Perception Index

Jumlah tersebut masih dapat dikatakan belum optimal karena dalam menjalankan usaha, pemilik Murni Organik masih mengalami beberapa kendala seperti pada strategi