• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN KMnO4 UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN PISANG MULI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN KMnO4 UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN PISANG MULI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI PENGGUNAAN KMn UNTUK MEMPERPANJANG UMUR

SIMPAN PISANG MULI

Oleh Ani Dahlia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh media pembawa KMn sebagai oksidator etilen pada buah pisang muli dan menguji efektivitas media pembawa KMn pada penyimpanan pisang muli. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan satu perlakuan pemberian massa dengan empat taraf

pemberian massa yaitu 1 g (P1), 5 g (P2), dan 10 g (P3), dan satu kontrol dengan tidak diberikan media simpan (P0), dengan berat pisang berkisar kurang lebih 400 g.

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa KMn sebagai oksidator etilen dengan media pembawa dari campuran tanah liat dan abu sekam padi dalam penyimpanan buah pisang berpengaruh positif dalam proses penyimpanan. Perlakuan yang paling efektif yaitu perlakuan P2 (5 gram) dengan umur simpan tujuh hari dan media simpan yang diletakkan disamping bahan tidak efektif digunakan karena tidak dapat menyerap etilen secara sempurna.

(2)

ABSTRACT

STUDIES ON THE USE OF KMn TO EXTEND THE SHELF LIFE OF BANANAS MULI

by Ani Dahlia

The purpose of this research is to investigate the influence of KMn as oxidizing ethylene and to evaluate the effective of KMn to extend the shelf life of

bananas. This research was conducted using a single treatment with four levels of giving mass that is 1 g (P1), 5 g (P2), and 10 g (P3), and a control without

KMn (P0), with ranges of banana’s weight was 400 g.

The result of the research showing that KMn as an oxidizing ethylene by the carrier from a mixture of clay and rice husk ash in the storage of bananas has positive influence in the process of storage. The most effective treatment is P2 (5 grams) at seven days of shelf life and KMn which is placed beside the material is not effectively used because it can not completely absorb ethylene

(3)

STUDI PENGGUNAAN KMn UNTUK MEMPERPANJANG UMUR SIMPAN PISANG MULI

Oleh ANI DAHLIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Notoharjo, Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 13 Mei 1993 sebagai anak terakhir dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Paimin dan Ibu Suginem. Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Dharma Wanita Notoharjo (1998- 1999). Kemudian melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD N 2 Notoharjo pada tahun 1999-2005, Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2008 di SMP N 1 Trimurjo Lampung Tengah, dan selanjutnya menempuh pendidikan menengah atas di SMA Muhammadiyah 1 Kota Metro (2008-2011).

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Lampung di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian melalui seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Pada masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM U)

(8)
(9)

Persembahan

Skripsi ini penulis persembahkan kepada

Kedua orang tuaku yang telah banyak berkorban semenjak aku dalam kandungan

hingga saat ini, terima kasih atas segala pengorbanan dan do’anya, semoga Allah SWT

mengampuni segala dosa keduanya

Kakak-kakakku yang selalu bersabar untuk menantikan keberhasilanku, semoga kelak

engkau menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua serta agama

Teman-teman seperjuangan terimakasih atas segala bantuannya

(10)

MOTTO

“Tiap

-

tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya”

(Q.S. Al Mudatsir ayat 38)

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya

kemudahan dalam urusannya”

(Q.S. Atthalaq ayat 3)

“Apapun yang terjadi

kepadamu, akan tetap menjadi sesuatu yang menguatkanmu, jika

engkau tidak mengijinkannya untuk melemahkanmu”

(Mario Teguh)

“Keoptimisan akan mengantarkan pada kesuksesan, karena optimis dan sukses selalu

beriringan”

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Studi Penggunaan KMn untuk Memperpanjang Umur Simpan Pisang Muli” sebagai salah satu tahap akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih atas bantuan dan bimbingan dari banyak pihak kepada:

1. Dr. Ir. Agus Haryanto, M.P. selaku Dosen Pembimbing satu dan selaku ketua jurusan Teknik Pertanian yang banyak membantu dan bersedia memberikan bimbingan, motivasi, saran serta kritik dalam penyelesain skripsi ini.

2. Dr. Diding Suhandy, S.TP. M.Agr., selaku dosen Pembimbing kedua atas kesediaaan Beliau dalam memberikan bimbingan, masukan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi. 3. Dr. Ir. Tamrin, M.S. selaku penguji utama pada ujian skripsi. Terimakasih atas motivasi,

saran, dan kritik dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

(12)

6. Kakak-kakakku tersayang Bardiyanto, Jumono, Lina Ira Wati, dan Ambar Mustikas Sari terimakasih atas doa, semangat, dan pengertiannya.

7. Sahabatku Ning Hartati Setiasih, Veronika Y Pakpahan, dan Sayu Putu Okta Rinasari yang saling menguatkan dan menyamangati satu sama lain, teman-teman TEP Unila angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat kekeluargaan, dukungan, dan persahabatan dari kalian.

8. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Pertanian atas bantuan dan arahan yang telah diberikan. Serta seluruh keluarga besar Teknik Pertanian Universitas Lampung.

9. Keluarga DPM U KBM 14/15 terimakasih untuk doa, dukungan, dan motivasinya yang tiada hentinya selalu menyertai.

10. Keluarga lingkaran cinta terimakasih untuk doa dan ilmunya yang tak ternilai selama ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis,

(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI…………….….………. i

DAFTAR TABEL ……….….……… iii

DAFTAR GAMBAR ………..……… iv

I. PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang.………..………... 1

1.2 Tujuan Penelitian…..………...………. 2

1.3 Hipotesis………... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA………... 3

2.1 Pisang…...………... 3

2.2Pasca Panen ..………... 5

2.3 Proses Pematangan Pisang ..………. 7

2.4Peranan Etilen dalam Proses Pematangan ..……….. 8

2.5.Pengendalian Etilen………... 11

2.6 Media Pembawa ………. 13

III. METODE PENELITIAN ………... 15

3.1 Waktu dan Tempat ………. 15

(14)

ii

2.6Rancangan Percobaan ………... 16

3.3.1 Metode Penelitian ………... 16

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian ……….... 17

3.3.3 Pengujian Media Simpan ………... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………... 25

4.1 Umur Simpan ………... 25

4.2 Perubahan Warna ………... 28

4.3 Susut Bobot ……… 30

4.4 Kekerasan Buah ………... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 33

5.1 Kesimpulan ………... 33

5.2 Saran .………... 33

DAFTAR PUSTAKA ………... 34

(15)

iii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(16)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. SkemaHubunganantara Proses Difusi Air,

JumlahC danWaktuPematanganPisa………... 4

2. ReaksiRespirasi ………...5

3. ReaksiGlukosa ……….………....6

4. SkemaPembagianTahap-tahapKlimakterik ...……… 8

5. ReaksiPembentukanEtilen………... 9

6. SiklusKrebs ………... 10

7. Reaksi Oksidasi Etilen oleh KMn ... 12

8. Pengeringan Tanah Liat………...17

9. GranulyangSudahTerbentuk ………...…..19

10. LarutanKMn ………... 20

11. PembungkusanMedia Simpan ………...20

12. Media SimpanyangSudahDibungkus ………21 13. PeletakkanPisangdengan Media SimpandalamKotak ………….. 22

14. SketsaPengambilanGambar ………... 23

15. PengaruhJumlah Media Pembawa KMn terhadap Lama UmurSimpan ………... 26

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pisang merupakan tanaman hortikultura yang banyak ditanam di sekeliling rumah untuk mengisi kekosongan pekarangan rumah masyarakat pedesaan, selain di pekarangan rumah pisang juga banyak ditanam pada pematang-pematang sawah atau tegalan. Mudahnya perawatan dari tanaman pisang tersebut juga memotivasi masyarakat untuk mengembangbiakkan tanaman tersebut di sekitaran rumah tetapi ada juga yang sudah mulai membudidayakan tanaman pisang. Kegunaan pisang juga dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti makanan pokok karena pisang dapat mengenyangkan orang yang mengonsumsinya. Pada tahun 2013, tingkat produksi pisang mencapai 678.492 ton/tahun (BPS, 2013).

(18)

2

yang dapat dilakukan untuk mengatasi emisi etilen yaitu dengan menghambat emisi etilen dan menghancurkan emisi etilen. Pengendalian dengan cara menghambat emisi etilen yaitu dengan melakukan penyimpanan pada atmosfer terkendali. Sedangkan pengendalian emisi etilen dengan cara menghancurkan etilennya yaitu oksidasi etilen dengan menggunakan KMn , KMn bersifat racun sehingga diperlukan media pembawa agar tidak berkontak langsung dengan bahan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengamati pengaruh media pembawa KMn sebagai oksidator etilen pada buah pisang muli.

2. Menguji efektivitas media pembawa KMn pada penyimpanan pisang muli.

1.3 Hipotesis

(19)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pisang

Pisang termasuk buah klimakterik, yaitu suatu periode mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu, di mana selama proses ini terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen. Proses ini ditandai dengan mulainya proses kematangan. Buah-buahan yang tidak pernah mengalami periode tersebut digolongkan ke dalam golongan non klimakterik. Selain buah pisang yang termasuk buah klimakterik yaitu tomat, mangga, alpukat, peach, pear, dan pepaya. Sedangkan buah yang termasuk non klimakterik yaitu timun, limau, semangka, jeruk, nanas, dan arbei. Terdapat dua teori yang menerangkan terjadi fase klimakterik yaitu dengan teori perubahan fisik, klimakterik disebabkan adanya perubahan permeabilitas dari jaringan, kemudian dengan teori perubahan kimia yaitu setelah ditambahkan senyawa asam malat, kenaikan produksi C terjadi pada buah yang mengalami fase klimakterik, kejadian ini disebut mallate

effect. Selanjutnya, dalam proses klimakterik yang terjadi pada buah pisang, telah

(20)

4

tinggi daripada kepekatan air, maka air akan melakukan difusi masuk ke dalam sel-sel pisang. Jumlah air yang berdifusi dapat diketahui dengan menimbang berat pisang tersebut sebelum dan sesudah direndam. Makin matang pisang tersebut, proses difusi makin banyak. Jika pada tingkat kematangan secara kuantitatif dianalisis secara kuantitatif dianalisis jumlah C yang diproduksi, ternyata pada umumnya proses difusi air dengan jumlah produksi C

mempunyai hubungan linier seperti pada Gambar 1.

C

Prod. C

difusi

Waktu Pematangan (hari)

Gambar 1. Skema hubungan antara proses difusi air, jumlah C dan waktu pematangan pisang (Zuidar, 2000).

(21)

5

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Antarlina, pada pangkal atau sisir pertama pada buah pisang akan lebih cepat matang jika dibandingkan dengan buah pisang pada sisir selanjutnya. Awal mula pematangan pada buah pisang bermula dari ujung buah dalam satu tandan. Sedangkan pada ukuran fisik buah pisang akan relative mengecil setelah sisir pertama (pada bagian pangkal tandan buah pisang), tetapi ternyata kadar pati tidak terdapat perbedaan (Antarlina dkk., 2005).

2.2Pasca Panen

Menurut Zuidar (2000), respirasi ialah proses metabolisme dengan menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa makromolekul seperti karbihidrat, protein, dan lemak yang akan menghasilkan , air, dan sejumlah besar elektron. Senyawa makromolekul dioksidasi membentuk NADPH (Nicotinamida Adenin

Dinucleotida Phosphat) dan Ion kemudian melalui flavoprotein dan sistem

cytochrom, elektron yang dihasilkan akan mereduksi oksigen sehingga akan

diperoleh air. Kemudian akan dihasilkan energi dengan bentuk ATP (Adenosin

Tri Phosphate) sebesar 38 mol ATP/mol glukosa. Sebagai gambaran tentang

terjadinya proses resiprasi dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3.

Senyawa makromolekul teroksidasi (NADPH+ )

(22)

6

Jika senyawa makromolekulnya glukosa, reaksinya sebagai berikut: enzim

+6 6 Gambar 3. Respirasi glukosa.

Oksigen merupakan senyawa yang baik untuk direduksi oleh elektron karena mempunyai harga electrical potential ( ) positif dan besar merupakan suatu ukuran kekuatan untuk melakukan oksidasi dan reduksi. Nilai oksigen adalah (+ 0,82) sedangkan nilai senyawa makromolekul negatif. Semakin besar perbedaan , semakin besar energy yang dihasilkan, dan oksigen mudah didapat dan selalu tersedia dalam jumlah besar di udara kira-kira 20,1 persen (Zuidar, 2000).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kitinoja dan Kader (2003), pasca panen buah dan sayuran terdapat mikroorganisme pembusuk yang biasanya disebabkan oleh jamur dan bakteri. Infeksi awal tersebut dapat terjadi selama pertumbuhan dan perkembangan produk tersebut di kebun (infeksi laten). Seringnya terjadi infeksi karena adanya kerusakan mekanis dan kerusakan fisiologis. Kerusakan mekanis selama operasi permanen, sedangkan melalui kerusakan fisiologis terjadi akibat dari kondisi penyimpanan yang tidak baik. Pembusukan pada buah-buahan umumnya sebagai akibat infeksi jamur, kemudian pada sayur-sayuran lebih banyak diakibatkan oleh bakteri. Semua itu disebabkan oleh keasaman buah yang tinggi (pH kurang dari 4.5) jika dibandingkan dengan sayuran yang umumnya terjadi keasaman rendah (pH lebih besar dari 5.0) (Kitinoja dan Kader, 2003).

(23)

7

lanjutan. Penanganan dan perlakuan pasca panen sangat menentukan mutu atau kualitas yang diterima konsumen dan pasar. Tetapi, pasca panen tersebut tidak mungkin terlepas dari sistem produksi itu sendiri dan sangat bergantung dengan proses produksi itu. Produksi yang tidak baik akan berdampak pada mutu panen yang tidak baik pula begitu sebaliknya. Sistem pasca panen bertujuan untuk mempertahankan mutu produk yang dipanen dari segi kenampakan, tekstur, cita rasa, nilai nutrisi, dan keamanannya. Selain itu pasca panen juga bertujuan untuk memperpanjang umur simpan atau dengan kata lain peran teknologi pasca panen adalah untuk mengurangi susut dalam jumlah besar selama periode antara panen dan konsumsi. Teknologi pasca panen secara umum akan bekerja menurunkan laju metabolisme tetapi dengan tidak menimbulkan kerusakan pada produk. Jenis produk yang berbeda akan mempunyai respon yang beragam terhadap kondisi pasca panen tertentu. Teknologi pasca panen yang sesuai harus dikembangkan untuk mengatasi perbedaan tersebut. Respon yang beragam dapat juga terjadi karena perbedaan kultivar, tingkat kematangan, daerah pertumbuhan, dan musim (Utama dan Permana, 2002).

2.3Proses Pematangan Pisang

Penyusutan jaringan dan gejala-gejala lainnya dapat disebabkan karena adanya dampak dari pengeringan atau kehilangan air. Sedangkan pengerutan yang terjadi pada buah pisang dapat diakibatkan oleh tingginya suhu maupun tingkat

(24)

8

kelembaban antara 90-95 %. Skema pembagian tahap-tahap klimakterik seperti pada Gambar 4. (Pantastico, 1986)

2

Prod. C

A 1 3

Pertumbuhan Sel

Gambar 4. Skema pembagian tahap-tahap klimakterik. Keterangan : A Praklimakterik

1 Klimakterik menaik 2 Puncak Klimakterik 3 Klimakterik Menurun

2.4 Peranan Etilen dalam Proses Pematangan

Buah pisang termasuk buah klimakterik jika ditinjau dari tipe respirasinya, yaitu dalam proses pemasakan ditandai oleh peningkatan laju respirasi setelah

mengalami penurunan. Sama halnya dengan laju produksi etilen yang disertai dengan terjadinya perubahan fisik dan kimia buah. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan susut bobot, rasio bobot daging per kulit buah, kelunakan, warna kulit buah, total asam tertitrasi, dan kandungan gula. Tingginya tingkat laju respirasi buah selama pemasakan biasanya terkait dengan cepatnya proses

(25)

9

Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu-waktu tertentu. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan-pematangan hasil pertanian. Etilen adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses pematangan. Etilen disebut hormon karena dapat memenuhi persyaratan sebagai hormon, yaitu dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobil dalam jaringan tanaman, dan merupakan senyawa organik. Reaksi yang dapat menghasilkan etilen yaitu dengan mempelajari proses sintesis etilen dengan pendekatan secara enzimatis. Mula-mula sebagai substrat dicoba dengan

menggunakan lemak yaitu gliserida yang mengandung asam linolenat. Asam ini dengan proses biologis dapat membentuk etilen dengan bantuan oksigen, enzim lipase, dan lipoksidase serta Cu++ sebagai katalisator. Selain asam lemak, juga telah dicoba dengan menggunakan asam amino D/L metionin dengan proses seperti pada Gambar 5.

enzim

D/L Metionin + C + asam askorbat + metional etilen Gambar 5. Reaksi pembentukan etilen.

(26)

10

asetil Ko-A dengan asam oksaloasetat yang terjadi setelah proses glikolisis. Reaksi ini juga disebut siklus asam sitrat dan merupakan pusat dari sekitar 500 reaksi metabolisme yang terjadi dalam sel. Fase kedua respirasi adalah siklus krebs. Reaksi siklus krebs lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Siklus krebs (Zuidar, 2000).

(27)

11

dan kesegaran menyebabkan laju respirasi sering dijadikan indikator masa simpan atau masa hidup pasca panen produk segar hortikultura (Kitinoja dan Kader, 2003).

2.5 Pengendalian Etilen

Menurut Pradhana dkk (2013), kebutuhan untuk menemukan suatu cara penyimpanan yang tepat dan sesuai untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kualitas mutu buah pada kemasan ritel dan pasar domestik. Kemasan Atmosfir Termodifikasi (MAP) merupakan salah satu teknik yang ideal dan dikenal mempunyai potensi yang besar untuk memperpanjang umur simpan pasca panen pisang dengan Kalium Permanganat sachet sebagai penyerap etilen yang digunakan dalam MAP sebagai penyerap produksi etilen endogen (Pradhana dkk., 2013).

Menurut penelitian Suprayatmi dkk (2004) tentang pisang ambon, kematangan buah klimaterik perlu dikendalikan agar mutu atau kualitas buah ketika

dikonsumsi tetap dalam keadaan prima atau baik. Salah satu gas yang dapat memblok reseptor etilen dalam proses pematangan adalah I-methylcyclopropeple (I-MCP). Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penundaan

(28)

12

menunda kematangan hingga 35 hari dengan mutu yang masih dapat diterima konsumen, demikian juga pada pemberian I-MCP tanpa pemberian etilen. Penggunaan 1-MCP cukup potensial dalam memperpanjang masa simpan buah pada suhu ruang pada pisang yang dipanen pada tingkat kematangan yang optimal (Suprayatmi dkk, 2004)

Menurut Coles et al. (2003), Kalium permanganat (KMn mengoksidasi etilen menjadi etanol dan asetat. Reaksi oksidasi etilen oleh kalium permanganat bisa dilihat pada Gambar 7.

+ KMn + 3 O

Gambar 7. Reaksi oksidasi etilen oleh KMn .

Didalam proses ini terjadi perubahan warna KMn dari warna ungu menjadi warna coklat yang menandakan proses penyerapan etilen. Pada aplikasinya, KMn tidak boleh berkontak langsung dengan bahan pangan, karena KMn bersifat racun. Kalium permanganat merupakan senyawa oksidator yang kuat. Senyawa ini mudah sekali bereaksi dengan cara apa saja, tergantung seberapa besar pH larutannya. Kekuatan oksidator dari kalium permanganat bergantung pada keadaan pH larutannya ketika bereaksi (Coles et al., 2003)

(29)

13

ethylene-block komersial yang diproduksi oleh Ethylene Control, Inc., Selma, USA. Penggunaan zeolit dan ethylene-block komersial dapat memperpanjang umur simpan pisang raja bulu tujuh hari lebih lama dibandingkan dengan

perlakuan kontrol. Daya simpan buah dihitung mulai dari buah layak dikonsumsi sampai dengan buah busuk pada perlakuan arang aktif, batu apung dan serutan gergaji kayu berlangsung selama

enam hari, sedangkan perlakuan zeolit dan ethylene-block komersial berlangsung selama delapan hari (Jannah, 2008).

2.6 Media Pembawa

Komponen kimia yang terkandung pada abu sekam padi yang paling dominan yang dihasilkan yaitu Si sebesar 72,28% dan senyawa hilang pijar sebesar 21,43%. Sedangkan persentase kandungan senyawa CaO, , dan , tergolong sangat rendah yaitu masing-masing sebesar 0,65%, 0,37%, dan 0,32%. (Bakri, 2008)

Tanah liat adalah mineral paling umum dipermukaan bumi dan dapat digunakan sebagai adsorbent, katalis (termasuk sebagai penyangga katalis), penukar ion, reagent pehilangan warna, dan lain-lain, yang tergantung pada sifat-sifat

(30)

14

(31)

15

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian (LDAMP), Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air Lahan, Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan, dan Laboratorium Bio Proses Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Maret-Mei 2015 .

3.2Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi buah pisang segar yang dipanen saat pisang sudah mencapai tingkat dewasa mendekati matang, larutan kalium permanganat (KMn ), tanah liat dan abu sekam padi sebagai media pembawa KMn , kain paris, benang, kotak nasi, kertas label, dan aquades.

(32)

16

3.3 Rancangan Percobaan

3.3.1 Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak langkap (RAL) yang terdiri dari satu perlakuan pemberian massa dengan empat taraf pemberian massa, yaitu:

P0 : Kontrol (tanpa media penyerap etilen)

P1 : 1 g bahan penyerap etilen (KMn + tanah liat) P2 : 5 g bahan penyerap etilen (KMn + tanah liat) P3 : 10 gbahan penyerap etilen (KMn + tanah liat)

(33)

17

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan Alat dan Bahan

Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu agar dapat mempermudah pengerjaan.

b. Pengeringan Tanah Liat

Tanah liat dijemur pada terik matahari sampai kering, tanah liat yang sudah kering bentuknya lebih padat, warnanya coklat muda,

sedangkan tanah liat yang diperoleh pada umumnya dalam keadaan basah. Sehingga diperlukan pengeringan dengan terik matahari agar mempermudah dalam proses penyampuran dengan abu sekam padi. Gambar pengeringan tanah liat bisa dilihat seperti pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengeringan Tanah Liat.

c. Penggerusan Tanah Liat

(34)

18

d. Pencampuran Tanah Liat dan Abu Sekam

Tanah liat dan abu sekam yang sudah halus dicampur secara perlahan dalam granulator sehingga bercampur menjadi satu dengan

perbandingan 900 gram tanah liat dan 300 gram abu sekam,

perbandingan tersebut dipilih karena jika jumlah abu sekam lebih dari 300 gram media simpan akan susah dibentuk dan hasilnya pun tidak sesuai. Selain pencampuran tersebut juga ditambahkan air dengan menyemprotkan air pada campuran tanah liat dan abu sekam dalam granulator menggunakan sprayer.

e. Pembuatan Media Simpan

Media simpan dibuat granul dengan menggunakan granulator, tanah liat dengan abu sekam yang sudah dicampur dimasukkan ke dalam granulator yang sudah disesuaikan dengan ukuran yang dibutuhkan, karena jika dibuat secara manual tidak akan efektif karena akan memperlama proses pembuatan, selain itu juga hasil yang didapat bentuknya terlalu besar sehingga mempersulit dalam proses

(35)

19

Gambar 9. Granul yang sudah terbentuk.

f. Pengeringan dan Pembakaran Media Simpan

Media simpan yang sudah jadi selanjutnya akan dioven pada suhu 105ºC selama 24 jam dan dibakar di dalam tanur sampai suhu 550ºC selama 2 jam. Tujuannya yaitu agar sifat fisik dari media simpan yang dibuat lebik baik, antara lain kekuatan dan kekerasan.

g. Pelarutan KMnO4

4% KMn dilarutkan dalam aquades sebanyak 400 ml sehingga KMn yang digunakan yaitu sebanyak 16 gram. Kemudian diaduk secara perlahan sampai merata dan sampai keadaan homogen (15 menit) kemudian diendapkan selama 24 jam agar kondisi larutan KMn benar-benar homogen. Setelah larutan KMn diendapkan selama 24 jam media simpan yang sudah dioven dan ditanur

(36)

20

Gambar 10. Larutan KMn .

h. Pembungkusan Media Simpan

Media simpan dimasukkan dalam kain pembungkus (kain paris yang sudah dipotong dengan ukuran 15 cm x 15 cm) dan dijahit dengan benang agar media simpan terbungkus sesuai dengan jumlah dari media simpan yang akan diberikan yaitu 1 gram, 5 gram, 10 gram, sehingga media simpan tidak bersentuhan langsung dengan pisang pada saat proses penyimpanan. Proses pembungkusan media simpan bisa dilihat pada Gambar 11 dan 12.

(37)

21

Gambar 12. Media simpan yang sudah dibungkus.

3.3.3 Pengujian Media Simpan

(38)

22

Gambar 13. Peletakkan pisang dengan media simpan dalam kotak.

a. Pengujian

Pada suhu ruang yang sama, akan terlihat perbedaan umur simpan pisang terhadap pisang yang diberi media simpan KMn dengan pisang kontrol tanpa pengaplikasian KMn . Pengujian dilakukan dengan melihat lama umur simpan pisang tanpa media simpan dengan umur simpan menggunakan media simpan.

Pemberian media simpan pada pisang : P0 : tanpa diberikan media simpan P1 : 1 gram media simpan

P2 : 5 gram media simpan P3 : 10 gram media simpan

(39)

23

1. Indeks Skala Warna Kulit Buah

Indeks skala warna kulit buah akan dinilai menggunakan program pengolahan citra digital dengan memperoleh nilai RGB. Proses pengambilan gambar menggunakan box hitam yang sudah dirangkai, terdapat lampu LED untuk menerangi gambar saat pengambilan gambar. Kemudian lapisan bawah untuk meletakkan pisang diberi kertas berwarna hitam dengan tujuan memperjelas warna buah saat diambil gambarnya. Pengambilan gambarnya menggunakan kamera digital dengan bagian kepala kamera dimasukkan pada lubang atas kotak seperti pada sketsa yang terlihat pada Gambar 13.

Arah pengambilan citra

Gambar 14. Sketsa pengambilan gambar Keterangan: A Pisang

B KMn C Kamera

2. Susut Bobot

Pengukuran susut bobot buah dengan membandingkan bobot masing-masing sebelum perlakuan dan setelah penelitian berakhir dengan menggunakan neraca ohaus.

B C

(40)

24

Rumus yang digunakan :

%SB = x100% Keterangan :

SB : Susut bobot Bo : Berat Pisang awal Bt : Berat Pisang Akhir

3. Kekerasan Buah

(41)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian ini adalah

1. KMn sebagai oksidator etilen dengan media pembawa dari campuran tanah liat dan abu sekam padi dalam penyimpanan buah pisang berpengaruh positif dalam proses penyimpanan dan mampu memperpanjang umur simpan sampai dengan tujuh hari.

2. Perlakuan yang paling efektif yaitu perlakuan P2 (5 gram) dengan umur simpan tujuh hari.

5.2. Saran

Saran dari penelitian ini yaitu melakukan penelitian lanjutan tentang posisi peletakkan media pembawa yang sesuai dan tepat dalam proses

(42)

34

DAFTAR PUSTAKA

Antarlina, S.S., H. Dj. Noor, S. Umar, dan I. Noor. 2005. Karakteristik Buah pisang Lahan Rawa Lebak Kalimantan Selatan serta Upaya Perbaikan Mutu Tepungnya. J. Hort.

15(2):140-150.

Bakri. 2008. Komponen Kimia dan Fisik Abu Sekam Padi sebagai SCM untuk Pembuatan Komposit Semen. J. Perennial. 5(1):9-14.

BPS. 2013. Produksi Buah-buahan Menurut Provinsi. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta.

Coles, R., D. McDowell and MJ Kirwan. 2003. Food Packaging Technology. Blackwell Publishing, Denmark.

Haerudin, H. dan N. Rinaldi. 2002. Karakterisasi Bentonit Termodifikasi dengan Polikation Aluminium. Indonesian Journal of Chemistry. 2(3): 173-176.

Hasibuan, E.P. 2012. Pengaruh Aplikasi KMn dengan Media Pembawa Tanah Liat terhadap Umur Simpan Pisang Mas (Musa Sp. Aa Group). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Jannah, U.F. 2008. Pengaruh Bahan Penyerap Larutan Kalium Permanganat terhadap Umur Simpan Pisang Raja Bulu. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kholidi. 2009. Studi Tanah Liat Sebagai Pembawa Kalium Permanganat pada Penyimpanan Pisang Raja Bulu. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kitinoja, L. dan A. Kader. 2003. Praktik-Praktik Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual untuk Produk Hortikultura (Edisi ke-4) (diterjemahkan dari: Postharvest Technology

Research and Information Center, penerjemah: Utama, I.M.S. Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Udayana Denpasar. Bali. 225 halaman.

(43)

35

dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika.

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 132 halaman.

Purwoko, B.S., dan K. Suryana. 2000. Efek Suhu Simpan dan Pelapis terhadap Perubahan Kualitas Buah Pisang Cavendish. Bul. Agron. 28(3):77-84.

Pradhana, A.Y., R. Hasbullah, dan Y.A. Purwanto. 2013. Pengaruh Penambahan Kalium Permanganat terhadap Mutu Pisang (CV Mas Kirana) pada Kemasan Atmosfir Termodifikasi Aktif. J. Pascapanen. 10(2):83-94.

Robinson, J.C. 1999. Bananas and Plantains. CABI Publishing. New York. 238 p. Suprayatmi, M. dkk. 2004. Aplikasi I-Rmethyecyelopropene (1-MCP) dan Etilen untuk

Pengendalian Kematangan Pisang Ambon di Suhu Ruang. Prosiding Seminar Nsional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis

Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.

Tursiska, S. 2007. Pengaruh Suhu Simpan dan Lama Simpan terhadap Mutu Buah Pisang Raja Bulu Setelah Pemeraman. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Utama, I.M. dan I.D.G.M. Permana.2002. Hortikultura Teknologi Pascapanen. Universitas Udayana. Denpasar. 78 halaman.

Gambar

Gambar
Gambar 1. Skema hubungan antara proses difusi air, jumlah C dan waktu pematangan pisang (Zuidar, 2000)
Gambar 2.  Reaksi respirasi.
Gambar 4. Skema pembagian tahap-tahap klimakterik.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mempelajari konteks sosial sakit dan sehat (menjelaskan aspek sosial, ekonomi, budaya dan politis dari suatu masyarakat yang mempengaruhi masyarakat tersebut menjadi lebih sehat /

[r]

STRATEGI KOMUNIKASI ISLAM DALAM PEMBINAAN AGAMA PADA SUKU ANAK DALAM BUKIT DUO BELAS. DESA AEK HITAM KECAMATAN PAUH KABUPATEN SAROLANGUN

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar

Melakukan pemantauan rutin dan pengendalian kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman di lingkungan kerja.

Penelitian ini menganalisis peran mediasi citra merek dan persepsi risiko pada hubungan electronic word of mouth dan minat beli.. Sampel penelitian ini terdiri

Penulis.. Implementasi Model Pembelajaran TPS dengan Teknik Bertanya Probing Prompting Berbantuan CD Pembelajaran Pada Dimensi Tiga Kelas X. Skripsi, Jurusan

Enam kabupaten yang tergabung dalam kelompok 4 memiliki jarak paling dekat dengan kabupaten Gianyar dan memiliki jarak terjauh dengan kota Denpasar, menunjukkan bahwa usaha-usaha