SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh :
MOHAMMAD IQBAL SYAFII 0712010064 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Yang diajukan
MOHAMMAD IQBAL SYAFII
0712010064 / FE / EM
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi Tanggal: ………
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Drs. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS
NIP. 196003301986031003
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Disusun oleh:
MOHAMMAD IQBAL SYAFII 0712010064 / FE / EM Telah Dipertahankan Dihadapan
Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur
pada tanggal 09 Desember 2011.
Pembimbing Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi Dr. Muhadjir Anwar, MM Sekretaris
Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi
Anggota
Dra. Ec. Hj. Kustini, MSi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM NIP. 196309241989031001
HYPERMARKET PONDOK TJANDRA SIDOARJO
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“Pengaruh Respon Lingkungan dan Persepsi Konsumen Terhadap Pengalaman Berbelanjadi Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo”.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, Selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Tri Kartika P, MSi selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
6. Kepada kedua orang tuaku dan Adikku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril ataupun material.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Salam hormat,
Surabaya, Desember 2011
Peneliti
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2 Landasan Teori... 10
2.2.1 Pengertian Pemasaran ... 10
2.2.1.1. Konsep Pemasaran... 11
2.2.2 Perilaku Konsumen... 13
2.2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen ... 13
2.2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 15
2.2.3. Respon Lingkungan Belanja... 22
2.2.3.1. Pengertian Respon Lingkungan Belanja... 22
2.2.4. Persepsi... 25
2.2.4.1. Pengertian Persepsi... 25
2.2.4.2. Proses Pembentukan Persepsi... 27
2.2.4.3. Tahap-Tahap Persepsi... 28
2.2.5. Pengalaman Berbelanja ... 30
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Berbelanja... 32
2.3. Kerangka Berpikir... 34
2.4. Hipotesis... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
3.1.1. Pengukuran Variabel... 37
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 37
3.3 Teknik Pengumpulan data... 38
3.3.1. Jenis data ... 38
3.3.2. Sumber Data... 39
3.3.3. Pengumpulan Data ... 39
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40
3.4.1 Teknik Analisis ... ... 40
3.4.2. Outliers ... 41
3.4.3. Evaluasi atas Outlier... 42
3.4.4. Uji Validitas... 42
3.4.5. Uji Reliabilitas... 42
3.4.6. Uji Normalitas ... 43
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity... 43
3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal... 44
3.4.9. Evaluasi Model ... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 48
4.1.1 Analisis Karakteristik Responden ... 48
4.1.2. Deskripsi Kesenangan... 50
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
4.2. Analisis data ... 57
4.2.1. Uji Outlier ... 57
4.2.2. Uji Reliabilitas ... 58
4.2.3. Uji Validitas ... 59
4.2.4 Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 60
4.2.5. Uji Normalitas... 61
4.2.6. Analisis Model SEM ... 62
4.2.7. Uji Kausalitas... 65
4.3. Pembahasan ... 66
4.3.1. Pengaruh Respon Lingkungan Terhadap Pengalaman Berbelanja ... 66
4.3.2. Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Pengalaman Berbelanja ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 69
5.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Tabel .3.1. Goodness Of Fit Indiches ... 44
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49
Tabel 4.3. Pernyataan Mengenai Kesenangan... 50
Tabel 4.4. Pernyataan Mengenai Kegairahan... 52
Tabel 4.5 Pernyataan MengenaiDominance... 53
Tabel 4.6. Pernyataan Mengenai Persepsi... 54
Tabel 4.7. Pernyataan Mengenai Pengalaman Berbelanja... 55
Tabel 4.8 Hasil Uji Outlier ... 58
Tabel 4.9. Uji Reliabilitas... 59
Tabel 4.10. Uji Validitas ... 60
Tabel 4.11. Perhitungan Construct Reliability Dan Variance Extracted ... 61
Tabel 4.12. Uji Normalitas ... 62
Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices :Model One Step Approach: Base -Model ... 63
Tabel 4.14 Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Modifikas………. 64
Tabel 4.15. Uji Kausalitas ... 65
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural : Respon lingkungan, Persepsi & Pengalaman Berbelanja - one step approach
Base Model ... 63 Gambar 4.2. Model Pengukuran dan Struktural : Respon lingkungan,
Persepsi & Pengalaman Berbelanja - one step approach
Elimination Model ... 64
iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden
v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
MOHAMMAD IQBAL SYAFII
Abstraksi
Penelitian ini di lakukan di salah satu Hypermarket di Sidoarjo tepatnya adalah di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo, dapat kita lihat, dikawasan Pondok Tjandra sendiri adalah lokasi yang strategi dalam mendirikan Hypermarket yang posisinya sangat strategi di daerah padat penduduk. Berdasarkan gambaran uraian tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat pengalaman berbelanja yang kurang menyenangkan di Giant Hypermarket sendiri seperti barcode tidak ada, pengembalian dengan permen, dan lain sebagainya.tujuan dari penelitian ini adalah : 1.) Untuk mengetahui pengaruh respon lingkungan terhadap pengalaman berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo. 2.) Untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen terhadap pengalaman berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung dan berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo. Sampel yang diambil adalah sebesar 119 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Structural Equation Modelling.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan a) Variabel respon lingkungan berpengaruh positif terhadap pengalaman berbelanja, tidak dapat diterima,signifikan negatif. b) Variabel persepsi konsumen berpengaruh positif terhadap pengalaman berbelanja, dapat diterima.signifikan positif.
Keywords: Respon Lingkungan, Persepsi Konsumen dan Pengalaman Berbelanja.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modern (ritel) yang berkembang sekarang ini memberikan banyak alternatif pada konsumen sebagai tempat untuk berbelanja. Alternatif yang begitu banyak menyebabkan pasar modern (ritel) harus memperhatikan berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor persepsi konsumen yang memengaruhi perilaku konsumen untuk mengambil keputusan memilih tempat berbelanja yang menurut mereka yang terbaik, dan keputusan yang dibuat oleh konsumen akan menentukan kesuksesan sebuah pasar modern (ritel).
Seperti halnya bisnis ritel di Indonesia, pengaruh dari globalisasi menyebabkan banyak pengusaha ritel dari luar negeri dengan kemampuan capital yang luar biasa melakukan aktivitasnya di Indonesia. Menurut Utami, (2006) ada beberapa faktor yang mendorong globalisasi yang dilakukan para peritel internasional tersebut antara lain karena pasar domestik yang semakin dewasa atau jenuh, sistem dan keahlian, dan hilangnya batas perdagangan.
Dalam memilih toko (ritel), konsumen memiliki kriteria evaluasi diantaranya adalah factor lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi. Hal tersebut menjadikan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan produsen karena akan menjadi bahan pertimbangan bagi konsumen untuk memilih toko mana yang akan didatangi konsumen.Natalia,(2009)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dengan semakin terbukanya peluang bisnis bagi pengusaha asing untuk berekspansi mengembangkan bisnis ritelnya di Indonesia, perkembangan usaha manufaktur, dan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong perkembangan bisnis ritel akan mengakibatkan tumbuhnya ritel modern yang begitu pesat. Pernyataan ini diperkuat dengan data hasil survey yang dilakukan oleh Nielsen Media Research dan Retail Asia Magazine yang nampak pada tabel 1.1 dibawah.
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Gerai Ritel Modern
Perkembangan Jumlah Ritel Modern
Tahun 2007 2008 2009 2010
Carrefour 19 29 37 58
Hypermart 16 26 36 43
Giant 12 17 17 26
Makro (Lotte
Hypermarket) 17 19 19 19
Jumlah 64 91 109 146
Sumber : SWA 2011 berdasar data Nielsen Media Research, Retail Asia Magazine, dan berbagai sumber lain.
Berdasarkan tabel 1.1 jumlah gerai hypermarket di tahun 2009-2010 meningkat dari 109 menjadi 146 unit ritel; Pertumbuhan gerai modern yang begitu pesat ini memunculkan suatu fenomena baru bagi para pemasok produk. Yaitu bahwa ritel kini telah berubah fungsinya bukan hanya sekedar tempat menyalurkan produk ke konsumen, kini juga menjadi industri tersendiri. Menurut Simatupang (2007) munculnya outlet-outlet baru merangsang pembeli untuk datang, dan memberikan lebih banyak pilihan bagi mereka. Sehingga ritel kini dianggap menjadi tempat yang strategis, untuk memasarkan barangnya secara tepat waktu, lokasi dan konsumen. Sehingga bagi produsen pasar inilah yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
kemudian harus mereka garap karena kemampuan ritel modern mendatangkan konsumen sangat besar.
Hal ini sangatlah penting bagi ritel modern untuk menciptakan store
atmosphere tidak hanya dapat memberikan suasana lingkungan pembelian yang
menyenangkan saja, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah terhadap produk yang dijual. Selain itu, store atmosphere juga akan menentukan citra toko itu sendiri. Citra toko yang baik dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan untuk bertahan terhadap persaingan dalam membentuk pelanggan yang loyal.
Store atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi yang dapat berakibat
positif dan menguntungkan di buat semenarik mungkin. Tetapi sebaliknya mungkin juga dapat menghambat proses pembelian. Suatu proses pemasaran yang dilakukanya adalah retail dan bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi konsumen. Minimal konsumen akan merasa betah saat berada di toko tersebut dan hal ini akan membuat konsumen untuk memutuskan pembelian di toko tersebut.
Toko atapun ritel dapat menawarkan suasana atau lingkungan yang dapat mempengaruhi pola perilaku keputusan. konsumen (Baker, Grewal, dan Parasuraman, 1994). Lingkungan belanja dan suasana hati dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan pembelian tidak terencana. Psikolog lingkungan menyatakanindividu bereaksi dalam dua perilaku, yaitu; mendekat dan menghindar (approach and avoidance). Konsumen akan memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang di tawarkan kepadanya serta konsumen juga akan menentukan pula dimna di akan melakukan aktifitas seperti berbelanja. Persepsi menurut Rakhmat Jalaludin (1998), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Proses persepsi bukan hanya proses psikologi semata, tetapi diawali dengan proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) yang disitasi oleh Suryani (2008) mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana dalam proses tersebut individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli menjadi sesuatu yang bermakna.
Perilaku ini kemudian membuat konsumen memiliki pengalaman belanja, yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: hedonic shooping value,
resources expenditure dan utilitarian shooping value. Hedonic shooping value
mencerminkan potensi pembelian dan nilai emosi dari pembelian tersebut; resources expenditure digunakan untuk menaksir waktu pengeluaran, sumber pengeluaran, dan interaksi sosial, utilitarian shooping value mencerminkan kegiatan pembelian dengan suatu mentalitas pekerjaan (Negara, 2002)
Proses pemilihan tempat berbelanja tertentu merupakan fungsi dari karakteristik konsumen dan karakteristik toko. Konsumen dapat memilah-milah tempat belanja mana yang dirasakan memiliki kriteria evaluasi dari pelanggan inti. Proses pembandingan informasi yang dipersepsikan dengan fakta yang ditemukan dalam toko akan membentuk pengalaman berbelanja dalam toko. Pengalaman berbelanja dalam toko dengan demikian dapat diproposisikan dipengaruhi oleh persepsi akan toko ritel. Pengaruh persepsi akan toko ritel pada pengalaman berbelanja masih jarang disentuh, meskipun dalam model pemrosesan informasi ditunjukkan bahwa persepsi memengaruhi pengalaman. Assael (2001).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Penelitian ini di lakukan di salah satu Hypermarket di Sidoarjo tepatnya adalah di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidarjo, dapat kita lihat, dikawasan Pondok Tjandra sendiri adalah lokasi yang strategi dalam mendirikan Hypermarket yang posisinya sangat strategi di daerah padat penduduk. Giant pondok candra merupakan salah satu Hypermarket yang ada di Sidoarjo, yang mempunyai konsumen dari semua kalangan, letaknya yang cukup strategis pembatasan antara Surabaya & Sidoarjo, serta dekat dengan perumahan dan jalan tol, memungkinkan masyarakat untuk menjangkaunya dengan mudah.
Namun dari kesemuanya itu masih terjadi pengalaman berbelanja yang kurang menyenangkan di Giant Hypermarket, adalah sebagai berikut : Hampir setiap minggu, kami sempatkan walaupun cuma check harga untuk ke Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo, dan pada akhir bulan April kemaren saya sempat liat liat di stand buah, dan diluar dugaan tidak semua buah yang disajikan layak beli, bahkan buah-buah yang berhasil saya abadikan ini masuk pada tempat buah buah dengan harga lebih dari harga buah lain. Hypermarket-Pondok Tjandra Sidoarjo,2010.
Kemudian ada lagi keluhan dari responden sadalah sebagai berikut: Permasalahan muncul bukan karena besarnya omset yang diterima oleh pihak retailer. Bagi kami umat Islam, akan sangat sedih sekali ketika kami mencoba masuk ke dalam gerai-gerai ritel modern tersebut. Kecurangan kasir dalam memberikan kembalian dalam bentuk permen sempat ramai dibicarakan media. Bukan perkara besarnya duit (25, 50 atau 75), tetapi ini persoalan itikad untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
berbuat jujur dari penjual-gerai terhadap konsumennya dan etika dalam jual beli sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.Voa-Islam, 2010.
Berdasarkan gambaran uraian tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat pengalaman berbelanja yang kurang menyenangkan di Giant Hypermarket sendiri. Adapun data jumlah orang yang berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra selama tiga tahun terakhir yang dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini
Tabel 1.2. Jumlah orang yang berbelanja tahun 2008 - 2010
Tahun Jumlah orang yang berbelanja
2008 801045 orang
2009 741490 orang
2010 717624 orang
Sumber : Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo, 2010.
Berdasarkan tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa menurunnya jumlah orang yang berbelanja di Giant Hypermarket akhir-akhir ini mendorong perlunya dilakukan pembenahan dan evaluasi bagai mana menciptakan pengalaman berbelanja yang enak, nyaman dan sesuai dengan harapan konsumen, dari data tersebut jumlah kunjungan di tahun 2008 sebesar 801.045 orang namun di tahun 2010 ini mengalami penurunan hingga 717.624 orang, walaupun pengalaman bebrbelanja, respon lingkungan dan persespi konsumen bukanlah satu-satunya penyebab menurunnya jumlah konsumen atau pelanggan, akan tetapi pengukuran tentang bgaimana pengalaman berbelanja dapat menjadi informasi dari kondisi sekarang, yang mungkin terkait dengan menurunnya jumlah konsumen atau pelanggan.
Dari uraian diatas maka penelitian menggunakan judul ”Pengaruh
Respon Lingkungan Dan Persepsi Konsumen Terhadap Pengalaman Berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo”.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah respon lingkungan berpengaruh terhadap pengalaman berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo?
2. Apakah persepsi konsumen berpengaruh terhadap terhadap pengalaman berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan, secara garis besar penelitian bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh respon lingkungan terhadap pengalaman berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen terhadap pengalaman berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berupa :
1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ide kepada mahasiswa dan civitas akademika.
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat memacu pihak lainnya yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
8
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh Semuel, Hatane,(2005) dengan judul penelitian ”Respons Lingkungan Berbelanja Sebagai Stimulus Pembelian Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Toserba) (Studi Kasus Carrefour Surabaya)”. adapun permasalahan yang di ajukan: 1.Apakah respons lingkungan belanja konsumen berpengaruh langsung terhadap pengalaman belanja ? 2. Apakah resources expenditure sebagai pengalaman berbelanja merupakan variabel mediator respons lingkungan belanja konsumen terhadap pembelian yang tidak terencana? 3. Apakah respons lingkungan belanja konsumen berpengaruh secara langsung terhadap pembelian yang tidak terencana (impulsive buying) ? 4. Apakah respons lingkungan belanja konsumen secara simultan dengan pengalaman belanja melalui resources
expenditure berpengaruh terhadap pembelian yang tidak terencana (impulsive
buying) ?.
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan Struktur Equation
Modeling (SEM), merupakan suatu teknik modeling statistika yang paling umun,
yang efektif untuk menyampaikan ide konsep dasar dari model SEM (Hoyle, 1995).
Hasil penelitian dalam penelitian ini model yang dikembangkan melalui pendekatan struktural equation model (SEM) dapat digunakan secara signifikan dalam menjelaskan hubungan antar variabel laten dan variabel observasi dari dalam model. Selain itu dapat terlihat bahwa variabel respons lingkungan belanja yang berpengaruh langsung terhadap pembelian tidak terencana dapat dijelaskan secara positip oleh variabel dominance dan secara negatip oleh variabel pleasure. Variabel pengalaman belanja resources expenditure dapat berperan sebagai mediator bagi variabel respons lingkungan belanja, maupun pengalaman belanja dan berpengaruh negatip terhadap pembelian tidak terencana.
Penelitian selanjutnya di lakukan oleh Siringoringo, Dharmmesta, Sugiharto, (2003). dengan judul penelitian ”Model Pengaruh Persepsi Akan Toko Ritel Modern Pada Pengalaman Berbelanja”. Permasalahan yang di ajukan dalam penelitian ini: 1. apakah persepsi berpengaruh terhadap pengalaman berbelanja.
Teknik analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan structural equation modelling.
di dalam toko ritel, pengalaman akan keramahan karyawan, pengalaman akan informasi harga murah yang diiklankan, dan pengalaman berbelanja secara keseluruhan, valid sebagai ukuran pengalaman.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.
2.2.1.1. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997: 17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran.
Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen. Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler (1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif dibanding para pesaing.
Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan menjadi tiga elemen pokok, yaitu :
a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.
penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk perusahaan yang benar-benar ingin memperhatikan konsumen, anatar lain :
Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang
akan dilayani dan dipenuhi.
Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya. Menentukan produk dan program permasalahannya.
Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai
dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.
Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik
beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.
b. Volume penjualan yang menguntungkan
Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat rnemperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan kepuasan pada konsumen.
c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.
perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang menjadi keputusan.
Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18) adalah sebagai berikut:
a. Konsep pejualan
1. memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.
2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai.
b. Konsep pemasaran
1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli.
2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan penciptaan, pengiriman dan akhirnya pengkonsumsian produk tersebut.
2.2.2. Perilaku Konsumen
2.2.2.1.Pengertian Perilaku Konsumen
Terdapat beberapa definisi untuk memberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen.Engel, et. al. (1994), menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mendapatkan barang dan jasa. Dari pendapat tersebut diperoleh dua hal penting yaitu:
a. Sebagai proses pengambilan keputusan
b. Kegiatan fisik dalam upaya menilai, memperoleh dan menggunakan barang dan jasa.
Perilaku konsumen disebutkan sebagai interaksi yang dinamis antara kesadaran atau pengertian, perilaku dan peristiwa lingkungan dimana manusia melakukan aspek dengan mana pertukaran tentang kehidupan mereka.
Dari definisi diatas terdapat tiga hal penting yaitu : 1. Perilaku konsumen bersifat dinamis.
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara perasaan dan kesadaran perilaku serta peristiwa lingkungan
3. Perilaku melibatkan pertukaran
Definisi perilaku konsumen yang dikemukakan Swastha dan Handoko (1987: 9) adalah kegiatan – kegiatan individu secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan – kegiatan tersebut. Dari definisi tersebut terdapat dua elemen terpenting yaitu ;
a. Proses pengambilan keputusan b. Kegiatan fisik.
Dari beberapa pengertian perilaku konsumen tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan demikian kegiatan pembelian hanyalah merupakan salah satu tahap dari proses untuk mendapatkan barang dan jasa. Bagi pemasar memahami proses pembelian sangat penting. Karena proses tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada tindakan manusia untuk membeli suatu produk dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
2.2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Faktor yang mempengaruhi konsumen anatara lain adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh lingkungan
2. Perbedaan dan pengaruh individu 3. Proses psikologis Engel, et. al. (1994)
Menurut Amstrong dan Kotler (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Rangkaian dan unsur masing-masing faktor dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. : Faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen.
Budaya
Sumber : Kotler and Amstrong, (1992), Dasar-Dasar Pemasaran, Penerbit : Intermedia Jakarta.
1. Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting
dalam perilaku pembelian
a. Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku
dari keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain. Anak-anak yang
dibesarkan di amerika serikat mendapatkan nilai-nilai berikut: prestasi dan
materi, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, humanisme, dan
berjiwa muda,
b. Sub-Budaya
Masing-masing budaya terdiri dari sub-budaya yang lebih kecil yang
memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi yang khusus bagi
anggota-anggotanya. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama,
kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk
segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan progam
pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
c. Kelas Sosial
Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata social. Stratifikasi tersebut kadang-kadang berbentuk sistim kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial. 2. Faktor Sosial
Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta peran dan status sosial. a. Kelompok Acuan
Beberapa kelompok keanggotaan adalah kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga,dan rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan informal. Orang yang menjadi kelompok anggota sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesional, dan asosiasi perdagangan, yang cendrung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak rutin.
Orang sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka sekurang-kurang oleh tiga jalur. Kelompok acuan manghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru. Kelompok acuan juga memepengarui perilaku dan konsep pribadi seseorang. Dan kelompok acuan menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan kelompok yang mungkin mempengarui pilihan produk dan merek aktual seseorang.
Orang juga dipengarui oleh kelompok diluar kelompok mereka. Kelompok yang ingin dimasuki seseorang dinamakan kelompok aprirasional.
Kelompok dissosiat if adalah kelompok yang nilai atau perilakunya ditolak oleh seseorang.
b. Keluarga
politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Bahkan jika pembeli tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan keluarganya, pengaruh keluarga terhadap perilaku pembeli dapat tetap signifikan. Di negara-negara dimana orang tua tinggal dengan anak-anak mereka yang sudah dewasa, pengaruh mereka dapat menjadi sangat besar. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah
keluarga prokreasi yaitu, pasangan dan anak-anak seseorang.
c. Peran dan Status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya keluarga, club, organisasi. Kedudukan orang itu masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan status. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilakan status. Orang-orang memilih produk yang dapat mengkomunikasikan peran dan status mereka di masyarakat. Pemasar menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.
3. Faktor Pribadi
Keputusan pembeli juga dipengarui oleh karakteristik pribadi, Karakteristik tersebut meliputi usia, dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep didik pembeli.
a. Usia Dan Tahap siklus Hidup
diet khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap perabot, pakaian, dan rekreasi juga juga berhubungan dengan usia.
Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Beberapa karya terbaru telah mengidentifakasikan tahap siklus hidup psikologis. Orang dewasa mengalami perjalanan dan perubahan situasi hidup bercerai, menduda/menjanda, kawin lagi dan dampak situasi itu terhadap perilaku konsumsi.
b. Pekerjaan dan Lingkungan Ekonomi
Pekerjaan seseorang juga mempengarui pola konsumsinya. Pilihan produk sangat dipengarui oleh keadaan ekonomi seseorang, penghasilan yang dapat di belanjakan (level, kesetabilan, pola waktu), tabungan dan aktiva (termasuk presentase aktiva yang lancar/likuid), utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terus-menerus memperlihatkan kecendrungan penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat suku bunga. Jika indikator ekonomi menandakan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan menempatkan kembali harga produk mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai ke pelanggan sasaran.
c. Gaya Hidup
opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkunganya.
d. Kepribadian dan Konsep Diri
Masing-masing orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengarui perilaku pembelianya. Yang dimaksud kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkunganya.
4. Faktor Psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengarui oleh empat faktor psikologis utama motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan pendirian.
a. Motivasi
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang bersifat Psikogenis, kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan dan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga ia mencapai tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak.
b. Persepsi
situasi tertentu. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu memilih, mengorganisasi, dan mengintepretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti.
Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang behubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan.
c. Keyakinan dan sikap
Melalui bertindak dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya kemudian mempengarui perilaku pembelian mereka. Keyakinan mungkin berdasarkan pengetahuan. Pendapat, atau kepercayaan.
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecendrungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu obyek atau gagasan.Jadi sebuah perusahaan sebaiknya menyesuaikan produknya dengan sikap yang telah ada daripada berusaha untuk mengubah sikap orang. Tentu saja terdapat beberapa pengecualian dimana biaya besar untuk mengubah sikap orang-orang akan memberikan hasil.
2.2.3. Respon Lingkungan Belanja
2.2.3.1. Pengertian Respon Lingkungan Belanja
lain (siapa saja yang ada disekitar dan apa saja yang mereka lakukan), karena hal tersebut merupakan bagian penting yang perlu diciptakan pemasar untuk mempengaruhi perilaku konsumen.
Menurut Paul Peter dan Jerry Olson (1999), lingkungan terdiri dari dua macam, yaitu: Lingkungan makro dan lingkungan mikro. Faktor-faktor lingkungan makro seperti iklim, kondisi ekonomi, sistem politik, dan kondisi alam mempunyai pengaruh umum atas perilaku, seperti ketika keadaan ekonomi mempengaruhi jumlah belanja rumah tangga, mobil, dan barang, sedangkan, faktor-faktor lingkungan mikro yang berhubungan dengan aspek nyata fisik dan sosial lingkungan seseorang berpengaruh langsung pada perilaku spesifik konsumen, pendapat, dan perasaan. Peter dan Olson (1999) juga membagi lingkungan menjadi dua aspek dan dimensi yaitu aspek lingkungan sosial dan aspek lingkungan fisik. Aspek lingkungan fisik termasuk semua yang bukan manusia, yang dapat dibagi menjadi elemen yang mempunyai ruang atau tidak mempunyai ruang.
Mehrabian dan Russel dalam Semuel (2005) menyatakan bahwa respon afektif lingkungan atas perilaku pembelian dapat diuraikan oleh 3 variabel yaitu: 1. Pleasure
Pleasuremengacu pada tingkat dimana individu merasakan baik, penuh
bosan). Konseptualisasi terhadap pleasure dikenal dengan lebih suka, kegemaran, perbuatan positif.
2. Arousal
Mengacu pada tingkat dimana seseorang merasakan siaga, digairahkan atau situasi aktif. Arousal secara lisan dianggap sebagai laporan responden, seperti pada saat dirangsang, ditentang, dan diperlonggar dan dalam pengukurannya digunakan metode semantic differential, dan membatasi arousal sebagai sebuah keadaan perasaan yang secara langsung ditaksir oleh laporan verbal. Beberapa ukuran nonverbal telah diidentifikasi dapat dihubungkan den sesungguhnya membatasi sebuah ukuran dari arousal dalam situasi sosial. 3. Dominante
Dominance ditandai dengan laporan responden yang merasa dikendalikan
sebagai lawan mengendalikan, mempengaruhi sebagai lawan dipengaruhi, terkendali sebagai lawan diawasi, penting sebagai lawan dikagumi, dominan sebagai lawan bersikap tunduk, dan otonomi sebagai lawan dipandu.
2.2.4. Persepsi
2.2.4.1. Pengertian Persepsi
Menurut Setiadi (2003: 160) persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi, di mana pengertian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna dan suara.
Dengan adanya itu semua, maka akan timbul persepsi. Pengertian dari persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasikan, dan diintepretasikan. Di dalam psikologi, persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak (Mahmud 1989:41). Menurut Walgito (1992 :69) persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui indera. Kartono (1987 :343) juga berpendapat bahwa persepsi ialah pengamatan secara global yang belum disertai kesadaran subjek dan objeknya pun belum dibedakan. Sedangkan persepsi menurut Sudarsono,(1997: 175) merupakan kemampuan memahami atau menanggapi, pengamatan pandangan, proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu; kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan; sesuatu yang dapat ditangkap oleh indera kita.
organisme itu merespon dan menggabungkan masukan itu dengan salah satu kategori atau objek-objek atau peristiwa-peristiwa.
Adapun indikator dari persepsi tersebut adalah sebagai berikut : Sugiharto, Dharmessta dan Siringgoringo,(2006)
1. Kebutuhan
Segala sesuatu yang menjadi apa yang dinginkan oleh pelaku persepsi dimana kebutuhan yang tidak dipuaskan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. dapat diartkan sebagai dorongan yang datang dari dalam untuk berbuat sesuatu
2. Minat
Suatu rasa lebih atau suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
3. Pengharapan.
Suatu proses yang diharapkan dari sesuatu aktivitas atau kejadian.
Terjadinya persepsi ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau dan sikap sekarang dari individu. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua perbuatannya dimasa lampau atau dapat pula dipelajari, sebab dengan belajar seseorang akan dapat memperoleh pengalaman individu yang akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu produk.
pengorganisasian dan interpretasi data sensor (Rice, 1993). Boyd Jr. dan Walker Jr., 1992) memberikan definisi yang sama kecuali untuk tahapan pengurutannya. Meskipun dihadapkan pada input sensor sama, orang yang berbeda akan memersepsikan sesuatu cukup berbeda. Sensor merupakan sumber persepsi. Sensor terdiri dari pendengaran, penglihatan, bau, rasa, dan sentuhan.
2.2.4.2. Proses Pembentukan Persepsi
Menurut Setiadi (2003, p.160) persepsi seseorang dibentuk oleh tiga pengaruh:
1) Karakteristik dari stimuli,
2) Hubungan stimuli dengan sekelilingnya, dan 3) Kondisi-kondisi di dalam diri sendiri
Stimuli adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu. Seseorang merasakan bentuk, warna, sentuhan, aroma, suara dan rasa dari stimuli. Perilaku seseorang kemudian dipengaruhi oleh persepsi-persepsi fisik ini. Para pemasar harus menyadari bahwa manusia-manusia terbuka terhadap jumlah stimuli yang sangat banyak.
oleh penerima stimulus (persepsi). Berikut adalah gambar proses pembentukan persepsi.
2.2.4.3. Tahap-tahap Persepsi
Proses persepsi merupakan “proses psikologis yang kompleks yang juga melibatkan aspek psikologis. Proses psikologis dimulai dari aktivitas memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan sehingga konsumen dapat memberikan makna atas suatu obyek” (Suryani, 2008, 102-109).
1. Seleksi (Perceptual Selection)
Proses persepsi diawali dengan adanya stimuli yang mengenai panca indera disebut sensasi. Stimuli ini sangat beragam, jika dilihat dari asalnya, ada yang berasal dari luar individu dan dari dalam diri individu. Ada dua faktor yang mempengaruhi pemilihan stimuli yang dipersepsikan konsumen, yaitu: (Suryani, 2008, p.102-109)
1. Faktor dari stimuli itu sendiri: faktor-faktor yang merupakan karakteristik stimuli yang dapat mempengaruhi pilihan konsumen adalah:
a. Kekontrasan atau perbedaan yang mencolok Prinsip kontras ini menyatakan bahwa stimulus eksternal yang berbeda atau berlawanan dengan kondisi yang ada akan menarik perhatian.
b. Kebaruan, Bisa berupa iklan, produk baru dan lain-lainnya yang sifatnya baru menurut konsumen yang akan menarik perhatian mereka. c. Intensitas, Semakin kuat intensitas eksternal akan semakin dirasakan
d. Besarnya ukuran, Ukuran ini sering terkait dengan intensitas. Semakin besar ukuran suatu obyek, akan semakin besar dirasakan oleh konsumen.
e. Gerakan, Prinsip gerakan ini menyatakan bahwa konsumen akan memberikan perhatian yang lebih terhadap obyek bergerak yang dilihatnya daripada yang tidak bergerak.
f. Pengulangan, Stimuli yang diulang-ulang akan lebih menarik perhatian dibandingkan stimuli yang kemunculannya hanya sekali.
2. Faktor internal: Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam indvidu itu sendiri, yang seringkali mempengaruhi perhatian individu dalam memilih stimuli adalah harapan dan motif, adalah sebagai berikut: a. Ebankosur selektif (Selective exposure), Konsumen cenderung akan
memilih tayangan atau apa saja yang dilihat dan dirasakannya secara selektif. Berbagai informasi yang diingatannya akan mempengaruhi pemilihannya.
b. Perhatian selektif (Selective attention), Konsumen dapat
memperhatikan stimuli secara sengaja (sadar dan aktif) dan secara tidak sengaja (pada kondisi tertentu juga dapat menjadi sebuah kesengajaan jika stimuli mampu mempengaruhi konsumen secara sadar untuk memperhatikan sesuatu yang dianggap menarik).
dapat membahayakan dirinya, serta melindungi dirinya dari hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan, keyakinan, dan nilai-nilainya. d. Menutup secara persepsi (Perceptual blocking), Konsumen akan
menahan berbagai stimuli sesuai dengan kesadarannya
2. Pengorganisasian (Perceptual Organization)
Menurut Schiffman & Kanuk (2007, p.159) pengorganisasian adalah “kecenderungan manusia membuat keteraturan untuk hal-hal yang tidak teratur. Demikian pula terhadap soal persepsi. Stimuli banyak yang datang dari lingkungan tetapi tidak diserap begitu saja sebab setiap orang melakukan pengorganisasian terhadap stimuli tersebut.” Setelah memilih stimuli mana yang akan diperhatikan, konsumen akan mengorganisasikan, mengelompokkan, dan menghubung-hubungkan stimuli yang ada agar dapat diinterpretasikan, sehingga mempunyai makna.
2.2.5. Pengalaman Berbelanja
2.2.5.1. Pengertian Pengalaman Berbelanja
Resources expenditure merupakan variabel mediator respons lingkungan belanja dan pengalaman belanja.
Babin dan Darden (1995) menggunakan istilah resources expenditure untuk menunjukkan tingkat dari sumber daya yang dibelanjakan dan jumlah dari nilai belanja seseorang. Menurut Babin dan Darden, istilah resources expenditure dipilih sebab tampak lebih deskriptif dibanding perilaku pendekatan / penghindaran (approach / avoidance). Dalam studi Babin dan Darden, resources expenditure diperagakan sebagai suatu variabel endogen di dalam model dan bertindak sebagai suatu variabel penengah antara emosi belanja (pleasure,
arousal, dan dominance) dengan pengalaman belanja (hedonic dan
utilitarian).Semuel,(2005: 152-170).
Adapun indikator dari pengalaman berbelanja yaitu: S Sugiharto, Dharmesta,Siringoringo,(2006). adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman akan harga barang yang di jual b. Pengalaman akan kelengkapan barang c. Pengalaman akan keramahan karyawan
2.2.6. Pengaruh Respon Lingkungan Terhadap Pengalaman Berbelanja
Lingkungan mengacu pada semua karakteristik fisik dan sosial konsumen, termasuk objek fisik (produk dan toko), hubungan ruang (lokasi toko dan produk dalam toko), dan perilaku sosial dari orang lain (siapa saja yang di sekitar dan apa saja yang mereka lakukan). Seperti orang lebih memilih tidak untuk berlama-lama dalam keadaan kotor, di dalam toko yang ramai; konsumen harus menunggu sampai sore untuk belanja selama cuaca panas,dan merasa marah dalam antrian yang panjang dan lama ketika anda ingin pulang hal inilah yang berpengaruh terhadap pengalaman berbelanja konsumen. Peter dan Olson (2002),
Mehrabian dan Russell (1974), Donovan et al. (1994), Babin et al. (1994) dan Babin dan Darden (1995), menemukan bahwa; respons terhadap lingkungan belanja pleasure, arousal dan dominance berpengaruh positif dengan resources
expenditure. Selain itu ditemukan bahwa kenaikan resources expenditure
berpengaruh positip terhadap pengalaman berbelanja yang meliputi (hedonic
shooping value, dan berpengaruh negatip terhadap utilitarian shoping value).
2.2.7. Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Pengalaman Berbelanja
pengalaman, meskipun bukan diri sendiri yang mengalaminya, melainkan hanya melalui pengalaman orang lain yang disebarkan dari mulut ke mulut.
Persepsi konsumen dapat memengaruhi keputusan lokasi berbelanja. Howell dan Rogers (1981) menemukan bahwa persepsi memengaruhi keputusan lokasi berbelanja melalui preferensi. Gentry dan Burns (1977) menemukan bahwa persepsi konsumen terhadap toko, yang diukur berdasarkan atribut toko spesifik, seperti harga barang, kelengkapan barang, dan lain-lain, memengaruhi keputusan pemilihan toko. Doolin dkk. (2005) menemukan bahwa persepsi konsumen terhadap resiko dan pengalaman berbelanja. Hal yang ditemui oleh konsumen saat berada di toko ritel mungkin akan berbeda dengan apa yang dipersepsikan sebelum melakukan kunjungan. Kunjungan ini dengan demikian akan memberikan pengalaman bagi konsumen. Dalam kasus ini, dinyatakan bahwa persepsi konsume memengaruhi pengalaman.
2.3. Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan pada latar belakang dan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bahwa respon lingkungan berpengaruh positif terhadap pengalaman berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo.
2. Bahwa persepsi konsumen berpengaruh positif terhadap pengalaman berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo.
Respon Lingkungan (X1)
Persepsi Konsumen
(X2)
35
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya, adalah sebagai berikut:
1. Respon Lingkungan (X1) merupakan suasana dalam toko ritel mengenai lingkungan, keadaan toko, dan perilaku konsumen dalam berbelanja di Giant
Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo. adapun dimensi dan indikatornya:
a. Kesenangan (pleasure) (X1.1) adalah faktor dimana tingkat individu
merasakan nyaman dan senang, memiliki kepuasan tersendiri, dan dapat
santai di dalam situasi lingkungan berbelanja di Giant Hypermart Pondok
Tjandra Sidoarjo.
- Perasaan nyaman dengan suasana berbelanja yang tenang.(X1.1.1)
- Perasaan nyaman dengan keleluasaan berbelanja. .(X1.1.2)
- Perasaan senang dengan adanya fasilitas pembayaran
pembelanjaan.(X1.1.3)
- Perasaan puas dengan pemberian diskon. (X1.1.4)
b. Kegairahan (arousal) (X1.2) sebagai seseorang merasakan ketertarikan,
lebih aktif atau bersemangat, rasa ingin tahu yang kuat terhadap
produk-produk yang ditawarkan di lingkungan berbelanja Giant Hypermarket
- Perasaan tertarik terhadap suasana lingkungan berbelanja yang
memberikan program promosi pada produk. (X1.2.1)
- Perasaan lebih bersemangat berbelanja (X1.2.2)
- Rasa ingin tahu yang kuat terhadap produk-produk yang ditampilkan.
(X1.12.3)
3. Dominasi (dominance) (X1.3) adalah faktor dimana seseorang merasa
dipengaruhi dan dipandu oleh situasi lingkungan berbelanja di Giant
Hypermart Pondok Tjandra Sidoarjo.
- Pembeli dipengaruhi oleh suasana lingkungan berbelanja. (X1.3.1)
- Pembeli dipandu oleh suasana lingkungan berbelanja dalam melakukan
pembelian. (X1.3.2)
2. Persepsi Konsumen (X2) Proses stimuli-stimuli, diorganisasi, dan dienterpretasikan terhadap obyek Giant Hypermarket Pondok Tjandra
Sidoarjo. Indikator dari persepsi konsumen adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan (X21) Dapat diartikan sebagai dorongan yang datang dari dalam
untuk berbuat sesuatu atas persepsi pelakunya.
- Minat (X22), Suatu rasa lebih atau suka dan rasa keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
- Pengaharapan (X23) Suatu proses yang diharapkan dari sesuatu aktivitas
atau kejadian
Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo seperti: kesenangan, hal-hal baru
dalam berbelanja. Sugiharto, Dharmesta,Siringoringo,(2006). adapun
indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman akan harga barang yang di jual (Y1)
b. Pengalaman akan kelengkapan barang (Y2)
c. Pengalaman akan keramahan karyawan (Y3)
d. Pengalaman akan informasi harga yang murah (Y4)
e. pengalaman berbelanja secara keseluruhan (Y5)
3.1.1. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
interval dengan menggunakan teknik pembobotan skala (semantic differential
scale). Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan
pendapatnya tentang serangkaian pernyataan yang berkaitan dengan obyek yang
diteliti dalam bentuk nilai yang berada dalam rentang dua sisi. Dalam penelitian
ini, setiap pertanyaan masing-masing diukur dalam 7 skala dan ujung-ujung
ditetapkan dengan kata sifat yang tidak secara kontras berlawanan. sebagai
berikut:
Sangat Jelek Sangat Bagus
3.2.Teknik Pengambilan Sampel a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung dan
berbelanja di Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo. 7
b. Sampel
Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non
Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan
sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh sampel.
Ciri-ciri sampel tersebut adalah (1) konsumen yang berkunjung dan berbelanja di
Giant Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo. 2). Minimal berkunjung dan
membeli lebih dari 2 kali. 3).berusia antara 18-55 tahun merupakan pelanggan
yang dianggap dewasa dan mampu mengambil keputusan pembelian atau
paling tidak berpengaruh dalam pengambilan keputusan pembelian
Menurut Ferdinand (2002: 48).
- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 -200
sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).
- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi
- Karena terdapat 17 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah (17X7 = 119) maka sampel yang digunakan adalah minimal sebesar
119 responden.
3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada konsumen yang berkunjung dan berbelanja di Giant
b. Data Sekunder
Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan.
Data ini antara lain berupa data perusahaan dan gambaran umum tentang
perusahaan.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung konsumen yang berkunjung dan berbelanja di Giant Hypermarket
Pondok Tjandra Sidoarjo dengan cara menyebarkan kuesioner.
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara berikut:
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -
bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada konsumen yang berkunjung dan berbelanja di Giant
Hypermarket Pondok Tjandra Sidoarjo.
c. Dokumentasi
Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip
aturan yang disepakati, misalnya keberadaan perusahaan dan struktur
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang
memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif rumit. Model
pengukuran respon lingkungan berbelanja, persepsi konsumen terhadap
pengalaman berbelanja menggunakan confirmatory factor analyses. Penaksiran
pengaruh masing-masing variable bebas terhadap variable terikatnya
menggunakan koefisien jalur Langkah-langkah dalam analisis SEM model
pengukuran dengan contoh faktor variable loyalitas merek dilakukan sebagai
berikut : Persamaan Dimensi variabel persepsi konsumen.
X21 = 1 Persepsi konsumen + er_1
X22 = 2 Persepsi konsumen + er_2
X23 = 3 Persepsi konsumen + er_3
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk
diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model
pengukuran dengan contoh variabel persepsi konsumen akan nampak sebagai
berikut:
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Persepsi Konsumen
Persepsi konsumen(X2)
(X21)
(X22)
(X23)
Er 1
Er 2
Keterangan :
X21 = pertanyaan tentang kebutuhan
X22 = pertanyaan tentang minat
X23 = pertanyaan tentang pengharapan
er_j = error term X1j
3.4.2. Outliers
Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik
secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik
unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi
lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui
munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat
kategori.
Pertama, Outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam
memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik
80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban
responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah
nilai ekstrim.
Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang
memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti
mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.
Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak
dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai
Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila
dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau
sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.
3.4.3. Evaluasi atas outliers
Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier
Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <
0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar
jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis > dari nilai X2 adalah
multivariate outlier.
3.4.4. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi
sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah
tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan
derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini
dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan
dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini
koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of
significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai
pembentukan indikator.
3.4.5. Uji Reliabilitas
Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana
umum. Secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70
dan variance extracted≥ 0,5 Hair et. al., (1998).
3.4.6. Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam
analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah
adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang
biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan
melalui rumus berikut ini :
Bila nilai z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi
data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat
signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih besar dari
2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari distribusi pada
tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan adalah nilai kritis
sebesar 1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak pada tingkat
signifikasi 0.05 (5%). Augusty (2002: 95)
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan
singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati
determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil
mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak
3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar
daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.
3.4.9. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modelling.
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices GOODNESS OF
FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE
X2 - Chi-square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data].
Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi
[analog dengan R2 dalam regresi berganda].
0,90
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. 0,90
CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model 2,00
TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya
sample dan kerumitan model. 0,95
1. X² CHI SQUARE STATISTIK
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood
ratio chi-square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang
digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik
chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan
dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil
nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan
dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,
maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat
sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil
maupun yang terlalu besar.
2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of
APPROXIMATION
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi
chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya degress of freedom.
3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini
akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI
fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini
menunjukkan sebuah “better fit”.
4. AGFI – ADJUST GOODNES of FIT INDEX
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila
AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun
AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians
alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan
sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai
antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.
Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya
sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang
dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif
yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks
kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.
6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai
yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.
7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin
Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini
besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk
mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan
48 4.1. Deskriptif Hasil Penelitian
Giant mulai beroperasi sejak 2 Agustus 2002 di Indonesia yang didirikan
oleh PT. Hero Supermarket Tbk dan bekerjasama Dairy Farm asal Malaysia. PT.
Hero Supermarket Tbk sebagai perseroan besar selalu serius terhadap tanggung
jawab sosial. Program kerjasama dengan bisnis kecil, koperasi dan petani sudah
dimulai sejak tahun 1980. Tradisi ini sudah berlangsung sejak saat itu dan terus
berkembang.
Hypermarket Giant buka dari pukul 09.00 pagi hingga jam 21.00 malam.
Pada event midnight sale yang diadakan beberapa kali dalam sepekan buka hingga
pukul 22.00 malam.
Hpermarket Giant tidak hanya memberikan harga yang murah pada
produk-produk yang dijualnya kepada masyarakat, namun juga memberikan
pilihan dan koleksi produk yang beraneka ragam sehingga masyarakat senang
melakukan kegiatan belanja di Hypermarket Giant.
4.1.1. Analisis Karakteristik Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kedalam kuesioner yang
telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal seperti dibawah