ABSTRAK
KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DAN KEMELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU KELAGIAN
Aviy Ryshadiyanta
Perairan Pulau Kelagian merupakan salah satu pulau yang terdapat di wilayah perairan teluk Lampung, Desa Ketapang, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Secara geografis, Pulau Kelagian memiliki luas 435 Ha, dan terletak pada posisi 05o37’49” LS dan 105o13’29” BT. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman ikan karang dan kemelimpahan plankton di perairan Pulau Kelagian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2014 di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung. Metode yang digunakan adalah Manta tow, Underwater Visual Cencus dan pengambilan sampel plankton. Hasil pengamatan di perairan Pulau Kelagian dijumpai 41 spesies ikan karang yang termasuk kedalam 16 famili. Ikan karang dari famili Apogonidae paling mendominasi pada setiap stasiun penelitian yaitu dengan persentase tertinggi mencapai 74,06%. Pada seluruh stasiun penelitian ditemukan 5 kelas zooplankton antara lain Maxillopoda, Polychata, Appendicularia, Insecta, Oligotrichea dan 5 kelas fitoplankton antara lain Baccillariophyceae, Cyanophyceae, Fragilariophyceae, Dinophyceae, dan Coscinodiscophyceae. Hubungan antara jumlah ikan karang dengan kelimpahan plankton pada kedalaman 5 dan 10 meter diperoleh nilai r = 0.984 dan 0,964. Hal ini menunjukkan korelasi positif antara jumlah ikan karang dan kelimpahan plankton
KEANEKARAGAMAN IKAN KARANG DAN KEMELIMPAHAN PLANKTON DI PERAIRAN PULAU KELAGIAN
Oleh
Aviy Ryshadiyanta
Skripsi
Sebagai Salah Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS
Pada Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Yogyakarta. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak
Aris Susanto dan Ibu Karmilah.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 4
Sukadamai, Natar pada tahun 2001, Sekolah Menengah
Pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMPN 1
Kibang, Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2011 di SMAN 2 Kota
Metro. Penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 di Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Lampung pada tahun 2010. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di
Universitas Lampung pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam melalui jalur SNMPTN. Selama masa perkuliahan, penulis
aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Klub Selam Anemon FMIPA Unila yang pada
periode kepengurusan 2010-2012 sebagai Anggota Divisi Diklat dan periode
kepengurusan 2011-2012 sebagai Kepala Divisi Diklat. Penulis juga aktif di
Lembaga Kemahasiswaan yang berada di Jurusan Biologi, yakni HIMBIO
(Himpunan Mahasiswa Biologi) FMIPA Unila. Pada tahun kepengurusan
2011-2012 penulis diberikan amanah sebagai Kepala Bidang Ekspedisi, selain itu
sebagai Ketua Pelaksana PKSDA (Pekan Konservasi Sumber Daya Alam) XVII.
Indonesia). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah
diantaranya, Biologi Umum pada Jurusan Pertanian, Zoologi Invertebrata pada
Jurusan Pendidikan Biologi, Pencemaran Lingkungan, Fisiologi Hewan, Perilaku
Hewan, dan herpetologi pada Jurusan Biologi FMIPA Unila.
Dalam masa perkuliahan, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada
tahun 2013 selama 30 hari di Desa kedaton, Kec. Kasui, Kabupaten Way Kanan.
Selanjutnya penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Cagar Alam dan Cagar
Alam Laut Kepulauan Krakatau dan Tambling, Bukit Barisan Selatan bersama
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Lampung, dengan judul
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah berkat rahmat dan karunia Allah SWT. Saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan kelancaran, kesehatan, dan kesabaran.
Dengan rasa hormat
Saya persembahkan karya ini untuk kedua orang yang senantiasa mendoakan, memberikan semangat, nasehat, serta pengorbahnan yang tak
terhingga.
Adik, keluarga besar dan sahabat yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan studi.
“Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam
damai dan persaudaraan” By : Bung Karno
Persahabatan dan Persaudaraan adalah kekeutan dalam
sebuah tim By : Aviy Ryshadiyanta
“ Jangan takut membuat kesalahan. Namun, pastikan anda
tidak membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. “ By :
Akio Morita
SANWACANA
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil ’alaminPenulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Ikan Karang dan Kemelimpahan
Plankton di Perairan Pulau Kelagian”.
Penyelesain skripsi ini dibantu oleh beberapa pihak maka dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku Pembimbing 1 yang telah
membimbing dengan sabar, pengertian, memotivasi, memberikan nasehat
serta kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Sri Murwani, M.Sc. selaku Pembimbing 2 yang telah membimbing,
memotivasi, memberikan nasehat, saran, dan bantuannya kepada penulis.
3. Bapak Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc. selaku Pembahas terimakasih atas
bimbingan dan saran dalam menyelesaikan skripsi.
4. Kedua orang tua bapak Aris Susanto dan ibu Karmilah yang selalu
memberikan doa, semangat, dukungan baik moral dan material serta nasehat
kepada penulis.
5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan Penelitian... 2
C. Manfaat Penelitian... 2
D. Kerangka Pikir... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 5 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 5
B. Keanekaragaman Ikan Karang... 8
C. Plankton... 9
D. Parameter Lingkungan... 13
III. METODE PENELITIAN 17
A. Waktu dan Tempat... 17
B. Alat dan Bahan... 17
C. Metode Kerja... 18
D. Prosedur Kerja... 19
B. Persentase Keanekaragaman Ikan Karang di Pulau Kelagian.. 27
C. Indeks Dominansi (C) dan Indeks Keseragaman (E) Ikan
Karang di Perairan Pulau Kelagian... 30
D. Komposisi Ikan Karang Berdasarkan Perannya dalam
Ekosisitem... 31
E. Kelimpahan, ndeks Keanekaragaman (H’), Indeks
Dominansi (C), Indeks Keseragaman (E) Plankton di Perairan
Pulau Kelagian... 33
F. Hubungan Komposisi Ikan Karang dan Kelimpahan Plankton. 37
G. Parameter Kualitas Perairan pulau Kelagian... 39
V. SIMPULAN DAN SARAN 41
A. Simpulan... 41
B. Saran... 41
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indeks dominansi dan indeks keseragaman ikan karang di
perairan Pulau Kelagian... 30
Tabel 2. Pengelompokkan ikan karang berdasarkan peranannya di ekosistem... 32
Tabel 3. Indeks keanekaragaman (H’), indeks dominansi (C), indeks keseragaman (E), plankton di Pulau Kelagian... 35
Tabel 4. Parameter perairan pulau Kelagian... 39
Tabel 5. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 1... 43
Tabel 6. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 1... 44
Tabel 7 Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 2... 44
Tabel 8 Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 2... 45
Tabel 9 Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 3... 46
Tabel 10. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 3... 46
Tabel 11. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 1... 47
Tabel 12. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 1... 48
Tabel 13. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 2... 48
Tabel 14. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 2... 49
Tabel 15. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 3... 50
Tabel 16. Jenis ikan karang yang terdapat di stasiun 3... 51
Tabel 18. Plankton yang ditemukan di perairan Pulau Kelagian pada
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lokasi penelitian... 5
Gambar 2. Siklus materi di ekosistem perairan... 10
Gambar 3. Jumlah ikan karang di kedalaman 5 meter... 24
Gambar 4. Kondisi terumbu karang pada stasiun 1... 25
Gambar 5. Jumlah ikan karang di kedalaman 10 meter... 26
Gambar 6. Kondisi terumbu karang pada stasiun 2... 27
Gambar 7. Persentase keanekaragaman ikan karang pada kedalaman 5 meter (tanggal 10 Oktober 2014)... 28
Gambar 8. Persentase keanekaragaman ikan karang pada kedalaman 5 meter (tanggal 12 Oktober 2014)... 28
Gambar 9. Persentase keanekaragaman ikan karang pada kedalaman 10 meter (tanggal 10 Oktober 2014)... 29
Gambar 10. Persentase keanekaragaman ikan karang pada kedalaman 10 meter (tanggal 12 Oktober 2014)... 29
Gambar 11. Kelimpahan plankton pada stasiun 1... 33
Gambar 12. Kelimpahan plankton pada stasiun 2... 33
Gambar 13. Kelimpahan plankton pada stasiun 3... 34
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Potensi sumber daya ikan di Indonesia sangat besar yang ditunjang dengan
keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, sekitar 3000 jenis ikan laut dan tawar
terdapat di wilayah perairan Indonesia (DKP, 2007). Posisi perairan Indonesia
berada di wilayah pusat segitiga terumbu karang dunia (the coral triangle) yang
didalamnya terdapat berbagai macam terumbu karang yang letaknya tersebar
diseluruh wilayah perairan Indonesia, luas terumbu karang Indonesia mencapai
50.000 km2 yang hampir 25% dari luas terumbu karang dunia genera terumbu
karang Indonesia berjumlah sekitar 70-80 dan lebih dari 500 jenis spesies yang
merupakan bagian dari 70% keanekaragaman terumbu karang yang ada di dunia
(Dahuri, 2003).
Disamping terumbu karang ekosistem pesisir Indonesia lainnya berupa padang
lamun dan hutan mangrove. Luas daerah padang lamun di wilayah pesisir
Indonesia mencapai 12.000.000 ha dan luas hutan mangrove dengan berbagai
jenis biotanya mencapai 4.500.000 ha (Suharti, 1999).
Perairan pulau Kelagian memiliki kondisi yang cukup tenang dan stabil kondisi
ekologinya. Hal ini karena posisi perairan pulau kelagian terletak di wilayah teluk
2
disekitar pesisir dengan komponen yang berada di laut. Wilayah teluk lampung
terdapat komunitas hutan mangrove yang berada di pesisir, padang lamun, dan
terumbu karang yang masing-masing komponen tersebut memiliki interaksi
sehingga menciptakan kondisi yang optimal untuk berlangsungnya proses biologi
bagi organisme akuatik adalah salah satu organisme yang mempunyai peran
penting dalam ekosistem adalah plankton (Widodo, 2003).
Plankton berfungsi sebagai pakan alami larva organisme perairan, fitoplankton
merupakan produsen utama di perairan, dan organisme yang menjadi konsumen
antara lain zooplankton, larva ikan, kepiting, dan udang (Djarijah, 1995). Dalam
ekosistem perairan, plankton memiliki peran yang sangat penting pada
jaring-jaring makanan di laut, plankton memberikan sumbangan produksi primer
terbesar suatu perairan karena menghasilkan bahan organik yang kaya energi
maupun kebutuhan oksigen bagi organisme yang tingkatannya lebih tinngi dari
proses fotosintesis.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman ikan karang
dan kemelimpahan plankton di perairan Pulau Kelagian.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi
tentang keanekaragaman ikan karang dan kemelimpahan plankton yang
menunjukkan di perairan Pulau Kelagian bahwa perairan di pulau tersebut
3
D. Kerangka Pikir
Ekosistem yang berada di wilayah pesisir seperti hutan mangrove, pantai, dan
padang lamun memiliki hubungan erat dengan ekosistem terumbu karang.
Rusaknya salah satu komponen ekosistem akan mempengaruhi siklus rantai
makanan yang terbentuk pada wilayah pesisir maupun ekosistem terumbu
karang dan akan mempengaruhi kemelimpahan ikan karang di dalam perairan
(Suharti, 1999).
Hutan mangrove berfungsi sebagai penghalang terjadinya abrasi di wilayah
pesisir, sebagai tempat hidup biota laut, tempat reproduksi, dan sebagai
penghasil unsur hara. Lamun berperan dalam melakukan pendauran berbagai
elemen-elemen dan zat hara di lingkungan laut. Ekosisitem lamun menjadi
salah satu ekosistem bahari produktif yang dapat menstabilkan dan menahan
sedimen-sedimen yang dibawa oleh tekanan dari arus dangelombang.
Terumbu karang berfungsi sebagai tolak ukur kondisi suatu perairan laut dan
sebagai tempat tinggal ikan karang, keanekaragaman terumu karang juga
dipengaruhi oleh kemelimpahan plankton sehingga terjadi interaksi antara
masing-masing komponen untuk menunjang stabilitas ekosisitem laut.
Apabila kondisi ekosistem pesisir dan laut terjaga dengan baik maka dapat
dimanfaatkan sebagai sarana wisata bahari dalam bidang konservasi dan
kemelimpahan hasil laut (Terangi, 2005).
Kemelimpahan ikan karang dan kemelimpahan plankton berkaitan erat
dengan kondisi ekosisitem di daerah pesisir. Hubungan ekosistem ini
4
hidup biota yang berada di perairan. Komposisi ikan karang dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kemelimpahan plankton (fitoplankton dan
zooplankton), berbagai pakan alaminya, dan kualitas perairannya seperti
kecerahan, pH, dan kadar DO yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan ikan karang. Dari pernyataan tersebut penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui keragaman ikan karang dan kemelimpahan plankton di
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Perairan pulau Kelagian merupakan salah satu pulau yang terdapat di wilayah
perairan teluk Lampung, Desa Ketapang, kecamatan Padang Cermin,
kabupaten pesawaran. Secara geografis, pulau Kelagian memiliki luas 435
Ha, dan terletak pada posisi 05o37’49” LS dan 105o13’29” BT. Pulau
Kelagian memiliki kondisi geografis yang berbukit, pantai berpasir putih,
pantai berbatu, dan memiliki pantai berlumpur yang ditumbuhi hutan
mangrove yang didominasi spesies Rhizopora sp. (Widodo, 2013).
6
1. Ekosistem Hutan Mangrove
Dalam suatu ekosistem pesisir, hutan mangrove berperan sangat penting
sebagai penahan abrasi pantai, pencegah intrusi, tempat berkembangbiak
ikan, udang, atau biota laut lain, tempat mencari makan, tempat memijah
bagi aneka biota perairan. Hutan mangrove memperoleh sumber energi
dari seresah pohon mangrove, seperti daun, ranting, buah, dan batang yang
jatuh. Pemanfaatan seresah oleh mikroorganisme menjadi zat hara terlarut
dan dimanfaatkan oleh fitoplankton, alga, dan tumbuhan mangrove itu
sendiri. Ikan karang, udang, dan kepiting memanfaatkan sebagian dari
seresah sebagai makanannya. Sumber nutrien dan bahan organik yang
dibawa ke ekosistem padang lamun oleh arus disebut ekosistem mangrove.
Beberapa jenis tumbuhan mangrove yang mendominasi hutan mangrove
yaitu (Rhizopora sp.), Api-api (Avicenia sp.), dan Pedada (Sonneratia sp.)
yang mampu tumbuhdan berkembang pada daerah pasang surut pantai
berlumpur (Terangi, 2005).
2. Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem padang lamun merupakan bagian dari ekosistem yang terdapat
di pesisir dan memiliki produktivitas tinggi. Didalam ekosistem tersebut
menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati indo dan plasma nutfah
(Romimohtarto dan Juwana, 2001). Ekosistem padang lamun memiliki
peran sebagai pelindung pantai seperti pencegah erosi serta penangkap
sedimen. Selain itu padang lamun juga berfungsi sebagai tempat hidup
7
Lamun adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan air asin dan
satu-satunya kelompok tumbuh tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
terdapat di lingkungan tersebut. Habitat padang lamun terdapat di perairan
pantai yang dangkal. Lamun memiliki tunas berdaun tegak dan
tangkainya merayap yang efektif untuk berbiak. Lamun dapat
berbunga,berbuah,dan menghasilkan biji serta memiliki akar dan sistem
internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara. Padang tersebut
digunakan sebagai daerah perlindungan, naungan, dan tempat makan ikan,
avertebrata serta mamalia laut seperti Dugong dugong di beberapa daerah
perairan yang dapat berinteraksi juga dengan terumbu karang (Novitasari,
2011).
3. Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem khas yang terdapat di
laut daerah tropis. Ekosistem terumbukarang memiliki produktifitas
organik yang sangat tinggi. Terumbu karang merupakan endapan masif
yang di bangun oleh binatang karang dari filum Cidaria, kelas Anthozoa,
dan ordo Madreporaria (Nybakken, 1992). Menurut Nontji (1993),
terumbu karang memiliki fungsi sebagai tempat berkembang biak,
bernaung, dan menbcari makan bagi ikan, kerang, udang, dan biota lainya.
Selain itu terumbu karang juga berfungsi sebagai pelindug pantai dari
abrasi dan gempuran ombak laut, serta mensetabilkan keliling pulau-pulau
8
Menurut penelitian Ryshadiyanta (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi
karang mati yaitu adanya aktifitas manusia dalam eksploitasi hasil laut
yang bersifat merusak seperti penangkapan berupa jaring, pukat harimau
(trawl) dan penggunaan bom ikan oleh nelayan. Keanekaragaman karang
berkurang juga disebabkan oleh faktor fisik seperti terlalu kuat arus
perairan, sehingga hanya spesies tertentu yang mampu bertahan hidup.
Masuknya air tawar ke perairan laut yang mempengaruhi kadar garam
(salinitas) dan tingkat kekeruhan yang tinggi menyebabkan penetrasi
cahaya matahari yang sangat dibutuhkan oleh karang dan biota laut lainya
menjadi terhambat.
B. Keanekaragaman ikan karang
Perairan karang merupakan perairan yang cukup subur karena banyak jenis
ikan karang yang berkorelasi dengan karang antara lain menunjukan
perilaku teritorial, pola berkembang biak dan daya jelajah yang tidak jauh
dari ekosistem karang sebagai sumber persediaan makan serta tempat
berlindung dari predator (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Keberadaan jenis ikan karang dipengaruhi oleh kondisi karang, apabila
kondisi karang sudah mengalami kerusakan maka semakin sedikit ikan
karang dapat hidup dan berkembang dengan baik karena habitatnya sudah
tidak memenuhi untuk mencari makan dan berkembangbiak (Sale, 1991).
Menurut Reese (1981), ikan merupakan organisme yang relatif kompleks,
dengan perilakunya dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian
9
menunjukkan kondisi lingkungan tersebut. Ikan mempunyai kemampuan
untuk dapat berpindah-pindah, memilih habitat dengan keadaan yang lebih
sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut Suharti (1999), ikan karang dapat dikelompokkan menjadi tiga
tipe berdasarkan peran ikan karang dalam ekosistem dan kepentingan
manusia antara lain :
a. Ikan Target
Merupakan jenis ikan yang memiliki nilai jual atau ekonomis biasanya
terdiri dari famili Seranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Acanthuridae,
kyphosidae, Haemulidae, Maulidae, dan Siganidae.
b. Ikan Indikator
Merupakan ikan indikator kesehatan terumbu karang yang biasanya
dari famili Chaetodontidae seperti Kepe-kepe.
c. Ikan hias Laut
Ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dijadikan ikan hias air laut
seperti Caesionidae, Pomacentridae, Scaridae, Apogonidae, dan
Lambridae.
C. Plankton
Dalam komunitas lautan, salah satu organisme yang hidup melayang-layang
atau mengambang di atas permukaan air disebut plankton yang terdiri dari
10
1. Fitoplankton
Menurut Odum (1996), fitoplankton merupakan tumbuhan yang hidup di
dalam air sebagai produsen tingkat pertama dari rantai makanan di
perairan. Fitoplankton memiliki peran yang penting sebagai produsen
primer karena dapat melakukan proses fotosintesis dengan menyerap
cahaya matahari.
Proses fotosisntesis yang dilakukan oleh fitoplankton diperairan
merupakan salah satu sumber oksigen . fitoplankton sebagai penghasil
oksigen serta bahan organik memilki peran yang penting dalam rantai
makanan dalam suatu ekosistem perairan. Kehidupan yang ada dilaut
secara langsung atau tidak langsung sangat tergantung pada hasil
fotosintesis fitoplankton. Hal ini dapat dilihat pada skema gambar 2.
Sinar Matahari
Nutrien Anorganik Detritus
Dasar Perairan
Gambar 2. Siklus materi di ekosistem perairan (McNaughton dan Woif,
1990).
Menurut Reynolds (1990) komposisi dan kemelimpahan fitoplankton
11
terhadap perubahan kondisi lingkungan baik secara fisik, kimia, maupun
biologi. Plankton memiliki kemampuan gerak yang sangat lemah dan
selalu terbawa arus. Fitoplankton yang subur pada umumnya terdapat
disekitar muara sungai, ini terjadi karena masuknya zat hara dari daratan
kesungai kemudian dialirkan kelaut. Kemelimpahan fitoplankton yang
besar dari jenis tertentu dapat mengakibatkan blooming dan dapat
menyebabkan Ride Tide yang dapat menyebabkan kematian pada ikan dan
hewan lain, Okamura (1916) dalam Okaichi (2003).
Menurut Parson et. al.(1984) untuk menjelaskan bagaimana kondisi
persebaran fitoplankton dilapisan permukaan laut tidaklah mudah, karena
adanya perbedaan kondisi ekologis. Pada setiap bagian laut, seperti
daerah estuari dan pantai, pesisir pantai dan laut lepas. Terdapat
kecenderungan persebaran fitoplankton lebih mengelompok pada daerah
neritik dibandingkan dengan daerah oseanik.
Distribusi secara vertikal fitoplankton dilaut umumnya berbeda
berdasarkan waktu, dimana suatu saat ditemukan maksimum didekat
perrmukaan, namun pada lain waktu lebih terkonsentrasi dibagian dasar
kedalaman eufotik. Distribusi fitoplankton dipengaruhi oleh nutrien,
cahaya, pemangsaan oleh zooplankton (Parson, et.al, 1994).
2. Zooplankton
Zooplankton merupakan suatu kelompok yang terdiri dari berjenis-jenis
12
molusca, annelida, dan crustacea. Beberapa dari organisme ini ada yang
yang memiliki sifat sebagai plankton selama masa hidupnya, tetapi ada
juga hewan yang bersifat sebagai plankton hanya untuk sebagian saja dari
masa hidupnya. Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2-2 µm, tetapi
ada juga yang berperan besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran
sampai lebih dari 1 m. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain
kopepoda (Copepode), Eufausid (Euphausid), Misid (Mysid), Amfipod
(Amphipod), dan kaetognant (Chaetognath). Zooplakton dapat dijumpai
mulai dari perairan pantai, perairan eustaria didepan muara sampai
perairan ditengah samudra, dari perairan tropis hingga perairan kutub.
Zooplankton tidak dapat memproduksi zat-zat organik dari zat-zat
anorganik, maka dari itu mereka harus mendapatkan tambahan
bahan-bahan organik dari makanannya. Hal ini dapat diperoleh baik secara
langsung maupun tidak langsung dari tumbuh-tumbuhan. Zooplankton
yang bersifat herbivora akan memakan fitoplankton secara langsung
sedangkan golongan karnivora memanfaatkan mereka dengan cara tidak
langsung yaitu dengan memakan golongan herbivora atau karnivora yang
lain (Hutabarat, 1985).
Zooplankton berperan sebagai organisme yang dimakan oleh larva-larva
ikan dan ikan-ikan besar. Plankton dalam kehidupannya sangat
bergantung pada lingkungannya seperti perubahan suhu dan salinitas yang
terjadi secara spontan menyebabkan kematian massal (Romimohtarto,
13
D. Parameter Lingkungan
Semua jenis ikan karang harus beradaptasi terhadap kondisi lingkungan
dihabitatnya untuk dapat hidup subur dan berkembangbiak. Faktor fisik
dan kimiawi juga sangat mempengaruhi pola hidup ikan karang tersebut
(Nybakken, 1992).
1. Cahaya
Menurut Jeffries dan Mills (1996), cahaya dengan aspek yang
dikandungnya seperti intensitas, polaritas, sudut penyebaran, arah,
komposisi spectral, panjang gelombang, serta lama penyinaran harian
terhadap tingkah laku ikan. Cahaya merupakan sumber energi utama
dalam ekosistem perairan. Di perairan, cahaya memiliki dua fungsi
utama yaitu memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat
jenis (densitas) serta menyebabkan terjadinya percampuran massa dan
kimia air.
2. Suhu
Pengendalian kondisi ekosistem perairan dipengaruhi oleh proses
fisika, kimia, dan biologi badan air. Kisaran toleransi perubahan suhu
dimiliki oleh ikan karang. Peningkatan viskositas, reaksi kimia,
evaporasi, volatilisasi disebabkan adanya peningkatan suhu.
Penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4
14
juga disebabkan oleh peningkatan kecepatan konsumsi oksigen
(Haslam, 1995).
3. Derajat Keasaman (pH)
Pada lingkungan perairan laut umumnya mencapai nilai pH yang
relatif stabil dan kisaran yang sempit berada antara 7,5-8,5. Pada pH
7-8,5 lebih disukai oleh biota laut dan perubahan pH mengakibatkan
sebagian besar biota laut sensitif (Nybakken, 1992). Menurut Novotny
dan Olem (1994), proses biokimiawi di perairan dipengaruhi oleh nilai
pH. Penurunan keanekaragaman, kemelimpahan total, biomassa, dan
produktivitas dari organisme perairan salah satunya dipengaruhi oleh
nilai pH terhadap komunitas biologi perairan.
4. Salinitas
Menurut Nybakken (1992), menyatakan perubahan salinitas kepada
daerah pantai relatif lebih kecil dibandingkan perubahan salinitas pada
perairan bebas. Pada musim penghujan perairan pantai banyak
dimasuki air tawar dari muara-muara sungai sehingga salinitas perairan
bebas cenderung menurun. Daya apung telur-telur yang bersifat
pelagis juga ditentukan oleh adanya salinitas. Organisme di dalamnya
cenderung melakukan adaptasi terhadap perubahan salinitas tersebut.
Menurut Basmi (2000), ada organisme yang bersifat eurihaline yaitu
15
dan organisme stenohaline yang mempunyai toleransi sempit terhadap
salinitas.
5. Tipe Substrat
Partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan dalam jangka waktu
berjuta-juta tahun secara perlahan-lahan dapat menutupi seluruh
permukaan dasar laut. Bongkahan batu-batuan dan potongan kulit
(shell) serta sisa rangka-rangka organisme laut merupakan hasil yang
terbentuk oleh partikel-partikel sedimen utama (Hutabarat dan Evans,
2000).
Menurut Bergen et al, (1994), kandungan oksigen dan ketersediaan
nutrien dalam sedimen ditentukan oleh jenis substrat. Substrat yang
lebih halus memiliki kandungan oksigen yang relatif lebih kecil
dibandingkan dengan jenis substrat berpasir. Pada substrat berpasir
tidak memiliki banyak nutrien, sedangkan pada substrat halus nutrien
tersedia cukup besar tetapi oksigen tidak terlalu banyak.
6. Arus
Gerakan air yang dapat menyebabkan upwelling yang membawa air
dengan suhu yang lebih dingin, salinitas yang tinggi, dan zat-zat hara
seperti fosfat dan nitrat sehingga terjadi pemupukan secara alami,
proses tersebut disebut dengan arus. Proses upwelling merupakan
suatu proses dimana massa air didorong ke arah permukaan laut dari
16
sehingga pola aliran arus menentukan karateristik penyebaran nutrien
17
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November
2014 di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian adalah peralatan SCUBA
yang berfungsi sebagai alat bantu menyelam di dalam air untuk
mengamati ikan selama kegiatan berlangsung. Satu unit GPS (Global
Positioning System) digunakan untuk mendapatkan posisi titik
pengambilan data. Data sheet digunakan untuk alat bantu mencatat jenis
ikan. Wacth underwater berfungsi untuk menentukan waktu pengambilan
data dan lama pengambilan data. Underwater camera digunakan untuk
dokumentasi jenis biota laut yang ada saat pengamatan dan sebagai alat
untuk koleksi data. Pipet tetes untuk memindahkan sampel, Sachi Disk
digunakan untuk mengukur kecerahan, termometer pengukuran suhu,
Refraktometer untuk mengukur salinitas perairan, pH stick untuk
mengukur pH, planktonet nomor 25 untuk mengambil sampel plankton,
18
plankton, dan buku identifikasi ikan dan plankton untuk identifikasi data.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah sampel air laut pada 3 titik
dengan kedalaman sampel masing-masing di permukaan laut, kedalaman
5 meter, dan 10 meter.
C. Metode Kerja
1. Pengambilan Data Ikan Karang
a. Metode Manta Tow
Metode ini digunakan untuk penentuan titik sampling, metode manta
tow adalah pengamatan langsung di atas permukaan air yang ditarik
secara perlahan menggunakan rubber boat yang dilengkapi dengan alat
snorkeling ( yaitu masker, snorkel, serta fins). Metode ini digunakan
untuk koleksi data dan pengamatan ikan karang sepanjang jalur
transek. Pengamatan secara umum dilakukan untuk menentukan
lokasi yang mewakili kondisi terumbu karang yang sama dalam hal
karateristik secara fisik, kemiringan, serta tutupan karangnya.
b. Metode Underwater Visual Cencus
Metode ini digunakan untuk pengamatan dan koleksi jenis data ikan
karang pada titik pengamatan. Pengamatan secara umum diusahakan
lokasi yang dapat mewakili jenis ikan karang yang ada. Lokasi yang
dipilih dalam hal karateristik secara fisik semuanya harus sama.
19
diri pada satu titik transek yang diamati, dan berpindah pada titik
pengamatan berikutnya dalam waktu 5 menit pada kedalaman yang
berbeda yaitu 5 meter dan 10 meter (Salmoilys, 1997).
2. Pengambilan Data Plankton
Metode pengambilan sampel plankton dilakukan pada 3 titik dengan 3
kedalaman yang berbeda yaitu 0 meter, 5 meter, dan 10 meter dengan cara
pengambilan sampel air pada setiap kedalaman menggunakan botol
sebanyak 2 liter dengan menggunakan distribusi vertikal yang diambil
sampel pada pukul 09.00 WIB kemudian sampel dituangkan kedalam
planktonet nomor 25 lalu disimpan dalam botol film yang diberi formalin
4%.
D. Prosedur Kerja
1. Penentuan Lokasi Pengamatan
Penentuan lokasi dilakukan dengan metode “manta tow” yaitu pengamatan langsung dengan menggunakan alat snorkeling di atas
permukaan air yang digunakan sebagai acuan untuk penentuan stasiun
penelitian. Dari hasil survei permukaan dengan manta tow ditentukan 3
titik (stasiun) penelitian ikan karang. Stasiun penelitian ikan karang
adalah di daerah ekosistem terumbu karang yang memiliki kontur pantai
20
2. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara menyelam kedalam perairan dan
mencatat jenis-jenis ikan karang yang ada serta mengambil sampel
plankton menggunakan botol dengan volume 2 liter. Jenis-jenis ikan
diidentifikasi berdasarkan pedoman yang telah baku sesuai dengan
panduan buku identifikasi ikan karang (Lieske dan Myers, 2001).
Pengamatan juga dibantu melalui koleksi data ikan karang dengan
menggunakan underwater camera sebagai alat dokumentasi.
3. Analisis Data
a. Ikan Karang
Hasil pengamatan dan hasil dari dokumentasi yang diperoleh
diidentifikasi menggunakan buku panduan pengamatan ikan karang
(Lieske dan Myers, 2001). Hasil identifikasi tersebut digunakan
untuk menentukan nama spesies ikan karang yang diperoleh.
Komposisi spesies ikan karang merupakan gambaran kekayaan ikan
karang yang terdapat di ekosisitem tersebut. Dalam perhitungan
komposisi perstasiun, pengamatan dihitung dalam bentuk persentase
(%) sebagai proporsi spesies ikan yang ada, yang ditentukan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Komposisi ikan karang (%) =
21
Ikan karang memiliki kriteria yang dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. Sedikit, apabila jumlah individu ikan sepanjang transek kurang
dari 25 ekor ikan.
2. Banyak, apabila jumlah individu ikan sepanjang transek antara
25-50 ekor ikan.
3. Melimpah, apabila jumlah individu ikan sepanjang transek lebih
dari 50 ekor ikan (Anna dan Djuariah, 2004).
Menurut Dahl (1981), kondisi terumbu karang dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Kondisi rusak, jika persentase tutupan terumbu karang hidup
sebesar 0-30% dalam suatu perairan.
2. Kondisi sedang, jika persentase tutupan terumbu karang hidup
sebesar 30-51% dalam suatu perairan.
3. Kondisi baik, jika persentase tutupan terumbu karang hidup
sebesar 51-75% dalam suatu perairan.
4. Kondisi sangat baik, jika persentase tutupan terumbu karang hidup
sebesar 75-100% dalam suatu perairan.
b. Plankton
Untuk menghitung kemelimpahan plankton dengan menggunakan
indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), indeks dominansi (C),
22
b.1. Indeks Keanekaragaman (H’)
H’ =∑
Keterangan:
H' : Indeks keanekaragaman Shannon Wiener
S : Jumlah spesies plankton
Pi : Perbandingan plankton spesies ke-i (n,)
Kisaran total Indeks Keanekaragaman dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Wilhm dan Dorris(1968) dalam Mason (1981)):
H’ < 2,3026 : Keanekaragaman kecil dan kestabilan
komunitas rendah
2,3026 < H’ < 6,9078 : Keanekaragaman dan kestabilan
komunitas sedang
H’ > 6,9078 : Keanekaragaman tinggi dan kestabilan
komunitas tinggi
b.2. Indeks Dominansi (C)
Untuk melihat dominansi plankton digunakan indeks dominansi
Simpson (Odum, 1971) sebagai berikut:
C = ∑
Keterangan :
C : Indeks dominansi Shannon-Wiener
s : Jumlah spesies plankton
pi : Perbandingan jumlah plankton spesies ke-i (n) terhadap
23
Kisaran nilai indeks dominansi adalah sebagai berikut:
0,00 < C < 0,30 : Dominansi rendah
0,30 < C < 0,60 : Dominansi sedang
0,60 < C < 1,00 : Dominansi tinggi
b.3. Indeks Keseragaman (E)
Indeks keseragaman dihitung dengan rumus sebagai berikut :
E = H’ / H max
Indeks Keseragaman memiliki nilai berkisar antara 0-1. Apabila
nilai mendekati 1 maka sebaran individu antar jenis merata. Jika
nilai E mendekati 0 maka sebaran individu antar jenis tidak
merata atau ada jenis tertentu yang dominan.
c. Korelasi Antara Kelimpahan Plankton dan Ikan Karang
Untuk menghitung koreasi antara Kelimpahan Plankton dan Ikan
Karang dengan menggunakan program Excel microsoft office 2007,
dengan mencari nilai r (regresi).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Di perairan Pulau Kelagian dijumpai 41 spesies ikan karang yang
termasuk kedalam 16 famili.
2. Ikan karang yang mendominasi perairan Pulau Kelagian pada setiap
stasiun penelitian berasal dari famili Pomacentridae.
3. Indeks keanekaragaman plankton di perairan Pulau Kelagian tergolong
sedang yaitu berkisar antara 2,457-2,913.
4. Hubungan Keanekaragaman ikan karang dengan plankton memiliki nilai
r = 0,984 dan 0,964 hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara ikan
karang dengan kelimpahan plankton memiliki korelasi positif yang
artinya kemelimpahan plankton akan mempengaruhi komposisi ikan
karang di perairan tersebut.
B. Saran
Diperlukan penelitian lanjutan secara berkala untuk melihat frekuensi
kemelimpahan ikan karang dan plankton di daerah tersebut sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Anna, E. W. dan Djarijah. Panduan Metode Point Intercept Transek (PIT) untuk Masyarakat. COREMAP II-LIPI. Jakarta.
Bengen, D. G., R. Dahuri dan Y.Wardianto. 1994. Pengaruh Buangan Lumpur Kolam Pelabuhan Priok terhadap Perairan Pantai Muara Gembong. Bekasi. PPLH-IPB. Bogor.
Bengen, D. G., 2002, Sinopsis ekosistem Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya, Bogor, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanan Bogor. Hal. 32.
Boney, 1975. Water Quality in Warmwate Fish Pound. Auburn University Experiment Station. Alabama.
Dahl, A.L. 1981. Coral Reef Monitoring Handbook South Pasific Commision Noumea, New Coledonia. 22pp.
Dahuri, R. R. Jacub, P.G. Sapta. dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramita. Jakarta. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayai Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan
Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Djarijah, A.S, (1995). Pakan Alami. Yogyakarta : Kanisius.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2007. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia. Jakarta : Direkorat Jendral Perikanan Budidaya.
Fitriana, V. 2002. Sebaran Klorofil-a Permukaan Perairan Teluk Lampung Pada Bulan September dan November 2001. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi MSP, FPIK, IPB, Bogor.
Haslam, S. M. 1995. River Pollution and Ecological Perspective. John Wiley and Sons, Chichester,UK. 253 p.
Hutabarat, S dan Evans, S. 2000. Pengantar Oseanografi, Penerbit UI-Press, Jakarta.
44
Jakarta.
Isnanstyo, A dan Kurniawati. 1995. Tehnik Kultur Fioplankton dan Zooplankton Pakan Alami untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta. Jeffries, M. Dan D. Mills. 1996. Freswater Ecology, Principles, and application.
John Wiley and Sons, Chichester, UK. 285 p.
Lieske, E. dan R. Myers.2001. Reff Fishes of The World. Indo-Pasifik and carribean. Peripulus Ed. (HK) Ltd.
Magrran. A.E. 1998. Ecologycal Diversity and Its Measurement. Chapman and Hall: USA.
MENLH. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51. Jakarta.
Nofitasari. 2011. Komposisi Ikan Karang Pada Ekosistem Pantai Lengkap dan Ekosistem Pantai Tidak Lengkap di Pantai Ringgung dan Pulau Tegal, Teluk Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Lampung.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Cetakan Kedua. Djambatan. Jakarta.
Nontji, A. 2002. Plankton Laut. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) : Jakarta.
Novotny, V. and H, Olem. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, and Management of Dffuse Pollution. Van Nosrans Reinhold. New York. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Pendekatan Ekologis. (Terj). M. Erdeman,
Koesoebino, D. G. Bergen, M. Hutomo, dan S. Sukarjo. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Oakichi, T. 2003. Fled Sides. Tetra Scientific Publishing Company. Tokyo. Japan. 7-50 hal.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. W. B. Sounders Company Ltd. Philadelphia.
Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi (Edisi Ketiga). Gadjah Mada University Press. 697 hlm.
Parsons, T. R, M. Takanashi, & B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographyc Process. Pergamon Press. 3th Edition New York : 289 hal.
45
Reese, E. 1981. Predation On Coral By Fishes Of The Family Chaetodontiodon: Implication for Conservation and management of Coral Reef Ecosystem. Bulletin of Marine Science.
Reynolds, C. S. 1990. The Ecology of Fresh Water Phytoplankton. Cambridge University Press. Cambrige. 384 hal.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.
Salmoilys, M. 1997. Manual for Assesing Fsh Stocks on Pasific Coral Reef. Dept. Of Primary Industries, Quesland Training Seres QE97009.
Sale PF. 1991. The Ecology of Fishes on Coral Reef. Academic Press. San Diego.
Suharti. R. 1999. Ekologi ikan Karang. http:www.Coremap. Or id/Download/Ekologi Ikan Karang. Pdf.08-07-2014.
Sukarno. 1995. Kesadaran Masyarakat Tentang Terumbu Karang. Oseanologi di Indonesia.
Tarigan, S. A. R, B Dwindaru dan F. Handayanti. 2008. Kondisi Ikan Karang di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Hal 1-9
Terangi (Yayasan Terumbu Karang Indonesia). 2005. Selamatkan Terumbu Karang Indonesia. Yayasan Terangi. Jakarta.
Tomascik, T, A. J. Mah, A. Nontji and Mouch. K Moosa. 1997. The Ecology of Indonesia Seas Part two. Periplus Edition. Singapore.
Widodo,F. D. A. 2013. Pulau Kelagian.