ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN PROJECT-BASED
LEARNING
Oleh
DITA WIDIASTUTI
Penelitian dilatarbelakangi oleh belum diterapkannya model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya, cenderung tradisional, berpusat pada guru dan bersifat menghafal. Hal ini diduga menyebabkan masih banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM. Alternatif solusi yaitu penerapan model pembelajaran DL dan PjBL. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa dan efektivitas model pembelajaran DL dan PjBL pada mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Pagelaran. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/2015. Melalui teknik cluster sampling terpilih 2 sampel yaitu kelas VII 6 sebagai kelas eksperimen dan VII 7 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan model DL sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan PjBL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi tes akhir sebesar 97 dan nilai terendah 63 dengan rata-rata 80,06 sedangkan pada kelas kontrol, nilai tertinggi tes akhirsebesar 93 dan nilai terendah 60 dengan rata-rata sebesar 75,19. Uji gain pada kelas eksperimen sebesar 0,527 sedangkan kelas kontrol sebesar 0,412. Hal ini menunjukkan pembelajaran dengan model DL lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar daripada model PjBL.
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN
PROJECT-BASED LEARNING
Oleh
DITA WIDIASTUTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN
PROJECT-BASED LEARNING (Skripsi)
Oleh:
DITA WIDIASTUTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Tingkat Ketuntasan Tes Awal Kelas Eksperimen ... 76
2. Tingkat Ketuntasan Tes Awal Kelas Kontrol ... 78
3. Tingkat Ketuntasan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 81
4. Tingkat Ketuntasan Tes Akhir Kelas Kontrol ... 83
5. Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 91
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 8
C.Pembatasan Masalah ... 9
D.Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 10
F. Kegunaan Penelitian ... 10
G.Ruang Lingkup Penelitian ... 11
II.TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS A.Tinjauan Pustaka ... 12
1. Belajar dan Hasil Belajar ... 12
1.1 Belajar ... 12
1.2 Hasil Belajar... 15
2. Model Pembelajaran ... 17
3. Pendekatan Saintifik ... 19
4. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 21
4.1 Pengertian Discovery Learning... 21
4.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning... 24
4.4 Keunggulan dan Kelemahan Discovery Learning ... 24
5. Model Pembelajaran Project-Based Learning... 25
5.1 Pengertian Project-Based Learning ... 25
5.2 Teori-Teori yang Mendukung Project-Based Learning ... 27
5.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Project-Based Learning ... 28
5.4Keunggulan dan Kelemahan Project-Based Learning ... 28
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
C.Kerangka Pikir ... 33
D.Hipotesis ... 37
III. METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 38
1. Prosedur Rancangan ... 39
2. Prosedur Penelitian ... 39
2.1 Tahap Awal ... 39
2.2 Pelaksanaan ... 40
2.3 Tahap Akhir ... 40
B.Populasi dan Sampel ... 41
1. Populasi ... 41
2. Sampel ... 41
C.Variabel Penelitian ... 41
1. Variabel Bebas ... 42
2. Variabel Terikat ... 42
D.Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 42
1. Definisi Konseptual ... 42
1.1 Hasil Belajar ... 42
1.2 Model Pembelajaran Discovery Learning ... 43
1.3 Model Pembelajaran Project-Based Learning ... 43
2. Definisi Operasional ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Uji Persyaratan Instrumen ... 46
1. Uji Validitas ... 47
2. Uji Reliabilitas ... 49
3. Taraf Kesukaran ... 50
4. Daya Beda... 51
G.Uji Persyaratan Analisis Data ... 52
1. Uji Normalitas ... 52
2. Uji Homogenitas ... 53
H.Teknik Analisis Data ... 54
2. Efektivitas Model Pembelajaran (N-Gain) ... 55
I. Uji Hipotesis ... 56
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58
1. Visi, Misi dan Tujuan SMP N 1 Pagelaran ... 59
2. Sarana dan Fasilitas SMP N 1 Pagelaran... 61
3. Proses Belajar Mengajar di SMP N 1 Pagelaran ... 62
4. Data Karyawan SMP N 1 Pagelaran... 62
B.Implementasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 62
1. Pembelajaran Menggunakan Model Discovery Learning ... 62
2. Pembelajaran Menggunakan Model Project-Based Learning ... 68
C.Deskripsi Data ... 73
1. Data Hasil Tes Awal ... 74
2. Data Hasil Tes Akhir ... 79
D.Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 84
1. Uji Normalitas ... 84
2. Uji Homogenitas ... 85
E. Pengujian Hipotesis ... 86
F. Pembahasan ... 90
1. Ada Perbedaan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa yang diberi perlakuan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran ... 90
2. Model pembelajaran Discovery Learning lebih efektif dibandingkan model pembelajaran Project-Based Learning pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran ... 95
G.Keterbatasan Penelitian ... 99
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...100
B. Saran ...101
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ...106
2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ...107
3. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen ...108
4. Daftar Nama Kelompok Kelas Kontrol ...109
5. Perangkat Pembelajaran Discovery Learning ...110
6. Perangkat Pembelajaran Project-Based Learning ...134
7. Instrumen Uji Coba Hasil Belajar ...158
8. Instrumen Tes Awal dan Tes Akhir Hasil Belajar ...169
9. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya Beda ...175
10. Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Eksperimen ...184
11. Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas Kontrol ...185
12. Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Eksperimen ...186
13. Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Kontrol ...188
14. Uji Homogenitas Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kontrol ...190
15. Uji T-Test Hasil Belajar ...191
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP N 1 Pagelaran
TP. 2014/2015 ... 5
2. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30
3. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44
4. Kisi-Kisi Instrumen ... 46
5. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 49
6. Tingkat Besar Koefisien Korelasi ... 50
7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 50
8. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen ... 51
9. Hasil Uji Daya Beda Instrumen ... 52
10. Kriteria Indeks Gain ... 56
11. Data Sarana dan Fasilitas Sekolah ... 61
12. Data Karyawan ... 62
13. Distribusi Frekuensi Tes Awal IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 75
14. Distribusi Frekuensi Tes Awal IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 77
15. Distribusi Frekuensi Tes Akhir IPS Terpadu Kelas Eksperimen ... 80
16. Distribusi Frekuensi Tes Akhir IPS Terpadu Kelas Kontrol ... 82
17. Hasil Uji Normalitas IPS Terpadu Sampel Kelas Eksperimen ... 84
18. Hasil Uji Normalitas IPS Terpadu Sampel Kelas Eksperimen ... 85
19. Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir IPS Terpadu Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85
20. Uji Hipotesis Hasil Belajar IPS Terpadu ... 87
MOTO
Jika kamu sudah selesai melakukan sesuatu pekerjaan, bersegeralah
lakukan pekerjaan lain
(QS. Al-Insyirah: 7)
Bergantunglah hanya kepada Allah SWT
(Dita Widiastuti)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan hidayah Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan
Kemuliaan dan kesejahteraan semoga selalu Allah limpahkan kepada Rasullulah Muhammad SAW, keluargaya, sahabatnya dan pengikutnya hingga
akhir zaman.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Ibu Sunarsih dan Ayah Widodo yang senantiasa sabar mengupayakan segala hal untuk kebahagiaanku
Mbak Asri, Mbak Endah dan Arif serta Iqbal yang selalu memberikan semangat, dukungan dan do’a untuk keberhasilanku.
Para pendidik yang tidak pernah lelah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat untukku
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Dita Widiastuti dilahirkan di Panutan, Kecamatan Pagelaran, Pringsewu pada tanggal 22 Oktober 1991, yang merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Sri Widodo dan Ibu Sunarsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 1 Patoman pada tahun 2003, lalu melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pagelaran dan selesai pada tahun 2006 kemudian melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringsewu dan lulus pada tahun 2009.
Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Skripsi ini berjudul “Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan do’a, bimbingan, motivasi, kritik dan saran yang telah diberikan oleh
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih secara tulus kepada.
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidiakn Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi serta Pembimbing Akademik Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, terima kasih atas bimbingan, nasehat dan ilmu yang telah bapak berikan;
7. Ibu Dr. Pujiati, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing I atas kesabaran, arahan, masukan, serta ketelitian dalam membimbing penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan baik;
8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si selaku Penguji yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk semua kebaikan dan nasehat yang telah diberikan;
9. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya kepada penulis;
10.Bapak dan Ibu bagian Akademik FKIP Universitas Lampung;
12.Bapak Y. Setyoadi, S.Pd., selaku guru pengampu IPS Terpadu di SMP N 1 Pagelaran yang telah memberikan banyak pengetahuan baru bagi penulis, serta untuk istri dan seluruh keluarga dengan segala cerita-cerita kalian yang banyak menginspirasi penulis;
13.Om Herdi dan Kak Dani, untuk bantuan, informasi, semangat dan candaan; 14.Ibu Sunarsih dan Bapak Sri Widodo yang dengan segala kemampuannya,
mau dan mampu mencukupi segala yang dibutuhkan sehinggga saya bisa sampai sejauh ini. Semoga nantinya hal ini akan bermanfaat, mampu untuk membuat kalian tersenyum bahagia dan bangga. Terima kasih untuk doa, cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan;
15.Mbak, adik dan keponakan ku tersayang: Bunga Asri, Endah Aprilia Sari, Arif Hidayat dan Mohammad Iqbal. Terima kasih untuk dukungan, kebersamaan, keceriaan dan semangatnya selama ini;
16.Keluarga besarku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan dan kasih sayangnya;
17.Heni dan Isra. Terimakasih untuk kebersamaan dan cinta empat tahun ini, semoga setelah ini tetap ada empat tahun-empat tahun selanjutnya untuk kita;
18.Ica, Dedek, Arrum, Tata, Meilani, Desi, Retta, Leny. Terimakasih untuk cinta yang nyata ada saat ini, untuk tebengan dan tumpangan kosan selama ini, untuk bantuan-bantuan kalian yang sangat berarti;
20.Keluarga besar KKN-KT Tawan Sukamulya 2014: Winarni, Desy, Fina, Firma, Indra, Dwi, Elisa, Munir, Aryo. Bapak dan Ibu Sadeli, SMP N 1 Atap 3 Tawan Sukamulya serta seluruh warga pekon Tawan Sukamulya. Terimakasih untuk tiga bulan yang luar biasa mengesankan;
21.Kakak dan adik tingkat di FKIP Ekonomi angkatan 2007–2014 terimakasih untuk bantuan dan kebersamaannya selama ini;
22.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan bisa menjadikan anak-anak bangsa cerdas dan berakhlak. Pendidikan ini bertujuan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada anak sehingga mampu mengenali permasalahan yang ada dalam hidupnya dan mengatasi serta menyelesaikan permasalahan tersebut dengan bijak. Proses pembelajaran dalam pendidikan formal menggunakan pendekatan, strategi, model pembelajaran, media dan juga metode sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
2
Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika siswa harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena siswa harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
3
Namun, pada kenyataannya yang terjadi dalam proses pembelajaran di kebanyakan sekolah-sekolah formal adalah sebaliknya. Guru-guru masih banyak menggunakan model pembelajaran tradisional, seperti guru yang menjadi pusat pembelajaran dan pusat segala informasi. Proses belajar juga masih sekedar pembelajaran verbalisme, bukan konsep. Akibatnya hasil belajar para siswa tidak begitu baik, dimana hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar. Pendidikan formal biasanya mengukur hasil belajar dengan cara memberikan tes kepada siswanya. Tes tersebut bisa berupa lisan maupun tulisan.
Hal ini juga terjadi pada proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Pagelaran. Melalui wawancara yang dilakukan penulis dengan guru IPS Terpadu di sekolah tersebut, diketahui bahwa pada mata pelajaran IPS Terpadu, guru pengampu merasa kesulitan untuk menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa karena para peserta didik dirasa belum mampu untuk belajar mandiri seperti yang diharapkan.
4
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajarannya, peserta didik lebih diarahkan untuk memiliki kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungannya.
Proses belajar Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung hanya tekstual dan menggunakan metode yang kadang membosankan sehingga untuk mengubah anggapan bahwa pelajaran IPS dan dalam pembelajarannya membosankan perlu dilakukan inovasi agar pembelajaran dapat membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
5
Tabel 1. Hasil Ujian Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015
No. Kelas Nilai Jumlah
Sumber: Guru mata pelajaran IPS Terpadu
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh SMP Negeri 1 Pagelaran untuk mata pelajaran IPS Terpadu pada ranah kognitif sebesar 75. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa pada ujian mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 masih belum optimal. Hal ini dikarenakan hanya 138 siswa (43,4%) dari 318 siswa yang mendapat nilai ≥75, berarti 180 siswa (56,6%) memperoleh nilai <75. Siswa yang tidak mencapai KKM harus mengikuti remedial atau perbaikan.
Beberapa faktor mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah: 1. faktor intern (dari dalam diri), meliputi:
a. faktor jasmaniah: faktor kesehatan, cacat tubuh;
b. faktor psikologis: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan;
c. faktor kelelahan.
2. faktor ekstern (dari luar diri), meliputi:
6
b. faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan guru, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah. Standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah;
c. faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
(Slameto, 2003: 54-71)
Hasil belajar siswa yang belum optimal diduga dipengaruhi oleh model pembelajaran guru. Model pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh para guru adalah semacam ceramah atau menerangkan apa yang ada di dalam buku teks. Porsi ini bisa sekitar 80 persen, baru sisanya semacam praktek di laboratorium, diskusi dan demonstrasi. Model pembelajaran yang baik adalah bagaimana siswa bisa mengerti, untuk bisa membuat siswa mengerti yang paling bagus adalah mengajak mereka berpatisipasi untuk membangun sendiri pengetahuannya dengan diskusi, mengamati, menemukan dan memecahkan masalah atau menugaskan mereka membuat sebuah karya. Intinya mereka mengerti karena keterlibatan mereka, biasanya jika mereka melalui proses mengalami seperti ini, mereka akan lebih mengerti dan pengetahuan tersebut bisa bertahan lebih lama daripada ketika mereka hanya mendengarkan ceramah guru saja.
7
Salah satu model pembelajaran yang membuat siswa membangun sendiri pengetahuannya adalah Discovery Learning (DL). DL adalah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk meningkatkan keaktifan siswa yang lebih besar, berorientasi pada proses, untuk menemukan sendiri informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional. Oleh karena itu, model ini berorientasi pada proses dan hasil secara bersama-sama. Fair dan Kachaturoff dalam Ngalimun (2014: 40) menyatakan “sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, pembelajaran ini kemungkinan adalah metode yang paling membantu dalam pembelajaran IPS dengan penelitian sebuah masalah yang memerlukan pembuktian secara ilmiah”. Kegiatan pembelajaran semacam ini menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran, guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk mengatur jalannya pembelajaran. Proses pembelajaran yang demikian membawa dampak positif pada pengembangan kreativitas berpikir siswa.
8
Model yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas diduga diperlukan untuk menambah semangat siswa saat belajar dan diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar mereka. Kedua model tersebut, Discovery Learning dan Project Based-Learning, dapat digunakan secara kreatif dan inovatif baik oleh guru maupun siswa untuk menunjang kondisi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Serta, kedua model ini dapat memberikan perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa sehingga guru dapat menggunakan media yang tepat dan baik untuk meningkatkan hasil belajar IPS Terpadu. Berdasarkan latar belakang tersebut maka hendak dikaji lebih lanjut mengenai:
”Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa melalui Model
Pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. SMP Negeri 1 Pagelaran yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal diharapkan bisa memberi bekal keterampilan dan pengetahuan bagi siswa agar mampu mengenali dan memecahkan permasalahan.
2. Hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015 masih rendah.
3. Proses pembelajaran yang cenderung masih tradisional dan berpusat pada guru.
9
5. Belum digunakannya model pembelajaran yang bersifat konstruktivisme atau model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya.
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, tampak bahwa hasil belajar ranah kognitif mata pelajaran IPS Terpadu dipengaruhi beberapa faktor, baik dari guru maupun dari siswa. Maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada studi perbandingan hasil belajar IPS Terpadu siswa pada ranah kognitif yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning?
10
E.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui. 1. Perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning.
2. Perbedaan efektivitas antara model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dan praktis sebagai berikut. 1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, yakni dapat menambah referensi penelitian dalam pengembangan dan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan untuk meningkatkan hasil belajar.
2. Secara praktis
a. Bagi guru, menjadikan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS Terpadu.
11
c. Bagi peneliti, yaitu memberikan pengalaman sebagai calon guru dalam menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project Based-Learning di kelas.
d. Bagi sekolah, yaitu memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPS Terpadu di sekolah dengan penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning di sekolah.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Ruang lingkup objek penelitian
Objek penelitian ini adalah model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning dan hasil belajar ranah kognitif IPS Terpadu. 2. Ruang lingkup subjek penelitian
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII. 3. Ruang lingkup tempat penelitian
Ruang lingkup tempat penelitian adalah di SMP N 1 Pagelaran. 4. Ruang lingkup waktu penelitian
Waktu penelitian adalah pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Ruang lingkup ilmu
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Belajar dan Hasil Belajar
Hasil belajar tidak akan diperoleh jika tidak melalui proses belajar, maka dari itu dalam bagian ini juga akan dibahas beberapa pendapat ahli tentang definisi belajar dan juga teori-teori yang mendukung pendapat tersebut.
1.1Belajar
13
Menurut Cronbach dalam Riyanto (2012: 5), belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Cronbach memiliki pandangan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan pancaindra. Teori yang mendukung pendapat Cronbach ini adalah Teori Connectionism yang dikemukakan oleh Thorndike dalam Riyanto (2012: 6), menyatakan bahwa dasar dari belajar adalah asosiasi antara kesan pancaindra (sense impression) dan impuls untuk bertindak atau terjadinya hubungan antara stimulus dan respon.
Belajar dengan mengalami sendiri diduga bisa membuat siswa lebih memahami akan apa yang ia pelajari, dengan mengalami siswa diharapkan akan tahu mengapa, tahu bagaimana dan juga tahu apa, dimana ketiga hal tersebut adalah indikator dari ranah-ranah pembelajaran dalam proses pendekatan saintifik yaitu ranah afektif, psikomotorik dan juga kognitif.
14
Tokoh dalam teori ini antara lain Piaget, Wertheimer dan Kohler. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Belajar menurut Hamalik (2004: 36) adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Pendapat ini didukung oleh teori psikologi humanistik yang menganggap bahwa tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri, Soemanto (2002: 135). Tokoh dalam aliran teori ini antara lain Combs, Maslov dan Rogers.
15
(2012:9) mengemukakan teori bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan yaitu (1) asimilasi, yang berarti proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa, (2) akomodasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru dan (3) equilibrasi, yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Jadi, bisa dikatakan bahwa belajar merupakan aktivitas nyata para peserta didik dalam mengalami sesuatu dengan mengoptimalkan semua pancaindra yang mereka miliki dan memanfaatkan pengetahuan yang sudah lama mereka ketahui untuk kemudian menghasilkan pengetahuan baru.
1.2Hasil Belajar
Hasil belajar akan diperoleh setelah melalui segala proses pembelajaran. Pendidikan formal biasanya menilai hasil belajar siswa mereka dengan mengadakan tes yang dilakukan setelah proses belajar-mengajar. Hasil tes tersebut menjadi salah satu indikator keberhasilan proses belajar-mengajar yang dilakukan sebelumnya. Ranah pembelajaran yang diukur melalui tes adalah ranah kognitif (pengetahuan).
16
ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek, hal ini akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek itu menurut Hamalik (2004: 36) adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Hasil belajar yang diharapkan dalam setiap pembelajaran tentunya adalah hasil belajar yang baik, dimana hal tersebut adalah sesuatu yang sangat bisa diusahakan dengan berbagai macam cara. Misalnya dengan menciptakan proses pembelajaran yang berkesan dengan menerapkan model-model pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa mengerti dan pengetahuan yang ia dapat bisa bertahan lama dan diaplikasikan dalam kehidupannya.
Sardiman (2001: 49) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran itu dapat dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa;
b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan cara mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya.
17
optimal, maka proses belajar dan pembelajaran harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisir.
Berdasarkan pendapat diatas, hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan ke arah yang lebih baik yang dicapai seseorang setelah menempuh proses belajar. Hasil belajar diperoleh siswa setelah melalui proses belajar yang dapat dilihat dari nilai yang diperoleh setelah mengikuti tes, dan hasil belajar memiliki arti penting dalam proses pembelajaran di sekolah yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan proses tersebut.
Hasil belajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan juga eksternal. Faktor internal antara lain yaitu faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor eksternal yakni lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, faktor lingkungan sekolah salah satu didalamnya ialah model pembelajaran. Model pembelajaran akan berpengaruh pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran sehingga pada penerapan model pembelajaran diusahakan siswa tidak bosan agar mereka lebih termotivasi dalam belajar sehingga berdampak pada hasil belajar yang optimal.
2. Model Pembelajaran
18
model pembelajaran diharapkan proses belajar mengajar lebih terarah dan tidak keluar dari tujuan pembelajaran melalui indikatornya. Sani (2013: 89) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 57) merupakan cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan cara-cara yang menyenangkan dan variatif sehingga membuat para siswa merasa tertantang dan tidak cepat bosan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan model pembelajaran diharapkan bisa membuat para siswa memahami materi-materi pelajaran mereka dengan lebih baik, melalui bimbingan guru juga diharapkan para siswa akan mengerti pentingnya materi-materi tersebut sehingga mereka tidak keberatan untuk mempelajarinya.
Lebih lanjut lagi Hamiyah dan Jauhar (2014: 58) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah cara, contoh maupun pola yang mempunyai tujuan untuk menyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik atau guru sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi dalam kelas.
19
lebih banyak menggunakan model pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik untuk belajar sehingga mereka akan aktif mencari informasi tentang materi pelajaran. Seperti yang disebutkan Ngalimun (2014: 27) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
3. Pendekatan Saintifik
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Menurut Kemdikbud (2014: 8), pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan menarik kesimpulan serta mengomunikasikan kesimpulan.
20
telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal” (Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013). Proses pembelajaran saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Menurut Daryanto (2014: 51), pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dari berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana di maksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan mengkomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Majid (2014: 95) menyebutkan bahwa pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi, menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja tidak tergantung pada info searah dari guru.
21
4. Model Pembelajaran Discovery Learning
4.1Pengertian Discovery Learning
Model Discovery Learning (DL) mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai model pembelajaran, DL mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (penemuan) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, hanya saja DL lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Hal ini telah diklarifikasi oleh Marsh di tahun 1991 dalam Ngalimun (2014: 34), beliau menyebutkan bahwa “inkuiri telah digunakan sebagai sinonim bagi “inductive thingking”, “problem solving”,
“discovery”, dan “critical thingking”. Perbedaan inkuiri dan problem
solving dengan discovery learning ialah bahwa pada discovery learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru”.
Seif dalam Ngalimun (2014: 33) mengartikan inkuiri adalah mengetahui bagaimana menemukan sesuatu dan bagaimana mengetahui cara untuk memecahkan masalah. Menginkuiri tentang sesuatu berarti mencari informasi, memiliki rasa ingin tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki dan mengetahui keterampilan yang akan membantunya memecahkan masalah.
22
pertanyaan. Sering dijumpai dalam proses pembelajaran di kelas, siswa merasa malu apabila akan mengajukan pertanyaan karena berbagai alasan, misalnya karena takut dengan guru atau takut diejek temannya karena tidak tahu dan terus bertanya. Keadaan seperti ini biasanya akan terjadi apabila guru terbiasa melakukan pembelajaran konvensional.
Menurut Johnson dalam Soemanto (2003: 228) Discovery Learning adalah usaha untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih dalam. Sementara itu penjelasan lebih spesifik dinyatakan oleh Sund dalam Suryosubroto (2002: 193) yaitu discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
23
4.2Teori-Teori yang Mendukung Discovery Learning
1. Teori Discovery Learning
Teori ini dikemukakan oleh Bruner. Yang menjadi dasar ide Bruner adalah pendapat dari Piaget yang merupakan penggagas teori belajar kognitif. Oleh karena itu, teori Discovery Learning merupakan teori yang termasuk ke dalam teori belajar kognitif. Piaget dalam Riyanto (2012:12) menyatakan bahwa anak atau siswa harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara yang disebut Discovery Learning.
2. Teori Problem Solving
Teori Discovery Learning didukung oleh Complete Art Reflective Activity atau dikenal dengan Problem Solving yang dikemukakan oleh J. Dewey dalam Soemanto (2003: 134). Teori ini mendukung DL karena pembelajaran dalam model ini diawali dengan adanya masalah.
3. Teori Konstruktivisme
24
4.3Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning
Kegiatan inti untuk model pembelajaran penemuan menurut Ngalimun (2014: 35) adalah sebagai berikut.
1. Penerimaan dan Pendefinisian Masalah 2. Pengembangan Hipotesis
3. Pengumpulan Data 4. Pengujian Hipotesis 5. Penarikan Kesimpulan
Proses awal DL dimulai ketika siswa menerima dan mengidentifikasi sebuah masalah yang membutuhkan penjelasan dimana masalah yang ada adalah masalah yang ditimbulkan atau direkayasa oleh guru. Setelah situasi yang membingungkan disajikan, siswa mulai mengembangkan jawaban sementara bagi permasalahan itu kemudian mengumpulkan data untuk menguji jawaban sementara mereka. Ketika semua data telah dikumpulkan mereka kemudian mencermati dan selanjutnya membedakan antara penjelasan-penjelasan yang menyesatkan dengan penjelasan yang memadai atau cocok. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran data, jawaban sementara dicek kebenarannya dan kemudian siswa bersama guru membuat kesimpulan pembelajaran.
4.4Keunggulan dan Kelemahan Discovery Learning
25
sempurna dan juga tidak ada model pembelajaran yang sempurna dan cocok untuk semua mata pelajaran. Beberapa keuntungan belajar penemuan menurut Ngalimun (2014:41) adalah sebagai berikut.
1. Ekonomis dalam menggunakan pengetahuan.
2. Memungkinkan siswa memandang isi dalam sebuah cara yang lebih realistik dan positif karena dapat menganalisis dan menerapka data untuk pemecahan masalah.
3. Secara intrinsik pendekatan ini sangat memotivasi siswa.
4. Memungkinkan hubungan siswa dan guru lebih hangat karena guru lebih bertindak sebagai fasilitator pembelajaran.
Selain memiliki beberapa keuntungan, Ngalimun (2014:41) mengatakan discovery (penemuan) juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya membutuhkan waktu belajar yang lebih lama dibandingkan dengan belajar menerima dan siswa lebih menyukai pendekatan per bab yang tradisional.
5. Model Pembelajaran Project-Based Learning
5.1 Pengertian Project-Based Learning
26
untuk memberikan pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman nyata yang bersifat kolaboratif.
Blumenfeld et.al dalam Ngalimun (2014: 183) mendeskripsikan Project-Based Learning atau model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang berpusat pada proses relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengintegrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan atau disiplin atau lapangan studi.
Proyek atau tugas yang dilakukan akan dikerjakan oleh siswa secara berkelompok. Hal ini dapat membantu membangun kemampuan kolaboratif siswa. Mengajarkan siswa untuk bekerja sama dengan teman satu kelompoknya dan juga orang lain, dimana hal ini adalah hakikat dari manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kosasih (2014: 96) mendefinisikan Project Based-Learning sebagai model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai tujuannya. Fokus model pembelajaran ini adalah pada aktivitas siswa yang berupa pengumpulan informasi dan pemanfaatan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan siswa sendiri atau bagi orang lain namun tetap terkait dengan kompetensi dasar dalam kurikulum.
27
Sementara itu, Hosnan (2014: 319) mengartikan Project Based-Learning sebagai model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasar pengalaman dalam beraktivitas secara nyata.
5.2 Teori-Teori yang Mendukung Project-Based Learning
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri, Ngalimun (2014: 188). Project-Based Learning dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan.
2. Teori Aktivitas
Dalam penerapannya di kelas, bertumpu pada kegiatan aktif dalam bentuk melakukan sesuatu (doing) daripada kegiatan pasif “menerima” transfer pengetahuan dari pengajar, Ngalimun (2014: 187).
3. Teori Problem Solving
28
5.3Langkah-Langkah Pembelajaran Project-Based Learning
Penerapan PjBL harus dimulai dari perencanaan pembelajaran yang memadai, yakni dengan mengikuti tahapan sebagai berikut, Sani (2014: 178).
1. Menentukan Materi Proyek 2. Menentukan Tujuan Proyek
3. Mengidentifikasi keterampilan dan pengetahuan awal siswa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek
4. Menentukan kelompok belajar
5. Menentukan jadwal pelaksanaan proyek
6. Mengevaluasi sumber daya dan material yang akan digunakan 7. Menentukan cara evaluasi yang akan digunakan
Proses awal PjBL adalah menetapkan misi proyek berdasarkan permasalahan yang diidentifikasi, kemudian menentukan tujuan proyek yang akan dikerjakan. Setelah itu, guru mengevaluasi siswa berdasarkan kemampuan awal mereka dan menentukan kelompok belajar PjBL dan menentukan tenggat waktu pengerjaan proyek. Kemudian, mengevaluasi rencana penggunaan fasilitas untuk pelaksanaan program proyek dan merencanakan metode dan instrumen evaluasi untuk menilai setiap siswa yang bekerja dalam kelompok.
5.4 Keunggulan dan Kelemahan Project-Based Learning
29
siswa bahwa Project-Based Learning menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran, selain itu memilki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa.
Sani (2014: 177) mengungkapkan beberapa keuntungan menggunakan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting.
2. Membuat siswa lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama.
4. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengolah sumber daya.
5. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata.
6. Membuat suasana belajar jadi menyenangkan.
Sementara itu, beberapa kelemahan PjBL menurut Sani (2014: 177) adalah sebagai berikut.
1. Membutuhkan banyak waktu utuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk.
2. Membutuhkan biaya yang cukup.
3. Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar.
4. Membutuhkan fasilitas, peralatan dan bahan yang memadai. 5. Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah dan tidak
memiliki pengetahuan serta keterampilan yag dibutuhkan. 6. Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.
30
Motivasi dari guru juga penting jika ada siswa yang mudah menyerah dalam proses pengerjaan proyek.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Tabel 2. Hasil Penelitian Yang Relevan
Nama Judul Hasil Penelitian
1. Hayati Model Guided Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua belajar siswa secara signifikan jika dibandingkan dengan
guided discovery learning. Hal ini dapat dilihat dari perolehan uji-t dari kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut yaitu thitung
= 3,67 > ttabel = 2,66. Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batipuh Kabupaten Tanah Datar
Hipotesis penelitian diterima pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian terdapat pengaruh yang berarti dalam penerapan
Project Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 batipuh pada ranah kognitif. Ajar Leaflet dengan Metode
Discovery Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi oleh Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan bahan ajar leaflet
dengan DL dapat meningkatkan penguasaan materi dengan rata-rata nilai pretes (37,64); postes (69,41); dan N-gain (50,64). Aktivitas belajar juga
31
Tabel 2 (Lanjutan)
Nama Judul Hasil Penelitian
4. Alqoshosh
„Alastihya‟
Hamid. (2013)
Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet dengan Metode
Discovery Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi oleh Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan bahan ajar leaflet
dengan DL dapat meningkatkan penguasaan materi dengan rata-rata nilai pretes (37,64); postes (69,41); dan N-gain (50,64). Aktivitas belajar juga
mengalami peningkatan untuk semua aspek yang diamati pada kelas eskperimen, yaitu aspek bekerjasama dalam kelompok (92,16%); aspek melakukan diskusi (82,35%); dan aspek mempresentasikan hasil diskusi
Pembelajaran IPA Kelas IV SDN O3 Sungai Ambawang Kubu Raya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DL sangat efektif dan tepat hal ini diketahui dari rata-rata nilai evaluasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 78,72 dan terjadi peningkatan setelah adanya perbaikan pembelajaran pada siklus II menjadi 97,76.
Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap
Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang
Hasil penelitian menunjukkan nilai thitung adalah 9,023. Nilai thitung = 9,0230 > 1,668 (t (66;.05)), nilai rata-rata kemampuan memecahkan masalah siswa yang
pembelajarannya menggunakan DLsebesar 79,83, sedangkan nilai rata-rata kemampuan
Penerapan Model Guided Discovery Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Penerapan model GDLdapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Persentase
32
Tabel 2 (Lanjutan)
Nama Judul Hasil Penelitian
8. Muhammad Hasil Belajar Tematik Siswa Kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat TP 2013/2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model PjBL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 56,1 meningkat pada siklus II menjadi 69,29 dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 84,46. Nilai rata-rata pada aspek kognitif siklus I sebesar 59,42 meningkat pada siklus II menjadi 62,66 dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 81,63. Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup
Hasil penelitian menunjukkan aspek mengemukakan pendapat sebesar 86,20 %, aspek bertanya 93,10 %, dan aspek menjawab pertanyaan sebesar 70,68 %. Kemampuan berpikr kritis juga mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (49,86); postes (76,44); dan N-gain
(48,52). Hasil analisis rata-rata N-gain kemampuan berpikir Hasil Belajar Siswa Kelas IV A SD Negeri 1 Metro Pusat TP 2013/2014
33
Tabel 2 (Lanjutan)
Nama Judul Hasil Penelitian
11.Sandi Eka Putra. (2014)
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Dengan Media Grafis untuk Meningkatkan Hasil bahwa penerapan model PBP dengan media grafis dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri 4 Bumi Jawa Lampung Timur. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase hasil belajar sikap siswa yaitu 50% pada siklus I dengan nilai rata-rata 60,41 dalam kategori
“cukup”, kemudian
meningkat menjadi 72,22% pada siklus II dengan nilai rata-rata 75 dalam
kategori “baik”, dan meningkat
menjadi 88,89% pada siklus III dengan nilai ratarata
79,16 dalam kategori “baik”.
C. Kerangka Pikir
34
faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar-mengajar.
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach). Di dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi siswa, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Dua jenis model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yatu model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning. Kedua jenis model pembelajaran ini adalah model-model pembelajaran yang disarankan dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik. Selain kedua model pembelajaran tersebut, ada satu lagi jenis model pembelajaran yang disarankan yaitu model pembelajaran Problem Based Learning. Namun, dalam penelitian ini dibatasi pada model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning saja.
35
pemahaman mereka tentang materi karena siswa diajak untuk menemukan sendiri pengetahuan mereka.
Pengetahuan yang kokoh dan bermakna guna dapat dikonstruk melalui pengalaman nyata para siswa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan pekerjaan yang otentik. Tugas-tugas yang diberikan kepada para siswa haruslah tugas yang mampu memberikan suasana kerja kolaboratif. Project-Based Learning bisa dijadikan salah satu pilihan untuk memberikan pengetahuan yang dibangun melalui pengalaman nyata yang bersifat kolaboratif.
36
Berikut paradigma pada penelitian untuk memberikan gambaran dengan jelas mengenai kerangka pikir tersebut:
Gambar 1. Paradigma Penelitian. Ketuntasan belajar belum optimal Penerapan model pembelajaran belum bervariasi
37
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Ada perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan Project-Based Learning.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian komparatif merupakan suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Metode ini digunakan untuk mengetahui perbedaan satu variabel yaitu hasil belajar IPS Terpadu dengan perlakuan yang berbeda. Metode ini dilakukan dengan melakukan percobaan secara cermat untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara gejala yang timbul dengan variabel yang sengaja diadakan. Dua macam eksperimen digunakan dalam dua kelompok sampel yang berbeda. Terdapat dua jenis tes yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan sebelum kedua kelas diberi perlakuan guna mengetahui dengan lebih pasti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (kondisi yang sama). Tes akhir yang dilaksanakan setelah kelas diberi perlakuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2. Desain Penelitian.
O1 X1 O2
...
39
Keterangan:
O1: kelas eksperimen sebelum diberikan treatment O3: kelas kontrol sebelum diberikan treatment
X1: treatment model pembelajaran Discovery Learning X2: treatment model pembelajaran Project-Based Learning O2: kelas eksperimen setelah diberikan treatment
O4: kelas kontrol setelah diberikan treatment
1. Prosedur Rancangan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Memberikan perlakuan kepada dua kelas dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda, sebelum diberikan pembelajaran siswa terlebih dahulu diberikan tes awal.
b. Pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan dalam 4 kali pertemuan dimana setiap pertemuan beralokasi waktu 80 menit, begitu pula di kelas kontrol.
c. Melakukan tes akhir pada siswa untuk mengetahui tingkat perubahan atau kondisi subjek yang berpengaruh dengan variabel dependen.
d. Membandingkan hasil tes akhir dari kedua kelompok tersebut dengan menerapkan teknik statistik yang sesuai.
2. Prosedur Penelitian 2.1 Tahap Awal
a. Memilih sekolah yang akan diteliti.
40
d. Mengujicobakan instrumen tes pada kelas uji coba. Instrumen tes tersebut akan digunakan sebagai tes awal dan tes akhir sebagai nilai hasil belajar IPS Terpadu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. e. Menganilisis data hasil uji coba instrumen tes untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran dan menentukan soal yang akan dipakai untuk tes formatif.
2.2 Pelaksanaan
a. Melaksanakan tes awal sebagai bukti bahwa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama.
b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada kelas eksperimen dan Project-Based Learning pada kelas kontrol.
c. Melaksanakan tes akhir sebagai hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2.3 Tahap Akhir
a. Menganalisis data hasil tes
Hasil tes siswa (tes awal dan tes akhir) akan dianalisis untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah penelitian. Menyusun data hasil penelitian
41
B.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran yang berjumlah 318 siswa yang terdiri dari 10 kelas yaitu kelas VII 1, VII 2, VII 3, VII 4, VII 5, VII 6, VII 7, VII 8, VII 9 dan VII 10.
2. Sampel
Penelitian ini mengambil sampel dengan cara cluster sampling. Kelas VII 6 dan VII 7 diperoleh sebagai kelas sampel melalui teknik ini. Kedua kelas tersebut kemudian diundi untuk menentukan penggunaan metode kelas mana yang menggunakan model belajar Discovery Learning dan Project-Based Learning, dari hasil undian yang di peroleh kelas VII 6 ditetapkan sebagai kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dan kelas VII 7 diajar menggunakan Project-Based Learning. Kelas VII 6 dan VII 7 merupakan kelas yang mempunyai rata-rata kemampuan akademis siswa yang sama, karena di dalam pendistribusian siswa tidak dikelompokan ke dalam kelas unggulan, atau tidak ada perbedaan antara kelas yang satu dengan kelas yang lain walaupun dengan kelas yang bukan sampel.
C. Variabel Penelitian
42
1. Variabel Bebas
Varibel bebas dilambangkan dengan X adalah variabel penelitian yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu model pembelajaran Discovery Learning sebagai kelas eksperimen (VII A) dilambangkan X1 dan model pembelajaran Project-Based Learning sebagai kelas kontrol (VII B) dilambangkan X2.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dengan lambang Y adalah variabel yang akan diukur untuk mengetahui pengaruh variabel lain sehingga sifatnya bergantung pada variabel yang lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
1. Definisi Konseptual
1.1 Hasil belajar
43
1.2 Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery Learning adalah model pembelajaran yang berusaha untuk membuat siswa menemukan sesuatu dan memecahkan masalah ketika mengasimilasikan konsep atau prinsip yang telah mereka miliki sebelumnya dan pengetahuan baru dengan cara mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan serta membuat kesimpulan guna memperoleh pengertian dan pemahaman lebih dalam pada penemuannya.
1.3 Model Pembelajaran Project-Based Learning
44
2. Definisi Operasional
Berikut disajikan tabel definisi operasional variabel dalam penelitian ini.
Tabel 3. Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Pengukuran
45
E. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan tujuan mengetahui keadaan di lapangan yang sebenarnya pada saat melakukan penelitian pendahuluan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data nilai IPS Terpadu dan siswa yang akan dijadikan populasi dan sampel penelitian.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lanjut tentang hasil belajar siswa dan masalah-masalah apa yang sering dihadapi siswa maupun guru dalam proses pembelajarannya. Wawancara dilakukan ketika penelitian pendahuluan dengan narasumber guru IPS Terpadu kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan jumlah siswa, fasilitas-fasilitas yang ada dan sejarah atau gambaran umum mengenai SMP Negeri 1 Pagelaran.
4. Tes
46
F. Uji Persyaratan Instrumen
Intrumen dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan sebelum dan sesudah diberi perlakuan yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar IPS Terpadu siswa. Sebelum tes awal dan tes akhir diberikan kepada siswa yang merupakan sampel penelitian, maka terlebih dahulu akan diadakan uji coba tes instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal. Uji coba intrumen tes dilaksanakan di kelas VII.4 SMP Negeri 1 Pagelaran dengan sampel sejumlah 30 siswa dan soal tes sejumlah 40 butir yang berbentuk pilihan ganda. Kisi- kisi Instrumen dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen
No. Indikator Soal Uji
Coba
Soal yang dipakai 1. Mendeskripsikan pengertian dan manfaat
sumber daya alam
1, 5, 6 1 2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
sumber daya alam Indonesia
4, 8 4, 8 3. Menghubungkan perilaku manusia dan
dampaknya pada sumber daya alam
2, 9 2 4. Menjelaskan pengelompokan sumber daya
alam berdasarkan kemungkinan pemulihannya
19 19
5. Mengidentifikasi contoh-contoh SDA berdasarkan kemungkinan pemulihan
18, 22 18, 22 6. Mengorganisir pemanfaatan SDA 14, 17 14, 17 7. Menentukan solusi yang tepat untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan SDA
12 12
8. Menyusun proses pembentukan atau penghambatan SDA
13, 15 15 9. Mengkombinasikan sejumlah peristiwa yang
berkaitan dengan SDA
16, 20 16, 20 10. Menilai penyebab utama kepunahan SDA,
terutama yang tidak dapat diperbaharui
23 23
47 12. Mengidentifikasi contoh-contoh SDA
berdasarkan materi
14. Mengkombinasikan unsur pembentuk SDA dan pola hubungannya
29, 39 29 15. Menjelaskan pengelompokan sumber daya
alam berdasarkan habitatnya
31 31
16. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi contoh-contoh sumber daya alam berdasarkan habitatnya
32, 33, 34
33, 34
17. Mengenali sumber daya alam di Indonesia 35, 36, 40
36, 40 18. Menegaskan peranan sumber daya alam 37, 38 37, 38 19. Menunjukan perilaku jujur, bertanggung jawab,
peduli, santun, rasa ingin tahu, menghargai dan percaya diri
3, 7, 10, 11, 21
3, 7, 10, 21
Analisis uji coba instrumen soal menghasilkan beberapa soal yang tidak valid, soal-soal yang tidak valid tersebut kemudian tidak dipakai untuk tes awal maupun tes akhir siswa karena soal-soal yang valid masih mencakup semua indikator pembelajaran. Berikut ini disajikan hasil uji coba instrumen pada kelas uji coba.
1. Uji Validitas
Untuk mengukur validitas digunakan metode korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut.
N . ∑XY –( ∑X) ( ∑Y) r
48
Keterangan: r
XY = Koefisien kolerasi antara variabel X dan variabel Y ∑X = Skor butir soal
∑Y = Skor total ( Arikunto, 2007:93)
49
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen
Hasil Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Jadi, kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan atau tidak berubah-ubah.
Untuk mengetahui tingkat reliabilitas maka digunakan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut.
r =
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan Σσi2 = jumlah varians butir
Σi2 = varians total (Arikunto, 2007:104)
50
Tabel 6. Tingkat Besarnya Koefisien Korelasi
No Nilai r11 Keterangan
1. 0,00 sampai 0,20 Sangat Rendah
2. 0,21 sampai 0,40 Rendah
3. 0,41 sampai 0,60 Cukup
4. 0,61 sampai 0,80 Tinggi
5. 0,81 sampai 1,00 Sangat Tinggi (Arikunto, 2007:75)
Hasil perhitungan uji reliabilitas soal tes hasil belajar adalah sebesar 0,886 berarti soal tersebut tergolong soal yang memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi. Perhitungan uji reliabilitas terdapat pada lampiran. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Hasil Uji Reliabilitas
Nilai Interpretasi
0,886 Sangat Tinggi
Sumber: Pengolahan Data
3. Taraf Kesukaran
Untuk menguji tingkat kesukaran soal digunakan rumus:
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta tes
(Arikunto 2007: 223)
Klasifikasi taraf kesukarannya menurut Arikunto (2007: 225) adalah sebagai berikut.
51
Soal dengan P 0,30 – 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P 0,70 – 1,00 adalah soal mudah
Tes hasil belajar dari 40 item soal yang diajukan terdapat 8 soal tergolong mudah (nomor 1, 18, 19, 22, 24, 26, 31, 35), 23 soal tergolong sedang (nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 17, 25, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 40), dan 9 soal tergolong sukar (nomor 12, 13, 15, 16, 20, 21, 23, 29 dan 39). Hasil uji taraf kesukaran instrumen disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 8. Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Hasil Uji Taraf Kesukaran
Nomor
Untuk mencari daya beda digunakan rumus:
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab aoal itu benar. PA = = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
52
Klasifikasi indeks daya bedanya adalah : D = 0,00 – 0,20 adalah buruk
D = 0,20 – 0,40 adalah cukup D = 0,40 – 0,70 adalah baik
D = 0,70 – 1,00 adalah baik sekali. (Arikunto, 2006: 218)
Hasil perhitungan daya beda pada saat uji coba instrumen terdapat 4 butir soal yang tergolong buruk (nomor 6, 7, 11, dan 30), 18 butir soal yang tergolong cukup (nomor 5, 9, 12, 13, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 35, 37 dan 39), serta 18 butir soal yang tergolong baik (nomor 1, 2, 3, 4, 8, 10, 14, 16, 18, 25, 28, 31, 32, 33, 34, 36, 38 dan 40). Hasil uji daya beda disajikan pada tabel berikut.
Tabel 9. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Hasil Uji Daya Beda
Nomor
Sumber: Pengolahan Data
G. Uji Persyaratan Analisis Data
1. Uji Normalitas